• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Penyediaan Bahan Baku Industri Jok Serat Sabut Kelapa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Penyediaan Bahan Baku Industri Jok Serat Sabut Kelapa"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENYEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI JOK

SERAT SABUT KELAPA

FRANSISCA PANGESTU ADI ARTI

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Strategi Penyediaan Bahan Baku Industri Jok Serat Sabut Kelapa” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

FRANSISCA PANGESTU ADI ARTI. Strategi Penyediaan Bahan Baku Industri Jok Serat Sabut Kelapa. Dibimbing oleh YANDRA ARKEMAN dan ONO SUPARNO.

Serat sabut kelapa adalah limbah yang belum dimanfaatkan secara efisien. Pemanfaatan serat sabut kelapa di Indonesia biasanya masih digunakan sebagai alat pembersih, dan arang. Serat sabut kelapa dari Indonesia umumnya masih dijual di pasar ekspor dalam bentuk mentah. Serat sabut kelapa memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi produk-produk yang bernilai, contohnya adalah jok mobil. Permintaan akan jok dari serat sabut kelapa tinggi karena jok ini memiliki mutu dan karakteristik yang lebih baik dibandingkan dengan busa. Industri jok serat sabut kelapa dapat dikembangkan dan berpeluang untuk menutupi permintaan yang ada di pasar dalam dan luar negeri. Ketersediaan serat sabut kelapa yang berkesinambungan sebagai bahan baku pembuatan jok sangat penting dan vital. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan strategi penyediaan bahan baku serat sabut kelapa untuk industri jok agar produksi dapat berkelanjutan dan optimal. Strategi penyediaan bahan baku industri jok serat sabut kelapa diformulasikan dengan penentuan kriteria dan sub kriteria penyediaan bahan baku dihitung dengan metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (FAHP). Industri jok serat sabut kelapa layak untuk dijalankan dengan nilai NPV bernilai positif, dan IRR sebesar 34%. Dengan menerapkan metode FAHP diperoleh bobot tertinggi untuk alternatif strategi penyediaan bahan baku yaitu alternatif C5 (Memberikan bantuan modal untuk pembelian mesin kepada petani atau industri pengurai serat sabut kelapa) dengan nilai 0.3104.

Kata kunci: Strategi, bahan baku, serat sabut kelapa, jok, fuzzy ahp

ABSTRACT

FRANSISCA PANGESTU ADI ARTI. Supply of Raw Materials Strategy Seat Coconut Coir Industry. Supervised by YANDRA ARKEMAN and ONO SUPARNO.

Coconut coir is a waste that has not been used efficiently. The coconut coir utilization in Indonesia was still for a cleaning tools and charcoal. Coconut coir from Indonesia was generally exported as raw material/feedstock. Coconut coir has the potential to be developed into more valuable products, such as a material for car seats. The demand for coconut coir seat is high because it has better quality and characteristics than conventional foam seat. Coconut coir industry can be developed significantly and get a chance to comply the existing demand of both domestic and foreign markets. The availability of coconut coir as raw material for the seat manufacturing is very important and vital. Therefore, this research aimed to obtain the raw material supply strategy for coconut coir seat industry to have a sustainable and optimal production. The supply of raw material strategy for coconut coir seat industry formulation used criteria determination and sub criteria raw material supply calculated using a Fuzzy Analytical

(5)

Hierarchy Process (FAHP) method. Coconut coir seat industry is feasible to be executed as the NPV was positive and the IRR was 34%. From the FAHP data, the highest weight for supply of raw materials strategy alternative was C5 (providing capital assistance to purchase the machine for farmers or industries) with the value is 0.3104.

(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

pada

Departemen Teknologi Industri Pertanian

STRATEGI PENYEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI JOK

SERAT SABUT KELAPA

FRANSISCA PANGESTU ADI ARTI

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

(7)

Judul Skripsi : Strategi Penyediaan Bahan Baku Industri Jok Serat Sabut Kelapa Nama : Fransisca Pangestu Adi Arti

NIM : F34100098

Disetujui oleh

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Dr Ir Yandra Arkeman, M Eng Pembimbing I

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah serat sabut kelapa, dengan judul “Strategi Penyediaan Bahan Baku Industri Jok Serat Sabut Kelapa”.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Yandra Arkeman, M.Eng. dan Bapak Prof. Dr. Ono Suparno, S.TP, M.T. selaku pembimbing, Ibu Prof. Dr. Ir. Erliza Noor selaku dosen penguji, Bapak H. Azir dan Bapak Syarif yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Fitri dari Badan Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia dan Bapak Mawardin dari Asian and Pacific Coconut Community, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014 Fransisca Pangestu Adi Arti

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

METODE 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Metode 3

Prosedur Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 9 Permintaan Jok 9

Proses Pembuatan Jok 10

Aspek Finansial 12

Analisis Ketersediaan Bahan Baku 18

Strategi Penyediaan Bahan Baku dengan Fuzzy AHP 20

SIMPULAN DAN SARAN 24

Simpulan 24

Saran 25

DAFTAR PUSTAKA 25

LAMPIRAN 28

(10)

DAFTAR TABEL

1 Permintaan jok di pasar dalam dan luar negeri 9

2 Rincian modal investasi 13

3 Harga dan penerimaan 15

4 Struktur pembiayaan 16

5 Angsuran modal investasi tetap 16

6 Angsuran modal investasi kerja 16

7 Proyeksi laba rugi 17

8 Kriteria investasi proyek 18

9 Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian para pakar

pada kriteria 20

10 Matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy hasil penilaian para

pakar pada kriteria 21

11 Nilai crips matriks perbandingan berpasangan, x, λmax, CI dan CR pada

kriteria 21

12 Total bobot tujuan strategi penyediaan bahan baku dengan

mempertimbangkan bobot kriteria utama 22

13 Total bobot alternatif strategi penyediaan bahan baku dengan

mempertimbangkan obot tujuan 22

DAFTAR GAMBAR

1 Prinsip dasar penelitian strategi penyediaan bahan baku industri jok

serat sabut kelapa 3

2 Diagram alir penentuan strategi penyediaan bahan baku industri jok

serat sabut kelapa 4

3 Diagram alir pembuatan jok serat sabut kelapa 11

DAFTAR LAMPIRAN

1 Alat dan mesin industri jok serat sabut kelapa 28

2 Produksi kelapa di Indonesia tahun 2013 31

3 Definisi dan fungsi keanggotaan bilangan fuzzy 32

4 Ilustrasi jok 32

5 Rincian biaya investasi 33

6 Rincian nilai penyusutan dan nilai sisa 35

7 Rincian gaji tenaga kerja langsung & tenaga kerja tidak langsung 36 8 Rincian biaya bahan baku dan bahan penolong produksi jok serat sabut

kelapa 37

9 Rincian biaya operasional 37

10 Rincian biaya pemeliharaan 41

11 Rincian biaya asuransi 41

12 Rincian laba rugi industri 42

13 Rincian break even point 44

(11)

14 Arus kas 45 15 Hierarki penentuan strategi penyediaan bahan baku industri jok serat

kelapa 47

16 Kuisioner penentuan strategi penyediaan bahan baku 48

17 Daftar nama pakar 55

18 Hasil matriks perbandingan berpasangan fuzzy AHP 56

19 Hasil matriks α-cut fuzzy 60

20 Hasil nilai crips matriks perbandingan berpasangan x, λmax, CI dan CR 64

(12)
(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara penghasil kelapa yang utama di dunia. Pada tahun 2013, luas areal tanaman kelapa di Indonesia mencapai 3.79 juta Ha, dengan total produksi diperkirakan sebanyak 14 milyar butir kelapa, yang sebagian besar (95%) merupakan perkebunan rakyat (APCC 2013). Kelapa mempunyai nilai dan peran yang penting baik, ditinjau dari aspek ekonomi maupun sosial budaya.

Sabut kelapa merupakan bagian yang cukup besar dari buah kelapa, yaitu 35 % dari berat keseluruhan buah. Sabut kelapa terdiri atas serat dan gabus yang menghubungkan satu serat dengan serat lainnya. Serat adalah bagian yang berharga dari sabut. Setiap butir kelapa mengandung serat 525 gram (75 % dari sabut), dan gabus 175 gram (25 % dari sabut) (APCC 2013)

Rata-rata produksi buah kelapa per tahun adalah sebesar 5,9 juta ton, maka terdapat sekitar 2.0 juta ton sabut kelapa yang dihasilkan (APCC 2013). Serat sabut kelapa yang dimanfaatkan di Indonesia sekitar 10% dari total produksi saat ini, pemanfaatannya yaitu diolah menjadi produk seperti jok, keset kaki, matras, tali, sapu dan coco mesh. Potensi produksi sabut kelapa yang sedemikian besar belum dimanfaatkan sepenuhnya untuk kegiatan produktif yang dapat meningkatkan nilai tambahnya.

Serat sabut kelapa memiliki nilai ekonomis yang baik. Sabut kelapa jika diurai akan menghasilkan serat sabut (cocofiber) dan serbuk sabut (cocopeat). Sabut biasanya hanya dibiarkan sebagai limbah dan hanya ditumpuk di bawah tegakan tanaman kelapa lalu dibiarkan membusuk atau kering. Pemanfaatannya hanyalah untuk kayu bakar. Secara tradisional, masyarakat telah mengolah sabut untuk dijadikan tali dan dianyam menjadi keset. Namun, pengembangan dari produk cocofiber dan cocopeat akan menghasilan aneka macam derivasi produk yang bermanfaat.

