• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA ACUAN TEKNIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KERANGKA ACUAN TEKNIS"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

KERANGKA ACUAN TEKNIS

PELAKSANAAN KEGIATAN PENGADAAN FASILITASI BANTUAN

SARANA PASCAPANEN

(DANA APBN-P TAHUN 2012)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam rangka Program Percepatan Peningkatan Ekonomi Nasional dalam 5 (lima) tahun ke depan Kementerian Pertanian telah mencanangkan 4 (empat) target utama, yaitu : (1) pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan; (2) peningkatan diversifikasi pangan; (3) peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor; dan (4) peningkatan pendapatan petani.

Berdasarkan 4 (empat) target utama tersebut, maka arah kebijakan pembangunan tanaman pangan, adalah : (1) pelestarian swasembada padi; (2) peningkatan produksi jagung dan kedelai menuju swasembada; (3) peningkatan produksi kacang tanah, kacang hijau, ubikayu dan ubi jalar; (4) serta pengembangan tanaman pangan alternatif lainnya.

Untuk mewujudkan arah kebijakan tersebut, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melakukan Catur Strategi Tanaman Pangan, yaitu : (1) peningkatan produktivitas; (2) perluasan areal; (3) pengamanan produksi; serta (4) pengembangan kelembagaan dan pembiayaan. Salah satu dari unsur Catur Strategi Tanaman Pangan adalah pengamanan produksi yang dapat dilakukan melalui penanganan pascapanen yang baik, sehingga dapat menekan susut hasil, mempertahankan mutu hasil, mempertahankan dan memperpanjang masa simpan, serta meningkatkan daya saing komoditas tanaman pangan.

Belum berkembangnya penanganan pascapanen tanaman pangan pada saat ini disebabkan antara lain yaitu (a) harga beli sarana pascapanen relatif mahal, sedangkan daya beli petani terbatas (b). pada umumnya petani melakukan penanganan pascapanen secara tradisional (c). terbatasnya kemampuan dan pengetahuan sumber daya manusia (SDM) petani dan (d). kurangnya petugas/penyuluh penanganan pascapanen. Sedangkan di sisi lain, teknologi di bidang sarana pascapanen tanaman pangan berkembang sangat pesat dan kebutuhan sarana pascapanen oleh petani semakin mendesak, dikarenakan semakin berkurangnya tenaga kerja di bidang pertanian terutama saat tanam dan panen.

Panen dan perontokan/pemipilan sebagai salah satu kegiatan pascapanen yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Saat panen dan perontokan/pemipilan merupakan waktu yang kritis, dikarenakan apabila saat panen terlambat, maka kualitas maupun kuantitas hasil produksinya akan turun, bahkan dapat rusak sama sekali. Untuk mengurangi serangan OPT, budidaya tanaman diupayakan dengan pola tanam serentak, sehingga saat panen di lapangan juga hampir bersamaan

(2)

2

pada suatu kawasan/wilayah. Begitu pula dengan pemipilan jagung, jika dilakukan secara manual akan membutuhkan banyak tenaga kerja dan waktu yang lama. Hal ini membawa implikasi kebutuhan tenaga pemanen dan perontok/pemipil sangat banyak untuk melakukan panen secara tepat waktu. Kebutuhan tenaga kerja yang besar pada saat panen dan perontok/pemipil ini menjadi masalah pada daerah-daerah yang memiliki keterbatasan tenaga kerja dan sekaligus menyebabkan tingginya susut hasil saat pemanenan dan perontokan/pemipilan tersebut.

