• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Manajemen Krisis Sebagai Upaya Mempertahankan Citra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peran Manajemen Krisis Sebagai Upaya Mempertahankan Citra"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88 69 Volume 2, Nomor 1, 2018, 69-88 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung https://jurnal.fdk.uinsgd.ac.id/index.php/reputation

Peran Manajemen Krisis Sebagai Upaya

Mempertahankan Citra

Ririn Riyani Triastuti1, Ruhiyat1, Abdul Aziz Ma’arif2 1Jurusan Ilmu Komunikasi Hubungan Masyarakat, UIN Sunan Gunung Djati, Bandung

Email : ririnriyaani@gmail.com

ABSTRAK

Manajemen krisis sangat dibutuhkan oleh perusahaan yang sedang mengalami krisis khususnya di PT Dirgantara Indonesia (Persero). Manajemen krisis ini jika perusahaan mengalami krisis maka pihak manajemen harus mengembalikan kondisi perusahaan dengan menggunakan proses manajemen krisis ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa proses manajemen krisis yang telah dilakukan oleh Humas yaitu proses mengidentifikasi, mengisolasi dan mengendalikan krisis di PT Dirgantara Indonesia (Persero). Proses ini merupakan rangkaian dari strategi 3P yaitu strategi pencegahan, strategi persiapan dan strategi penanggulangan. Peneliti menggunakan konsep dari tahap strategi penanggulangan krisis dalam kondisi akut yaitu proses mengidentifikasi, mengisolasi, dan mengendalikan krisis. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme dan metode kualitatif. Peneliti juga menggunakan pendekatan studi kasus yaitu mengenai suatu lembaga atau organisasi dengan berupa fenomena yang ada dan terjadi nyata di suatu lembaga atau organisasi. Hasil dari penelitian ini menerangkan bahwa proses mengidentifikasi yaitu mencari akar permasalahan, proses mengisolasi ini bagaimana cara memberi pemahaman kepada internal dan eksternal, dan proses mengendalikan untuk memulihkan perusahaan yang mengalami krisi dan agar tidak terulang kembali krisis kepada perusahaan

Kata Kunci : Manajemen Krisis; Humas; Proses

ABSTRACT

Crisis management is needed by companies that are experiencing a crisis, especially in Indonesian Aerospace (IAe).The management of this crisis if the company's crisis management it must restore the company to use the crisis management process. The

(2)

70 Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88

purpose of this research is to know some crisis management process that has been done by Public Relations is the process of identifying, isolating and controlling the crisis in Indonesian Aerospace (IAe).This process is a series of strategies 3Psuch as prevention strategies, preparation strategies and coping strategies. Researchers use the concept of crisis coping strategies in acute conditions that is the process of identifying, isolating, and controlling the crises. This research uses constructivism paradigm and qualitative method.

Researchers also use a case study approach that is about an institution or organization with a phenomenon that exists and occurs manifestly in an institution or organization. The results of this research explain that the process of identifying is to find the root of the problems, the process of isolating this how to give understanding to the internal and external, and the process of controlling to restore the company that suffered the crisis and so as not to repeat the crisis.

Keywords: Crisis Management; Public Relations; Process. PENDAHULUAN

Perusahaan swasta atau perusahaan BUMN tidak semua dapat mengalami krisis, tetapi diperkirakan bahwa suatu perusahaan dapat mengalami krisis karena ada sesuatu hal terjadi yang membuat citra perusahaan menjadi buruk dimata masyarakat luas. Faktor penting dalam persaingan di dunia usaha itu bagaimana perusahaan tersebut bisa mempertahankan citra perusahaannya agar tetap dikenal baik oleh m asyarakat. Perusahaan harus selalu mengantisipasi terjadinya krisis, karena dengan mengantisipasinya suatu perusahaan akan siap menghadapi krisis.

(Soemirat, Ardianto 183:2012) ada beberapa resiko yang dapat dialami dalam perusahaan yang mengalami krisis adalah seperti inten sitas masalah menjadi meningkat, dibawah tekanan pemerintah dan pers, operasional normal perusahaan mendjadi terganggu, dan nama baik citra perusahaan akan terancam. Krisis cenderung dapat mengakibatkan dampak atau efek menjadi masalah yang dapat merugikan baik perusahaan maupun masyarakat.

Keberhasilan disuatu perusahaan di perkirakan bisa terjadi dengan adanya citra yang baik bagaimana perusahaan tersebut bisa mempertahankan sebuah usaha dalam keeksistensiannya di internal maupun eksternal dengan kerja keras dan inovasi dari pihak perusahaan. Citra adalah sesuatu hal yang penting bagi setiap perusahaan. Perusahaan yang memiliki citra positif dimata konsumen juga cenderung bertahan pada masa krisis. Peran dan fungsi Public Relations sangatlah penting untuk menjaga citra perusahaan demi kelancaran komunikasi yang baik secara

(3)

Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88 71

internal maupun eksternal dengan mengedepankan moral dan perilaku komunikasi yang baik.

(Suratno, Journal of Management, Volume 2 No.2 Maret 2016:3) menjelaskan bahwa citra perusahaan adalah suatu atribut yang merupakan hasil dari proses perbandingan pelanggan terhadap sebuah produk yang dimiliki oleh perusahaan. Atribut tersebut berupa produk, kualitas dari produk perusahaan ataupun kualitas pelayanan dari perusahaan.

