• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. TINJAUAN PUSTAKA. 9 Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. TINJAUAN PUSTAKA. 9 Universitas Kristen Petra"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

9

Universitas Kristen Petra

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Teknologi Informasi (TI)

Pada dasarnya, Teknologi Informasi (TI) merupakan perpaduan antara perkembangan teknologi komputer dengan teknologi telekomunikasi. Menurut beberapa ahli teknologi, terdapat beberapa definisi teknologi informasi, yaitu :

 Teknologi Informasi adalah seperangkat alat yang dapat membantu pekerjaan dengan informasi dan melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan pemrosesan informasi (Haag dan Keen, 1996)

 Teknologi Informasi menurut Martin (1999) adalah hal yang tidak hanya terbatas pada teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi (Kadir, 2003, p.13).

 Teknologi Informasi adalah teknologi yang menggabungkan komputasi (komputer) dengan jalur komunikasi kecepatan tinggi yang membawa data, suara, dan video. ( Williams dan Sawyer, 2003)

 Teknologi Informasi merupakan teknologi yang berhubungan dengan pengolahan data menjadi informasi dan proses penyaluran data atau informasi tersebut dalam batas-batas ruang dan waktu (Indrajit, 1999).

 Teknologi Informasi menurut Lucas (2000), merupakan segala bentuk teknologi yang diterapkan untuk memproses dan mengirimkan informasi dalam bentuk elektronik (Kadir, 2003, p.13).

Dari definisi tersebut, dapat dijelaskan bahwa teknologi informasi tidak hanya sekedar teknologi komputer, tetapi juga teknologi komunikasi. Dengan kata lain, teknologi informasi merupakan gabungan antara teknologi komputer dan teknologi telekomunikasi yang berguna untuk menyimpan, memproses maupun mengirimkan informasi dalam bentuk elektronik.

(2)

10

Universitas Kristen Petra

2.1.2. Penggunaan Teknologi Informasi

Teknologi kini semakin marak diperbincangkan karena diyakini dapat memberikan keunggulan bersaing. Berkaitan dengan pemanfaatan TI dalam perusahaan, keunggulan kompetitif mengacu pada pengunaan TI untuk meningkatkan kualitas informasi, kontrol kinerja perusahaan, dan peningkatan layanan untuk pasar. Dengan kata lain, perusahaan menggunakan TI baik sebagai alat bantu maupun strategi untuk mengintegrasikan dan mengolah data dengan cepat dan akurat serta untuk penciptaan produk layanan baru sebagai daya saing untuk menghadapi kompetisi (Sutedjo, 2002, p.26).

Sedangkan bagi pengguna individual (user) penggunaan TI dapat memberikan manfaat yaitu meningkatkan produktivitas kerja, kualitas output, dan efektivitas pekerjaan. Selain itu, perusahaan menginvestasikan TI untuk beberapa alasan, seperti untuk mengurangi biaya, meningkatkan produksi tanpa peningkatan biaya yang besar, dan meningkatkan kualitas jasa atau produk (Lederer, et al., 1998).

Dalam bidang bisnis, TI dapat dijadikan sebagai produk dan juga dapat digunakan sebagai alat. Sebuah perusahaan dapat menghasilkan produk TI atau dapat menggunakan TI untuk menghasilkan produk atau layanannya (Rahardjo, 2002, p.77)

Kesuksesan dari penggunaan teknologi informasi sangat dipengaruhi oleh perilaku pengguna (user’s attitude) dan penerimaan pengguna (user’s acceptance) atas sistem yang baru (Davis, 1989; Venkatesh dan Davis, 1996; Succi dan Walter, 1999). Jika pengguna tidak menginginkan untuk menerima sistem yang baru, tentu saja hal ini tidak akan memberikan manfaat yang penuh pada perusahaan (Davis, 1993; Davis dan Venkatesh, 1996). Sebaliknya, jika semakin besar penerimaan dari pengguna, semakin besar keinginan dari mereka untuk membuat perubahan pada prakteknya serta untuk menggunakan segala waktu dan usaha guna memulai menggunakan teknologi yang baru (Succi dan Walter, 1999). Kepuasan pengguna (user’s satisfaction) merupakan ukuran kesuksesan TI yang perceptual dan sangat subjektif. Dengan kata lain, penggunaan sistem adalah indikator dari kesuksesan dan penerimaan teknologi. Sebuah sistem itu baik atau buruk sangat tergantung pada apa yang dirasakan oleh pengguna setelah

(3)

11

Universitas Kristen Petra menggunakan teknologi tersebut. Penggunaan teknologi bergantung pada evaluasi pengguna dari teknologi tersebut. Apabila teknologi tersebut dapat meningkatkan kinerja pekerjaan pengguna, maka pengguna akan cenderung menggunakannya. Begitu juga sebaliknya, jika teknologi dirasa tidak dapat meningkatkan kinerja pekerjaan pengguna, maka pengguna akan cenderung menghindari untuk menggunakan teknologi tersebut.