Masalah utama dalam penanganan pascapanen padi, jagung dan kedelai yang dihadapi petani adalah susut hasil yang masih tinggi. Susut hasil padi terjadi secara kuantitatif yang dapat terjadi pada kegiatan panen dan perontokan, serta kehilangan hasil secara kualitatif atau turunnya mutu yang disebabkan oleh rusak atau rendahnya mutu gabah akibat terlambatnya atau tidak baiknya proses panen, perontokan dan pengeringan. Kondisi ini membuat petani cenderung menjual dalam kondisi gabah kering panen (GKP) secara langsung saat panen. Sedangkan susut hasil jagung yang tertinggi pada saat proses pemipilan dan kedelai pada perontokan Berdasarkan data hasil survei susut hasil padi yang dilakukan BPS RI (2008) sebesar 10,82 %. dengan komponen pada susut pemanenan 1,80% dan perontokan 0,18 %. Apabila perontokan ditunda sampai 3 malam, akibat kurangnya tenaga kerja dan kurang/tidak tersedianya sarana perontok, maka dapat mengakibatkan kehilangan hasil sebesar 3 %. Sedangkan survei susut hasil padi yang dilakukan FAO (2010) rata-rata sebesar 14,53 %, dengan komponen pada susut pemanenan 0,54 % dan perontokan 1,84 %.

Susut hasil jagung secara tradisional berkisar + 1,7 – 5,2 %. Komponen susut hasil jagung terbesar terjadi pada kegiatan pemipilan dengan menggunakan tenaga manusia pada kadar air 17 – 20 % sebesar 0,5 – 4,0 %.

Susut hasil kedelai secara tradisional sebesar + 2,5 % pada saat kadar air rendah sebesar + 10 %, sedangkan susut hasil sebesar + 15,5 % pada kadar air tinggi. Sedangkan komponen susut hasil kedelai terbesar terjadi pada kegiatan perontokan sebesar 7 %.

Pada tahun 2013, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menargetkan upaya penurunan susut hasil padi sebesar 1,79 %. Diharapkan dengan tercapainya target tersebut dapat mengamankan produksi sebesar 1,29 juta ton GKG atau setara dengan Rp 5,35 triliun. Target upaya penurunan susut hasil jagung sebesar 0,25 %. Diharapkan dengan tercapainya target tersebut dapat mengamankan produksi sebesar 64,8 ribu ton jagung pipilan kering atau setara dengan Rp 205 milyar.

Target upaya penurunan susut hasil kedelai sebesar 0,75 %. Diharapkan dengan tercapainya target tersebut dapat mengamankan produksi sebesar 16,9 ribu ton biji kedelai kering atau setara dengan Rp 101 milyar.

Hal tersebut telah tertuang dalam Roadmap Sasaran Penurunan Susut Hasil Padi, Jagung dan Kedelai tahun 2011 – 2014 sebagaimana terlihat pada tabel berikut :

(3)

3

Tabel 1. Roadmap Sasaran Penurunan Susut Hasil Serta Kebutuhan Alsin Pascapanen Padi, Jagung dan Kedelai Tahun 2011 – 2014

SASARAN SASARAN PENYELAMATAN LUAS LAHAN KEBUTUHAN KEBUTUHAN KEBUTUHAN KEBUTUHAN KEBUTUHAN KEBUTUHAN BIAYA KOMODITI TAHUN PRODUKSI PENEKANAN PRODUKSI YANG PADDY P.THRESHER/ COMBINE DRYER RMU INVESTASI SARANA

(TON) SUSUT (TON) DIINTENSIF- MOWER CORNSHELLER HARVESTER (UNIT) (UNIT) (RP)

HASIL KAN ( HA ) (UNIT) (UNIT) (UNIT)

PADI 2011 65.721.601 1,00% 657.216.000 131.443 548 1.314 329 584 469 476.333.127.232 2012 67.824.692 1.53% 1.035.833.000 207.167 863 2.072 518 921 740 826.213.484.951 2013 72.063.735 1,79% 1.286.384.000 257.277 1.072 2.573 643 1.143 919 1.569.751.645.681 2014 76.567.719 1,70% 1.301.698.000 260.340 1.085 2.603 651 1.157 930 1.584.001.858.555 JAGUNG 2011 22.000.000 0,20% 44.000 9.148 480 114 28.080.000.000 2012 24.000.000 0,25% 60.000 11.637 675 120 34.650.000.000 2013 25.913.206 0,25% 64.783 12.057 735 200 69.525.000.000 2014 28.994.213 0,25% 72.486 13.303 550 130 54.740.000.000 KEDELAI 2011 1.560.000 0,25% 3.900 2.600 260 260 15.600.000.000 2012 1.900.000 0,50% 9.500 6.333 633 633 37.980.000.000 2013 2.250.000 0,75% 16.875 11.250 1.125 1.125 67.500.000.000 2014 2.700.000 1,00% 27.000 18.000 1.800 1.800 108.000.000.000

