• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL KEPERAWATAN. Volume 3, Nomor 2, Tahun 2013 ISSN :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL KEPERAWATAN. Volume 3, Nomor 2, Tahun 2013 ISSN :"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 3, Nomor 2, Tahun 2013 ISSN : 2086-9703

JURNAL KEPERAWATAN

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Breast Care Terhadap Perilaku Pencegahan Bendungan Asi Pada Ibu Nifas di Rumah Bersalin Kasih Murni Tanjungpinang Tahun 2014.

Faktor –Faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Mahasiswa S1 Tingkat IV Untuk Melanjutkan ke Profesi Ners Di Stikes Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2014

Pengaruh Kompres Panas Terhadap Penurunan Nyeri Kasus Low Back Pain pada Lansia Dirumah Bahagia Bintan Kelurahan Kawal Tahun 2014.

Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Minat Membaca Mahasiswa Kesehatan Tanjungpinang Kepulauan Riau Tahun 2014

Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Motivasi Kesembuhan pada Pasien dengan Stroke Di RSUD Kota Tanjungpinang Tahun 2013

Pengaruh Buncis terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Lansia Anggota Prolanis dengan Diabetes Mellitus Tipe II Di Puskesmas Batu X Tanjungpinang Tahun 2014

Pengaruh Penyuluhan dengan Media Flipchart Terhadap Pengatahuan dan Sikap Masyarakat Dalam Program Eliminasi Filariasis Di RT 01 Rw 01 Kelurahan Tanjung Uban Selatan Kabupaten Bintan

Penerbit:

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang

Kepulauan Riau, Indonesia

(2)

JURNAL KEPERAWATAN

STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG

VOLUME 3 NOMOR 2 TAHUN 2013

PENELITIAN

HAL

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Breast Care Terhadap Perilaku Pencegahan Bendungan Asi Pada Ibu Nifas Di Rumah Bersalin Kasih Murni Tanjungpinang Tahun 2014

(Nur Meity Sulistia Ayu)

309-322

Faktor –Faktor Yang Berhubungan dengan Motivasi Mahasiswa S1 Tingkat IV Untuk Melanjutkan Keprofesi Ners Di Stikes Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2014 (Heri Priatna, Lili Sartika, Komala Sari)

323-335

Pengaruh Kompres Panas Terhadap Penurunan Nyeri Kasus Low Back Pain pada Lansia di Rumah Bahagia Bintan Kelurahan Kawal Tahun 2014.

(Endang Abdullah, Lidia Wati, Komala Sari)

336-342

Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Minat Membaca Mahasiswa Kesehatan Tanjungpinang Kepulauan Riau Tahun 2014

(Soni Hendra Sitindaon, Meily Nirnasari, Umu Fadhilah, Ikha Rahardiantini)

343-352

Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Motivasi Kesembuhan Pada Pasien Dengan Stroke Di RSUD Kota Tanjungpinang Tahun 2013

(Joko Purnomo)

353-361

Pengaruh Buncis Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Lansia Anggota Prolanis Dengan Diabetes Mellitus Tipe II Di Puskesmas Batu X Tanjungpinang Tahun 2014

(Fitri Susilawati, Hotmaria Julia Dolok Saribu, Yunita)

362-371

Pengaruh Penyuluhan Dengan Media Flipchart Terhadap Pengatahuan Dan Sikap Masyarakat Dalam Program Eliminasi Filariasis Di Rt 01 Rw 01 Kelurahan Tanjung Uban Selatan Kabupaten Bintan

(Nidia Rahmayanti, Yunita, Dian Tri Raharjo)

(3)

JURNAL KEPERAWATAN

STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG

Terbit dua kali setahun pada bulan Januari dan Juli Penanggung Jawab :

Heri Priatna Penasehat : Nur meity Sulistia Ayu

Penyunting : Ketua : Ernawati Sekretaris : Rian Yuliana Bendahara : Ria Muazizah Penyunting Pelaksana : Wasis Pujiati Liza Wati Yusnaini Siagian Hotmaria Julia Dolok Pasaribu

Linda Widiastuti Pelaksana Tata Usaha:

Siti Halimah Cian Ibnu Sina Ummu Fadhilah Distribusi dan Pemasaran :

Agus Bahtiar Ade Pardi Anas Fajri

Alamat Redaksi:

STIKES Hang Tuah Tanjungpinang Jl. Baru Km.8 atas Tanjungpinang 29122 Kepulauan Riau - Telp / Fax. (0771) 8038388

(4)

PRAKATA

Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang berfungsi untuk memfasilitasi

para penulis ilmiah keperawatan dan non keperawatan menghasilkan karya-karya terbaiknya

melalui penulisan karya ilmiah untuk menambah pengetahuan dan wawasan keperawatan.

Bertolak dari pandangan diatas maka Stikes Hang Tuah Tanjungpinang merasa perlu

memberikan wadah bagi para dosen/peneliti dalam bidang keperawatan baik dari Stikes Hang

Tuah Tanjungpinang maupun dari luar untuk turut menyebarluaskan hasil penelitiannya.

Diharapkan Jurnal Keperawatan yang diterbitkan oleh Stikes Hang Tuah ini mampu menambah

khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi bagi para

dosen-dosen yang lain agar melakukan penelitian.

Pembaca yang budiman, semoga jurnal ini dapat menambah wawasan pengetahuan bagi

pembaca. Kami mohon maaf bila ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan jurnal. Oleh

karena itu tak lupa kami mohon saran dan kritik demi kelancaran penerbitan edisi jurnal

keperawatan berikutnya.

Tanjungpinang, Juli 2013

STIKES Hang Tuah Tanjungpinang

(5)

309

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG BREAST CARE

TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN BENDUNGAN ASI PADA IBU

NIFAS DI RUMAH BERSALIN KASIH MURNI TANJUNGPINANG

TAHUN 2014

Nur Meity Sulistia Ayu1

ABSTRAK

Air susu ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah yang mengandung kebutuhan energi dan zat yang sangat baik bagi bayi. Kematian bayi baru lahir (usia di bawah 28 hari) di Indonesia dapat dicegah melalui pemberian ASI pada satu jam pertama setelah lahir. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang breast care terhadap perilaku pencegahan bendungan ASI pada ibu nifas di Rumah Bersalin Kasih Murni tahun 2014. Jenis penelitian Quasi eksperimen dengan pre and post test without control dan sampel dengan teknik accidental sampling berjumlah 20 orang. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan kesehatan didapatkan sebagian besar responden memiliki perilaku kurang sebanyak 16 orang (80%). Perilaku pencegahan bendungan ASI sesudah diberikan pendidikan kesehatan didapatkan sebagian besar responden memiliki perilaku baik sebanyak 12 orang (60%). Uji Wilcoxon menunjukkan bahwa ρ = 0,005 (ρ < α = 0,05) yang menyimpulkan pendidikan kesehatan tentang breast care berpengaruh terhadap perilaku pencegahan bendungan ASI pada ibu nifas. Penelitian ini merekomendasikan agar pendidikan kesehatan mengenai breast care menjadi intervensi mandiri perawat yang harus diberikan pada ibu nifas guna mencegah terjadinya bendungan ASI.

Kata kunci : Pendidikan kesehatan, Breast care, Perilaku ibu nifas, Pencegahan bendungan ASI

ABSTRACT

Mother milk (ASI) is a natural nutrition which contain energy’s necessity and good substance for baby. Baby’s new born death (under age 28 days) in Indonesia can prohibit with ASI’s giving at the first hour after born. The purpose of this research is to knowing the effect of health education about breast care in behavior of ASI’s dam prevention for postpartum in Kasih Murni’s maternity home Tanjungpinang year 2014. The kind of this research is Quasy’s experiment with pre and post test without control and 20 postpartums which using accidental’s sampling technique. The hypotheses’s test has used is Wilcoxon’s test. The result of this research is behavior of ASI’s dam prevention before health education has given from most of respondent that had behavior less of 8 peoples (80%). The behavior of ASI’s dam prevention after gives health education get most of respondent that had good behavior about 6 peoples (60%). Wilcoxon test showed that ρ = 0.005 (ρ <α = 0.05), which concluded health education about breast care prevention dams affect the behavior of breastfeeding on postpartum mothers. This study recommends that health education about breast care nurses become independent intervention should be given to mothers to prevent post-partum breastfeeding dam.

