• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya. Ada tiga aspek yang perlu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya. Ada tiga aspek yang perlu"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun, namun manusia dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya. Ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia, yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (Al-Isawi, 2002).

Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus – menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.

Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, sering kali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat.

Dari aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial sendiri. Di negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Hal ini dilihat dari keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh

(2)

terhadap pengambilan keputusan serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun, akan tetapi di Indonesia penduduk lanjut usia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh warga muda.

Banyak orang merasa takut memasuki masa lanjut usia, karena mereka sering mempunyai kesan negatif atas orang yang lanjut usia. Menurut mereka lanjut usia itu adalah tidak berguna, lemah, tidak punya semangat hidup, penyakitan, pelupa, pikun, tidak diperhatikan oleh keluarga dan masyarakat, menjadi beban orang lain, dan sebagainya.

Memang pada masa lanjut usia orang mengalami berbagai perubahan, secara fisik maupun mental. Tapi perubahan-perubahan ini dapat diantisipasi sehingga tidak datang lebih dini. Proses penuaan pada setiap orang berbeda-beda, tergantung pada sikap dan kemauan seseorang dalam mengendalikan atau menerima proses penuaan itu.

Beberapa Negara menetapkan usia kronologis yang berbeda bagi orang lanjut usia. Di Amerika Serikat, seseorang dikategorikan sebagai lanjut usia pada usia 77 tahun, yang didahului masa pra lanjut usia 69- 76 tahun. Bagi orang jepang kesuksesan justru dimulai pada usia 60 tahun ke atas. Sedangkan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) menetapkan usia 60 tahun sebagai titik awal seseorang memasuki masa lanjut usia. Karena itu tidak ada tolak ukur yang jelas kapan seseorang memasuki masa lanjut usia (Hardywinoto: 1999).

Secara alamiah, setiap manusia akan menjadi tua atau mengalami proses penuaan, proses ini tidak dapat dihindari, apapun usaha yang dilakukan. Di Indonesia usia lanjut adalah mereka yang berumur 60 tahun atau lebih dan merupakan kelompok penduduk yang menjadi fokus perhatian para ilmuwan, masyarakat, dan pemerintah

(3)

belasan tahun terakhir ini. Jumlah usia lanjut terus meningkat baik di Indonesia maupun di dunia dan membawa serta berbagai permasalahan yang harus diantisipasi dan dicarikan jalan keluarnya.

Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia akan membawa dampak terhadap sosial ekonomi baik dalam keluarga, masyarakat, maupun dalam pemerintah. Implikasi ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam ratio ketergantungan usia lanjut (old age ratio dependency).

Setiap penduduk usia produktif akan menanggung semakin banyak penduduk usia lanjut. Wirakartakusuma dan Anwar (1994) memperkirakan angka ketergantungan usia lanjut pada tahun 1995 adalah 6,93% dan tahun 2015 menjadi 8,74% yang berarti bahwa pada tahun 1995 sebanyak 100 penduduk produktif harus menyokong 7 orang usia lanjut yang berumur 65 tahun ke atas sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 100 penduduk produktif harus menyokong 9 orang usia lanjut yang berumur 65 tahun ke atas. Ketergantungan lanjut usia disebabkan kondisi orang lanjut usia banyak mengalami kemunduran fisik maupun psikis, artinya mereka mengalami perkembangan dalam bentuk perubahan-perubahan yang mengarah pada perubahan yang negatif.

Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa lanjut usia mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa perubahan :

1. Perubahan penampilan pada bagian wajah, tangan, dan kulit,

2. Perubahan bagian dalam tubuh seperti sistem saraf : otak, isi perut : limpa, hati, 3. Perubahan panca indra : penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan

(4)

keterampilan baru.

Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduruan kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh juga pada aktivitas ekonomi dan sosial. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada aktivitas kehidupan sehari-hari.

