• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pemasaran Produk Serat Sabut Kelapa Berkaret Sebagai Bahan Jok dan Kasur Pada Industri Furnitur.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pemasaran Produk Serat Sabut Kelapa Berkaret Sebagai Bahan Jok dan Kasur Pada Industri Furnitur."

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PEMASARAN PRODUK SERAT SABUT KELAPA BERKARET (SEBUTRET) SEBAGAI BAHAN PEMBUAT

JOK DAN KASUR PADA INDUSTRI FURNITUR

Oleh LIA MEILANI

F03400053

2006

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

STRATEGI PEMASARAN PRODUK SERAT SABUT KELAPA BERKARET (SEBUTRET) SEBAGAI BAHAN PEMBUAT

JOK DAN KASUR PADA INDUSTRI FURNITUR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh LIA MEILANI

F03400053

2006

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

STRATEGI PEMASARAN PRODUK SERAT SABUT KELAPA BERKARET (SEBUTRET) SEBAGAI BAHAN PEMBUAT

JOK DAN KASUR PADA INDUSTRI FURNITUR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh LIA MEILANI

F03400053

Dilahirkan di Wonosobo, pada tanggal 14 Mei 1981 Tanggal lulus : 01 Februari 2006

Disetujui,

Bogor, Februari 2006

(4)

Lia Meilani. F03400053. Strategi Pemasaran Produk Serat Sabut Kelapa Berkaret Sebagai Bahan Jok dan Kasur Pada Industri Furnitur. Di bawah bimbingan Ir. Lien Herlina, M.Sc dan Ir. Maurits Sinurat. 2006.

RINGKASAN

Produk kombinasi karet alam dan serat sabut kelapa kelapa ternyata dapat meningkatkan nilai tambah bagi kedua komoditas ini. Teknik pembuatan serat sabut kelapa berkaret yang berteknologi sederhana dan tepat guna telah ditemukan di Balai Penelitian Teknologi Karet (BPTK) Bogor, sebagai alternatif pengganti busa sintetis menjadi bahan pengisi jok (kursi) dan kasur untuk industri furnitur yang berskala IKM. Produk sebutret mempunyai potensi yang sangat bagus untuk dikembangkan dan dipasarkan, terutama disebabkan oleh beberapa keunggulan yang dimiliki oleh sebutret sebagai bahan baku jok dan kasur dibandingkan dengan produk substitusinya yang ada di pasar. Selain itu kebutuhan industri furnitur akan bahan baku pembuat jok dan kasur juga cukup tinggi dan cenderung meningkat yaitu mencapai Rp. 43.561.581.450,- atau 2.692.980 lembar pada tahun 2002 dengan laju permintaan rata-rata mencapai Rp. 2.892.295.526,- atau 174.619 lembar tiap tahunnya (BPS, 2002).

Produk sebutret merupakan produk yang baru dikembangkan di Indonesia. Akan tetapi sebenarnya produk sebutret telah dikenal dan banyak dimanfaatkan sebagai bahan berpegas oleh beberapa negara di luar negeri seperti di India, Srilanka, Filipina dan Thailand, bahkan telah diekspor ke negara-negara di Eropa dan Amerika. Sejak tahun 2000, kegiatan penelitian, pengembangan dan pemanfaatan produk sebutret telah dilakukan di Balai Penelitian Teknologi Karet (BPTK) Bogor, dan bahkan telah diproduksi dalam skala kecil sesuai dengan permintaan konsumen. Akan tetapi hingga sekarang produk sebutret tersebut belum dikenal dan digunakan oleh masyarakat luas karena produksinya masih terbatas dan kegiatan pemasaran belum direncanakan atau dilakukan secara optimal.

Agar kegiatan pemasaran dapat dilakukan dengan baik perlu disusun strategi pemasaran sebutret. Penyusunan strategi pemasaran sebutret memerlukan kegiatan penelitian berupa riset pemasaran terhadap bahan pembuat jok dan kasur dari busa sintetis yang bermanfaat sebagai masukan dan acuan atau arahan bagi pengembangan strategi pemasaran sebutret.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi strategi pemasaran serat sabut kelapa berkaret yang mencakup segmentasi, targetting dan positioning

serta memformulasikan strategi bauran pemasaran yang sesuai dengan segmen pasar yang dituju. Sedangkan tahapan metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah memperoleh informasi dan memberikan gambaran tentang situasi pemasaran busa sintetis pada industri furnitur, mencari informasi mengenai tingkat kepentingan atribut-atribut bahan pembuat jok dan kasur serta mengetahui nilai sikap konsumen terhadap busa sintetis sebagai substitusi serat sabut kelapa berkaret.

(5)

valid dan reliabel. Selain itu penelitian juga menggunakan data sekunder yang diperoleh dengan studi pustaka melalui buku, proceedings, majalah, literatur, internet ataupun diperoleh dari BPTK, BPS, Deperindag dan Instansi lain yang terkait.

Dari hasil penyebaran kuesioner diperoleh informasi bahwa konsumen terbesar bahan pembuat jok dan kasur busa sintetis terdiri atas perusahaan furnitur menengah ke bawah dengan status pemakaian busa terbesar adalah pemakai ringan, dan ukuran pesanan tiap pembelian terbesar adalah perusahaan yang selalu memesan dalam jumlah kecil, serta kriteria pertimbangan terpenting dalam pembelian terbesar adalah kualitas. Selain itu diperoleh juga informasi mengenai bauran pemasaran busa sintetis yang meliputi bauran produk, harga, promosi dan distribusi.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hierarchi cluster

untuk menganalisis kelompok konsumen, analisis model multiatribut fishbein

untuk mengetahui sikap konsumen, analisis SWOT (Strength, Weaknes, Opportunity, Treat) untuk menyusun strategi positioning, serta analisis deskriptif untuk acuan arah pengembangan strategi bauran pemasaran sebutret.

Dari hasil analisis cluster diperoleh 4 kelompok konsumen yang dibedakan berdasarkan variabel demografi berupa ukuran perusahaan dan variabel pendekatan pembelian berupa kriteria pembelian. Dari keempat kelompok konsumen tersebut yang menjadi target pasar adalah kelompok konsumen dengan ukuran perusahaan menengah ke bawah dan kriteria pembelian berupa kualitas. Strategi positioning yang dilakukan dengan analisis SWOT menghasilkan strategi dalam bentuk ungkapan ”Sebutret elastis, tahan lama, sejuk dan aman terhadap kesehatan”. Dan dari analisis multiatribut fishbein diperoleh informasi bahwa konsumen memberikan nilai sikap yang ”bagus” terhadap busa sintetis.

(6)

Lia Meilani. F03400053. Marketing Strategy Rubberized Coir as Seat and Mattress Material for Furniture Industry. Under direction Ir. Lien Herlina, M.Sc dan Ir. Maurits Sinurat. 2006.

SUMMARY

Affiliation of natural rubber and coconut really can improve added value for these commodities. Technique of making rubberized coir (sebutret) as simple and appropriate technology had been found in Bogor Research Centre for Rubber Technology (BPTK), as alternative choice to substitute synthetic foam as filling material for seat (chair) and mattress for middle and small furniture industry. Sebutret has good potency to be developed and marketed as filling materials for seat and mattress industry, because it has more some excellence if compared to substitution product existing in market. Beside that, requirement of raw material for seat and mattress industry is high enough and tend to increase, and had reached Rp. 43.561.581.450,- or 2.692.980 sheet in the year 2002 with average demand rate had reached Rp. 2.892.295.526,- or 174.619 sheet per year ( BPS, 2002).

Sebutret is product recently developed in Indonesia. However in fact sebutret had been recognized and used as rescillient substance by some states as India, Srilanka, Thailand And Philippine, even it had been exported to Europe and USA. Since 2000, research, development and utilization of sebutret had been conducted in Bogor Research Centre for Rubber Technology (BPTK), and even it had been produced in small scale as according to consumer demand. However until now sebutret is unpopular and unused by wide society because the production still be limited and the marketing activity not been planned or done yet optimally.

In order to do better marketing activity, it was necessary to be compiled sebutret marketing strategy. And sebutret marketing strategy compilation need research activity on synthetic foam as substance of seat and mattress as instruction or reference and input for sebutret marketing strategy development.

This research aim is to get rubberized coir marketing strategy formulation including segmentation, targetting and positioning and also compile marketing mix strategy which matching with selected market segment. While method step of this research is to get information and give discription about marketing situation of furniture industry of synthetic foam, searching information about important level of jok and mattress substance attributes, and also to know consumer attitude to synthetic foam as rubberized coir substitution.

(7)

From result of spreading questionnaire it was found information that biggest consumer of synthetic foam as substance of seat and mattress is consisted of middle and small furniture companies with biggest usage status is light user, biggest order size of every purchase is company which always order in minimal number, and most important buying criterion is quality. Beside of that it was also found information about synthetic foam marketing mix including product, price, promotion and distribution.

Analysis method used in this research era hierarchi cluster to analyze consumer group, fishbein multiattribute analysis to know consumer attitude, SWOT (Strength, Weaknes, Opportunity, Treat) analysis to compile positioning strategy, and descriptive analysis for development reference of sebutret marketing mix strategy.

From the result of cluster analysis it was obtained four consumer groups compared by demography variable as company size and by buying approach variable as buying criterion. From fourth of consumer groups selected to be marketing target is consumer group with company size of middle and small companies and buying criterion of quality. Positioning stategy conducted by SWOT analysis yield strategy in the form of expression "Sebutret is elastic, durable, cold and good for health". And from fishbein multiattribute analysis, it was obtained information that consumer assign "good" value attitude for synthetic foam.