(6)

310

LATAR BELAKANG

Air susu ibu (ASI) merupakan

nutrisi alamiah yang mengandung

kebutuhan energi dan zat yang sangat

baik bagi bayi. ASI merupakan

makanan satu-satunya yang paling

sempurna untuk menjamin tumbuh

kembang bayi, menunjang

perkembangan kognitif, emosi, spiritual

yang baik, dan memperkuat ikatan batin

antara ibu dan anak. Pemberian ASI

selama enam bulan pertama tanpa

diberikan makanan pendamping apapun

disebut ASI ekslusif. Pemberian ASI

ekslusif serta proses menyusui yang

benar merupakan sarana yang dapat

diandalkan untuk membangun sumber

daya manusia yang berkualitas. Terkait

dengan hal ini, ada suatu hal yang

sangat disayangkan, yakni rendahnya

pemahaman ibu, keluarga dan

masyarakat mengenai pentingnya ASI

bagi bayi. Akibatnya program

pemberian ASI tidak berlangsung

secara optimal.

Organisasi kesehatan sedunia

World Health Organization (WHO)

menyatakan pemberian ASI ekslusif

hingga usia enam bulan bisa mencegah

kematian lebih dari 200 ribu bayi setiap

tahun. Data menunjukkan dari 10 anak

di dunia hanya 4 anak yang saat ini

memperoleh ASI ekslusif. Menurut

penelitian WHO menunjukkan banyak

perempuan putus asa dalam

memberikan ASI dan menggunakan

susu formula sebagai penggantinya.

Penelitian ini juga menunjukkan hanya

1 dari 5 negara di dunia yang

benar-benar menerapkan aturan pemberian

ASI ekslusif. WHO menyatakan jika

setiap negara mampu menerapkan

peraturan pemberian ASI selama enam

bulan pertama, maka akan dapat

menyelamatkan 220 nyawa bayi setiap

tahunnya.

Menurut Soetjiningsih dalam

Rosmha (2013), berdasarkan Survei

Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 2006 dan 2007 lebih dari

(7)

311

95% ibu pernah menyusui bayinya,

tetapi ibu yang menyusui dalam satu

jam pertama cenderung menurun yaitu

hanya 8% pada tahun 2006 dan 3,7%

pada tahun 2007. Ditegaskan oleh dr.

Utami Roesli bahwa sekitar 21.000

kematian bayi baru lahir (usia di bawah

28 hari) di Indonesia dapat dicegah

melalui pemberian ASI pada satu jam

pertama setelah lahir. Riset kesehatan

dasar (Riskesdas) menunjukkan cakupan

ASI pada bayi di Indonesia hanya 42%.

Angka ini jelas berada di bawah target

WHO yang mewajibkan cakupan ASI

hingga 50%. Data Riskesdas pada tahun

2007 menunjukkan kenaikan yaitu 32%,

tetapi tetap saja cakupan ASI tahun ini

masih memprihatinkan. Kenaikan

cakupan ASI pertahun hanya berkisar

2% dan angka kelahiran di Indonesia

mencapai 4,7 juta jiwa pertahun, maka

bayi yang memperoleh ASI selama 6

bulan hingga 2 tahun tidak mencapai

dua juta jiwa.

Kesehatan dan kemauan ibu untuk

menyusui bayinya setelah persalinan

dapat mempengaruhi cakupan ASI

secara optimal. Ada sebagian ibu

mengalami masalah dalam proses

menyusui, sehingga menghambat proses

menyusui. Salah satu masalah dalam

proses menyusui yaitu terjadinya

pembengkakan payudara disertai rasa

nyeri dikarenakan saluran ASI yang

tersumbat. ASI tidak dikeluarkan dan

tidak disusui oleh bayi mengakibatkan

payudara mengalami bendungan ASI.

Setelah muncul masalah tersebut, ibu

tidak mengetahui jelas tentang kondisi

serta apa yang harus mereka lakukan.

Berdasarkan penelitian Ratna

Murniati tahun 2012, masalah bendungan

ASI di Indonesia paling banyak terjadi

pada ibu-ibu pekerja. Kesibukan

keluarga dan pekerjaan yang membuat

ibu tidak memberikan ASI pada

bayinya. ASI yang tersimpan penuh di

payudara akan mengakibatkan

bendungan. Data di salah satu

(8)

312

puskesmas daerah Semarang

menunjukkan dari 157 orang terdapat

45 orang (28,6%) kasus ibu menyusui

dengan bendungan ASI. Hal ini

disebabkan karena masih relatif

rendahnya kesadaran ibu untuk

memberikan ASI dan mencegah

terjadinya masalah dalam proses

menyusui.

Pada masa nifas dibutuhkan

upaya untuk mencegah masalah

bendungan ASI. Upaya yang perlu

diketahui yaitu dengan melakukan

perawatan payudara (breast care).

Melakukan perawatan payudara selain

berguna untuk mencegah masalah dalam

proses menyusui, juga berguna untuk

menjaga kesehatan dan keindahan

payudara ibu. Hasil penelitian Ratna

Murniati tahun 2012 menyatakan bahwa

ibu nifas melakukan praktik breast care

dengan tidak baik sebanyak 21

responden (65,6%). Ibu nifas yang

melakukan praktik breast care dengan

baik sebanyak 11 responden (34,4%).

Berdasarkan data dari Puskesmas

Batu X Tanjungpinang, jumlah ibu nifas

tahun 2013 di Kelurahan Pinang Kencana

yaitu 597 orang dan dari data tersebut,

termasuk di dalamnya 279 orang ibu nifas

terbanyak berasal dari RB (Rumah

Bersalin) Kasih Murni Tanjungpinang.

Studi pendahuluan yang dilakukan oleh

peneliti pada bulan Februari 2014, peneliti

melakukan wawancara terbuka pada ibu

yang bersalin di RB Kasih Murni

Tanjungpinang. Peneliti menggunakan 20

orang ibu nifas sebagai responden. Hasil

dari 20 orang responden, didapatkan 14

orang ibu yang menyusui mengalami

bendungan ASI dan tidak melakukan

pencegahan sebelumnya dengan perilaku

perawatan payudara (breast care).

Sebagian dari responden mengatakan

kurang mendapatkan informasi atau

pendidikan kesehatan tentang perawatan

payudara sesudah bersalin untuk

mencegah terjadinya bendungan ASI.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan

peneliti terhadap pihak RB Kasih Murni,

(9)

313

ada beberapa ibu nifas yang berkunjung

dengan keluhan nyeri payudara saat

menyusui.

Menurut Prawirohardjo (2007)

faktor penyebab masalah dalam proses

menyusui termasuk di dalamnya adalah

tingkat pendidikan dan kurangnya

informasi kesehatan tentang perawatan

payudara. Pemberian pendidikan

kesehatan ditujukan pada ibu nifas.

Informasi ini berguna untuk memotivasi

ibu melakukan perawatan payudara

sendiri setelah persalinan. Pendidikan

kesehatan yang diberikan yaitu tentang

teknik breast care yang baik, mencegah

terjadinya bendungan ASI, cara

menyusui yang benar, dan hal-hal lain

yang erat hubungannya dengan proses

menyusui. Berdasarkan uraian

permasalahan di atas, peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian mengenai

“Pengaruh Pendidikan Kesehatan

tentang Breast Care terhadap Perilaku

Pencegahan Bendungan ASI pada Ibu

Nifas di RB Kasih Murni tahun 2014.

BAHAN DAN METODE

PENELITIAN

Desain penelitian adalah model

atau metode yang digunakan peneliti

untuk melakukan suatu penelitian yang

memberikan arah terhadap jalannya

penelitian. Desain penelitian ditetapkan

berdasarkan tujuan dan hipotesis

penelitian. Penelitian ini menggunakan

jenis penelitian Quasi eksperimen dengan

desain penelitian pre and post test without

control. Desain penelitian ini tidak

menggunakan kelompok kontrol, peneliti

hanya melakukan intervensi pada satu

kelompok saja. Efektifitas perlakuan

dinilai dengan cara membandingkan nilai

post test dengan pre test.

Populasi ibu nifas tahun 2013 di

RB Kasih Murni berjumlah 279 orang.

Teknik sampling yang digunakan pada

penelitian ini adalah dengan

menggunakan teknik accidental sampling

yaitu dengan sampel pada penelitian ini

berjumlah 20 orang responden ibu nifas.

(10)

314

Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan

pada Oktober 2013 s/d April 2014.

Pada setiap responden diberikan

intervensi berupa pendidikan kesehatan

melalui ceramah, leaflet dan alat peraga.

Alat yang digunakan dalam pengumpulan

data adalah kuesioner yang memuat 11

pertanyaan terstruktur untuk menilai

perilaku ibu nifas. Penilaian kuesioner

dengan jawaban yang benar diberi nilai 1

(satu) dan jawaban yang salah diberi nilai

0 (nol). Kuesioner memuat pertanyaan

yang berisikan tentang perilaku ibu dalam

melakukan perawatan payudara dan

melakukan pengosongan payudara

dengan benar.