Dalam rangka mengatasi permasalahan pascapanen serta upaya menurunkan susut hasil dan meningkatkan produksi padi, jagung dan kedelai, maka Pemerintah melalui kegiatan APBN-P TA. 2012 berupaya memfasilitasi kebutuhan sarana tersebut melalui bantuan sarana pascapanen padi, jagung dan kedelai berupa sarana panen sekaligus perontokan padi/combine harvester, power thresher, pemipil jagung/corn

sheller, dan power thresher multiguna yang dikelola oleh Dinas Pertanian Provinsi

yang diharapkan dapat membantu petani pada saat panen. 1.2 Tujuan dan Sasaran :

1.2.1 Tujuan dilaksanakan kegiatan ini adalah fasilitasi sarana pascapanen kepada Dinas Pertanian Provinsi untuk dioptimalkan pada wilayah pengembangan komoditas tanaman pangan, agar dapat mengamankan produksi padi, jagung dan kedelai sesuai catur strategi produksi yang telah ditetapkan pemerintah dengan upaya menurunkan susut hasil (losses).

1.2.2 Sasaran kegiatan adalah Dinas Pertanian Provinsi sebagai penerima bantuan sarana pascapanen padi, jagung dan kedelai yang pemanfaatannya dialokasikan di wilayah pertanaman padi, jagung dan kedelai, agar dapat menyelamatkan hasil produksi, sehingga program peningkatan produksi ketiga komoditi tersebut yang telah ditetapkan pemerintah dapat tercapai.

1.3 Penerima Manfaat

Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah Dinas Pertanian Provinsi dan gapoktan/poktan/petani yang memanfaatkan bantuan sarana pascapanen padi, jagung dan kedelai.

1.4 Strategi Pencapaian Keluaran

1) Pengadaan sarana pascapanen padi, jagung dan kedelai (combine harvester,

(4)

4

kegiatan pelelangan umum di Pusat. Distribusi sarana pascapanen dilaksanakan oleh pemenang lelang sampai di titik bagi pada Dinas Pertanian Provinsi.

2) Pengelolaan bantuan sarana pascapanen (Combine Harvester, Power Thresher, Power Thresher Multiguna dan Corn Sheller) tersebut dikoordinir oleh Dinas Pertanian Provinsi. Untuk meminimalisasi adanya permasalahan yang diakibatkan oleh operasionalisasi dan pemeliharaan (maintenance) sarana pascapanen (Combine Harvester, Power Thresher, Corn Sheller, Power Thresher Multiguna), maka Dinas Pertanian Provinsi penerima bantuan diwajibkan untuk membuat Surat Perjanjian Kerjasama antara Dinas Pertanian Provinsi dengan Dinas Pertanian Kabupaten/Dinas Pertanian Kota/Unit Pelayanan Teknis Daerah

(UPTD) Tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota tentang tanggung jawab

operasionalisasi dan pemeliharaan (maintenance) bantuan sarana pascapanen (Combine Harvester, Power Thresher, Corn Seller Dan Power Thresher Multiguna) yang selanjutnya surat perjanjian tersebut dikirimkan ke Pusat.

3) Dinas Pertanian Provinsi penerima bantuan combine harvester, power thresher,

corn sheller, dan power thresher multiguna meliputi 16 Provinsi sebagaimana

pada Lampiran 1, dan segera diberikan pelatihan operasional dan perawatan oleh penyedia barang yaitu saat tersedia lahan padi yang siap panen di wilayahnya (untuk pelatihan Combine Harvester) dan saat tersedia gabah/padi, jagung, dan kedelai yang siap dirontok/dipipil di wilayahnya (untuk pelatihan power thresher,

corn sheller, dan power thresher multiguna). Dalam hal ini, pelatihan operasional

dan perawatan dapat dilakukan setelah sarana pascapanen diterima di provinsi selambat-lambatnya pada musim panen pertama tahun 2013.