(8)

SURAT PERNYATAAN

Sayamenyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul

STRATEGI PEMASARAN PRODUK SERAT SABUT KELAPA BERKARET (SEBUTRET) SEBAGAI BAHAN PEMBUAT

JOK DAN KASUR PADA INDUSTRI FURNITUR

Adalah karya asli saya, dengan arahan dosen pembimbing akademik, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya.

Bogor, Februari 2006 Yang membuat pernyataan,

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis adalah mahasiswi Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis dilahirkan di Wonosobo, Jawa Tengah pada tanggal 14 Mei 1981. Penulis adalah anak pertama dari 3 bersaudara, putri dari pasangan Mulyadi, S.Pd dan Elly Dwiningsih.

Penulis menempuh pendidikan Taman Kanak-kanak pada TK Asiyah 1 Wonosobo pada tahun 1989. Kemudian menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 6 Wonosobo pada tahun 1994. Penulis melanjutkan pendidikan ke SMPN 1 Wonosobo dan lulus pada tahun 1997. Kemudian melanjutkan ke sekolah menengah atas pada SMUN 1 Wonosobo dan selesai pada tahun 2000. Setelah lulus dari SMU penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor, Fakultas Teknologi Pertanian, Jurusan Teknologi Industri Pertanian melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Selama menjadi mahasiswa di IPB penulis pernah melaksakan Praktek Lapang (PL) di PT. Tambi, Wonosobo dengan judul “Mempelajari Manajemen Produksi, Manajemen Sumber Daya Manusia dan Manajemen Pemasaran Teh Hitam Di PT. Tambi Wonosobo-Jawa Tengah”. Selain itu penulis juga pernah aktif di beberapa organisasi antara lain Ikatan Santri PPM Al-Innayah I pada tahun 2001-2003, Departemen Infokom DKM Al-Hurriyyah pada tahun kepengurusan 2001-2003, DPC dan DPRa sebuah partai di Darmaga, Barisan Putri Keadilan (Santika) Darmaga, Forum Bina Islami (FBI-Fateta), OMDA Wonosobo dan pernah menjadi Asisten PAI (Pendidikan Agama Islam), Senior Resident (SR) Asrama TPB-IPB pada tahun 2003-2005, guru/tenaga pengajar

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan nikmat, karunia dan kasih sayang-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi sebagai laporan hasil penelitian yang telah penulis laksanakan. Skripsi ini merupakan syarat kelulusan dan memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Karya tulis ini merupakan laporan hasil penelitian dengan judul Strategi Pemasaran Produk Serat Sabut Kelapa Berkaret Sebagai Bahan Jok dan Kasur Pada Industri Furnitur. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun formulasi strategi pemasaran produk serat sabut kelapa berkaret sebagai bahan jok dan kasur pada industri furnitur sehingga diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengembangan pemasaran produk ini selanjutnya.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ir. Lien Herlina, MSc. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

2. Ir. Maurits Sinurat selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan banyak masukan, bimbingan dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

3. Ir. Faqih Udin, MSc. selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak nasihat, masukan, semangat dan bantuan kepada penulis.

4. Ibu Elly Dwiningsih dan Bapak Mulyadi, S.Pd atas dukungan, nasihat, motivasi, kesabaran dan rasa kasih sayangnya serta tak pernah jenuh mendoakan penulis dari awal penulis melaksanakan studi sampai berakhirnnya penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian dengan kebaikan yang berlipat ganda.

(11)

6. Dr. Ir. Bonny, P.W. Soekarno, MS., Sugeng H.S., SP., MSi., Ir. Irmansyah, MSi., Arif Hartoyo, STp., MS., Dr.Endar H. Nugraheni, Irma Isnafiah A, SPt, MS dan Dr. Lailan Syaufina atas segala kebaikan, nasihat, semangat, motivasi dan pelajaran hidup yang telah diberikan kepada penulis.

7. Saudara-saudara seperjuangan Senior Resident Asrama TPB-IPB angkatan 2 dan 3 M Peni, M Ana, M Nita (alm), V-3, Aan, Titin, Rina, Dini, Anisa, Pipit, Lina, Damanah, Elly, Gusti, Yuni, Ella, Jusramadewi, Arfi, Dewi, Eka, Santi, Rini, Yani, Sopiah, Agus, Marhaban, Asgun, Dedi, Supri, Igun, Buset, Febri, Asur, Deni, Zulkifli, Setbud, SBY, Roji, Alpaseno, Eko, Edwin dan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas kenangan dan kebersamaannya baik dalam suka maupun duka.

8. Rekan-rekan seperjuangan dan sepenanggungan Aan Andriyani, Nurul Maghfiroh, Dwi Meity Handayani, Labia Fajar Oktarini, Puji Rahma, Resya Rhema Malinda, M. Ihsanur, Saini, Ina, M. Tahmid, Panji, Surya, Yulianto dan Firmansyah atas kebersamaannya di jalan dakwah.

9. Rekan-rekan TIN 37 atas segala kebersamaan dan kenangan yang tidak bisa penulis lupakan.

10.Keluarga besar Wisma Al-Fatin (Fitri, Vivi, Yulida, Inu, Tresna dan Aan), Pondok Jaika 90, Al-Iffah, PPM Al-Inayah I, Al-Hurriyah, Santika, FBI-Fateta, DPC dan DPRa Darmaga, keluarga besar Asrama TPB-IPB serta teman-teman Relawan Indosiar Peduli Gempa Tsunami NAD atas kenangan dan pengalaman suka dan duka yang tidak akan penulis lupakan.

Bogor, Februari 2006

(12)

DAFTAR ISI SERAT SABUT KELAPA BERKARET ...

(13)

III. METODOLOGI ... A. KERANGKA PEMIKIRAN ... B. PENDEKATAN PENELITIAN ... C. SUMBER DATA ... D. TATA LAKSANA ... D.1. PENETAPAN TUJUAN PENELITIAN ...

D.2. STUDI PUSTAKA/LITERATUR

... .

D.7.2. PENGUKURAN SIKAP DENGAN MODEL

MULTIATRIBUT FISHBEIN ... D.7.3. ANALISIS KARAKTERISTIK PRODUK

DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS

SWOT ... D.7.4. ANALISIS DESKRIPTIF ... IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...

A. PENGUJIAN KETEPATAN KUESIONER ... B. PELUANG PASAR SEBUTRET ... C. KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN KONSUMEN

(PERUSAHAAN FURNITUR) YANG MENGKONSUMSI BUSA SINTETIS SEBAGAI SUBSTITUSI SEBUTRET ...

C.1. KARAKTERISTIK RESPONDEN ... C.2. KARAKTERISTIK KONSUMEN ……….. D. BAURAN PEMASARAN BUSA SINTETIS SEBAGAI

SUBTITUSI BAHAN PEMBUAT JOK DAN/ATAU

(14)

E. SIKAP DAN PERILAKU KONSUMEN ... F. HASIL ANALISIS CLUSTER ……….……. G. PENGEMBANGAN MODEL PEMASARAN SEBUTRET…...

G.1. STRATEGI PEMASARAN (SEGMENTATION, TARGETTING DAN POSITIONING) ... G.2. TAKTIK PEMASARAN (PENGEMBANGAN

BAURAN PEMASARAN BERDASARKAN ANALISIS DESKRIPTIF) ... V. KESIMPULAN DAN SARAN ……….

A. KESIMPULAN ... .. B. SARAN ...

VI. DAFTAR PUSTAKA ...

(15)

DAFTAR TABEL

Perbedaan Karakteristik Pasar Bisnis dengan Pasar Konsumen .. Jenis riset untuk identifikasi dan pemecahan masalah …………. Nilai dan jumlah permintaan busa sintetis sebagai bahan pembuat jok dan kasur pada industri furnitur ... Nama-nama perusahaan furnitur yang menjadi responden ……. Jenis pekerjaan atau jabatan responden ……….. Jenis kelamin responden ... Tingkat usia responden ………... Kelas perusahaan responden berdasarkan jumlah karyawan/pekerja ………. Kelas perusahaan responden berdasarkan tingkat investasi ……. Status pemakaian busa sebagai bahan pembuat jok dan/atau kasur ……… Ukuran pemesanan tiap pembelian ………. Kriteria terpenting yang menjadi pertimbangan dalam pembelian busa ………. Bentuk dan ukuran busa sintetis yang biasa digunakan oleh responden ……… Kualitas busa sintetis yang digunakan oleh responden dan kelebihan serta kekurangannya menurut responden …………... Pembelian busa sintetis pada perusahaan yang sama …………... Alasan responden beralih perusahaan tempat pembelian ……… Kesetiaan responden terhadap busa sintetis sebagai bahan

pembuat jok dan kasur ……… Alasan yang mendorong responden beralih pada produk baru

alternatif pengganti atau subtitusi busa sintetis ………. Harga beli responden terhadap busa sintetis menurut

(16)

Tabel 20.

Penerimaan harga busa sintetis oleh responden ……….. Penerimaan harga produk baru pengganti busa sintetis yang terbuat dari bahan hasil alam (non sintetis) ...

