• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDANGAN CIVITAS AKADEMIA UII MENGENAI CANDI KIMPULAN DI KAMPUS TERPADU UII YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PANDANGAN CIVITAS AKADEMIA UII MENGENAI CANDI KIMPULAN DI KAMPUS TERPADU UII YOGYAKARTA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PANDANGAN CIVITAS AKADEMIA UII MENGENAI CANDI

KIMPULAN DI KAMPUS TERPADU UII YOGYAKARTA

Irfanuddin Wahid Marzuki (Balai Arkeologi Manado)

Abstrak

The slopes of Mount Merapi are found the remains of the temple of the Ancient Mataram Kingdom. The temples are lava eruption buried for hundreds of years. One fi nding of the temple is a temple complex Kimpulan its Integrated Campus Indonesian Islamic University (UII) in Yogyakarta Jalan Kaliurang Km 14. Kimpulan temple discovered during the construction of the central library UII intact no damage. In this article, try to fi nd out the views of the academic community of the existence of temples Kimpulan UII.

Key words: Mataram Kingdom, Kimpulan temple, , Integrated Campus UII Pendahuluan

Candi merupakan sebutan untuk tempat suci bagi umat Hindu atau Budha di Jawa, sebutan lainnya adalah biaro di Sumatra ataupun pura di Bali. Candi banyak tersebar di wilayah Jawa Tengah dan DIY, karena pada dahulu merupakan pusat kerajaan Hindu dan Budha yang berkembang pesat. Candi-candi tersebut ditemukan ada yang dalam keadaan baik, rusak ataupun hanya tinggalan berupa bagian bawahnya saja. Secara umum, bangunan candi terdiri dari 3 bagian, yaitu kaki, badan atap candi. Pembagian menjadi tiga bagian tersebut melambangkan adanya 3 alam yang dilalui oleh manusia yaitu bhur,

bwah dan swah loka. Bhurloka menggambarkan alam sebelum manusia dilahirkan ke

dunia, swahloka merupakan alam kehidupan manusia, dan swahloka merupakan alam sesudah manusia meninggal. Pada tahun 2009, ditemukan adanya suatu bangunan candi di kompleks Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia di Jalan Kaliurang Km 14 Yogyakarta.

(2)

Secara administratif Candi Kimpulan terletak di Dusun Kimpulan, Kelurahan Umbulmartani Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara astronomis terletak pada 04°35’524” LU dan 91°50’111” dan secara geografi s berada di antara dua

Sungai Kladuan di sisi timur dan Sungai Klanduan di sisi barat. Lokasi temuan merupakan lokasi bakal pembangunan bangunan gedung perpustakaan UII. Temuan pada awalnya berupa lubang pondasi ke-21 dari 24 lubang pondasi kolom bangunan. Penemuan tersebut terjadi pada hari Jum’at tanggal 11 Desember 2009 pukul 10.00 WIB, dan

dilaporkan ke Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) DIY pada besok harinya. Pada hari Sabtu tanggal 12 Desember, pihak BP3 langsung mengadakan survei ke lokasi temuan. Temuan awal berupa struktur bangunan dan temuan lepas yang berupa fragmen batu (Tim Penyusun, 2010a : 1-3). Berdasarkan lokasi administratif temuan, maka untuk sementara temuan disebut dengan Candi Kimpulan. Penamaan situs dalam arkeologi umumnya berdasarkan pada lokasi temuan, sebutan dalam prasasti dan penyebutan yang sudah ada dalam masyarakat sekitar.

Temuan Candi kimpulan relatif runtuh, hanya tertimbun tanah letusan Gunung Merapi. Pada saat ditemukan, berada pada kedalaman 2,70 m. Berdasarkan dari laporan tim geologi hal ini disebabkan karena dua hal.

a. Arus yang membawa sedimen tidak terlalu deras. Sehingga boulder yang terbawa tidak menghantam bangunan dengan keras. Indikasi arus ini terlihat dari layer lapisan tanah (stratigrafi ) yang relatif datar.

b. Arus yang membawa bahan sedimen tidak menghantam tegak lurus dengan dinding bangunan, tetapi menghantam bagian sudut bangunan sehingga arus dapat terbelah ke kanan dan kiri bangunan (Tim Penyusun, 2010a :15).

Foto 1. Lokasi temuan Candi Kimpulan di kompleks pembangunan gedung perpustakaan pusat UII(doc. pribadi).