2.1.3. Komunikasi

Kata komunikasi (dari bahasa Inggris communication) berasal dari communicatus dalam bahasa latin yang artinya berbagi inforasi, ide atau sikap. Menurut Wilbur Schramm, hakikat komunikasi adalah usaha membuat penerima atau pemberi komunikasi memiliki pemahaman yang sama terhadap suatu pesan tertentu (Suprapto, 2006, p.4). Definisi lain komunikasi menurut Harold D Lasswell, bahwa komunikasi pada dasarnya merupakan proses yang menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa, dengan akibat apa atau hasil apa (Deddy Mulyana, 2005, p.69). Dari kedua definisi tersebut, dapat disimpulka bahwa pengertian komunikasi merupakan proses penyampaian informasi yang dilakukan oleh komunikator atau orang yang memberikan informasi dengan menggunakan data maupun secara lisan, melalui media tertentu kepada objek sasaran yang ingin dituju (komunikan) dengan harapan untuk mengubah atau membentuk sikap, perilaku maupun opini objek sasaran sesuai dengan yang diinginkan oleh komunikator.

2.1.4. Komunikasi Massa

Definisi komunikasi massa menurut Joseph A. Devito bahwa komunikasi massa merupakan komunikasi yang ditujukan kepada massa atau khalayak yang sangat banyak dan disalurkan oleh pemancar-pemancar audio maupun visual. (Ardianto, 2005, p.6). Komunikasi massa dalam bahasa Inggris mass communication, merupakan kependekan dari mass media communication (komunikasi media massa). Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang mass mediated. Poll (1873) mendefinisikan komunikasi massa sebaga komunikasi yang berlangsung dalam situasi interposed ketika antara

(4)

12

Universitas Kristen Petra sumber dan penerima tidak terjadi kontak secara langsung, pesan-pesan komunikasi mengalir kepada penerima melalui saluran-saluran media massa seperti surat kabar, majalah, radio, film atau televisi (Wiryanto, 2000, p. 1-3). Definisi komunikasi massa yang dikemukakan oleh Gerbner (1967) “Mass communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flows of messages in industial societies” bahwa komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang berkelanjutan serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Ardianto, 2005, p. 3-4).

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik guna menyampaikan pesan dengan tujuan tertentu kepada masyarakat luas.

2.1.5. Surat Kabar

Secara etimologis, surat kabar atau koran berasal dari bahasa Inggris “newspaper” dan bahasa Belanda “courante” yang diadopsi dari bahasa Perancis “courant”. Menurut Onong Uchjana Effendy (1993, p.241), surat kabar adalah lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa dan aktual mengenai apa saja dan dimana saja di seluruh dunia untuk diketahui pembaca.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), koran merupakan lembaran-lembaran kertas bertuliskan kabar, berita, dsb, terbagi dalam kolom-kolom (8-9 kolom-kolom) yang terbit setiap hari.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa surat kabar merupakan lembaran kertas yang di dalamnya terdapat kabar berita yang terjadi di masyarakat yang terbit secara berkala.

2.1.6. Electronic Paper

Kertas elektronik atau dalam bahasa Inggris disebut Electronic Paper (ePaper) adalah sebuah teknologi portabel yang tampilannya hampir sama seperti kertas biasa, namun dapat diakses ribuan kali (Wikipedia). Berbeda dengan kertas

(5)

13

Universitas Kristen Petra biasa yang hanya dapat ditulis sekali, epaper dapat menerima tulisan serta merefresh-nya berkali-kali. Teknologi ini biasanya digunakan untuk menjalankan aplikasi e-book dan electronic newspaper. Informasi yang hendak ditampilkan dapat diunduh melalui koneksi ke komputer, tablet maupun smartphone.

2.1.7. Koran Digital

Koran digital merupakan koran yang dapat diakses melalui media elektronik seperti komputer, tablet maupun smartphone. Munculnya koran digital merupakan akibat dari kemajuan dan perkembangan teknologi, sehingga koran yang dahulu berbentuk cetak, sekarang berubah menjadi versi digital atau elektronik dengan konten yang sama seperti koran cetak. Perkembangan pesat koran digital sejalan dengan berkembangnya internet yang mulai dipopulerkan pada tahun 1982. Selain itu, banyaknya wacana mengenai penyelamatan lingkungan juga merupakan salah satu faktor munculnya koran digital karena pembuatan kertas yang menggunakan bahan baku pohon sebagai bahan utamanya.

2.1.8. Perilaku Konsumen

Dalam dunia pemasaran, produsen harus memahami bagaiamana perilaku konsumen agar perusahaan dapat memahami apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumennya. Terdapat berbagai definisi dari para ahli mengenai perilaku konsumen. Perilaku konsumen adalah suatu studi tentang proses-proses yang dilibatkan pada saat individu-individu atau kelompok-kelompok memilih, membeli, menggunakan atau menghabiskan suatu produk, jasa, gagasan, atau pengalaman untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka (Michael R. Solomon, 2009, p.33).

Menurut Kotler dan Keller (2009, p.166), perilaku konsumen adalah studi mengenai bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka.

Schiffman dan Kanuk (2009, p.23), “Consumer behavior; the behavior that consumer display in searching for, purchasing, using, evaluating, and disposing of product and services that they expect will satisfy their needs”.

(6)

14

Universitas Kristen Petra Artinya, perilaku konsumen merupakan perilaku dimana konsumen menujukkan bagaimana mereka mencari, membeli, menggunakan dan mengevaluasi, dan membuang produk dan jasa yang diharapkan akan memuaskan kebutuhan mereka. Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah perilaku yang ditunjukkan konsumen dalam memilih, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk, jasa, gagasan, atau pengalaman yang diharapkan akan memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka.