Sumber informasi responden mengenai produk busa sintetis/ bahan pembuat jok dan kasur ……….. Bentuk promosi yang paling disukai responden untuk bahan pembuat jok dan kasur ... Tempat responden dalam membeli busa sintetis ……….. Nilai pembobotan evaluasi konsumen terhadap tingkat

kepentingan atribut bahan pembuat jok dan kasur secara umum . Tingkat Penilaian/Keyakinan konsumen terhadap atribut bahan pembuat jok dan kasur khususnya busa sintetis ………... Nilai sikap konsumen (Ao) terhadap atribut bahan pembuat jok dan kasur khususnya busa sintetis oleh 32 responden di

Kabupaten dan Kota Bogor ……….. Nilai sikap maksimum konsumen (Ao) terhadap atribut bahan pembuat jok dan kasur secara umum oleh 32 responden di Kabupaten dan Kota Bogor dan selisihnya terhadap nilai sikap konsumen ………. Rentang Skor Nilai Sikap Konsumen dan Posisi Sikap Konsumen terhadap Atribut Bahan Pembuat Jok dan Kasur Secara Umum ……… Kelompok Konsumen Bahan Pembuat Jok dan Kasur

Berdasarkan Variabel Demografi dan Pendekatan Pembelian .... Formulasi strategi pemasaran (segmentasi, targetting dan

positioning) produk sebutret ………

(17)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.

Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4.

Gambar 5.

Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8.

Diagram alir proses pembuatan sebutret secara umum ... Diagram alir kerangka tata laksana penelitian ……… Diagram matrik SWOT ……….. Kurva Prakiraan Jumlah Permintaan Busa Sintetis Sebagai

Bahan Pembuat Jok dan Kasur oleh Industri Furnitur ..………... Kurva Prakiraan Jumlah Permintaan Busa Busa Sintetis Sebagai Bahan Pembuat Jok dan Kasur oleh Industri Furnitur ... Diagram matrik SWOT produk sebutret ………. Saluran distribusi untuk serat sabut kelapa berkaret ... Gambar sebutret ...

6 22 31

35

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Lampiran 1.

Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6.

Lampiran 7. Lampiran 8.

Lampiran 9.

Gambar sebutret ... Contoh kuesioner panduan wawancara konsumen industri .. Angka kritik nilai r ... Hasil uji validitas kuesioner ……….. Hasil uji reliabilitas kuesiner ………. Daftar perusahaan-perusahaan pembuat furnitur di Kabupaten dan Kota Bogor ………... Daftar profil responden ………. Daftar kualitas busa yang digunakan oleh responden beserta kekurangan dan kelebihannya menurut responden ... Perhitungan SPSS analisis kelompok berdasarkan variabel

demografis dan pendekatan pembelian ……….

83 84 90 91 100

101 104

107

(19)

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Produk kombinasi karet alam dan serat sabut kelapa ternyata dapat meningkatkan nilai tambah bagi kedua komoditas ini. Sekarang telah ditemukan teknik pembuatan serat sabut kelapa berkaret yang berteknologi sederhana dan tepat guna sebagai alternatif pilihan pengganti busa karet alam dan busa sintetis khususnya sebagai bahan baku pembuatan jok (kursi) dan kasur pada industri furnitur.

Penggunaan busa karet alam atau busa sintetis pada industri furnitur selama ini cukup luas mulai dari bantalan kasur dan kursi dalam rumah tangga serta tempat-tempat umum seperti hotel, rumah makan, kantor, rumah sakit dan lain-lain (Kusnata & Budiman, 1975). Namun demikian, busa karet alam dan busa sintetis memilki beberapa kekurangan. Busa karet alam memiliki kelemahan selain berat juga harganya sangat tinggi. Sedangkan busa sintetis memiliki sifat membangkitkan panas jika digunakan, kurang aman terhadap kesehatan, elastisitas rendah, kurang ramah lingkungan dan memiliki potensi kenaikan harga karena bahannya terbuat dari minyak bumi yang harganya akan cederung meningkat dan tidak dapat diperbaharui.

Serat sabut kelapa berkaret (sebutret) sebagai alternatif bahan baku pembuat jok dan kasur, memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan produk substitusinya (terutama busa sintetis). Kelebihan-kelebihan yang dimiliki sebutret antara lain relatif lebih ringan, bersifat sejuk dan dingin karena terbuat dari bahan alami dan rongga lebih besar, tahan terhadap air dan bakteri karena serat telah dibalut oleh lapisan karet, tidak banyak menampung debu, tidak berisik karena mampu meredam bunyi, mempunyai elastisitas/kepegasan yang lebih baik karena terbuat dari bahan dasar lateks/karet dan kerapatannya/densitasnya dapat divariasi (Sinurat, 2003).

(20)

kasur pada industri furnitur. Hal ini disebabkan oleh sebutret mempunyai beberapa keunggulan sebagai bahan baku jok dan kasur jika dibandingkan dengan produk busa yang sekarang ada di pasar. Selain itu industri furnitur cukup banyak dan menyebar di hampir seluruh daerah di Indonesia sehingga kebutuhan industri furnitur akan bahan baku pembuat jok dan kasur ini cenderung meningkat dengan jumlah yang cukup tinggi yaitu mencapai Rp. 43.561.581.450,- atau 2.692.980 lembar pada tahun 2002 dengan laju permintaan rata-rata mencapai Rp. 2.892.295.526,- atau 174.619 lembar tiap tahunnya (BPS, 2002).

Sebenarnya produk sebutret ini telah dikenal dan banyak dimanfaatkan oleh beberapa negara di luar negeri sepert di India, Srilangka, Philipina dan Thailand, bahkan telah diekspor ke negara-negara di Eropa dan Amerika. Sejak tahun 2000 penelitian, pengembangan dan pemanfaatan produk sebutret telah dilakukan di Balai Penelitian Teknologi Karet (BPTK) Bogor, dan bahkan telah berproduksi dalam skala kecil sesuai dengan permintaan konsumen. Akan tetapi hingga sekarang produk sebutret belum dikenal dan digunakan oleh masyarakat luas, hal ini diperkirakan disebabkan oleh sebutret yang diproduksi masih dalam jumlah terbatas oleh Balai Penelitian Teknologi Karet dan kegitan pemasaran belum direncanakan dan dilakukan secara optimal. Agar sebutret dapat dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat maka perlu dilakukan penyusunan atau perancangan strategi pemasaran. Dengan perancangan strategi pemasaran sebutret diharapkan dapat dijadikan acuan strategi pemasaran bagi investor atau pengusaha yang ingin mengembangkan produk sebutret.

(21)

B. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Memformulasikan strategi pemasaran produk serat sabut kelapa berkaret, yang mencakup segmentasi, targetting dan positioning.

2. Memformulasikan strategi bauran pemasaran yang sesuai dengan segmen pasar yang dituju.

C. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup penelitian ini meliputi analisis terhadap pasar untuk memberikan gambaran mengenai situasi pemasaran substitusi serat sabut kelapa berkaret khususnya busa sintetis pada industri furnitur, mencari informasi mengenai tingkat kepentingan atribut-atribut bahan pembuat jok dan kasur menurut konsumen secara umum dan mengetahui nilai sikap konsumen terhadap busa sintetis sebagai substitusi serat sabut kelapa berkaret dengan model Fishbein. Dari informasi yang diperoleh dan dari hasil analisis pasar diatas maka akan ditentukan strategi pemasaran yang tepat meliputi segmentasi, targetting dan

positioning serta pengembangan strategi bauran pemasaran yang sesuai untuk produk sebutret.

Wilayah survey yang dianalisa adalah Kabupaten Bogor dan Kota Bogor. Unit penarikan sampelnya adalah perusahaan–perusahaan furnitur yang menggunakan busa sintetis untuk membuat jok dan kasur. Sedangkan target responden atau sering disebut unsur atau elemen penarikan sampel adalah para pengambil keputusan di perusahan-perusahaan furnitur tersebut.

Dalam riset pemasaran untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan, responden dilibatkan dalam suatu wawancara. Sedangkan untuk membantu dan memudahkan proses wawancara digunakan instrumen riset berupa kuesioner.

(22)

D. KELUARAN

Keluaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah berupa informasi, wawasan dan pemahaman mengenai situasi pemasaran substitusi serat sabut kelapa berkaret khususnya busa sintetis sebagai bahan pembuat jok dan kasur pada industri furnitur. Selain itu juga diharapkan dapat menghasilkan suatu rumusan strategi pemasaran produk sebutret pada industri furnitur, mulai dari segmentasi pasar, penentuan target pasar/pasar sasaran yang dituju, positioning

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.SERAT SABUT KELAPA BERKARET

Sebutret merupakan serat keriting dari sabut kelapa yang dibalut dan diikat dengan karet dari lateks pekat. Produk sebutret ini merupakan bahan berpegas yang dapat menggantikan fungsi produk yang sejenis seperti karet spons, karet mikroseluler, dan karet busa. Adapun proses pembuatan sebutret disajikan pada gambar 1, sedangkan bentuk dan gambar sebutret disajikan dalam lampiran 1.

Menurut BPTK (2003) sebutret memiliki beberapa keunggulan yaitu lebih ringan jika dibandingkan dengan karet busa (busa alam), hal ini disebabkan oleh subutret terdiri atas karet dan serat-serat bergelombang yang memiliki pori-pori (rongga) yang besar. Produk sebutret dapat dibuat dengan kerapatan bervariasi sesuai dengan kebutuhan sehingga berat tiap volum (density) sebutret juga berbeda-beda. Sebutret mempunyai kepegasan yang baik, sejuk dan dingin karena terbuat dari karet alam dan memiliki rongga yang besar, tahan terhadap air dan bekteri karena serat telah dibalut oleh karet, bebas dari segala macam kutu dan serangga, tidak berdebu seperti kapuk dan pemakainnya tidak berisik karena mempu meredam bunyi (Sinurat, 2003).

