Volume 3, Nomor 2, Tahun 2013 ISSN : 2086-9703
JURNAL KEPERAWATAN
•
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Breast Care Terhadap Perilaku Pencegahan Bendungan Asi Pada Ibu Nifas di Rumah Bersalin Kasih Murni Tanjungpinang Tahun 2014.•
Faktor –Faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Mahasiswa S1 Tingkat IV Untuk Melanjutkan ke Profesi Ners Di Stikes Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2014•
Pengaruh Kompres Panas Terhadap Penurunan Nyeri Kasus Low Back Pain pada Lansia Dirumah Bahagia Bintan Kelurahan Kawal Tahun 2014.•
Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Minat Membaca Mahasiswa Kesehatan Tanjungpinang Kepulauan Riau Tahun 2014•
Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Motivasi Kesembuhan pada Pasien dengan Stroke Di RSUD Kota Tanjungpinang Tahun 2013•
Pengaruh Buncis terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Lansia Anggota Prolanis dengan Diabetes Mellitus Tipe II Di Puskesmas Batu X Tanjungpinang Tahun 2014•
Pengaruh Penyuluhan dengan Media Flipchart Terhadap Pengatahuan dan Sikap Masyarakat Dalam Program Eliminasi Filariasis Di RT 01 Rw 01 Kelurahan Tanjung Uban Selatan Kabupaten BintanPenerbit:
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang
Kepulauan Riau, Indonesia
JURNAL KEPERAWATAN
STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG
VOLUME 3 NOMOR 2 TAHUN 2013
PENELITIAN
HAL
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Breast Care Terhadap Perilaku Pencegahan Bendungan Asi Pada Ibu Nifas Di Rumah Bersalin Kasih Murni Tanjungpinang Tahun 2014
(Nur Meity Sulistia Ayu)
309-322
Faktor –Faktor Yang Berhubungan dengan Motivasi Mahasiswa S1 Tingkat IV Untuk Melanjutkan Keprofesi Ners Di Stikes Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2014 (Heri Priatna, Lili Sartika, Komala Sari)
323-335
Pengaruh Kompres Panas Terhadap Penurunan Nyeri Kasus Low Back Pain pada Lansia di Rumah Bahagia Bintan Kelurahan Kawal Tahun 2014.
(Endang Abdullah, Lidia Wati, Komala Sari)
336-342
Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Minat Membaca Mahasiswa Kesehatan Tanjungpinang Kepulauan Riau Tahun 2014
(Soni Hendra Sitindaon, Meily Nirnasari, Umu Fadhilah, Ikha Rahardiantini)
343-352
Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Motivasi Kesembuhan Pada Pasien Dengan Stroke Di RSUD Kota Tanjungpinang Tahun 2013
(Joko Purnomo)
353-361
Pengaruh Buncis Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Lansia Anggota Prolanis Dengan Diabetes Mellitus Tipe II Di Puskesmas Batu X Tanjungpinang Tahun 2014
(Fitri Susilawati, Hotmaria Julia Dolok Saribu, Yunita)
362-371
Pengaruh Penyuluhan Dengan Media Flipchart Terhadap Pengatahuan Dan Sikap Masyarakat Dalam Program Eliminasi Filariasis Di Rt 01 Rw 01 Kelurahan Tanjung Uban Selatan Kabupaten Bintan
(Nidia Rahmayanti, Yunita, Dian Tri Raharjo)
JURNAL KEPERAWATAN
STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG
Terbit dua kali setahun pada bulan Januari dan Juli Penanggung Jawab :
Heri Priatna Penasehat : Nur meity Sulistia Ayu
Penyunting : Ketua : Ernawati Sekretaris : Rian Yuliana Bendahara : Ria Muazizah Penyunting Pelaksana : Wasis Pujiati Liza Wati Yusnaini Siagian Hotmaria Julia Dolok Pasaribu
Linda Widiastuti Pelaksana Tata Usaha:
Siti Halimah Cian Ibnu Sina Ummu Fadhilah Distribusi dan Pemasaran :
Agus Bahtiar Ade Pardi Anas Fajri
Alamat Redaksi:
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang Jl. Baru Km.8 atas Tanjungpinang 29122 Kepulauan Riau - Telp / Fax. (0771) 8038388
PRAKATA
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang berfungsi untuk memfasilitasi
para penulis ilmiah keperawatan dan non keperawatan menghasilkan karya-karya terbaiknya
melalui penulisan karya ilmiah untuk menambah pengetahuan dan wawasan keperawatan.
Bertolak dari pandangan diatas maka Stikes Hang Tuah Tanjungpinang merasa perlu
memberikan wadah bagi para dosen/peneliti dalam bidang keperawatan baik dari Stikes Hang
Tuah Tanjungpinang maupun dari luar untuk turut menyebarluaskan hasil penelitiannya.
Diharapkan Jurnal Keperawatan yang diterbitkan oleh Stikes Hang Tuah ini mampu menambah
khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi bagi para
dosen-dosen yang lain agar melakukan penelitian.
Pembaca yang budiman, semoga jurnal ini dapat menambah wawasan pengetahuan bagi
pembaca. Kami mohon maaf bila ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan jurnal. Oleh
karena itu tak lupa kami mohon saran dan kritik demi kelancaran penerbitan edisi jurnal
keperawatan berikutnya.
Tanjungpinang, Juli 2013
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang
309
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG BREAST CARE
TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN BENDUNGAN ASI PADA IBU
NIFAS DI RUMAH BERSALIN KASIH MURNI TANJUNGPINANG
TAHUN 2014
Nur Meity Sulistia Ayu1
ABSTRAK
Air susu ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah yang mengandung kebutuhan energi dan zat yang sangat baik bagi bayi. Kematian bayi baru lahir (usia di bawah 28 hari) di Indonesia dapat dicegah melalui pemberian ASI pada satu jam pertama setelah lahir. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang breast care terhadap perilaku pencegahan bendungan ASI pada ibu nifas di Rumah Bersalin Kasih Murni tahun 2014. Jenis penelitian Quasi eksperimen dengan pre and post test without control dan sampel dengan teknik accidental sampling berjumlah 20 orang. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu perilaku pencegahan bendungan ASI sebelum diberikan pendidikan kesehatan didapatkan sebagian besar responden memiliki perilaku kurang sebanyak 16 orang (80%). Perilaku pencegahan bendungan ASI sesudah diberikan pendidikan kesehatan didapatkan sebagian besar responden memiliki perilaku baik sebanyak 12 orang (60%). Uji Wilcoxon menunjukkan bahwa ρ = 0,005 (ρ < α = 0,05) yang menyimpulkan pendidikan kesehatan tentang breast care berpengaruh terhadap perilaku pencegahan bendungan ASI pada ibu nifas. Penelitian ini merekomendasikan agar pendidikan kesehatan mengenai breast care menjadi intervensi mandiri perawat yang harus diberikan pada ibu nifas guna mencegah terjadinya bendungan ASI.
Kata kunci : Pendidikan kesehatan, Breast care, Perilaku ibu nifas, Pencegahan bendungan ASI
ABSTRACT
Mother milk (ASI) is a natural nutrition which contain energy’s necessity and good substance for baby. Baby’s new born death (under age 28 days) in Indonesia can prohibit with ASI’s giving at the first hour after born. The purpose of this research is to knowing the effect of health education about breast care in behavior of ASI’s dam prevention for postpartum in Kasih Murni’s maternity home Tanjungpinang year 2014. The kind of this research is Quasy’s experiment with pre and post test without control and 20 postpartums which using accidental’s sampling technique. The hypotheses’s test has used is Wilcoxon’s test. The result of this research is behavior of ASI’s dam prevention before health education has given from most of respondent that had behavior less of 8 peoples (80%). The behavior of ASI’s dam prevention after gives health education get most of respondent that had good behavior about 6 peoples (60%). Wilcoxon test showed that ρ = 0.005 (ρ <α = 0.05), which concluded health education about breast care prevention dams affect the behavior of breastfeeding on postpartum mothers. This study recommends that health education about breast care nurses become independent intervention should be given to mothers to prevent post-partum breastfeeding dam.
