• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

3 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proyek Konstruksi

Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan, ada awal dan akhir, dan umumnya berjangka pendek (Ervianto, 2002). Proyek konstruksi mempunyai tiga karakteristik yang dapat dipandang secara tiga dimensi, yaitu bersifat unik, dibutuhkan sumber daya, dan organisasi.

Dalam proses mencapai tujuan dari suatu proyek perlu ditentukan batasan yaitu besar biaya yang dialokasikan, jadwal serta mutu yang harus dipenuhi (Soeharto, 1995). Ketiga batasan tersebut sering disebut tiga kendala (Triple Constrain) yaitu biaya, mutu, dan waktu.

Proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis kelompok bangunan (Ervianto, 2002), yaitu:

1. Bangunan gedung: Rumah, kantor, pabrik, dan lain-lain. Ciri-ciri dari kelompok bangunan ini adalah:

1) Proyek konstruksi menghasilkan tempat untuk orang bekerja atau tinggal. 2) Pekerjaan dilaksanakan dalam lokasi yang sempit dan kondisi pondasi

umumnya sudah diketahui.

3) Dibutuhkan manajemen terutama untuk progres pekerjaan. 2. Bangunan sipil: Jalan, bendungan, dan infrastruktur lainnya.

Ciri-ciri dari kelompok bangunan ini adalah:

1) Proyek konstruksi dilaksanakan untuk mengendalikan alam agar berguna bagi manusia.

2) Pekerjaan dilaksanakan dalam lokasi yang luas atau panjang dan kondisi pondasi sangat berbeda satu sama lain dalam suatu proyek.

(2)

4 2.2 Tahap kegiatan dalam Proyek Konstruksi

Kegiatan konstruksi adalah kegiatan yang harus melalui proses yang panjang, dan didalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan (Ervianto, 2002). Disamping itu, dalam kegiatan konstruksi terdapat suatu rangkaian yang berurutan dan berkaitan. Tahapan-tahapan tersebut biasanya adalah:

1) Tahap ide, yang biasanya muncul dari suatu kebutuhan. 2) Tahap studi kelayakan.

Tujuan dari tahap ini adalah untuk meyakinkan pemilik proyek bahwa proyek konstruksi yang diusulkan layak untuk dilaksanakan, baik dari aspek perencanaan dan perancangan, aspek ekonomi (biaya dan sumber pendanaan), maupun aspek lingkungannya.

3) Tahap Penjelasan (Briefing)

Tujuan dari tahap ini adalah untuk memungkinkan pemilik proyek untuk menjelaskan fungsi proyek dan biaya yang diijinkan, sehingga konsultan perencana dapat secara tepat menafsirkan keinginan pemilik proyek dan membuat taksiran biaya yang diperlukan.

4) Tahap Perancangan (Design)

Tujuan tahap ini adalah untuk melengkapi penjelasan proyek dan menentukan tata letak, rancangan, metode konstruksi, dan taksiran biaya agar mendapatkan persetujuan dari pemilik proyek dan pihak berwenang yang terlibat, untuk mempersiapkan informasi pelaksanaan yang diperlukan, termasuk gambar rencana, dan spesifikasi serta untuk melengkapi semua dokumen tender.

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah:

(1) Mengembangkan ikhtiar proyek menjadi penyelesaian akhir. (2) Memeriksa masalah teknis.

(3) Mempersiapkan:

a) Rancangan skema (pra-rancangan) b) Rancangan terinci

(3)

5 d) Daftar kuantitas

e) Tafsiran biaya akhir

f) Program pelaksanaan pendahuluan termasuk jadwal waktu. 5) Tahap pengadaan atau pelelangan (Procurement/Tender)

Tujuan dari tahap ini adalah untuk menunjuk kontraktor sebagai pelaksana atau sejumlah kontraktor sebagai sub-kontraktor yang akan melaksanakan konstruksi di lapangan.

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah: (1) Pra Kualifikasi

(2) Dokumen Kontrak

6) Tahap pelaksanaan (construction)

Tujuan tahap ini adalah untuk mewujudkan bangunan yang dibutuhkan oleh pemilik proyek yang sudah dirancang oleh konsultan perencana dalam batasan biaya dan waktu yang telah disepakati yang dilaksanakan adalah merencanakan, mengkoordinasikan, mengendalikan semua operasional di lapangan.

7) Tahap pemeliharaan dan persiapan penggunaan (maintenance & start up) Tujuan dari tahap ini adalah untuk menjamin agar pembangunan yang telah selesai sesuai dengan dokumen kontrak, dan semua fasilitas bekerja sebagaimana mestinya. Selain itu pada tahap ini juga dibuat catatan mengenai konstruksi berikut petunjuk operasinya dan melatih staf dalam menggunakan fasilitas yang tersedia.

2.3 Biaya Konstruksi

Pada proyek konstruksi, penawaran harus dilakukan sebelum proses produksi terjadi. Hal ini menyebabkan industri jasa konstruksi memuat resiko yang cukup tinggi. Untuk membuat harga penawaran yang cukup rendah, tetapi masih mendapatkan cukup keuntungan (profit) maka diperlukan seorang estimator (penaksiran biaya). Penaksiran anggaran biaya adalah proses perhitungan volume pekerjaan, harga, dari berbagai macam bahan dan pekerjaan yang akan terjadi pada

(4)

6 suatu konstruksi. Karena taksiran dibuat sebelum dimulainya pembangunan maka nilai harga yang diperoleh adalah “taksiran biaya” atau estimation cost, bukan “biaya sebenarnya” atau actual cost. Tentang cocok atau tidaknya suatu taksiran biaya yang sebenarnya sangat tergantung dari kepandaian dan keputusan yang diambil oleh estimator berdasarkan pengalamannya.

Terdapat banyak metode dan tingkat kecermatan untuk mempersiapkan biaya modal suatu proyek konstruksi. Setiap metode mempunyai segi keunggulan dan keterbatasannya, ada beberapa jenis biaya dimana termasuk dalam modal tetap yang berhubungan dengan pembiayaan suatu proyek konstruksi yang dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost).