Krisis adalah dimana situasi yang merupakan dapat membuat sesuatu hal menjadi baik atau buruk dan cenderung dapat membuat citra perusahaan menjadi positif atau negatif di suatu perusahaan (Kasali, 1994:28). Krisis bagi sebuah perusahaan tentunya mengakibatkan beberapa hal yang terjadi di dalam internal perusahaan seperti para karyawan yang di paksa untuk menyudahi pekerjaannya di sebuah instansi yang sedang mengalami krisis atau bisa disebut PHK (Pengakhiran Hubungan Kerja). Publik eksternal sangatlah berpengaruh terhadap suatu citra perusahaan yang sedang mengalami krisis yang membuat masyarakat berpandangan negatif terhadap perusahaan yang yang mengalami krisis atau bisa disebut mengalami kebangkrutan.

Tahun 1998 perusahaan kedirgantaraan mengalami krisis yang bertepatan dengan krisis ekonomi yang berada di Negara Indonesia. PT Dirgantara Indonesia (Persero) hanya memproduksi rata-rata 12 pesawat per tahun sampai akhirnya mengalami kesulitan keuangan yang kronis pada masa krisis ekonomi tersebut. Perusahaan juga sempat tak mampu mebayar gaji dan pesangon yang terkena PHK. Berdasarkan data hasil pra penelitian dari artikel yang peneliti kutip dari detikfinance.com adalah:

“pesawat andalannya N250 di tahun 1998 juga terpaksa tidak dilanjutkan. Akibatnya banyak PHK terjadi di tubuh IPTN, dari 16.000 karyawan dipangkas hingga hanya 4.000 karyawan saja. Produktivitas IPTN pun turun drastis”

Berdasarkan hasil pra penelitian melalui profil sejarah PT Dirgantara Indonesia (Persero) pada tahun 1998 naiknya nilai dollar terhadap rupiah dan selanjutnya krisis ekonomi yang melanda Asia dan terjadi tepat pada januari 1998 ditandatanganinya Letter of Intent (LoI) antara Pemerintah Republik Indonesia, Presiden Soeharto dengan Direktur

International Monetery Fund (IMF) , Michael Camdesau pada 15 Januari 1998

di Jakarta yang berisi bahwa “Dana Anggaran dan Non Anggaran” yang digunakan untuk program PT Dirgantara Indonesia (Persero) dihentikan. Sebagai tindak lanjut LoI dengan IMF, Pemerintah mengeluarkan Instruksi

(4)

72 Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88

Presiden Nomor 3 Tahun 1998 tertanggal 21 Januari 1998. Pertama, Menghentikan pemberian bantuan keuangan kepada PT Dirgantara Indonesia (Persero). Kedua, Menghentikan pemberian fasilitas kredit yang dijamin Pemerintah kepada PT Dirgantara Indonesia (Persero). Penandatanganan hasil dari Letter of Intent (LoI) diatas, program pesawat N250, pesawat N2130 dan satelit Aerial Navigation Satellite System terhenti dan yang menjadi Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (Persero) pada tahun 1998 yaitu Ir. Hari Laksono.

Krisis yang di hadapi oleh PT Dirgantara Indonesia (Persero) sangatlah berdampak buruk bagi internal maupun eksternal. Khususnya untuk Public Relations dalam menghadapi krisis perusahaan ini sangatlah butuh beberapa strategi untuk tetap mempertahankan kejayaan perusahaannya agar tetap berjalan dengan lancar dan tidak ada lagi yang dinamakan pailit oleh Pengadilan Niaga dan juga tetap bertahan untuk memproduksi beberapa pesawat dan helikopter untuk para customer. Peran

Public Relations sangatlah penting untuk sebuah perusahaan yang sedang

mengalami krisis ekonomi pada tahun 1998 dan untuk tetap mempertahankannya agar perusahaan tersebut tetap berjalan hingga saat ini. Berdasarkan data dari hasil pra penelitian dari artikel detikfinace.com adalah :

“ karena dinilai tidak mampu membayar utang berupa kompensasi dan manfaat pensiun dan jaminan hari tua kepada mantan karyawannya, PTDI dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada 4 September 2007. Namun pada tanggal 24 Oktober 2007 keputusan pailit tersebut dibatalkan.”

Semenjak krisis moneter melanda bangsa Indonesia tahun 1998, serta ditandatanganinya Letter of Intent (LoI) antara Pemerintah Indonesia dengan IMF, di dalamnya dinyatakan bahwa pemerintah Indonesia tidak diperkenankan memberikan dana lagi ke PT Dirgantara Indonesia (Persero). Sejak saat itu, PT Dirgantara Indonesia (Persero) mengalami pasang surut dalam mengelola bisnis rancang bangun dan manufakturing pesawat terbang. Berbagai program telah dibuat dan sudah dijalankan namun hal itu tidak membantu PT Dirgantara Indonesia (Persero) untuk

mampu bangkit dari keterpurukannya.

Berdasarkan data wawancara hasil pra penelitian dengan Harry Harjoyo selaku Humas PT Dirgantara Indonesia (Persero) mengatakan bahwa perusahaan kedirgantaraan pada tahun 2012 mendapatkan suntikan

(5)

Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88 73

dana dari PMN (Penyertaan Modal Negara) untuk menutupi kerugian agar tidak dinyatakan pailit kembali. Perusahaan ini tidak mudah untuk melakukan recovery yang sebelumnya mengalami kesulitan dana untuk memproduksi pesawat. Suntikan dana dari PMN ini dibagi menjadi dua bagian. Pertama, Dana cash yaitu dana berupa uang langsung yang diberikan kepada perusahaan untuk membeli peralatan mesin-mesin pesawat. Kedua, Non cash dalah dana yang diberikan kepada PT Dirgantara Indonesia (Persero) untuk penghapusan hutang pada Negara.