Peneliti melakukan uji validitas

dengan 20 pertanyaan yang diberikan

kepada 20 responden ibu nifas di wilayah

Kelurahan Pinang Kencana dan diperoleh

11 pertanyaan yang valid. Jadi jumlah

pertanyaan yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah 11 pertanyaan

dengan nilai r hitung ˃ r tabel 0,361. Uji

reliabilitas dilakukan dengan uji Alpha

Cronbach. Instrumen disebut reliable

apabila didapatkan nilai alfa (α) ˃ 0,60

(Dempsey, 2002). Peneliti melakukan uji

reliabilitas kuesioner dan hasil nilai α

(0,733).

Peneliti menggunakan pemberian

kode pada data untuk memudahkan

pengelompokan dan klasifikasi. Hasil

jawaban dengan menggunakan kode yaitu

kode 3 masuk dalam kategori perilaku

baik (≥75%), kode 2 yaitu kategori cukup

(50 – 75%), dan kode 1 yaitu kategori

kurang (≤50%).

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Analisis Univariat

Setelah data diolah dan dilakukan

analisa univariat untuk mengetahui

distribusi perilaku pencegahan bendungan

ASI dengan pemberian pendidikan

kesehatan tentang breast care pada ibu

nifas, dapat dilihat seperti pada tabel 1

berikut ini :

(11)

315 Tabel 1

Distribusi Frekuensi Responden dengan Perilaku Pencegahan Bendungan ASI Sebelum

dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan di RB Kasih Murni

Tanjungpinang Tahun 2014

Berdasarkan Tabel 1 distribusi

frekuensi perilaku pencegahan bendungan

ASI sebelum diberikan pendidikan

kesehatan menunjukkan bahwa sebagian

besar responden memiliki perilaku kurang

sebanyak 16 orang (80%), sedangkan

perilaku pencegahan bendungan ASI

sesudah diberikan pendidikan kesehatan

didapatkan sebagian besar responden

memiliki perilaku baik yaitu 12 orang

(60%).

B. Hasil Analisis Bivariat

Analisa bivariat untuk menunjukkan

adanya pengaruh pendidikan kesehatan

tentang breast care (variabel independen)

terhadap perilaku pencegahan bendungan

ASI pada ibu nifas (variabel dependen).

Pada analisis ini dilakukan uji kenormalan

data dengan melihat hasil test of normality

Shapiro-wilk

diperoleh hasil nilai

kemaknaan untuk kedua kelompok data pre

test 0,000 dan post test 0,002 maka data

tidak berdistribusi normal (ρ < 0,05).

Analisis pengaruh pendidikan kesehatan

tentang breast care terhadap perilaku

pencegahan bendungan ASI dapat dilihat

pada tabel 2 berikut ini :

Berdasarkan Tabel 2 analisis

pengaruh pendidikan kesehatan tentang

breast care terhadap perilaku pencegahan

bendungan ASI menunjukkan bahwa

sebelum diberikan pendidikan kesehatan

sebagian besar responden memiliki

perilaku kurang sebanyak 16 orang

No

Perilaku

Pencegahan

Bendungan

ASI

Pre test

Post test

F

%

F

%

1

Kurang

16

80

2

10

2

Cukup

4

20

6

30

3

Baik

0

0

12

60

(12)

316

(80%), sedangkan sesudah diberikan

pendidikan kesehatan didapatkan

sebagian besar responden memiliki

perilaku baik yaitu 12 orang (60%). Hasil

statistik yang telah dilakukan dengan

menggunakan uji Wilcoxon dan diperoleh

nilai kemaknaan dengan nilai

ρ = 0,005.

Tabel 2

Analisis Pengaruh Sebelum dan Sesudah Pendidikan Kesehatan tentang Breast Care terhadap Perilaku Pencegahan Bendungan ASI

pada Ibu Nifas di RB Kasih Murni Tanjungpinang Tahun 2014 Pendidikan Kesehatan Perilaku Pencegahan Bendungan ASI Jumlah

Kurang Cukup Baik

F F % Pre test 1 6 8 0 4 20 0 0 10 1 00 Post test 2 1 0 6 30 1 2 6 0 10 1 00 Statistik ( ρv ) 0,005

PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat

Berdasarkan hasil dari penelitian

menunjukkan bahwa 80% perilaku pada

ibu nifas untuk melakukan pencegahan

bendungan ASI termasuk dalam kategori

kurang.

Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku

manusia adalah semua kegiatan atau

aktivitas yang dapat diamati langsung

maupun yang tidak dapat diamati oleh

pihak luar. Aktivitas manusia yang timbul

juga dapat dipengaruhi adanya stimulus

atau rangsangan, baik dalam dirinya

sendiri (internal) maupun dari luar

individu (eksternal).

Menurut peneliti, perilaku pencegahan

bendungan ASI yang dilakukan oleh ibu

nifas tersebut dapat dibentuk ke arah yang

lebih baik dengan cara pemberian

pendidikan kesehatan. Berdasarkan teori

yang telah dijelaskan di atas bahwa

stimulus untuk mengubah perilaku

manusia menjadi perilaku yang baik juga

dapat dirangsang oleh faktor eksternal.

Pemberian pendidikan kesehatan adalah

termasuk salah satu cara stimulus yang

(13)

317

berasal dari luar individu. Kesimpulan

dalam penelitian ini bahwa perubahan

perilaku yang dilakukan oleh ibu nifas ke

arah yang lebih baik masih dapat

dipengaruhi dengan cara memberikan

informasi kesehatan.

Berdasarkan hasil dari penelitian

menunjukkan 60% perilaku pencegahan

bendungan ASI yang dilakukan oleh ibu

nifas termasuk dalam kategori baik. Pada

tahap evaluasi, peneliti juga melakukan

wawancara kepada responden bahwa

perubahan perilaku yang terjadi pada ibu

nifas ini karena adanya penambahan

informasi kesehatan yang lebih baik.

Hasil penelitian ini didukung oleh

teori Green dalam Noorkasiani (2009),

bahwa bentuk perubahan perilaku

dipengaruhi oleh salah satu faktor

pendukung yaitu pendidikan kesehatan.

Pemberian informasi kesehatan yang baik

akan menghasilkan perubahan perilaku

yang positif dari diri seseorang.

Perubahan perilaku juga dapat

dipengaruhi oleh salah satu faktor lain

yaitu sikap ibu yang telah menyadari akan

pentingnya melakukan perilaku

pencegahan sejak dini untuk menghindari

dari masalah-masalah kesehatan yang ada

selama proses menyusui. Ibu yang telah

mendapatkan pendidikan kesehatan yang

baik, akan merespon dirinya sendiri untuk

menerapkan perilaku kesehatan ke arah

yang lebih baik lagi.

Menurut Nursalam (2008),

pendidikan kesehatan adalah suatu proses

yang direncanakan dengan sadar untuk

menciptakan peluang bagi

individu-individu untuk senantiasa belajar. Hal ini

menjadikan suatu proses perkembangan

atau perubahan ke arah yang lebih tahu

dan lebih baik. Pemberian pendidikan

kesehatan juga bertujuan untuk

membangun kesadaran individu untuk

senantiasa berperilaku hidup sehat. Pada

hakikatnya pendidikan kesehatan adalah

sebagai salah satu bentuk pemecahan

masalah kesehatan, meningkatkan

kemampuan atau perilaku individu untuk

mencapai kesehatan optimal, dan

(14)

318

pendidikan kesehatan merupakan peran

yang harus dilaksanakan dalam setiap

pemberian asuhan kepada individu atau

masyarakat.

Metode pemberian pendidikan

kesehatan yang diberikan secara

perorangan sangat efektif dalam

perubahan perilaku, responden

memperhatikan penuh saat diberikan

informasi kesehatan. Pendidikan

diberikan dengan cara bimbingan dan

responden bersifat kooperatif.

Penggunaan media pendidikan kesehatan

yaitu leaflet dapat berpengaruh pada ibu

nifas, leaflet dapat mereka gunakan

sebagai pengingat pesan dan panduan

untuk mempraktekkan perilaku yang

sehat dari informasi kesehatan yang telah

diperoleh.

Hasil penelitian di atas jelas

menunjukkan bahwa setelah ibu nifas

mendapatkan pendidikan kesehatan

tentang

breast care, maka sudah

berpengaruh terhadap perubahan perilaku

ibu yang lebih baik dalam pencegahan

bendungan ASI.