310
LATAR BELAKANG
Air susu ibu (ASI) merupakan
nutrisi alamiah yang mengandung
kebutuhan energi dan zat yang sangat
baik bagi bayi. ASI merupakan
makanan satu-satunya yang paling
sempurna untuk menjamin tumbuh
kembang bayi, menunjang
perkembangan kognitif, emosi, spiritual
yang baik, dan memperkuat ikatan batin
antara ibu dan anak. Pemberian ASI
selama enam bulan pertama tanpa
diberikan makanan pendamping apapun
disebut ASI ekslusif. Pemberian ASI
ekslusif serta proses menyusui yang
benar merupakan sarana yang dapat
diandalkan untuk membangun sumber
daya manusia yang berkualitas. Terkait
dengan hal ini, ada suatu hal yang
sangat disayangkan, yakni rendahnya
pemahaman ibu, keluarga dan
masyarakat mengenai pentingnya ASI
bagi bayi. Akibatnya program
pemberian ASI tidak berlangsung
secara optimal.
Organisasi kesehatan sedunia
World Health Organization (WHO)
menyatakan pemberian ASI ekslusif
hingga usia enam bulan bisa mencegah
kematian lebih dari 200 ribu bayi setiap
tahun. Data menunjukkan dari 10 anak
di dunia hanya 4 anak yang saat ini
memperoleh ASI ekslusif. Menurut
penelitian WHO menunjukkan banyak
perempuan putus asa dalam
memberikan ASI dan menggunakan
susu formula sebagai penggantinya.
Penelitian ini juga menunjukkan hanya
1 dari 5 negara di dunia yang
benar-benar menerapkan aturan pemberian
ASI ekslusif. WHO menyatakan jika
setiap negara mampu menerapkan
peraturan pemberian ASI selama enam
bulan pertama, maka akan dapat
menyelamatkan 220 nyawa bayi setiap
tahunnya.
Menurut Soetjiningsih dalam
Rosmha (2013), berdasarkan Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2006 dan 2007 lebih dari
311
95% ibu pernah menyusui bayinya,
tetapi ibu yang menyusui dalam satu
jam pertama cenderung menurun yaitu
hanya 8% pada tahun 2006 dan 3,7%
pada tahun 2007. Ditegaskan oleh dr.
Utami Roesli bahwa sekitar 21.000
kematian bayi baru lahir (usia di bawah
28 hari) di Indonesia dapat dicegah
melalui pemberian ASI pada satu jam
pertama setelah lahir. Riset kesehatan
dasar (Riskesdas) menunjukkan cakupan
ASI pada bayi di Indonesia hanya 42%.
Angka ini jelas berada di bawah target
WHO yang mewajibkan cakupan ASI
hingga 50%. Data Riskesdas pada tahun
2007 menunjukkan kenaikan yaitu 32%,
tetapi tetap saja cakupan ASI tahun ini
masih memprihatinkan. Kenaikan
cakupan ASI pertahun hanya berkisar
2% dan angka kelahiran di Indonesia
mencapai 4,7 juta jiwa pertahun, maka
bayi yang memperoleh ASI selama 6
bulan hingga 2 tahun tidak mencapai
dua juta jiwa.
Kesehatan dan kemauan ibu untuk
menyusui bayinya setelah persalinan
dapat mempengaruhi cakupan ASI
secara optimal. Ada sebagian ibu
mengalami masalah dalam proses
menyusui, sehingga menghambat proses
menyusui. Salah satu masalah dalam
proses menyusui yaitu terjadinya
pembengkakan payudara disertai rasa
nyeri dikarenakan saluran ASI yang
tersumbat. ASI tidak dikeluarkan dan
tidak disusui oleh bayi mengakibatkan
payudara mengalami bendungan ASI.
Setelah muncul masalah tersebut, ibu
tidak mengetahui jelas tentang kondisi
serta apa yang harus mereka lakukan.
Berdasarkan penelitian Ratna
Murniati tahun 2012, masalah bendungan
ASI di Indonesia paling banyak terjadi
pada ibu-ibu pekerja. Kesibukan
keluarga dan pekerjaan yang membuat
ibu tidak memberikan ASI pada
bayinya. ASI yang tersimpan penuh di
payudara akan mengakibatkan
bendungan. Data di salah satu
312
puskesmas daerah Semarang
menunjukkan dari 157 orang terdapat
45 orang (28,6%) kasus ibu menyusui
dengan bendungan ASI. Hal ini
disebabkan karena masih relatif
rendahnya kesadaran ibu untuk
memberikan ASI dan mencegah
terjadinya masalah dalam proses
menyusui.
Pada masa nifas dibutuhkan
upaya untuk mencegah masalah
bendungan ASI. Upaya yang perlu
diketahui yaitu dengan melakukan
perawatan payudara (breast care).
Melakukan perawatan payudara selain
berguna untuk mencegah masalah dalam
proses menyusui, juga berguna untuk
menjaga kesehatan dan keindahan
payudara ibu. Hasil penelitian Ratna
Murniati tahun 2012 menyatakan bahwa
ibu nifas melakukan praktik breast care
dengan tidak baik sebanyak 21
responden (65,6%). Ibu nifas yang
melakukan praktik breast care dengan
baik sebanyak 11 responden (34,4%).
Berdasarkan data dari Puskesmas
Batu X Tanjungpinang, jumlah ibu nifas
tahun 2013 di Kelurahan Pinang Kencana
yaitu 597 orang dan dari data tersebut,
termasuk di dalamnya 279 orang ibu nifas
terbanyak berasal dari RB (Rumah
Bersalin) Kasih Murni Tanjungpinang.
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh
peneliti pada bulan Februari 2014, peneliti
melakukan wawancara terbuka pada ibu
yang bersalin di RB Kasih Murni
Tanjungpinang. Peneliti menggunakan 20
orang ibu nifas sebagai responden. Hasil
dari 20 orang responden, didapatkan 14
orang ibu yang menyusui mengalami
bendungan ASI dan tidak melakukan
pencegahan sebelumnya dengan perilaku
perawatan payudara (breast care).
Sebagian dari responden mengatakan
kurang mendapatkan informasi atau
pendidikan kesehatan tentang perawatan
payudara sesudah bersalin untuk
mencegah terjadinya bendungan ASI.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan
peneliti terhadap pihak RB Kasih Murni,
313
ada beberapa ibu nifas yang berkunjung
dengan keluhan nyeri payudara saat
menyusui.
Menurut Prawirohardjo (2007)
faktor penyebab masalah dalam proses
menyusui termasuk di dalamnya adalah
tingkat pendidikan dan kurangnya
informasi kesehatan tentang perawatan
payudara. Pemberian pendidikan
kesehatan ditujukan pada ibu nifas.
Informasi ini berguna untuk memotivasi
ibu melakukan perawatan payudara
sendiri setelah persalinan. Pendidikan
kesehatan yang diberikan yaitu tentang
teknik breast care yang baik, mencegah
terjadinya bendungan ASI, cara
menyusui yang benar, dan hal-hal lain
yang erat hubungannya dengan proses
menyusui. Berdasarkan uraian
permasalahan di atas, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai
“Pengaruh Pendidikan Kesehatan
tentang Breast Care terhadap Perilaku
Pencegahan Bendungan ASI pada Ibu
Nifas di RB Kasih Murni tahun 2014.
BAHAN DAN METODE
PENELITIAN
Desain penelitian adalah model
atau metode yang digunakan peneliti
untuk melakukan suatu penelitian yang
memberikan arah terhadap jalannya
penelitian. Desain penelitian ditetapkan
berdasarkan tujuan dan hipotesis
penelitian. Penelitian ini menggunakan
jenis penelitian Quasi eksperimen dengan
desain penelitian pre and post test without
control. Desain penelitian ini tidak
menggunakan kelompok kontrol, peneliti
hanya melakukan intervensi pada satu
kelompok saja. Efektifitas perlakuan
dinilai dengan cara membandingkan nilai
post test dengan pre test.
Populasi ibu nifas tahun 2013 di
RB Kasih Murni berjumlah 279 orang.
Teknik sampling yang digunakan pada
penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik accidental sampling
yaitu dengan sampel pada penelitian ini
berjumlah 20 orang responden ibu nifas.
314
Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan
pada Oktober 2013 s/d April 2014.
Pada setiap responden diberikan
intervensi berupa pendidikan kesehatan
melalui ceramah, leaflet dan alat peraga.