2.1.9. Penerimaan Konsumen (Consumer Acceptance)

Penerimaan konsumen terhadap sebuah produk merupakan hal penting untuk diperhatikan. Karena, ketika seorang konsumen menolak kehadiran sebuah produk di pasar, berarti produsen harus merefleksikan kegagalan produk atau layanan dalam memenuhi harapan, kebutuhan, dan keinginan konsumen. Penerimaan konsumen didefinisikan oleh Van den Bosch (Vergragt, 2006) sebagai “a positive attitude of individuals towards an innovation and the intention to consume product or service”. Artinya, penerimaan konsumen merupakan sikap positif konsumen terhadap sebuah inovasi dan niat konsumen dalam mengkonsumsi produk atau layanan tersebut.

Moskowitz et al. (2012) mendefinsikan penerimaan konsumen sebagai (1) suatu pengalaman, atau fitur dari pengalaman, ditandai dengan sikap positif terhadap produk, dan/atau (2) pemanfaatan aktual (seperti pembelian atau pemakaian) produk oleh konsumen.

Sedangkan user acceptance dapat didefinisikan sebagai keinginan sebuah grup user dalam memanfaatkan teknologi informasi (TI) yang didesain untuk membantu pekerjaan mereka. Kurangnya user acceptance akan sangat berpengaruh terhadap kesuksesan sebuah TI yang baru. Maka dari itu, user acceptance harus dipandang sebagai faktor sentral yang akan menentukan sukses atau tidaknya suatu sistem.

2.1.10. Theory of Reasoned Action (TRA)

Theory of Reasoned Action (TRA) adalah dasar teori untuk memprediksi periaku manusia. Model teori TRA yang dikembangkan oleh Martin Fishbein dan

(7)

15

Universitas Kristen Petra Icek Ajzen (1975), menganalisis hubungan antara berbagai kriteria kinerja dan sikap seseorang, niat, dan norma subyektif (Sheppard et al., 1988). TRA menunjukkan bahwa setiap individu mepertimbangkan konsekuensi dari tindakan mereka sebelum mereka melakukan perilaku tertentu. Menurut teori ini, niat seseorang untuk melakukan perilaku tertentu dipengaruhi oleh sikap seseorang terhadap perilaku dan norma subyektif (Ajzen dan Madden, 1986). Sikap seorang individu terhadap perilaku didefinisikan sebagai perasaan positif atau negatif seseorang tentang melakukan tujuan perilaku, sedangkan norma subyektif merupakan persepsi orang bahwa kebanyakan orang yang penting baginya berpikir ia harus atau tidak harus melakukan perilaku yang bersangkutan (Fishbein dan Ajzen, 1975). Dari hal ini disimpulkan bahwa setiap individu selalu memiliki pilihan untuk melakukan suatu tindakan, sehingga niat individu untuk melakukan tindakan merupakan penentu langsung dari tindakan tersebut.

2.1.11. Theory of Planned Behavior (TPB)

Theory of Planned Behavior (TPB) pertama kali dicetuskan oleh Icek Ajzen (1988). TPB merupakan penyempurnaan dari Theory of Reasoned Action (TRA). Ajzen menambahkan konstruk yang belum terdapat dalam TRA, yaitu kontrol perilaku yang dipersepsikan (perceived behavioral control). Perceived behavioral control (PBC) didefinisikan sebagai persepsi seseorang terhadap sejauh mana tingkat kemudahan/kesulitan dalam melaksanakan suatu tindakan (Icek Ajzen, 1991). Dalam konteks perilaku terhadap teknologi informasi, PBC didefinisikan sebagai persepsi terhadap kendala yang muncul baik karena faktor internal maupun eksternal (Taylor & Todd, 1995).

Pada TPB, perilaku seseorang dipengaruhi oleh keyakinan tentang konsekuensi dari perilaku, keyakinan tentang harapan orang lain, dan keyakinan tentang adanya faktor-faktor yang memfasilitasi atau menghalangi kinerja perilaku. Dan ketiga faktor tersebut mempengaruhi hasil pembuatan keputusan seseorang (Ajzen, 1988). Pada umumnya, niat seseorang untuk melakukan perilaku tertentu akan lebih kuat jika sikap terhadap perilaku positif, keyakinan mereka tentang harapan orang lain positif, dan sedikit hambatan yang dirasakan ketika melakukan perilaku tersebut.

(8)

16

Universitas Kristen Petra

2.1.12. Technology Acceptance Model (TAM)

Dalam Davis (1989) disebutkan beberapa model yang dibangun untuk menganalisis dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi diterimanya penggunaan teknologi , diantaranya yang terdapat di dalam berbagai penelitian dan referensi hasil riset dibidang teknologi informasi seperti Theory of Reasoned Action (TRA), Theory of Planned Behavior (TPB) dan Technology Acceptance Model (TAM). Model TAM sebenarnya diadaptasi dari model TRA, yaitu teori tindakan yang beralasan dengan satu premis bahwa reaksi dan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal, akan menentukan sikap dan perilaku orang tersebut. Reaksi dan persepsi pengguna Teknologi Informasi (TI) akan mempengaruhi sikapnya dalam penerimaan terhadap teknologi tersebut. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi adalah persepsi pengguna terhadap kemanfaatan dan kemudahan penggunaan TI sebagai suatu tindakan yang beralasan dalam konteks pengguna teknologi. Sehingga alasan seseorang dalam melihat manfaat dan kemudahan TI menjadikan tindakan/perilaku orang tersebut sebagai tolak ukur dalam penerimaan sebuah teknologi.

