1
DISERTAI RESITASI TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI MAN 3 MALANG
Erni Febriana, Wartono, dan Asim
Jurusan Fisika, Universitas Negeri Malang (UM) Jalan Semarang 5 Malang 65145
E-mail: ernyzs0202@gmail.com
ABSTRAK: Pergeseran paradigma belajar menuntut pembelajaran yang bersifat student centered dengan melibatkan proses aktif dalam hal bertindak dan berfikir. Salah
satu model pembelajaran yang cocok digunakan adalah Learning Cycle 7E disertai resitasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) apakah ada perbedaan motivasi dan prestasi belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E disertai resitasi dan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional, (2) apakah motivasi dan prestasi belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E disertai resitasi lebih tinggi daripada model pembelajaran konvensional. Penelitian dilakukan menggunakan rancangan penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian adalah siswa kelas XI IPA MAN 3 Malang. Sampel penelitian terdiri dari dua kelas yang dipilih dengan cara diundi, yaitu kelas XI IPA1 sebagai kelas kontrol dan XI IPA2 sebagai kelas eksperimen. Kelas kontrol diajar menggunakan model pembelajaran konvensional sedangkan kelas eksperimen diajar menggunakan model pembelajaran
Learning Cycle 7E disertai resitasi. Instrumen yang digunakan terdiri dari instrumen
perlakuan dan pengukuran. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik inferensial parametris. Uji hipotesis dianalisis menggunakan Independent Sample T-Test dilanjutkan dengan uji Tukey HSD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Ada perbedaan motivasi dan prestasi belajar siswa antara kelas eksperimen dan kontrol, (2) Motivasi dan prestasi belajar siswa di kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
Kata Kunci: Learning Cycle 7E, resitasi, motivasi belajar, prestasi belajar
ABSTRACT: The shifting of study paradigm demand learning with student center
character which involve active process in activity and thinking. One of the suitable model in physics learning is 7E Learning Cycle model with recitation. The purpose of this study is to find out (1) motivation and learning achievement differences between students who are taught using 7E Learning Cycle model with recitation and students who are taught using conventional learning model (2) students’ motivation and learning achievement which are taught using 7E Learning Cycle model with recitation is higher than conventional learning model. This research is performed using a quasi experiment research plan. The population of this research are students of grade XI IPA Man 3 Malang. Sample of the research is vote base chosen which divided into two class that are grade XI IPA1 as the control class and XI IPA2 as the experiment class. Class control is taught using the conventional learning model while experiment class is taught using 7E Learning Cycles model with recitation. The used instrument are treatment and measuring instrument. The data collected is analyzed using parametric inferential statistics. Hypothesis test is analyzed using Independent Sampel T-Test, continued with
Tukey HSD test. The research result shows that: (1) there are learning motivation and
learning achievement differences between students in experiment class and control class, (2) students’ motivation and learning achievement in experiment class is higher than control class.
Perubahan kurikulum pendidikan berdampak pada pergeseran paradigma belajar, yaitu pembelajaran teacher centered beralih pada pembelajaran student
centered. Pembelajaran student centered lebih menitikberatkan pada aktivitas
siswa. Demikian halnya dengan pembelajaran fisika yang tidak cukup dilakukan dengan cara menghafal tetapi juga memerlukan serangkaian proses aktif dalam hal bertindak (hands-on) dan berfikir (minds-on). Pembelajaran fisika yang baik dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry), konstruktivis dan kontekstual.
Fakta pembelajaran fisika di MAN 3 Malang menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran fisika sudah membuat siswa cukup aktif dalam kegiatan pembelajaran yang ditunjukkan dengan keterlibatan siswa dalam kegiatan tanya jawab dan diskusi kelompok, namun pembelajaran masih kurang inkuiri atau konstruktivis karena siswa jarang melakukan kegiatan praktikum. Padahal siswa lebih senang jika pembelajaran dilaksanakan dengan cara praktikum. Pelaksanaan pembelajaran juga kurang kontekstual sehingga siswa belum mendapatkan apersepsi yang cukup dalam kegiatan pembelajaran, dengan demikian siswa kurang termotivasi untuk belajar yang berakibat pada rendahnya prestasi belajar siswa.