2.3.1 Jenis-jenis Biaya Proyek

Jenis-jenis biaya proyek dikelompokkan atas biaya langsung dan biaya tidak langsung.

1) Biaya Langsung (Direct Cost)

Biaya langsung adalah semua biaya yang langsung berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan konstruksi di lapangan. Biaya langsung dapat diperoleh dengan mengalikan volume atau kuantitas suatu pekerjaan dengan harga satuan pekerjaan tersebut. Harga satuan pekerjaan terdiri atas harga bahan, upah buruh, dan biaya peralatan yang diperlukan (Suparditha, 2014).

Biaya-biaya yang dikelompokkan dalam biaya langsung adalah sebagai berikut:

1. Biaya bahan/material

Biaya bahan atau material terdiri dari biaya pembelian material, biaya transportasi, biaya penyimpanan material dan kerugian akibat kehilangan atau kerusakan material.

(5)

7 Biaya pekerja atau upah adalah biaya yang dikeluarkan untuk menggaji para pekerja yang melaksanakan proyek.

3. Biaya peralatan

Biaya peralatan terdiri dari biaya pembelian peralatan, biaya sewa (bila menyewa), biaya operasi, biaya pemeliharaan, biaya operator, biaya mobilisasi, dan lain-lain yang terkait dengan peralatan.

2) Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)

Biaya tidak langsung adalah semua biaya proyek yang tidak secara langsung berhubungan dengan konstruksi di lapangan tetapi biaya ini harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek tersebut (Suparditha, 2014).

Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya tidak langsung (Indirect Cost) adalah:

1. Biaya overhead

Biaya overhead adalah biaya untuk operasi perusahaan secara keseluruhan, terlepas dari ada atau tidak adanya kontrak yang sedang ditangani. Misalnya, biaya pemasaran, advertensi, gaji eksekutif, sewa kantor, telepon, atau komputer (Soeharto, 2001).

2. Biaya tak terduga (contingence)

Contingence adalah cadangan biaya dari suatu perkiraan biaya atau anggaran untuk dialokasikan pada butir-butir yang belum ditentukan, dimana menurut pengalaman dan statistik menunjukkan selalu diperlukan (Soeharto, 1997). 3. Keuntungan/profit

Keuntungan disini adalah keuntungan yang diterima kontraktor yang telah dimasukkan dalam biaya proyek keseluruhan.

Penjumlahan dari biaya langsung dan biaya tak langsung ini merupakan biaya total yang digunakan selama pelaksanaan proyek. Besarnya biaya ini sangat bergantung oleh lamanya waktu penyelesaian proyek. Keduanya berubah sesuai

(6)

8 dengan kemajuan proyek. Meskipun tidak ada rumus tertentu, umumnya makin lama proyek berjalan makin tinggi biaya komulatif yang diperlukan (Soeharto, 1999).

2.3.2 Estimasi Biaya Proyek

Kegiatan estimasi dalam proyek konstruksi dilakukan dengan tujuan tertentu, tergantung pada siapa yang membuatnya. Pihak owner membuat estimasi dengan tujuan untuk mendapatkan informasi sejelas-jelasnya tentang biaya yang harus disediakan untuk merealisasikan proyeknya. Hasil estimasi ini disebut dengan OE (Owner Estimate) atau EE (Engineer Estimate). Pihak kontraktor membuat estimasi dengan tujuan memperoleh gambaran besarnya biaya suatu proyek konstruksi, sehingga memudahkan kontraktor dalam mengajukan nilai penawaran terhadap proyek tersebut (Ervianto, 2002).

Estimasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu: 1) Estimasi kelayakan

Untuk menentukan apakah proyek tersebut layak dibangun. Biaya yang diperlukan diperhitungkan dalam estimasi ini mencakup biaya perancangan, depresiasi, pajak, bunga modal, pemeliharaan dan perbaikan tahunan, dan lain-lain.

2) Estimasi konseptual

Estimasi yang dilakukan selama proses perancangan berlangsung. Untuk setiap revisi estimasi, tingkat ketelitian biaya akan meningkat sesuai tahap perancangan. Jenis estimasi konseptual adalah sebagai berikut:

a. Estimasi harga satuan fungsional, yang menggunakan fungsi dari fasilitas sebagai dasar penetapan biaya.

b. Estimasi biaya satuan per meter persegi, metode ini mengandalkan data dari proyek sejenis yang pernah dibangun, metode ini ketelitiannya rendah.

c. Estimasi biaya satuan permeter kubik, dapat digunakan pada bangunan yang mementingkan volume. Metode ini hanya dapat diandalkan untuk fase awal perencanaan dan perancangan.

(7)

9 d. Estimasi faktorial, digunakan pada proyek yang mempunyai tipe sama. Metode ini sangat berguna untuk proyek-proyek yang komponen utamanya sama. Biaya komponen utama ini akan berfungsi sebagai faktor dasar dan semua komponen yang lain harganya merupakan fungsi dari komponen utama.

e. Estimasi sistematis, proyek dibagi atas sistem fungsionalnya kemudian harga satuan ditentukan oleh penjumlahan tiap harga satuan elemen dalam setiap sistem atau mengalikan dengan data faktor pengali yang ada.

3) Estimasi detail

Umumnya dilakukan oleh kontraktor umum. Langkah awal yang dilakukan adalah membuat pengukuran terhadap kuantitas item-iteem pekerjaan berdasarkan pada gambar gambar pekerjaan di lapangan (quantity take off ), kemudian menyatukan biaya material, tenaga kerja, peralatan, subkontraktor, dan biaya lainnya seperti overhead dan keuntungan.

4) Sistem estimasi subkontraktor

Dipakai pada bagian konstruksi khusus yang disubkontrakan. 5) Estimasi pekerjaan tambah kurang.

Dimana pekerjaan tambah kurang dapat terjadi karena kebutuhan pemilik, kesalahan dalam dokumen kontrak, atau perubahan kondisi lokasi proyek.

6) Estimasi kemajuan

Tujuan adalah sebagai dasar permintaan pembayaran dan sebagai pembanding terhadap keuntungan dan kerugian yang telah diramalkan sebelumnya.