Tujuan model ini adalah untuk menjelaskan faktor-faktor utama dari perilaku pengguna terhadap penerimaan pengguna teknologi. Model ini menempatkan faktor sikap dari tiap-tiap perilaku pengguna dengan dua variabel, yaitu perceived usefulness, yaitu suatu ukuran dimana penggunaan suatu teknologi dipercaya akan mendatangkan manfaat bagi orang yang menggunakannya dan perceived ease of use, yaitu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa dengan menggunakan sistem tertentu tidak diperlukan usaha apapun (free of effort). Kedua variabel ini dapat menjelaskan aspek keperilakuan pengguna. Kesimpulannya adalah model TAM menjelaskan bahwa persepsi pengguna akan menentukan sikapnya dalam penggunaan TI.

2.1.13. Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT)

Model UTAUT merupakan teori yang berpengaruh dan banyak diadopsi untuk melakukan penelitian penerimaan pengguna (user acceptance) terhadap suatu teknologi informasi. Model UTAUT dikembangkan oleh Venkatesh et al. (2003) yang merupakan penggabungan dari delapan model teori penerimaan

(9)

17

Universitas Kristen Petra teknologi, antara lain Theory of Reasoned Action, Theory of Planned Behavior, Technology Acceptance Model, Motivational Model, Combined TAM and TPB, Model of PC Utilization, Innovation Diffusion Theory, Social Cognitive Theory.

Theory of Reasoned Action (TRA) merupakan teori untuk memprediksi perilaku manusia dengan cara menganalisis hubungan antara berbagai kriteria kinerja dan sikap seseorang, niat dan norma subyektif. Theory of Planned Behavior (TPB) digunakan untuk memenuhi keadaan ketika perilaku seseorang tidak sukarela dengan memasukan prediktor niat dan perilaku dengan mengacu pada keyakainan tentang adanya faktor yang dapat memfasilitasi atau menghalangi kinerja suatu perilaku tertentu. Lalu teori Motivational Model oleh Davis F. D (1989) yang memprediksi penerimaan dan penggunaan teknologi. Combined TAM and TPB adalah model hibrida dari TPB dengan TAM yang memberikan penjelasan mengenai penentu penerimaan dan perilaku penggunaan suatu teknologi tertentu (Taylor and Todd, 1995). Model of PC Utilization (MPCU) oleh Thompson, et al. (1991) yaitu teori yang menilai pengaruh dari kondisi yang mempengaruhi dan memfasilitasi, faktor sosial, kompleksitas, kesesuaian tugas dan konsekuensi jangka panjang terhadap pemanfaatan PC. Innovation Diffusion Theory (Rogers, 1962) merupakan teori yang mengukur persepsi masyarakat dengan tujuh atribut. Dan Social Cognitive Theory (SCT) (Bandura, 1977) yaitu teori untuk mengidentifikasi perilaku manusia sebagai interaksi dan faktor pribadi, perilaku dan lingkungan yang bertujuan memberikan kerangka untuk memahami, memprediksi dan mengubah perilaku manusia.

Model ini UTAUT dirumuskan dengan empat macam penentu inti (core determinants) suatu niat dan penggunaan TI dengan empat moderator dari hubungan pokok. Keempat core determinants yang dimaksud adalah Performance Expectancy, Effort Expectancy, Social Influence, dan Facilitating Conditions. Sedangkan keempat moderator yang dimaksud adalah Gender, Age, Experience, dan Volutariness.

2.1.14. Performance Expectancy

Venkatesh et al. (2003) mendefinisikan performance expectancy sebagai tingkat dimana seseorang mempercayai dengan menggunakan sistem tersebut

(10)

18

Universitas Kristen Petra akan membantu orang tersebut untuk meningkatkan kinerjanya. Dalam konsep ini, terdapat gabungan variabel-variabel yang diperoleh dari model penelitian sebelumnya tentang model penerimaan dan penggunaan teknologi. Variabel tersebut antara lain :

Perceived Usefulness

Perceived usefulness didefinisikan sebagai suatu ukuran dimana penggunaan suatu teknologi dipercaya akan mendatangkan manfaat bagi orang yang menggunakannya. (Davis, 1989). Disebutkan pula pada Davis et al. (1989), bahwa persepsi terhadap kegunaan sebagai kemampuan subjektif pengguna di masa yang akan datang, dimana dengan menggunakan sistem tersebut akan meningkatkan kinerjanya. Dalam Gefen et al. (2003) dan Yahyapour (2008) ditambahkan bahwa perceived usefulness dapat diukur dengan indikator meningkatkan produktivitas, menjadikan kerja lebih efektif, dan pekerjaan menjadi lebih cepat

Extrinsic motivation

Extrinsic Motivation merupakan persepsi dimana penggunan mau melakukan suatu kegiatan karena dipersepsikan sebagai alat dalam pencapaian hasil namun berbeda dari kegiatan itu sendiri, misalnya dalam hal peningkatan kinerja, penghasilan serta promosi jabatan (mis. Lawler & Porter: 1967; Mitchell & Biglan, 1971; Vroom, 1964)

Job Fit

Menurut Venkatesh et al. (2003), job fit adalah bagaimana kemampuan-kemampuan dari suatu sistem meningkatkan kinerja pekerjaan individual.

Relative Advantage

Menurut Venkatesh et al. (2003), Relative Advantage didefinisikan sebagai seberapa jauh menggunakan suatu inovasi yang dipersepsikan akan lebih baik dibandingkan menggunakan pendahulunya.