Dana yang diberikan PMN untuk perusahaan ini tidak secara langsun cair begitu saja. PMN memberikan dana sejak tahun 2012 hingga sekarang baru sebagian cair ditahun 2014 dan 2016. Dana yang sudah cair tahun 2016 digunakan untuk pengembangan SDM baru di tahun 2017, tetapi PMN pada tahun 2015 sudah memberikan dana kembali kepada perusahaan ini dan hingga sekarang dana tersebut belum di cairkan. Perusahaan kedirgantaraan ini setiap tahunnya selalu di audit oleh PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero).

LANDASAN TEORITIS

Public Relations sangatlah penting bagi setiap perusahaan atau organisasi,

karena bagaimana fungsi manajemen dari Public Relations itu adalah salah satu cara untuk perusahaan bangkit dan maju. Perusahaan yang memiliki citra yang positif itu bagaimana cara me-manage sebuah perusahaan atau organisasi yang di kendalikan oleh Public Relations agar masyarakat menilai baik kepada perusahaan tersebut, sebaliknya jika perusahaan mengalami kegagalan atau krisis maka publik eksternal akan berpandangan negatif terutama kepada para konsumen.

Public Relations menurut W. Emerson Reck adalah pertama, lanjutan

dari proses pembuatan kebijaksanaan, pelayanan, dan tindakan bagi kepentingan terbaik dari suatu individu atau kelompok agar individu atau lembaga tersebut memperoleh kepercayaan dan goodwill (itikad baik) dari publik. Kedua, pembuatan kebijaksanaan, pelayanan, dan tindakan untuk menjamin adanya pengertian dan penghargaan yang menyeluruh (Ardianto, 2013:9).

Jefkins menyebutkan beberapa jenis citra (image). Berikut ini lima jenis citra yang dikemukakan, yakni 1)Mirror Image (Citra Bayangan). 2)Current Image (Citra yang Berlaku). 3)Multiple Image (Citra Majemuk).

(6)

74 Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88

4)Corporate Image (Citra Perusahaan). 5)Wish Image (Citra Yang Diharapkan) Jefkins (2003:93). Citra adalah aset paling pening bagi perusahaan, karena jika perusahaan memiliki citra yang positif maka masyarakat menilai bahwa perusahaan tersebut memang menunjukan performa terbaik bagi masyarakat khususnya apalagi untuk para customer, tetapi jika perusahaan tersebut memiliki citra yang sangat buruk berarti masyarakat menilai bahwa perusahaan tersebut memang tidak memberikan pelayanan yang baik bagi para customer.

Kini banyak sekali perusahaan atau organisasi dan orang-orang yang mengelolanya sangat sensitif menghadapi publik-publik yang sangat kritis. “Namun, kebanyakan perusahaan juga meyakini bahwa citra perusahaan yang positif adalah esensial, sukses yang berkelanjutan dan dalam jangka panjang” (Soemirat, Ardiano 2012:111). Seorang praktisi Public Relations harus bisa membuat sebuah perusahaan atau organisasi berjalan dengan baik, karena jika manajemen perusahaannya itu berkomunikasi dengan baik maka perusahaan itu akan berkembang lebih baik dan seorang Public

Relations tentunya harus menjaga citra positif agar tidak terjadinya

perusahaan yang gagal.

Berbicara mengenai fungsi Public Relations, sebenarnya dapat dijelaskan secara sederhana bahwa Public Relation itu pada dasarnya adalah untuk menghubungkan publik atau pihak yang berkepentingan didalam atau diluar instansi. Effendy (2002) dalam bukunya Hubungan Masyarakat Suatu Komunikologis menjelaskan ada tiga fungsi dari Public Relations adalah Pertama, Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi.Public Relations suatu organisasi atau perusahaan harus berani bertanggung jawab tujuan yang di inginkan. Kedua, Membina hubungan yang harmonis antara organisasi dengan publik eksternal maupun internal.

Ketiga, Menciptakan komunikasi dua arah dan timbal balik dengan

menyebarkan suatu informasi kepada perusahaan atau organisasi kepada publik dan menyalurkan opini publik kepada organisasi atau perusahaan.

Krisis itu terjadi tidak di duga-duga, artinya dapat melanda sebuah perusahaan atau organisasi baik besar maupun kecil dan tidak memperhatikan situasi atau reputasi perusahaan. Krisis dapat terjadi pada waktu yang cepat, tidak bisa ditentukan dan tidak dapat di prediksi asal mula atau tanda-tanda krisis itu muncul. Terjadi nya krisis di suatu perusahaan atau organisasi meskipun awal permasalahannya jangka waktu pendek, tetapi cenderung mengakibatkan konsekuensi menjadi jangka panjang.

(7)

Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88 75

Salah satu bagian yang terpenting dalam menghadapi sebuah krisis adalah perencanaan komunikasi yang baik bagaimana perusahaan yang mengalami krisis merespons, seberapa cepat merespons terjadi nya krisis, bagaumana perusahaan tersebut berkomunikasi, bagaimana pesan-pesan yang disampaikan oleh perusahaan yang lebih penting ketimbang krisis itu sendiri, sehingga arti penting komunikasi dalam krisis itu tidak bisa di remehkan Butterick (2011).