II. LINGKUP KEGIATAN

Ruang lingkup kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rangka pengadaan bantuan sarana pascapanen antara lain adalah :

a. Pengadaan Alsintan

Jenis alsintan adalah combine harvester, power thresher, corn sheller, dan power

thresher multiguna.

o Paket combine harvester berupa kesatuan combine harvester dengan kelengkapan berupa trailer untuk pengangkutan combine harvester yang disesuaikan dengan standar ukuran combine harvester, rachet strap, tangga atau jembatan besi, terpal/plastik penutup combine harvester saat tidak digunakan, spare part cadangan (pisau pemanen/cutter knife), mesin pencuci tekanan tinggi portable untuk perawatan kebersihan alsintan (power sprayer), karung plastik untuk gabah, toolkit, dan buku petunjuk operasional, sebagaimana pada spesifikasi teknis pada lampiran 2a. Dalam hal ini, combine

(5)

5 harvester terdiri dari 2 paket yaitu Paket I didistribusikan ke pulau Jawa dan

Paket II didistribusikan ke luar pulau Jawa.

o Paket power thresher berupa kesatuan power thresher, roda karet standar, batang pipa pendorong, terpal ukuran 6 x 6 m, toolkit, dan buku petunjuk operasional dan perawatan, brosur/leaflet, sebagaimana pada spesifikasi teknis pada lampiran 2b. Dalam hal ini, power thresher terdiri dari 2 paket yaitu Paket I didistribusikan ke pulau Jawa dan Paket II didistribusikan ke luar pulau Jawa.

o Paket corn sheller berupa kesatuan corn sheller, roda karet standar, batang pipa pendorong, terpal ukuran 6 x 6 m, moisture tester, mesin jahit karung, karung, toolkit, dan buku petunjuk operasional dan perawatan, brosur/leaflet, sebagaimana pada spesifikasi teknis pada lampiran 2c.

o Paket power thresher multiguna berupa kesatuan power thresher multiguna roda karet standar, batang pipa pendorong, terpal ukuran 6 x 6 m, toolkit, dan buku petunjuk operasional dan perawatan, brosur/leaflet, sebagaimana pada spesifikasi teknis pada lampiran 2d.

b. Pembiayaan

Sumber pembiayaan untuk pengadaan sarana pascapanen berasal dari DIPA APBN-Perubahan TA 2012 senilai Rp. 138.730.000.000,- (seratus tiga puluh delapan milyar tujuh ratus tiga puluh juta rupiah), Satuan Kerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian.

c. Distribusi Bantuan :

o Bantuan secara keseluruhan dialokasikan di provinsi pada Dinas Pertanian Provinsi pada 16 Provinsi di Indonesia.

o Sebelum distribusi dilaksanakan, pihak pelaksana penyedia barang terlebih dahulu berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Provinsi penerima bantuan untuk menginformasikan rencana jadwal pengiriman combine harvester, power

thresher, corn sheller, dan power thresher multiguna.

o Sebelum barang diterima oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi dilakukan pemeriksaan terhadap bantuan berikut kelengkapannya.

o Setelah combine harvester, power thresher, corn sheller, dan power thresher multiguna diterima di titik bagi, penyedia barang segera melaporkan secara tertulis hasil pengiriman combine harvester, power thresher, corn sheller, dan

power thresher multiguna serta menyerahkan Form Berita Acara Serah Terima

Barang yang sudah ditandatangani kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian.

o Pendistribusian combine harvester, power thresher, corn sheller, dan power

thresher multiguna termasuk penyelesaian administrasi harus selesai

(6)

6

d. Combine harvester, power thresher, corn sheller, dan power thresher multiguna yang akan diadakan harus memiliki dokumen teknis sebagai berikut :

o Surat keterangan hasil uji (test report) yang masih berlaku yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang.

o Sertifikat Produk Penggunaan Tanda Standar Nasional Indonesia (SPPT SNI) yang masih berlaku yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang khusus untuk motor penggerak diesel, kecuali motor penggerak untuk combine

harvester .

o Dukungan dari pabrikan :

Jaminan suplai barang combine harvester, power thresher, corn sheller, dan

power thresher multiguna.