Outcome Expectations

Outcome expectations berhubungan dengan konsekuensi-konsekuensi dari perilaku. Berdasarkan pada bukti empiris, mereka dipisahkan kedalam ekspektasi kinerja (Performance Expectation) dan ekspektasi-ekspektasi personal (Personal Expectations)

(11)

19

Universitas Kristen Petra

2.1.15. Effort Expectancy

Effort Expectancy merupakan tingkat kemudahan penggunaan sistem yang akan dapat mengurangi upaya (tenaga dan waktu) individu dalam melakukan pekerjaan. Variabel tersebut diformulasikan berdasarkan tiga konstruk pada model atau teori sebelumnya, yaitu persepsi kemudahan (perceived ease of use) dari model TAM, kompleksitas dari Model of PC utilization (MPCU), dan kemudahan penggunaan dari teori difusi inovasi (IDT) (Venkatesh, et al. 2003).

Davis, et al. (1989) mengidentifikasikan bahwa kemudahan pemakaian mempunyai pengaruh terhadap penggunaan teknologi informasi. Hal ini konsisten dengan penelitian Adam (1992) dan Iqbaria (1997). Kemudahan penggunaan teknologi informasi akan menimbulkan perasaan dalam diri seseorang bahwa sistem itu mempunyai kegunaan dan karenanya menimbulkan rasa yang nyaman bila bekerja dengan menggunakannya (Venkatesh dan Davis 2000). Kompleksitas yang dapat membentuk konstruk ekspektasi usaha didefinisikan oleh Rogers dan Shoemaker (1971) dalam Venkatesh, et al. (2003) adalah tingkat dimana inovasi dipersepsikan sebagai sesuatu yang relatif sulit untuk diartikan dan digunakan oleh individu. Thompson, et al. (1991) menemukan adanya hubungan yang negatif antara kompleksitas dan pemanfaatan teknologi informasi.

Davis (1989) memberikan beberapa indikator kemudahan penggunaan teknologi informasi, yaitu: TI sangat mudah dipahami, TI mengerjakan dengan mudah apa yang diinginkan oleh penggunanya, keterampilan pengguna akan bertambah dengan menggunakan TI, dan TI tersebut sangat mudah untuk dioperasikan. Dari beberapa penjelasan yang telah disampaikan di atas, pengguna teknologi informasi mempercayai bahwa teknologi informasi yang lebih fleksibel, mudah dipahami dan mudah dalam hal pengoperasiannya akan menimbulkan minat dalam menggunakan teknologi informasi tersebut dan seterusnya akan menggunakan teknologi informasi tersebut.

2.1.16. Social Influence

Dalam jurnal Venkatesh et al. (2003) yang berjudul “User Acceptance of IT”, Social Influence didefinisikan sebagai “degree to which an individual perceives that important others believe he or she should use the new system”,

(12)

20

Universitas Kristen Petra yaitu tingkat dimana seorang individu merasa bahwa orang yang penting baginya percaya bahwa dia harus menggunakan sistem baru. Menurut Venkatesh dan Davis (2000), pengaruh sosial mempunyai dampak pada perilaku individual melalui tiga mekanisme, yaitu :

Compliance (ketaatan) adalah ketika orang tampaknya setuju dengan orang lain, namun sebenarnya tetap tidak setuju dan sesuai pendapat mereka pribadi.

Identification (Identifikasi) adalah ketika orang dipengaruhi oleh seseorang yang disukai dan dihormati, seperti selebriti terkenal atau seorang pemain favorit.

Internalization (Internalisasi) adalah ketika orang menerima keyakinan atau perilaku dan setuju baik umum dan pribadi.

 Dalam konsep ini terdapat gabungan variabel-variabel yang diperoleh dari model penelitian sebelumnya tentang model penerimaan dan penggunaan teknologi. Adapun variabel tersebut adalah:

Norma subyektif (subjective norms) dalam TRA, TAM, TPB, dan MPCU, yaitu persepsi individu mengenai apa yang orang terdekatnya pikirkan terhadap apa yang harus dan tidak harus ia lakukan ( Ajzen, 1991)

Faktor-faktor sosial (social factors) dalam MPCU sebagai internalisasi individu dari referensi kelompok budaya subyektif dan mengkhususkan persetujuan antar pribadi bahwa individu telah berusaha dengan yang lain pada situasi sosial khusus. (Thompson et al, 1991)

Citra (image) dalam IDT yaitu tingkat dimana menggunakan suatu inovasi dipersepsikan akan meningkatkan image atau status seseorang dalam sistem sosial.(Moore dan Benbasat, 1991)

Dapat disimpulkan bahwa semakin banyak pengaruh yang diberikan sebuah lingkungan terhadap calon pengguna teknologi informasi untuk menggunakan suatu teknologi informasi yang baru maka semakin besar minat yang timbul dari personal calon pengguna tersebut dalam menggunakan teknologi informasi tersebut karena pengaruh yang kuat dari lingkungan sekitarnya.

(13)

21

Universitas Kristen Petra

2.1.17. Facilitating Conditions

Facilitating conditions atau kondisi yang memfasilitasi penggunaan teknologi informasi adalah tingkat dimana seseorang percaya bahwa perangkat organisasi dan teknis ada untuk mendukung penggunaan sistem (Venkatesh et al., 2003). Triandis (1980) mendefinisikan kondisi pendukung sebagai “faktor-faktor obyektif” yang dapat mempermudah melakukan suatu tindakan.