Solusi penyelesaian untuk mengatasi permasalahan di atas dapat dilakukan dengan menyajikan melalui model pembelajaran yang bersifat inkuiri ilmiah dan konstruktivis. Banyak model pembelajaran yang cocok namun dalam hal ini dipilih model pembelajaran Learning Cycle 7E disertai resitasi. Model pembelajaran Learning Cycle 7E merupakan model pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri berdasarkan pada pengetahuan awal yang dimiliki (Eisenkraft, 2003:59). Model pembelajaran ini merupakan pendekatan yang ampuh untuk perancangan pembelajaran IPA yang aktif dan efektif karena memberikan suatu cara berfikir dan berperilaku yang konsisten dengan cara siswa belajar (Yuliati, 2008:43).
Menurut Susanto (2012:27) keuntungan model pembelajaran Learning
Cycle yaitu: 1) meningkatkan motivasi belajar karena siswa dilibatkan secara aktif
dalam proses pembelajaran, 2) membantu mengambangkan sikap ilmiah siswa dan 3) pembelajaran lebih bermakna. Menurut Dennis (2008) model pembelajaran
Learning Cycle baik diterapkan karena: 1) membuat guru mengetahui
pengetahuan awal yang dimiliki siswa sebelum memulai pembelajaran, 2) mengembangkan pembelajaran yang kooperatif dengan suasana belajar yang positif, 3) terjadi kombinasi atau integrasi pengetahuan baru yang diterima siswa dengan pengetahuan awal yang dimiliki siswa, 4) siswa dapat membangun
pengetahuaanya sendiri 5) siswa dapat mengaplikasikan pengetahuan baru dengan cara yang berbeda dari situasi yang telah dipelajari siswa.
Model pembelajaran Learning Cycle 7E cocok dipadukan dengan resitasi. Resitasi adalah suatu pembelajaran yang mana guru memberikan sedikit
informasi, memberikan pertanyaan, mendapatkan respon dari siswa, dan memberikan feedback dengan pujian atau pembenaran (Arends, 2012:552). Resitasi dapat dilakukan dengan cara guru memberikan tugas soal-soal aplikasi kepada siswa secara baik lisan atau tulisan, kemudian siswa harus
mempertanggungjawabkan dari apa yang ditugaskan guru kepada siswa (Tarega, 2013). Menurut Purwanto (2013:127) tugas-tugas di luar kelas memberikan kesempatan kepada siswa untuk: 1) melatih ketrampilan, demikian juga tentang peningkatan kecepatan dan ketepatan, 2) membaca, menyerap, merangkum hal-hal yang telah mereka pelajari, 3) menerima tanggung jawab dan bertanggung jawab terhadap kegiatan mereka, 4) berbuat dengan suatu cara yang tekun dan jujur, 5) mengelola waktu secara efetif dan 6) mengembangkan kepercayaan atas
kemampuan mereka sendiri,.