Jaminan purna jual minimal 2 (dua) tahun untuk combine harvester, sedangkan untuk power thresher, corn sheller, dan power thresher multiguna minimal 1 (satu) tahun.

Jaminan ketersediaan suku cadang combine harvester, power thresher, corn

sheller, dan power thresher multiguna minimal 5 (lima) tahun.

Jaminan mutu dan keaslian barang untuk combine harvester, power

thresher, corn sheller, dan power thresher multiguna.

Khusus barang/sarana pascapanen combine harvester yang merupakan

barang produksi luar negeri (import), maka harus ada dukungan dari distributor barang/sarana tersebut di Indonesia dan dilengkapi surat penunjukan dari pabrikan asal barang (luar negeri / import).

e. Surat keterangan dari pabrikan yang menyatakan bahwa combine harvester,

power thresher, corn sheller, dan power thresher multiguna yang didistribusikan

harus dalam kondisi baru, baik, dan sudah terakit, di running test (diuji coba

dengan dihidupkan mesinnya) serta dilengkapi dengan petunjuk

operasional/manual penggunaan dan perawatan combine harvester, power

thresher, corn seller, dan power thresher multiguna bersangkutan pada saat

diterima oleh Dinas Pertanian Provinsi.

f. Penyedia barang bertanggung jawab dalam perakitan combine harvester, power

thresher, corn sheller, dan power thresher multiguna di titik bagi yaitu Dinas

Pertanian Provinsi.

III. SPESIFIKASI TEKNIS

Persyaratan utama dan spesifikasi teknis combine harvester, power thresher, corn

sheller, dan power thresher multiguna sebagaimana pada lampiran 2.

IV. PENANDAAN

Setiap bantuan alsintan pascapanen diberi tanda dengan grafir/plat nama (name

plate) terbuat dari plat yang pemasangannya dirivet secara rapi dan tidak mudah

(7)

7

Contoh gambar 1 :

V. PENUTUP

Bantuan combine harvester, power thresher, corn sheller, dan power thresher multiguna yang diberikan merupakan salah satu langkah Pemerintah untuk membantu petani khususnya pada saat panen raya atau jika masa panen padi, jagung dan kedelai terjadi pada musim penghujan. Dengan adanya bantuan ini maka diharapkan akan dapat menekan tingkat kehilangan hasil dan meningkatkan mutu komoditi tersebut.

BANTUAN SARANA PASCAPANEN APBN -P TAHUN 2012

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN

(8)

8

Lampiran 1.

ALOKASI FASILITASI BANTUAN SARANA PASCAPANEN APBN-P TAHUN 2012 1 Aceh - - - - - 6 2 Sumatera Utara - 5 - - 4 - 3 Sumatera Barat - - - - 3 - 4 Sumatera Selatan - 20 - 20 - - 5 Lampung - 30 - 20 - - 6 Banten 10 - 30 - - 2 7 Jawa Barat 20 - 50 - 3 16 8 Jawa Tengah 55 - 40 - 6 25 9 D.I.Yogyakarta - - 20 - - 6 10 Jawa Timur 100 - 30 - 8 25 11 Bali - 5 - 20 - - 12 Nusa Tenggara Barat - 20 - 20 4 5 13 Kalimantan Barat - 10 - 20 - - 14 Sulawesi Selatan - 40 - 30 - 15 15 Sulawesi Tenggara - 10 - - - 16 Sulawesi Tengah 5 - - 2 - Jumlah 185 145 170 130 30 100 NO. PROVINSI COMBINE HARVESTER (LUAR P. JAWA) (UNIT) COMBINE HARVESTER (PULAU JAWA) (UNIT) POWER THRESHER (PULAU JAWA ) (UNIT) POWER THRESHER (LUAR P. JAWA) (UNIT) CORN SHELLER (UNIT) POWER THRESHER MULTI GUNA (UNIT)

(9)

9

Lampiran 2a.

