• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ikhtisar. Membaiknya kinerja ekonomi dalam negeri masih dapat dipertahankan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ikhtisar. Membaiknya kinerja ekonomi dalam negeri masih dapat dipertahankan."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Ikhtisar

Perkembangan perekonomian selama triwulan I-2004 masih terus menunjukkan perbaikan. Posisi uang primer dan inflasi yang terkendali, suku

bunga yang terus turun, serta nilai tukar yang relatif stabil merupakan beberapa indikator ekonomi yang mengindikasikan perbaikan kondisi fundamental dalam negeri. Memperhatikan perkembangan ekonomi sampai dengan saat ini, perekonomian Indonesia pada triwulan II-2004 diprakirakan tumbuh pada kisaran 4,3% - 4,8% dengan inflasi mencapai kisaran 6% - 7%. Selanjutnya, nilai tukar Rupiah diprakirakan berada pada kisaran Rp8.200 – Rp8.700 per dolar AS pada 2004. Dengan demikian, kebijakan moneter pada triwulan II-2004 diarahkan untuk tetap akomodatif dan berhati-hati dalam rangka memelihara kestabilan kondisi makroekonomi dalam negeri. Penurunan suku bunga dengan laju yang lebih lambat masih dimungkinkan dengan memperhatikan sasaran inflasi jangka menengah. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar Rupiah, kebijakan intervensi ataupun sterilisasi di pasar valas akan terus dilakukan, selain dengan monitoring dan pengawasan transaksi devisa bank-bank. Di sisi perbankan, upaya untuk mempertahankan stabilitas sistem keuangan dan perbankan dengan cara monitor-ing dan pengawasan bank-bank bermasalah akan terus dilakukan.

Setelah dalam dua bulan sebelumnya trend laju inflasi mengalami penurunan, pada Maret perkembangan harga secara umum menunjukkan peningkatan meskipun tidak terlalu signifikan. Pada Maret, perkembangan harga-harga

mencatat inflasi 0,36% (m-t-m), lebih tinggi dibandingkan deflasi 0,02% (m-t-m) pada Februari. Inflasi pada Maret terutama disebabkan oleh inflasi pada kelompok perumahan (0,67%, m-t-m), makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (0,38%, m-t-m), dan kesehatan (1,10%, m-t-m). Namun demikian, inflasi pada triwulan I-2004 tercatat sebesar 0,91% (q-t-q), lebih rendah dibandingkan 2,5% (q-t-q) pada triwulan IV-2003. Relatif terkendalinya inflasi pada Maret yang lalu serta membaiknya inflasi pada triwulan I-2004 ditengarai dipengaruhi oleh relatif stabilnya nilai tukar, tercukupinya pasokan bahan makanan di dalam negeri, rendahnya dampak administered price, serta membaiknya ekspektasi masyarakat terhadap inflasi.

Nilai tukar rupiah pada Maret 2004 bergerak relatif stabil pada kisaran Rp8.200 – Rp8.700 per dolar AS. Secara rata-rata, rupiah ditransaksikan Rp8.570

per dolar AS sedikit melemah dibandingkan Rp8.432 per dolar AS pada Februari. Sementara itu, secara point-to-point, nilai tukar Rupiah mencapai Rp8.564 per dolar AS dibandingkan Rp8.443 per dolar AS, pada bulan sebelumnya, melemah 1,43%. Pergerakan nilai tukar Rupiah pada Maret terutama disebabkan oleh pengaruh rambatan dari menguatnya dolar AS terhadap mata uang dunia sejalan

Pada Maret, laju inflasi masih relatif terkendali... ..., nilai tukar yang relatif stabil... Membaiknya kinerja ekonomi dalam negeri masih dapat dipertahankan.

(2)

dengan ekspektasi membaiknya perekonomian AS, di samping adanya ekspektasi penurunan suku bunga di Eropa dan langkah intervensi Jepang untuk mendepresiasikan mata uangnya. Walaupun demikian, membaiknya kondisi perekonomian dalam negeri yang disertai oleh aliran masuk modal asing sebagai hasil penjualan obligasi pemerintah dan swasta mampu menahan laju depresiasi nilai tukar Rupiah. Secara triwulanan, nilai tukar Rupiah sedikit menguat mencapai Rp8.463 per dolar AS pada triwulan I-2004 dibandingkan Rp8.475 per dolar AS pada triwulan IV-2003.

Pada Maret, laju penurunan suku bunga instrumen moneter semakin melambat, diikuti oleh penurunan suku bunga perbankan dengan laju yang berbeda. SBI 1 bulan pada Maret turun 6 bps menjadi 7,42%, sedangkan SBI 3

bulan turun 37 bps menjadi 7,33%. Kondisi likuiditas perbankan yang masih berlebih disertai dengan persepsi resiko perbankan terus mendorong penurunan suku bunga instrumen moneter yang lebih lanjut. Sejalan dengan turunnya suku bunga instrumen moneter, suku bunga simpanan perbankan dan suku bunga kredit juga menunjukkan penurunan, walaupun dengan laju yang berbeda, sehingga spread antara suku bunga simpanan dan kredit menjadi semakin besar. Selama triwulan I-2004, penurunan SBI 1 bulan tercatat sebesar 89 bps dibandingkan 35 bps pada triwulan IV-2003. Sedangkan penurunan SBI 3 bulan pada triwulan I-2004 tercatat sebesar 101 bps dibandingkan 41 bps pada triwulan IV-2003.

Uang primer pada Maret 2004 tercatat lebih tinggi dibandingkan posisi Februari, namun masih tetap di bawah target indikatif. Uang primer tercatat

sebesar Rp142,73 triliun, lebih tinggi dibandingkan Rp142,52 triliun pada Februari. Peningkatan uang primer terutama disebabkan oleh naiknya uang kartal. Selanjutnya, berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, peningkatan uang primer terutama disebabkan oleh posisi cadangan devisa yang lebih tinggi mencapai Rp179,87 triliun dibandingkan Rp171,21 triliun pada Februari. Berdasarkan pegerakan harian uang primer, rata-rata test date sementara uang primer mencapai Rp138,94 triliun, lebih rendah dibandingkan target indikatifnya sebesar Rp147,02 triliun.

M1 pada Februari tercatat meningkat, sedangkan M2 menunjukkan penurunan, dibandingkan posisi pada Januari. Pada Februari, M1 tercatat

sebesar Rp218,03 triliun, lebih tinggi dibandingkan Rp216,34 triliun pada Januari. Di lain pihak, M2 tercatat mengalami penurunan dari Rp947,28 triliun pada Januari menjadi Rp934,74 triliun pada Februari. Penurunan M2 tersebut terutama disebabkan oleh lebih rendahnya simpanan berjangka dalam rupiah disamping simpanan valas yang juga menurun. Apabila ditinjau dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, kontraksi rekening pemerintah yang lebih besar dibandingkan peningkatan pada aktiva luar negeri bersih dan pada posisi kredit telah mendorong penurunan posisi M2 pada Maret.

... , dan suku bunga yang masih terus turun. ...sejalan dengan meningkatnya M1, sedangkan M2 mengalami penurunan. Uang primer sedikit meningkat...

(3)

Hingga Februari 2004, sektor perbankan menunjukkan perkembangan yang relatif stabil. Posisi dana pihak ketiga (DPK) yang terus meningkat, NPLs yang

membaik, serta perkembangan NIM yang meningkat merupakan beberapa indikator perbankan yang mengindikasikan membaiknya kinerja sektor perbankan. Demikian pula meningkatnya total asset dan modal perbankan juga mencerminkan kondisi perbankan yang membaik. Namun demikian, menurunnya posisi kredit perbankan dan meningkatnya posisi SBI pada neraca perbankan masih perlu diwaspadai perkembangannya.