Model pembelajaran Learning Cycle 7E dikembangkan oleh Eisenkraft (2003:56-59), terdiri dari tujuh tahap meliputi elicit, engage, explore, explain,
elaborate, evaluate, dan extend. Implementasi model pembelajaran Learning Cycle 7E disertai resitasi dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle 7E disertai Resitasi
Tahapan Kegiatan guru Kegiatan siswa 1. Elicit Menggali pengetahuan awal siswa
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar kejadian sehari-hari yang dekat dengan siswa terkait materi yang akan dipelajari
Merespon pertanyaan guru sesuai dengan pengetahuan awal yang mereka miliki
2. Engage Membuka pengetahuan siswa dan mengembangkan rasa
keingintahuan siswa dengan melakukan kegiatan demontrasi, menunjukkan video, gambar, bercerita atau dengan aktivitas lain yang menarik
Memberitahu siswa tentang ide dan rencana pembelajaran
Memperhatikan penjelasan guru
3. Explore Membagi kelas menjadi beberapa kelompok
Mengarahkan dan membimbing siswa melakukan kegiatan penyelidikan dan dikusi
Melakukan kegiatan observasi, bertanya, mencatat data, dan menafsirkan hasil praktikum
Melakukan kegiatan diskusi sesuai dengan hasil
penyelidikan 4. Explain Mengarahkan siswa untuk
menjelaskan konsep-konsep dan definisi-definisi awal yang didapatkan dari tahap explore
Memberikan penguatan materi
Salah satu kelompok siswa mempresentasikan hasil praktikum dan diskusi
Memperhatikan penjelasan guru
5. Elaborate Memberikan permasalahan baru berkaitan dengan materi yang dipelajari
Berdiskusi secara kelompok untuk menerapkan simbol-simbol, definisi-definisi, konsep-konsep, dan ketrampilan yang diperoleh untuk
menyelesaikan permasalahan baru yang diberikan oleh guru 6. Evaluate Mengecek tingkat pemahaman
siswa dengan mengajukan pertanyaan
Menjawab pertanyaan dari guru
7. Extend Membimbing siswa untuk memperluas pemahamannya
Berfikir, mencari, menemukan dan menjelaskan contoh penerapan lain dari materi yang dipelajari
Mencari hubungan konsep yang mereka pelajari dengan konsep lain yang sudah atau belum dipelajari
8. Resitasi Memberikan tugas kepada siswa
Menjelaskan petunjuk penyelesaian tugas
Memotivasi siswa agar tugas dikerjakan secara mandiri dan sungguh-sungguh karena tugas harus dipertanggungjawabkan pada pertemuan berikutnya
Memperhatikan dan mencatat tugas yang diberikan oleh guru
Berdasarkan keunggulan model pembelajaran Learning Cycle 7E dan resitasi seperti yang diuraikan di atas, dapat diketahui bahwa perpaduan keduanya dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Menurut Uno (2010:23), hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa siswi yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku yang mempunyai peranan besar berkaitan dengan keberhasilan seseorang dalam belajar. Penelitian ini mengukur motivasi belajar siswa menurut aspek motivasi yang dikembangkan oleh John Keller (2000) yaitu Attention (A), Relevance (R), Convidence (C), dan
Satisfaction (S). Keempat aspek ini mewakili set kondisi yang diperlukan bagi
seseorang untuk sepenuhnya termotivasi. Aspek Attention dan Relevance merupakan aspek yang sangat penting dalam belajar (Poulsen, 2008).
Prestasi belajar merupakan taraf kemampuan kognitif yang diperoleh siswa yang dilihat melalui hasil tes setelah mengikuti proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu yang diwujudkan dalam bentuk angka. Menurut Krathwohl (2002:215), ranah kognitif terdiri dari enam aspek, yaitu: mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6). Prestasi belajar yang diukur dalam penelitian ini disesuaikan dengan KD yang dipilih sehingga dibatasi pada aspek kognitif C4.
METODE
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi experiment). Desain rancangan yang digunakan adalah
posttest only control group design. Variabel yang digunakan terdiri dari variabel
bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya yaitu model pembelajaran Learning
Cycle 7E disertai resitasi yang dibelajarkan ada kelas eksperimen dan model
pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Variabel terikatnya adalah motivasi dan prestasi belajar siswa.
Penelitian ini dilaksanakan di MAN 3 Malang pada bulan Maret 2014. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA MAN 3 Malang. Sampel penelitian terdiri dari dua kelas yang dipilih dengan cara diundi. Kelas XI IPA1 terpilih sebagai kelas kontrol dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional dan kelas XI IPA2 terpilih sebagai kelas
ekperimen dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E disertai resitasi.
Instrumen yang digunakan ada dua yaitu instrumen perlakuan dan instrumen pengukuran. Instrumen perlakuan yang digunakan meliputi silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Lembar Tugas. Instrumen pengukuran yang digunakan berupa instrumen untuk mengambil data: kualitas keterlaksanaan model pembelajaran, motivasi belajar siswa dan prestasi belajar siswa. Sebelum instrumen digunakan, instrumen divalidasi ke ahli dan diuji cobakan terlebih dahulu.