Menurut Sinurat (2003), di beberapa negara, sebutret atau rubberized coir

telah diproduksi dan banyak dimanfaatkan bahkan juga digunakan untuk jok mobil mewah seperti Mercedes dan BMW. Penggunaan sebutret diperkirakan akan lebih berpeluang lagi jika diarahkan bagi masyarakat untuk kebutuhan rumah tangga, perkantoran dan industri antara lain untuk bahan jok kursi dan kasur.

(24)

Gambar 1. Diagram alir proses pembuatan sebutret secara umum BPTK Bogor, 2003

Kompon lateks Lapisan tipis serat

di dalam cetakan

SEBUTRET

Penyemprotan secara tipis pada seluruh bagian

serat sabut kelapa (penyemprotan awal) Pengadukan 2-3 menit

Pengeringan

Penyemprotan ulang sit tipis (penyemprotan lanjutan)

Penumpukan lapisan tipis

Pengempaan dalam cetakan Lapisan tebal

Pemotongan

Uji Sifat Fisik Vulkanisasi dalam oven dengan suhu 100-1100C

(25)

B. PERAMALAN PERMINTAAN

Menurut Machfud (1999), peramalan permintaan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk melihat peluang pasar di waktu yang akan datang. Peluang pasar terutama untuk produk baru yang akan dipasarkan, sangat penting untuk diketahui. Hal ini disebabkan berapapun barang atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan harus dapat diserap oleh pasar.

Menurut Machfud (1999), metode peramalan terdiri dari beberapa tipe dasar yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. Peramalan permintaan dengan menggunakan metode kualitatif dilakukan berdasarkan penilaian dan pendapat secara subjektif dari orang-orang yang dianggap berkompeten. Sedangkan peramalan permintaan dengan metode kuantitatif dilakukan berdasarkan informasi data masa lalu.

Menurut Makridrakis et al (1995), peramalan kuantitatif dapat diterapkan jika tersedia tentang informasi masa lalu. Untuk meramalkan permintaan produk baru seperti sebutret, untuk menduga nilai permintaan yang akan datang dapat dilakukan dengan melihat data masa lalu produk yang sejenis atau substitusinya (Husnan dan Suwarso, 1999). Berdasarkan informasi tersebut diasumsikan bahwa kekuatan-kekuatan yang membentuk pola data masa lalu akan berlanjut di masa mendatang. Beberapa metode yang digunakan untuk meramalkan diantaranya metode perataan (average) dan metode pemulusan (smoothing) eksponensial.

(26)

C. KONSEP PEMASARAN

Pemasaran merupakan proses sosial dan manajerial yang didalamnnya individu dan kelompok/organisasi mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 1997). Sedangkan manajemen pemasaran adalah sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, implementasi dan pengendalian aktivitas-aktivitas pemasaran untuk memudahkan dan melancarkan ekspedisi secara efektif dan efisien. Proses pemasaran sendiri terdiri dari analisis peluang pasar, meneliti dan memilih pasar sasaran, merancang strategi pemasaran, merancang program pemasaran, dan mengorganisir, melaksanakan serta mengawasi usaha pemasaran.

Kegiatan pemasaran sekarang ini sedang beralih dari pemasaran massal (mass marketting) dan diferensisasi produk (product variety marketting), ke arah pemasaran sasaran (target marketting), karena dengan pemasaran sasaran perusahaan lebih mudah dalam mengenali peluang-peluang pasar dan mengembangkan bauran pemasaran yang lebih tepat dan efektif. Pemasaran sasaran dimulai dengan memisahkan pasar ke dalam segmen-segmen yang lebih homogen, kemudian perusahaan memilih satu atau lebih segmen yang potensial, yang pada akhirnya perusahaan mengembangkan bauran pemasaran yang sesuai dengan segmen pasar yang dipilih.

Strategi pemasaran sasaran mencakup segmentation (segmentasi),

targetting (penentuan pasar sasaran), dan positioning (penentuan posisi pasar). Tiga langkah utama ini merupakan jantung dari pemasaran strategis modern, yang dapat menjabarkan rencana apa yang harus dikerjakan (what to do) unit-unit bisnis, untuk mencapai sasaran perusahaan, saaran pasar atau sasaran produk yang menjadi tujuan yang hendak dicapai (Kartajaya, 1996).

C.1. Segmentasi (Segmentation)

(27)

memilah-milah kelompok pembeli yang heterogen kedalam kelompok pembeli yang lebih homogen untuk meningkatkan ketepatan pemasaran perusahaan (Kotler, 1997).

Analisa segmentasi pasar merupakan inti dari elemen strategi pemasaran. Analisa segmentasi merupakan usaha untuk membedakan kelompok-kelompok konsumen dan kebutuhannya. Dari hasil analisis segmentasi ini kita dapat memilih pasar sasaran, mencari peluang, merumuskan pesan-pesan komunikasi, menganalisis perilaku konsumen dan sebagainya. Dengan melakukan segmentasi perusahaan dapat menciptakan penawaran produk atau jasa yang lebih selaras dan mengenakan harga yang pantas bagi kelompok sasaran tertentu. Pemilihan saluran distribusi dan saluran komunikasi menjadi jauh lebih mudah. Perusahaan juga mungkin menghadapi lebih sedikit pesaing dalam segmen tertentu (Kotler, 1997).

Menurut Kotler (1997) segmentasi pasar dibagi menjadi 2 jenis yaitu segmentasi pasar konsumen dan segmentasi pasar bisnis. Variabel utama dalam melakukan segmentasi pasar konsumen adalah faktor geografis, demografis dan psikografis. Sedangkan pasar bisnis dapat juga disegmentasi dengan menggunakan variabel yang sama dengan yang digunakan untuk segmentasi pasar konsumen, namun pasar bisnis juga dapat menggunakan beberapa variabel lain seperti manfaat yang dicari, tingkat pemakaian, variabel operasi, pendekatan pembelian, faktor situasi dan karakteristik pribadi.

Ada beberapa dasar untuk melakukan segmentasi, akan tetapi tidak semua segmentasi itu bermanfaat. Agar segmentasi dapat bermanfaat maka segmen-segmen pasar haruslah:

1. Dapat diukur : ukuran, daya beli dan profil segmen dapat diukur. 2. Besar : segmen cukup besar dan menguntungkan untuk dilayani. 3. Dapat diakses : segmen dapat dijangkau dan dilayani secara efektif. 4. Dapat dibedakan :segmen-segmen sacara konseptual dapat

dipisah-pisahkan dan memberikan tanggapan yang berbeda terhadap elemen dan program bauran pemasaran yang berbeda.

(28)

C.2. Penetapan Target Pasar (Targetting)

Penetapan target pasar (targeting) adalah tahap selanjutnya dari analisis segmentasi. Produk dari targeting adalah target pasar (pasar sasaran), yaitu satu atau beberapa segmen pasar yang akan menjadi fokus kegiatan-kegiatan pemasaran. Pasar sasaran potensial dapat dilihat dari segi besarnya pasar, daya beli dan kemampuan pasar untuk melayani. (Sitanggang, 2000).

Setelah perusahaan mengidentifikasi peluang segmen pasarnya, ia harus mengevaluasi beragam segmen dan memutuskan berapa banyak dan mana yang akan dibidik. Dalam menentukan segmen pasar yang akan dibidik selain memperhatikan faktor daya tarik segmen seperti ukuran, pertumbuhan, profitabilitas, skala ekonomis dan resiko rendah perusahaan juga harus memperhatikan faktor sumberdaya perusahaan (Kotler, 1997).

Menurut Clancy & Schulman (1991), ada empat kriteria yang harus dipenuhi untuk mendapatkan pasar sasaran yang optimal yaitu :

a. Pasar sasaran harus responsif terhadap produk dan program-program pemasaran yang dikembangkan.

b. Potensi penjualan harus cukup luas c. Pertumbuhan memadai.

d. Jangkauan media yang baik.

C.3. Penempatan Produk (Positioning)

Penetapan posisi pasar (Positioning) adalah membentuk citra dan menempatkan produk di benak konsumen dengan mengkomunikasikan manfaat utama yang membedakan produk perusahaan dengan produk lain di pasar.

(29)

Positioning merupakan sebuah mindgame yang harus dilakukan dengan perencanaan yang matang dan langkah yang tepat.

Menurut Umar (1997), dalam menjalankan strategi penentuan posisi pasar, ada beberapa tahap yang harus dilalui yaitu :

a. Mengidentifikasi seperangkat keunggulan kompetitis sebagai dasar untuk membangun posisi.

b. Memilih keunggulan kompetitif yang tepat.

c. Secara efektif mengkomunikasikan dan menyerahkan posisi yang dipilih kepada konsumen sasaran.

Menurut Kotler (1997), strategi penentuan posisi dapat diupayakan melalui berbagai cara, yaitu:

1. Penentuan posisi menurut atribut : Ini terjadi bila suatu perusahaan memposisikan diri menurut atribut, seperti ukuran dan lama keberadaannya. 2. Penentuan posisi menurut pesaing : Disini produk memposisikan diri sebagai

lebih baik dari pesaing yang disebutkan namanya atau tersirat.