(3)

Berdasarkan hasil ekskavasi yang dilakukan oleh BP3 DIY, dapat diketahui bahwa Candi Kimpulan merupakan candi Hindu. Hal ini dapat diketahui dari adanya temuan

lingga dan yoni, serta arca Ganesa. Bangunan terdiri dari dua jenis, yaitu candi induk

dan candi perwara. Candi induk berukuran 6,21 x 6,21 m dan tinggi 2,13 m dengan arah hadap ke timur. Sedangkan candi perwara berukuran lebih kecil, yaitu 4,11 m x 6,36 m dengan tinggi 1,64 m yang menghadap ke barat. Berdasarkan hiasannya, candi perwara tidak terdapat hiasan pada pagar langkan ataupun pintu masuknya. Sedangkan candi induk terdapat ukiran pada langkan dan pintu masuknya. Bangunan bebahan batu andesit, dengan batas halaman berupa susunan batu alam.

Dari uraian di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi atau pandangan civitas akademika UII mengenai Candi Kimpulan. Alasan memilih topik tersebut dikarenakan sampai saat ini belum diketahui bagaimana tanggapan ataupun persepsi akan temuan candi tersebut.

Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pengumpulan data, analisis data dan penyajian tulisan.

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, kepustakaan dan wawancara mendalam (indept interview). Observasi, dilakukan dengan pengamatan langsung ke lokasi obyek penelitian yaitu Candi Kimpulan. Observasi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keadaan fi sik temuan, penanganan temuan dan lokasi temuan. Kepustakaan, dilakukan dengan melakukan mencari bahan bacaan yang berhubungan mengenai candi pada khususnya dan juga tentang metode wawancara yang akan digunakan untuk mendapatkan data dari responden. Wawancara mendalam dilakukan untuk mengetahui persepsi atau pandangan masyarakat civitas akademika UII akan keberadaan dan pemanfataan candi kedepannya. Wawancara merupakan interaksi verbal antara penulis dan responden. Wawancara bukan sekedar alat dan studi. Wawancara merupakan kemampuan sosial, peran yang kita mainkan memberi kenikmatan dan kepuasan. Hubungan yang berlangsung dan terus menerus memberikan keasyikan, sehingga kita berusaha menguasainya (Beny dan Hughes, 1956 : 138, Black, 1999:305).

(4)

b. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan mengolah data yang didapat berupa pendapat ataupun pandangan dari para responden tentang Candi Kimpulan. Data yang didapat akan dipisahkan sesuai dengan criteria yang telah ditentukan. Misalnya yang mengetahui dan yang tidak mengetahui tentang adanya temuan candi, dan juga bagaimana pengelolaan kedepannya.

c. Penyajian Tulisan

Metode penyajian tulisan dilakukan supaya data yang didapat selama di lapangan dapat disajikan dan dibaca oleh masyarakat luas dengan mudah dipahami. Kerangka Teori

Mundardjito (2002), mengemukakan bahwa situs-situs candi di Jawa Tengah dan Yogyakarta kebanyakan merupakan situs upacara. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa situs tidak hanya berfungsi tunggal sebagai tempat upacara saja. Tentunya ada masyarakat pendukungnya yang berada tidak jauh dari lokasi situs candi. Namun sampai saat ini belum ada temuan pemukiman yang ditemukan di sekitar candi. Hal ini bisa disebabkan karena bangunan candi umumnya terbuat dari bahan batuan yang lebih kuat, sehingga lebih tahan lama dibandingkan bangunan tempat tinggal biasa. Selain itu juga mengkaji pola penempatan bangunan suci candi di Kabupaten Sleman dan Bantul.

Candi sebagai peninggalan sejarah perlu dilestarikan karena mempunyai nilai penting sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan kebudayaan. Dalam melestarikan suatu tinggalan sejarah hendaknya berpedoman pada UU yang ada, yaitu UU No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Pelestarian adalah upaya dinamis untuk

mempertahankan keberadaan Cagar Budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya. Berdasarkan pasal 3 UU No. 11 tahun 2010,

pelestarian Cagar Budaya bertujuan:

a. melestarikan warisan budaya bangsa dan warisan umat manusia; b. meningkatkan harkat dan martabat bangsa melalui Cagar Budaya; c. memperkuat kepribadian bangsa;

d. meningkatkan kesejahteraan rakyat; dan

(5)