Perkembangan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan

Inflasi, Nilai Tukar, Suku Bunga, Pasar Uang, dan Pasar Modal

Pada Maret 2004, perkembangan harga mencatat inflasi sebesar 0,36% (m-t-m) setelah pada bulan sebelumnya mencatat deflasi 0,02% (m-t-m). Selama triwulan I-2004, mencapai 0,91% (q-t-q), lebih rendah dibandingkan inflasi pada triwulan IV-2003 yang mencapai 2,5% (q-t-q). Penurunan inflasi pada triwulan I-2004 dan relatif terkedalinya inflasi pada Maret dipengaruhi oleh berkurangnya tekanan inflasi dari sisi eksternal seiring dengan relatif stabilnya nilai tukar dan inflasi di negara-negara mitra dagang yang cenderung turun. Selain itu, tersedianya pasokan bahan makanan, baik dari dalam negeri maupun impor, ternyata cukup mampu memenuhi permintaan domestik sehingga tidak memberikan tekanan yang berlebihan kepada harga.

Pada Maret, perkembangan harga secara umum mencatat inflasi... Secara umum, indikator perbankan terus membaik. Sumber : BPS Bahan Makanan Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan Transportasi & Komunikasi Sandang -0,25 0,25 0,75 1,25 0,14 0,18 0,15 0,38 0,67 1,10 0,18 Sumbangan Inflasi Sumber : BPS % y-o-y % m-t-m m-t-m y-o-y 2002 2003 2004 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 14,0 16,0

Jan Feb MarApr MeiJun Jul Ags Sep OktNovDes Jan Feb MarApr MeiJun Jul AgsSep OktNovDes Jan Feb Mar -1,0 0,0 1,0 2,0 3,0

Grafik 1. Tingkat Inflasi Grafik 2. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang

Pada Maret 2004, semua kelompok barang dan jasa mengalami kenaikan harga dengan urutan kelompok kesehatan sebesar 1,10% (m-t-m), kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,67% (m-t-m), kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,38% (m-t-m), kelompok sandang sebesar 0,18% (m-t-m), kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 0,18% (m-t-m), kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,15% (m-t-m), serta kelompok bahan makanan sebesar 0,14% (m-t-m).

...yang disumbang oleh tiga kelompok utama barang dan jasa yaitu

kesehatan, perumahan, dan makanan jadi.

(4)

Inflasi inti relatif stabil.

Pada Maret, inflasi inti mencatat pergerakan yang relatif stabil sebesar 6,17% (y-o-y) dari 5,99% (y-o-y) pada Februari. Beberapa faktor fundamental seperti relatif stabilnya nilai tukar, seimbangnya penawaran dan permintaan, serta membaiknya ekspektasi inflasi masyarakat ditengarai sebagai faktor-faktor yang menyebabkan stabilnya inflasi inti. Sementara itu, secara triwulanan, inflasi inti pada triwulan I-2004 mencapai 6,07%, tercatat lebih rendah dibandingkan inflasi inti pada triwulan IV-2003 yang mencapai 6,93%.

Nilai tukar Rupiah pada awal Maret, menjelang pelaksanaan Pemilu, sempat menunjukkan kecenderungan melemah, walaupun kembali menguat pada dua minggu terakhir. Secara rata-rata, nilai tukar pada Maret melemah 1,64% (m-t-m) menjadi Rp8.570/USD dibandingkan Rp8.432/USD pada bulan sebelumnya. Secara point-to-point, nilai tukar Rupiah juga menunjukkan kecenderungan untuk melemah dari Rp8.443/USD pada Februari menjadi Rp8.564/USD pada Maret (melemah 1,43%, m-t-m). Namun demikian, pergerakan nilai tukar Rupiah pada Maret tersebut masih relatif stabil dalam kisaran yang diproyeksikan selama 2004 yaitu Rp8.200 – Rp8.700 per dolar AS. Kecenderungan pelemahan nilai tukar Rupiah juga diikuti oleh meningkatnya volatilitas nilai tukar dari 0,35% menjadi 0,76% (Grafik 5). Meskipun demikian, secara triwulanan, nilai tukar Rupiah pada triwulan I-2004 menguat dari Rp8.475 per dolar AS menjadi Rp8.463 per dolar AS.

Melemahnya nilai tukar Rupiah pada Maret selain dipengaruhi oleh sentimen Pemilu juga karena pengaruh rambatan dari menguatnya nilai tukar dolar AS terhadap mata uang dunia seiring dengan meningkatnya ekspektasi terhadap perekonomian AS yang terus membaik. Selanjutnya, adanya ekspektasi penurunan suku bunga di Eropa dan langkah intervensi Jepang untuk mendepresiasikan nilai tukar yen juga sebagai faktor pendorong apresiasi nilai tukar dolar AS. Kekhawatiran menjelang Pemilu Walaupun demikian, laju pelemahan nilai tukar Rupiah ini dapat ditahan oleh masih kondusifnya faktor fundamental ekonomi dalam negeri disamping tersedianya pasokan valas domestik yang bersumber dari penjualan obligasi valas pemerintah dan beberapa perusahaan domestik.

...ditopang oleh sentimen positif dari dalam negeri... 8.958 9.142 9.067 8.921 8.890 8.922 8.419 8.230 8.337 8.508 8.455 8.439 8.501 8.487 8.386 8.432 8.570 8.803 8.895 Rp/USD Sumber : Bloomberg 7.000 7.500 8.000 8.500 9.000 9.500

Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar 2003

2002 2004

2004

2002 2003

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Exclusion Headline 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 14,0 16,0 % (y-o-y)

Grafik 3. Inflasi Inti Tahunan Grafik 4. Rata-rata Nilai Tukar Rupiah

Rupiah relatif terkendali...

(5)

Perkembangan indikator resiko pada Maret menunjukkan pergerakan yang tidak searah. Indikator resiko jangka panjang yang tercermin pada yield spread antara Yankee bonds dan US T-Notes menunjukkan peningkatan dari 247 bps pada Februari menjadi 255 bps pada Maret (Grafik 7). Di lain pihak, indikator resiko jangka pendek yang dicerminkan oleh premi swap menunjukkan penurunan untuk tenor 6 dan 12 bulan, sedangkan untuk tenor 1 dan 3 bulan relatif tidak menunjukkan perubahan yang berarti (Grafik 6).

Indeks REER menurun. ...sedangkan indikator risiko menunjukkan mixed signal.

Indeks Real Effective Exchange Rate (REER) pada Maret turun menjadi 86,13 dari 89,25 pada Februari (Grafik 8). Penurunan ini disebabkan oleh terdepresiasinya nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS sehingga mendorong melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap mata uang negara-negara mitra dagang Indonesia lainnya. Sementara itu, indeks Bilateral Real Exchange Rate (BRER) untuk Indonesia sedikit lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya. Walaupun demikian, indeks BRER pada Maret masih menunjukkan produk ekspor Indonesia yang relatif masih kompetitif kecuali bila dibandingkan Thailand dan Malaysia dari sisi harga atau nilai tukar (Grafik 9).