Setiap organisasi atau perusahaan cenderung dapat mengalami sebuah krisis dalam operasional sehari-hari. Krisis tersebut harus di-manage dengan baik jika organisasi ata perusahaan berkeinginan untuk dapat bertahan dalam dunia usaha yang ketat di era global saat ini Kriyantono (2012).

Peran Public Relations sebagai aktivitas fungsi manajemen komunikasi sebuah krisis bisa kekurangan dan ketidakpastian informasi. Public Relations membantu mengatasi krisis dengan cara menjamin bahwa publik dilyani dengan baik oleh organisasi. Public Relations menyarankan manajemen untuk menerapkan strategi komunikasi yang memungkinkan organisasi beradaptasi dengan situasi dilingkungannya (Kriyantono, 2012:223). Salah satu upaya menyediakan informasi adalah menyediakan informasi yang setiap saat dapat diakses media masa. Komuikasi yang tertutup dapat menyebabkan kesalahan persepsi dan memunculkan isu-isu yang melua dan bersifat negatif bagi perusahaan. Strategi komunikasi dalam krisis biasa disebut komunikasi krisis yang merupakan bagian dari strategi manajemen krisis.

Keterbukaan informasi ini sebenarnya merupakan prinsip dasar perkembangan bidang Public Relations yang diawali oleh Ivy Leadbetter Lee di awal abad 12. Seperti prinsip pertama dalam manajemen krisis yang beorientasi pada keselamatan publik, strategi komunikasi krisis yang diterapkan Public Relations harus juga memprioritaskan keselamtan publik. Karena itu, strategi komunikasi krisis dapat dirancang, yakni 1) Mengurangi resiko muncul kepanikan publik.. 2) Mengurangi kekhawatiran yang dirasakan publik. 3) Mengurangi spekulasi-spekulasi khususnya di awal-awal krisis. Spekulasi yang dibiarkan akan memunculkan rumor yang memungkinkan lebih dipercaya, memengaruhi persepsi dan dianggap sebagai kebenaran. 4) Melindungi perusahaan dari kritikkritik spekulasi, yang biasanya muncul dari diskursus publik di media massa. 5) Bersifat dapat dipercaya, keterbukaan, dan komunikasi berbasis keseimbangan

(8)

76 Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88

kepentingan. 6) Di desain untuk meminimalkan kerusakan pada citra organisasi (Kriyantono, 2012: 189).

Ivy Lee seorang praktisi Public Relations pada saat mengatasi krisis yang tengah melanda industry batu bara di Amerika Seriikat. Industri tersebut mengalami kesulitan dalam melanjutkan proses produksi dan menjadi lumpuh akibat pemogokan total yang dilakukan oleh para buruh yang menuntut hak-hak kesejahteraan dan kenaikan upah yang layak terhadap pemilik industri.

“Dengan metode dan strategi PR dan adanya keterbukaan pers akhirnya bisa mengatasi krisis industri batu bara. Sukses kedua yang diraih Ivy Lee, yaitu mengatasi situasi krisis yang terjadi akibat kecelakaan pada jaringan utama di perusahaan kereta Pennsylvania, dengan transportasi komunikasi terhadap pers dan masyarakat, semua masalah dapat diselesaikan dengan baik”(Ruslan, 1999:17-18).

HASIL DAN PEMBAHASAN

PT. Dirgantara Indonesia (Persero) atau Indonesian Aerospace (IAe) adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang manufacturing penerbangan udara Indonesia. Industri pesawat terbang yang pertama dan satu-satunya di Indonesia dan di wilayah Asia Tenggara. Perusahaan ini dimiliki oleh Pemerintah Indonesia atau BUMN. Perusahaan tersebut menghasilkan berbagai macam moda transportasi udara yang bermutu tinggi untuk memenuhi kebutuhan bagi negara Indonesia dalam menunjang kelengkapan pesawat buatan Negara Indonesia sendiri.

Memiliki sebuah Industri Pesawat terbang merupakan suatu kebanggaan bagi suatu bangsa, khususnya PT Dirgantara Indonesia (Persero) yang menjadi satu-satunya perusahaan pembuatan pesawat dan helikopter di wilayah Asia Tenggara. PT Dirgantara Indonesia (Persero) juga menyediakan berbagai macam jenis transportasi udara diantaranya helikopter NAS332 Super Puma dan pesawat CN295. PT Dirgantara Indonesia (Persero) adalah salah satu perusahaan penerbangan terbesar di Indonesia dan sudah membuat sebanyak 407 Unit pesawat dan Helikopter dari rentan tahun 1976-2017 dengan penerbangan domestik 105 pesawat dan beberapa pesawat dalam penerbangan Internasional.

PT Dirgantara Indonesia (Persero) mempunyai tujuan yang dimana turut serta membangun ekonomi nasional khususnya dalam rangka

(9)

Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88 77

pelaksanaan program pembangunan nasional di bidang teknologi penerbangan. Dari berbagai aspek yang telah disebutkan, PT Dirgantara Indonesia (Persero) juga ikut serta dalam membangun perekonomian yang ada di negara Indonesia ini, dengan demikian peran PT Dirgantara Indonesia (Persero) pembantu negara dalam berbagai aspek. Perusahaan ini akan dijelaskan tentang sejarah PT Dirgantara Indonesia (Persero), riwayat singkat PT Dirgantara Indonesia (Persero), dan tentang PT Dirgantara Indonesia (Persero). Untuk mengetahui awal dibentuknya PT Dirgantara Indonesia (Persero), disini perlu dijelaskan terlebih dahulu tentang sejarah PT Dirgantara Indonesia (Persero).