Hasil Pembahasan

Berdasarkan dari data yang didapat dari lapangan dan laporan akhir BP3 DIY, diketahui bahwa Candi Kimpulan merupakan candi Siwa. Hal ini berdasarkan pada atribut-atribut yang ada dan juga temuan arca di lokasi Candi.

a. Candi Induk

Candi induk berukuran 6,21 m x 6,21 m dengan ketebalan dinding 40 cm. Tinggi dinding 213 cm dengan arah hadap ke timur dan lebar pintu 60cm.

b. Candi Perwara

Berukuran 4,11 m x 6,36 m dan tinggi 164 cm, dengan arah hadap ke barat dan lebar pintu 52 cm. Jarak antara candi perwara dengan candi induk adalah 3,02m.

c. Adanya temuan lingga dan yoni yang merupakan symbol dari Dewa Syiwa dan Parwati.

d. Adanya temuan arca Ganesya.

Pandangan atau persepsi mengenai Candi Kimpulan dari pihak pengelola (Badan Wakaf UII), termaktub dalam perjanjian kerjasama pengelolaan Candi Kimpulan. Dalam pasal 4 disebutkan bahwa Pihak I (Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata) dan pihak II (Badan Wakaf UII) mempunyai hak dan kewajiban sebagai berikut.

(1) PIHAK PERTAMA:

a. berkewajiban memberikan bantuan teknis kepada PIHAK KEDUA untuk mendukung pelestarian Situs Kimpulan;

b. berkewajiban melakukan pembinaan teknis pelestarian Situs Kimpulan;

c. berkewajiban mempromosikan dan mempublikasikan Situs Kimpulan sebagai bagian dari upaya pelestarian benda cagar budaya di Daerah Istimewa Yogyakarta secara keseluruhan

d. berkewajiban memberi ganti rugi atas biaya pra pembangunan gedung perpustakaan yang telah dikeluarkan kepada PIHAK KEDUA.

e. berhak memanfaatkan lahan beserta Situs Kimpulan untuk kepentingan sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, sosial, dan kebudayaan bagi kepentingan umum. f. berhak memberikan masukan, saran dan usul kepada PIHAK KEDUA dalam

upaya pelestarian Situs Kimpulan; dan,

(6)

PIHAK KEDUA dan dampak lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan akademik maupun non akademik.

(2) PIHAK KEDUA :

a. berkewajiban melaksanakan penataan lingkungan sekitar Situs Kimpulan dalam rangka mendukung upaya pelestarian;

b. berkewajiban melaksanakan pembinaan terhadap civitas akademika Universitas Islam Indonesia dan tenaga pengamanan tentang nilai penting Situs Kimpulan; c. berkewajiban melakukan koordinasi teknis dengan Balai Pelestarian Peninggalan

Purbakala Yogyakarta dalam setiap penyelenggaraan kegiatan yang dapat membawa dampak negatif terhadap kelestarian Situs Kimpulan;

d. memberi izin kepada PIHAK PERTAMA untuk memanfaatkan lahan Situs Kimpulan untuk kepentingan sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, sosial, dan kebudayaan bagi kepentingan umum;

e. berhak menerima ganti rugi atas biaya pra pembangunan gedung perpustakaan yang telah dikeluarkan dari PIHAK PERTAMA sebesar Rp.980.000.000,- (sembilan ratus delapan puluh juta rupiah);

f. berhak mendapatkan bantuan teknis dari PIHAK PERTAMA untuk melestarikan Situs Kimpulan;

g. berhak melakukan pengelolaan dan/atau pemanfaatan Situs Kimpulan guna kepentingan sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, sosial, dan kebudayaan dengan tetap memperhatikan ketentuan perundang-undangan; dan

h. berhak mengatur jam kunjung masyarakat ke Situs Kimpulan.

(3) PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama:

a. menyusun program pelestarian dan pengelolaan Situs Kimpulan; dan

b. melakukan evaluasi pelaksanaan pelestarian dan pengelolaan Situs Kimpulan.

Dari perjanjian tersebut di atas, dapat diketahui bahwa pihak pemilik lahan (Badan Wakaf UII) menyadari adanya nilai penting dari Candi Kimpulan, sehingga perlu untuk dilestarikan.