Serat sabut kelapa tidak hanya diolah secara tradisional; salah satu pengolahan serat sabut kelapa secara modern adalah menjadi bahan pengisi untuk jok. Pengolahan serat sabut kelapa menjadi jok akan meningkatkan nilai ekonomi yang cukup tinggi komoditi tersebut. Pengembangan industri jok sabut kelapa akan memberikan dampak positif terhadap lingkungan dan peningkatan pendapatan petani. Permintaan akan jok serat sabut kelapa di pasar dalam negeri terus meningkat dari tahun ke tahun sekitar 10-20% di tahun 2009 sampai 2013, diprediksi akan terus meningkat hingga 30% pada tahun 2018. Adanya industri jok serat sabut kelapa akan menghasilkan produk yang dapat memenuhi kebutuhan pasar nasional dan internasional.

(14)

2

Perumusan Masalah

Beberapa masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kelayakan industri jok serat sabut kelapa dari aspek finansial, aspek teknologi dan aspek kapasitas?

2. Bagaimana strategi penyediaan bahan baku serat sabut kelapa agar industri dapat terus produksi dan memenuhi kebutuhan pasar?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan besarnya pasar jok yang ada di pasar dalam negeri maupun luar negeri, menentukan kelayakan industri jok berdasarkan kapasitas terpasang, dan memformulasikan strategi penyediaan bahan baku industri jok serat sabut kelapa agar bahan baku dapat tercukupi secara tepat jumlah, tepat waktu, dan tepat mutu serta kontinuitasnya.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sumbangan pemikiran yang bermanfaat sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan industri serat sabut kelapa sehingga serat sabut kelapa dapat diolah menjadi barang yang memiliki nilai tinggi dan bisnis pengembangan serat alami menjadi lebih maju, serta berpeluang untuk memenuhi permintaan pasar baik pasar nasional maupun pasar ekspor. Manfaat lainnya adalah menambah informasi bagi industri dalam menyusun strategi dan kebijakan untuk pengadaan bahan baku. Selain itu, dapat memberikan manfaat berupa nilai tambah pada produk pertanian, yaitu serat sabut kelapa dan dapat meningkatkan pendapatan petani dan masyarakat.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini difokuskan pada analisis faktor-faktor teknologi, perhitungan finansial, dan kapasitas yang berpengaruh dalam industri jok serat sabut kelapa dan formulasi strategi penyediaan bahan baku berdasarkan masalah yang dihadapi dan analisis kriteria dan sub kriteria dari penyediaan bahan baku di industri jok serat sabut kelapa yang prospektif.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kampus Dramaga IPB Bogor dan pengambilan data diperoleh dari Asian and Pacific Coconut Community, Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor

(15)

3 Indonesia dan CV Serat Kelapa yang berada di Depok, Jawa Barat. Waktu penelitian dilakukan mulai periode Maret 2014 hingga Mei 2014.

Metode

Proses perumusan strategi penyediaan bahan baku industri jok serat sabut kelapa diawali dengan tahap pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengumpulan data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh dengan melakukan observasi langsung di lapangan, wawancara dengan pakar dan penyebaran kuesioner kepada pakar. Data sekunder didapat dari penelusuran berupa dokumen dari instansi yang terkait yaitu Asian and Pacific Coconut Community, Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia dan industri jok serta informasi-informasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian yang diperoleh dari buku-buku literatur, media massa, maupun media elektronik (internet).

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari beberapa pakar ahli, kemudian dapat dianalisis kendala-kendala yang ada dalam hal penyediaan bahan baku serat sabut kelapa dalam produksi jok. Berdasarkan kendala tersebut, dapat ditentukan beberapa strategi untuk menyediakan serat sabut kelapa. Penentuan strategi ini dilakukan dengan menggunakan informasi pakar yang kemudian diolah dengan metode fuzzy AHP. Prinsip dasar penelitian terdapat pada Gambar 1 dan diagram alir penentuan strategi penyediaan bahan baku industri jok serat sabut kelapa disajikan pada Gambar 2.

Gambar 1 Prinsip penelitian strategi penyediaan bahan baku industri jok serat sabut kelapa

Permintaan jok dari pasar domestik dan luar negeri

Industri (analisis kelayakan industri berdasarkan aspek finansial, aspek kapasitas dan aspek teknologi)

Bahan baku yang dibutuhkan berdasarkan kapasitas industri

(16)

4

tidak

ya ya

Gambar 2 Diagram alir penentuan strategi penyediaan bahan baku industri jok serat sabut kelapa

•Studi pustaka •Diskusi pakar • Kuisioner

• Referensi internet

Selesai

Analisis ketersediaan bahan baku dengan menghitung ketersediaan lahan kelapa dan produksinya

Penentuan strategi penyediaan bahan baku industri jok serat sabut kelapa dengan metode Fuzzy Analytical Hierarchy

Process (FAHP). •Studi pustaka

•Diskusi pakar •Analisis data

sekunder

Kelayakan industri jok dengan :

• Analisis aspek finansial • Analisis aspek

teknologi • Analisis aspek

kapasitas produksi

Layak?

Penentuan permintaan jok • Studi pustaka

• Referensi internet

Mulai

Strategi terbaik untuk penyediaan bahan baku industri jok serat sabut

(17)

5 Prosedur Analisis Data

Permintaan Jok

Jok merupakan salah satu komponen penyusun dari mobil yang sangat dibutuhkan untuk memproduksi satu unit mobil. Permintaan jok yang berada di pasar dalam dan luar negeri dapat dihitung dari banyaknya produksi mobil di dalam dan luar negeri. Setiap memproduksi satu unit mobil membutuhkan komponen penyusun lainnya; salah satunya adalah jok yang dibutuhkan sebanyak 4-6 unit jok per mobilnya. Data sekunder produksi mobil selama 5 tahun dari tahun 2009 hingga tahun 2013 diperoleh dari Gabungan Industri Kendaraan Indonesia (GAIKINDO). Rumus sederhana untuk menentukan banyaknya jok yang dibutuhkan setiap harinya berdasarkan banyaknya mobil yang diproduksi adalah sebagai berikut :

Permintaan Jok = produksi mobil perhari × jumlah jok mobil

Aspek Finansial, Teknologi, Kapasitas dan Ketersediaan Bahan Baku

Analisis kelayakan usaha diidentifikasi melalui aspek finansial. Aspek finansial yang akan dihitung meliputi nilai NPV, IRR, Net B/C dan PBP. Analisis ini dilakukan untuk melihat pengaruh perubahan-perubahan harga baik yang terjadi pada sektor penerimaan maupun pengeluaran.

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) dari suatu produk adalah nilai sekarang (present value) dari selisih antara penerimaan dan biaya pada tingkat diskonto tertentu. Ukuran ini bertujuan untuk mengurutkan alternatif yang dipilih karena adanya kendala biaya modal, dimana proyek memberikan biaya yang sama atau NPV penerimaan yang kurang lebih sama setiap tahun. Rumus untuk mencari nilai NPV adalah :

NPV = �� − ��

(1 + i)t n

t=0 Keterangan

NPV : Nilai bersih sekarang

Bt : Total pendapatan pada tahun ke-t Ct : Total biaya pada tahun ke-t i : Tingkat diskonto

n : Umur ekonomis proyek 2. Internal Rate Return (IRR)

(18)

6

Investasi dikatakan layak jika IRR lebih besar atau sama dengan tingkat diskonto, sedangkan jika lebih kecil dari tingkat diskonto maka proyek tersebut tidak layak dilaksanakan. Penerapan metode lebih sulit dilakukan dibandingkan dengan penerapan NPV sama dengan nol. Namun hal tersebut sangat jarang terjadi. Kriteria IRR mempunyai beberapa keuntungan, yaitu tidak tergantung pada tingkat discount rate social yang berlaku. Sebaliknya jika IRR lebih kecil dari tingkat bunga yang berlaku maka investasi dikatakan tidak layak. Rumus untuk mencari nilai IRR adalah :

IRR = L% + NPVL−(H−L)

NPVLNPVH � %

Keterangan :

L : Tingkat diskonto rendah H : Tingkat diskonto tinggi

NPVL : Hasil NPV untuk tingkat diskonto rendah NPVH : Hasil NPV untuk tingkat diskonto tinggi 3. Net Benefit Cost Ratio(Net B/C)

Net benefit cost ratio merupakan angka perbandingan antara jumlah present value yang bernilai positif dengan present value yang bernilai negatif. Perhitungan ini digunakan untuk melihat berapa kali lipat penerimaan yang akan diperoleh dari biaya yang dikeluarkan. Proyek dikatakan layak jika net B/C lebih besar dari satu sedangkan jika net B/C lebih kecil dari satu maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

4. Payback Period

Payback period merupakan analisis yang dilakukan untuk melihat jagka waktu dalam pelaksanaan proyek yang dapat menutupi nilai negatif pada awal proyek tersebut. Payback period atau tingkat pengembalian investasi adalah umur dengan pada tingkat diskonto tertentu, penerimaan bersih kumulatif sama dengan nol dan menunjukkan pada umur proyek berapa investasi dapat dikembalikan. Perhitungan tingkat pengembalian investasi dilakukan dengan metode discounted payback period, dimana nilai manfaat bersih yang terdapat pada cash flow didiskontokan dan dikumulatifkan.

Payback Period = Jumlah Investasi

NPV setiap tahun x 1 tahun

5. Break Even Point (BEP)

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui sampai batas mana usaha yang dilakukan bisa memberikan keuntungan atau pada tingkat tidak rugi dan tidak untung.

Break Even Point = Biaya tetap (tahun)

(Harga jualbiaya variabel per satuan unit)

Analisis berikutnya adalah aspek teknologi, analisis ini berdasarkan alat dan mesin yang digunakan pada saat proses produksi jok dari serat sabut kelapa. Alat dan mesin yang digunakan dan kapasitasnya dapat dilihat pada Lampiran 1.