Proses Mengidentifikasi Krisis di PT Dirgantara Indonesia (Persero)

Proses mengidentifikasi adalah langkah awal untuk mengetahui bagaimana perusahaan yang sedang atau mengalami krisis dan mencari timbulnya krisis, karena jika kita tidak mengetahui asal mula krisis tersebut berawal dari mana maka untuk penanggulangannya kita menjadi sulit. Humas PT Dirgantara Indonesia (Persero) telah melakukaan dengan beberapa tahap untuk mengidentifikasi krisis.

Proses yang pertama adalah Prevention (Pencegahan) Proses dalam mengidentifikasi suatu masalah yang ada di perusahaan dan faktor penyebabnya itu jika kita bisa mengidentifikasi permasalahaan yang ada di perusahaan dapat ditanggulangi atau tidak. Humas PT Dirgantara Indonesia (Persero) menjelaskan ada tahapan untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada itu dengan cara Prevention (pencegahan). Proses ini dimana suatu perusahaan itu harus memitigasi apa permasalahannya yang mengakibatkan suatu perusahaan menjadi tidak baik. Mengidentifikasi sebuah perusahaan sangatlah penting, jika tidak Manajemen perusahaan cenderung akan mengalami kesulitan dalam menanggulanginya. Berdasarkan pernyataan dari Manajer Hukum dan Humas PT Dirgantara Indonesia (Persero) mengatakan :

“Memang kita itu melakukan kali pertama adalah melakukan memitigasi dulu atau istilah saya itu prevention (pencegahan) memitigasi apa permasalahannya yang bisa menjadikan krisis atau akan menjadi krisisnya itu dan kemudian saya itu membuat tim kecil untuk mempersiapkan nanti jika terjadinya krisis nanti,” (Hasil wawancara tanggal 12 Maret 2018).

Berdasarkan pernyataan dari Bapak Irlan Budiman tersebut bahwa fungsi Humas dalam menjalankan manajemen krisis awalnya dilakukan

(10)

78 Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88

dengan tahap yang dinamakan prevention (pencegahan) dimana perusahaan ini harus di cegah apa yang membuat perusahaan menjadi krisis dan menangani apa penyebabnya bisa terjadi di perusahaan. Memitigasi ini merupakan bagian dari cara pencegahan tersebut dari manakah akar permasalahan yang terjadi di PT Dirgantara Indonesia (Persero). Melakukan pencegahan ini pihak manajemen perusahaan kedirgantaraan membuat beberapa tim untuk menangani dan mencari apa yang menjadi akar permasalahan di perusahaan kedirgantaraan ini khususnya di PT Dirgantara Indonesia (Persero).

Kedua, dalam tahap ini Preparation (Persiapan) tahap ini adalah bagian

dalam persiapan setelah pencegahan yang dilakukan perusahaan. Persiapan ini merencanakan apa yang dilihat dari cara memitigasi tersebut membuat beberapa tim untuk melakukan Preparation dalam manajemen krisis bahwa PT Dirgantara Indonesia (Persero) harus melakukan hal seperti ini untuk menghindari beberapa isu yang tidak benar. Lebih lanjut Bapak Irlan Budiman mengatakan bahwa :

”Selanjutnya yang saya lakukan preparation (persiapan) dari manajemen krisis ini sendiri tentunya, persiapan ini dimulai dari kita lihat yang tadi dari mitigasinya. Dari situ kita kan melakukan dan menyiapkan beberapa ketika ini menjadi krisis, karena kita sudah memitigasi sebelumnya nah kita melakukan manajemen krisis ini dengan tadi kita sudah buat menyiapkan beberapa tulisan atau press

release. Sekarang kita lakukan memang 2 cara ada yang head to head

dengan pemberitaan itu ada yang kita juga membuat framing baru.” (Hasil wawancara tanggal 12 Maret 2018).

Tahun 1998 pada saat krisis terjadi kepala Direksi, kepala Divisi dan Humas menjadi satu tim dalam menangani krisis pada saat itu. Tim yang menangani krisis selalu dikepung oleh para karyawan, sehingga untuk membicarakan soal perusahaan yang sedang tidak baik melakukannya berada di Hotel daerah Setrasari untuk membahas masalah yang terjadi, karena sudut pandang wartawan itu jika ada pemberitaan mengenai perusahaan selalu memihak kepada karyawan. Mengidentifikasi krisis ini akar permasalahannya harus di jelaskan oleh Humas kepad masyarakat melalui media. Bapak Rakhendi Triatna sebagai Pensiunan Humas PT Dirgantara Indonesia (Persero) mengatakan bahwa :

“Untuk mengidentifikasi permasalahanya itu dapat dikatakan kita membuat press release itu hampir tiap hari untuk disebar ke media itu. press conference itu hampir 3 hari sekali. yang hadir itu hampir

(11)

rata-Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88 79

rata 30 sampai 40 wartawan, karna supaya tidak ada kesan PTDI itu mendzalimi karyawan, karena yang diangkat mereka bahwa PTDI belum bayar pesangon intinya pada saat itu. Sebenarnya bukan tidak bayar pesangon tapi memang karena uang pensiunnya kecil. Dalam terjadi nya pemutusan hubungan kerja itu walaupun kita memutuskan 6651 karyawan angkanya bapak masih ingat itu semua hak nya full kepada karyawan jadi ada 3 komponen di dalam pensiun itu.” (Hasil wawancara 13 Maret 2018).