SPESIFIKASI DAN PERSYARATAN TEKNIS COMBINE HARVESTER

No Spesifikasi Teknis Parameter Teknis Persyaratan

1 Unit Keseluruhan a. Dimensi

- panjang 4600 - 4800 mm

- lebar 2100 - 3100 mm

- tinggi 2200 - 2800 mm

b. Berat kosong 2300 - 2500 kg

c. Daya maksimum 60 - 65 HP

d. Cara menampung gabah Tipe kantong karung

2 Unit Combine Harvester

a. Motor Penggerak a. Mesin diesel

b. Konsumsi bahan bakar maksimal 10 liter/jam

b. Bagian Pemotongan a. Kecepatan jalan pemanenan minimal 2,5 km/jam

b. Lebar pemotongan rata-rata 1900 - 2000 mm

c. Bagian Perontokan Jumlah silinder perontok 1 atau 2

d. Roda penggerak Tipe crawler/troller karet

3 Unjuk Kerja a. Kapasitas Lapang Efektif minimal 0,45 Ha/jam

b. Efisiensi Lapang pemanenan minimal 46%

c. Tingkat Kebersihan minimal 90%

d. Susut panen maksimal 2,09%

e. Kebisingan <95 dB

4 Kelengkapan a. Trailer untuk pengangkutan combine harvester yang disesuaikan dengan standar ukuran combine harvester 1 unit

b. Rachet Strap minimal 4 m 1 set

c. Jembatan atau tangga besi (pxl minimal = 4000x400 mm) 2 unit d. Terpal/plastik cover penutup Combine Harvester 1 unit e. Mesin pencuci alsintan tekanan tinggi portable (Power Sprayer) 1 unit f. Spare part cadangan :

- Cutter Knife 2 set

g. Karung plastik untuk gabah kapasitas min 50 kg 200 buah

h. Toolkit 1 set

(10)

10

Lampiran 2b.

SPESIFIKASI DAN PERSYARATAN TEKNIS PERONTOK PADI (POWER THRESHER)

No Spesifikasi Parameter Teknis Persyaratan

a. Tipe 4 langkah (4 tak) direct injection b. Bahan Bakar solar/diesel c. Sistem Pendingin radiator/hopper d. Daya 5,5 – 8 HP e. Bobot Maksimum 95 kg 2 UNIT THRESHER

a. Panjang (operasi/dengan tangkai) 1000 - 1870 mm b. Lebar (operasi/dengan tangkai) 1100 - 1300 mm c. Tinggi Meja Pengumpan 840 - 1300 mm d. Bobot Operasi Maksimum 250 kg

2.2. Dimensi silinder Diameter 275 - 310 mm perontok

3 BAHAN KONSTRUKSI 3.1. Rangka

- Rangka tegak dan datar Besi siku/pipa kotak/pipa bulat Besi siku minimum 40x40x4 mm Pipa kotak minimum 40x40x4 mm Pipa bulat minimum 50x2,5 mm - Dinding Plat Baja/Besi, Tebal Minimum 1,2 mm

3.2. Unit silinder perontok

- Dinding samping silinder Plat Baja, Tebal Minimum 2 mm - Dudukan gigi perontok Plat Strip Baja, Tebal min 6 mm

3.3. Gigi perontok Besi Baja,

Diameter Minimum 10 mm

3.4. Penutup transmisi Plat Baja, Tebal Minimum 1,2 mm

a. Kapasitas Perontokan Minimum 650 kg/jam b. Tingkat Kebersihan Minimum

- Tanpa Ayakan 70% - Atau Dengan Ayakan 93%

c. Efisiensi Perontokan Minimum 98% d. Persentase Kehilangan Hasil 5% Maksimum

a. Roda Karet Standar 1 pasang (kanan dan kiri) b. Batang Pipa 1 pasang Pendorong/Pengangkut (kanan dan kiri) c. Terpal Tebal Minimum 0,2 mm, 2 buah Ukuran Minimal 6000 x 6000 mm

d. Tool kit 1 set e. Buku Petunjuk Operasioanal dan 1 set Perawatan Bahasa Indonesia

f. Brosur Atau Leaflet 1 set 6 TEST REPORT masih berlaku 1 MOTOR PENGGERAK

2.1. Dimensi keseluruhan

5 PERLENGKAPAN 4 UNJUK KERJA

(11)

11

Lampiran 2c.