Data motivasi belajar siswa diperoleh dengan cara pengamatan sedangkan data prestasi belajar siswa diperoleh melalui posttest. Data penelitian yang
diperoleh dianalisis secara statistik inferensial parametris yang dilakukan dengan perhitungan manual berbantuan Microsoft Exel 2013 for Windows 7 dan
menggunakan aplikasi SPSS Statistics 17.0. Uji prasyarat dilakukan terlebih dahulu sebelum uji hipotesis meliputi uji normalitas menggunakan uji
Kolmogorof-Smirnov dan uji homogenitas menggunakan uji Harley dan Levene’s Test. Uji hipotesis dilakukan menggunakan Independent Sample T-Test untuk
mengetahui perbedaan motivasi dan prestasi belajar siswa antara kelas kontrol dan eksperimen. Selanjutnya dilakukan uji Tukey HSD untuk mengetahui motivasi dan prestasi belajar siswa mana yang lebih tinggi antara kelas kontrol dan eksperimen sehingga dapat diketahui model pembelajaran mana yang lebih efektif untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.
HASIL
Motivasi Belajar Siswa
Deskripsi ringkasan data motivasi belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 2. Deskripsi tingkat keberhasilan motivasi belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 2 Deskripsi Ringkasan Data Motivasi Belajar Siswa
Statistik Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
N 30 30
Skor Total Tertinggi 62 65
Skor Total Terendah 47 49
Tabel 3 Deskripsi Tingkat Keberhasilan Motivasi Belajar Siswa
Statistik A R C S Total
Deskriptor A, B, C, D, E, F, G, H I, J, K L, M N, O Tingkat keberhasilan kelas
kontrol 80 % 67% 68% 57% 73%
Tingkat keberhasilan kelas
eksperimen 85% 84% 76% 63% 81%
Sebelum dilakukan uji hipotesis, dilakukan uji prasyarat terlebih dahulu terhadap data motivasi belajar siswa yaitu uji normalitas dan homogenitas. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 4, sedangkan hasil uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 4 Hasil Uji Normalitas Data Motivasi Belajar Siswa
Statistik N Dhitung D(0,05:30) Asymp.Sig Kesimpulan
Data motivasi belajar
kelas control 30 0,160
0,248
0,429 Normal Data motivasi belajar
kelas eksperimen 30 0,146 0,548 Normal
Tabel 5 Hasil Uji Homogenitas Data Motivasi Belajar Siswa
Statistik Varian Fhitung F(0,05:29:29) Asymp.Sig Kesimpulan
Data motivasi belajar
kelas kontrol 11,086
1,498 1.858 0,316 Homogen Data motivasi belajar
kelas eksperimen 16,602
Berdasarkan Tabel 4, pada taraf signifikansi 0,05 dengan n = 30 diperoleh nilai Dhitung < Dtabel dan Asymp.Sig > 0,05 sehingga data motivasi belajar siswa di
kelas kontrol dan eksperimen terdistribusi normal. Berdasarkan Tabel 5, pada taraf signifikansi 0,05 dan db pembilang = db penyebut = 29 diperoleh Fhitung =
1,498 < 1,858 (F(0,05:29:29)) dan Asymp.Sig = 0,316 > 0,050 maka data motivasi
belajar siswa di kelas kontrol dan eksperimen terdistribusi secara homogen. Uji hipotesis dilakukan dengan Independent Sample T-Test dilanjutkan dengan uji Tukey HSD yang ditunjukkan pada Tabel 6 dan Tabel 7.
Tabel 6 Hasil Uji Hipotesis Data Motivasi Belajar Siswa Statistik
Rata-rata
SD Db thitung t(0,05:58) Kesimpulan
Data motivasi belajar
kelas kontrol 54,50 3,33
58 6,280 2,002
Ho ditolak Data motivasi belajar
Berdasarkan Tabel 6, pada taraf signifikansi 0,05 dan db 58 diperoleh nilai thitung = 6,280 > 2,002 (t(0,05:58)) maka ada perbedaan prestasi belajar siswa yang
dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E disertai resitasi dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional.