Sedangkan pandangan dari dosen-dosen UII beraneka ragam, namun secara umum bahwa temuan candi tersebut harus dilestarikan dan dirawat. Selain itu dengan pengelolaan

(7)

yang baik, keberadaan candi dalam lingkungan kampus akan menjadikan nilai tambah bagi kampus UII. Karena tidak ada duanya di Indonesia, suatu kampus memiliki lokasi situs candi di dalamnya. Selain itu juga bisa berfungsi sebagai laboratorium alam untuk menambah wawasan akan nilai-nilai yang terkandung dalam tinggalan candi tersebut.

Selain pihak Badan wakaf dan dosen, juga ada pandangan dari pihak mahasiswa UII. Hampir semua responden pernah mendengar adanya temuan candi di lingkungan kampus mereka, namun belum semuanya pernah melihat ataupun mendatangi lokasi candi. Walaupun belum pernah melihat, namun secara umum pandangan atau persepsi mahasiswa bahwa candi tersebut layak untuk dilestarikan dan dipertahankan, sehingga dapat dijadikan laboratorium lapangan. Selain itu juga berharap bahwa mereka lebih diperkenalkan sehingga rasa memiliki terhadap temuan candi tersebut semakin tinggi, yang pada akhirnya akan ikut menjaga kelestarian candi. Juga melihat adanya hubungan antara pembangunan perpustakaan dan candi yang saling berkaitan, dalam artian bahwa candi juga dapat menjadi tempat informasi secara langsung akan tinggalan cagar budaya. Secara umum, mahasiswa sudah mengetahui bahwa candi merupakan cagar budaya yang harus dilindungi dan dilestarikan.

Penutup

Dari uraian di atas dapat ditarik adanya kesimpulan bahwa secara umum bahwa pandangan masyarakat kampus UII akan adanya temuan candi di lokasi kampus harus dijaga dan dilestarikan karena merupakan cagar budaya hasil tinggalan nenek moyang. Secara khusus pandangan atau persepsi akan Candi Kimpulan dapat dikelompokkan menjadi:

a. Yayasan Badan Wakaf, perlu dilestarikan dan dikelola dengan baik untuk pemanfaatan dalam bidang pendidikan dan non pendidikan.

b. Dosen, perlu adanya pengelolaan dan pelestarian yang baik sehingga dapat dijadikan pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Selain itu menjadikan nilai tambah bagi kampus UII.

c. Mahasiswa, bahwa temuan candi tersebut harus dijaga dan dilestarikan serta diperkenalkan lebih mendalam sehingga ada rasa memiliki oleh mahasiswa.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Black, James A dan Dean J Champion. 1999. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung: Refi ka Aditama.

Mundardjito, 2002. Pertimbangan Ekologis, Penempatan Situs Masa Hindu-Budha di

Daerah Yogyakarta. Jakarta: Wedhatama Widya Sastra.

Piagam Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Candi Kimpulan antara Badan Wakaf UII dan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

Tim Penyusun, 2010a. Laporan Perkembangan Pelestarian Situs Kimpulan, Yogyakarta: BP3 DIY.

---, 2010b. Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) Kegiatan Studi Teknis

Candi Kimpulan Tahun 2010. Yogyakarta: BP3 DIY.

Gambar

Foto 1. Lokasi temuan Candi Kimpulan di kompleks pembangunan gedung  perpustakaan pusat UII(doc

Referensi

Dokumen terkait

bahwa dalam rangka menjamin keselamatan arsip sebagai bahan pertanggungjawaban nasional bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sebagaimana yang

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta innayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

Dalam kurun waktu pemerintahannya selama kurang lebih 3,5 tahun, Gubernur Jendral Herman Willem Daendels (1808-1811) ternyata berperan besar terhadap perkembangan kota di Batavia

Pengamatan terhadap kondisi lalu lintas di luar Kota Labuan Bajo dilakukan pada jalan provinsi yang menghubungkan terminal Nggorang dengan kawasan utara Kabupaten

bahwa pelayanan jasa yang diberikan oleh Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur, UPTD Pengawasan Benih Perkebunan (UPTD-PBP), dan UPTD Pengkajian dan

Penelitian bertujuan untuk mengetahui ; 1) Hasil jadi efek darah luka tiga dimensi menggunakan pewarna alami ekstrak Rosella dan madu dengan perbandingan A1 (20 ml dan

Citra Tumor Payudara Ganas Berdasarkan karakteristik citra mamografi yang tampak secara visual, para dokter ahli dapat mengelompokkan tumor payudara berdasarkan pada benjolan