Alat yang digunakan dalam pengumpulan
data adalah kuesioner yang memuat 11
pertanyaan terstruktur untuk menilai
perilaku ibu nifas. Penilaian kuesioner
dengan jawaban yang benar diberi nilai 1
(satu) dan jawaban yang salah diberi nilai
0 (nol). Kuesioner memuat pertanyaan
yang berisikan tentang perilaku ibu dalam
melakukan perawatan payudara dan
melakukan pengosongan payudara
dengan benar.
Peneliti melakukan uji validitas
dengan 20 pertanyaan yang diberikan
kepada 20 responden ibu nifas di wilayah
Kelurahan Pinang Kencana dan diperoleh
11 pertanyaan yang valid. Jadi jumlah
pertanyaan yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah 11 pertanyaan
dengan nilai r hitung ˃ r tabel 0,361. Uji
reliabilitas dilakukan dengan uji Alpha
Cronbach. Instrumen disebut reliable
apabila didapatkan nilai alfa (α) ˃ 0,60
(Dempsey, 2002). Peneliti melakukan uji
reliabilitas kuesioner dan hasil nilai α
(0,733).
Peneliti menggunakan pemberian
kode pada data untuk memudahkan
pengelompokan dan klasifikasi. Hasil
jawaban dengan menggunakan kode yaitu
kode 3 masuk dalam kategori perilaku
baik (≥75%), kode 2 yaitu kategori cukup
(50 – 75%), dan kode 1 yaitu kategori
kurang (≤50%).
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Analisis Univariat
Setelah data diolah dan dilakukan
analisa univariat untuk mengetahui
distribusi perilaku pencegahan bendungan
ASI dengan pemberian pendidikan
kesehatan tentang breast care pada ibu
nifas, dapat dilihat seperti pada tabel 1
berikut ini :
315 Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden dengan Perilaku Pencegahan Bendungan ASI Sebelum
dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan di RB Kasih Murni
Tanjungpinang Tahun 2014
Berdasarkan Tabel 1 distribusi
frekuensi perilaku pencegahan bendungan
ASI sebelum diberikan pendidikan
kesehatan menunjukkan bahwa sebagian
besar responden memiliki perilaku kurang
sebanyak 16 orang (80%), sedangkan
perilaku pencegahan bendungan ASI
sesudah diberikan pendidikan kesehatan
didapatkan sebagian besar responden
memiliki perilaku baik yaitu 12 orang
(60%).
B. Hasil Analisis Bivariat
Analisa bivariat untuk menunjukkan
adanya pengaruh pendidikan kesehatan
tentang breast care (variabel independen)
terhadap perilaku pencegahan bendungan
ASI pada ibu nifas (variabel dependen).
Pada analisis ini dilakukan uji kenormalan
data dengan melihat hasil test of normality
Shapiro-wilk
diperoleh hasil nilai
kemaknaan untuk kedua kelompok data pre
test 0,000 dan post test 0,002 maka data
tidak berdistribusi normal (ρ < 0,05).
Analisis pengaruh pendidikan kesehatan
tentang breast care terhadap perilaku
pencegahan bendungan ASI dapat dilihat
pada tabel 2 berikut ini :
Berdasarkan Tabel 2 analisis
pengaruh pendidikan kesehatan tentang
breast care terhadap perilaku pencegahan
bendungan ASI menunjukkan bahwa
sebelum diberikan pendidikan kesehatan
sebagian besar responden memiliki
perilaku kurang sebanyak 16 orang
No
Perilaku
Pencegahan
Bendungan
ASI
Pre test
Post test
F
%
F
%
1
Kurang
16
80
2
10
2
Cukup
4
20
6
30
3
Baik
0
0
12
60
316
(80%), sedangkan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan didapatkan
sebagian besar responden memiliki
perilaku baik yaitu 12 orang (60%). Hasil
statistik yang telah dilakukan dengan
menggunakan uji Wilcoxon dan diperoleh
nilai kemaknaan dengan nilai
ρ = 0,005.
Tabel 2
Analisis Pengaruh Sebelum dan Sesudah Pendidikan Kesehatan tentang Breast Care terhadap Perilaku Pencegahan Bendungan ASI
pada Ibu Nifas di RB Kasih Murni Tanjungpinang Tahun 2014 Pendidikan Kesehatan Perilaku Pencegahan Bendungan ASI Jumlah
Kurang Cukup Baik
F F % Pre test 1 6 8 0 4 20 0 0 10 1 00 Post test 2 1 0 6 30 1 2 6 0 10 1 00 Statistik ( ρv ) 0,005
PEMBAHASAN
A. Analisis UnivariatBerdasarkan hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa 80% perilaku pada
ibu nifas untuk melakukan pencegahan
bendungan ASI termasuk dalam kategori
kurang.
Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku
manusia adalah semua kegiatan atau
aktivitas yang dapat diamati langsung
maupun yang tidak dapat diamati oleh
pihak luar. Aktivitas manusia yang timbul
juga dapat dipengaruhi adanya stimulus
atau rangsangan, baik dalam dirinya
sendiri (internal) maupun dari luar
individu (eksternal).
Menurut peneliti, perilaku pencegahan
bendungan ASI yang dilakukan oleh ibu
nifas tersebut dapat dibentuk ke arah yang
lebih baik dengan cara pemberian
pendidikan kesehatan. Berdasarkan teori
yang telah dijelaskan di atas bahwa
stimulus untuk mengubah perilaku
manusia menjadi perilaku yang baik juga
dapat dirangsang oleh faktor eksternal.
Pemberian pendidikan kesehatan adalah
termasuk salah satu cara stimulus yang
317
berasal dari luar individu. Kesimpulan
dalam penelitian ini bahwa perubahan
perilaku yang dilakukan oleh ibu nifas ke
arah yang lebih baik masih dapat
dipengaruhi dengan cara memberikan
informasi kesehatan.
Berdasarkan hasil dari penelitian
menunjukkan 60% perilaku pencegahan
bendungan ASI yang dilakukan oleh ibu
nifas termasuk dalam kategori baik. Pada
tahap evaluasi, peneliti juga melakukan
wawancara kepada responden bahwa
perubahan perilaku yang terjadi pada ibu
nifas ini karena adanya penambahan
informasi kesehatan yang lebih baik.
Hasil penelitian ini didukung oleh
teori Green dalam Noorkasiani (2009),
bahwa bentuk perubahan perilaku
dipengaruhi oleh salah satu faktor
pendukung yaitu pendidikan kesehatan.
Pemberian informasi kesehatan yang baik
akan menghasilkan perubahan perilaku
yang positif dari diri seseorang.
Perubahan perilaku juga dapat
dipengaruhi oleh salah satu faktor lain
yaitu sikap ibu yang telah menyadari akan
pentingnya melakukan perilaku
pencegahan sejak dini untuk menghindari
dari masalah-masalah kesehatan yang ada
selama proses menyusui. Ibu yang telah
mendapatkan pendidikan kesehatan yang
baik, akan merespon dirinya sendiri untuk
menerapkan perilaku kesehatan ke arah
yang lebih baik lagi.
Menurut Nursalam (2008),
pendidikan kesehatan adalah suatu proses
yang direncanakan dengan sadar untuk
menciptakan peluang bagi
individu-individu untuk senantiasa belajar. Hal ini
menjadikan suatu proses perkembangan
atau perubahan ke arah yang lebih tahu
dan lebih baik. Pemberian pendidikan
kesehatan juga bertujuan untuk
membangun kesadaran individu untuk
senantiasa berperilaku hidup sehat. Pada
hakikatnya pendidikan kesehatan adalah
sebagai salah satu bentuk pemecahan
masalah kesehatan, meningkatkan
kemampuan atau perilaku individu untuk
mencapai kesehatan optimal, dan
318
pendidikan kesehatan merupakan peran
yang harus dilaksanakan dalam setiap
pemberian asuhan kepada individu atau
masyarakat.
Metode pemberian pendidikan
kesehatan yang diberikan secara
perorangan sangat efektif dalam
perubahan perilaku, responden
memperhatikan penuh saat diberikan
informasi kesehatan. Pendidikan
diberikan dengan cara bimbingan dan
responden bersifat kooperatif.