Tabel 7 Hasil Uji Tukey HSD Data Motivasi Belajar Siswa
Dkd Jumlah kelompok Qhitung Q(0,05:58:2) Kesimpulan
58 2 8,881 2,833 H0 ditolak
Berdasarkan Tabel 7, pada taraf signifikansi sebesar 0,05, derajad kebebasan dari rata-rata jumlah kuadran dalam (dkD = 58) dan banyaknya
kelompok (2) diperoleh nilai Qhitung = 8,881 > 2,833 (Q(0,05:58:2)) maka prestasi
belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 7E disertai resitasi lebih tinggi dari pada siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional, sehingga dapat diketahui bahwa model pembelajaran
Learning Cycle 7E disertai resitasi lebih efektif untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa daripada model pembelajaran konvensional.
Prestasi Belajar Siswa
Data prestasi belajar siswa diperoleh dari nilai posttest. Deskripsi ringkasan data prestasi belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Deskripsi Ringkasan Data Prestasi Belajar Siswa
Statistik Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
N 30 30
Nilai Tertinggi 92,86 100,00
Nilai Terendah 28,57 35,71
Rata-rata 66,90 77,38
Presentase ketuntasan 36,67 % 70,00 %
Sebelum dilakukan uji hipotesis dilakukan uji prasyarat terlebih dahulu, yaitu uji normalitas dan homogenitas. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 9, sedangkan hasil uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 9 Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Siswa
Statistik N Dhitung D(0,05:30) Asymp.Sig Interpretasi
Data prestasi belajar kelas kontrol 30 0,224
0,248 0,099 Normal Data prestasi belajar kelas eksperimen 30 0,235 0,073 Normal
Tabel 10 Hasil Uji Homogenitas Data Prestasi Belajar Siswa
Statistik Varian Fhitung F(0,05:29:29) Asymp.Sig Kesimpulan
Data prestasi belajar kelas
kontrol 392,271
1,071 1,858 0,941 Homogen Data prestasi belajar kelas
eksperimen 366,237
Berdasarkan Tabel 9, pada taraf signifikansi 0,05 dengan n = 30 diperoleh nilai Dhitung < Dtabel dan Asymp.Sig > 0,05 sehingga data prestasi belajar siswa di
kelas kontrol dan eksperimen terdistribusi normal. Berdasarkan Tabel 10, pada taraf signifikansi 0,05 dan db pembilang = db penyebut = 29 diperoleh Fhitung =
1,071 < 1,858 (F(0,05:29:29)) dan Asymp.Sig.= 0,941 > 0,05 maka data prestasi
belajar siswa di kelas kontrol dan eksperimen terdistribusi secara homogen. Uji hipotesis dilakukan dengan Independent Sample T-Test dilanjutkan dengan uji Tukey HSD yang ditunjukkan pada Tabel 11 dan Tabel 12.
Tabel 11 Hasil Uji Hipotesis Data Prestasi Belajar Siswa
Statistik Rata-rata SD Db thitung t(0,05:58) Kesimpulan
Data prestasi belajar
kelas kontrol 69,90 19,806
58 2,083 2,002 Ho ditolak Data prestasi belajar
kelas Eksperimen 77,38 19,137
Berdasarkan Tabel 11, pada taraf signifikansi 0,05 dan db 58 diperoleh nilai thitung = 2,083 > 2,002 (t(0,05:58)) maka H0 ditolak sehingga ada perbedaan
prestasi belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran
Learning Cycle 7E disertai resitasi dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan
model pembelajaran konvensional.