Berdasarkan hasil wawancara yang dikatakan oleh Bapak Rakhendi Triatna bawa PT Dirgantara Indonesa (Persero) setelah terjadinya PHK pada saat itu ada pesangon berdasarkan masa kerja, dana pensiun, dan jaminan dari jamsostek. Ketiga komponen dana pensiun itulah yang menjadi akar permasalahannya dan juga memang tidak ada suntikan dan dari pemerintah.

Ketiga yaitu proses menyampaikan pesan kepada khalayak. Krisis

yang terjadi di PT Dirgantara Indonesia (Persero) pada tahun 1998 itu banyak sekali demo-demo yang dilakukan oleh para karyawannya untuk memperjuangkan nasib kedepannya akan seperti apa. Humas PT Dirgantara Indonesia (Persero) pada saat itu yang terjun langsun menghadapi karyawan. Bapak Kerry Apriawan selaku senior staff Humas PT Dirgantara Indonesia (Persero) mengatakan bahwa :

“Waktu terjadinya krisis tahun 1998 baik itu pengerumahan sampai pailit kan itu jadi Humas nya sendiri yang turun langsung ke lapangan jadi pertama ada tuntutan dari karyawankan 16.000 orang. untuk yang menyampaikan pesan dari jajaran direksi manajemen ke karyawan di bawah tuh Humas yang terjun langsung, jadi Humas sebagai spoke man itu yang berbicara langsung ke karyawan, baik serikat maupun karyawan.” (Hasil wawancara tanggal 05 Maret 2018) PT Dirgantara Indonesia (Persero) dalam menyampaikan pesannya itu melalui media dan melakukan kerjasama dengan beberapa media. Bekerja sama dengan beberapa media tersebut memudahkan seorang Humas PT Dirgantara Indonesia (Persero) untuk menyampaikannya kepada publik. Bapak Irlan Budiman selaku Manajer Hukum dan Humas PT Dirgantara Indonesia (Persero) mengatakan bahwa :

“Selain itu juga kita kalo bicaranya kita menggandeng kerjasama dengan media yaitu dengan antaranews kita bekerjasama. Waktu itu kita ada kontrak selama satu tahun. Tugasnya itu untuk menaikkan citra nya. Jadi kita selama setahun kerjasama dengan antaranews kita

(12)

80 Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88

membuat tulisan kita setiap hari juga ada berita positif dengan PTDI baik di berita online atau offline, online sih banyaknya sebetulnya. Antaranews itu banyak yang nyomot tuh baik di dalam maupun luar negeri dan di web nya antaranews nya pun kita ada nama khusus tentang update PTDI, ya selama setaun itu ya lumayan banyak yang menyomot beritanya pada tahun 2011. Itu adalah salah satu cara nya juga kan tetep eksis di pemberitaan kan dan citra nya tetep ada.” (Bapak Irlan Budiman, wawancara tanggal wawancara tanggal 12

Maret 2018, pukul 10.20WIB).

Berdasarkan Bapak Irlan Budiman menjelaskan tentang kerjasama dengan media untuk menyampaikan pesannya melalui media Antaranews. Bekerjasama dengan media Antaranews itu pilihan yang tepat.

Proses Mengisolasi Krisis di PT Dirgantara Indonesia (Persero)

Perusahaan harus ditangani dengan cepat, setelah identifikasi di selesaikan selanjutnya bagaimana perusahaan itu untuk mengisolasi agar beberapa pekerjaan yang dilakukan di perusahaan itu tidak terganggu. Perusahaan jika tidak di isolasi terlebih dahulu cenderung dapat mengakibatkan kerusuhan antar karyawan atau konflik horizontal yang terjadi di perusahaan

Pertama, Planning (Perencanaan). Perusahaan yang mengalami krisis

tentunya ada cara dalam mengisolasi perusahaan agar operasional perusahaan tidak terganggu. Soemirat (2012: 185) menjelaskan cara mengisolasi perusahaan yang sedang mengalami krisis ini harus bisa bekerja sama dengan pihak manajemen perusahaan dan bagaimana dalam menghadapi media dalam pemberitaan agar tidak terjadi pemberitaan yang simpang siur. Bapak Irlan Budiman mengatakan dalam mengisolasi krisis itu bahwa :

” Nah kemudian untuk cara yang mengisolasi krisis ini sih setelah melakukan kedua yg tadi kita melakukan prevention dan preparation kita melakukan action-nya itu seperti apa kepada internal dan juga ekstenal dan juga bagaimana kita melakukan planning nya terutama kepada karyawan sih ya.” (Hasil wawancara tanggal 12 Maret 2018).

Lebih lanjut lagi menurut Bapak Harry Harjoyo cara mengisolasi perusahaan ini yaitu bahwa :

“Untuk mengisolasi ya pada saat itu Humas dan tim yang lainnya sangat berperan lah ya. Apalagi karyawan yang demo besar-besaran seperti itu karena yang saya lihat ramai banget sampai ada yang

(13)

Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88 81

longmarch dari Bandung ke Jakarta dan ada juga demo di gedung sate

pada waktu itu. Nah itu dia makanya Humas itu penting bagi manajemen apalagi ke media ya itu penting karena siapa lagi kalo bukan media yang memberitakan keadaan PTDI pada waktu itu.” (Hasil wawancara tanggal 05 Maret 2018).