5,0 7,0 9,0 11,0 13,0 15,0 17,0

Jan Feb MarApr Mei Jun Jul Ags Sep Okt NovDes Jan Feb MarApr Mei Jun Jul Ags Sep OktNovDes JanFeb Mar

2002 2003 2004 1 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 12 Bulan Persen Volatilitas Kurs Rp Rata-rata Volatilitas

Sumber : Bloomberg diolah

0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5 5,0

Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar

2003 2004

Persen

Grafik 5. Volatilitas Nilai Tukar Rupiah Grafik 6. Premi SWAP

86,13 89,25

2002 Indeks

2003 2004

Sumber :Bloomberg dan CEIC diolah

70 80 90 100

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar

8.000 8.200 8.400 8.600 8.800 9.000 9.200

Premi Resiko (bp) Rp/USD

Yield Spread IDR/USD

190 240 290 340 390 440

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar

2003 2004

(6)

Pada Maret, suku bunga instrumen moneter kembali menunjukkan penurunan dibandingkan perkembangan pada Februari. SBI 1 bulan dan 3 bulan masing-masing turun 6 bps dan 37 bps menjadi 7,42% dan 7,33%. Selanjutnya, suku bunga FASBI pada Maret tercatat sebesar 7,25%, tidak berubah dibandingkan bulan sebelumnya (Grafik 10). Sementara itu, kondisi likuiditas perbankan yang masih berlebih disertai persepsi resiko perbankan terus mendorong penurunan suku bunga instrumen moneter. Secara triwulanan, SBI 1 bulan selama triwulan I-2004 mengalami penurunan yang lebih besar dibandingkan pada triwulan IV-2003, yaitu sebesar 89 bps dibandingkan 35 bps. Laju penurunan SBI 3 bulan selama triwulan I-2004 juga tercatat lebih besar yaitu sebesar 101 bps dibandingkan 41 bps pada triwulan IV-2003. Suku bunga instrumen moneter masih terus turun... ...diiringi oleh penurunan suku bunga PUAB... 7 8 9 10 11 12 13 14 Persen

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Feb Mar

2003 2004 FASBI O/N SBI 1 BULAN JIBOR 1 Bulan Indeks 50 55 60 65 70 75 80 85 90

Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar

2002 2003 2004 Korea Selatan Thailand Singapura Malaysia Indonesia RRC

Grafik 9. Bilateral Real Exchange Rate Grafik 10. Suku Bunga Instrumen

Moneter dan Pasar Uang

5 7 9 11 13 15 17 19

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar

2002 2003 2004 SBI 1 WA Jam Dep. 1 Dep 1 WA Persen 0,0 500,0 1000,0 1500,0 2000,0 2500,0 3000,0 3500,0 0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 14,0 1678,2 1651,7 1702,8 2690,7 1844,0 2157,9 1799,61931,0 1328,2 1715,2 2359,0 2534,4 1858,4 2280,0 2937,9

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar

2003 2004

Volume PUAB Pagi Volume PUAB Sore Sk. Bunga PUAB Pagi Sk. Bunga PUAB Sore

Volume PUAB (Triliun Rp) Suku Bunga (%)

Grafik 11. Rata-rata Suku Bunga PUAB Pagi dan Sore

Grafik 12. Perkembangan Suku Bunga SBI, Deposito, dan Penjaminan

Di pasar uang, rata-rata suku bunga PUAB pagi pada Maret menunjukkan penurunan sebesar 27 bps menjadi 7,34%, sedangkan rata-rata suku bunga PUAB sore tercatat meningkat 29 bps menjadi 6,14% (Grafik 11). Rata-rata volume transaksi perdagangan PUAB pagi tercatat meningkat dari Rp2,3 triliun menjadi Rp2,9 triliun, sedangkan rata-rata volume transaksi perdagangan PUAB sore menunjukkan penurunan dari Rp2,1 triliun menjadi Rp1,8 triliun.

(7)

..., dan suku bunga simpanan serta suku bunga kredit perbankan dalam skala yang lebih rendah.

Covered interest rate parity turun.

Menurunnya suku bunga instrumen moneter juga diikuti oleh menurunnya suku bunga simpanan perbankan dan suku bunga kredit. Pada Maret, suku bunga deposito 1 bulan turun 28 bps menjadi 5,99%, sedangkan suku bunga tabungan turun 22 bps menjadi 4,69% (Grafik 12). Sementara itu, suku bunga kredit masih tercatat terus turun dengan laju yang lebih lambat dibandingkan laju penurunan pada suku bunga simpanan perbankan. Suku bunga kredit baik untuk Kredit Modal Kerja (KMK), Kredit Investasi (KI), dan Kredit Konsumsi (KK) masing-masing turun 20 bps, 15 bps, dan 2 bps menjadi 14,79%, 15,29%, dan 18,47% (Grafik 13). Perkembangan ini semakin memperlebar spread antara suku bunga simpanan perbankan dan suku bunga kredit.

1 Covered interest rate parity = suku bunga dalam negeri (JIBOR 1 bulan) – suku bunga luar negeri

(SIBOR 1 bulan) – premi swap (1 bulan).

0,02 0,02 2,19 0,51 0,73 -0,06 1,18 0,53 -0,21 1,39 -0,20 0,17 -0,27 0,26 -0,19 -0,47 -0,02 0,26 -0,76-0,57 0,16 0,63 -0,32 -0,84 0,30 1,24 0,45 Persen 2002 2003 2004

Covered Interest Rate Parity Trend (Covered Interest Rate Parity)

-1,5 -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5

JanFeb MarApr MeiJun JulAgs Sep OktNovDes Jan Feb MarApr MeiJun JulAgs Sep OktNovDes Jan FebMar

Kredit Investasi Kredit Konsumsi Kredit Modal Kerja

Persen 2002 2003 2004 15 16 17 18 19 20 21 22

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb

Grafik 13. Perkembangan Suku Bunga Kredit Grafik 14. Covered Interest Rate Parity

Suku bunga domestik yang lebih rendah disertai dengan perkembangan indikator resiko yang cenderung meningkat, telah menyebabkan covered interest parity (CIP)

turun dari 1,24% pada Februari menjadi 0,45% pada Maret (Grafik 14)1.

Sumber : BEJ 330 380 430 480 530 580 630 680 730 780 830 200.000 250.000 300.000 350.000 400.000 450.000 500.000 550.000 Kapitalisasi IHSG Kapitalisasi (Rp miliar) IHSG

Jan Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar

2003 2004

(8)

Uang primer meningkat...

Sepanjang Maret, pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) menunjukkan perkembangan yang berfluktuasi dan cenderung lebih rendah dibandingkan Februari. Pengaruh psikologis dari kampanye PEMILU telah mendorong indeks terkoreksi hingga mencapai 735,677 pada akhir bulan, sehingga pergerakan IHSG pada Maret terlihat cenderung mengambil benchmark gerakan indeks regional yang sedikit bearish akibat kondisi keamanan global. Perkembangan IHSG yang terkoreksi juga tercermin pada menurunnya kapitalisasi pasar dari Rp509,3 triliun pada Februari menjadi Rp492,5 triliun pada Maret.

Sejalan dengan pergerakan indeks dan nilai kapitalisasi yang lebih rendah, pada Maret 2004, rata-rata volume transaksi harian juga menurun dari 3,05 miliar lembar saham menjadi 1,50 miliar lembar saham, sedangkan rata-rata perdagangan harian turun dari Rp1,2 triliun pada Februari menjadi Rp0,8 triliun pada Maret. Rata-rata volume transaksi net beli asing juga turun dari Rp135,59 miliar pada Februari menjadi Rp100,55 miliar pada Maret.