(19)

7 Analisis kapasitas produksi dihitung berdasarkan kapasitas mesin pengurai sabut kelapa menjadi serat panjang. Kapasitas mesin pengurai yang digunakan adalah 1 ton/jam. Mesin pengurai yang akan digunakan pada industri ini adalah sebanyak 2 unit mesin. Waktu kerja mesin adalah 7 jam. Berat jok yang dihasilkan dari mesin cetakan adalah 2 kg (1 kg tempat duduk dan 1 kg sandaran). Perhitungan kapasitas produksi adalah sebagai berikut :

Kapasitas produksi =kapasitas mesin × jam kerja mesin × jumlah mesin berat per satuan jok

Berdasarkan rumus diatas, maka didapatkan kapasitas produksi sebesar 7 000 unit jok/hari. Bahan baku yang digunakan untuk kapasitas 7 000 unit jok/hari adalah sebanyak 14 ton/hari. Ketersediaan bahan baku serat sabut kelapa dianalisis dengan data sekunder ketersediaan lahan yang ada di Indonesia dan produksinya. Data ketersediaan kelapa terdapat pada Lampiran 2. Rumus perhitungan bahan baku adalah :

Bahan baku = kapasitas mesin × jam kerja mesin × jumlah mesin

Fuzzy AHP

Metode fuzzy AHP adalah suatu metode yang dikembangkan dari metode AHP dengan menggunakan konsep fuzzy pada beberapa bagian seperti dalam hal penilaian sekumpulan alternatif dan kriteria. Keuntungan fuzzy AHP adalah pada saat melakukan penilaian, dimana para pengambil keputusan tidak dipaksa untuk melakukan penilaian diskrit (angka) tetapi hanya menggunakan intuitif mereka melalui bilangan linguistik. Prosedur penyelesaian fuzzy AHP menurut Ayag (2005) adalah sebagai berikut :

1. Perbandingan skor. Definisi dan fungsi keanggotaan bilangan fuzzy terdapat pada Lampiran 3.

2. Pembuatan matriks perbandingan fuzzy

Dengan menggunakan bilangan fuzzy melalui perbandingan berpasangan, matiks penilaian fuzzy Ã(aij) dibuat dengan persamaan berikut:

à =

⎣ ⎢ ⎢ ⎢

⎡1 �� ��12 ⋯ ⋯ ��1� 21 1 ⋯ ⋯ ��2�

⋮ ⋮ ⋯ ⋯ ⋮ ⋮ ⋮ ⋯ ⋯ ⋮ ���1 ���2 ⋯ ⋯ 1

⎦ ⎥ ⎥ ⎥ ⎤

dengan ����� = 1 jika i=j, dan ����� = 1�, 3�, 5�, 7�, 9� atau 1�−1, 3�−1, 5�−1, 7�−1, 9�−1

jika i≠ �

3. Penyelesaian nilai eigen fuzzy

Nilai eigen fuzzy merupakan sebuah bilangan fuzzy untuk menyelesaikan persamaan :

(20)

8

à merupakan (n x n) matriks fuzzy yang berisi bilangan fuzzy ����

�� merupakan (n x 1) vektor fuzzy yang berisi bilangan fuzzy

Penentuan bobot prioritas dapat disederhanakan dengan persamaan berikut :

=

∑ �������� �=1 � �

�=1

α−cut merupakan tingkat kepercayaan pakar atau pengambil keputusan pada penilaiannya. Derajat kepuasan penilaian matriks �̃ diestimasikan oleh indeks optimisme ω. Semakin tingi nilai indeks ω menunjukkan tingkat optimisme yang lebih tinggi. Indeks optimisme merupakan kombinasi konveks linier yang didefinisikan dengan persamaan berikut :

���� = ��

+ (1− �)

���,∀� ∈[0,1]

Vektor eigen dihitung dengan memperbaiki nilai ω dan melakukan identifikasi α – cut maksimum yang akan menghasilkan sekumpulan nilai dari bilangan fuzzy. Normalisasi pada perbandingan berpasangan dan penghitungan bobot prioritas dilakukan dalam penghitungan rasio konsistensi untuk setiap matriks dan seluruh hierarki. Pengukuran indeks konsistensi dilakukan dengan menggunaan persamaan berikut ini :

CI = λmax− n n1

CI : Indeks konsistensi

λmax : Vektor Konsistensi

n : Jumlah alternatif

Rasio konsistensi digunakan untuk mengestimasikan perbandingan berpasangan secara langsung. Selang konsistensi adalah 0 sampai dengan 0.1. Jika nilai melebihi 0.1 maka dianggap tidak konsisten Rasio konsistensi dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

CR = CI RI

CR : Rasio konsistensi

RI : Indeks rata-rata bobot yang dibangkitkan secara acak

4. Bobot prioritas pada setiap alternatif dapat diperoleh dengan cara mengalikan matriks penilaian dengan vektor bobot atribut dan menjumlahkan seluruh atribut dengan persamaan berikut :

��= �(bobot atribut × penilaianik )

�=1

Untuk i : 1,2,3,….., t i : atribut

t : total jumlah atribut k : alternatif

(21)

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Permintaan Jok

Indonesia merupakan negara yang memiliki perkembangan dalam industri otomotif yang relatif baik. Hal ini selain dikarenakan besarnya jumlah penduduk Indonesia juga disebabkan faktor konsumsi masyarakat serta mobilitas yang relatif tinggi, sehingga pasar otomotif domestik terutama sektor industri mobil dan komponennya terus menerus mengalami peningkatan dalam jumlah penjualannya. Permintaan kendaraan di Indonesia tumbuh sebesar 6% atau mencapai 1.239 juta unit pada tahun 2013. Penjualan segmen mobil penumpang menjadi faktor pendorong utama pertumbuhan pasar otomotif Indonesia. Proyeksi pertumbuhan total volume industri tersebut dipicu oleh adanya perbaikan ekonomi secara bertahap, serta meningkatnya permintaan terhadap mobil yang terjangkau dan ramah lingkungan atau yang dikenal dengan Low Cost Green Car (LCGC) (Gaikindo 2013)

Meningkatnya permintaan industri otomotif di pasar Indonesia juga meningkatkan pasar komponen-komponen penyusunnya. Salah satunya adalah jok. Jok dengan bahan pengisi yang berasal dari serat sabut kelapa semakin lama semakin dilirik pasar dalam negeri. Permintaan jok di pasar luar negeri berasal dari industri otomotif terkemuka di dunia, yaitu Mercedes Benz, Volkswagen Porche, dan Opel di Eropa dan beberapa merk mobil di Cina sudah menggunakan serat sabut kelapa untuk mengisi jok mobilnya. Data permintaan jok di pasar dalam dan luar negeri terdapat pada Tabel 1.

Tabel 1 Permintaan jok di pasar dalam dan luar negeri

Tahun Permintaan Jok Dalam Negeri (unit/hari)

Permintaan Luar Negeri (unit/hari)

2009 3 940 206 429

2010 4 214 265 244

2011 5 036 269 911

2012 5 926 262 203

2013 6 542 288 177

Sumber : Gaikindo 2013 Permintaan jok di pasar dalam negeri sebanyak 6 542 berasal dari PT Astra Daihatsu Motor Indonesia yang memproduksi berbagai tipe mobil setiap harinya. PT Astra Daihatsu Motor Indonesia sudah menggunakan jok yang berasal dari serat sabut kelapa untuk beberapa tipe mobil yang di produksinya, contohnya adalah mobil Avanza, Xenia, dan Rush. Di Indonesia, jok yang berasal dari serat sabut kelapa biasanya dipasang pada mobil MPV (multi purpose vehicle) atau mobil serbaguna yang memiliki tempat duduk untuk 7 orang serta bagasi.

(22)

10

membutuhkan 3 850 sampai 4 000 unit jok setiap harinya. Produksi jok yang berasal dari serat sabut kelapa juga dapat diserap oleh PT Meiwa yang merupakan eksportir jok dan kursi ke negara Jepang. PT Meiwa Indonesia dapat menyerap 20 000 sampai 35 000 jok dan berbagai jenis kursi setiap bulannya. Ini merupakan peluang pasar yang besar.

Isu yang beredar saat ini adalah para produsen serat sabut kelapa yang ada di Indonesia sebagian besar mengekspor serat kelapa mentah (raw material) ke luar negeri dan nantinya dari raw material tersebut diolah menjadi jok, sehingga harga jual dan profitnya menjadi lebih tinggi. Indonesia hanya mendapatkan untung yang sedikit karena hanya menjual raw material. Para produsen serat sabut kelapa lebih tertarik ke pasar ekspor karena harga jualnya yang tinggi.

Permintaan yang ada dari pasar jok serat sabut kelapa dalam negeri belum dapat dipenuhi seluruhnya oleh industri yang ada. Hal ini dikarenakan industri pembuat jok serat sabut kelapa masih jarang dan masih dikerjakan dalam skala kecil.

Dari aspek teknologi, pengolahan serat sabut kelapa relatif sederhana yang dapat dilaksanakan oleh usaha-usaha kecil. Adapun kendala dan masalah dalam pengembangan usaha kecil/menengah industri pengolahan serat sabut kelapa adalah keterbatasan modal, akses terhadap informasi pasar, serta mutu serat yang masih belum memenuhi persyaratan sehingga produksinya belum memenuhi permintaan pasar yang ada.

Proses Pembuatan Jok

Proses pengolahan serat sabut kelapa menjadi produk jok adalah sebagai berikut (CV Serat Kelapa 2014) :

1. Pemisahan sabut kelapa yang telah masak dari tempurung kelapa.

2. Perendaman dalam bak berisi air selama 1-3 hari, diusahakan di dalam air yang mengalir supaya terjadi penggantian air yang baik dan kontinyu. Maksud perendaman adalah untuk melunakan sabut kelapa agar mudah terjadi pemisahan serat-serat dari gabus dalam sabut kelapa.