Penurunan kondisi fisik lanjut usia berpengaruh pada kondisi psikis. Dengan berubahnya penampilan, menurunnya fungsi panca indra menyebabkan lanjut usia merasa rendah diri, mudah tersinggung dan merasa tidak berguna lagi. Pada umumnya masalah kesepian adalah masalah psikologis yang paling banyak dialami lanjut usia. Beberapa penyebab kesepian antara lain :

1. Longgarnya kegiatan dalam mengasuh anak-anak karena anak-anak sudah dewasa, dan bersekolah tinggi sehingga tidak memerlukan penanganan yang terlampau rumit

2. Berkurangnya teman/relasi akibat kurangnya aktifitas di luar rumah 3. Kurangnya aktifitas sehingga waktu luang bertambah banyak 4. Meninggalnya pasangan hidup

5. Anak-anak yang meninggalkan rumah karena menempuh pendidikan yang lebih tinggi.

6. Anak-anak telah dewasa dan membentuk keluarga sendiri.

Beberapa masalah tersebut akan menimbulkan rasa kesepian lebih cepat bagi orang lanjut usia. Dari segi inilah lanjut usia mengalami masalah psikologis, yang banyak mempengaruhi kesehatan psikis, sehingga menyebabkan orang lanjut usia kurang mandiri (Wirakartakusuma: 1994)

(5)

Kondisi kesehatan mental lanjut usia pada umumnya menunjukkan bahwa mereka tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari, mereka mengeluh mengalami gangguan tidur. Mereka merasa tidak senang dan bahagia dalam masa tuanya, karena berbagai kebutuhan hidup dasar tidak terpenuhi, dan merasa sangat sedih, sangat kawatir terhadap keadaan lingkungannya. Dalam sosialisasi dalam urusan di masyarakat kurang aktif.

Ketergantungan lanjut usia terjadi ketika mereka mengalami menurunnya fungsi luhur/pikun atau mengidap berbagai penyakit, dapat dikemukakan hasil kelompok ahli dari WHO pada tahun 1959 (Hardywinoto: 1999) yang menyatakan bahwa mental yang sehat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Dapat menyesuaikan diri dengan secara konstruktif dengan kenyataan/realitas, walau realitas tadi buruk

2. Memperoleh kepuasan dari perjuangannya

3. Merasa lebih puas untuk memberi daripada menerima 4. Secara relatif bebas dari rasa tegang dan cemas

5. Berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan saling memuaskan 6. Menerima kekecewaan untuk dipakai sebagai pelajaran untuk hari depan

7. Menjuruskan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif 8. Mempunyai daya kasih sayang yang besar

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa beberapa kondisi kesehatan mental lanjut usia mempengaruhi berbagai kondisi lanjut usia yang lain seperti kondisi ekonomi, yang menyebabkan orang lanjut usia tidak dapat bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan kondisi sosial yang menyebabkan kurangnya hubungan sosial antara lanjut usia dengan masyarakat.

(6)

Masalah ekonomi yang dialami orang lanjut usia adalah tentang pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari seperti kebutuhan sandang, pangan, perumahan, kesehatan, rekreasi dan sosial. Dengan kondisi fisik dan psikis yang menurun menyebabkan mereka kurang mampu menghasilkan pekerjaan yang produktif.

Di sisi lain mereka dituntut untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan hidup sehari-hari yang semakin meningkat dari sebelumnya, seperti kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perawatan bagi yang menderita penyakit ketuaan dan kebutuhan rekreasi. Sedangkan penghasilan mereka antara lain dari pensiun, tabungan, dan bantuan keluarga. Bagi lanjut usia yang memiliki asset dan tabungan cukup, tidak terlalu banyak masalah. Tetapi bagi lanjut usia yang tidak memiliki jaminan hari tua dan tidak memiliki aset dan tabungan yang cukup maka pilihan untuk memperoleh pendapatan jadi semakin terbatas. Jika tidak bekerja berarti bantuan yang diperoleh mereka dapatkan dari bantuan keluarga, kerabat atau orang lain. Dengan demikian maka status ekonomi orang lanjut usia pada umumnya berada dalam lingkungan kemiskinan. Keadaan tersebut akan mengakibatkan orang lanjut usia tidak mandiri, secara finansial tergantung kepada keluarga atau masyarakat bahkan pemerintah.

Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan pada bagian terdahulu. Maka beberapa masalah utama yang dihadapi lanjut usia adalah Menurunnya daya tahan fisik, kondisi kesehatan mental, dan kurangnya dukungan dari keluarga lanjut usia yang akhirnya lebih memilih untuk menitipkan kepada suatu lembaga yang dapat memberikan pelayanan sosial guna menunjang kehidupan yang baik bagi lanjut usia tersebut.