Uang Primer

Posisi uang primer pada akhir Maret 2004 menunjukkan sedikit peningkatan dibandingkan posisi pada akhir Februari 2004. Uang primer tercatat sebesar Rp142,73 triliun (13,99%, y-o-y), atau naik Rp0,21 triliun dari posisi akhir Februari. Dengan melihat pergerakan uang primer hariannya, posisi test date rata-rata uang beredar sementara mencapai Rp138,94 triliun, lebih rendah dibandingkan target indikatifnya sebesar Rp147,02 triliun (Grafik 16). Dari sisi komponennya, meningkatnya uang primer terutama disebabkan oleh meningkatnya uang kartal sebesar Rp544 miliar, yang masih sesuai dengan pola musimannya dengan memperhitungkan adanya pelaksanaan kampanye Pemilu.

2002 2003 2004

Jan:I Feb:I Mar :I Apr :I Mei :I Jun :I Jul :I Ags :I Sep :I Okt : I Nov :I Des :I Jan :I Feb :I Mar :I Apr :I Mei :I Jun :I Jul :I Ags :I Sep :I Okt : I Nov :I Des :I Jan :I Feb :I Mar :I Triliun Rp 60.000 65.000 70.000 75.000 80.000 85.000 90.000 95.000 100.000 105.000 110.000 Target Indikatif

Aktual Test Date

Triliun Rp 115,0 120,0 125,0 130,0 135,0 140,0 145,0 150,0 155,0 160,0

Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Dec Jan Feb Mar

2002 2003 2004

Grafik 16. Uang primer Grafik 17. Pergerakan Harian Uang Kartal

IHSG sedikit menurun... ...diikuti volume transaksi dan nilai perdagangan yang menurun.

Dilihat dari sisi faktor yang mempengaruhinya, peningkatan uang primer disebabkan oleh meningkatnya posisi cadangan devisa sebesar Rp8,66 triliun dan ekspansi bersih OPT sebesar Rp7,52 triliun, yang mampu mengimbangi kontraksi bersih rekening rupiah pemerintah sebesar Rp19,05 triliun (Tabel 1).

...terutama karena meningkatnya posisi cadangan devisa.

(9)

Kontraksi bersih rekening rupiah pemerintah yang cukup besar ini berkaitan dengan adanya penerimaan pajak.

Pada Maret, NIR kembali mengalami ekspansi dari USD24,1 miliar pada bulan sebelumnya menjadi USD25,7 miliar. Peningkatan ini antara lain berkaitan dengan penerbitan obligasi valas pemerintah di luar negeri sebesar USD1 miliar (Grafik 19). Selanjutnya, NDA kembali menunjukkan kontraksi dari negatif Rp26,3 triliun pada Februari menjadi negatif Rp37,1 triliun (Grafik 18).

NIR menunjukkan ekspansi, sedangkan NDA kontraksi. Februari Maret Mg I Mg II Mg III Mg IV Perubahan Bulanan 142.518 143.922 141.087 139.053 142.730 212 142.518 143.922 141.087 139.053 142.730 212 101.723 103.177 100.378 98.677 102.267 544 85.840 89.861 87.566 86.524 86.616 776 15.883 13.316 12.812 12.153 15.651 -232 39.334 39.302 39.241 38.932 38.878 -456 185 185 185 185 185 0 1.461 1.443 1.468 1.444 1.585 124 171.212 169.263 176.582 176.469 179.870 8.658 -28.694 -25.341 -35.495 -37.416 -37.140 -8.446 -11.257 -10.037 -20.453 -23.550 -30.307 -19.050 207.962 207.962 204.984 204.957 204.792 -3.170 200.495 200.495 200.495 200.468 200.468 -27 7.467 7.467 4.489 4.489 4.324 -3.143 13.666 13.659 13.666 13.666 13.533 -133 2.584 2.588 5.573 5.572 5.643 3.059 -164.425 -164.933 -164.713 -162.883 -156.907 7.518 -143.691 -149.611 -149.527 -149.520 -140.390 3.301 -20.734 -15.322 -15.186 -13.363 -16.517 4.217 -77.224 -74.580 -74.553 -75.178 -73.894 3.330 38.073 38.296 38.273 37.931 37.887 -186 1.076 821 783 816 806 -270

Tabel 1. Uang Primer dan Faktor yang Mempengaruhinya

(Miliar Rp)

Base Money

Statutory reserves shortfall Reserve Money

Currency

- Currency outside banks - Cash in vaults

Comercial Banks Positive Balance at BI of which frozen banks & banks without TPL Private sector Demand Deposits Net International reserves (USD=Rp7000)

Net Domestic Assets

1. Net Claims on Central Government 2. Liquidity Support

a. IBRA and IBRA Banks b. Non IBRA Banks 3. Liquidity Credit 4. Other Claims 5. Open Market Operations

- SBI - FasBI 6. Net Other Items Memorandum item GWM Excess GWM 18,0 19,0 20,0 21,0 22,0 23,0 24,0 25,0 26,0 (Miliar USD)

Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Des Jan Feb Mar

2002 2003 2004 NIR (aktual) NIR (adjusted target) NDA (adjusted target) NDA (aktual) -50,0 -40,0 -30,0 -20,0 -10,0 0,0 10,0 20,0 Triliun Rp

Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Des Jan Feb Mar

2002 2003 2004

(10)

Likuiditas Domestik

Pada Februari, M2 turun 1,22% (m-t-m) mencapai Rp935,7 triliun dibandingkan Rp947,3 triliun pada Januari. Lebih rendahnya M2 disebabkan oleh penurunan simpanan berjangka dalam rupiah dan simpanan dalam valas (Tabel 2), sedangkan M1 tercatat meningkat menjadi Rp219,0 triliun dibandingkan Rp216,3 triliun pada Januari atau tumbuh 1,24% (m-t-m), yang disebabkan oleh meningkatnya uang kartal (lihat uang primer) dan uang giral dari Rp125,7 triliun pada Januari menjadi Rp132,2 triliun (tumbuh 5,14%, m-t-m). Pertumbuhan M2 yang relatif lambat, nampaknya dipengaruhi oleh semakin berkurangnya insentif untuk menanamkan dana dalam bentuk deposito, selain adanya preferensi masyarakat untuk lebih memilih menanamkan dana dalam bentuk yang lebih likuid dan berjangka pendek. Seiring dengan perkembangan inflasi tahunan yang lebih rendah, pertumbuhan riil M1 dan M2 tercatat positif, yang diharapkan akan mampu meningkatkan daya beli masyarakat. M2 menunjukkan penurunan… Proses penciptaan uang di sistem perbankan masih belum optimal.

Dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas domestik, rekening pemerintah menunjukkan penurunan menjadi Rp475,0 triliun pada Februari dari Rp486,2 triliun pada Januari. Di lain pihak, aktiva luar negeri bersih tercatat meningkat dari Rp269,7 triliun menjadi Rp272,2 triliun, diiringi oleh peningkatan kredit dari Rp432,7 triliun menjadi Rp437,0 triliun. Peningkatan kredit terjadi pada semua jenis kredit, baik pada kredit investasi (tumbuh 0,93%, m-t-m), kredit modal kerja (naik 0,59%, m-t-m), dan kredit konsumsi (tumbuh 1,83%, m-t-m). Preferensi masyarakat untuk menyimpan dana dalam bentuk yang lebih likuid mendorong pertumbuhan money divisia M2 (sebagai indikator komponen likuid dari M2) lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Apabila dibandingkan dengan pertumbuhan M2 yang cenderung lambat maka spread antara pertumbuhan money divisia M2 dan M2 menjadi semakin besar (Grafik 21).