3. Pemisahan serat menggunakan mesin pengurai serat sabut kelapa. Di dalam mesin ini terdapat rol yang berputar dengan sejumlah besar paku sepanjang 4-5 cm. Rol pemecah (breaker roll) akan berputar dan pakunya merobek sabut kelapa tanpa merusak serat. Mesin ini menghasilkan serat yang berukuran besar, panjang dan kasar yang disebut bristle fiber.

4. Proses selanjutnya adalah serat panjang yang telah didapat masuk ke dalam mesin pengayak sabut kelapa. Proses ini bertujuan untuk memisahkan serat satu sama lain dan menjadi lebih lembut.

5. Serat sabut kelapa dan lem polyurethane kemudian dimasukkan ke dalam mesin pengaduk.

6. Proses terjadi pengadukan di dalam mesin, serat sabut kelapa yang telah mengandung lem dimasukkan ke dalam cetakan jok. Serat sabut kelapa yang ada dalam cetakan di-press selama 2-3 menit. Cetakan jok juga dialiri steam/uap panas.

7. Produk cetakan yang telah jadi masuk ke dalam bagian pengawasan mutu untuk dilakukan pengecekan mutunya. Produk yang gagal akan di reject.

(23)

11 8. Produk yang sudah jadi akan digabungkan dengan busa dan sarung jok sesuai

dengan bentuk jok tersebut. Ilustrasi gambar jok terdapat pada Lampiran 4. Sabut kelapa yang digunakan adalah sabut kelapa dengan ukuran serat panjang berkisar 15-30cm. Selain itu kadar air dari serat sabut kelapa yang digunakan untuk pembuatan jok adalah <15%.

Kelebihan sabut kelapa sebagai pengisi jok mobil adalah mempunyai daya lentur yang sangat baik, tahan lama, tidak berbau dan mempunyai tingkat pencemaran yang sangat rendah (biodegradability). Diagram alir pembuatan jok dari serat sabut kelapa dapat dilihat pada Gambar 3.

Sesuai

Gambar 3 Diagram alir pembuatan jok serat sabut kelapa tidak sesuai

sesuai

Jok

Pemisahan sabut kelapa dari buah yang telah masak

Perendaman dalam air 1-3 hari Penguraian sabut kelapa menjadi

serat. Kadar air <15%

Pemisahan serat sabut kelapa (coconut fibre) dengan cocopeat, serat pendek dan kontaminan lainnya. Ukuran

serat yang digunakan adalah 15-30cm

Pencampuran serat sabut kelapa dengan lem polyurethane. Perbandingan 2:1

Pencetakan jok ke dalam cetakan sesuai ukuran dan di-press dengan suhu 110oC

Pengawasan mutu dengan pemotongan jok yang tidak sesuai dengan ukuran.

Pengabungan dengan busa dan bahan penolong lainnya

(24)

12

Aspek Finansial

Aspek finansial mengkaji mengenai perkiraan modal investasi, biaya operasional, struktur pembiayaan, rencana penerimaan, kriteria investasi, dan analisis sensitivitas. Analisis ini bertujuan untuk melihat kelayakan pada proyek yang dijalani. Aspek-aspek ini memperlihatkan kelayakan proyek dari sisi keuangan untuk dapat dikembangkan menjadi industri. Aspek finansial pada proyek ini dilihat dari aspek modal/investasi terhadap teknologi/mesin yang digunakan dan kriteria investasi. Analisis keuangan ini juga dapat dimanfaatkan pengusaha dalam perencanaan dan pengelolaan usaha industri jok serat sabut kelapa. Perhitungan aspek keuangan berdasarkan kelengkapan alat, teknologi dan proses yang digunakan, yang berimplikasi kepada total kebutuhan dana, kapasitas, mutu dan harga produk. Untuk penyusunan dan proyek kelayakan usaha diperlukan adanya beberapa asumsi mengenai parameter teknologi proses maupun biaya. Asumsi ini diperoleh berdasarkan kajian terhadap usaha industri jok serat sabut kelapa serta informasi yang diperoleh dari pengusaha dan pustaka. Asumsinya adalah sebagai berikut :

1. Analisis finansial dilakukan selama 10 tahun dengan

mempertimbangkan umur ekonomis mesin dan peralatan sekitar 10 tahun 2. Jumlah hari kerja 288 hari dalam setahun

Direncanakan dalam satu minggu terdiri dari 6 hari produksi 3. Kapasitas terpasang 7 000 jok/hari

4. Produksi pada tahun ke-1 adalah 80%, tahun ke-2 adalah 90% dari kapasitas terpasang, tahun ke-3 hingga ke- 10 adalah 100% dari kapasitas terpasang. 5. Harga yang ditetapkan oleh PT PLN :

- Harga listrik : Rp1 352/Kw 6. Harga bahan utama

- Serat Sabut Kelapa : Rp3 000/kg 7. Harga bahan penolong antara lain

- Busa : Rp50 000/meter - Kain jok: Rp30 000/buah - Lem : Rp15 000/liter - Rangka : Rp200 000/buah

8. Biaya pemasaran dan distribusi 2% dari biaya tetap

9. Berdasarkan perkiran biaya menurut Peters et al (2004), maka penetapan biaya adalah sebagai berikut:

- Kontingensi 10% dari harga pembelian mesin dan peralatan produksi

- Biaya pemeliharaan ditetapkan 5% dari harga pembelian mesin dan peralatan produksi

- Biaya asuransi 0.75% dari nilai awal pembelian barang yang diasuransikan. 10. Penyusutan menggunakan straight line method

- Nilai sisa mesin dan peralatan, instalasi listrik, perlengkapan, dan kendaraan ditetapkan sebesar 10% dari harga awal pembelian

- Nilai sisa bangunan sebesar 50% dari harga pembangunan

- Umur ekonomis mesin dan peralatan, kendaraan, dan perlengkapan adalah 10 tahun

11. Besarnya pajak ditetapkan sebagai berikut:

- Pajak bumi dan bangunan sebesar 0.2% dari total investasi bangunan

(25)

13 - Pajak kendaraan sebesar 0.5% dari harga pembelian (UU no 22 tahun 1999) - Pajak penghasilan untuk perusahaan sebesar 28% (Pajak 2014)

12. Skema pembiayaan investasi adalah 65% dari pembiayaan bank dan 35% dari pembiayaan sendiri, skema pembiyaan ini mengacu pada skema pembiayaan maksimum yang ditawarkan oleh Bank Mandiri. Bunga 13.5% berdasarkan bunga pada Bank Mandiri untuk industri turunan kelapa.

13. Pembayaran kredit menggunakan metode sliding rate.

14. Jangka waktu pembayaran kredit modal investasi tetap adalah selama 5 tahun dan kredit modal kerja selama 5 tahun.

Aspek Modal/Investasi

Sebelum industri jok serat kelapa ini dapat berjalan, terdapat modal yang cukup besar yang harus dikeluarkan pada awal pendirian. Modal ini dinamakan modal investasi yang terdiri atas modal investasi tetap dan modal kerja. Modal investasi tetap berhubungan dengan kebutuhan manufacturing dan fasilitas pabrik. Modal investasi tetap terdiri atas biaya untuk pembelian peralatan dan mesin, bangunan, lahan, perlengkapan, dan pembelian kendaraan. Modal kerja merupakan modal yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan operasional industri. Modal investasi yang diperlukan untuk mendirikan industri ini ditunjukan pada Tabel 2 dan rincian selengkapnya terdapat pada Lampiran 5. Tabel 2 Rincian Modal Investasi (dalam ribuan rupiah)

No. Komponen Nilai (Rp)

A Modal Investasi Tetap

1 Biaya pra investasi 5 600

2 Lahan dan bangunan 159 712

3 Biaya instalasi fasilitas 28 000

4 Biaya alat dan mesin 2 394 000

5 Biaya perlengkapan 13 000

6 Biaya kendaraan 400 000

7 Biaya kontingensi 321 483

8 Bunga selama pembangunan 214 522

Subtotal 3 536 317

B Modal Kerja

Subtotal 603 216 000

Total Investasi 606 752 317

Aspek Penyusutan

(26)

14

Nilai sisa bangunan sebesar 50% dari harga pembangunan. Selanjutnya, umur ekonomis mesin dan peralatan, instalasi fasilitas, perlengkapan dan kendaraan adalah 10 tahun. Rincian nilai penyusutan dan nilai sisa ditunjukkan pada Lampiran 6.

Aspek Biaya Operasional

Biaya operasional yang dikeluarkan pada industri jok serat sabut kelapa terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh naik turunnya produksi yang dihasilkan sedangkan biaya variabel dipengaruhi oleh naik turunnya produksi. Biaya tetap industri jok serat sabut kelapa antara lain biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya administrasi kantor, biaya utilitas kantor, biaya pemeliharaan, biaya asuransi, biaya pemasaran, biaya laboratorium, pajak, dan penyusutan. Biaya variabel industri jok serat sabut kelapa antara lain biaya pembelian bahan baku, biaya bahan penolong, biaya dan utilitas produksi.

1. Biaya tenaga kerja

Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam industri jok serat sabut kelapa sebanyak 68 orang yang terdiri atas tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Tenaga kerja langsung terdiri dari 60 orang operator yang tersebar di setiap unit kerja sedangkan tenaga kerja tidak langsung terdiri dari 2 orang manager, 2 orang staff, 1 orang tenaga pemasaran, 2 orang pengemudi, dan 1 orang keamanan. Gaji tenaga kerja terdiri dari gaji pokok. Rincian gaji tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung terdapat pada Lampiran 7.