3. Penentuan posisi mutu/harga : Disini produk diposisikan sebagai yang menawarkan nilai terbaik.

4. Penentuan posisi menurut manfaat : Disini produk diposisikan sebagai pemimpin dalam suatu manfaat tertentu.

5. Penentuan posisi menurut penggunaan/penerapan : Ini berarti memposisikan produk sebagai yang terbaik untuk sejumlah penggunaan atau penerapan.

6. Penentuan posisi menurut pemakai : Ini berarti memposisikan produk sebagai yang terbaik bagi sejumlah kelompok pemakai.

7. Penentuan posisi menurut kategori produk : Disini produk diposisikan sebagai pemimpin di suatu kategori produk.

Menurut Kotler (2002) secara umum, perusahaan harus menghindari empat bentuk kesalahan utama dalam penentuan posisi, yaitu:

(1) Penentuan posisi yang kurang (underpositioning): Perusahaan menyadari bahwa pembeli hanya memiliki gagasan yang samar tentang merek mereka. (2) Penentuan posisi yang berlebihan (overpositioning): Pembeli mungkin

(30)

(3) Penentuan posisi yang membingungkan (confused positioning): Pembeli mungkin memiliki citra yang membingungkan tentang merek karena perusahaan terlalu banyak membuat pengakuan atau terlalu sering mengubah posisi merek tersebut.

(4) Penentuan posisi yang meragukan (doubtful positioning): Pembeli mungkin sukar mempercayai pengakuan dari suatu merek karena pengaruh harga, ciri khusus, ataupun pengaruh dari perusahaan pembuat produk itu sendiri.

Setelah mengidentifikasi seperangkat keunggulan kompetitif dan memilih keunggulan kompetitif yang tepat, langkah selanjutnya adalah mengkomunikasikan dan menyerahkan posisi yang dipilih kepada konsumen. Menurut Kotler (2002) dalam mengkomunikasikan posisi yang dipilih kepada konsumen dapat dilakukan dengan membuat petunjuk fisik pada produk yang ditawarkan sesuai dengan posisi yang ditawarkan serta mengkominukasikannya dengan menggunakan alat-alat komunikasi seperti iklan, promosi penjualan, publisitas, personal selling atau pemasaran langsung.

D. BAURAN PEMASARAN (MARKETING MIX)

Bauran pemasaran atau marketing mix merupakan sejumlah variabel pemasaran yang terkontrol oleh perusahaan dan dapat digunakan oleh perusahaan untuk mencapai target pasar yang telah ditetapkan dan memberikan kepuasan pada konsumen (Husnan dan Suwarsono, 1999). Bauran pemasaran (marketing mix) dibedakan dalam empat komponen utama yang lazim disebut dengan 4P yakni:

a. Produk (product)

b. Saluran distribusi (place) c. Promosi (promotion) d. Harga (price)

(31)

Produk diartikan sebagai segala sesuatu yang ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi sehingga memuaskan keinginan atau kebutuhan (Kotler dan Amstrong, 1997). Sedangkan strategi produk adalah bagaimana menetapkan cara dan penyediaan produk yang tepat bagi pasar yang dituju. Strategi produk mencakup keputusan mengenai mutu, pengemasan, pelayanan, ciri khas, nama merk, jaminan dan lain-lain (Kotler, 1997).

Harga adalah sejumlah nilai yang dibutuhkan untuk mendapat sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya (Kotler, 1997). Sedangkan menurut Tjiptono (1997), dari sudut pandang konsumen harga seringkali digunakan sebagai indikator nilai bilamana harga tersebut dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu barang atau jasa. Bila manfaat yang dirasakan konsumen meningkat, maka nilainya akan meningkat.

Strategi harga meliputi berbagai aspek yaitu biaya produksi, laba usaha dan tingkat kompetisi (Stanton dan Lamarto, 1994). Tujuan dari strategi harga adalah mencapai keseimbangan antara laba usaha dengan tingkat kepuasan pelanggan, disamping tujuan untuk memaksimumkan laba, memperoleh pangsa pasar tertentu dan mencapai tingkat penjualan yang sesuai dengan perencanaan. Strategi penetapan harga tergantung kepada tujuan perusahaan, yaitu peningkatan harga untuk peningkatan penjualan, penetapan harga menghadapi kompetitor atau penetapan harga untuk mengacaukan pasar (Kotler, 1997).

Saluran distribusi adalah seperangkat lembaga yang melakukan semua kegiatan yang digunakan untuk menyalurkan produk dan status kepemilikan dari titik produksi sampai ke titik konsumsi (Stanton dan Lamarto, 1994). Strategi distribusi berkaitan dengan pemilihan saluran yang akan digunakan dalam mencapai pelanggan. Saluran distribusi yang dipilih dapat berupa distribusi langsung, tak langsung atau kombinasi keduanya. Pemilihan dari strategi distribusi tergantung pada karakteristik produk, perilaku konsumen, kemampuan penjualan, serta letak pasar sasaran sehingga dapat dipilih saluran distribusi yang efektif (Kotler, 1997).

(32)

organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran. Melalui kegiatan promosi diharapkan perusahaan dapat meningkatkan penjualan serta lebih meningkatkan keterkenalan suatu produk. Strategi promosi merupakan pilihan terhadap sarana promosi seperti advertising, penjualan perorangan (personal selling), promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat (publicity) dan pemasaran langsung (direct marketing) (Kotler , 1997).

E. KONSUMEN INDUSTRI

Konsumen industri atau yang sering disebut sebagai konsumen menengah atau konsumen bisnis adalah suatu organisasi yang membeli suatu produk, biasanya dalam jumlah yang relatif besar, untuk dijual lagi atau diproses lebih lanjut menjadi barang lain. Konsumen menengah atau konsumen bisnis ini bervariasi, baik dalam hal jumlah maupun sektor di mana mereka bekerja dan berusaha, meskipun jumlah mereka jauh lebih sedikit kalau dibandingkan dengan jumlah konsumen akhir, akan tetapi kalau dibandingkan dengan volume permintaan konsumen akhir dan menengah maka permintaan akan relatif sama, karena volume konsumsi para konsumen menengah ini pada umumnya relatif besar. (Asri, 1991).

Pasar industri adalah pasar yang di dalamnya terdiri dari konsumen industri. Pasar industri adalah bagian dari pasar secara keseluruhan yang menyangkut bahan baku, peralatan, barang-barang untuk keperluan industri dan dipakai oleh konsumen industri untuk memproses/menghasilkan barang atau jasa lain yang akan dipakai untuk memenuhi kebutuhan konsumen akhir. Barang-barang industri ini memiliki apa yang oleh para ahli ekonomi disebut sebagai “derived demand”. Artinya bahwa barang-barang tersebut diperlukan karena dipakai dalam proses produksi barang atau jasa yang masing-masing mempunyai permintaan langsung (primary/direct demand) sendiri-sendiri. Dengan kata lain, permintaan terhadap barang-barang industri adalah tidak langsung dari konsumen akhir (Asri, 1991).

(33)

terdapat beberapa karakteristik yang berbeda diantara keduanya. Perbedaan karakteristik antara pasar bisnis dan pasar konsumen dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel.1. Perbedaan karakteristik pasar bisnis dengan pasar konsumen

No. Karakteristik Pasar Bisnis Pasar Konsumen

1. Permintaan Organisasi Individu

2. Jumlah Pembelian Lebih besar Lebih Kecil 3. Jumlah konsumen Lebih sedikit Lebih banyak 4. Lokasi pembeli Konsentrasi pada

geografis

Tersebar

5. Struktur distribusi Lebih bersifat langsung Lebih bersifat tidak langsung

6. Sifat pembelian Lebih profesional Lebih individu 7. Sifat yang mempengaruhi

pembelian

Beragam Tunggal

8. Jenis negosiasi Lebih kompleks Lebih mudah 9. Resiprositas (timbal

balik)

Ya Lebih mudah

10. Menggunakan sewa guna usaha

Lebih besar Lebih sedikit

11. Metode promosi Penjualan pribadi Periklanan

(34)

Menurut Lamb dan Hair (2001), seperti dalam keputusan pembelian di keluarga beberapa orang mungkin memainkan peranan dalam proses pembelian bisnis :

1) Pengambil inisiatif (initiator) : merupakan orang yang pertamakali memberikan saran dalam keputusan pembelian.

2) Pemberi pengaruh/ pelaku evaluasi (Influencers/evaluators) : adalah orang yang mempengaruhi keputusan pembelian. Mereka sering membantu melakukan definisi spesifikasi dan menyediakan informasi untuk pilihan evaluasi. Seorang yang mengerti secara teknis merupakan orang penting dalam ikut mempengaruhi.

3) Penjaga pintu (Gatekeepers) : merupakan kelompok anggota yang memberikan informasi. Secara terus-menerus agen pembelian menjelaskan aturan pada gatekeeping seperti sumber dari wewenangnya. Seorang sekretaris mungkin juga bertindak sebagai gatekeeper melalui pemilihan pemasok mana yang membuat janji dengan para pembelinya.

4) Pengambil keputusan (Decider) : adalah orang yang secara formal atau informal berwenang untuk memilih atau menyetujui pemilihan para

suplier atau suatu merek. Dalam situasi yang lebih kompleks, sering sulit untuk menentukan siapa yang akan mengambil keputusan terakhir.