% y-o-y

Jan Feb MarApr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des JanFeb MarApr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb (10) (5) 0 5 10 15 20 2002 2003 2004 M1 Riil M2 Riil

Grafik 20.Pertumbuhan M1 & M2 Riil Grafik 21. APU 1, APU 2, Dan rasio C/DPK

...sejalan dengan kontraksi pada rekening pemerintah. 4,0 5,0 6,0 7,0 8,0 9,0 10,0 11,0 12,0 13,0 1,0 1,2 1,4 1,6 1,8 2,0

Feb Apr Jun Ags Okt DesFeb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt DesFeb Persen

2001 2002 2003 2004

C/DPK (%) APU2 (M2/M0) APU1 (M1/M0) Skala Kanan Persen

(11)

-3,0 1,0 5,0 9,0 13,0 17,0 21,0 25,0

Pertumbuhan Money Divisia M2 Pertumbuhan M2

Trend Pertumbuhan Divisia Divisia

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12

2001 2002 2003 2004

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1 2 Persen

Grafik 22. Pertumbuhan Divisia M2 dan M2

KOMPONEN M2 M2 Rupiah M1 - Uang Kartal - Uang Giral Uang Kuasi

- Uang Kuasi Rupiah = Deposito Rupiah = Tabungan Rupiah - Simpanan Valas (dalam miliar USD) FAKTOR

NFA NCG

Claims on Business Sector Kredit - Kredit Rupiah - Kredit Valas Lainnya NOI Memorandum Items Nilai Tukar (posisi neraca) M2

Tabel 2. Perkembangan Uang Beredar Dalam Arti Luas 2002

Desember Maret Juni September Desember Januari Posisi % y-o-y

(dalam miliar Rp, posisi) 2003 INDIKATOR BESARAN MONETER 883.908 877.776 894.213 911.224 955.692 947.277 934.739 6,07 743.443 740.216 759.191 773.712 816.514 805.289 793.309 7,40 191.939 181.239 194.878 207.587 223.799 216.343 218.027 20,11 80.686 72.323 77.091 81.118 94.542 90.619 85.840 15,14 111.253 108.916 117.787 126.469 129.257 125.724 132.187 23,57 691.969 696.537 699.335 703.637 731.893 730.934 716.712 2,43 551.504 558.977 564.313 566.125 592.715 588.946 575.28 23,26 359.847 370.692 363.460 354.362 350.885 346.347 332.373 -9,92 191.657 188.285 200.853 211.763 241.830 242.599 242.909 29,11 140.465 137.560 135.022 137.512 139.178 141.988 141.430 -0,81 15,71 15,44 16,30 16,39 16,44 16,82 16,74 4,57 250.696 249.736 236.660 240.781 271.820 269.714 272.243 8,11 510.351 510.307 506.218 481.552 479.885 486.229 475.003 -9,70 389.296 400.353 417.875 441.205 466.826 461.827 465.114 19,03 365.410 376.141 390.563 411.696 437.942 432.738 437.040 19,26 271.851 280.774 299.665 318.820 342.027 335.129 339.731 24,77 93.55 995.367 90.899 92.877 95.917 97.610 97.309 3,33 23.886 24.212 27.312 29.509 28.884 29.089 28.074 15,61 -266.434 -282.621 -266.199 -252.483 -262.839 -270.493 -276.615 -3,75 8.940 8.908 8.285 8.839 8.465 8.441 8.447 Februari 2004 Sementara itu, perkembangan angka pengganda uang (APU) M1 yang masih menunjukkan peningkatan, sedangkan APU M2 yang relatif tidak menunjukkan perubahan, ditengarai masih mencerminkan belum optimalnya proses penciptaan uang di sektor perbankan. Perkembangan ini juga tercermin pada masih tingginya rasio uang kartal terhadap dana pihak ketiga (Grafik 22).

(12)

Sektor Eksternal

Ekspor kembali tercatat lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya, mencapai USD4,90 miliar, atau turun 2,64%. Dilihat dari komponennya, penyebab turunnya ekspor Indonesia antara lain adalah turunnya ekspor migas, terutama ekspor gas dari USD0,63 miliar pada Januari menjadi USD0,54 miliar pada Februari. Sementara itu, ekspor minyak mentah dan ekspor hasil minyak meningkat sejalan dengan meningkatnya volume ekspor walaupun harga minyak mentah Indonesia di pasar dunia relatif tidak berubah yaitu sebesar USD30,96 per barrel. Kondisi yang sama juga terjadi pada ekspor nonmigas dimana pada Februari tercatat mengalami penurunan sebesar 1,93% dibandingkan bulan sebelumnya mencapai USD3,76 miliar. Penurunan ini terutama terjadi pada kelompok barang mesin dan peralatan listrik (tumbuh 44%, m-t-m), mesin dan pesawat mekanik (tumbuh 35,11%, m-t-m), serta pada kelompok lemak dan minyak hewan/nabati (tumbuh 27,51%, m-t-m).

Ekspor mengalami penurunan... ...sedangkan impor menunjukkan peningkatan.

Di lain pihak, impor pada Februari menunjukkan peningkatan sebesar 5,36% dibandingkan bulan sebelumnya, mencapai USD2,89 miliar. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh naiknya impor migas, terutama impor minyak mentah sebesar 30,0% mencapai USD0,50 miliar. Sementara itu, impor nonmigas juga naik 3,33 % (m-t-m) mencapai USD2,12 miliar. Peningkatan impor nonmigas ini Keterangan Nilai FOB Feb 2004 thd% Perubahan Jan - Feb 2004% Perubahan total Jan - Feb% Peran Thd

Des 2004 Thd 2003 2004 Total Ekspor Migas Minyak Mentah Hasil Minyak Gas Non Migas

Tabel 3. Ekspor Indonesia

(Juta USD)

Januari Februari Jan - Feb Jan - Feb

2004 2004 2004 2004 Sumber : BPS 5.034,5 4.901,4 9.978,3 9.935,9 -2,64 -0,42 100,00 1.197,1 1.138,02.457,1 2.335,1 -4,94 -4,97 23,50 469,6 481,9 948,8 951,5 2,62 0,28 9,58 98,2 112,2 309,9 210,4 14,26 -32,1 12,12 629,3 543,9 1.198,4 1.173,2 -13,57 -2,10 11,81 3.837,4 3.763,4 7.521,2 7.600,8 -1,93 1,06 76,50 Keterangan

Nilai CIF % Perubahan % Perubahan % Peran Thd

Feb 2003 thd Jan - Feb 2004 total Jan- Feb

Jan 2004 Thd 2003 2004 2.745,8 2.893,1 5.557,8 5.638,9 5,36 1,46 100,00 696,7 775,8 1.334,9 1.472,5 11,35 10,31 26,11 382,3 497,0 767,3 879,3 30,00 14,60 15,59 314,4 278,8 567,6 593,2 -11,3 24,51 10,52 - - - -2.049,1 2.117,3 4.222,9 4.166,4 3,33 -1,34 73,89

Tabel 4. Impor Indonesia

(Juta USD)

Januari Februari Jan - Feb Jan - Feb

2004 2004 2003 2004 Sumber : BPS Total Impor Migas Minyak Mentah Hasil Minyak Gas Non Migas

(13)

didukung oleh peningkatan pada impor barang modal yang tumbuh 12,2% (m-t-m) dan impor bahan baku yang tumbuh 0,67% (m-t-m).