2.4 Pelelangan (Tender)

Pelelangan yaitu pengadaan barang/jasa yang dilakukan secara terbuka (untuk umum) dengan pengumuman secara luas melalui media cetak dan papan pengumuman resmi sehingga masyarakat luas/dunia usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya. Bila calon penyedia barang atau jasa terbatas jumlahnya karena karakteristik, komplesitas dan kecanggihan teknologi pekerjaan, kelangkaan tenaga ahli atau terbatasnya perusahaan yang mampu

(8)

10 mengerjakan pekerjaan tersebut, pengadaan barang atau jasa tetap dilakukan dengan cara pelelangan (Ervianto, 2002).

2.4.1 Jenis-jenis pelelangan

Berdasarkan Perpres No.70 Tahun 2012. Pemilihan penyedia pekerjaan konstruksi dilakukan dengan:

1) Pelelangan umum.

Adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang memenuhi syarat.

2) Pelelangan terbatas.

Adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi dengan jumlah Penyedia yang mampu melaksanakan diyakini terbatas dan untuk pekerjaan yang kompleks.

3) Pemilihan langsung.

Adalah metode pemilihan Penyedia Pekerjaan Konstruksi untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

4) Penunjukkan langsung.

Adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa dengan cara menunjuk langsung 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa.

5) Pengadaan Langsung

Adalah Pengadaan Barang/Jasa langsung kepada Penyedia Barang/Jasa, tanpa melalui Pelelangan/ Seleksi.

6) Pengadaan secara elektronik atau E-Procurement.

Adalah Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

(9)

11 2.4.2 Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)

Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) merupakan system E-Procurement yang mengoperasikan system bernama System Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) yang dikembangkan dengan basis free licence untuk diterapkan diseluruh instansi pemerintah di Indonesia. Sehingga instansi pemerintah dengan anggaran yang terbatas tetap dapat menerapkan SPSE karena tidak diperlukan biaya lisensi kecuali pembelian server dan sewa akses internet. Selain itu LPSE merupakan unit yang dibentuk oleh sebuah instansi untuk mengoperasikan system E-Procurement LPSE. Pada proses pengadaan LPSE hanya berfungsi sebagai fasilitator yang tidak ikut dalam proses pengadaan. Pelaksanaan proses pengadaan sepenuhnya dilakukan oleh panitia pengadaan atau Unit Layanan Pengadaan (ULP).

2.4.3 Pihak yang terlibat dalam Proses Pelelangan

Dalam proses pelelangan ada beberapa pihak yang terlibat dalam proses pelelangan berdasarkan Perpres No.70 Tahun 2012 yaitu:

1) Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi, yang selanjutnya disebut K/L/D/I adalah instansi/institusi yang menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

2) Pengguna Barang/Jasa adalah Pejabat pemegang kewenangan penggunaan Barang dan/atau Jasa milik Negara/Daerah di masing-masing K/L/D/I.

3) Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut LKPP adalah lembaga Pemerintah yang bertugas mengembangkan dan merumuskan kebijakan Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

4) Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsure penyelenggara pemerintahan daerah.

5) Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA adalah Pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja

(10)

12 Perangkat Daerah atau Pejabat yang disamakan pada Institusi Pengguna APBN/APBD.

6) Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA adalah pejabat yang ditetapkan oleh PA untuk menggunakan APBN atau ditetapkan oleh Kepala Daerah untuk menggunakan APBD.

7) Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.

8) Unit Layanan Pengadaan yang selanjutnya disebut ULP adalah unit organisasi Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi yang berfungsi melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa yang bersifat permanen, dapat berdiri sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada.

9) Pejabat Pengadaan adalah personil yang ditunjuk untuk melaksanakan Pengadaan Langsung.

10) Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan adalah panitia/pejabat yang ditetapkan oleh PA/KPA yang bertugas memeriksa dan menerima hasil pekerjaan.

11) Aparat Pengawas Intern Pemerintah atau pengawas intern pada institusi lain yang selanjutnya disebut APIP adalah aparat yang melakukan pengawasan melalui audit, review, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi.

12) Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang menyediakan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya. Didalam mengajukan penawarannya Penyedia Barang/Jasa dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Memenuhi ketentuan peraturan perundangundangan untuk menjalankan kegiatan/usaha.

b. Memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manajerial untuk menyediakan Barang/Jasa.

(11)

13 c. Memperoleh paling kurang 1 (satu) pekerjaan sebagai Penyedia Barang/Jasa dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir, baik di lingkungan pemerintah maupun swasta, termasuk pengalaman subkontrak.

d. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf c, dikecualikan bagi Penyedia Barang/Jasa yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun.

e. Memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan dan fasilitas lain yang diperlukan dalam Pengadaan Barang/Jasa.

f. Dalam hal Penyedia Barang/Jasa akan melakukan kemitraan, Penyedia Barang/Jasa harus mempunyai perjanjian kerja sama operasi/ kemitraan yang memuat persentase kemitraan dan perusahaan yang mewakili kemitraan tersebut.

g. Memiliki kemampuan pada bidang pekerjaan yang sesuai untuk Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan koperasi kecil serta kemampuan pada subbidang pekerjaan yang sesuai untuk usaha non-kecil.

h. Memiliki Kemampuan Dasar (KD) untuk usaha nonkecil, kecuali untuk Pengadaan Barang dan Jasa Konsultansi.

i. Khusus untuk Pelelangan dan Pemilihan Langsung Pengadaan Pekerjaan Konstruksi memiliki dukungan keuangan dari bank.

j. Khusus untuk Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Lainnya, harus memperhitungkan Sisa Kemampuan Paket (SKP) sebagai berikut.

SKP = KP – P

KP = nilai Kemampuan Paket, dengan ketentuan:

a) Untuk Usaha Kecil, nilai Kemampuan Paket (KP) ditentukan sebanyak 5 (lima) paket pekerjaan, dan

b) Untuk usaha non kecil, nilai Kemampuan Paket (KP) ditentukan sebanyak 6 (enam) atau 1,2 (satu koma dua) N.