Krisis yang melanda PT Dirgantara Indonesia (Persero) pada saat itu terjadinya demo besar-besaran yang mengakibatkan ada beberapa buruh yang berjalan kaki dari Bandung hingga ke Jakarta da nada juga karyawan PT Dirgantara Indonesia (Persero) yang melakukan demo di Gedung Sate Bandung.

Humas PT Dirgantara Indonesia (Persero) dalam mengisolasi khusus nya menurut Bapak Harry Harjoyo selaku staff humas itu mengatakan bahwa kekuatannya itu yang membantu memberitahukan kepada masyarakat luas itu oleh media, jadi bagaimana cara berhubungan dengan media tetap baik itu oleh media, maka dari itu tidak hanya para Direksi dan tim yang lainnya untuk menangani ini Humas juga berperan untuk menyampaikannya kepada karyawan. Humas yang membuat berita lalu media nya yang mengolah berita itu dan di sampaikan kepada publik. Lebih lanjut lagi Bapak Rakhendi Triatna mengatakan bahwa :

“Saya dan tim waktu itu sudah merencanakan dengan apa adanya kepada karyawan. tapi karyawannya itu gak nerima apa yang udah di tetapkan oleh perusahaan juga sampai karyawan itu kan demo ya di depan perusahaan gitu.” (Hasil wawancara tanggal 13 Maret 2018).

Kedua, Mengisolasi dengan cara persuasif. Mengisolasi krisis dengan

cara persuasif ini cara berkomunikasi yang bertujuan untuk mengubah sikap para karyawan atau mempengaruhi kepercayaan dan perilaku seseorang agar bertindak apa yang sudah di informasikan oleh Humas dari perusahaan dan memberitahukan kepada karyawan bagaimana kebijakan perusahaan yang telah di sepakati oleh para Manajemen. Lebih lanjut Bapak Rakhendi Triatna mengungkapkan bagaimana cara pengisolasian pada saat krisis itu bahwa :

“Sebenarnya kita sudah mengisolasi dengan cara persuasif, nah persuasif nya diberikan penjelasan kepada serikat pekerja itu sudah di lakukan, sudah datang ke kantornya dan Pak Yusman (Dirut PTDI pada saat itu) sudah menjelaskan tolong tahan para karyawan jangan demo ini anak perusahaan akan di kembangkan bisnis-bisnis juga berkembang, kita juga pernah membuat antene parabola itu jauh lebih canggih karna kita bisa buat satelit hanya kita gak punya modal

(14)

82 Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88

lalu satelit nya gajadi dan menjadi antena parabola. Jadi anak perusahaan itu akan menyerap itu, nah Pak Yusman bilang karyawan sisanya itu jadikan lah karywan anak perusahaan dan suruh untuk bekerjasama, jadi kita membela perusahaan itu .setelah terjadinya phk besar-besaran terjadinya konflik horizontal, itu pernah ada jika mau ngantor saya di dalam orang lain di luar kuncinya pake superglue dan akhirnya di gergaji dan yg lebih parah itu adalah jumatan bisa di bagi 2 dan ada 98 kasus pemukulan pada saat itu.”(Hasil wawancara 13 Maret 2018).

Humas pada saat itu yang memberikan informasi tentang kebijakan perusahaan menjadi tujuan karyawan untuk memukuli Humas perusahaan pada saat itu, karena mungkin karyawan menganggap bahwa kebijakan perusahaan itu hanya untuk para karyawan tetapi Humas sendiri tidak terlepas dari manajemen yang telah menyampaikan sesuai dengan peraturan yang ada. Masalah Inilah yang membuat terjadinya konflik di internal perusahaan. Lebih lanjut Bapak Kerry Apriawan mengatakan bahwa :

“Bahwa konfliknya itu ketegangan disitu bahwa memuncak lah gitu merasa kecewa meskipun kita bilang a b c gtu gak akan di dengar. Akhirnya perusahaan berenti sementara dulu sampai akhirnya kita dapat intruksi dari pemerintah lalu kita narikin orang-orang nya untuk bekerja lagi dan seperti apa kualifikasi nya untuk di tarik dan di panggil, di telepon disuruh datang ke perusahaan. Nah yang jadi masalah itu orang yang tidak di panggilnya tersebut.” (Hasil wawancara tanggal 05 Maret 2018)

Humas PT Dirgantara Indonesia (Persero) pada saat itu sudah memberikan informasi perihal kebijakan perusahaan, tetapi karyawan tetap tidak menerima dengan kebijakan tersebut dan akhirnya terjadilah pengerumahan masala tau pemberhentian kerja kepada karyawan. Pengerumahan masal ini diberhentikan karena emosi karyawan yang semakin memuncak, tetapi pihak manajemen setelah terjadinya pemberhentian kerja tersebut menunggu kebijakan lebih lanjut dari pemerintah untuk menanganinya dan akhirnya pemerintan memberikan keringanan untuk pengrekrutan sebagian karyawannya lagi untuk bekerja di perusahaan kedirgantaraan ini dalam menyelesaikan beberapa proyek yang belum terselesaikan. Lebih lanjut Humas PT Dirgantara Indonesia (Persero) pada saat itu mengatakan perihal dari pengerumahan masal

(15)

Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88 83

terhadap karyawan melakukan beberapa penarikan karyawan kembali bahwa :

“Kenapa menghadapi 5600 Pak Rakhendi harus tenang ya karena saya itu nahkoda kata Pak Yusman, nahkoda itu kalo kapal mau tenggelam kita buat skoci, jadi membuat anak perusahaan rencananya. Anak perusahaan itu akan menyerap yang 5600 itu. Kurang lebih ada 8 anak perusahaan yang akan dibuat dan memang semuanya sudah berjalan walaupun belum tangguh. Lalu Pak Rakhendi harus selesaikan semuanya, baru lapor belakangan. Itu adalah kemudahan bagi Pak Rakhendi, tapi apa yang membuat akhirnya merasa gagal merasa Pak Rakhendi juga stress karena isu politik yg dimasukkan manajemen. Pak Yusman nya di fitnah di bilang Pak Yusman itu korupsi” (Hasil wawancara 13 Maret 2018).