Teori sikap dan perilaku (theory of attitude and behavior) dari Triandis (1980) dalam Tjhai (2003) menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi informasi oleh pekerja dipengaruhi oleh perasaan individual (affect) terhadap penggunaan komputer personal, norma sosial (social norms) dalam tempat kerja yang memperhatikan penggunaan komputer personal, kebiasaan (habit) sehubungan dengan penggunaan komputer, konsekuensi individual yang diharapkan (consequencies) dari penggunaan komputer personal, dan kondisi yang memfasilitasi (facilitating conditions) dalam penggunaan teknologi informasi. Penelitian Thompson, et al. (1991) yang mengadopsi sebagian teori yang diusulkan oleh Triandis (1980) menemukan bahwa tidak ada hubungan antara kondisi yang memfasilitasi pemakai dengan penggunaan teknologi informasi. sedangkan Venkatesh et al .(2003) menyatakan bahwa kondisi-kondisi yang memfasilitasi memiliki pengaruh terhadap pengguna.

2.1.18. Behavioral Intention

Behavioral Intention adalah tingkat dimana seseorang telah merencanakan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu di masa depan (Venkatesh et al., 2003). Menurut Wibowo, behavioral intention merupakan kecenderungan perilaku untuk tetap menggunakan suatu teknologi (Wibowo, 2006, p.2). Seseorang akan melakukan sesuatu jika mempunyai minat atau keinginan untuk melakukan. Hasil penelitian sebelumnya oleh Davis et al. (1989), Taylor dan Todd (1995), Venkatesh dan Davis (2000), menunjukkan bahwa minat perilaku merupakan prediksi yang baik dari penerimaan teknologi dari pemakaian sebuah sistem. Minat perilaku seseorang dapat dilihat dari kecenderungannya untuk selalu mencoba suatu teknologi, melanjutkan penggunaan teknologi tersebut serta berencana untuk lebih sering dalam penggunaannya.

(14)

22

Universitas Kristen Petra

2.1.19. Use Behavior

Perilaku penggunaan teknologi informasi (use behavior) didefinisikan sebagai intensitas dan atau frekuensi pemakai dalam menggunakan teknologi informasi (Davis, 1989). Perilaku penggunaan teknologi informasi sangat bergantung pada evaluasi pengguna dari sistem tersebut. Suatu teknologi informasi akan digunakan apabila pemakai teknologi informasi tersebut berminat dalam menggunakan teknologi informasi tersebut karena keyakinan bahwa menggunkan teknologi informasi tersebut dapat meningkatkan kinerjanya, menggunakan teknologi informasi dapat dilakukan dengan mudah, dan pengaruh lingkungan sekitarnya dalam menggunakan teknologi informasi tersebut. Selain itu, perilaku penggunaan teknologi informasi juga dipengaruhi oleh kondisi yang memfasilitasi pemakai dalam menggunakan teknologi informasi tersebut karena apabila teknologi informasi tersebut tidak didukung oleh peralatan-peralatan, dan fasilitas-fasilitas yang diperlukan maka penggunaan teknologi informasi tersebut tidak dapat terlaksana.

2.2 Hubungan Antar Konsep

2.2.1. Hubungan Antara Performance Expectancy dan Behavioral Intention

Ekspektasi kinerja (performance expectancy) didefinisikan sebagai tingkat dimana seorang individu meyakini bahwa dengan menggunakan sistem akan membantu dalam meningkatkan kinerjanya. Konsep ini menggambarkan manfaat sistem bagi pemakainya yang berkaitan dengan perceived usefulness, motivasi ekstrinsik, job fit, dan keuntungan relatif (relative advantage) (Venkatesh, et al., 2003). Manfaat sistem bagi pemakainya berkaitan dengan produktivitas kinerja tugas atau efektifitas, pentingnya tugas, dan kebermanfaatan secara keseluruhan. Pemanfaatan teknologi informasi menunjukkan keputusan individu untuk menggunakan atau tidak menggunakan teknologi informasi sebagai faktor-faktor objektif yang dapat mempermudah melakukan suatu tindakan, seperti misalnya adanya rasa nyaman dalam bekerja. Penggunaan sistem mengacu pada seberapa sering pengguna memakai sistem tersebut.

Minat pemanfaatan teknologi informasi (behavioral intention) didefinisikan sebagai tingkat keinginan atau niat pemakai menggunakan sistem

(15)

23

Universitas Kristen Petra secara terus menerus dengan asumsi bahwa mereka mempunyai akses terhadap informasi. Dengan melihat kegunaan, motivasi, dan keuntungan yang dihasilkan dari penggunaan teknologi informasi, maka timbul minat pemanfaatan akan teknologi informasi oleh pengguna untuk meningkatkan kinerja mereka.

Penelitian yang dilakukan Bandyopadhyay dan Fraccastoro (2007) maupun Rini Handayani (2007) menyatakan bahwa konstruk ekspektasi kinerja merupakan prediktor yang kuat dari minat pemanfaatan teknologi informasi dalam setting sukarela maupun wajib. Hal tersebut konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Venkatesh, et al. (2003). Maka dari itu, diajukan hipotesis pertama :

H1: Performance Expectancy berpengaruh positif terhadap Behavioral Intention

2.2.2. Hubungan Antara Effort Expectancy dan Behavioral Intention

Ekspektasi usaha (effort expectancy) merupakan tingkat kemudahan penggunaan sistem yang akan dapat mengurangi upaya (tenaga dan waktu) individu dalam melakukan pekerjaannya. Variabel tersebut diformulasikan berdasarkan 3 konstruk pada model atau teori sebelumnya yaitu persepsi kemudahaan penggunaan (perceived easy of use-PEOU) dari model TAM, kompleksitas dari model of PC utilization (MPCU), dan kemudahan penggunaan dari teori difusi inovasi (IDT) (Venkatesh, et al., 2003). Kemudahan penggunaan teknologi informasi akan menimbulkan perasaan minat dalam diri seseorang bahwa sistem itu mempunyai kegunaan dan karenanya menimbulkan rasa yang nyaman bila bekerja dengan menggunakannya (Venkatesh dan Davis 2000).