Penggunaan media pendidikan kesehatan
yaitu leaflet dapat berpengaruh pada ibu
nifas, leaflet dapat mereka gunakan
sebagai pengingat pesan dan panduan
untuk mempraktekkan perilaku yang
sehat dari informasi kesehatan yang telah
diperoleh.
Hasil penelitian di atas jelas
menunjukkan bahwa setelah ibu nifas
mendapatkan pendidikan kesehatan
tentang
breast care, maka sudah
berpengaruh terhadap perubahan perilaku
ibu yang lebih baik dalam pencegahan
bendungan ASI.
B.
Analisis Bivariat
Hasil penelitian menunjukkan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan, perilaku
ibu nifas dalam pencegahan bendungan
ASI mengalami perubahan ke arah yang
lebih baik. Perubahan perilaku ibu nifas
dapat dilihat dari hasil kategori perilaku
kurang sebanyak 80% sebelum
mendapatkan informasi kesehatan.
Setelah mendapatkan informasi
kesehatan, perilaku ibu nifas dalam
kategori baik yaitu sebanyak 60% dan
kategori kurang yaitu 10%.
Berdasarkan hasil analisis uji Wilcoxon
dengan menggunakan perangkat lunak
SPSS dilihat hasil ρ = 0,005 yang mana ρ
< 0,05 dinyatakan Ho ditolak, maka ada
pengaruh pendidikan kesehatan tentang
breast care terhadap perilaku pencegahan
bendungan ASI pada ibu nifas. Hal ini
sejalan dengan teori yang dikemukakan
menurut Green dalam Noorkasiani (2009)
bahwa bentuk perilaku individu dapat
319
dipengaruhi oleh faktor pendukung
(enabling factors) yaitu dengan
pemberian pendidikan kesehatan.
Bentuk perubahan perilaku menurut
WHO dalam Notoatmodjo (2007)
meliputi ketersediaan individu untuk
berubah (readiness to change) yaitu setiap
individu atas kesadaran dirinya sendiri
bersedia untuk berubah atau berperilaku
yang lebih baik dari sebelumnya setelah
mendapatkan informasi yang
berhubungan dengan kesehatan dirinya.
Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah
perilaku atau usaha-usaha seseorang
untuk memelihara atau menjaga
kesehatan dirinya agar tidak sakit, oleh
sebab itu diperlukannya upaya perilaku
pencegahan penyakit (preventive) yang
penting dilakukan oleh setiap individu.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian Ratna Murniati (2012) bahwa
adanya hubungan pengetahuan ibu nifas
tentang bendungan ASI dengan
melakukan praktik pencegahan
bendungan ASI atau melakukan perilaku
breast care. Kesimpulannya bahwa hasil
penelitian ini didukung juga oleh
penelitian Ratna Murniati yaitu
perubahan perilaku seseorang ke arah
yang positif juga dipengaruhi oleh
pengetahuan ibu nifas.
Pada penelitian saat ini, peneliti
melakukan pemberian pendidikan
kesehatan tentang pentingnya perilaku
breast care yang juga dapat menambah
pengetahuan ibu nifas, sehingga
menimbulkan kesadaran pada ibu nifas
untuk melakukan perilaku breast care
dengan baik dan ibu lebih termotivasi
dalam melakukan perilaku hidup sehat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Perilaku pencegahan bendungan ASI
sebelum diberikan pendidikan kesehatan
didapatkan sebagian besar responden
memiliki perilaku kurang sebanyak 8
orang (80%).
Perilaku pencegahan bendungan ASI
sesudah diberikan pendidikan kesehatan
didapatkan sebagian besar responden
320
memiliki perilaku baik sebanyak 6 orang
(60%).
Ada pengaruh pendidikan kesehatan
tentang breast care terhadap perilaku
pencegahan bendungan ASI pada ibu
nifas.
Hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai pembelajaran dalam
pengembangan ilmu keperawatan,
khususnya di keperawatan maternitas.
Diharapkan bagi mahasiswa/i dengan
adanya hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai referensi dan acuan
pembelajaran dalam membuat tugas
perkuliahan tentang pendidikan kesehatan
dan perilaku pencegahan bendungan ASI
pada ibu nifas.
Diharapkan bagi bidan atau perawat
dapat mensosialisasikan pemberian
informasi atau penyuluhan kesehatan
pada ibu nifas dan hasil penelitian ini
dapat dijadikan masukan serta menambah
pengetahuan di RB Kasih Murni
Tanjungpinang tentang masalah
kesehatan khususnya tentang perilaku
pencegahan bendungan ASI.
Pada ibu setelah bersalin diharapkan
mampu melakukan breast care secara
mandiri dan melakukannya dengan rutin
minimal satu kali sehari. Peran keluarga
juga sangat penting dalam memberikan
dukungan dan motivasi pada ibu untuk
selalu menjaga keadaan payudara tetap
bersih dan sehat selama pross menyusui.
Perilaku breast care yang baik akan
mencegah terjadinya bendungan ASI,
membuat kondisi payudara yang sehat
dan memperlancar produksi ASI yang
baik sehingga terpenuhinya asupan ASI
bagi bayi.
Dengan adanya hasil penelitian ini,
diharapkan kepada peneliti selanjutnya
untuk dapat melakukan penelitian yang
lebih mendalam lagi atau dengan
melakukan penelitian metode eksperimen
murni menggunakan variabel bebas
lainnya yang dapat berpengaruh dalam
mencegah atau mengatasi terjadinya
321
bendungan ASI pada ibu nifas dalam
proses menyusui.
KEPUSTAKAAN
Arifin, zaenal. (2008). Dasar-Dasar
Penelitian Karya Ilmiah.
Jakarta: GRASINDO
Dahlan, Muhamad Sopiyudin. (2009).
Statistik untuk Kedokteran dan
Kesehatan: Edisi 4. Jakarta:
Salemba Medika
Danuatmaja, Bonny. (2003). 40 Hari
Pasca- Persalinan. Jakarta: Puspa
Swara.
Dempsey, Patricia Ann. (2002). Riset
Keperawatan: Buku Ajar dan
Latihan Edisi 4. Jakarta: EGC
Dharma, Kelana Kusuma (2011).
Metodologi Penelitian
Keperawatan (Panduan
Melaksanakan dan Menerapkan
Hasil Penelitian). Jakarta: CV.
Trans Info Media.
Machfoeds, Ircham. (2007). Pendidikan
Kesehatan bagian dari Promosi
Kesehatan.Yogyakarta:Fitramaya
.
Mochtar. (2010). Sinopsis Obstetri,
Fisiologi, Patologi. Jakarta:
EGC.
Murniati, Ratna. (2012). Hubungan
Pengetahuan Ibu Nifas tentang
Bendungan ASI dengan Praktik
Pencegahan Bendungan ASI
(Breast Care). Semarang:
UNIMUS.
Noorkasiani. (2009). Sosiologi
Keperawatan. Jakarta: EGC
Notoatmodjo. (2005). Promosi Kesehatan
Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Rineka Cipta.
. (2007). Promosi Kesehatan
dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta.
Nursalam. (2008). Pendidikan dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba
322
. (2013). Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan Edisi 3.
Jakarta: Salemba Medika.
Prawirohardjo. (2009). Buku Acuan
nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta:
PT Bina Pustaka.
Rosmha. (2013). Cakupan ASI 42 Persen,
Ibu Menyusui Butuh
Dukungan.
http://health.kompas.com/read/20
13/ 12/21/0917496. Diakses: 25
Januari 2014.
Saleha, Sitti. (2009). Asuhan Kebidanan
Pada Masa Nifas. Jakarta:
Salemba Medika.
Suherni, Hesty & Anita. (2009).
Perawatan Masa Nifas.
Yogyakarta: Fitramaya.
Sulistyawati, Ari. (2009). Buku Ajar
Asuhan kebidanan Pada Ibu
Nifas. Yogyakarta: CV. ANDI.
Swarjana, I Ketut. (2012). Metodologi
Penelitian Kesehatan Edisi 1.
Yogyakarta: CV. ANDI
Wasis. (2008). Pedoman Riset Praktis
untuk Profesi Ners. Jakarta:
EGC.
Wati, Lidia. (2014). Panduan Penyusunan
Metodologi Riset keperawatan.
Tanjungpinang: STIKES Hang
Tuah.
Wulanda, Febri. (2011). Biologi
Reproduksi. Jakarta: Salemba
Medika.