P = jumlah paket yang sedang dikerjakan.

N = jumlah paket pekerjaan terbanyak yang dapat ditangani pada saat bersamaan selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir.

(12)

14 k. Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan dan/ atau direksi yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana, yang dibuktikan dengan surat pernyataan yang ditandatangani Penyedia Barang/Jasa.

l. Sebagai wajib pajak sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir (PPTK Tahunan) serta memiliki laporan bulanan PPh Pasal 21, PPh Pasal 23 (bila ada transaksi), PPh Pasal 25/Pasal 29 dan PPN (bagi Pengusaha Kena Pajak) paling kurang 3 (tiga) bulan terakhir dalam tahun berjalan.

m. Secara hukum mempunyai kapasitas untuk mengikatkan diri pada Kontrak; n. Tidak masuk dalam Daftar Hitam.

o. Memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan jasa pengiriman.

p. Menandatangani Pakta Integritas.

Kelompok Kerja ULP/Pejabat Pengadaan menyusun dan menetapkan metode pemasukan Dokumen Penawaran. Metode pemasukan Dokumen Penawaran terdiri atas:

a. Metode satu sampul

Metode satu sampul digunakan untuk Pengadaan Barang/Jasa yang sederhana, dimana evaluasi teknis tidak dipengaruhi oleh harga dan memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Pekerjaan yang bersifat sederhana dengan standar harga yang telah ditetapkan Pemerintah

2) Pengadaan Jasa Konsultansi dengan KAK (kerangka acuan kerja) yang sederhana.

3) Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang spesifikasi teknis atau volumenya dapat dinyatakan secara jelas dalam Dokumen Pengadaan.

(13)

15 Metode dua sampul digunakan untuk Pengadaan Barang/Jasa dimana evaluasi teknis dipengaruhi oleh penawaran harga, dan digunakan untuk:

1) Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang menggunakan evaluasi sistem nilai atau sistem biaya selama umur ekonomis.

2) Pengadaan Jasa Konsultansi yang memiliki karakteristik sebagai berikut: a) Dibutuhkan penilaian yang terpisah antara persyaratan teknis dengan

harga penawaran, agar penilaian harga tidak mempengaruhi penilaian teknis.

b) Pekerjaan bersifat kompleks sehingga diperlukan evaluasi teknis yang lebih mendalam.

c. Metode dua tahap

Metode dua tahap digunakan untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Pekerjaan bersifat kompleks.

2) Memenuhi kriteria kinerja tertentu dari keseluruhan sistem, termasuk pertimbangan kemudahan atau efisiensi pengoperasian dan pemeliharan peralatannya.

3) Mempunyai beberapa alternatif penggunaan sistem dan desain penerapan teknologi yang berbeda.

4) Membutuhkan waktu evaluasi teknis yang lama. 5) Membutuhkan penyetaraan teknis.

2.4.4 Proses Pelelangan

Pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya berdasarkan Perpres No. 70 Tahun 2012 dengan metode Pelelangan Umum meliputi tahapan sebagai berikut:

1. Persiapan pengadaan

(14)

16 b. PPK menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang meliputi: spesifikasi teknis, HPS (Harga Perkiraan Sendiri) dan rancangan kontrak.

c. Panitia/Pokja ULP Pengadaan memasukkan ke dalam SPSE: 1. Kategori paket pekerjaan

2. Metode pemilihan penyedia barang/jasa dan penyampaian dokumen penawaran yang meliputi:

a. E-lelang Umum Pra Kualifikasi dua file b. E-lelang Umum Pasca Kualifikasi satu file c. E-lelang Umum Pasca Kualifikasi dua file 3. Metode Evaluasi pemilihan penyedia barang/jasa. 4. Harga Perkiraan Sendiri.

5. Persyaratan kualifikasi. 6. Jenis kontrak .

7. Jadwal pelaksanaan pengadaan barang/jasa dan 8. Dokumen Pemilihan

2. Pengumuman pengadaan barang/jasa.

a. Setelah mendapatkan penetapan PPK, paket pekerjaan yang bersangkutan akan tercantum dalam website LPSE dan panitia/pokja ULP pengadaan mengumumkan paket pengadaan barang/jasa sesuai dengan keperluan yang berlaku.

b. Masyarakat umum dapat melihat pengumuman pengadaan di website LPSE yang bersangkutan.

3. Pendaftaran peserta pengadaan barang/jasa.

a. Penyedia barang/jasa yang sudah mendapat hak akses dapat memilih dan mendaftar sebagai peserta pengadaan barang/jasa pada paket-paket pekerjaan yang diminati.

b. Dengan mendaftar sebagai peserta pengadaan barang/jasa pada paket pekerjaan yang diminati maka penyedia barang/jasa dianggap telah menyetujui pakta integritas.

(15)

17 c. Dengan mendaftar sebagai peserta pengadaan barang/jasa pada paket pekerjaan yang diminati penyedia barang/jasa dapat mengunduh (download) dokumen pengadaan/lelang paket pekerjaan tersebut. 4. Penjelasan pengadaan barang/jasa

a. Proses penjelasan pengadaan barang/jasa dilakukan secara online tanpa tatap muka melalui website LPSE yang bersangkutan

b. Dalam hal waktu penjelasan pengadaan barang/jasa telah berakhir, panitia/pokja ULP pengadaan masih mempunyai waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin belum terjawab c. Jika dianggap perlu dan tidak dimungkinkan memberikan informasi

lapangan ke dalam dokumen pemilihan, panitia/Pokja ULP pengadaan dapat melaksanakan proses penjelasan di lapangan/lokasi pekerjaan 5. Penyampaian penawaran

a. Pada tahap penyampaikan penawaran, penyedia barang/jasa yang sudah menjadi peserta pengadaan barang/jasa dapat mengirimkan dokumen (file) penawarannya dengan terlebih dahulu melakukan enkripsi/penyandian terhadap file penawaran dengan menggunakan Aplikasi Pengaman Dokumen (APENDO) yang tersedia dalam website LPSE.