B.

Analisis Bivariat

Hasil penelitian menunjukkan sesudah

diberikan pendidikan kesehatan, perilaku

ibu nifas dalam pencegahan bendungan

ASI mengalami perubahan ke arah yang

lebih baik. Perubahan perilaku ibu nifas

dapat dilihat dari hasil kategori perilaku

kurang sebanyak 80% sebelum

mendapatkan informasi kesehatan.

Setelah mendapatkan informasi

kesehatan, perilaku ibu nifas dalam

kategori baik yaitu sebanyak 60% dan

kategori kurang yaitu 10%.

Berdasarkan hasil analisis uji Wilcoxon

dengan menggunakan perangkat lunak

SPSS dilihat hasil ρ = 0,005 yang mana ρ

< 0,05 dinyatakan Ho ditolak, maka ada

pengaruh pendidikan kesehatan tentang

breast care terhadap perilaku pencegahan

bendungan ASI pada ibu nifas. Hal ini

sejalan dengan teori yang dikemukakan

menurut Green dalam Noorkasiani (2009)

bahwa bentuk perilaku individu dapat

(15)

319

dipengaruhi oleh faktor pendukung

(enabling factors) yaitu dengan

pemberian pendidikan kesehatan.

Bentuk perubahan perilaku menurut

WHO dalam Notoatmodjo (2007)

meliputi ketersediaan individu untuk

berubah (readiness to change) yaitu setiap

individu atas kesadaran dirinya sendiri

bersedia untuk berubah atau berperilaku

yang lebih baik dari sebelumnya setelah

mendapatkan informasi yang

berhubungan dengan kesehatan dirinya.

Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah

perilaku atau usaha-usaha seseorang

untuk memelihara atau menjaga

kesehatan dirinya agar tidak sakit, oleh

sebab itu diperlukannya upaya perilaku

pencegahan penyakit (preventive) yang

penting dilakukan oleh setiap individu.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil

penelitian Ratna Murniati (2012) bahwa

adanya hubungan pengetahuan ibu nifas

tentang bendungan ASI dengan

melakukan praktik pencegahan

bendungan ASI atau melakukan perilaku

breast care. Kesimpulannya bahwa hasil

penelitian ini didukung juga oleh

penelitian Ratna Murniati yaitu

perubahan perilaku seseorang ke arah

yang positif juga dipengaruhi oleh

pengetahuan ibu nifas.

Pada penelitian saat ini, peneliti

melakukan pemberian pendidikan

kesehatan tentang pentingnya perilaku

breast care yang juga dapat menambah

pengetahuan ibu nifas, sehingga

menimbulkan kesadaran pada ibu nifas

untuk melakukan perilaku breast care

dengan baik dan ibu lebih termotivasi

dalam melakukan perilaku hidup sehat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Perilaku pencegahan bendungan ASI

sebelum diberikan pendidikan kesehatan

didapatkan sebagian besar responden

memiliki perilaku kurang sebanyak 8

orang (80%).

Perilaku pencegahan bendungan ASI

sesudah diberikan pendidikan kesehatan

didapatkan sebagian besar responden

(16)

320

memiliki perilaku baik sebanyak 6 orang

(60%).

Ada pengaruh pendidikan kesehatan

tentang breast care terhadap perilaku

pencegahan bendungan ASI pada ibu

nifas.

Hasil penelitian ini dapat digunakan

sebagai pembelajaran dalam

pengembangan ilmu keperawatan,

khususnya di keperawatan maternitas.

Diharapkan bagi mahasiswa/i dengan

adanya hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai referensi dan acuan

pembelajaran dalam membuat tugas

perkuliahan tentang pendidikan kesehatan

dan perilaku pencegahan bendungan ASI

pada ibu nifas.

Diharapkan bagi bidan atau perawat

dapat mensosialisasikan pemberian

informasi atau penyuluhan kesehatan

pada ibu nifas dan hasil penelitian ini

dapat dijadikan masukan serta menambah

pengetahuan di RB Kasih Murni

Tanjungpinang tentang masalah

kesehatan khususnya tentang perilaku

pencegahan bendungan ASI.

Pada ibu setelah bersalin diharapkan

mampu melakukan breast care secara

mandiri dan melakukannya dengan rutin

minimal satu kali sehari. Peran keluarga

juga sangat penting dalam memberikan

dukungan dan motivasi pada ibu untuk

selalu menjaga keadaan payudara tetap

bersih dan sehat selama pross menyusui.

Perilaku breast care yang baik akan

mencegah terjadinya bendungan ASI,

membuat kondisi payudara yang sehat

dan memperlancar produksi ASI yang

baik sehingga terpenuhinya asupan ASI

bagi bayi.

Dengan adanya hasil penelitian ini,

diharapkan kepada peneliti selanjutnya

untuk dapat melakukan penelitian yang

lebih mendalam lagi atau dengan

melakukan penelitian metode eksperimen

murni menggunakan variabel bebas

lainnya yang dapat berpengaruh dalam

mencegah atau mengatasi terjadinya

(17)

321

bendungan ASI pada ibu nifas dalam

proses menyusui.

KEPUSTAKAAN

Arifin, zaenal. (2008). Dasar-Dasar

Penelitian Karya Ilmiah.

Jakarta: GRASINDO

Dahlan, Muhamad Sopiyudin. (2009).

Statistik untuk Kedokteran dan

Kesehatan: Edisi 4. Jakarta:

Salemba Medika

Danuatmaja, Bonny. (2003). 40 Hari

Pasca- Persalinan. Jakarta: Puspa

Swara.

Dempsey, Patricia Ann. (2002). Riset

Keperawatan: Buku Ajar dan

Latihan Edisi 4. Jakarta: EGC

Dharma, Kelana Kusuma (2011).

Metodologi Penelitian

Keperawatan (Panduan

Melaksanakan dan Menerapkan

Hasil Penelitian). Jakarta: CV.

Trans Info Media.

Machfoeds, Ircham. (2007). Pendidikan

Kesehatan bagian dari Promosi

Kesehatan.Yogyakarta:Fitramaya

.

Mochtar. (2010). Sinopsis Obstetri,

Fisiologi, Patologi. Jakarta:

EGC.

Murniati, Ratna. (2012). Hubungan

Pengetahuan Ibu Nifas tentang

Bendungan ASI dengan Praktik

Pencegahan Bendungan ASI

(Breast Care). Semarang:

UNIMUS.

Noorkasiani. (2009). Sosiologi

Keperawatan. Jakarta: EGC

Notoatmodjo. (2005). Promosi Kesehatan

Teori dan Aplikasi. Jakarta:

Rineka Cipta.

. (2007). Promosi Kesehatan

dan Ilmu Perilaku. Jakarta:

Rineka Cipta.

Nursalam. (2008). Pendidikan dalam

Keperawatan. Jakarta: Salemba

(18)

322

. (2013). Metodologi Penelitian

Ilmu Keperawatan Edisi 3.

Jakarta: Salemba Medika.

Prawirohardjo. (2009). Buku Acuan

nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal. Jakarta:

PT Bina Pustaka.

Rosmha. (2013). Cakupan ASI 42 Persen,

Ibu Menyusui Butuh

Dukungan.

http://health.kompas.com/read/20

13/ 12/21/0917496. Diakses: 25

Januari 2014.

Saleha, Sitti. (2009). Asuhan Kebidanan

Pada Masa Nifas. Jakarta:

Salemba Medika.

Suherni, Hesty & Anita. (2009).

Perawatan Masa Nifas.

Yogyakarta: Fitramaya.

Sulistyawati, Ari. (2009). Buku Ajar

Asuhan kebidanan Pada Ibu

Nifas. Yogyakarta: CV. ANDI.

Swarjana, I Ketut. (2012). Metodologi

Penelitian Kesehatan Edisi 1.

Yogyakarta: CV. ANDI

Wasis. (2008). Pedoman Riset Praktis

untuk Profesi Ners. Jakarta:

EGC.

Wati, Lidia. (2014). Panduan Penyusunan

Metodologi Riset keperawatan.

Tanjungpinang: STIKES Hang

Tuah.

Wulanda, Febri. (2011). Biologi

Reproduksi. Jakarta: Salemba

Medika.

Wulandari, Eni. (2012). Tingkat

Pengetahuan Ibu Nifas tentang

Bendungan ASI. Surakarta:

STIKES Kusuma Husada.

1

Nur Meity Sulistia Ayu, S. Kep, Ns, M.

Kep, CWT : Dosen STIKES Hang

Tuah Tanjungpinang.