Wulandari, Eni. (2012). Tingkat
Pengetahuan Ibu Nifas tentang
Bendungan ASI. Surakarta:
STIKES Kusuma Husada.
1
Nur Meity Sulistia Ayu, S. Kep, Ns, M.
Kep, CWT : Dosen STIKES Hang
Tuah Tanjungpinang.
323
FAKTOR –FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI
MAHASISWA S1 TINGKAT IV UNTUK MELANJUTKAN KEPROFESI
NERS DI STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG TAHUN 2014
Heri Priatna ¹, Lili Sartika ², Komala Sari ³
ABSTRAK
Profesi keperawatan di Indonesia mengalami perkembangan yang demikian pesat. Perkembangan ini memberi dampak berupa perubahan sifat pelayanan keperawatan dari pelayanan vokasional menjadi professional yang berpijak pada penguasaan iptek keperawatan termasuk dalam pelayanan keperawatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi Faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang tahun 2014. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif analitik, dengan pendekatan atau desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa S1 tingkat IV keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang yang berjumlah 32 orang. Penelitian dilakukan pada bulan September – November 2014. Hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan antara cita-cita dan motivasi mahasiswa S1 tingkat IV dengan nilai p value = 0,011 dan ada hubungan antara kemampuan peserta didik dengan motivasi mahasiswa S1 tingkat IV dengan nilai p value = 0,031.
Kata kunci : Motivasi, Mahasiswa, Profesi Ners
ABSTRACT
Nursing profession in Indonesia has developed so rapidly. This development impacts of the changing nature of nursing services of a professional vocational services rests on the mastery of science in nursing, including nursing services. It is a challenge for the nursing profession in developing professionalism at the same time must provide a quality service. This study aims to determine and identify the Factors Associate With Student Motivation Level IV S1 for profession Nursing Continuing To In STIKES Hang Tuah Tanjungpinang. This research uses descriptive analytic study design, the approach or cross-sectional design. The population in this study were all students of nursing level IV S1 Hang Tuah STIKES Tanjungpinang totaling 32 people. The research was conducted in September – November 2014 using the research instrument in the form of a questionnaire with 32 statements and analyzes the result of this study conducted univariate and bivariate. Based on the results showed that tthere is a relationship between the ideals and motivations of student S1 level IV with a velue of p value = 0,011, there is no relationship between the ability of learnes with student motivation S1 level IV with a value of p value = 0,031. Key words : Motivation, Students, Nurses Profession
324
PENDAHULUAN
Dalam mengembangkan profesionalisme keperawatan, langkah awal yang perlu ditempuh adalah dengan melakukan penataan pendidikan keperawatan dan memberikan kesempatan kepada perawat untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Pengembangan sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat penting dan berperan dalam pengembangan pelayanan keperawatan professional, pengembangan teknologi keperawatan, pembinaan kehidupan keprofesian, dan pendidikan keperawatan berkelanjutan yang dicapai melalui lulusan dengan kemampuan professional. Pada saat ini berbagai upaya untuk lebih mengembangkan pendidikan keperawatan professional. Lulusan S1 Keperawatan diharapkan dapat melanjutkan kejenjang Profesi Ners keperawatan. Dalam hal ini dibutuhkan suatu penataan yang mendasar dari S1 Keperawatan kepeningkatan status Program Profesi Ners Keperawatan dengan lebih menekankan pada upaya meningkatkan kualitas lulusan. Pendidikan keperawatan sebagai sarana mencapai profesionalisme keperawatan harus terus dipacu. Kepedulian terhadap pengelolaan pendidikan tinggi mempunyai alasan yang cukup mendasar
karena keberhasilan pengembangan keperawatan di Indonesia di masa mendatang sangat bergantung pada penataan dan pengembangan pendidikan tinggi keperawatan (Nursalam, 2008).
Hal ini merupakan tantangan bagi profesi keparawatan dalam mengembangkan profesionlisme yang sejalan dengan pelayanan yang berkualitas. Profesi keperawatan di Indonesia masih jauh jika dibandingkan dengan Negara barat, dimana baru Sembilan tahun terakhir ini di Indonesia baru menghasilkan Sarjana Keperawatan yang professional ( Putri, HT & Fanani, A. 2010).
Selama proses untuk dapat meningkatkan pendidikan keperawatan salah satu yang diperlukan adalah adanya motivasi. Menurut Suciati dan Prasetya (2001) dalam Nursalam (2008), adapun beberapa unsur yang mempengaruhi motivasi belajar diantaranya adalah cita-cita/aspirasi, kemampuan peserta didik, kondisi peserta didik, kondisi lingkungan belajar, unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran, serta upaya pengajar dalam membelajarkan peserta didik.
Kenyataan di Indonesia, sebagian besar tingkat pendidikan keperawatan masih rendah. Diakui oleh DIRJEN Bina Upaya Kesehatan
325 (BUK) bahwa, sebagian besar atau 80 persen
perawat yang bekerja di rumah sakit vertikal, berpendidikan Diploma III (D3), Diploma IV 0,5 persen, Sarjana Strata Satu Keperawatan 1 persen, Ners 11 persen, dan Sarjana Strata Dua 0,4 persen. Sedangkan perawat yang berpendidikan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) sebanyak 7 persen (DEPKES, 2011).
Dari data pendahuluan yang didapat pada bagian kemahasiswaan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang diketahui untuk lulusan tahun 2012-2013 dengan jumlah 66 lulusan, hanya 14 (21,21%) lulusan yang melanjutkan ke Ners. lulusan 2013-2014 hanya 31 orang (67,39 %) dari 46 mahasiswa yang melanjutkan langsung ke Ners.
Dari data tersebut memang terlihat adanya peningkatan jumlah mahasiswa yang melanjutkan ketingkat Ners keperawatan, namun masih terdapat juga mahasiswa yang tidak tertarik untuk melanjutkan ke Ners Keperawatan di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang. Sedangkan diharapkan pada akhir tahun 2015, mayoritas pendidikan perawat yang ada di rumah sakit sudah memenuhi kriteria minimal sebagai perawat profesional (S1/Ners) (Nursalam, 2007).
Dengan fenomena di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan motivasi mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan Profesi Ners keperawatan di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang tahun 2014.
BAHAN DAN METODA PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian Non-Eksperimen karena tidak ada intervensi dari peneliti dan menggunakan desain penelitian deskriptif analitik. Pendekatan yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah Cross Sectional, dimana dalam penelitian ini menekankan waktu pengukuran / observasi data variable independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat dan dinilai secara simultan pada satu saat, jadi tidak ada tindak lanjut (Nursalam,2008).
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan september-November tahun 2014 di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Setiadi, 2007). Berarti dalam penelitian ini sampel yang
326 diambil adalah semua mahasiswa S1 tingkat IV
Stikes Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2014 yang berjumlah 32 orang.
Di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang terdapat 2 jenjang pendidikan yaitu D3 keperawatan dan S1 keperawatan. Untuk D3 keperawatan dengan masa pendidikan akademik selama 3 tahun, dengan jumlah 6 kelas, untuk tingkat 1, 2 kelas, tingkat 2 : 2 kelas, dan tingkat 3 : 2 kelas. Sedangkan untuk S1 keperawatan masa pendidikan akademiknya lebih lama yaitu selama 4 tahun, dan ditambah 1 tahun profesi (Ners). Jumlah kelas sebanyak 5 kelas, untuk tingkat 1, 2, dan 3 hanya 1 kelas, dan tingkat 4 sebanyak 2 kelas. Dari sekian banyak jumlah kelas dan mahasiswa hanya mahasiswa/i S1 keperawatan tingkat IV yang menjadi responden dalam penelitian ini dan keseluruhannya memenuhi criteria inklusi.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metoda observasi partisipasif berupa metoda kuesioner yaitu pengumpulan data dengan cara memberikan daftar pertanyaan / pernyataan tertulis dengan beberapa pilihan jawaban kepada responden. Jenis kuesioner adalah kuesioner tertutup dan langsung, dimana responden diminta memilih jawaban yang sesuai dengan keadaan dirinya sendiri.