SPESIFIKASI DAN PERSYARATAN TEKNIS PEMIPIL JAGUNG TANPA KUPAS KEROBOT (CORN SHELLER)

No Spesifikasi Parameter Teknis Persyaratan

1 MOTOR PENGGERAK a. Tipe 4 langkah (4 tak)

direct injection b. Bahan bakar solar/diesel c. Sistem pendingin radiator/hopper

d. Daya 6 - 10,5 HP

e. Bobot Maksimum 95 kg

2 UNIT PEMIPIL

2.1 Dimensi Keseluruhan : a. Panjang (operasi/dengan tangkai) 1200 - 2100 mm b. Lebar (operasi/dengan tangkai) 850 - 1500 mm c. Tinggi Meja Pengumpan 1120 -1600 mm d. Bobot Operasi Maksimum 300 Kg

2.2 Dimensi Silinder Pemipil Diameter 200 - 375 mm

3 BAHAN KONSTRUKSI

3.1. Rangka

- Rangka tegak dan datar Besi siku/pipa kotak/pipa bulat Besi siku minimum 40x40x4 mm Pipa kotak minimum 40x40x4 mm Pipa bulat minimum 50x2,5 mm - Dinding plat baja, tebal minimum 1,2 mm

3.2. Unit silinder pemipil

- Dinding samping silinder pemipil Plat Baja, Tebal Minimum 2 mm - Dudukan gigi pemipil Plat Strip Baja, Tebal min 6 mm - Gigi pemipil Besi baja, diameter minimum 12 mm

3.3. Penutup transmisi Plat Baja, Tebal Minimum 1,2 mm

4 UNJUK KERJA a. Kapasitas pemipilan minimum 1.200 Kg/Jam b. Tingkat kebersihan minimum 95%

c. Tingkat kerusakan maksimum - (dihilangkan/ditiadakan) d. Efisiensi pemipilan minimum 95%

e. Persentase Kehilangan hasil maksimum 8%

5 PERLENGKAPAN a. Roda Karet Standar 1 pasang

(kanan dan kiri) b. Batang Pipa 1 pasang Pendorong/Pengangkut (kanan dan kiri) c. Terpal Tebal Minimum 0,2 mm, 2 buah Ukuran Minimal 6000 x 6000 mm

d. Moisture Tester untuk jagung 1 unit e. Mesin Jahit Karung 1 unit f. Karung Plastik ukuran min. 50 kg 100 buah

g. Tool kit 1 set

h. Buku petunjuk operasioanal dan 1 set perawatan Bahasa Indonesia

i. Brosur atau leaflet 1 set

(12)

12

Lampiran 2d.

SPESIFIKASI DAN PERSYARATAN TEKNIS PERONTOK PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (POWER THRESHER MULTIGUNA)

No Spesifikasi Parameter Teknis Persyaratan

a. Tipe 4 langkah (4 tak) direct injection b. Bahan bakar solar/diesel c. Sistem pendingin radiator/hopper d. Daya 5,5 – 8 HP e. Bobot Maksimum 95 kg 2 UNIT THRESHER

a. Panjang (operasi/dengan tangkai) 1000 - 1800 mm b. Lebar (operasi/dengan tangkai) 1100 - 1500 mm c. Tinggi Meja Pengumpan 840 - 1140 mm d. Bobot Operasi Maksimum 350 kg

2.2. Dimensi silinder perontok Diameter 275 - 310 mm 3 BAHAN KONSTRUKSI

3.1. Rangka

- Rangka tegak dan datar Besi siku/pipa kotak/pipa bulat Besi siku minimum 40x40x4 mm Pipa kotak minimum 40x40x4 mm Pipa bulat minimum 50x2,5 mm - Dinding Plat Baja, Tebal Minimum 1,2 mm