Tabel 12 Hasil Uji Tukey HSD Data Prestasi Belajar Siswa
Dkd Jumlah kelompok Qhitung Q(0,05:58:2) Kesimpulan
58 2 2,946 2,833 H0 ditolak
Berdasarkan Tabel 12, pada taraf signifikansi sebesar 0,05, derajad kebebasan dari rata-rata jumlah kuadran dalam (dkD = 58) dan banyaknya
kelompok (2) diperoleh nilai Qhitung = 2,946 > 2,833 (Q(0,05:58:2)) maka prestasi
belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 7E disertai resitasi lebih tinggi dari pada siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran konvensional, dengan demikian dapat diketahui bahwa model pembelajaran Learning Cycle 7E disertai resitasi lebih efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa daripada model pembelajaran konvensional
PEMBAHASAN
Motivasi Belajar Siswa Kelas Kontrol dan Eksperimen
Pengukuran motivasi belajar siswa ditinjau dari empat aspek, yaitu aspek perhatian (attention), keterkaitan (relevance), keyakinan (convidence), dan kepuasan (satisfaction). Berdasarkan hasil analisis, tingkat keberhasilan motivasi belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol, dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi belajar siswa yang dibelajarkan
menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E disertai resitasi lebih tinggi daripada siswa yang dibelajarkan menggunakan pada model pembelajaran
konvensional. Penelitian ini membuktikan bahwa model pembelajaran Learning
Cycle 7E disertai resitasi lebih efektif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa
daripada model pembelajaran konvensional.
Hal-hal yang menyebabkan model pembelajaran Learning Cycle 7E lebih efektif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa diuraikan sebagai berikut. Pertama, pembelajaran di kelas eksperimen memberikan pengalaman belajar yang lebih menekankan pada konteks dunia nyata. Hal ini menyebabkan siswa
memperoleh apersepsi yang cukup dalam kegiatan pembelajaran. Siswa yang menyadari pentingnya mempelajari materi untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari akan menaruh perhatian dan ketertarikan yang besar sehingga tidak cepat bosan (attention). Kedua, terjadi integrasi pengetahuan baru yang diperoleh siswa dengan pengetahuan awal yang dimiliki sehingga siswa dapat mengkaitkan pengetahuannya dengan pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari atau dalam konteks yang lain (relevance). Ketiga, permasalahan yang menjadi bahan diskusi di kelas eksperimen lebih menantang daripada permasalahan yang didiskusikan di kelas kontrol. Keempat, pembelajaran di kelas eksperimen lebih menarik dan variatif daripada pembelajaran di kelas kontrol. Siswa yang lebih tertarik pada pembelajaran akan semangat belajar untuk memperoleh pemahaman yang optimal. Siswa yang sudah faham terhadap pembelajaran dapat menunjukkan
keyakinan dan ketegasan dalam setiap menjawab pertanyaan/permasalahan/tugas yang diberikan guru (convidence). Kelima, siswa di kelas eksperimen merasa bahwa pengetahuan yang diperoleh adalah hasil usaha siswa sendiri sehingga siswa merasa puas saat dapat mencapai keberhasilan dalam belajar (satisfaction).
Prestasi Belajar Siswa Kelas Kontrol dan Eksperimen
Siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Learning
Cycle 7E disertai resitasi memiliki prestasi belajar dan tingkat ketuntasan nilai
yang lebih tinggi daripada siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional, dengan demikian model pembelajaran Learning
Cycle 7E disertai resitasi lebih efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
daripada model pembelajaran konvensional.
Hal-hal yang menyebabkan model pembelajaran Learning Cycle 7E disertai resitasi lebih efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa diuraikan sebagai berikut. Pertama, pembelajaran di kelas eksperimen lebih terstruktur daripada di kelas kontrol. Pembelajaran diawali dengan menyajikan materi pada tingkat kognitif rendah yaitu C1 (remember) dan C2 (undestanding) kemudian dilanjutkan dengan ke tingkat kognitif yang lebih tinggi. Kedua, siswa di kelas eksperimen membangun pengetahuannya sendiri berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, dengan demikian terjadi integrasi pengetahuan baru dengan pengetahuan lama yang menyebabkan pengetahuan yang dimiliki siswa lebih bermakna. Ketiga, siswa di kelas eksperimen lebih aktif dalam kegiatan
pembelajaran di kelas, siswa aktif bertanya dan mancari tahu tentang materi yang belum difahami sehingga materi yang dikuasai lebih kompleks. Keempat, dengan adanya resitasi siswa di kelas eksperimen tidak hanya aktif belajar di kelas tetapi juga aktif belajar di luar kelas.. Hal ini diharapkan dapat membuat pemahaman siswa menjadi lebih optimal.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang terdahulu. Diantaranya, hasil penelitian Susanto (2012) menunjukkan bahwa penggunaan model
pembelajaran Learning Cycle 7E lebih efektif dalam meningkatkan prestasi belajar fisika daripada model pembelajaran konvensional. Khoir (2013) dan dalam penelitiannya menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa yang dibelajarkan
menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E lebih tinggi dibandingkan
Direct Instruction. Kutasari (2013) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa
prestasi belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran
Guided Inquiri berbasis resitasi lebih tinggi daripada pembelajaran konvensional.