Dalam penelitian ini untuk variable independen digunakan skala likert yang telah dimodifikasi, yaitu menghilangkan pilihan ragu-ragu sehingga subjek akan memilih jawaban yang pasti kearah yang sesuai atau tidak sesuai dengan dirinya. Kuesioner terdiri dari 3 item tentang cita-cita dan Aspirasi, kemampuan peserta didik dan motivasi. Kemudia ke tiga indikator tersebut dijabarkan kedalam 32 pernyataan. Pengisian kuesioner oleh responden dilakukan dengan tekhnik check-list .
HASIL PENELITIAN A. Analisis Univariat
Merupakan analisa yang dilakukan pada tiap variable dalam hasil penelitian. Pada umumnya analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan presentasi tiap variable yang disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
1. Karakteristik responden berdasarkan usia.
Tabel 1. Distribusi kelompok berdasarkan umur responden
mur Frekuensi % 19 - 21 26 81,25 %
327
25 - 30 1 3,13%
Jumlah 32 100 %
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar usia responden yang berusia 19-21 tahun sebanyak 26 responden (81,25%), 5 orang berusia antara 22-24 tahun (15,62%), dan I orang responden berusia 25-30 tahun (3,13%).
2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin.
Tabel 2. Distribusi kelompok berdasarkan jenis kelamin
Umur Frekuensi %
Laki-laki 7 21,86 %
perempuan 25 78,14 %
Jumlah 32 100 %
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah perempuan sebanyak 25 orang (78,14%) dan laki-laki sebanyak 5 orang (21,86%).
3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan cita-cita, IPK dan motivasi.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi responden Berdasarkan Cita-cita, IPK dan Motivasi
Cita-cita Frekuensi % Ada 12 37,5% Tidak Ada 20 62,5% IPK Tinggi 19 59,4% Rendah 13 40,6% Motivasi Tinggi Rendah 16 16 50% 50%
Berdasarkan tebel3 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden tidak memiliki cita-cita sebanyak 20 orang (62,5%) dan hanya sebanyak 12 orang (37,5%) yang memiliki cita-cita, sedangkan responden yang memiliki nilai IPK yang tinggi sebanyak 19 orang (59,4%) dari 32 orang dengan sebagian besar responden yaitu 16 orang (50%) dari 32 orang memiliki motivasi yang tinggi.
B. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan dan besarnya nilai odds ratio antara faktor-faktor risiko (variable independen) dengan motivasi (variable dependen), dengan tingkat kemaknaan 95%. Ada atau tidaknya hubungan antara factor
328 independent dengan motivasi ditunjukkan
dengan nilai p < 0,05.
1. Hubungan Cita-cita dan Aspirasi dengan Motivasi Mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang tahun 2014.
Berdasarkan hasil penelitian dijumpai bahwa responden yang tidak ada cita-cita sebanyak 14 responden ( 43,8%) memiliki motivasi yang rendah, responden yang ada cita-cita sebanyak 2 responden (6,2%) memiliki motivasi yang rendah dan responden yang tidak ada cita-cita sebanyak 6 responden (18,8%) memiliki motivasi yang tinggi, responden yang ada cita-cita sebanyak 10 responden (31,2%) memiliki motovasi yang tinggi. Oleh karena nilai р<0,05 (0,011<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara cita-cita dan aspirasi dengan motivasi Mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2014.
Tabel 4. Hubungan Cita-cita dan Aspirasi
dengan Motivasi Mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES HangTuah Tanjungpinang tahun 2014
2. Hubungan Kemampuan Peserta Didik dengan motivasi Mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2014
Berdasarkan hasil penelitian dijumpai bahwa responden yang memiliki kemampuan peserta didik (IPK) yang rendah sebanyak 10 responden ( 31,2%) memiliki motivasi yang rendah, responden yang memiliki kemampuan peserta didik (IPK) yang tinggi sebanyak 6 responden ( 18,8%) memiliki motivasi yang rendah dan responden yang memiliki Cita-cita dan Aspirasi Motivasi Mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners Jumlah X2 P Value Rend ah Tinggi F % F % F % Tidak Ada 1 4 43, 8% 6 18, 8% 2 0 100 % 6,533 0,011 Ada 2 6,2 % 1 0 31, 2% 1 2 100 % Jumlah 1 6 50 % 1 6 50 % 3 2 100 %
329 kemampuan peserta didik (IPK) yang rendah
sebanyak 3 responden ( 9,4%) memiliki motivasi yang tinggi, responden yang memiliki kemampuan peserta didik (IPK) yang tinggi sebanyak 13 responden ( 40,6%) memiliki motivasi yang tinggi.
Tabel 5. Hubungan Kemampuan Peserta Didik dengan motivasi Mahasiswa S1 tingkat IV untuk
melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2014.
Berdasarkan perhitungan pada table diatas diperoleh hasil pengolahan data dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai X2 = 4,644 dan р value = 0,031. Oleh karena nilai р<0,05 (0,031<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan kemampuan peserta didik dengan motivasi Mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2014.
PEMBAHASAN
1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan cita-cita dan aspirasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki cita-cita dengan jumlah 12 orang dari 32 orang. Banyaknya jumlah responden yang memiliki cita dikaitkan dengan umur responden yang sebagian besar berumur 19-21 tahun. Dimana rentang usia tersebut masuk dalam rentang usia remaja yang produktif dan masih memiliki motivasi yang tinggi.
Masa remaja adalah suatu stadium dalam siklus perkembangan anak. Rentang usia remaja berada dalam usia 12 sampai 21 tahun, dimana pada masa remaja ini, merupakan masa pencarian dan penjelajahan jati diri seseorang, Kemam puan Peserta Didik (IPK) Motivasi Mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners Jumla h X2 P Value Renda h Tinggi F % F % F % Rendah 1 0 31, 2% 3 9,4 % 1 3 10 0% 4,6 64 0,031 Tinggi 6 18, 8% 1 3 40, 6% 1 9 10 0% Jumlah 1 6 50 % 1 6 50 % 3 2 10 0 %
330 termasuk dalam menentukan masa depan
melalui pendidikannya (Djamarah, 2008),
Remaja dan kehidupan pendidikan merupakan masa yang paling indah dalam realitas sosial. Dan bagi remaja mereka merasa sangat beruntung dengan kehidupan mereka yang masih dapat melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi, untuk mencapai cita-cita mereka. Adanya cita-cita inilah yang menjadi faktor pendorong yang menambah semangat serta memperkuat motivasi seseorang, karena dengan terwujudnya cita-cita yang diharapkan maka akan terwujud pula aktualisasi diri seseorang (Nursalam, 2008).
2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kemampuan peserta didik
Pada penelitian ini kemampuan peserta didik responden dilihat dari nilai IPK. Sebagian besar responden memiliki IPK yang tinggi dengan jumlah 19 orang (59,4%) dari 32 orang. Hal ini juga dikaitkan dengan umur responden yang masih dalam tahap remaja, dimana dalam usia remaja ini saat-saat penentuan masa depan. Dan potensi yang dimiliki juga banyak, termasuk dalam intelektual atau intelegensi, serta kemampuan
psikomotor yang juga dapat memperkuat motivasi dalam belajar untuk mencapai IPK yang tinggi (Nursalam, 2008).
Selain itu menurut Djamarah (2008), kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilan belajar terutama prestasi/nilai yang didapat. Karena itu motivasi belajar perlu diusahakan, terutama yang berasal dari dalam diri seperti cita-cita, karena akan meningkatkan prestasi belajar seseorang.
3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan motivasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32 responden didapatkan data sebagian besar responden memiliki motivasi yang tinggi yaitu sebanyak 16 orang (50%).
Dalam kehidupan masyarakat usia masih dijadikan tolak ukur dalam menentukan tingkat motivasi yang dimilliki untuk terus belajar dan mengembangkan diri karena ditunjang pertumbuhan fungsi tubuh optimal serta kematangan emosional, intelektual dan sosial. Hal ini juga dikaitkan dengan usia responden, dimana sebagian besar responden masih dalam tahap remaja yaitu 19-21 tahun.
331 Maulana (2003) bagi orang yang sudah tua
cenderung memiliki motivasi yang rendah untuk belajar dan mengembangkan diri.