3.2. Unit silinder perontok

- Dinding samping silinder Plat Baja, Tebal Minimum 2 mm - Dudukan gigi perontok Plat Strip Baja, Tebal min 6 mm 3.3. Gigi perontok Besi Baja,

Diameter Minimum 10 mm 3.4. Penutup transmisi Plat Baja, Tebal Minimum 1,2 mm

a. Kapasitas perontokan minimum

- padi 450 kg/jam - jagung (tanpa klobot) 1200 kg/jam - kedelai 450 kg/jam b. Tingkat Kebersihan Minimum

- padi 90% - jagung (tanpa klobot) 90% - kedelai 75% c. Efisiensi Perontokan Minimum

- padi 90% - jagung (tanpa klobot) 95% - kedelai 80%

d. Persentase Kehilangan Hasil Maksimum

- padi 5%

- jagung (tanpa klobot) 5% - kedelai 24%

a. Roda Karet Standar 1 pasang (kanan dan kiri) b. Batang Pipa 1 pasang Pendorong/Pengangkut (kanan dan kiri) c. Terpal Tebal Minimum 0,2 mm, 2 buah Ukuran Minimal 6000 x 6000 mm

d. Tool kit 1 set e. Buku petunjuk operasioanal dan 1 set perawatan Bahasa Indonesia

f. Brosur atau leaflet 1 set

6 TEST REPORT masih berlaku

4 UNJUK KERJA

5 PERLENGKAPAN 1 MOTOR PENGGERAK

(13)

13

Tim Teknis Pelaksanaan Pengadaan

Fasilitasi Bantuan Sarana Pascapanen Dana APBN-P Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Tahun Anggaran 2012

Ketua : Ir. Budi Satriyo, M.Si. Sekretaris : Ir. Dian Handayani, M.Si.

Anggota : Ir. Eddy Trijono, M.M.

Ir. Sigit Nugraha

Ir. Riyani Dwi Hastuti, M.Si. Ir. Joko Pitoyo, M.Si.

Tiurmauli Silalahi, SP., M.M. Achmad Yusuf, S.TP. Kholifatul Arifa, S.TP. Jakarta, Oktober 2012 Menyetujui,

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Ditjen Tanaman Pangan

(Djatmiko, S. Sos.)

Mengetahui,

Direktur Pascapanen Tanaman Pangan, Ditjen Tanaman Pangan

Referensi

Dokumen terkait

permasalahan diatas, kajian tentang gerusan lokal di sekitar abutmen jembatan yang terdapat pada sungai akibat adanya pengaruh debit perlu mendapat perhatian secara

1. Pengembangan alat ini masih sangat memungkinkan dan dapat disempurnakan dengan adanya peningkatan jenis generator, bahan dasar turbin, serta kualitas konverter

Muslim). Dalam sistem bagi hasil ini semua biaya seperti biaya pembelian pupuk, biaya racun, obat-obatan ditanggung seluruhnya oleh petani pemilik modal sedangkan

Pengalaman saya dalam melakukan kegiatan yang terkait dengan ormas kemasyarakatan dan organisasi selama ini akan sangat berguna dan mendukung tugas-tugas saya

Colombo Plan mulai terbentuk sebagai organisasi yang fokus pada pembuatan kerangka perjanjian hubungan bilateral antara negara maju melalui bantuan luar negeri pada

1.3 Unit Kompetensi ini diterapkan kepada ahli penilai kelaikan bangunan gedung khususnya dari aspek arsitektur dan tata ruang luar dalam peraturan perundangan

A.24 Apakah implementasi kebijakan pengelolaan aset di DPKAD Kota Tangerang sudah sesuai dengan Peraturan Daerah dan Peraturan Walikota yang

V = Beban (gaya) geser dasar nominal statik ekuivalen akibat pengaruh Gempa Rencana yang bekerja di tingkat dasar struktur gedung beraturan dengan tingkat daktilitas