b. Pengguna wajib mengetahui dan melaksanakan ketentuan penggunaan APENDO yang tersedia dan dapat diketahui pada saat mengoprasikan APENDO

6. Proses evaluasi

a. Pada tahap pembukaan file penawaran, panitia/pokja ULP pengadaan dapat mengunduh (download) dan melakukan dekripsi file penawaran tersebut dengan menggunakan APENDO.

b. Terhadap file penawaran yang oleh tidak dapat dibuka,

c. Panitia/pokja ULP pengadaan wajib menyampaikan file penawaran terenkripsi yang tidak dapat dibuka kepada LPSE untuk dilakukan

(16)

18 analisa dan bila dianggap perlu LPSE dapat menyampaikan file penawaran tersebut kepada direktorat E-Procurement LKPP.

d. Terhadap penyampaian file penawaran terenkripsi yang tidak dapat dibuka (dekripsi), LKPP melakukan analisa terhadap file penawaran tersebut dan dapat merekomendasikan langkah-langkah yang perlu diambil oleh panitia/pokja ULP pengadaan.

e. Dengan adanya proses penyampaian informasi sebagaimana huruf b diatas panitia /Pokja ULP pengadaan dimungkinkan melakukan pemunduran jadwal pada paket pekerjaan tersebut.

f. Proses evaluasi (administrasi dan teknis, harga, kualifikasi) terhadap file penawaran dilakukan secara manual (off line) di luar SPSE, dan selanjutnya hasil evaluasi tersebut dimasukkan kedalam SPSE.

g. Proses evaluasi kualifikasi dapat dilakukan dengan meminta dan memeriksa semua dokumen penawaran asli calon pemenang pengadaan barang/ jasa.

7. Proses pengadaan barang/ jasa gagal dan di ulang

a. Dalam hal panitia/Pokja ULP pengadaan memutuskan untuk melakukan proses pengadaan barang/jasa ulang,maka terlebih dahulu panitia /Pokja ULP pengadaan harus membatalkan proses pengadaan barang atau jasa paket pekerjaan yang sedang berjalan (pada tahap apapun) pada SPSE dan memasukkan alasan penyebab proses pengadaan barang /jasa harus diulang .

b. Informasi tentang proses pengadaan barang/jasa ulang ini secara otomatis akan terkirim melalui email kepada semua peserta lelang paket pekerjaan tersebut.

c. Termasuk dalam SPSE gagal karena teknik oprasional LPSE 8. Pengumuman calon pemenang pengadaan barang /jasa.

Pada tahap pengumuman pemenang dan PPK telah menetapkan pemenang pengadaan barang/jasa suatu paket pekerjaan, SPSE secara otomatis akan menampilkan informasi pengumuman pemenang paket

(17)

19 pekerjaan dimaksud, dan juga mengirim informasi ini melalui email kepada seluruh peserta pengadaan barang /jasa paket pekerjaan tersebut.

9. Sanggah

a. Peserta pengadaan barang/jaasa hanya dapat mengirimkan 1(satu) kali sanggahan kepada PPK suatu paket pekerjaan yang dilakukan secara online melalui SPSE

b. SPSE memungkinkan PPK untuk merlakukan jawaban terhadap sanggahan peserta pengadaan barang/jasa yang dikirimkan setelah batas akhir waktu sanggah.

c. Dalam hal terdapat sanggah banding, proses tersebut dilakukan diluar SPSE dan peserta pengadaan barang/jasa mengirimkan kepada pejabat terkait.

d. Proses sanggah banding menghentikan tahapan pengadaan barang/jasa selanjutnya pada SPSE.

10. Pasca proses pengadaan

a. Proses pengadaan suatu paket selesai apabila PPK telah menetapkan pemenang pengadaan barang/jasa dan panitia / Pokja ULP pengadaan mengirimkan pengumuman permenang pengadaan barang/ jasa kepada peserta pengadaan barang/jasa melalui SPSE serta masa sanggah telah dilalui.

b. SPSE secara otomatis akan mengirim pemberitahuan kepada pemenang pengadaan barang/jasa dan meminta untuk menyelesaikan proses selanjutnya yang pelaksanaannya diluar SPSE.

c. Dengan selesainya proses pengadaan melalui SPSE, PPK wajib membuat dan menyampaikan surat penetapan pemenang kepada pemenang pengadaan barang/jasa secara tertulis.

d. Disertai dengan asli dokumen penawaran paket pekerjaan tertentu, pemenang pengadaan barang/jasa melakukan penandatanganan kontrak dengan pejabat terkait yang dilakukan diluar SPSE.

(18)

20 e. Proses pengadaan belum resmi/sah menjadi transaksi pengadaan apabila masing-masing pihak belum melakukan kewajiban dan haknya sesuai dengan ketentuan yang telah berlaku atau di tetapkan oleh kementrian/lembaga/pemerintah daerah terkait.

f. Pemenang proses pengadaan barang/jasa wajib untuk menyelesaikan proses pengadaan barang/jasa diluar SPSE dengan pejabat kementrian/lembaga/ pemerintah daerah terkait.

g. Setelah pemenang di tetapkan melalui website LPSE, pejabat kementrian/lembaga/pemerintah daerah terkait dapat menghubungi pemenang untuk menyelesaikan transaksi pengadaannya segera setelah berakhirnya pengadaan.

h. Pengguna dan masyarakat pada akhir proses pengadaan dapat menghetahui pemenang pengadaan barang/jasa paket pekerjaan tertentu melalui website LPSE terkait.

11. Pembatalan/ pemutusan

Panitia Pokja ULP pengadaan berhak/dapat membatalkan/ memutuskan proses pengadaan apabila memenuhi Pasal 28 Keppres Nomor 80 Tahun 2003 dan dalam hal sedang berlangsungnya proses pengadaan barang/jasa, karena suatu dan lain hal yang mengakibatkan proses pengadaan barang/jasa tidak dapat melaksanakan dengan sempurna (terjadi gangguan teknis dan atau non teknis, keadaan kahar)

12. Penilaian

Apabila penyedia barang/jaasa memiliki catatan kinerja (track record) yang buruk, maka panitia/Pokja ULP pengadaan berhak/dapat menggugurkan penawaran penyedia dan atau memasukkan kedalam daftar hitam (black list) dalam kurun waktu tertentu. Untuk keperluan ini panitia/ Pokja ULP pengadaan memberitahukan secara tertulis kepada LPSE agar diumumkan dalam website LPSE.