2. Biaya bahan baku dan bahan penolong

Biaya bahan baku terdiri dari biaya bahan baku utama yaitu serat sabut kelapa. Biaya bahan penolong terdiri dari pembelian busa, lem, sarung jok, dan rangka jok. Rincian biaya bahan baku dan bahan penolong produksi jok serat sabut kelapa terdapat pada Lampiran 8 dan rincian biaya operasional lengkap terdapat pada Lampiran 9.

3. Biaya pemeliharaan

Biaya pemeliharaan terdiri dari biaya pemeliharaaan bangunan, instalasi, mesin dan peralatan, dan kendaraan. Biaya ini diasumsikan 2-5% dari harga pembelian. Rincian biaya pemeliharaan terdapat pada Lampiran 10.

4. Biaya asuransi

Biaya asuransi terdiri dari biaya dari objek yang diasuransikan. Objek yang diasuransikan antara lain bangunan, mesin dan peralatan, dan kendaraan. Asumsi biaya asuransi sebesar 0.75% dari nilai beli objek. Rincian biaya asuransi terdapat pada Lampiran 11.

Harga Penjualan dan Perkiraan Penerimaan

Biaya per unit produk jok ditentukan menggunakan metode full costing dengan rumus sebagai berikut :

(27)

15

Biaya per unit produk = biaya tetap + biaya variabel jumlah produk yang dihasilkan

Biaya untuk memproduksi jok per unitnya pada tahun pertama sebesar Rp339 032 sedangkan pada tahun kedua Rp327 894, tahun ketiga Rp318 984, tahun keempat Rp312 942, tahun kelima Rp306 900, tahun keenam hingga tahun

kesepuluh Rp306 857. Harga jual jok per unitnya ditetapkan sebesar Rp1 033 000. Perkiraan penerimaan, seluruhnya berasal dari penjualan jok.

Asumsi yang digunakan seluruh produksi habis terjual. Produksi jok pada tahun pertama adalah 80% dan tahun kedua mencapai 90% dari kapasitas terpasang. Hal ini mempertimbangkan daur hidup produk yang pada awal tahun pendirian berada dalam fase pertumbuhan sedangkan pada tahun ketiga hingga kesepuluh berada dalam fase stabil yaitu produksi mencapai 100% kapasitas terpasang. Rincian harga dan penerimaan industri terdapat pada Tabel 3.

Tabel 3 Harga dan penerimaan (dalam ribuan rupiah) Tahun Total Biaya

(Rp)

(28)

16

Tabel 4 Struktur pembiayaan (dalam ribuan rupiah)

Jenis Kredit Kebutuhan Investasi (Rp)

Lama masa peminjaman kredit modal investasi tetap adalah 5 tahun dan untuk kredit modal kerja 5 tahun. Bunga ditetapkan 13.5% untuk kredit bunga modal investasi tetap maupun modal kerja. Hal Ini mengacu pada bunga yang diberlakukan di Bank Mandiri untuk pembiayaan industri turunan kelapa sawit. Pembayaran bunga ditetapkan dengan menggunakan metode slidding rate. Proyeksi pembayaran angsuran bersama bunganya pada tiap tahun ditunjukan pada Tabel 5 dan 6.

Tabel 5 Angsuran modal investasi tetap (dalam ribuan rupiah) Tahun Jumlah

Tabel 6 Angsuran modal investasi kerja (dalam ribuan rupiah) Tahun Jumlah

Proyeksi laba rugi menggambarkan besarnya keuntungan dan kerugian pada industri ini. Proyeksi ini memuat mengenai pengeluaran dan penerimaan secara keseluruhan. Selisih antara penerimaan dengan pengeluaran produksi dinamakan laba operasi. Laba operasi setelah pengurangan pajak merupakan laba bersih. Pajak penghasilan ditetapkan sebesar 28%. Ini berdasarkan pajak penghasilan yang berlaku di Indonesia untuk badan perusahaan. Rincian laba rugi

(29)

17 industri ditunjukan pada Lampiran 12. Perhitungan laba rugi menunjukan bahwa laba dari tahun-ke tahun mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan biaya pembayaran bunga yang semakin menurun tiap tahunnya dan pada akhir tahun kelima bunga modal investasi tetap telah habis terbayar. Tabel 7 menunjukkan proyeksi laba ruginya.

Tabel 7 Proyeksi laba rugi (dalam ribuan rupiah)

Tahun Penerimaan (Rp)

Pengeluaran (Rp)

Laba Operasi (Rp)

Pajak (Rp) Laba Bersih (Rp) 1 1 666 022 400 546 790 581 1 119 231 818 313 384 909 805 846 909

2 1 874 275 200 594 931 161 1 279 344 038 358 216 330 921 127 707

3 2 082 528 000 643 071 743 1 439 456 256 403 047 751 1 036 408 504

4 2 082 528 000 639 890 725 1 451 637 274 406 458 436 1 045 178 837

5 2 082 528 000 618 709 706 1 463 818 293 409 869 122 1 053 949 171

6 2 082 528 000 606 528 688 1 475 993 311 413 279 807 1 062 719 504

7 2 082 528 000 606 528 688 1 475 993 311 413 279 807 1 062 719 504

8 2 082 528 000 606 528 688 1 475 993 311 413 279 807 1 062 719 504

9 2 082 528 000 606 528 688 1 475 993 311 413 279 807 1 062 719 504

10 2 082 528 000 606 528 688 1 475 993 311 413 279 807 1 062 719 504

Break Even Point (BEP)

Break even point merupakan titik dimana total biaya produksi sama dengan total biaya penerimaan. Analisis BEP menunjukan pada tahun pertama industri ini harus menjual minimal sebesar 90 566 unit, pada tahun kedua sebesar 71 860 unit kemudian pada tahun ketiga menurun menjadi 53 903 kg dan terus menurun hingga pada tahun kesepuluh titik impas berada pada 2 656 unit. Titik impas dari tahun pertama hingga kesepuluh menurun karena mulai tahun keenam bunga bank telah lunas dan tidak diperhitungkan lagi sehingga biaya tetap menurun. Rincian lengkap analisis break even point terdapat pada Lampiran 13. Kriteria Investasi

(30)

18

didapatkan bahwa NPV melebihi satu yang menunjukkan bahwa proyek ini layak untuk dilaksanakan. Rincian arus kas terdapat pada Lampiran 14.

Analisis IRR terhadap proyek pembangunan industri jok serat sabut kelapa didapatkan bahwa IRR 34%, lebih tinggi dari suku bunga. Hal ini menunjukkan akan proyek layak untuk dilaksanakan. Selain itu, IRR menunjukkan bahwa akan adanya pengembalian dari biaya/investasi yang dikeluarkan.

Analisis net B/C proyek industri jok serat sabut kelapa menunjukkan perbandingan pendapatan dan biaya proyek sebesar 1.04 hal ini menunjukkan adanya kelayakan usaha yang dapat mengembalikan tingkat suku modal yang dikeluarkan. Nilai ini menunjukan juga bahwa satu rupiah yang diinvestasikan pada industri ini akan menghasilkan manfaat sebesar 1.04 rupiah.

Hasil perhitungan payback period untuk industri jok serat sabut kelapa adalah selama 24.07 bulan/2.07 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan investasi awal adalah selama 2.07 tahun. Manfaat perhitungan payback period adalah bahwa untuk investasi yang besar yang resikonya sulit untuk diperkirakan, maka tes dengan metode ini dapat mengetahui jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan investasi. Analisis payback period menunjukkan bahwa pada tahun pertama modal awal yang dikeluarkan dapat dikembalikan. Payback period juga menunjukkan bahwa proyek ini layak untuk dijalankan hingga 10 tahun yang akan datang. Pengembalian modal usaha yang cepat dapat dilakukan dengan adanya harga jual yang sesuai dan perhitungan biaya pengeluaran tiap tahunnya. Berdasarkan perhitungan kriteria investasi dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Kriteria Investasi Proyek

Kriteria Nilai Satuan

NPV IRR

14 349 477 250

34% Rp %

PBP 2.07 Tahun

Net B/C 1.04

Analisis Sensitivitas

Analisis ini dilakukan untuk melihat pengaruh perubahan-perubahan harga pada sektor pengeluaran. Variabel yang diubah pada analisis ini adalah harga bahan baku atau harga serat serabut kelapa.

Bila terjadi peningkatan harga bahan baku serat sabut kelapa sebesar 5%, industri ini masih tetap layak untuk didirikan karena nilai NPV positif Rp6 404 066 855, IRR 17%, net B/C sebesar 1.00 dan PBP selama 3.78 tahun.

Bila terjadi peningkatan harga bahan baku serat sabut kelapa sebesar 10%, industri ini masih tetap layak untuk didirikan karena nilai NPV positif Rp728 283 559, IRR 14%, net B/C sebesar 0.88 dan PBP selama 4.25tahun.