4. Hubungan cita-cita dan aspirasi dengan motivasi mahasiswa S1 melanjutkan ke profesi Ners di Stikes Hang Tuah Tanjungpinang
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa responden yang tidak memiliki/tidak ada cita-cita dan aspirasi yaitu sebanyak 20 orang yang terdiri dari 14 orang (43,8%) yang motivasinya rendah dan 6 orang (18,8%) yang motivasinya tinggi. Sedangkan untuk responden yang memiliki/ada cita-cita dan aspirasi yaitu sebanyak 12 orang yang tediri dari 2 orang (6,2%) yang motivasinya rendah dan sebagian besar dengan jumlah10 orang (31,2%) yang motivasinya tinggi. Sehingga dapat dilihat bahwa responden yang memiliki/ada cita-cita dan aspirasi, motivasinya lebih tinggi dari pada responden yang tidak memiliki/tidak ada cita-cita.
Hasil pengolahan data menggunakan uji chi-square diperoleh nilai X2=6,533dan р value = 0,011. Oleh karena nilai р<0,05 (0,011<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan cita-cita dan aspirasi dengan Motivasi
Mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang tahun 2014.
Hal ini membuktikan bahwa cita-cita dan aspirasi merupakan faktor yang dapat menambah semangat sekaligus memberikan tujuan yang jelas dalam belajar, sehingga akan memperkuat motivasi belajar. Karena cita-cita merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri seseorang yang akan membuat seseorang melakukan upaya lebih banyak. Dan dengan tercapainya cita-cita maka akan terwujud aktualisasi diri seseorang.
5. Hubungan kemampuan peserta didik dengan motivasi mahasiswa S1 melanjutkan ke profesi Ners di Stikes Hang Tuah Tanjungpinang
Hasil analisa data dengan uji statistik chi-quadrat didapatkan р value = 0,031. Hal ini menunjukkan bahwa р < 0,05 (0,031<0,05) berarti H0 ditolak sehingga terdapat hubungan
antara kemampuan peserta didik dengan Motivasi Mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.
332 Hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi
tingkat kemampuan peserta didik maka akan semakin memperkuat motivasi untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi lagi. Dan didapatkan data bahwa responden dengan kemampuan peserta didik yang rendah berjumlah 13 orang, yang terdiri dari 10 orang (31,2%) memiliki motivasi rendah dan 3 orang (9,4%) memiliki motivasi tinggi. Sedangkan responden dengan kemampuan peserta didik yang tinggi, jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan responden yang kemampuan peserta didiknya rendah, yaitu 19 orang, yang terdiri dari 6 orang (18,8%) motivasinya rendah dan 13 orang (40,6%) motivasinya tinggi. Sehingga dapat dilihat bahwa responden yang kemampuan peserta didiknya (IPK) rendah, tidak memiliki motivasi yang tinggi. Berbeda halnya dengan responden yang kemampuan peserta didiknya tinggi (IPK) akan memiliki motivasi yang tinggi pula.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti pada mahasiswa tingkat IV Prodi S1 keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang pada bulan September 2014,
dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut :
1. Sebagian besar responden tidak memiliki cita-cita, dengan jumlah 20 orang (62,5%) dari32 orang.
2. Sebagian besar responden memiliki nilai IPK yang tinggi dengan jumlah 19 orang (59,4%) dari 32 orang.
3. Ada hubungan antara cita-cita dan aspirasi dengan motivasi mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang tahun 2014. dengan nilai p value = 0,011. 4. Ada hubungan antara kemampuan peserta
didik dengan motivasi mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang tahun 2014, dengan nilai p value = 0,031.
Saran
Bagi Peneliti Selanjutnya
Dengan adanya hasil penelitian ini, diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk mengadakan penelitian yang lebih mendalam mengenai faktor-faktor lain yang kemungkinan berhubungan dengan motivasi mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan ke Profesi Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang tahun
333 2014, agar nantinya hasil penelitian tersebut
dapat diajukan sebagai saran bagi pihak institusi untuk meningkatkan kualitas baik dari segi tim pengajar maupun peserta didik itu sendiri.
Bagi Lokasi Penelitian/Institusi
Dari hasil penelitian ada beberapa saran yang peneliti ajukan untuk lokasi penelitian/pihak institusi :
Telah terbukti bahwa cita-cita berhubungan dengan motivasi mahasiswa S1 tingkat IV untuk melanjutkan keProfesi Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang tahun 2014. yang memiliki cita-cita cenderung motivasinya tinggi, sehingga d iharapkan agar pihak institusi bisa lebih memberikan dukungan, motivasi, dan perhatian yang lebih bagi mahasiswa yang benar-benar memilikicita-cita untuk menjadi perawat yang profesional agar dapat meningkatkan prestasi belajarnya, seperti memberikan reward pada mahasiswa yang berprestasi disetiap semesternya, karena hal itu akan menambah semangat, dan motivasi para mahasiswa dalam mencapai prestasi dan cita-citanya sebagai seorang perawat yang professional dengan melanjutkan pendidikan Ners di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.
DAFTAR PUSTAKA
DEPKES.2011. Perawat Mendominasi Tenaga Kesehatan. http://manajemen-rs.net /index. php? option= com_content
&view=article&id=185:perawat-
mendominasi-tenaga-kesehatan&catid=51:berita&Itemid=95.
Diakses tanggal 23 Oktober 2011. Jam : 13.20
Djamarah, S.B. 2008. Psikologi Belajar Edisi 2. Jakarta : Rineka Cipta
Kurniawan, A. 2009.BelajarMudah SPSS untuk Pemula.Yogyakarta : Media Kom
Kusnanto.2004. Pengantar Profesi & Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC
Marziati.2009. Motivasi Mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan untuk Melanjutkan Pendidikan ke Tingkat Sarjana Keperawatan. Skripsi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.
334 Maulana, I. 2003. Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Motivasi Perawat untuk Melanjutkan Pendidikan pada Jenjang Pendidikan Tinggi Keperawatan. Skripsi FK-STIKES Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Banjarmasin.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nurhidayah, R.E. 2011. Pendidikan Keperawatan. Medan : USU Pers
Nursalam & Efendi. 2008. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta : Slameba Medika Nursalam. 2009. Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 2. Jakarta : Salmeba Medika.
Putri, H.T & Fanani, A. 2010. Etika profesi
Keperawatan. Yogyakarta :
CiptaPustaka
Sardiman. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Pers
Setiadi. 2007. Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : GrahaIlmu
Suara, dkk. 2007. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : TIM
Suarli, S & Bahtiar, Y. Manajemen Keperawatan. Jakarta :Erlangga
Sumantri. 2002. Tantangan Pengembangan Tenaga Kesehatan Masa Depan. Majalah Bina Diknakes. Edisi 42.
Syarifudin. 2010. Panduan TA Keperawatan dan Kebidanan dengan SPSS. Yogyakarta : Grafindo Litera Media.
Uno, H.B. 2010. Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara Wati, L, dkk. 2011. Buku Panduan Penyusunan
Proposal dan Skripsi. Tanjungpinang : STIKES Hang Tuah Tanjungpinang. WR. 2011. Pendidikan Dalam Keperawatan.
http: //dhanwaode.
wordpress.com/2011/01/26/pendidikan-dalam-keperawatan /. Diakses tanggal 12 Desember 2011. Jam : 13.30
Wuryanto, E. 2007. Menata Pendidikan Perawat. http:// www. Suara merdeka. com/ harian 0707/16/opi05.html. Diakses tanggal 13 Desember 2011.Jam : 11.53
335 1. Dosen Fakultas Fisioterapi Universitas Esa
Unggul Jakarta / Ketua Stikes Hang Tuah Tanjungpinang.
2. Dosen Stikes Hang Tuah Tanjungpinang. 3. Dosen Stikes Hang Tuah Tanjungpinang.
336
PENGARUH KOMPRES PANAS TERHADAP PENURUNAN NYERI
KASUS LOW BACK PAIN PADA LANSIA DIRUMAH BAHAGIA
BINTAN KELURAHAN KAWAL TAHUN 2014.