(19)

21 2.5 Penawaran

Penawaran adalah suatu usulan oleh satu pihak untuk mengerjakan sesuatu bagi pihak lain menurut persyaratan yang telah ditentukan dan disepakati bersama (Patmadjaja, 1999). Penawaran diajukan dalam suatu pelelangan atau tender. Bila calon penyedia barang atau jasa terbatas jumlahnya karena karakteristik, kompleksitas, dan atau kecanggihan teknologi pekerjaannya, dan atau tenaga ahli, atau terbatasnya perusahaan yang mampu mengerjakan pekerjaan tersebut, pengadaan barang atau jasa tetap dilakukan dengan cara pelelangan.

Penawaran memuat harga pekerjaan yang diajukan oleh kontraktor terhadap pemilik dan bersifat mengikat atas dasar dokumen kontrak lainnya (gambar rencana, spesifikasi, syarat umum kontrak, dan risalah penjelasan pekerjaan).

Berdasarkan Perpres No.70 Tahun 2012 metode evaluasi penawaran dalam pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya terdiri atas:

1) Sistem gugur

Metode evaluasi penawaran untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya pada prinsipnya menggunakan penilaian sistem gugur.

2) Sistem nilai

Evaluasi sistem nilai digunakan untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang memperhitungkan keunggulan teknis sepadan dengan harga, mengingat penawaran harga sangat dipengaruhi oleh kualitas teknis.

Sistem nilai dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Besaran bobot biaya antara 70% (tujuh puluh perseratus) sampai dengan 90% (sembilan puluh perseratus) dari total bobot keseluruhan.

b. Unsur yang dinilai harus bersifat kuantitatif atau yang dapat dikuantifikasikan.

c. Tata cara dan kriteria penilaian harus dicantumkan dengan jelas dan rinci dalam Dokumen Pengadaan.

(20)

22 Evaluasi sistem penilaian biaya selama umur ekonomis digunakan untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang memperhitungkan faktor-faktor umur ekonomis, harga, biaya operasional, biaya pemeliharaan, dan jangka waktu operasi tertentu.

2.5.1 Strategi Penawaran

Yang dimaksud dengan strategi adalah suatu upaya yang dapat digunakan oleh pemakai dalam mendekatkan permasalahan pada kondisi yang nyata. Konsep dasar dalam menentukan strategi penawaran sebenarnya cukup sederhana yaitu hanya ada satu penawar terbaik dalam mengkombinasikan dua hal (Ervianto, 2004), yaitu:

1) Memperoleh profit dari harga penawaran yang diajukan. 2) Kemungkinan untuk mendapatkan proyek dapat tercapai.

Dalam pelaksanaan lelang banyak cara peserta lelang berusaha memenangkan lelang dengan menerapkan berbagai strategi (Ervianto, 2004), antara lain:

1) Strategi kompetitif, merupakan strategi penawaran yang paling ideal dengan mengasumsikan seluruh pesaing menggunakan strategi yang jujur dalam kompetisi.

2) Strategi menurunkan harga, digunakan oleh peserta lelang untuk memenangkan lelang dengan cara menurunkan harga dan rela mendapatkan keuntungan minimal.

3) Strategi merugi, bertujuan untuk memperoleh simpati dari owner dengan harapan untuk mendapatkan proyek berikutnya.

4) Strategi pembayaran dengan kelonggaran, bertujuan memberikan kelonggaran kepada owner dalam hal pembayaran termin.

5) Strategi perundingan bawah meja, bertujuan mendapatkan nilai OE dalam suasana tidak normal.

Berbagai metode pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan strategi penawaran, dengan tujuan agar kontraktor dapat membuat penawaran

(21)

23 menjadi lebih akurat dan efektif terhadap suatu proyek. Dipahami dan diaplikasikannya salah satu metode pendekatan dalam pengajuan sebuah harga penawaran akan lebih baik dibandingkan tidak sama sekali. Metode yang sering digunakan sebagai alat untuk mendapatkan harga penawaran yang kompetitif dan profit yang optimum adalah Model Friedman, Model Gates, dan Model Ackoff & Sasieni.

2.5.2 Model-model Strategi Penawaran

Ada banyak model penawaran yang biasa digunakan sebagai strategi dalam suatu penawaran pada tender proyek konstruksi diantaranya adalah:

1. Model Friedman

Perhitungan Model Friedman (Ervianto,2004)

(1) Perhitungan probabilitas mengalahkan tawaran satu pesaing, dengan rumus:

(2.1)

Rumus ini digunakan dengan menentukan biaya tidak langsung dari data tender tahun lalu dimana owner estimate yang kemudian dibagi untuk menentukan biaya mark-up, setelah di dapat nilai mark-up dari data tahun lalu tersebut dikomulatifkan dan didapat jumlah total tawaran, komulatif tawaran di ambil dari salah satu nilai mark-up yang sudah di dapat. Jumlah tawaran di dapat dari jumlah seluruh data komulatif.

(2) Perhitungan Probabilitas mengalahkan tawaran dua/lebih pesaing, dengan rumus:

P(ko menang) = [P(ko<k1)]n (2.2) Dimana:

ko = Tawaran kontraktor yang akan mengalahkan tawaran para pesaing.