(19)

323

FAKTOR –FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI

MAHASISWA S1 TINGKAT IV UNTUK MELANJUTKAN KEPROFESI

NERS DI STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG TAHUN 2014

Heri Priatna ¹, Lili Sartika ², Komala Sari ³

ABSTRAK

Profesi keperawatan di Indonesia mengalami perkembangan yang demikian pesat. Perkembangan ini memberi dampak berupa perubahan sifat pelayanan keperawatan dari pelayanan vokasional menjadi professional yang berpijak pada penguasaan iptek keperawatan termasuk dalam pelayanan keperawatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi Faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang tahun 2014. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif analitik, dengan pendekatan atau desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa S1 tingkat IV keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang yang berjumlah 32 orang. Penelitian dilakukan pada bulan September – November 2014. Hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan antara cita-cita dan motivasi mahasiswa S1 tingkat IV dengan nilai p value = 0,011 dan ada hubungan antara kemampuan peserta didik dengan motivasi mahasiswa S1 tingkat IV dengan nilai p value = 0,031.

Kata kunci : Motivasi, Mahasiswa, Profesi Ners

ABSTRACT

Nursing profession in Indonesia has developed so rapidly. This development impacts of the changing nature of nursing services of a professional vocational services rests on the mastery of science in nursing, including nursing services. It is a challenge for the nursing profession in developing professionalism at the same time must provide a quality service. This study aims to determine and identify the Factors Associate With Student Motivation Level IV S1 for profession Nursing Continuing To In STIKES Hang Tuah Tanjungpinang. This research uses descriptive analytic study design, the approach or cross-sectional design. The population in this study were all students of nursing level IV S1 Hang Tuah STIKES Tanjungpinang totaling 32 people. The research was conducted in September – November 2014 using the research instrument in the form of a questionnaire with 32 statements and analyzes the result of this study conducted univariate and bivariate. Based on the results showed that tthere is a relationship between the ideals and motivations of student S1 level IV with a velue of p value = 0,011, there is no relationship between the ability of learnes with student motivation S1 level IV with a value of p value = 0,031. Key words : Motivation, Students, Nurses Profession

(20)

324

PENDAHULUAN

Dalam mengembangkan profesionalisme keperawatan, langkah awal yang perlu ditempuh adalah dengan melakukan penataan pendidikan keperawatan dan memberikan kesempatan kepada perawat untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Pengembangan sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat penting dan berperan dalam pengembangan pelayanan keperawatan professional, pengembangan teknologi keperawatan, pembinaan kehidupan keprofesian, dan pendidikan keperawatan berkelanjutan yang dicapai melalui lulusan dengan kemampuan professional. Pada saat ini berbagai upaya untuk lebih mengembangkan pendidikan keperawatan professional. Lulusan S1 Keperawatan diharapkan dapat melanjutkan kejenjang Profesi Ners keperawatan. Dalam hal ini dibutuhkan suatu penataan yang mendasar dari S1 Keperawatan kepeningkatan status Program Profesi Ners Keperawatan dengan lebih menekankan pada upaya meningkatkan kualitas lulusan. Pendidikan keperawatan sebagai sarana mencapai profesionalisme keperawatan harus terus dipacu. Kepedulian terhadap pengelolaan pendidikan tinggi mempunyai alasan yang cukup mendasar

karena keberhasilan pengembangan keperawatan di Indonesia di masa mendatang sangat bergantung pada penataan dan pengembangan pendidikan tinggi keperawatan (Nursalam, 2008).

Hal ini merupakan tantangan bagi profesi keparawatan dalam mengembangkan profesionlisme yang sejalan dengan pelayanan yang berkualitas. Profesi keperawatan di Indonesia masih jauh jika dibandingkan dengan Negara barat, dimana baru Sembilan tahun terakhir ini di Indonesia baru menghasilkan Sarjana Keperawatan yang professional ( Putri, HT & Fanani, A. 2010).

Selama proses untuk dapat meningkatkan pendidikan keperawatan salah satu yang diperlukan adalah adanya motivasi. Menurut Suciati dan Prasetya (2001) dalam Nursalam (2008), adapun beberapa unsur yang mempengaruhi motivasi belajar diantaranya adalah cita-cita/aspirasi, kemampuan peserta didik, kondisi peserta didik, kondisi lingkungan belajar, unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran, serta upaya pengajar dalam membelajarkan peserta didik.

Kenyataan di Indonesia, sebagian besar tingkat pendidikan keperawatan masih rendah. Diakui oleh DIRJEN Bina Upaya Kesehatan

(21)

325 (BUK) bahwa, sebagian besar atau 80 persen

perawat yang bekerja di rumah sakit vertikal, berpendidikan Diploma III (D3), Diploma IV 0,5 persen, Sarjana Strata Satu Keperawatan 1 persen, Ners 11 persen, dan Sarjana Strata Dua 0,4 persen. Sedangkan perawat yang berpendidikan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) sebanyak 7 persen (DEPKES, 2011).

Dari data pendahuluan yang didapat pada bagian kemahasiswaan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang diketahui untuk lulusan tahun 2012-2013 dengan jumlah 66 lulusan, hanya 14 (21,21%) lulusan yang melanjutkan ke Ners. lulusan 2013-2014 hanya 31 orang (67,39 %) dari 46 mahasiswa yang melanjutkan langsung ke Ners.

Dari data tersebut memang terlihat adanya peningkatan jumlah mahasiswa yang melanjutkan ketingkat Ners keperawatan, namun masih terdapat juga mahasiswa yang tidak tertarik untuk melanjutkan ke Ners Keperawatan di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang. Sedangkan diharapkan pada akhir tahun 2015, mayoritas pendidikan perawat yang ada di rumah sakit sudah memenuhi kriteria minimal sebagai perawat profesional (S1/Ners) (Nursalam, 2007).

Dengan fenomena di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan motivasi mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan Profesi Ners keperawatan di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang tahun 2014.

BAHAN DAN METODA PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian Non-Eksperimen karena tidak ada intervensi dari peneliti dan menggunakan desain penelitian deskriptif analitik. Pendekatan yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah Cross Sectional, dimana dalam penelitian ini menekankan waktu pengukuran / observasi data variable independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat dan dinilai secara simultan pada satu saat, jadi tidak ada tindak lanjut (Nursalam,2008).

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan september-November tahun 2014 di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Setiadi, 2007). Berarti dalam penelitian ini sampel yang

(22)

326 diambil adalah semua mahasiswa S1 tingkat IV

Stikes Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2014 yang berjumlah 32 orang.

Di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang terdapat 2 jenjang pendidikan yaitu D3 keperawatan dan S1 keperawatan. Untuk D3 keperawatan dengan masa pendidikan akademik selama 3 tahun, dengan jumlah 6 kelas, untuk tingkat 1, 2 kelas, tingkat 2 : 2 kelas, dan tingkat 3 : 2 kelas. Sedangkan untuk S1 keperawatan masa pendidikan akademiknya lebih lama yaitu selama 4 tahun, dan ditambah 1 tahun profesi (Ners). Jumlah kelas sebanyak 5 kelas, untuk tingkat 1, 2, dan 3 hanya 1 kelas, dan tingkat 4 sebanyak 2 kelas. Dari sekian banyak jumlah kelas dan mahasiswa hanya mahasiswa/i S1 keperawatan tingkat IV yang menjadi responden dalam penelitian ini dan keseluruhannya memenuhi criteria inklusi.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metoda observasi partisipasif berupa metoda kuesioner yaitu pengumpulan data dengan cara memberikan daftar pertanyaan / pernyataan tertulis dengan beberapa pilihan jawaban kepada responden. Jenis kuesioner adalah kuesioner tertutup dan langsung, dimana responden diminta memilih jawaban yang sesuai dengan keadaan dirinya sendiri.

Dalam penelitian ini untuk variable independen digunakan skala likert yang telah dimodifikasi, yaitu menghilangkan pilihan ragu-ragu sehingga subjek akan memilih jawaban yang pasti kearah yang sesuai atau tidak sesuai dengan dirinya. Kuesioner terdiri dari 3 item tentang cita-cita dan Aspirasi, kemampuan peserta didik dan motivasi. Kemudia ke tiga indikator tersebut dijabarkan kedalam 32 pernyataan. Pengisian kuesioner oleh responden dilakukan dengan tekhnik check-list .