Menurut Asri (1991), para konsumen industri pada umunya kurang emosional bila dibandingkan dengan kebiasaan membeli (buying habits) pada konsumen akhir. Pada dasarnya kosumen industri akan selalu berusaha untuk mengetahui karakteristik-karakteristik tertentu dari produk yang ditawarkan seperti :

1) Segi ekonomis, baik dalam hal biaya maupun pemakaian. 2) Produktivitas.

3) Keseragaman.

4) Kemudahan-kemudahan yang dimiliki. 5) Kemampuan-kemampuan khusus. 6) Akurasi.

(35)

Selain memperhatikan karakteristik produk, konsumen industri juga mempertimbangkan berbagai hal lain menyangkut penjual dan jasa yang disediakan, seperti :

1) Kejujuran penjual dalam menjelaskan kelebihan-kelebihan produk.

2) Kemampuan penjual untuk bersaing dengan produk lain dengan menunjukkan kelebihan-kelebihan produknya.

3) Kemampuan penjual untuk menyediakan jasa pemeliharaan dan perbaikan secara cepat bagi produk-produk yang sudah dibeli mereka (konsumen industri).

4) Supply yang kontinyu dalam berbagai keadaan. 5) Delivery yang cepat dan tepat.

Meskipun kebanyakan pembelian konsumen industri mempunyai motif yang rasionil dan ekonomis, tetapi dalam beberapa keadaan motif emosionil juga tetap timbul. Mereka yang bertindak sebagai purchasing agent, bagaimanapun tetap seorang manusia yang membutuhkan hubungan individuil dengan para supplier. Hubungan yang baik antara penjual dengan puchasing agent ini merupakan salah satu faktor yang mendorong adanya transaksi. Hubungan yang baik diawali oleh pembelian berulang-ulang sebelumnya sehingga rasa kepercayaan sudah ada dan berkembang. Rasa percaya ini diawali oleh pelayanan dan kesungguhan yang ditunjukkan oleh penjual dan tentu saja oleh sifat produk itu sendiri. Dengan demikian kepuasan yang diperoleh konsumen industri akan menjadi faktor pendorong untuk terjadinya pembelian ulang (Asri, 1991).

F. RISET PEMASARAN

(36)

• Mendapatkan informasi yang akurat sehingga dapat menjelaskan secara obyektif kenyataan yang ada.

• Bebas dari pengaruh keinginan pribadi (political biases). “Find it and tell it like it is”.

Hasil dari riset pemasaran ini dapat dipakai untuk masukan bagi pihak manajemen dalam rangka identifikasi masalah dan pengambilan keputusan untuk pemecahan masalah, atau untuk perumusan strategi pemasaran dalam merebut peluang pasar.

Menurut Santoso dan Tjiptono (2001), riset pemasaran diklasifikasikan kedalam dua kelompok yaitu riset eksploratif (untuk identifikasi masalah) dan riset konklusif (untuk pemecahan masalah). Riset eksploratif dirancang untuk mengadakan penyelidikan awal dari suatu masalah. Disain riset mempunyai fleksibilitas yang tinggi dan lebih peka terhadap hal-hal yang tidak terduga. Rancangan riset eksploratif bersifat luas dan serbaguna. Data yang digunakan dapat berupa data sekunder ataupun hasil wawancara dengan para ahli atau kelompok. Riset ini cocok untuk menganalisis masalah dan peluang. Riset konklusif memberikan informasi yang dapat mengevaluasi dan menyeleksi rangkaian tindakan. Riset konklusif ini dibagi menjadi dua yaitu riset deskriptif (mendeskripsikan karakteristik pasar) dan kausal (sebab akibat/mengevaluasi serangkaian tindakan). Prosedur riset konklusif ini bersifat formal dan sasaran riset serta kebutuhan informasi didefinisikan dengan jelas.

Tabel 2. Jenis riset untuk identifikasi (eksploratif) dan pemecahan masalah (konklusif)

RISET UNTUK IDENTIFIKASI MASALAH

RISET UNTUK PEMECAHAN MASALAH

ƒ Riset potensi pasar. ƒ Riset Pangsa pasar ƒ Riset kesan

ƒ Riset karakteristik pasar ƒ Riset mengenai Penjualan ƒ Riset trend bisnis

ƒ Riset Peramalan

(37)

Proses riset pemasaran adalah serangkaian kegiatan atau tahap yang dilakukan dalam melaksanakan riset pemasaran. Kegiatan ini meliputi : (1) penentuan masalah; (2) merumuskan kerangka teori; (3) formulasi desain riset; (4) kegiatan lapangan dan pengumpulan data; (5) persiapan dan analisis data; serta (6) pembuatan laporan dan presentasi (Rangkuti, 1997).

Menurut Kotler (2000), dua pilihan instrumen riset dalam mengumpulkan data primer yaitu kuesioner dan instrumen mekanis. Kuesioner merupakan sekumpulan pertanyaan yang disajikan kepada responden untuk dijawab. Karena fleksibilitasnya, kuesioner merupakan instrumen yang paling sering dipakai dalam pengumpulan data primer. Kuesioner harus dikembangkan, diuji dan disempurnakan dengan cermat sebelum diterapkan dalam skala besar. .

(38)

III. METODOLOGI

A. KERANGKA PEMIKIRAN

Produk Serat Sabut Kelapa berkaret merupakan produk baru sebagai alternatif pilihan pengganti karet busa dan busa sintetis khususnya sebagai bahan baku pembuatan jok (kursi) dan kasur. Pengembangan produk sebutret ini memiliki potensi yang sangat bagus mengingat sebutret memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan karet busa alam ataupun busa sintetis, antara lain sebutret dibuat dari bahan-bahan yang belum banyak dimanfaatkan secara (sabut kelapa dan karet), dan bahan baku pembuatan sebutret sangat mudah didapat serta tersebar di sebagian besar wilayah Indonesia. Selain itu pengembangan produk sebutret juga sejalan dengan kebijakan pemerintah ke depan yang sangat mendukung kegiatan pengembangan agroindustri.

Untuk dapat memasarkan produk sebutret secara optimal maka perlu dilakukan penyusunan suatu strategi pemasaran yang tepat. Dalam menentukan dan merumuskan strategi pemasaran, perlu diketahui sejumlah informasi yang mendukung penyusunan strategi pemasaran agar dapat diperoleh strategi yang tepat dan efisien.

(39)

B. PENDEKATAN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan riset eksploratoris dan deskriptif Riset eksploratoris dilakukan untuk memberikan wawasan dan pemahaman atas kondisi pemasaran yang akan dihadapi, antara lain memberikan wawasan atau pemahaman tentang alasan konsumen menggunakan busa sintetis sebagai bahan pembuat jok dan kasur, memberikan wawasan tentang kelebihan dan kekurangan busa sintetis sebagai bahan pembuat jok dan kasur. Sedangkan riset deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik dan fungsi pasar, antara lain menggambarkan karakteristik kelompok/ segmen konsumen industri furnitur, menggambarkan persepsi konsumen terhadap karakteristik produk/ bahan pembuat jok dan kasur, menggambarkan pola penggunaan produk oleh konsumen industri furnitur, mendeskripsikan pola aliran distribusi produk, mendeskripsikan harga produk busa sintetis dan menggambarkan rentang dan frekuensi perubahan harga dan respon konsumen terhadap perubahan harga itu. Data dan informasi yang diperoleh dari hasil riset eksploratoris dan deskriptif digunakan sebagai masukan dan acuan untuk pengembangan strategi pemasaran maupun strategi bauran pemasaran (marketing mix) sebutret.

C. SUMBER DATA

Sumber data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini antara lain jumlah permintaan atau pemakaian busa sintetis oleh industri furnitur. Data sekunder ini kemudian digunakan untuk melakukan prakiraan permintaan bahan pembuat jok dan kasur dan menganalisis peluang pasarnya. Data-data sekunder diperoleh melalui studi pustaka melalui buku, proceedings, majalah, literatur, internet ataupun diperoleh dari BPTK, BPS, Deperindag dan Instansi lainnya yang terkait.

(40)

D. TATA LAKSANA

Tata laksana penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut :

Tidak

Ya (reliable dan valid)

Gambar 2. Diagram alir kerangka tata laksana penelitian Penetapan Tujuan Penelitian

Studi Pustaka

Analisis Peluang Pasar

Menetapkan kebutuhan akan informasi

Pembuatan Kuesioner

Evaluasi Data dan Pengolahan Data :

Hierarchical Cluster Analisys.

• Analisis pengukuran sikap dengan fishbein. • Analisis diskriptif.

Analisa Data dan Penarikan Kesimpulan

Rekomendasi Strategi Pemasaran Analisis keunggulan

dan kelemahan produk, peluang dan ancaman pemasaran (Analisis SWOT)

Penyebaran dan Pengujian

kuesioner (reliability dan

(41)

D.1. Penetapan Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan acuan berfikir yang dijadikan pedoman dalam melaksanakan penelitian karena tujuan penelitian ini menggambarkan hasil akhir yang ingin dicapai. Sesuai dengan judul penelitian ini bertujuan untuk membuat strategi pemasaran produk serabut kelapa berkaret sebagai bahan pembuat jok dan kasur pada industri furnitur. Akan tetapi secara lebih rinci, tujuan penelitian ini dapat dijabarkan antara lain melakukan segmentasi pada industri furnitur dan menetapkan segmen pasar potensial produk sebutret yang tersedia untuk masa yang akan datang, menyusun strategi positioning produk sebutret dalam memasuki segmen pasar yang telah ditentukan serta memformulasikan strategi bauran pemasaran yang sesuai dengan segmen pasar yang dituju.