(22)

24 k1 = Tawaran kontraktor para pesaing berdasarkan data tahun

sebelumnya

n = Jumlah pesaing

(3) Perhitungan keuntungan harapan bila mengalahkan satu pesaing, dengan rumus:

E(P) = mo x P(ko<k1) (2.3) Dimana :

E(P) = Keuntungan harapan (expected profit) mo = Mark-up yang diberikan kontraktor

ko = Tawaran kontraktor yang akan mengalahkan tawaran para pesaing.

k1 = Tawaran kontraktor para pesaing berdasarkan data tahun sebelumnya

(4) Perhitungan keuntungan harapan bila mengalahkan dua/lebih pesaing, dengan rumus:

E(P) = mo x [P(ko<k1)]n (2.4)

Dimana:

E(P) = Keuntungan harapan (expected profit) mo = Mark-up yang diberikan kontraktor

ko = Tawaran kontraktor yang akan mengalahkan tawaran para pesaing.

k1 = Tawaran kontraktor para pesaing berdasarkan data tahun sebelumnya

n = Jumlah pesaing 2. Model Gates

Model Gates (Patmadjaja, 1999) menggunakan dua buah perumusan probabilitas untuk menang sebagai berikut:

(1) Perhitungan probabilitas mengalahkan tawaran untuk satu pesaing, dengan rumus:

(23)

25 P(CoWin/Bo) = 1

1+ ∑ni=01-P(Bo<Bi)P(Bo<Bi) (2.4)

(2.5) Dimana :

P(CoWin/Bo) = probabilitas menang terhadap satu pesaing. P(Bo<Bi) = probabilitas menang terhadap pesaing i.

(2) Perhitungan probabilitas mengalahkan tawaran dua/lebih pesaing, dengan rumus: P(CoWin/Bo) = 1 1+n1-P(Bo<Ba) P(Bo<Ba) (2.5) (2.6) Dimana :

P(Co Win/Bo) = Probabilitas menang terhadap dua atau lebih pesaing.

Ba = Harga penawaran rata-rata

n = Jumlah pesaing

Dilanjutkan menghitung nilai expected profit dengan perumusan sebagai berikut:

E(P) = [(Bo-C)P(Cowins/Bo)] (2.6) (2.7) Dimana:

E(P) = Expected Profit

Bo = Harga Penawaran Kontraktor C = Biaya estimasi proyek

Gates menganggap biaya estimasi sama dengan biaya aktual.

2.5.3 Hubungan antara Mark-up, Probabilitas menjadi penawar terendah dan

Expected profit

Pada gambar 2.1 diperlihatkan pengaruh dari harga penawaran dengan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan/proyek, dalam kondisi hanya ada satu kompetitor. Kontraktor pasti menjadi penawar terendah jika mengajukan penawaran

(24)

26 yang terdiri dari komponen biaya langsung saja. Jika mengajukan harga penawaran dengan kenaikan sebesar 10% dari biaya langsung, maka harapan untuk menjadi penawaran terendah 60%, jika mengajukan harga penawaran dengan kenaikan sebesar 20% dari biaya langsung, maka kesempatan menjadi penawar terendah adalah 20%, dan jika dengan kenaikan sebesar 25%, maka hilang kesempatan untuk menjadi penawar terendah (Ervianto, 2004).

Gambar 2.1 Hubungan antara mark-up dengan probabilitas menjadi penawar terendah (Ervianto, 2004)

Dapat diperlihatkan berbagai keadaan antara keuntungan yang dapat dicapai dengan harga penawaran sebagai berikut:

1) Jika menawar dari komponen biaya langsung saja, maka pasti akan mendapatkan pekerjaan tetapi tidak mendapatkan keuntungan.

2) Jika menawar 5% di atas biaya langsung, kesempatan menjadi penawar terendah adalah 80%, maka keuntungan yang dapat dicapai adalah 5% dari 80% = 4%

3) Jika menawar 10% di atas biaya langsung, kesempatan menjadi penawar terendah adalah 60%, maka keuntungan yang dapat dicapai adalah 10% dari 60%=6%

(25)

27 4) Jika menawar 12,5% di atas biaya langsung, kesempatan menjadi penawar terendah adalah 50%, maka keuntungan yang dapat dicapai adalah 12,5% dari 50%=6,25%

5) Jika menawar 15% di atas biaya langsung, kesempatan menjadi penawar terendah adalah 40%, maka keuntungan yang dapat dicapai adalah 15% dari 40%=6%

6) Jika menawar 20% di atas biaya langsung, kesempatan menjadi penawar terendah adalah 20%, maka keuntungan yang dapat dicapai adalah 20% dari 20%=4%

7) Jika menawar 25% di atas biaya langsung, maka tidak akan mendapatkan proyek dengan sendirinya tidak mendapatkan keuntungan.

Dalam gambar 2.2 diperlihatkan estimasi besarnya keuntungan yang diharapkan dengan cara mengkombinasikan antara mark-up dan probabilitas menjadi penawar terendah (dengan satu kompetitor). Dalam contoh ini kontraktor dapat menghasilkan keuntungan dengan melakukan penawaran sebesar 12,5%. Maka 12,5% adalah angka optimum yang dapat digunakan sebagai dasar penawaran, dengan kata lain kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan dengan probabilitas 60% dan dengan mark-up 10% akan lebih realistis dibanding dengan probabilitas mendapatkan pekerjaan 40% dan dengan mark-up 15%. Akan tetapi, dengan semakin besarnya mark-up dalam suatu penawaran akan memperkecil resiko yang akan ditanggung oleh kontraktor.

(26)

28 Gambar 2.2 Grafik hubungan antara mark-up dengan expected profit

(Ervianto, 2004)

2.5.4 Probabilitas Menjadi Penawar Terendah

Dalam usaha menempatkan harga penawaran yang kompetitif dapat dilakukan perhitungan probabilitas dari kompetitor yang mengajukan penawaran dalam proyek tersebut. Dalam gambar 2.1 diperlihatkan grafik antara probabilitas dengan besarnya mark-up yang ditunjukkan berupa garis linier. Rentang probabilitas dimulai dari 100% hingga 0% sedangkan rentang perubahan mark-up berturut-turut dari 0% sampai dengan 25%.