2 0 0 3 Pemerintah Swasta Lembaga Keuangan Bank Non Bank

Bukan Lembaga Keuangan Total

Tabel 5. Posisi Pinjaman Luar Negeri

(Juta USD)

* Angka Sementara

Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des*) Jan*) Feb*)

71.677 74.157 72.994 74.497 74.255 75.179 77.163 80.099 80.365 80.009 58.299 56.493 56.39055.212 53.750 53.288 52.991 52.204 54.920 54.389 8.735 8.372 8.021 7.642 7.806 7.056 7.571 7.464 7.647 7.731 6.309 5.848 5.164 4.870 4.850 4.059 4.414 4.300 4.308 4.371 2.426 2.524 2.857 2.772 2.956 2.997 3.157 3.164 3.339 3.360 51.144 49.607 49.804 49.040 47.406 48.351 47.218 47.290 47.273 46.658 131.556 132.136 131.290 131.343 128.005 128.467 130.154 132.303 135.285 134.398 2 0 0 2 2004

Posisi pinjaman luar negeri Indonesia pada Februari turun mencapai USD134,40 miliar dibandingkan USD135,29 miliar pada Januari. Penurunan posisi ini terutama dipengaruhi oleh lebih rendahnya posisi pinjaman pemerintah yang mencapai USD80,01 miliar dibandingkan USD80,36 miliar pada bulan sebelumnya. Posisi pinjaman swasta juga tercatat turun USD522 juta dari USD54,92 miliar pada Januari menjadi USD54,39 miliar pada Februari. Penurunan ini terutama disebabkan oleh lebih rendahnya posisi pinjaman swasta bukan lembanga keuangan dari USD47,27 miliar pada Januari menjadi USD46,66 miliar pada Februari. Perlu dikemukakan, bahwa posisi pinjaman swasta bukan lembaga keuangan adalah termasuk posisi pinjaman surat-surat berharga yang dimiliki oleh non-residen (Tabel 5). Sementara itu, posisi pinjaman swasta, baik untuk bank maupun nonbank, menunjukkan peningkatan. Pada Februari, pembayaran pinjaman luar negeri Indonesia menunjukkan peningkatan sebesar 13,24% dibandingkan bulan sebelumnya. Pembayaran pinjaman luar negeri tercatat sebesar USD1,4 miliar, yang terdiri dari USD1,18 miliar pembayaran cicilan pokok dan USD228 juta untuk pembayaran bunga. Pembayaran cicilan pokok pemerintah pada Februari mencapai USD507 juta, sedangkan untuk swasta mencapai USD676 juta, yang terdiri dari USD334 juta untuk pembayaran cicilan pokok bank dan USD326 juta untuk pembayaran cicilan pokok bukan lembaga keuangan. Sementara itu, pembayaran bunga pemerintah pada Februari mencapai USD180 juta, sedangkan swasta mencapai USD48 juta (Tabel 6).

Posisi pinjaman luar negeri turun USD887 juta... ...sedangkan pembayaran cicilan pokok tercatat lebih tinggi.

(14)

Perekonomian masih akan ditopang oleh konsumsi...

Sektor Riil

Perkembangan beberapa indikator sektor riil selama triwulan I-2004 menunjukkan bahwa perekonomian masih akan ditopang oleh kegiatan di sektor konsumsi, sedangkan investasi masih belum menunjukkan kinerja yang menggembirakan. Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi masih akan bertumpu pada sektor pengangkutan, bangunan, dan listrik.

Difussion Index -50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 Permintaan:ekspor Permintaan: domestik

Inventory Harga jual

Jan Jan Mar Mei Jul Sep Nov

Jul Sep Nov Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar-Mei

2003 2001 2002 2004 Mar 2001 2002 2003 2004 40 60 80 100 120 140 Ekspektasi Konsumen Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks Keyakinan Konsumen

pesimis optimis

Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des FebMar

Indeks

Grafik 23. Survei Konsumen Grafik 24. Survei JETRO

Tabel 6. Realisasi Pembayaran Pinjaman Luar Negeri Indonesia

Total Pembayaran Pinjaman Luar Negeri / Total External Debt Servicing

- Pokok / Principal - Bunga / Interest A. Pemerintah / Government - Pokok / Principal - Bunga / Interest B. Swasta / Private - Pokok / Principal - Bunga / Interest B.1. Lembaga Keuangan - Pokok / Principal - Bunga / Interest 1. Bank - Pokok / Principal - Bunga / Interest

2. Bukan Bank / Non Bank Institutions - Pokok / Principal

- Bunga / Interest B.2. Bukan Lembaga Keuangan

- Pokok / Principal - Bunga / Interest

(Juta USD)

* Angka Sementara

Mar Jun Sep*) Des*)

20.983 1.293 2.305 1.500 1.8121 8.430 1.246 1.411 16.950 1.135 1.926 1.301 1.320 15.186 973 1.183 4.033 158 378 199 492 3.244 273 228 7.374 358 826 498 781 6.450 680 687 5.009 248 562 355 398 4.000 456 507 2.365 110 264 143 383 2.450 224 180 13.609 935 1.478 1.002 1.031 11.980 566 724 11.941 886 1.364 946 9221 1.186 517 676 1.668 48 114 56 109 731 49 48 5.808 398 941 427 233 5.437 376 353 5.323 391 909 423 210 5.306 348 351 485 7 32 4 23 131 28 2 4.825 308 908 382 45 4.742 347 336 4.372 307 878 380 32 4.644 320 334 453 1 31 1 13 99 27 2 983 90 33 46 188 694 29 17 951 84 31 43 178 663 28 17 32 6 1 3 10 32 1 0 7.801 537 537 575 798 6.543 189 371 6.617 496 455 523 712 5.880 169 326 1.183 41 82 52 86 663 20 45 2 0 0 3 Total 2002 Keterangan Total 2003 Jan*) Feb*) 2 0 0 4

(15)

Pada Februari 2004, indeks produksi total relatif tidak menunjukkan perubahan yang signifikan (Grafik 26). Peningkatan produksi terutama terlihat pada sektor makanan dan tekstil seiring dengan peningkatan permintaan dalam rangka kampanye Pemilu. Sementara itu, kapasitas produksi pada Februari relatif tidak berubah (Grafik 25). Penggunaan kapasitas di industri tekstil yang relatif tidak berubah dipengaruhi oleh semakin ketatnya persaingan di pasar internasional, terutama persaingan dari Cina dan Vietnam.

Kondisi Perbankan

Pada Februari 2004, beberapa indikator perbankan menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya. Penyaluran kredit tercatat meningkat, diiringi dengan non performing loan (NPL) net yang membaik, serta net interest margin (NIM) yang relatif stabil. Namun demikian, total asset dan posisi dana pihak ketiga (DPK) terlihat sedikit lebih rendah, selain posisi SBI di neraca perbankan yang juga lebih tinggi.

... seperti tercermin pada hasil survei. Kegiatan produksi relatif tidak berubah... Kinerja perbankan terus membaik...

Indeks Total Makanan, minuman & Tembakau Tekstil, pak. jadi & kulit Kimia, m. bumi, btbara, karet & plastik

Indeks 40 60 80 100 120 140 160 180 200 Jan Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Feb

2002 2003 2004

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Ok Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb

2002 2003 2004

Total Makanan Tekstil Kimia Persen 0 2 4 6 8

Grafik 25. Utilisasi Kapasitas Produksi Grafik 26. Indeks Produksi

Hasil survei yang dilakukan Bank Indonesia pada Maret 2004 menunjukkan indeks keyakinan konsumen yang meskipun mulai melemah namun masih menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Selain itu, hal yang sama juga ditunjukkan oleh indeks ekspektasi konsumen yang masih menunjukkan peningkatan (Grafik 23). Sementara itu, survei JETRO yang dilakukan pada sejumlah perusahaan industri Jepang di Indonesia menunjukkan bahwa permintaan domestik meningkat, seiring dengan naiknya permintaan untuk ekspor (Grafik 24). Dari sisi pembiayaan, peningkatan konsumsi swasta juga didukung oleh peningkatan kredit konsumsi dan pembiayaan lain yang bersumber dari lembaga pembiayaan di luar bank.