Oktavia (2013) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan menggunakan metode resitasi lebih tinggi daripada metode pembelajaran konvensional. Selain itu penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Gulsum (2013) dan Mughal (2010).
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan yaitu: (1) Ada perbedaan motivasi belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E disertai resitasi dan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional, (2) Motivasi belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E disertai resitasi lebih tinggi daripada model pembelajaran konvensional, (3) Ada perbedaan prestasi belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E disertai resitasi dan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional, (4) Prestasi belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E disertai resitasi lebih tinggi daripada model pembelajarn konvensional.
DAFTAR RUJUKAN
Arends, Richard I. 2012. Learning to Teach. New York: The McGraw.Hill Companies.
Dennis (2008). Constructivist Learning Cycles, (Online),
(http://www.salsashark.nmsu.edu), diakses 20 November 2013
Eisenkraft, A. 2003. Expanding the 5E Model: The Sciences Teacher, (Online), 70 (6): 56-59, (http://its-about-time.com/html/ap/eisencrafts.pdf), diakses 16
Oktober 2013.
Gulsum. 2013. EERA: The Effect of 7E Learning Cycle Instruction on Elementary Science Students' Motivation and Learning Strategy Conference: ECER 2013, Creativity and Innovation in Educational
Research, (Online),
Keller, John. 2000. How to Integrate Learner Motivation Planning Into Lesson
Planning: The ARCS Model Approach. Florida State University USA,
(Online), (http://www.apps.fischlerschool.nova.edu/2000-.pdf) diakses 20 November 2013.
Khoir, Binti Ni’matul. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle 7E
terhadap Prestasi Belajar dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas X SMA 7 Malang.
Sripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA Malang.
Krathwohl, David R. 2002. A Revision of Bloom's Taxonomy, Theory into Practice. College of Education, The Ohio State University, (Online), 41 (4): 212-264,
(http://www.unco.edu/cetl/sir/stating_outcome/documents/Krathwohl.pdf), diakses 2 Desember 2013.
Kutasari, Bely Putri. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Guided Inquiry
Berbasis Resitasi Terhadap Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 7 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM.
Mughal, Shahid Hussain. 2010. Teaching Physics through Learning Cycle Model: An Experimental Study. Journal of Educational Research.13.2: From
Gale Education, Religion and Humanities Lite Package, (Online),
(http://www.iub.edu.pk/jer/Home.html), diakses 21 November 2013. Oktaviana, Reny. Studi Perbandingan Hasil Belajar Metode Resitasi dengan
Metode Pembelajaran Konvensional Siswa Kelas XII IPS. 2013. Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran, 2(8). (Online),
(http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/2968/2907), diakses 21 November 2013.
Poulsen, Aura, dkk. 2008. ARCS Model of Motivational Design, (Online), (http://www.learningtheories.com/kellers-arcs-model-of-motivational-design.html) diakses 20 Novemebr 2013.
Purwanto, Edy. 2013. Strategi Pembelajaran. Malang: UM PESS
Susanto, Khoirul Haris. 2012. Efektifitas Model Pembelajaran Learning Cycle 7E
terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Fisika. Skripsi tidak diterbitkan.
Malang: FMIPA UM
Tarega, Geovani. 2013. Metode Resitasi, (Online),
(http://www.scribd.com/doc/110995282/Metode-Resitasi#), diakses 16 Oktober 2013.
Uno, H Hamzah B. 2010. Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Yuliati, Lia. 2008. Model-Model Pembelajaran Fisika “Teori dan Praktik”. Malang: Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran (Lp3) Universitas Negeri Malang.