Jika peserta pelelangan (tender) menempatkan harga penawaran berdasarkan mark-up mengikuti distribusi normal seperti diperlihatkan dalam Gambar 2.3. Dalam contoh ini frekwensi harga penawaran kompetitor berkisar antara 0-5% dari estimasi biaya langsung adalah 5%, antara 5-10% sebanyak 40%; antara 10-15% sebanyak 40%, dari 15-20% sebanyak 25% dan dari 20-25% sebanyak 5%

Gambar 2.3 Distribusi dari kompetitor mengikuti distribusi normal

(27)

29 2.5.5 Expected Profit

Keuntungan yang diharapkan dapat digambarkan berdasarkan kurva probabilitas. Kurva keuntungan ini diperlihatkan dalam gambar 2.4 tentang hubungan antara expected profit dengan mark-up adalah nilai mark-up 10% yang akan memberikan profit yang maksimum.

Rumusan dari expected profit adalah:

E (P) = p (b - c) P = Probabilitas menang

b = Penawaran c = Biaya estimasi

Dengan mencoba-coba besaran mark-up maka akan didapatkan nilai maksimum dari expected profit, dimana besarnya mark-up yang menghasilkan expected profit yang maksimum disebut mark-up optimum, yang nantinya dipakai dalam penawaran suatu tender dan akan cukup terlihat berapa besarnya profit yang akan digunakan. Keuntungan yang diharapkan dapat digambarkan berdasarkan kurva probabilitas dan gambar dibawah ini menunjukkan nilai mark-up 10% yang akan memberikan profit maksimum.

Gambar 2.4 Expected profit berdasarkan distribusi normal

(28)

30 2.5.6 Mark Up

Bentuk-bentuk penyelewengan biaya proyek yang menyebabkan biaya ekonomi tinggi biasanya disepakati oleh semua pihak (terutama masyarakat luas) sebagai bentuk “mark-up” proyek konstruksi. Mark-up proyek ini diartikan dipertanggung jawabkan secara hukum, sehingga bentuk apapun biaya penyelewengan proyek biasanya selalu dikaitkan dengan mark-up yang terjadi. Bila dipandang dari kacamata manajemen proyek, ternyata ada ketidaksamaan persepsi tentang kalimat mark-up proyek konstruksi yang selama ini dipahami oleh masyarakat dengan konsepsi manajemen proyek itu sendiri, sehingga perlu dilakukan pengkajian ulang agar didapat persepsi mark-up proyek konstruksi secara fair dan benar. Dalam dunia manajemen proyek istilah mark-up merupakan istilah biasa dan memiliki nilai normal dalam artian tidak menjadikan suatu istilah yang menggambarkan suatu pemolesan biaya yang tidak dapat dipertanggung jawabkan.

Menurut Tenah dan Coulter III (dalam Suparditha, 2014), Mark-up merupakan sejumlah biaya yang ditambahkan kedalam biaya langsung proyek pada harga penawaran untuk menutupi biaya yang tidak langsung yang meliputi biaya overhead perusahaan, biaya resiko dan keuntungan proyek. Jumlah dan rincian mark-up dari suatu kontraktor biasanya mermark-upakan sesuatu yang sifatnya rahasia. Oleh karena itu pada penawaran, rincian biaya tak langsung tidak ditampakkan melainkan tersebar kedalam harga satuan tiap item pekerjaan.

Di Negara-negara maju seperti Amerika besaran mark-up berkisar antara 4%-10% dan hal ini diwadahi dalam bentuk peraturan jasa konstruksi yang berlaku. Aturan pelelangan yang berlaku di negara kita dalam hal mencantukan biaya overhead dan keuntungan, sehingga dengan ketentuan tersebut, pihak kontraktor biasanya merubah harga satuan dengan sejumlah biaya overhead dan keuntungan tersebut. Dengan demikian telah terjadi perubahan harga dari harga satuan menjadi harga penawaran dan hal ini lumrah dan biasa terjadi dalam dunia bisnis, dalam konsep mencari keuntungan. Dalam menentukan besarnya mark-up kontraktor membutuhkan hasil kumpulan data-data penawaran yang lalu (historical data) dari para pesaing-pesaing sebagai petunjuk dalam penawaran (Patmadjaja, 1999).

(29)

31 Cara menentukan besaran mark-up dimana biaya proyek dihitung oleh masing-masing kontraktor dengan asumsi-asumsi/standar-standar biaya yang telah ditetapkan oleh masing-masing kontraktor. Pada perhitungan ini digunakan asumsi sebagai brikut:

Biaya Langsung = OE – Biaya tak langsung Dimana, biaya tak langsung meliputi :

Profit = 7 %x RC Overhead = 2 % x RC Biaya cadangan = 1% x RC PPH = 1,5% x RC PPN = 10% x RC + Jumlah = 21,5% x RC

Maka, Biaya Langsung = [100% - (21,5% x RC )] x OE = [100% - (21,5% x 1/1,1)] x OE = [100% - 19,5%] x OE

Gambar

Gambar  2.1  Hubungan  antara  mark-up  dengan  probabilitas  menjadi  penawar terendah  (Ervianto, 2004)
Gambar 2.3 Distribusi dari kompetitor mengikuti distribusi normal
Gambar 2.4 Expected profit berdasarkan distribusi normal

Referensi

Dokumen terkait

3.   Majelis  Kode  Etik  Pegawai  Negeri  Sipil  Kementerian  Kesehatan  yang  selanjutnya  disebut  Majelis  Kode  Etik  adalah  lembaga  non­struktural 

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh Kementerian/ Lembaga/ Satuan Kerja

2.2.4 Prinsip Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Anggaran pendapatan dan belanja daerah merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas

Slack (Studi Kasus pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Pangandaran)” Kuantitatif Partisipasi Anggaran dan Budgetary Slack Partisipasi Anggaran tidak berpengaruh

Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah selanjutnya disebut DPA-SKPD adalah dokumen yang memuat pendapatan dan belanja pembiayaan setiap SKPD

2. lnstansi pemerintah yang selanjutnya dalam pedoman ini disebut instansi adalah kementerian/lembaga dan pemerintah daerah. Pegawai kementerian/lembaga dan pemerintah

Lembaga dengan prinsip self-regulatory body memiliki kemampuan atau wewenang yang dianugerahkan untuk melakukan tindakan-tindakan hukum tertentu atau dapat disebut sebagai

Definisi Penyelenggaraan Makanan Institusi Penyelenggaraan makanan institusi merupakan rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, anggaran