(16)

...walaupun dana pihak ketiga sedikit menurun...

Pada Februari, posisi DPK mencapai Rp877,1 triliun, turun 1,06% dibandingkan posisi pada bulan sebelumnya (Tabel 7). Penurunan ini terutama disebabkan oleh penghimpunan dana dalam bentuk deposito yang turun tajam. Penghimpunan dana dalam bentuk deposito turun sebesar Rp17,2 triliun, sedangkan penghimpunan dana dalam bentuk giro dan tabungan masing-masing meningkat sebesar Rp7,7 triliun dan Rp0,1 triliun. Walaupun persetujuan kredit baru pada Februari terlihat menurun mencapai Rp16,1 triliun dibandingkan Rp20,4 triliun pada bulan sebelumnya, realisasi kredit baru tercatat meningkat dari Rp2,1 triliun pada Januari menjadi Rp2,2 triliun pada Februari. Dengan demikian, proporsi realisasi terhadap persetujuan kredit baru menjadi meningkat mencapai 13,63% (Grafik 28). Masih rendahnya realisasi kredit baru nampaknya dipengaruhi oleh sikap debitur yang menunggu penurunan suku bunga kredit lebih lanjut.

Berdasarkan kredit yang disalurkan, kredit konsumsi masih memberikan kontribusi yang besar, diiringi oleh kredit investasi dan kredit modal kerja (Grafik 29). Tingginya kontribusi kredit konsumsi nampaknya masih akan terus berlangsung seiring dengan semakin besarnya pembiayaan konsumsi oleh sektor perbankan sementara penyaluran kredit untuk kegiatan investasi masih terbatas.

... namun posisi kredit meningkat. Keterangan 1.112,2 1.117,8 1.105,1 1.100,0 1.111,7 1.130,4 1.068,4 1.157,2 1.152,7 835,8 824,6 832,0 833,4 846,8 863,5 885,2 886,5 877,1 410,3 402,6 411,2 420,5 434,1 454,2 477,2 475,0 477,3 76,9 96,1 108,8 116,7 123,4 128,2 100,5 130,4 136,8 8,1 8,4 8,2 8,2 8,0 7,9 8,2 8,2 8,3 2,1 2,1 1,2 0,6 1,2 1,3 3,0 2,8 2,6 4,0 3,8 3,6 4,0 4,1 4,7 3,2 5,2 5,1 93,0 95,5 99,5 98,1 99,6 106,3 110,8 117,9 115,9 (Triliun Rp) Total Asset DPK Kredit SBI NPLs : - Gross (%) - Net (%) NIM Modal

Des-02 Jan-03 Feb-03 Mar-03 Jun-03 Sep-03 Des-03 Jan-04 Feb-04

Tabel 7. Kondisi Umum Perbankan Banks 0 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0

Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Persetujuan Realisasi Proporsi

2003 2004 2002 Miliar Rp Proporsi (%) 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500

Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Giro Deposito Tabungan Total

720 740 760 780 800 820 840 860 880 900

Triliun Rp Total DPK (Triliun Rp)

2002 2003 2004

(17)

Pada Februari 2004, NPL-gross relatif tidak menunjukkan perubahan yang signifikan bila dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu sebesar 8,3%. Di lain pihak, NPL-net menunjukkan perbaikan dari 2,8% pada Januari menjadi 2,6% pada Februari (Grafik 30). Selanjutnya, indikator perbankan NIM, yang mencerminkan pendapatan perbankan yang diperoleh dari selisih perolehan bunga, pada Februari tercatat Rp5,1 triliun, sedikit menurun dibandingkan Rp5,2 triliun pada Januari. (Grafik 31).

NPL-net perbankan membaik...

Kredit Per jenis (Triliun Rp) Total Kredit (Triliun Rp)

0,0 50,0 100,0 150,0 200,0 250,0

Mar Jun Sep Des Jan Feb Mar Jun Sep Des Jan Feb 300

330 360 390 420 450 480 510 Investasi Konsumsi Modal Kerja

Channeling Total Kredit Total Adjst

2 0 0 2 2 0 0 3

Grafik 29. Kredit Rupiah Perbankan

Triliun Rp

Feb Apr Jun Ags Oct Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb

2002 2003 2004 3,30 3,21 3,42 3,38 3,35 3,55 3,66 3,82 3,71 3,65 3,85 4,01 3,78 3,63 3,95 3,96 3,93 4,12 4,394,48 4,69 4,47 4,90 3,20 5,20 5,10 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5 5,0 5,5 0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 14,0

Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb

2002 2003 2004

kredit (kanan) NPLs (%) (kiri) NPLs Net (%) (kiri)

Persen Triliun Rp 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500

Grafik 30. Perkembangan NPL Grafik 31. Perkembangan Posisi NIM Perbankan

Kondisi permodalan dan total asset perbankan pada Februari 2004 sedikit lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Posisi modal pada Februari 2004 mencapai Rp115,9 triliun, turun dibandingkan Rp117,9 triliun pada Januari. Total asset juga mencatat perkembangan yang sama. Total asset menurun dari Rp1,16 triliun pada Januari menjadi Rp1,15 triliun pada Februari.

...dan posisi permodalan yang terus meningkat.

(18)

Prospek

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2004 diprakirakan berkisar pada 4,3% - 4,8%. Perekonomian masih akan ditopang oleh pertumbuhan di sisi

konsumsi dan pertumbuhan positif di sisi investasi dan ekspor. Beberapa indikator yang mengindikasikan peningkatan kegiatan konsumsi antara lain hasil survei konsumen yang menunjukkan membaiknya ekspektasi masyarakat terhadap penghasilan, kondisi ekonomi, dan tingkat pengangguran. Hasil survei lain yang juga mendukung peningkatan konsumsi adalah meningkatnya rencana pembelian barang-barang non-makanan dalam periode 1-6 bulan mendatang. Prakiraan meningkatnya investasi tercermin juga pada hasil survei JETRO yang menunjukkan perbaikan sentimen bisnis baik untuk pasar lokal maupun pasar ekspor. Untuk keseluruhan tahun 2004, perekonomian diprakirakan tumbuh pada kisaran 4,0% - 5,0%.

Untuk triwulan II-2004, inflasi diprakirakan berada pada kisaran 5% - 6% (y-o-y). Indikator perekonomian yang kondusif seperti nilai tukar yang relatif stabil,

terjaganya pasokan, serta ekspektasi inflasi yang membaik diprakirakan masih dapat dipertahankan pada triwulan II-2004. Selain itu, terbatasnya kebijakan pemerintah di bidang harga ditengarai tidak akan memberikan tekanan pada inflasi. Dengan demikian, inflasi pada triwulan II-2004 diprakirakan akan dapat terjaga pada kisaran yang sama. Selanjutnya untuk keseluruhan tahun 2004, inflasi diprakirakan masih akan berada pada kisaran 5,5% plus minus 1%.