Alawadhi dan Morris (2008) mengidentifikasikan bahwa kemudahan pemakaian mempunyai pengaruh terhadap penggunaan teknologi informasi. Bandyopadhyay dan Fraccastoro (2007) menyebutkan bahwa ekspektasi usaha berpengaruh signifikan positif terhadap minat pemanfaatan meskipun dengan pengalaman yang terbatas. Hal ini konsisten dengan penelitian Venkatesh, et al. (2003), dimana ekspektasi usaha mempunyai hubungan yang signifikan dengan minat pemanfaatan teknologi informasi. Hal ini berarti bahwa pengguna akan memanfaatkan sistem teknologi informasi apabila mereka merasa bahwa sistem

(16)

24

Universitas Kristen Petra tersebut mudah dan tidak memerlukan upaya yang besar dalam mengoperasikannya. Oleh karena itu, diajukan hipotesis kedua:

H2 : Effort Expectancy berpengaruh positif terhadap Behavioral Intention

2.2.3. Hubungan Antara Social Influence dan Behavioral Intention

Pengaruh sosial diartikan sebagai tingkat dimana seorang individu menganggap bahwa orang lain menyakinkan dirinya bahwa dia harus menggunakan sistem baru. Pengaruh sosial ditunjukkan dari besarnya dukungan rekan kerja, atasan, dan organisasi. Menurut Triandis (1980) dalam Tjhai (2003) faktor sosial memiliki hubungan positif dengan pemanfaatan teknologi informasi. Hal ini menunjukkan bahwa individu akan meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi jika mendapat dukungan dari individu lainnya. Thompson, et al. (1991) menemukan bahwa faktor sosial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemanfaatan komputer yang konsisten dengan hasil penelitian Jin (2002), yaitu terdapat hubungan positif dan signifikan antara faktor sosial dengan pemanfaatan sistem teknologi informasi. Sedangkan Davis, et al. (1989) menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara norma-noma sosial terhadap pemanfaatan teknologi informasi. Namun, menurut Penelitian yang dilakukan Venkatesh et al., (2003) menunjukkan bahwa pengaruh sosial mempunyai pengaruh positif terhadap minat pemanfaatan sistem informasi. Oleh karena itu diajukan hipotesi ketiga :

H3: Social Influence berpengaruh positif terhadap Behavioral Intention

2.2.4 Hubungan Antara Behavioral Intention dan Use Behavior

Perilaku penggunaan teknologi informasi (use behavior) didefinisikan sebagai intensitas dan atau frekuensi pemakai dalam menggunakan teknologi informasi. Triandis (1980) mengemukakan bahwa perilaku seseorang merupakan ekspresi dari keinginan atau minat seseorang (intention), dimana keinginan tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, perasaan (affect), dan konsekuensi- konsekuensi yang dirasakan (perceived consequences). Perilaku penggunaan

(17)

25

Universitas Kristen Petra teknologi informasi sangat bergantung pada evaluasi pengguna dari sistem tersebut. Dengan kata lain, penggunaan sistem adalah indikator dari penilaian kinerja terhadap pemanfaatan dan penerimaan sebuah teknologi informasi. Sebuah teknologi informasi itu baik atau buruk sangat tergantung pada apa yang dirasakan oleh pengguna setelah menggunakan teknologi informasi tersebut.

Thompson, et al. (1991) telah menguji dalam penelitianya apakah terdapat hubungan positif antara minat pemanfaatan dengan penggunaan teknologi informasi. Hasil penelitian Thompson, et al. (1991) menemukan bukti bahwa terdapat hubungan positif antara minat pemanfaatan dengan penggunaan teknologi informasi, dimana keyakinan seseorang akan kegunaan teknologi informasi akan meningkatkan minat mereka dan pada akhirnya individu tersebut akan menggunakan teknologi informasi dalam pekerjaannya. Venkatesh, et al. (2003) menyatakan bahwa terdapat hubungan langsung dan signifikan antara minat pemanfaatan teknologi informasi terhadap penggunaan teknologi informasi. Maka dari itu diajukan hipotesis keempat :

H4 : Behavioral Intention berpengaruh positif terhadap Use Behavior

2.2.5. Hubungan Antara Facilitating Conditions dan Use Behavior

Pada Venkatesh et al. (2003), kondisi yang memfasilitasi didefinisikan sebagai ukuran dimana seseorang percaya bahwa perangkat organisasi dan teknis ada untuk mendukung penggunaan sistem. Triandis (1980) mendefinisikan kondisi yang memfasilitasi sebagai “faktor-faktor obyektif” yang dapat mempermudah melakukan suatu tindakan.

Schultz dan Slevin (1975) menemukan bukti empiris bahwa kondisi-kondisi yang memfasilitasi pemakain mempunyai pengaruh pada karyawan. Kepercayaan seseorang untuk menggunakan sistem informasi akan meningkat apabila didukung oleh perangkat organisasi maupun teknis. Maka dari itu diajukan hipotesis kelima :

H5 : Facilitating Conditions berpengaruh positif terhadap Use Behavior.