Analisis Ketersediaan Bahan Baku

Rincian kebutuhan bahan baku industri jok adalah sebagai berikut :

(31)

19

Perhitungan daerah penghasil kelapa terluas di Indonesia : a.Riau (Luas perkebunan : 526 574 Ha)

�pohon kelapa = 526 574 Ha/tahun × 140 pohon/Ha

= 73 720 360 pohon/tahun

Karena musim panen kelapa setiap 3 bulan sekali maka ;

=73 720 360 pohon/tahun 3 bulan/tahun

= 24 573 453 pohon/bulan

Kebutuhan kelapa per hari adalah (1 bulan = 30 hari)

=24 573 453 pohon/bulan 30 hari

= 819 115 pohon/hari

Produksi pohon kelapa : 819 115 pohon/hari Kebutuhan : 3 111 pohon/hari Pabrik jok yang dapat didirikan :

=

819115 3111

= 260 industri jok

Untuk memenuhi kebutuhan dunia maka diperlukan :

294719

7000 = 42 pabrik jok Pembatas : Kapasitas mesin Kapasitas mesin: 1 ton/jam. Jumlah Mesin: 2 unit mesin. Waktu kerja: 7 jam/hari. 14 000 kg/hari

1 butir kelapa dapat menghasilkan 0.15 kg

(32)

20

Untuk memenuhi kebutuhan dunia dan Indonesia diperlukan 42 industri jok serat sabut kelapa. Ketersediaan bahan baku kelapa masih melimpah di Indonesia, dari satu wilayah yang memiliki jumlah lahan kelapa paling luas dapat dibangun 260 industri jok dengan kapasitas 7000 unit jok/hari. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Indonesia dapat memenuhi pasar nasional dan internasional serta dapat membuka peluang pasar yang lebih luas bagi jok serat sabut kelapa. Perkebunan kelapa masih banyak tersebar di seluruh Indonesia, data produksi kelapa per butir terdapat pada Lampiran 21.

Strategi Penyediaan Bahan Baku dengan Fuzzy AHP

Strategi ini diperoleh berdasarkan analisis yang diperoleh dari kondisi lapangan dan pustaka. Keadaan lapangan diperoleh berdasarkan analisis masalah yang terdapat pada CV Serat Kelapa yang berada di Depok, Jawa Barat. Sedangkan untuk pustaka diperoleh dari buku mengenai kelapa. Berdasarkan pengamatan di lapangan dan hasil pustaka maka terdapat beberapa masalah yang terjadi, yaitu :

1. Produsen serat sabut kelapa (petani dan industri pengurai) lebih tertarik pada pasar ekspor.

2. Sulit untuk menemukan supplier bahan baku serat sabut kelapa di pulau Jawa.

3. Proses pemasaran masih dikuasai oleh para pengumpul untuk dijual di pasar ekspor.

4. Produsen serat sabut kelapa (petani dan industri pengurai) yang tidak berproduksi secara konsisten.

5. Keterbatasan mesin pengurai yang dimiliki oleh petani/industri pengurai serat sabut kelapa sehingga kapasitas produksinya kecil.

Berdasarkan masalah-masalah yang ada diatas maka akan menghambat pemanfaatan serat sabut kelapa dan berkembangnya industri dalam negeri. Oleh karena itu, beberapa alternatif yang diberikan untuk memperbaiki masalah yang ada adalah sebagai berikut :

1. Membeli bahan baku dengan harga lebih tingi (C1).

2. Membangun pabrik yang lokasinya dekat dengan bahan baku C2). 3. Bekerja sama dengan petani kelapa dalam hal pembibitan dan bantuan

modal (C3).

4. Terikat kontrak dengan pemasok bahan baku serat sabut kelapa. Pengiriman bahan baku dilakukan seminggu sekali sesuai dengan kapasitas pabrik (C4).

5. Memberikan bantuan modal untuk pembelian mesin kepada petani/industri pengurai serat sabut kelapa (C5).

alternatif yang diberikan berasal dari diskusi dengan para pakar yang ahli di bidang serat sabut kelapa dan studi pustaka. Alternatif yang diberikan akan dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan hierarki AHP yang terdapat pada Lampiran 15, daftar nama pakar ahli pada Lampiran 16 dan kuisioner pada Lampiran 17.

Pendekatan fuzzy AHP digunakan untuk memperbaiki ketidakjelasan dan ketidakpastian dalam memutuskan tingkat kepentingan indikator kinerja oleh pengambil keputusan/pakar dalam mengambil keputusan. Indikator kinerja dalam

(33)

21 penelitian ini yaitu dalam hal penentuan strategi/alternatif penyediaan bahan baku. Alternatif kunci diidentifikasi melalui tiga tingkat yaitu kriteria penyediaan bahan baku, tujuan penyediaan bahan baku dan alternatif penyediaan bahan baku.

Berdasarkan permasalahan yang telah diidentifikasi dari hasil pengamatan, maka kriteria utama yang mempengaruhi penyediaan bahan baku adalah kontinuitas produksi (A1), jaminan mutu (A2), dan kesejahteraan petani (A3). Sedangkan tujuan penyediaan bahan baku adalah kelancaran produksi (B1), meminimalkan biaya (B2), dan menjamin pasokan bahan baku agar kuantitas yang tepat pada harga dan mutu yang tepat (B3). Tingkat paling akhir dari hierarki adalah alternatif/strategi yang telah dijabarkan diatas. Strategi yang terpilih merupakan strategi yang terbaik untuk menyediakan bahan baku serat sabut kelapa.

Hasil penyelesaian fuzzy AHP menurut Ayag (2005) adalah sebagai berikut : 1. Pembuatan matriks perbandingan fuzzy

Hasil pembuatan matriks perbandingan fuzzy hasil penilaian para pakar pada kriteria terdapat pada Tabel 9. Hasil matriks perbandingan berpasangan fuzzy secara lengkap terdapat di Lampiran 18.

Tabel 9 Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian para pakar pada kriteria

2. Menentukan batas atas dan batas bawah kemudian tetapkan nilai α-cut dengan menggunakan persamaan :

(34)

22

Nilai α-cut fuzzy adalah 0.5. Pemilihan nilai α-cut fuzzy karena para pakar memiliki tingkat kepercayaan rata-rata pada saat penilaian. Hasil matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy hasil penilaian para pakar pada kriteria setelah perhitungan terdapat pada Tabel 10. Matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy untuk matriks lainnya terdapat pada Lampiran 19. 3. Mengubah nilai matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy ke dalam nilai

crips. α−cut merupakan tingkat kepercayaan pakar atau pengambil keputusan pada penilaiannya. Derajat kepuasan penilaian matriks �̃ diestimasikan oleh indeks optimisme ω. Nilai indeks optimisme yang digunakan adalah 0.5. Nilai ini menunjukkan bahwa penilaian yang diberikan tidak optimis dan tidak pesimis. Hasil nilai crips matriks perbandingan berpasangan, x, λmax, CI dan CR terdapat pada Tabel 11. Rincian matriks selengkapnya terdapat pada Lampiran 20.

Tabel 10 Matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy hasil penilaian para pakar pada kriteria

Jaminan Mutu Kesejahteraan Petani

(35)

23 4. Bobot prioritas pada setiap alternatif dapat diperoleh dengan cara mengalikan

matriks penilaian dengan vektor bobot atribut dan menjumlahkan seluruh atribut. Bobot kriteria penentuan strategi pada dasarnya menunjukkan urutan prioritas atau pengaruh kriteria dalam penentuan strategi. Semakin besar bobot suatu kriteria maka semakin tinggi prioritas atau semakin besar pengaruh kriteria tersebut dalam proses penentuan strategi. Berdasarkan hasil perhitungan dari penilaian para pakar, kriteria utama yang memiliki bobot paling tinggi adalah kontinuitas produksi dengan bobot 0.5619. Kontinuitas produksi merupakan aspek paling penting yang harus diperhatikan dalam penentuan strategi penyediaan bahan baku. Bobot kriteria dapat dilihat pada Tabel 12. Tujuan strategi penyediaan bahan baku merupakan sub kriteria pada hierarki AHP ini. Hasil perhitungan fuzzy AHP menunjukkan bahwa tujuan strategi penyediaan bahan baku yang paling utama adalah menjamin pasokan bahan baku agar kuantitas yang tepat pada harga dan mutu yang tepat dengan bobot sebesar 0.5312. Strategi penyediaan bahan baku yang dipilih memiliki tujuan utama yaitu untuk menjamin pasokan bahan baku agar kuantitas yang tepat pada harga dan mutu yang tepat. Bobot tujuan dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Total bobot tujuan strategi penyediaan bahan baku dengan mempertimbangkan bobot kriteria utama.

Hasil perhitungan fuzzy AHP menunjukkan bahwa strategi pilihan para pakar dengan nilai bobot tertinggi adalah memberikan bantuan modal untuk pembelian mesin kepada petani atau industri pengurai serat sabut kelapa, nilai bobotnya adalah 0.3104. Strategi ini dipilih untuk menjamin pasokan bahan baku agar kuantitas yang tepat pada harga dan mutu yang tepat sehingga kontinuitas produksi tetap terjaga. Bobot alternatif strategi penyediaan bahan baku dapat dilihat pada Tabel 13.

Pemberian bantuan berupa modal kepada petani atau industri pengurai serat sabut kelapa untuk membeli mesin pengurai akan meningkatkan kapasitas produksi serat sabut yang dihasilkan sehingga akan dapat memenuhi kapasitas produksi jok serat sabut kelapa dan proses produksi berjalan lancar. Bantuan modal yang diberikan kepada petani/industri pengurai serat sabut kelapa juga akan mengurangi biaya untuk pembelian bahan baku sabut kelapa. Pembelian serat sabut kelapa yang sudah jadi (siap pakai) lebih ekonomis daripada industri jok mengolah dari buah kelapanya langsung, hal ini karena proses pembuatan

(36)

24

serat dari buah kelapa lebih panjang, sumberdaya dan investasi mesin yang dibutuhkan akan lebih banyak.

Tabel 13 Total bobot alternatif strategi penyediaan bahan baku dengan mempertimbangkan bobot tujuan.