Endang Abdullah1, Lidia Wati2, Komala Sari3
ABSTRAK
Perubahan patologis usia Lanjut pada Sistem Musculoskeletal yaitu Nyeri pada Punggung Bawah dan pinggang dapat timbul pada semua kelompok usia, tetapi penyebabnya berbeda-beda. Pada kelompok usia muda, penyebabnya lebih cenderung akibat penyakit pada jaringan ikat seperti Reiter’s Syndrome atau Ankylosing Spondylitis yang bermanifestasi sebagai Nyeri Punggung dan Nyeri Sendi Sakroiliaka. Pengobatan Nyeri Punggung Bawah pada lansia tersebut bisa secara Farmakologis dan Non Farmakologis. Pengobatan secara Farmakologis pada lansia biasa digunakan Ibuprofen. Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kompres panas terhadap penurunan Nyeri Low Back Pain pada Lansia di Rumah Bahagia Bintan Kelurahan Kawal. Penelitian ini menggunakan Desain Penelitian Eksprimen Semu (Quasi Eksprimen). Pada penelitian ini menggunakan Rancangan “Pretest and Posttest Non equivalent Control Group”. Pada penelitian ini sampel ditentukan dengan menggunakan metode Simple Random Sampling, yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama ada kelompok perlakuan atau eksprimen, sedangkan kelompok lainnya adalah kelompok kontrol sebagai pembanding. populasi yang menderita nyeri punggung bawah peneliti hanya mengambil lansia yang berusia 50 tahun ke atas. Dengan sampel 20 lansia. instrumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa lembar observasi dan wawancara untuk menilai sejauh mana skala nyeri yang dirasakan responden. Penelitian ini menggunakan lembar observasi Numerical Rating Scal, juga menggunakan air panas, buli-buli, dan handuk kecil untuk memberikan efek kompres pada responden. Uji Statistik “uji t tidak berpasangan” adalah uji Mann-Whitney hasil p-value = 0,04 yang mana p-value< 0,05 dinyatakan Ho ditolak Maka Ada pengaruh Kompres Panas Terhadap Penurunan Nyeri Kasus Low Back Pain Pada Lansia Dirumah Bahagia Bintan Kelurahan Kawal Tahun 2014. Saran agar menggunakan kompres panas dalam menurunkan low back pain pada lansia
Kata kunci : low back pain, Kompres panas, Lansia
ABSTRACT
Advanced age pathological changes in Musculoskeletal System, namely Pain in the Lower Back and waist can occur in all age groups, but the cause is different. In the younger age groups, the cause is more likely to result in the connective tissue diseases such as Reiter's Syndrome or Ankylosing Spondylitis manifesting as pain Low Back Pain and sacroiliac joints. Lower Back Pain Treatment in the elderly can be Pharmacological and Non-Pharmacological. Pharmacological treatment in the elderly commonly used Ibuprofen. Objectives to be achieved from this study was to determine the effect of a hot compress to the decline Pain Low Back Pain in the Elderly at Home Happy Bintan Village Guard. This research uses experimental research design Semu (Quasi experiment). In this study, using the Draft "pretest and posttest Non-equivalent Control Group". In this study samples was determined using simple random sampling method, which is divided into two groups. The first group is no treatment or the experimental group, while the other group was the control group for comparison. population who suffer from lower back pain researchers only take elderly people aged 50 years and over. With a sample of 20 elderly. research instrument is a measuring instrument used to collect data in the form of sheets of observation and interviews to assess the extent to which respondents felt the pain scale. This study uses observation sheets Numerical Rating scal, also using hot water, bladder, and a small towel compress to give effect to the respondent. Test Statistics "unpaired t test" is the Mann-Whitney test results p-value = 0.04 where p-value <0.05 Ho rejected Then There's stated influences Hot Compress Case Against Pain Decrease Low Back Pain At Happy At home Elderly Bintan the Village Guard 2014. Suggestions to use hot compresses in reducing low back pain in the elderly Key words : low back pain, hot compress, Elderly
337 PENDAHULUAN
Perubahan patologis usia Lanjut pada Sistem Musculoskeletal yaitu Nyeri pada Punggung Bawah dan pinggang dapat timbul pada semua kelompok usia, tetapi penyebabnya berbeda-beda. Pada kelompok usia muda, penyebabnya lebih cenderung akibat penyakit pada jaringan ikat seperti Reiter’s Syndrome atau Ankylosing Spondylitis yang bermanifestasi sebagai Nyeri Punggung dan Nyeri Sendi Sakroiliaka. Pada kelompok usia pertengahan, penyebab Nyeri Leher dan Punggung umumnya bersumber dari Myofascial Pain Syndrome dan Nyeri Posttraumatic. Pada kelompok Usia Lanjut, penyebab tersering dari Nyeri Leher dan Punggung dapat berupa PSD (Penyakit Sendi Degenerative), fraktur osteoporosis, ataupun Spinal Stenosis (Padila, 2013).
Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) merupakan keluhan yang sering dijumpai. Di Amerika Serikat lebih dari 80% jumlah penduduk pernah mengeluh Low Back Pain dan di Indonesia diperkirakan jumlahnya lebih banyak lagi. Sehubungan dengan berbagai proses Degeneratif, persentase Nyeri Pinggang Bawah meningkat seiring dengan bertambahnya usia (Rahmawati, 2008).
Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) Merupakan 10 besar penyakit rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tanjungpinang, dan penderita Low Back Pain yang didata oleh Dinas Kesehatan pada tahun 2014 mulai dari bulan May 2014, hingga Agustus 2014. Dari data tersebut persentase setiap bulan nya penderita Low Back Pain pada bulan May 2014 berkisar 6,58%, pada bulan Juni 2014 berkisar 7,034 %, pada bulan Juli 2014 berkisar 7,95 %, dan pada bulan Agustus 2014 berkisar 9,80%. Dari data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau penderita Low Back Pain penyakit rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Menurut Jenis Kelamin nya yang paling banyak menderita Low Back Painyaitu pada lansia perempuan (Provinsi Kepulauan Riau, 2013).
Pengobatan Farmakologis yg lansia dapatkan saat nyeri muncul yaitu berupa obat Anti Nyeri berupa Ibuprofen untuk menurunkan rasa nyeri klien Low Back Pain. Hasil observasi yang didapatkan pada salah satu lansia yang menderita nyeri punggung bawah atau nyeri disekitar pinggang bawah, lansia tersebut mengatakan sulit tidur malam dikarenakan nyeri dan juga sulit melakukan aktivitas seperti sholat 5 waktu, berdiri berjalan dan aktivitas
338 lainnya. Dan lansia tersebut mengatakan hanya
menggunakan obat gosok balsem yang dioles disekitar punggung bawah yang nyeri atau pada saat nyeri, namun nyeri tersebut masih dirasakannya dan belum hilang.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan Desain Penelitian Eksprimen Semu (Quasi Eksprimen) karena eksprimen ini belum atau tidak memiliki ciri-ciri rancangan eksperimen sebenarnya, karena variabel-variabel yang seharusnya dikontrol atau dimanipulasi tidak dapat atau sulit dilakukan (Notoatmodjo, 2010).
Pada penelitian ini menggunakan Rancangan “Pretest and Posttest Non equivalent Control Group”. Pada penelitian ini sampel ditentukan dengan menggunakan metode Simple Random Sampling, yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama ada kelompok perlakuan atau eksprimen, sedangkan kelompok lainnya adalah kelompok kontrol sebagai pembanding.
Populasi pada penelitian ini yaitu lansia yang menderita Low Back Pain atau Nyeri Punggung Bawah di wilayah Panti Werda Kelurahan Bintan Kawal, dengan jumlah 40
orang Lansia dari populasi yang menderita nyeri punggung bawah peneliti hanya mengambil lansia yang berusia 50 tahun ke atas.. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 lansia yang menderita Low Back Pain atau Nyeri Punggung Bawah di Rumah Bahagia Bintan Kelurahan Kawal Tahun 2014.
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data. Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa lembar observasi dan wawancara untuk menilai sejauh mana skala nyeri yang dirasakan responden. Penelitian ini menggunakan lembar observasi Numerical Rating Scale dengan rentang Tidak Nyeri = 0, Nyeri Ringan = 1-3, Nyeri Sedang = 4-7, Nyeri Berat = 8-10. Selain menggunakan lembar observasi, peneliti juga menggunakan air panas, buli-buli, dan handuk kecil untuk memberikan efek kompres pada responden. Analisa Bivariat pada penelitian ini menggunakan SPSS Uji Statistik “uji t tidak berpasangan” adalah uji Mann-Whitney (Uji Parametrik) karena syarat uji parametrik yaitu skala pengukuran variabel (variabel numerik), distribusi data normal, dan varians data.