(7)

Untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia lanjut usia perlu mengetahui kondisi lanjut usia di masa lalu dan masa sekarang sehingga orang lanjut usia dapat diarahkan menuju kondisi kemandirian. Sehubungan dengan kepentingan tersebut perlu diketahui kondisi lanjut usia yang menyangkut kondisi kesehatan, kondisi ekonomi, dan kondisi sosial.

Dengan mengetahui kondisi itu, maka keluarga, pemerintah, masyarakat atau lembaga sosial lainnya dapat memberikan perlakuan sesuai dengan masalah yang menyebabkan orang lanjut usia tergantung pada orang lain. Jika lanjut usia dapat mengatasi persoalan hidupnya maka mereka dapat ikut serta mengisi pembangunan salah satunya yaitu tidak tergantung pada orang lain. Dengan demikian angka ratio ketergantungan akan menurun, sehingga beban pemerintah akan berkurang.

Untuk mengatasi salah satu dari berbagai permasalahan orang lanjut usia, pemerintah dalam hal ini Departemen Sosial mengupayakan suatu wadah atau sarana untuk menampung orang lanjut usia dalam satu institusi. Maka dinas sosial Kabupaten Tapanuli Utara melalui UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Siborong-borong memiliki tujuan dalam memberikan pelayanan sosial kepada orang lanjut usia agar mereka mampu berfungsi secara sosial.

Warga binaan sosial yang ada di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Siborong-borong terdiri dari orang lanjut usia yang rentan terhadap masalah kemiskinan, yang datang dengan kemauan sendiri, diserahkan oleh keluarga, pada awalnya warga binaan sosial diproses oleh para pegawai UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Siborong-borong, yaitu dengan melengkapi syarat administrasi, berupa pengisisan data diri secara

(8)

lengkap. Setelah data diperoleh, warga binaan sosial baru biasa menempati UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Siborong-borong.

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka peneliti tertarik untuk melihat bagaimana efektivitas pelayanan UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Siborong-borong yang terangkum dalam skripsi dengan judul : “Efektivitas Pelayanan Sosial UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Di Kecamatan Siborong-borong Kabupaten Tapanuli Utara Bagi Lanjut Usia”.

1.2 Perumusan Masalah

Masalah merupakan bagian yang sangat penting atau bagian pokok dari suatu kegiatan penelitian (Arikunto : 47). Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis dapat merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimanakah efektivitas pelayanan sosial UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Di Kecamatan Siborong-borong Kabupaten Tapanuli Utara Bagi Lanjut Usia?”

1.3 Tujuan dan Mamfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan perumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pelayanan sosial UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Di Kecamatan Siborong-borong Kabupaten Tapanuli Utara Bagi Lanjut Usia.

(9)

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam rangka pengembangan konsep-konsep, teori-teori dan model-model pemecahan masalah ataupun pembuatan program pelayanan sosial terhadap orang yang lanjut usia.

(10)

1.4 Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan mamfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sample, teknik pengumpulan data serta teknik analisa data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang sejarah singkat berdirinya UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia, struktur organisasi dan gambaran umum lokasi penelitian.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran-saran penulis dari hasil penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

konsumen pada repurchase intention produk fashion secara online , (6) menganalisis pengaruh moderasi trust propensity konsumen pada hubungan antara perceived

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui dan memperoleh gambaran lebih mendalam mengenai bagaimana cara pemilihan kualitas bahan baku untuk produk ekspor

• Senarai semak @ • Lembaran (unit 25) 26 Pergerakan Berirama Tajuk: Rangkaian Kreatif Fokus: Berkebolehan melakukan rangkaian pergerakan lokomotor dan bukan lokomotor

20 Urusan Wajib Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Adm KeuDa, Perangkat Daerah, Kepegawaian Unit Organisasi

Obyek adalah bagian dari jumlah situasi sosial yang ingin diteliti. 42 Menurut Anto Dajan objek penelitian adalah pokok persoalan yang hendak diteliti untuk mendapatkan

Bentuk kreatifitas personal selling secara soft selling digambarkan pada film THE JONESES karya sutradara Derrick Borte yang dirilis 28 Juli 2010, berdasarkan

Pedoman pengembangan standar kompetensi dan kompetensi dasar menjelaskan bahwa mata pelajaran pendidikan agama Islam di sekolah memuat materi al-Quran dan Hadits, Aqidah,

(Perhatikan unsur kebahasaan past perfect, present perfect, future perfect) 4.2 Menyusun teks interaksi transaksiona l lisan dan tulis yang melibatkan tindakan