B1 B2 B3 Total Bobot

Prioritas Alternatif Bobot

Tujuan

0.5312 0.1583 0.3105 Bobot Alternatif

ditinjau dari masing-masing

Tujuan

C1 0.1759 0.0529 0.1074 0.1351 C2 0.1865 0.3000 0.2525 0.2190 C3 0.2182 0.1360 0.1389 0.1406 C4 0.2007 0.2714 0.2307 0.2049 C5 0.2187 0.2397 0.2705 0.3104 Bahan baku kelapa masih banyak terdapat di seluruh pulau di Indonesia, pulau dengan jumlah ketersediaan sabut kelapa paling banyak adalah Sumatra (16%), Jawa (11.37%) dan Sulawesi (11.22%) (APCC 2013). Penggunaan serat sabut kelapa di pulau Jawa masih berfokus pada penjualan ekspor sehingga penjualan ke pasar domestik kurang dilirik oleh petani/industri pengurai serat sabut kelapa. Strategi pemberian modal kepada petani/industri pengurai serat sabut kelapa akan berjalan lancar jika dijalankan di luar pulau Jawa, yaitu di pulau Sumatra, Bali, Kalimantan, Nusa Tenggara dan Papua karena para petani yang masih sederhana dan tradisional, dengan adanya modal pembelian mesin maka bahan baku yang belum termanfaatkan dapat dimanfaatkan dengan maksimal, sedangkan strategi yang sesuai untuk pulai Sulawesi adalah dengan membeli bahan baku dengan harga lebih tinggi karena sabut kelapa biasa digunakan untuk bahan bakar pembuatan kopra.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Permintaan jok mobil dari pasar domestik dan luar negeri cukup besar. Proses dan teknologi pembuatan jok dari sabut kelapa cukup sederhana. Industri jok dari serat sabut kelapa dengan kapasitas produksi sebanyak 7000 unit jok/hari layak untuk dijalankan dengan NPV bernilai positif dan IRR 34%, payback period selama 2.07, serta merupakan bisnis yang cukup menguntungkan dilihat dari hasil perhitungan net B/C. Industri jok serat sabut kelapa dengan bahan baku serat sabut kelapa lebih murah dan efisien dibandingkan dengan bahan baku yang berasal dari buah kelapa secara langsung.

Hasil analisis fuzzy AHP menunjukkan bahwa kriteria utama dalam strategi penyediaan bahan baku adalah kontinuitas produksi dengan nilai bobot 0.5619, tujuan utama dari strategi penyediaan bahan baku adalah menjamin pasokan bahan baku agar kuantitas yang tepat pada harga dan mutu yang tepat dengan

(37)

25 bobot sebesar 0.5312 dan strategi penyediaan bahan baku industri jok serat sabut kelapa adalah memberikan bantuan modal untuk pembelian mesin kepada petani atau industri pengurai serat sabut kelapa, dengan nilai bobotnya 0.3104.

Saran

Saran yang bisa diberikan setelah penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Para petani/industri pengurai serat sabut kelapa lebih melirik ke pasar domestik

agar nilai jual serat sabut kelapa memiliki nilai yang lebih tinggi dibanding hanya menjual bahan baku mentah.

2. Pendirian industri dilakukan di luar pulau Jawa karena penjualan serat sabut kelapa sudah didominasi untuk pasar ekspor sehingga industri lokal sulit untuk mendapatkan bahan baku serat sabut kelapa.

3. Serat sabut kelapa dapat diolah menjadi produk-produk turunan lainnya selain jok, untuk objek penelitian berikutnya diharapkan dapat mengembangkan produk potensial lainnya dari serat sabut kelapa baik dengan serat sabut pendek maupun dengan serbuk sabut kelapa sehingga memiliki nilai jual tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Ansori Y. 2012. Pendekatan Triangular Fuzzy Number Dalam Metode Analytic Hierarchy Process. J Ilmiah Foristek. 2(1): 126-135.

[APCC] Asian and Pacific Coconut Community (ID). Coconut Statistic Book. 2013. Jakarta (ID) : APCC Pr.

Askin, Guzin. 2007. Comparison of AHP and Fuzzy AHP for the Multi Criteria Decision Making Process with Linguistic Evaluation. Eur J Operation Resear. 1(5): 65-85.

[DEKINDO] Dewan Kelapa Indonesia. 2001. Komposisi dan Pengembangan Berbagai Produk Kelapa [internet]. [diacu 2014 Mei 28]. Tersedia dari : http://www.dekindo.com/content/teknologi/jp184995.html.

[GAIKINDO] Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (ID). 2014. Statistic Data [internet]. [diacu 2014 Mei 10]. Tersedia dari: http://gaikindo.or.id/index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=0 &Itemid=110

Hartini S, Wijaya AB, Widjojo N, Susilowati M, Petriana G. 2013. Pemanfaatan Serabut Kelapa Termodifikasi Sebagai Bahan Pengisi Bantal dan Matras. J Tek Ind. 4(1): 2087-0922.

Hetharia D. 2009. Penerapan Fuzzy Analytical Hierarchy Process dalam Metode Multi Attribute Failure Mode Analysis untuk Mengidentifikasi Penyebab Kegagalan Potensial pada Proses Produksi. J TI. 4(2). 106-113.

Indonetwork. 2013. Mesin Pengolahan Sabut Kelapa [internet]. [diacu 15 Mei 2014]. Tersedia dari : http://www.indonetwork.co.id

(38)

26

Junardi. 2012. Strategi Pengembangan Agroindustri Serat Sabut Kelapa Berkaret (SEBUTRET) (Studi Kasus di Kabupaten Sambas) [disertasi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Kong F, Liu H. 2005. Applying Fuzzy Analytic Hierarchy Process to Evaluate Success Factors of E-Commerce. J Inform Sys Sci. 1(3): 406-412.

Lumintang RCA, Soenoko R, Wahyudi. 2011. Komposit Hibrid Polyester Berpenguat Serbuk Batang dan Serat Sabut Kelapa. J Rek Mes. 2(2): 145-153. Mardhikawarih DA, Jauhari WA, Rosyidi CN. 2012. Pemilihan Pemasok Drum

Pelumas Industri Menggunakan Fuzzy Analytical Hierarchy Process (Studi Kasus: PT. Petamina Pusat dan Production Unit Gresik). Performa 11(1): 67-74. Marimin, Maghfiroh N. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam

Manajemen Rantai Pasok. Bogor (ID) : IPB Pr.

Marimin, Djatna T, Suharjito, Hidayat S, Utama DN, Astuti R, Martini S. 2013. Teknik dan Analisis Pengambilan Keputusan Fuzzy dalam Manajemen Rantai Pasok. Bogor (ID) : IPB Pr.

Nurhasanah N, Tamam MA. Analisis Pemilihan Suplier Untuk Pemesanan Bahan Baku yang Optimal Menggunakan Metode AHP dan Fzzy AHP : Studi Kasus di PT. XYZ. J Tek Ind 234 (1411-6340).

Pranata NA, Basuki A, Ansori N. 2012. Penentuan Supplier yang Efektif dengan Penerapan Integrasi Model SCOR dan Fuzzy AHP di PT. Indospring, Tbk-Gresik. J Tek Ind. 4(2) 113.

Satyanaratana KG, Pillai CKS, Sukumaran K, Rohatgi PK, Kalyanivijayan. Structure Property Studies Of Fibres From Various Parts Of The Coconut Tree. J Mat Sci. 17(1982) 2453-2462.

Suciadi Y. 2013. Pemilihan dan Evaluasi Pemasok pada PT. New Hope Jawa Timur dengan Menggunakan Metode Fuzzy Analytic Hierarchy Process. J Ilmiah Univ Surabaya. 2(1): 213

Tejano EA. 1985. State of the Art of Coconut Coir Dust and Husk Utilization (General Overview). Journal Cocon Stud. 1(1985) 1-7.

Tomas U, Ganiron Jr. 2013. Investigation on the use of Coco Coir Polypropylene as Thermal Insulator. Int J Adv Sci Tech. 59(2013) pp 13-26. doi : 10.14257/ijast.2013.59.02.

Widiawati D, Rais Z, Haryudant A, Amanah ES. 2007. Pemanfaatan Limbah Sabut Kelapa Sebagau Bahan Baku Alternatif Tekstil. J Scie Design. 2(1). 57. Yudhistira TL, Diawati. 2000. The Development of Fuzzy AHP using

Non-Additive Weight and Fuzzy Score. Jakarta (ID) : INSAHP.

(39)

28

(40)

29 Lampiran 1 Alat dan mesin industri jok serat sabut kelapa

No. Nama dan Gambar Alat/Mesin Spesifikasi Harga (Rp)

1 Mesin Pengurai Sabut Kelapa Kapasitas : 750-1000 kg / jam Power : 20 Hp - rrt

Material bhn : Mild Steel

Ǿ cyl : 50 x 180 cm , tebal 4 mm Jumlah pisau : 68 buah (putar), 30 buah ( duduk )

Panjang pisau : 100 x 10 mm Tebal cyl : 12 mm

Bearing : ucp - 209

Dimensi total : 250x80x140 cm

30 000 000

2. Mesin Pengayak Sabut Kelapa Kapasitas : 500-750 kg

Dimensi: 400cmx150cmx200cm Pengerak : 8 HP RRC Diesel

12 000 000

3. Mesin Pengaduk Kapasitas : 500 Kg/ jam

Dimensi : P 240 cm, L 120 cm, T 200 cm

Bahan Body : Mild Steel ( Besi Plat) 50cm, & 30cm

Bahan Rangka : Besi UNP 10 cm

Penggerak : Mesin Diesel 16 PK RRC

Gear Box : Type 100

17 500 000

4. Pencetak jok Kapasitas : 1 kg/cetakan 8 jam : 115 jok

Bahan Rangka : Besi UNP 7cm

(41)

30

5. Pompa

Aurora Split Case Centrifugal Pump.

Size: 4x5x11A.