D.2. Studi Pustaka/ Literatur

Studi pustaka atau studi literatur dilakukan dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya yang dapat mendukung penelitian. Informasi-informasi tersebut dapat diperoleh dari buku-buku, skripsi, laporan, brosur, proceedings

maupun internet. Secara lebih lengkap, sumber-sumber pustaka dapat dilihat pada daftar pustaka.

D.3. Analisis Peluang Pasar

Analisis peluang pasar adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui kemungkinan atau peluang-peluang terserapnya suatu produk oleh pasar ketika produk tersebut hendak dipasarkan. Terserapnya suatu produk oleh pasar hanya dapat terjadi ketika di pasar terdapat permintaan terhadap produk tersebut. Jadi untuk menganalisis peluang pasar dapat dilakukan dengan mengukur besarnya permintaan pasar. Setelah mengetahui besarnya permintaan pasar maka selanjutnya perlu disusun strategi pemasaran agar dapat bersaing dengan pesaing yang telah ada di pasar.

(42)

F t+m = at + bt (m), dimana : F = jumlah permintaan.

at = 2 St’ - St” bt = ( St’ – St”) x 2 / (N – 1) St’ = Xt + Xt-1 + …. + Xt-N+1 St” = St’ + St-1’ + … + St-N+1

N N

Penggunaan metode ini dikarenakan oleh beberapa alasan antara lain : 1. Dari data masa lalu yang diperoleh diketahui bahwa permintaan produk tersebut menunjukkan kecenderungan kenaikan permintaaan, dan menurut Machfud (1999) metode DMA sesuai untuk pola data yang menunjukkan kecenderungan. 2. Metode Moving Average (Perataan Bergerak) memiliki kelebihan antara lain lebih mudah, cepat dan murah. Selain itu data permintaan masa lalu yang tersedia juga sangat terbatas sehingga penggunaan metode DMA akan lebih tepat, karena dengan menggunakan metode yang lain akan diperlukan data yang lebih banyak.

D.4. Perancangan Kuesioner

Perancangan kuesioner didahului dengan mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan strategi pemasaran. Setelah informasi yang dibutuhkan dibuat dilanjutkan dengan penentuan cara pengolahan data. Hal ini perlu dilakukan agar tidak diperoleh data atau informasi yang tidak dapat diolah lebih lanjut menjadi suatu kesimpulan/ informasi. Tahap selanjutnya adalah perancangan kuesioner dengan kombinasi pertanyaan terbuka dan tertutup sesuai dengan yang dibutuhkan.

(43)

Menurut Santoso dan Tjiptono (2001), berdasarkan tingkat struktur dan tingkat kesamaran pertanyaan, diperoleh empat jenis kuesioner, yaitu

unstructured-disguised, structured-disguised, structured-undisguised dan

unstructured-undisguised. Kuesioner yang dibuat dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan pertanyaan structured-undisguised ( terstruktur dan langsung) dan unstructured-undisguised (tidak terstruktur dan langsung).

D.5. Uji Coba Kuesioner

Kuesioner yang telah dirancang diuji cobakan kepada pengambil keputusan pembelian pada perusahaan furnitur. Uji coba kuesioner ini dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas kuesioner yang digunakan.

Untuk menguji validitas kuesioner digunakan rumus teknik korelasi

produk moment yang rumusnya dapat dijabarkan sebagai berikut :

r = N ( ∑X Y ) – ( ∑X ∑Y ) . ( N ∑X2 – ( ∑X)2 ) ( N∑Y2- ( ∑Y )2

Keterangan : X = skor dari setiap pertanyaan. Y = total skor

r = indeks validitas (angka korelasi) Menurut Ancok dalam Singarimbun (1989), secara statistik angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi nilai r. Jika nilai korelasi yang diperoleh melebihi angka kritik dalam tabel nilai r, maka korelasi tersebut telah valid.

Untuk menguji reliabilitas dapat juga digunakan teknik korelasi product moment, dengan nilai X adalah pengukuran pertama (kuesioner yang disebar pertama kali) dan Y hasil pengukuran kedua (kuesioner yang disebar setelah 15-30 hari penyebaran kuesioner pertama).

(44)

untuk menguji apakah kerangka dari konsep penelitian ini dapat mengukur apa yang hendak diukur. Untuk menyusun kerangka konsep yang akan diterjemahkan dalam bentuk-bentuk pertanyaan dalam kuesioner, peneliti mendefinisikan sendiri konsep tersebut kemudian mendiskusikannya dengan para ahli yang berkompeten, mencari definisi konsep yang dikemukakan oleh para penulis dalam bahan pustaka, dan menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon responden.

Untuk pertanyaan berskala (khususnya skala ordinal) dan tertutup, uji validitas dilakukan dengan teknik produk moment (product moment), sedangkan untuk pertanyaan yang lain validitas kuesioner diukur berdasarkan justifikasi pihak ahli, yaitu pakar pemasaran. Pertanyaan-pertanyaan yang diuji melalui teknik produk moment ini berjumlah sekitar 38 pertanyaan yang mengukur sikap konsumen terhadap tingkat penilaian dan kepentingan terhadap atribut produk.

Uji reliabilitas yang digunakan dalam kuesioner ini adalah teknik pengukuran ulang (test retest). Dalam teknik ini, peneliti meminta responden yang sama untuk mengisi kuesioner yang sama dalam jangka waktu tertentu. Jangka waktu antara pengukuran pertama dan pengukuran kedua sebaiknya tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat. Jangka waktu yang terlalu dekat dikhawatirkan responden masih ingat dengan jawaban yang diberikan pada pengukuran pertama, sedangkan jika jangka waktu terlalu jauh dikhawatirkan akan terjadi perubahan pada fenomena yang diukur. Menurut Singarimbun dan Effendi (1989), jangka waktu yang memenuhi syarat untuk menguji reliabilitas kuesioner adalah 15-30 hari. Jangka waktu ini sesuai jika digunakan untuk produk yang perputarannya cepat (fast mooving product), akan tetapi untuk produk yang perputarannya lambat (slowmooving product) jangka waktu atau selang waktu ini tidak menjadi patokan yang baku.

(45)

lain relatif jauh sehingga memakan waktu cukup lama untuk menemui responden yang satu dan yang lain; 3. sulit menentukan jadwal pertemuan pertama dan pertemuan kedua dengan tiap-tiap responden, karena responden dalam penelitian ini adalah orang-orang yang memiliki tingkat aktivitas cukup tinggi.

Selang waktu yang cukup lama pada waktu pengujian reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini dianggap tidak menjadi masalah karena tidak terjadi perubahan fenomena yang diukur, antara lain 1. harga busa pada pengukuran pertama dan kedua relatif sama. 2. produk yang diuji dalam penelitian ini merupakan produk yang pergerakannya lambat (slow mooving product).

D.6. Penyebaran Kuesioner

Kuesioner yang dibuat merupakan alat bantu dalam proses wawancara dengan responden. Responden yang dipilih adalah konsumen yang memenuhi kriteria sebagai unit sampling, dalam hal ini adalah para pengambil keputusan pembelian pada perusahaan furnitur yang mengkonsumsi bahan pembuat jok dan kasur khususnya busa sintetis.

Penyebaran kuesioner sebelumnya didahului dengan penentuan jumlah sampel dan menentukan proses sampling atau pengambilan sampel. Karena jumlah populasi tidak diketahui secara pasti dan tidak ada kerangka sampling yang memenuhi syarat serta jumlah perusahaan furnitur yang ada di Kabupaten dan Kota Bogor tidak terlalu banyak (data perusahaan secara lengkap disajikan pada lampiran 6), maka jumlah sampel dalam penelitian ini diambil 32 orang. Penentuan jumlah sampel pada penelitian ini juga didasarkan pada pendapat Singarimbun dan Effendi (1989), bahwa jumlah sampel minimal yang harus diambil adalah 30 sampel. Dengan jumlah minimal 30 sampel ini maka distribusi skor (nilai) akan lebih mendekati kurva normal, dan asumsi kurva normal ini sangat diperlukan didalam perhitungan statistik.

(46)

Kota Bogor. Penggunaan metode snowball sampling ini dilakukan karena tidak tersedia kerangka sampling yang memadai. Kerangka sampling-kerangka sampling yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Departemen Perindustrian dan Perdagangan maupun Perusahaan Telkom hanya memberikan sedikit informasi tentang jumlah perusahaan furnitur yang terdapat di Kabupaten dan Kota Bogor. Selain itu, perusahaan-perusahaan yang tercantum pada kerangka sampling tersebut banyak yang tidak memenuhi syarat sebagai sampel, karena banyak diantara perusahaan-perusahaan furnitur tersebut tidak memproduksi jok maupun kasur, dengan kata lain perusahan-perusahaan tersebut bukan konsumen produk substitusi sebutret.

Metode purposive sampling dilakukan saat pemilihan lokasi survei dan penentuan unit sampel/ responden. Pemilihan lokasi survey dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu di Kabupaten dan Kota Bogor atas pertimbangan bahwa konsumen industri di wilayah tersebut dapat mewakili konsumen produk substitusi sebutret, selain itu lokasi tersebut lebih dekat dengan lokasi peneliti sehingga diharapkan dapat meminimalkan biaya dan waktu survey. Metode

purposive sampling juga dilakukan saat memilih responden atau unit sampel. Unit sampel atau responden yang dipilih disini adalah orang-orang yang terseleksi dan dianggap dapat mewakili atau representatif yaitu para pengambil keputusan pembelian pada perusahaan furniture yang mengkonsumsi produk yang sejenis atau substitusi sebutret.