HASIL PENELITIAN A. Analisis Univariat

Merupakan analisa yang dilakukan pada tiap variable dalam hasil penelitian. Pada umumnya analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan presentasi tiap variable yang disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

1. Karakteristik responden berdasarkan usia.

Tabel 1. Distribusi kelompok berdasarkan umur responden

mur Frekuensi % 19 - 21 26 81,25 %

(23)

327

25 - 30 1 3,13%

Jumlah 32 100 %

Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar usia responden yang berusia 19-21 tahun sebanyak 26 responden (81,25%), 5 orang berusia antara 22-24 tahun (15,62%), dan I orang responden berusia 25-30 tahun (3,13%).

2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 2. Distribusi kelompok berdasarkan jenis kelamin

Umur Frekuensi %

Laki-laki 7 21,86 %

perempuan 25 78,14 %

Jumlah 32 100 %

Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah perempuan sebanyak 25 orang (78,14%) dan laki-laki sebanyak 5 orang (21,86%).

3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan cita-cita, IPK dan motivasi.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi responden Berdasarkan Cita-cita, IPK dan Motivasi

Cita-cita Frekuensi % Ada 12 37,5% Tidak Ada 20 62,5% IPK Tinggi 19 59,4% Rendah 13 40,6% Motivasi Tinggi Rendah 16 16 50% 50%

Berdasarkan tebel3 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden tidak memiliki cita-cita sebanyak 20 orang (62,5%) dan hanya sebanyak 12 orang (37,5%) yang memiliki cita-cita, sedangkan responden yang memiliki nilai IPK yang tinggi sebanyak 19 orang (59,4%) dari 32 orang dengan sebagian besar responden yaitu 16 orang (50%) dari 32 orang memiliki motivasi yang tinggi.

B. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan dan besarnya nilai odds ratio antara faktor-faktor risiko (variable independen) dengan motivasi (variable dependen), dengan tingkat kemaknaan 95%. Ada atau tidaknya hubungan antara factor

(24)

328 independent dengan motivasi ditunjukkan

dengan nilai p < 0,05.

1. Hubungan Cita-cita dan Aspirasi dengan Motivasi Mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang tahun 2014.

Berdasarkan hasil penelitian dijumpai bahwa responden yang tidak ada cita-cita sebanyak 14 responden ( 43,8%) memiliki motivasi yang rendah, responden yang ada cita-cita sebanyak 2 responden (6,2%) memiliki motivasi yang rendah dan responden yang tidak ada cita-cita sebanyak 6 responden (18,8%) memiliki motivasi yang tinggi, responden yang ada cita-cita sebanyak 10 responden (31,2%) memiliki motovasi yang tinggi. Oleh karena nilai р<0,05 (0,011<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara cita-cita dan aspirasi dengan motivasi Mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2014.

Tabel 4. Hubungan Cita-cita dan Aspirasi

dengan Motivasi Mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES HangTuah Tanjungpinang tahun 2014

2. Hubungan Kemampuan Peserta Didik dengan motivasi Mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2014

Berdasarkan hasil penelitian dijumpai bahwa responden yang memiliki kemampuan peserta didik (IPK) yang rendah sebanyak 10 responden ( 31,2%) memiliki motivasi yang rendah, responden yang memiliki kemampuan peserta didik (IPK) yang tinggi sebanyak 6 responden ( 18,8%) memiliki motivasi yang rendah dan responden yang memiliki Cita-cita dan Aspirasi Motivasi Mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners Jumlah X2 P Value Rend ah Tinggi F % F % F % Tidak Ada 1 4 43, 8% 6 18, 8% 2 0 100 % 6,533 0,011 Ada 2 6,2 % 1 0 31, 2% 1 2 100 % Jumlah 1 6 50 % 1 6 50 % 3 2 100 %

(25)

329 kemampuan peserta didik (IPK) yang rendah

sebanyak 3 responden ( 9,4%) memiliki motivasi yang tinggi, responden yang memiliki kemampuan peserta didik (IPK) yang tinggi sebanyak 13 responden ( 40,6%) memiliki motivasi yang tinggi.

Tabel 5. Hubungan Kemampuan Peserta Didik dengan motivasi Mahasiswa S1 tingkat IV untuk

melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2014.

Berdasarkan perhitungan pada table diatas diperoleh hasil pengolahan data dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai X2 = 4,644 dan р value = 0,031. Oleh karena nilai р<0,05 (0,031<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan kemampuan peserta didik dengan motivasi Mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2014.

PEMBAHASAN

1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan cita-cita dan aspirasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki cita-cita dengan jumlah 12 orang dari 32 orang. Banyaknya jumlah responden yang memiliki cita dikaitkan dengan umur responden yang sebagian besar berumur 19-21 tahun. Dimana rentang usia tersebut masuk dalam rentang usia remaja yang produktif dan masih memiliki motivasi yang tinggi.

Masa remaja adalah suatu stadium dalam siklus perkembangan anak. Rentang usia remaja berada dalam usia 12 sampai 21 tahun, dimana pada masa remaja ini, merupakan masa pencarian dan penjelajahan jati diri seseorang, Kemam puan Peserta Didik (IPK) Motivasi Mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners Jumla h X2 P Value Renda h Tinggi F % F % F % Rendah 1 0 31, 2% 3 9,4 % 1 3 10 0% 4,6 64 0,031 Tinggi 6 18, 8% 1 3 40, 6% 1 9 10 0% Jumlah 1 6 50 % 1 6 50 % 3 2 10 0 %

(26)

330 termasuk dalam menentukan masa depan

melalui pendidikannya (Djamarah, 2008),

Remaja dan kehidupan pendidikan merupakan masa yang paling indah dalam realitas sosial. Dan bagi remaja mereka merasa sangat beruntung dengan kehidupan mereka yang masih dapat melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi, untuk mencapai cita-cita mereka. Adanya cita-cita inilah yang menjadi faktor pendorong yang menambah semangat serta memperkuat motivasi seseorang, karena dengan terwujudnya cita-cita yang diharapkan maka akan terwujud pula aktualisasi diri seseorang (Nursalam, 2008).

2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kemampuan peserta didik

Pada penelitian ini kemampuan peserta didik responden dilihat dari nilai IPK. Sebagian besar responden memiliki IPK yang tinggi dengan jumlah 19 orang (59,4%) dari 32 orang. Hal ini juga dikaitkan dengan umur responden yang masih dalam tahap remaja, dimana dalam usia remaja ini saat-saat penentuan masa depan. Dan potensi yang dimiliki juga banyak, termasuk dalam intelektual atau intelegensi, serta kemampuan

psikomotor yang juga dapat memperkuat motivasi dalam belajar untuk mencapai IPK yang tinggi (Nursalam, 2008).

Selain itu menurut Djamarah (2008), kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilan belajar terutama prestasi/nilai yang didapat. Karena itu motivasi belajar perlu diusahakan, terutama yang berasal dari dalam diri seperti cita-cita, karena akan meningkatkan prestasi belajar seseorang.

3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan motivasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32 responden didapatkan data sebagian besar responden memiliki motivasi yang tinggi yaitu sebanyak 16 orang (50%).

Dalam kehidupan masyarakat usia masih dijadikan tolak ukur dalam menentukan tingkat motivasi yang dimilliki untuk terus belajar dan mengembangkan diri karena ditunjang pertumbuhan fungsi tubuh optimal serta kematangan emosional, intelektual dan sosial. Hal ini juga dikaitkan dengan usia responden, dimana sebagian besar responden masih dalam tahap remaja yaitu 19-21 tahun.

(27)

331 Maulana (2003) bagi orang yang sudah tua

cenderung memiliki motivasi yang rendah untuk belajar dan mengembangkan diri.

4. Hubungan cita-cita dan aspirasi dengan motivasi mahasiswa S1 melanjutkan ke profesi Ners di Stikes Hang Tuah Tanjungpinang

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa responden yang tidak memiliki/tidak ada cita-cita dan aspirasi yaitu sebanyak 20 orang yang terdiri dari 14 orang (43,8%) yang motivasinya rendah dan 6 orang (18,8%) yang motivasinya tinggi. Sedangkan untuk responden yang memiliki/ada cita-cita dan aspirasi yaitu sebanyak 12 orang yang tediri dari 2 orang (6,2%) yang motivasinya rendah dan sebagian besar dengan jumlah10 orang (31,2%) yang motivasinya tinggi. Sehingga dapat dilihat bahwa responden yang memiliki/ada cita-cita dan aspirasi, motivasinya lebih tinggi dari pada responden yang tidak memiliki/tidak ada cita-cita.

Hasil pengolahan data menggunakan uji chi-square diperoleh nilai X2=6,533dan р value = 0,011. Oleh karena nilai р<0,05 (0,011<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan cita-cita dan aspirasi dengan Motivasi

Mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang tahun 2014.