Prakiraan rata-rata nilai tukar rupiah pada triwulan II-2004 adalah pada kisaran Rp8.200 – Rp8.700 per dolar AS. Terjaganya kondisi perekonomian

dalam negeri akan menjadi faktor pendukung stabilnya nilai tukar pada triwulan II-2004. Selain itu, potensi masuknya modal asing melalui pasar uang akan menjaga pasokan valas di dalam negeri. Dari sisi eksternal, pergerakan dolar AS yang cenderung melemah terhadap mata uang dunia diprakirakan mampu memberikan pengaruh rambatan kepada rupiah, yang berupa penguatan nilai tukar rupiah.

Perekonomian Indonesia pada triwulan II-2004 diprakirakan tumbuh 4,3% -4,8%… ...,inflasi diprakirakan berada pada kisaran 5% - 6% (y-o-y)... ...,dengan rata-rata nilai tukar diperkirakan tetap stabil pada kisaran Rp8.200 – Rp8.700 per dolar AS.

(19)

Jan Feb Mar Jun Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar SEKTOR KEUANGAN

Indikator Terkini

SUKU BUNGA & SAHAM Suku bunga SBI 1 bln 1)

Suku bunga SBI 3 bln 1)

Suku bunga deposito 1 bln 2)

Suku bunga deposito 3 bln 2)

JIBOR satu minggu 2)

BEJ Indeks 3)

BESARAN MONETER (miliar Rp) Base Money M1(C+D) Uang Kartal (C) Uang giral (D) Broad Money (M2 = C+D+T) Uang kuasi (T)

Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Deposito (Valas) M2 - Rupiah

Tagihan pada Dunia Usaha Kredit-Bank Umum H A R G A IHK bulanan (%) y-y % IHK-makanan bulanan (%) y-y%

IHK-Non makanan bulanan (%) y-y%

SEKTOR EKSTERNAL

Rp/USD (akhir periode, nilai tengah) Ekspor Barang Non migas (f.o.b, juta USD)4)

Impor Barang Non migas (c & f, juta USD)4)

Net International Reserve (juta USD)

INDIKATOR KUARTALAN Pertumbuhan PDB (% yoy) Konsumsi Investasi Ekspor Impor 12,69 12,24 11,40 9,53 8,66 8,48 8,49 8,31 7,86 7,48 7,42 12,94 12,68 11,97 10,18 8,75 8,43 8,38 8,34 8,15 7,70 7,33 12,64 12,35 11,90 10,31 7,67 7,47 6,98 6,62 6,27 5,99 N.a 13,49 13,15 12,90 11,55 8,58 7,96 7,58 7,14 6,68 6,38 N.a 12,71 12,30 11,72 9,81 8,69 8,56 8,63 8,35 8,16 8,31 7,56 425 399 398 505 598 626 617 692 753 761 736 127.407 125.936 125.211 132.403 136.471 140.085 175.498 166.474 147.039 142.518 142.730 180.111 181.530 181.239 195.219 207.587 212.614 224.318 223.799 216.343 219.033 N.a 75.908 74.555 72.323 77.091 81.118 84.2381 03.788 94.542 90.619 85.840 86.616 104.203 106.975 108.916 118.128 126.469 128.376 120.530 129.257 125.724 132.187 N.a 873.683 881.215 877.776 894.554 911.223 926.324 944.647 955.692 947.277 935.745 N.a 693.572 699.685 696.537 699.335 703.636 713.710 720.329 731.893 730.934 716.712 N.a 550.357 557.107 558.977 564.313 566.125 576.072 580.116 592.715 588.946 575.282 N.a 362.553 368.970 370.692 363.460 354.362 358.541 355.902 350.885 346.347 332.373 N.a 187.804 188.137 188.285 200.853 211.763 217.531 224.214 241.830 242.599 242.909 N.a 143.215 142.578 137.560 135.022 137.511 137.638 140.213 139.178 141.988 141.430 N.a 730.468 738.637 740.216 759.532 773.712 788.686 804.434 816.514 805.289 794.315 N.a 382.536 390.750 400.353 417.875 441.205 451.147 461.788 466.826 461.827 465.114 N.a 358.084 366.467 376.1413 90.563 411.696 421.295 432.230 437.942 432.738 437.040 N.a 0,80 0,20 -0,23 0,09 0,36 0,55 1,01 0,94 0,57 -0,02 0,36 8,74 7,34 7,12 6,62 6,20 6,21 5,33 5,06 4,82 4,60 5,11 -0,06 -0,09 -1,11 -0,39 -0,19 0,99 1,39 1,71 0,36 6,14 3,90 4,43 4,66 3,70 3,98 1,75 1,60 2,04 1,51 0,42 0,49 0,48 0,82 0,22 0,72 0,36 0,68 10,99 10,25 9,34 8,20 8,20 7,99 8,26 7,91 7,03 8.940 8.905 8.908 8.285 8.389 8.495 8.537 8.465 8.441 8.447 8.587

3.936 3.723 4.008 4.197 3.857 4.044 3.417 3.717 N.a N.a N.a

2.322 2.632 2.267 1.862 1.713 1.877 1.828 2.335 N.a N.a Net

21,81 22,26 22,68 23,66 23,63 23,85 24,05 24,20 24,00 24,10 25,70 4,45 3,65 3,97 4,35 4,30 4,12 4,64 4,75 5,01 4,60 4,26 1,09 -0,41 0,68 1,00 2,90 4,04 2,76 6,48 5,50 5,45 0,01 0,76 1,78 2,00 2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 3 2 0 0 3 2003 2003 2004

Tw. I Tw.II Tw. III Tw. IV Tw.I *)

* angka prakiraan Bank Indonesia r) revisi

1) minggu terakhir 2) rata2 tertimbang 3) penutupan pada akhir periode 4) closed file

Gambar

Grafik 1. Tingkat Inflasi Grafik 2. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang
Grafik 3. Inflasi Inti Tahunan Grafik 4. Rata-rata Nilai Tukar Rupiah
Grafik 7. Premi Resiko dan Kurs Rupiah Grafik 8. Real Effective Exchange Rate
Grafik 9. Bilateral Real Exchange Rate Grafik 10. Suku Bunga Instrumen Moneter dan Pasar Uang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini terjadi karena inokulum awal yang digunakan, yaitu menggunakan media Becker dimana komposisinya relatif sama dengan modifikasi media Becker yang digunakan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemetaan sebaran biomassa cadangan karbon melalui analisis citra Landsat dapat dilakukan dengan menggunakan model persamaan

Pada kegiatan ini kader kesehatan diberikan materi berupa anatomi kulit, otot serta peredaran darah yang merupakan organ-organ utama yang dapat dipengaruhi oleh masase..

19 Data yang didapatkan dari hasil penelitian adalah data primer, yang terdiri dari hasil analisis kadar protein, kadar HCN, kadar air dan uji sifat organoleptik. Data yang

Jadi dapat disimpulkan bahwa lingkup studi Geografi industri meliputi tiga hal pokok yaitu mempelajari lokasi tempat kerajinan kulit kerang dan perkembangan industri serta

Dari horizontal dial reading, dapat terlihat bahwa semakin lama, horizontal dial readingnya semakin kecil untuk beban normal 10 kg, kecuali untuk tiga data

Dalam sumber yang lain, Sutan Tidakdir Alisyabana (Suseno, 2005:135) menyebutkan ada enam gugus nilai, yaitu (1) nilai-nilai teoretis atau gugus ilmu pengetahuan

Skenario merupakan urutan cerita yang telah disusun agar suatu peristiwa/kejadian sesuai dengan yang diinginkan. Tahap awal dalam membuat game adalah merancang