Capacity: 625 gpm @ 100 tdh. Base-mounted. US Motor, 25 hp, 1760 rpm, 230/460 V, 66.0/33.0 amps, 3 phase.

Dimensi keseluruhan: p x l x t = 135 cm x 135 cm x 90 cm.

10 000 000

6. Genset Asal: Taiwan

Garansi : 1 Year

Rated Output : 10000 Watts Voltage : 220V ; 1 phase Frequency : 50 Hz Rated Current : 43.5 A DC Output : 12V/8.3A Model : TE2V78 Max. Outpu : 19.5 HP Displacement : 678 cc Noise Level (at 7m): 78 dB Starting System : Electric Type : Forced air-cooled , 4 stroke , OHV Ignition

Type : Non contact transistorized Ignition (TCI) Fuel Tank : 25 L Fuel

Type : Bensin Fuel Consumption : 6.5L/hour Oil Capacity : 1.5 L Dimension (LxWxH) : 91 X 59 X 80 cm Gross Weight : 158 Kg

20 000 000

7. Boiler Structure : Water-Fire Tube

Fuel : Coal-fired Model number : DZL6 Steam Preassure : 16 bar Weight : 350 kg

Steam Temp : 100-204 0C Efficiency : 90%

(42)

31

8. Kompresor Type : 1.5 S24R

Power : 1.5 HP 1 Phase 220 V Voltage : 50 Hz

RPM : 1450

Free Air Flow : 145 L/min Max Pressure : 8 bar (116 Psi) Tank Capacity : 24 liter Weight : 11 kg

Dimension : 39x39x63 cm

5 000 000

9. Mesin Potong Busa Tipe Potongan : Horizontal Dimensi : 5m x 2.6m x 2.4m Tipe Proses : Foaming Machine Brand Name : SQUARE

Voltage : 380 V 3P Power : 1.74 KW Model Number : LQ Warranty : 1 year

Tipe Produk : Busa molding dan foam net

45 000 000

(43)

32

Provinsi Area Produksi kelapa Produksi

sabut

(44)

33

* MT : Metrik ton (satuan volume)

Lampiran 3 Definisi dan fungsi keanggotaan bilangan fuzzy Tingkat

Kepentingan

Bilangan fuzzy Definisi Fungsi Keanggotaan

1 1� Sama penting (1,1,2)

3 3� Sedikit lebih penting (2,3,4)

5 5� Lebih penting (4,5,6)

7 7� Sangat lebih penting (6,7,8)

9 9� Mutlak lebih penting (8,9,10)

Lampiran 4 Ilustrasi jok

Serat sabut kelapa Rangka jok Busa mold Jok

Sumber : AISKI 2013

-Nusa Tenggara Timur 159 380 4.20 61 943 2.03 21 680 Maluku dan Papua

377 021

9.93 346 430

11.36 121 251

(45)

34

Lampiran 5 Rincian biaya investasi

No Komponen Jumlah Satuan Harga satuan (Rp) Nilai total (Rp)

1 Biaya Pra Investasi

a. Perijinan

IUI (Izin Usaha Industri) 1 paket 20 000 20 000

UUG (Undang-Undang Gangguan) 1 paket 25 000 25 000

AMDAL (Analisis Mutu&Dampak Lingkungan) 1 paket 100 000 100 000

b. Biaya Riset 1 paket 3 000 000 3 000 000

c. Studi kelayakan 1 paket 2 500 000 2 500 000

TOTAL 1 5 600 000

2 Tanah bangunan

a. Tanah 2 000 m2 10 416 20 832 000

b. Bangunan 800 m2 173 600 138 880 000

TOTAL 2 159 712 000

3 Fasilitas Penunjang

a. Instalasi listrik 1 paket 20 000 000 20 000 000

b. Instalasi air 1 paket 5 000 000 5 000 000

c. Instalasi generator 1 paket 3 000 000 3 000 000

TOTAL 3 28 000 000

4 Mesin dan Peralatan

a. Mesin pengurai sabut kelapa 2 unit 30 000 000 60 000 000

b. Mesin pengayak sabut kelapa 2 unit 12 000 000 24 000 000

c. Mesin Pengaduk 4 unit 70 000 000 280 000 000

d. Pencetak jok 121 unit 15 000 000 1 815 000 000

(46)

35

g. Mesin Pemotong Busa 1 unit 45 000 000 45 000 000

h. Pompa 1 unit 10 000 000 10 000 000

i. Genset 1 unit 20 000 000 20 000 000

j. Boiler 1 unit 85 000 000 85 000 000

k. Kompresor 1 unit 5 000 000 5 000 000

TOTAL 4 2 394 000 000

5 Alat kantor

a. Komputer 3 unit 3 000 000 9 000 000

b. Meja dan kursi kantor 5 unit 600 000 3 000 000

c. Peralatan kantor 2 unit 500 000 1 000 000

TOTAL 5 13 000 000

6 Sarana distribusi

a. Kendaraan truk 2 unit 200 000 000 400 000 000

TOTAL 6 400 000 000

Bunga Selama Pembangunan 214 522 308

Kontingensi 10% 321 483 431

Total investasi 3 536 317 739

(47)

36

Lampiran 6 Rincian nilai penyusutan dan nilai sisa Nilai penyusutan

No Komponen Niali residu (%) Umur Nilai total biaya penyusutan

1 Biaya pra investasi 0 5 5 600 000 1 120 000

2 Tanah 0 0 20 832 000 -

3 Bangunan 50 10 138 880 000 13 888 000

4 Fasilitas penunjang 5 5 28 000 000 5 600 000

5 Mesin dan peralatan 10 10 2 394 000 000 239 400 000

6 Alat kantor 5 5 13 000 000 2 600 000

7 Sarana distribusi 5 5 400 000 000 80 000 000

Total penyusutan 342 608 000

Nilai sisa

No Komponen Niali residu (%) Umur Nilai total (Rp) Nilai sisa (Rp)

1 Tanah 100 0 20 832 000 20 832 000 2 Bangunan 50 10 138 880 000 69 440 000 3 Mesin dan peralatan 10 10 2 394 000 000 239 400 000 4 Fasilitas penunjang 5 5 28 000 000 1 400 000

5 Alat kantor 5 5 13 000 000 650 000

6 Sarana distribusi 5 5 400 000 000 20 000 000

(48)

37

Lampiran 7 Rincian gaji tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung

No Komponen Jumlah

personil

Gaji Pokok/bulan Total (Rp/bulan) Total (Rp/tahun)

1 Tenaga Kerja Langsung

Pengurai 4 1 900 000 7 600 000 91 200 000

Pengayak 4 1 900 000 7 600 000 91 200 000

Pengaduk 8 1 900 000 15 200 000 182 400 000

Pencetak 36 1 900 000 68 400 000 820 800 000

Pemotong Jok 5 1 900 000 9 500 000 114 000 000

Pemotong Busa 3 1 900 000 5 700 000 68 400 000

Total tenaga kerja langsung 60 1 368 000 000

2 Tenaga Kerja Tidak Langsung

Manajer Produksi 1 3 200 000 3 200 000 38 400 000

Manajer Keuangan 1 3 200 000 3 200 000 38 400 000

Pemasaran 1 2 700 000 2 700 000 2 700 000

Staff Administrasi Produksi 1 2 200 000 2 200 000 26 400 000

Staff Keuangan 1 2 200 000 2 200 000 26 400 000

Pengemudi/kurir 2 1 600 000 3 200 000 38 400 000

Keamanan 1 1 600 000 1 600 000 19 200 000

Total tenaga kerja tidak langsung

(49)

38

Lampiran 8 Rincian biaya bahan baku dan bahan penolong produksi jok serat sabut kelapa

No Biaya Satuan Jumlah

Lampiran 9 Rincian biaya operasional

Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5

Serat Sabut Kelapa

(50)

39 Total biaya variabel (Rp)

Total Biaya Tetap (Rp)

(51)

40

Serat Sabut Kelapa

Total biaya variabel (Rp)

Lampiran 9 Rincian biaya operasional… (lanjutan tahun 1-5)

(52)

41

Total Biaya Tetap (Rp)

Gambar

Gambar 1 Prinsip penelitian strategi penyediaan bahan baku industri jok serat sabut kelapa
Gambar 2 Diagram alir penentuan strategi penyediaan bahan baku industri  jok serat sabut kelapa
Tabel 1 Permintaan jok di pasar dalam dan luar negeri
Gambar 3 Diagram alir pembuatan jok serat sabut kelapa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan serat sabut kelapa terhadap besar beban lentur, ketahanan terhadap rembesan air, penyerapan air, keseragaman

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan serat sabut kelapa terhadap besar beban lentur, ketahanan terhadap rembesan air, penyerapan air,

Dari hasil penelitian dan pengujian, genteng beton dengan penambahan serat sabut kelapa dan styrofoam sebesar 40% menghasilkan kuat lentur yang paling baik yaitu

Pusaka Bakti menghasilkan tiga jenis produk yaitu keset kaki dari bahan sabut kelapa, cocopress yaitu serat sabut kelapa hasil penguraian berupa cocofiber yang dipress dan

Dalam tulisan ini, disajikan penentuan sifat mekanis serat sabut kelapa yang ditinjau dari dimensi panjang spesimen..

Pada penelitian ini sifat komposit serat sabut kelapa dengan masing-masing fraksi volume 30%, 40% dan 50%, agar lebih bisa diketahui susunan partikel serat sabut kelapa

Sebagaimana hasil pengujian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa perendaman serat sabut kelapa dalam larutan NaOH 20% memberikan pengaruh terhadap diameter serat,

Faktor Peluangnya adalah: 1) Melalui pengembangan agroindustri serat sabut kelapa berkaret (sebutret) akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat petani (kelapa dan karet),