Hal ini membuktikan bahwa cita-cita dan aspirasi merupakan faktor yang dapat menambah semangat sekaligus memberikan tujuan yang jelas dalam belajar, sehingga akan memperkuat motivasi belajar. Karena cita-cita merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri seseorang yang akan membuat seseorang melakukan upaya lebih banyak. Dan dengan tercapainya cita-cita maka akan terwujud aktualisasi diri seseorang.

5. Hubungan kemampuan peserta didik dengan motivasi mahasiswa S1 melanjutkan ke profesi Ners di Stikes Hang Tuah Tanjungpinang

Hasil analisa data dengan uji statistik chi-quadrat didapatkan р value = 0,031. Hal ini menunjukkan bahwa р < 0,05 (0,031<0,05) berarti H0 ditolak sehingga terdapat hubungan

antara kemampuan peserta didik dengan Motivasi Mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.

(28)

332 Hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi

tingkat kemampuan peserta didik maka akan semakin memperkuat motivasi untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi lagi. Dan didapatkan data bahwa responden dengan kemampuan peserta didik yang rendah berjumlah 13 orang, yang terdiri dari 10 orang (31,2%) memiliki motivasi rendah dan 3 orang (9,4%) memiliki motivasi tinggi. Sedangkan responden dengan kemampuan peserta didik yang tinggi, jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan responden yang kemampuan peserta didiknya rendah, yaitu 19 orang, yang terdiri dari 6 orang (18,8%) motivasinya rendah dan 13 orang (40,6%) motivasinya tinggi. Sehingga dapat dilihat bahwa responden yang kemampuan peserta didiknya (IPK) rendah, tidak memiliki motivasi yang tinggi. Berbeda halnya dengan responden yang kemampuan peserta didiknya tinggi (IPK) akan memiliki motivasi yang tinggi pula.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti pada mahasiswa tingkat IV Prodi S1 keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang pada bulan September 2014,

dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut :

1. Sebagian besar responden tidak memiliki cita-cita, dengan jumlah 20 orang (62,5%) dari32 orang.

2. Sebagian besar responden memiliki nilai IPK yang tinggi dengan jumlah 19 orang (59,4%) dari 32 orang.

3. Ada hubungan antara cita-cita dan aspirasi dengan motivasi mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang tahun 2014. dengan nilai p value = 0,011. 4. Ada hubungan antara kemampuan peserta

didik dengan motivasi mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang tahun 2014, dengan nilai p value = 0,031.

Saran

Bagi Peneliti Selanjutnya

Dengan adanya hasil penelitian ini, diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk mengadakan penelitian yang lebih mendalam mengenai faktor-faktor lain yang kemungkinan berhubungan dengan motivasi mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang tahun

(29)

333 2014, agar nantinya hasil penelitian tersebut

dapat diajukan sebagai saran bagi pihak institusi untuk meningkatkan kualitas baik dari segi tim pengajar maupun peserta didik itu sendiri.

Bagi Lokasi Penelitian/Institusi

Dari hasil penelitian ada beberapa saran yang peneliti ajukan untuk lokasi penelitian/pihak institusi :

Telah terbukti bahwa cita-cita berhubungan dengan motivasi mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan keProfesi Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang tahun 2014. yang memiliki cita-cita cenderung motivasinya tinggi, sehingga d iharapkan agar pihak institusi bisa lebih memberikan dukungan, motivasi, dan perhatian yang lebih bagi mahasiswa yang benar-benar memilikicita-cita untuk menjadi perawat yang profesional agar dapat meningkatkan prestasi belajarnya, seperti memberikan reward pada mahasiswa yang berprestasi disetiap semesternya, karena hal itu akan menambah semangat, dan motivasi para mahasiswa dalam mencapai prestasi dan cita-citanya sebagai seorang perawat yang professional dengan melanjutkan pendidikan Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.

DAFTAR PUSTAKA

DEPKES.2011. Perawat Mendominasi Tenaga Kesehatan. http://manajemen-rs.net /index. php? option= com_content

&view=article&id=185:perawat-

mendominasi-tenaga-kesehatan&catid=51:berita&Itemid=95.

Diakses tanggal 23 Oktober 2011. Jam : 13.20

Djamarah, S.B. 2008. Psikologi Belajar Edisi 2. Jakarta : Rineka Cipta

Kurniawan, A. 2009.BelajarMudah SPSS untuk Pemula.Yogyakarta : Media Kom

Kusnanto.2004. Pengantar Profesi & Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC

Marziati.2009. Motivasi Mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan untuk Melanjutkan Pendidikan ke Tingkat Sarjana Keperawatan. Skripsi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.

(30)

334 Maulana, I. 2003. Faktor-faktor yang

Berhubungan dengan Motivasi Perawat untuk Melanjutkan Pendidikan pada Jenjang Pendidikan Tinggi Keperawatan. Skripsi FK-STIKES Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Banjarmasin.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nurhidayah, R.E. 2011. Pendidikan Keperawatan. Medan : USU Pers

Nursalam & Efendi. 2008. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta : Slameba Medika Nursalam. 2009. Konsep dan Penerapan

Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 2. Jakarta : Salmeba Medika.

Putri, H.T & Fanani, A. 2010. Etika profesi

Keperawatan. Yogyakarta :

CiptaPustaka

Sardiman. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Pers

Setiadi. 2007. Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : GrahaIlmu

Suara, dkk. 2007. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : TIM

Suarli, S & Bahtiar, Y. Manajemen Keperawatan. Jakarta :Erlangga

Sumantri. 2002. Tantangan Pengembangan Tenaga Kesehatan Masa Depan. Majalah Bina Diknakes. Edisi 42.

Syarifudin. 2010. Panduan TA Keperawatan dan Kebidanan dengan SPSS. Yogyakarta : Grafindo Litera Media.

Uno, H.B. 2010. Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara Wati, L, dkk. 2011. Buku Panduan Penyusunan

Proposal dan Skripsi. Tanjungpinang : STIKES Hang Tuah Tanjungpinang. WR. 2011. Pendidikan Dalam Keperawatan.

http: //dhanwaode.

wordpress.com/2011/01/26/pendidikan-dalam-keperawatan /. Diakses tanggal 12 Desember 2011. Jam : 13.30

Wuryanto, E. 2007. Menata Pendidikan Perawat. http:// www. Suara merdeka. com/ harian 0707/16/opi05.html. Diakses tanggal 13 Desember 2011.Jam : 11.53

(31)

335 1. Dosen Fakultas Fisioterapi Universitas Esa

Unggul Jakarta / Ketua Stikes Hang Tuah Tanjungpinang.

2. Dosen Stikes Hang Tuah Tanjungpinang. 3. Dosen Stikes Hang Tuah Tanjungpinang.

(32)

336

PENGARUH KOMPRES PANAS TERHADAP PENURUNAN NYERI

KASUS LOW BACK PAIN PADA LANSIA DIRUMAH BAHAGIA

BINTAN KELURAHAN KAWAL TAHUN 2014.

Endang Abdullah1, Lidia Wati2, Komala Sari3

ABSTRAK

Perubahan patologis usia Lanjut pada Sistem Musculoskeletal yaitu Nyeri pada Punggung Bawah dan pinggang dapat timbul pada semua kelompok usia, tetapi penyebabnya berbeda-beda. Pada kelompok usia muda, penyebabnya lebih cenderung akibat penyakit pada jaringan ikat seperti Reiter’s Syndrome atau Ankylosing Spondylitis yang bermanifestasi sebagai Nyeri Punggung dan Nyeri Sendi Sakroiliaka. Pengobatan Nyeri Punggung Bawah pada lansia tersebut bisa secara Farmakologis dan Non Farmakologis. Pengobatan secara Farmakologis pada lansia biasa digunakan Ibuprofen. Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kompres panas terhadap penurunan Nyeri Low Back Pain pada Lansia di Rumah Bahagia Bintan Kelurahan Kawal. Penelitian ini menggunakan Desain Penelitian Eksprimen Semu (Quasi Eksprimen). Pada penelitian ini menggunakan Rancangan “Pretest and Posttest Non equivalent Control Group”. Pada penelitian ini sampel ditentukan dengan menggunakan metode Simple Random Sampling, yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama ada kelompok perlakuan atau eksprimen, sedangkan kelompok lainnya adalah kelompok kontrol sebagai pembanding. populasi yang menderita nyeri punggung bawah peneliti hanya mengambil lansia yang berusia 50 tahun ke atas. Dengan sampel 20 lansia. instrumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa lembar observasi dan wawancara untuk menilai sejauh mana skala nyeri yang dirasakan responden. Penelitian ini menggunakan lembar observasi Numerical Rating Scal, juga menggunakan air panas, buli-buli, dan handuk kecil untuk memberikan efek kompres pada responden. Uji Statistik “uji t tidak berpasangan” adalah uji Mann-Whitney hasil p-value = 0,04 yang mana p-value< 0,05 dinyatakan Ho ditolak Maka Ada pengaruh Kompres Panas Terhadap Penurunan Nyeri Kasus Low Back Pain Pada Lansia Dirumah Bahagia Bintan Kelurahan Kawal Tahun 2014. Saran agar menggunakan kompres panas dalam menurunkan low back pain pada lansia