(18)

26

Universitas Kristen Petra

2.3. Penelitian Terdahulu

Banyak penelitian terdahulu yang menggunakan model Unified of Theory Acceptance and Use of Technology. Salah satunya pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Muhhamad Nasir (2013) yang berjudul “Evaluasi Penerimaan Teknologi Informasi Mahasiswa di Palembang Menggunakan Model UTAUT”. Dalam penelitian ini dikatakan bahwa implementasi suatu teknologi informasi selalu berhubungan dengan penerimaan pengguna. Sejauh mana pengguna dapat memahami dan menerima teknologi tersebut adalah hal penting untuk dapat mengetahui tingkat keberhasilan dari implementasi tersebut. Penerimaan pengguna (user acceptance) merupakan faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu teknologi. Maka dari itu, penerimaan pengguna harus dipandang sebagai faktor sentral yang akan menentukan sukses tidaknya suatu implementasi teknologi informasi.

Lalu, penelitian yang dilakukan oleh Tri Suci Gandawati (2011) yang berjudul “Analisis Proses Adopsi Electronic Payment System dengan Menggunakan UTAUT Model”. Pada penelitian ini, dilakukan riset mengenai sistem pembayaran online Kaspay di Kaskus. Peneliti melihat bahwa derasnya arus kegiatan e-commerce, mengarah ke transaksi belanja online sehingga mendorong sejumlah kalangan untuk mengembangkan suatu produk atau platform yang mampu menjembatani transaksi tersebut. Sehingga diciptakanlah suatu sistem pembayaran online yang biasa disebut dengan e-payment. Dan sebagai sebuah media pembayaran, e-payment ini harus dapat diterima dan digunakan oleh penggunanya. Dan salah satu model untuk menjelaskan penerimaan pengguna (user acceptance) dalam bidang teknologi adalah UTAUT. Hasil dari penelitian tersebut, menunjukkan bahwa variabel performance expectancy, effort expectancy, social influence, dan facilitating conditions secara simultan berpengaruh terhadap variabel behavioral intention. Dan variabel facilitating conditions dan behavioral intention secara simultan juga berpengaruh terhadap variabel use behavior.

(19)

27

Universitas Kristen Petra

2.4. Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

H1 H2 H5 H4 H3 Performance Expectancy Effort Expectancy Social Influence Facilitating Conditions Behavioral Intention Use Behavior

(20)

28

Universitas Kristen Petra

2.5. Kerangka Berpikir

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Gambar 2.8 Kerangka Berpikir

Latar Belakang 1. Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi

2. Membawa dampak yang signifikan dalam industri media cetak

3. Perusahaan media cetak mulai mendistribusikan produknya dalam format online 4. Namun, belum banyak pelanggan yang menggunakan format online tersebut

5. Sehingga, perusahaan perlu mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi penerimaan dan penggunaan teknologi tersebut.

Rumusan Masalah

1. Apakah Performance Expectancy mempengaruhi Behavioral Intention pelanggan Kompas ePaper di Jawa Timur?

2. Apakah Effort Expectancy mempengaruhi Behavioral Intention pelanggan Kompas ePaper di Jawa Timur?

3. Apakah Social Influence mempengaruhi Behavioral Intention pelanggan Kompas ePaper di Jawa Timur?

4. Apakah Behavioral Intention mempengaruhi Use Behavior pelanggan Kompas ePaper di Jawa Timur?

5. Apakah Facilitating Conditions mempengaruhi Use Behavior pelanggan Kompas ePaper di Jawa Timur?

Kerangka Konseptual

Metodologi Penelitian Jenis penelitian : Kuantitatif

Populasi : Seluruh pelanggan Harian Kompas di Jawa Timur

Sampel : Pelanggan Harian Kompas yang menggunakan Kompas ePaper

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual H1 H2 H5 H4 H3 Performance Expectancy Effort Expectancy Social Influence Facilitating Conditions Behavioral Intention  Use Behavior
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir  Gambar 2.8 Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem informasi akuntansi adalah sekumpulan dari komponen yang saling berkaitan satu sama lain yang bertindak untuk

Pemerolehan kata sangat dipengaruhi kehidupan sosial anak. Kajian pemerolehan kosakata biasanya difokuskan pada pemerolehan kata, ujaran, makna kata dan

percaya, ketika melakukan ritual-ritual tertentu, arwah nenek moyang masuk ke dalam wayang sehingga mereka bisa berkomunikasi dengan arwah-arwah nenek moyang mereka.

Hasil analisis ragam pada Tabel 15 menunjukan bahwa interaksi antara pengaruh jenis burung puyuh dan pemberian pakan komersial yang berbeda memberikan perbedaan

Genetic Algorithm merupakan sebuah metode untuk memindahkan satu populasi kromosom ke suatu populasi yang baru dengan menggunakan seleksi alam dan operator genetik seperti

Penelitian Kuntarto (1999) tentang Strategi Kesantunan Dwibahasawan Indonesia-Jawa menunjukkan hal-hal sebagai berikut: (1) Dwibahasawan Indonesia-Jawa memilih strategi

Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran organisasi, Satuan Polisi Pamong Praja merumuskan strategi yang merupakan rencana menyeluruh dan terpadu. Meningkatkan

Melaksanakan  Algoritma  berarti  mengerjakan  langkah‐langkah  di  dalam  Algoritma  tersebut.  Pemroses  mengerjakan  proses  sesuai  dengan  algoritma  yang