D.7. Pengolahan Data

D.7.1. Analisis Kelompok (Cluster Analysis)

(47)

Analisis cluster dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu

Hierarchical Cluster dan K-means Cluster. Hierarchical Cluster biasanya digunakan untuk jumlah sampel yang relatif sedikit. Sedangkan untuk data yang banyak diatas 200 buah biasanya menggunakan K-means Cluster.

Untuk melakukan segmentasi pada penelitian ini digunakan analisis

Hierarchical Cluster dengan bantuan program SPSS . Hierarchical Cluster lebih berupaya mengelompokkan cases (individu/responden) berdasarkan kemiripan yang ada pada kelompok tersebut, dengan membandingkan setiap pasang kasus.

D.7.2. Pengukuran Sikap dengan Model Multiatribut Fishbein

Dalam penelitian ini, nilai sikap konsumen terhadap atribut busa sintetis (sebagai bahan pembuat jok dan kasur) dianalisis menggunakan model sikap multiatribut Fishbein. Dari nilai sikap konsumen terhadap atribut busa sintetis maka akan diketahui besarnya peluang atau ancaman yang mungkin ditimbulkan busa sintetis terhadap sebutret. Model sikap multiatribut Fishbein mudah digunakan dalam perencanaan pemasaran untuk mendiagnosa kekuatan dan kelemahan suatu produk dengan mengetahui bagaimana konsumen mengevalusi atribut-atribut penting pada produk tersebut (Engel 1993). Menurut Engel et.al

(1994), analisis model multiatribut fishbein digunakan untuk menunjukkan pengetahuan produk yang dimiliki konsumen dan sikap terhadap produk berkaitan dengan atribut produk. Rumus model multiatribut fishbein adalah sebagai berikut :

n

Ao = ∑ biei i =1

Keterangan :

Ao = sikap terhadap produk

bi = keyakinan terhadap atribut ke-i

ei = evaluasi tingkat kepentingan terhadap atribut ke-i n = jumlah atribut

(48)

produk tersebut berdasarkan pengalaman konsumen (beliefs). Analisis ini didasarkan pada perkalian antara evaluasi terhadap tingkat kepentingan atribut produk (ei) dengan kekuatan kepercayaan/keyakinan bahwa produk tersebut memiliki atribut tersebut (bi). Hasil perkalian dari ei dan bi menghasilkan gambaran sikap konsumen terhadap atribut produk yang diteliti (Ao). Untuk memudahkan perhitungan maka komponen evaluasi (ei) terlebih dahulu dibuat skala evaluasi pada lima angka : -2, -1, 0, +1, +2. Skala ini terdiri atas tanda negatif yang menunjukkan respon negatif konsumen terhadap produk dan tanda positif yang menunjukkan respon positif konsumen terhadap produk. Semakin besar nilai negatif berarti semakin besar respon negatif konsumen dan semakin besar nilai positif berarti semakin besar pula respon positif konsumen terhadap produk. Demikian juga halnya pada komponen kepentingan (bi) yakni tingkat kepentingan responden terhadap atribut tertentu yang melekat pada suatu produk. Untuk mengukur komponen tingkat kepentingan ini, skala yang diberikan adalah dari sangat tidak penting hingga sangat penting.

Seperti yang telah diungkapkan pada subbab sebelumnya bahwa pada penelitian ini akan dilakukan perbandingan antara evaluasi konsumen terhadap tingkat kepentingan suatu produk dan nilai keyakinan konsumen terhadap atribut produk yang digunakan selama ini yaitu busa sintetis. Untuk itu maka dilakukan perbandingan nilai sikap konsumen yang paling ideal (Ao maks) dan nilai sikap konsumen hasil survei (Ao). Selisih antara nilai Ao maks dengan nilai Ao yang besar menunjukkan bahwa atribut tersebut merupakan atribut yang penting, akan tetapi konsumen belum puas terhadap (atribut) produk yang digunakan selama ini.

D.7.3. Analisis Karakteristik Produk dengan Menggunakan Analisis SWOT

(49)

Penyusunan strategi positioning menggunakan analisis SWOT didahului dengan identifikasi terhadap karakteristik produk yang meliputi kelebihan, kekurangan, peluang dan ancaman produk sebutret. Kekuatan produk adalah unsur yang ada pada produk itu sendiri yang dapat menunjang keberhasilan/mencapai prestasi. Sedangkan kelemahan produk adalah unsur yang ada pada produk yang dapat menghambat pencapaian keberhasilan/prestasi. Peluang adalah suatu suatu kondisi lingkungan yang dapat mendukung pencapaian keberhasilan/prestasi. Ancaman adalah tantangan akibat kecenderungan atau perkembangan yang kurang menguntungkan yang akan mengurangi penjualan dan laba jika tidak dilakukan tindakan defensif. Diagram yang menggambarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman disajikan pada gambar 3 di bawah ini.

Internal kekuatan untuk mengatasi ancaman

WT

Strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari

ancaman

Gambar 3. Diagram matrik SWOT

Positioning tidak menjelaskan produk secara terperinci, tetapi positioning

merupakan keterangan yang dipilih untuk dapat menjelaskan/mewakili kelebihan produk. Oleh karena itu untuk menyusun positioning, penggunaan analisis SWOT dilakukan dengan tujuan memanfaatkan atau menonjolkan kelebihan sebutret, akan tetapi tidak menghilangkan pertimbangan terhadap peluang, ancaman atau kekurangan sebutret. Positioning produk sebutret merupakan sesuatu yang diberikan perusahaan kepada konsumennya yang harus dipenuhi. Positioning yang tidak ditunjang dengan kenyataan kualitas produk, tidak akan berhasil. Jadi

(50)

D.7.4. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif berkaitan dengan pencatatan dan peringkasan data, dengan tujuan menggambarkan hal-hal penting pada sekelompok data. Analisis deskriptif ini dapat digunakan pada statistik parametrik dan statistik non parametrik. Pada statistik parametrik, analisis deskriptif yang digunakan untuk menggambarkan data, biasanya menggunakan perhitungan rata-rata (mean), standar deviasi, variasi data dan lain-lain, serta dapat juga dilengkapi dengan chart

dan tabel.

(51)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PENGUJIAAN KETEPATAN KUESIONER

Pengujian kuesioner dalam penelitian ini meliputi uji validitas dan reliabilitas. Uji Validitas dilakukan untuk mengetahui apakah kuesioner yang digunakan dapat mengukur apa yang ingin diukur dalam penelitian ini. Sedangkan uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner relatif konsisten atau tidak.

Pengujian kuesioner dalam penelitian ini dilakukan terhadap 32 orang. Alasan yang mendasari pengambilan jumlah sampel ini adalah karena menurut Singarimbun dan Effendi (1989), jumlah responden yang disarankan dalam uji validitas dan reliabilitas minimal berjumlah 30 orang. Dari 32 responden tersebut hanya 31 responden yang kuesionernya memenuhi syarat untuk diuji dan diolah lebih lanjut.

Pengujian validitas menggunakan teknik atau rumus produk moment, kuesioner dinyatakan valid jika penghitungan angka korelasi (r) melebihi angka kritik tabel korelasi r yang disajikan pada lampiran 2. Angka kritik tabel korelasi r untuk sampel berjumlah 31 (df=29) dan selang kepercayaan 95% (α = 0.05) adalah 0.355. Hasil uji validitas kuesioner dengan teknik produk moment

menunjukkan bahwa angka korelasi (r) yang terkecil adalah 0,358 dan terbesar adalah 0,745 (angka korelasi (r) untuk tiap pertanyaan disajikan dalam lampiran 4). Dengan demikian berarti kuesioner dalam penelitian ini dinyatakan valid atau memiliki konsistensi internal.

Hasil pengukuran uji reliabilitas kuesioner menggunakan teknik korelasi

Gambar

Gambar 1. Diagram alir proses pembuatan sebutret secara umum ...............
Gambar sebutret ....................................................................
Gambar 1. Diagram alir proses pembuatan sebutret secara umum
Tabel.1. Perbedaan karakteristik pasar bisnis dengan pasar konsumen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Atas rodho dan kehendak- Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ PENGARUH PENAMBAHAN SERAT IJUK DAN SERAT SABUT KELAPA TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT

Pemakaian Serat Sabut Kelapa Hibrida Dengan Polyester resin BQTN 157 Sebagai Matriks Material

Apabila dibandingkan dengan penggunaan serat sabut kelapa oleh industri besar dan sedang pada tahun yang sama yang berasal dari produksi lokal sebesar 2070,1

Faktor Peluangnya adalah: 1) Melalui pengembangan agroindustri serat sabut kelapa berkaret (sebutret) akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat petani (kelapa dan karet),

kandungan morfologi, model struktural, dan interface khususnya pada spesimen komposit serat sabut kelapa sebagai filler dan LDPE sebagai matrik yang

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa penambahan serat sabut kelapa pada campuran beton dengan persentase dan panjang serat yang berbeda

Serat sabut kelapa memiliki kandungan selulose cukup tinggi sehingga serat tersebut dapat digunakan sebagai bahan pembuatan pulp, yang selanjutnya dapat dimanfaatkan dalam

Dalam material komposit, serat sabut kelapa telah diteliti penggunaannya sebagai penguat dengan berbagai variasi perlakuan permukaan, variasi fraksi volume dan