Kata kunci : low back pain, Kompres panas, Lansia

ABSTRACT

Advanced age pathological changes in Musculoskeletal System, namely Pain in the Lower Back and waist can occur in all age groups, but the cause is different. In the younger age groups, the cause is more likely to result in the connective tissue diseases such as Reiter's Syndrome or Ankylosing Spondylitis manifesting as pain Low Back Pain and sacroiliac joints. Lower Back Pain Treatment in the elderly can be Pharmacological and Non-Pharmacological. Pharmacological treatment in the elderly commonly used Ibuprofen. Objectives to be achieved from this study was to determine the effect of a hot compress to the decline Pain Low Back Pain in the Elderly at Home Happy Bintan Village Guard. This research uses experimental research design Semu (Quasi experiment). In this study, using the Draft "pretest and posttest Non-equivalent Control Group". In this study samples was determined using simple random sampling method, which is divided into two groups. The first group is no treatment or the experimental group, while the other group was the control group for comparison. population who suffer from lower back pain researchers only take elderly people aged 50 years and over. With a sample of 20 elderly. research instrument is a measuring instrument used to collect data in the form of sheets of observation and interviews to assess the extent to which respondents felt the pain scale. This study uses observation sheets Numerical Rating scal, also using hot water, bladder, and a small towel compress to give effect to the respondent. Test Statistics "unpaired t test" is the Mann-Whitney test results p-value = 0.04 where p-value <0.05 Ho rejected Then There's stated influences Hot Compress Case Against Pain Decrease Low Back Pain At Happy At home Elderly Bintan the Village Guard 2014. Suggestions to use hot compresses in reducing low back pain in the elderly Key words : low back pain, hot compress, Elderly

(33)

337 PENDAHULUAN

Perubahan patologis usia Lanjut pada Sistem Musculoskeletal yaitu Nyeri pada Punggung Bawah dan pinggang dapat timbul pada semua kelompok usia, tetapi penyebabnya berbeda-beda. Pada kelompok usia muda, penyebabnya lebih cenderung akibat penyakit pada jaringan ikat seperti Reiter’s Syndrome atau Ankylosing Spondylitis yang bermanifestasi sebagai Nyeri Punggung dan Nyeri Sendi Sakroiliaka. Pada kelompok usia pertengahan, penyebab Nyeri Leher dan Punggung umumnya bersumber dari Myofascial Pain Syndrome dan Nyeri Posttraumatic. Pada kelompok Usia Lanjut, penyebab tersering dari Nyeri Leher dan Punggung dapat berupa PSD (Penyakit Sendi Degenerative), fraktur osteoporosis, ataupun Spinal Stenosis (Padila, 2013).

Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) merupakan keluhan yang sering dijumpai. Di Amerika Serikat lebih dari 80% jumlah penduduk pernah mengeluh Low Back Pain dan di Indonesia diperkirakan jumlahnya lebih banyak lagi. Sehubungan dengan berbagai proses Degeneratif, persentase Nyeri Pinggang Bawah meningkat seiring dengan bertambahnya usia (Rahmawati, 2008).

Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) Merupakan 10 besar penyakit rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tanjungpinang, dan penderita Low Back Pain yang didata oleh Dinas Kesehatan pada tahun 2014 mulai dari bulan May 2014, hingga Agustus 2014. Dari data tersebut persentase setiap bulan nya penderita Low Back Pain pada bulan May 2014 berkisar 6,58%, pada bulan Juni 2014 berkisar 7,034 %, pada bulan Juli 2014 berkisar 7,95 %, dan pada bulan Agustus 2014 berkisar 9,80%. Dari data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau penderita Low Back Pain penyakit rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Menurut Jenis Kelamin nya yang paling banyak menderita Low Back Painyaitu pada lansia perempuan (Provinsi Kepulauan Riau, 2013).

Pengobatan Farmakologis yg lansia dapatkan saat nyeri muncul yaitu berupa obat Anti Nyeri berupa Ibuprofen untuk menurunkan rasa nyeri klien Low Back Pain. Hasil observasi yang didapatkan pada salah satu lansia yang menderita nyeri punggung bawah atau nyeri disekitar pinggang bawah, lansia tersebut mengatakan sulit tidur malam dikarenakan nyeri dan juga sulit melakukan aktivitas seperti sholat 5 waktu, berdiri berjalan dan aktivitas

(34)

338 lainnya. Dan lansia tersebut mengatakan hanya

menggunakan obat gosok balsem yang dioles disekitar punggung bawah yang nyeri atau pada saat nyeri, namun nyeri tersebut masih dirasakannya dan belum hilang.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan Desain Penelitian Eksprimen Semu (Quasi Eksprimen) karena eksprimen ini belum atau tidak memiliki ciri-ciri rancangan eksperimen sebenarnya, karena variabel-variabel yang seharusnya dikontrol atau dimanipulasi tidak dapat atau sulit dilakukan (Notoatmodjo, 2010).

Pada penelitian ini menggunakan Rancangan “Pretest and Posttest Non equivalent Control Group”. Pada penelitian ini sampel ditentukan dengan menggunakan metode Simple Random Sampling, yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama ada kelompok perlakuan atau eksprimen, sedangkan kelompok lainnya adalah kelompok kontrol sebagai pembanding.

Populasi pada penelitian ini yaitu lansia yang menderita Low Back Pain atau Nyeri Punggung Bawah di wilayah Panti Werda Kelurahan Bintan Kawal, dengan jumlah 40

orang Lansia dari populasi yang menderita nyeri punggung bawah peneliti hanya mengambil lansia yang berusia 50 tahun ke atas.. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 lansia yang menderita Low Back Pain atau Nyeri Punggung Bawah di Rumah Bahagia Bintan Kelurahan Kawal Tahun 2014.

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data. Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa lembar observasi dan wawancara untuk menilai sejauh mana skala nyeri yang dirasakan responden. Penelitian ini menggunakan lembar observasi Numerical Rating Scale dengan rentang Tidak Nyeri = 0, Nyeri Ringan = 1-3, Nyeri Sedang = 4-7, Nyeri Berat = 8-10. Selain menggunakan lembar observasi, peneliti juga menggunakan air panas, buli-buli, dan handuk kecil untuk memberikan efek kompres pada responden. Analisa Bivariat pada penelitian ini menggunakan SPSS Uji Statistik “uji t tidak berpasangan” adalah uji Mann-Whitney (Uji Parametrik) karena syarat uji parametrik yaitu skala pengukuran variabel (variabel numerik), distribusi data normal, dan varians data.

Referensi

Dokumen terkait

dapat dilihat bahwa tidak semua mahasiswa memiliki intensi berwirausaha Pendidikan Tata Niaga Pegawai (job seeker) Wirausaha (job creator). Reguler 25

2. Kongres Pemuda Kedua adalah kongres pergerakan pemuda Indonesia yang melahirkan keputusan yang memuat ikrar untuk mewujudkan cita-cita berdirinya negara Indonesia, yang

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran concept sentence merupakan salah satu alternatif keberhasilan dalam pembelajaran menulis

Komponen perilaku yang terdiri atas pengetahuan warga peduli AIDS terhadap penang- gulangan HIV dan AIDS di Kota Kupang tahun 2017 adalah mayoritas pengetahuan

skor penilaian yang diperoleh dengan menggunakan tafsiran Suyanto dan Sartinem (2009: 227). Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini da- pat dilihat

KONTRIBUSI POWER TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN DINAMIS TERHADAP HASIL DRIBBLE-SHOOT DALAM PERMAINAN FUTSAL.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

berpengaruh, sedangkan reputasi auditor, kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan penjualan perusahaan, return on asset, dan ukuran perusahaan tidak mempunyai

Penelitian ini memiliki tujuan explanatory research , karena penelitian ini digunakan untuk menjelaskan fenomena yang terjadi sebelum dan sesudah pengumuman merger dan