Proses Mengendalikan Krisis di PT Dirgantara Indonesia (Persero)

Proses dalam mengendalikan krisis ini agar krisis tidak meluas dan harus di cegah. Krisis yang terjadi di perusahaan haruslah di kendalikan, karena jika krisis sudah di identifikasi akar permasalahannya seperti apa lalu selanjutnya seorang Humas menjalankan penanggulannya itu seperti apa dan jika krisis berhasil dalam menidentifikasi, mengisolasi perusahaan yang terjadi krisis maka krisis di perusahaan itu berhasil di kendalikan.

Pertama, Recovery (pemulihan). Langkah dalam recovery ini bagaimana

perusahaan mengembalikan apa yang telah rusak dan hilang unntuk melakukan sebuah perencanaan dan evaluasi terhadap tindakan krisis yang sudah terjadi di perusahaan ini dan bagaimana kedepannya perusahaan ini agar tetap berkembang setelah pihak Manajemen sudah mengendalikan krisisnya seperti apa. Bapak Irlan Budiman mengatakan dalam mengendalikan krisis itu bahwa :

“Jadi kita pun melakukan evaluasi nih, tidak hanya (kenapa itu bisa terjadi) mungkin ada di interal nya kita sendiri, nah next nya agar tidak terjadi lagi kita melakukan beberapa evaluasi. Sehingga dengan harapan kedepannya itu tidak akan terjadi lagi. Nah jadi memang yang paling sulit adalah me-maintance ini agar tidak terulang. Karena kita awalnya sudah memitigasi jadi kita itu istilah nya early warning lah.” (Hasil wawancara tanggal 12 Maret 2018).

Berdasarkan hasil wawancara bahwa melakukan recovery ini menurut Bapak Irlan Budiman selaku Manajer Hukum dan Humas adalah tahap penyembuhan dari krisis tersebut. Tahap evaluasi ini sangat penting agar

(16)

84 Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88

perusahaan ini dari pengalaman sebelumnya mengetahui bagaimana mengendalikan jika krisis terjadi lagi di perusahaan PT Dirgantara Indonesia (Persero). Perusahaan harus kuat menghadapi ini sebelum kepada masyarakat luas.

Kedua, mengembalikan opini publik. Menyampaikan pesan atau opini

publik itu perannya lebih besar, karena perusahaan yang sedang baik citranya maka masyarakan itu akan berpandangan positif kepada perusahaan khususnya PT Dirgantara Indonesia (Persero). Prosesnya bagaimana untuk membangun opini publik nya yang memang harapannya Humas ini perannya lebih besar lagi dalam menyikapi opini publik ini. Bapak Irlan Budiman mengatakan bahwa :

“Dalam menyampaikan pesannya kita di bantu dengan yang namanya itu adalah media sosial. Sangat membantu sekali bagi kita sebagai Humas, karena kalo media sosial kita langsung in touch dengan

netizen nya itu sendiri, nah tentu responnya pun lebih cepat dan

bagaimana kita melakukan respon kembali dari sisi netizen yang cepat yang paling penting nya itu tadi sebetulnya membuat framing baru dari opini publiknya sendiri.” (Hasil wawancara tanggal 12 Maret 2018). Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Irlan Budiman bahwa Humas PT Dirgantara Indonesia (Persero) dalam menyampaikan pesannya melalui media sosial berupa Instagram, karena dengan menggunakan

Instagram bisa berkomunikasi dengan para publik juga yang menggunakan

media sosial tersebut dan ini juga merupakan salah satu strategi dalam mengembalikan citra PT Dirgantara Indonesia (Persero) untuk menyampaikan berita apa saja yang mengenai tentang perusahaan kedirgantaraan.

Ketiga, keterbukaan terhadap publik.

Penyampaian pesan kepada publik tentunya ini hal yang penting khususnya bagi Humas perusahaan, karena jika tidak ada publik maka kepada siapakah pesan itu di sampaikan. Keterbukaan ini dalam strategi untuk penyampaian pesan inti tujuannya kepada masyarakat luas agar masyarakat mengetahui sisi baik perusahaannya dan apalagi jika perusahaan itu sedang proses untuk mengendalikan dari krisis yang terjadi, maka perusahaan tersebut berusaha memperbaiki citranya melalui pemberitaan yang positif bagi perusahaan kepada publiknya. Bapak Irlan Budiman mengatakan perihal keterbukaan dengan publik bahwa :

“Bahwa dengan adanya kemajuan teknologi dan perekonomian yang begitu cepat maka dari sisi ini tidak boleh lagi kaya dulu, itu kita lebih

(17)

Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88 85

tetutup nah sekarang kita harus terbuka. Untuk mempertahankannya itu yaitu dengan tadi itu membuat framing-framing yang kita buat di media sosial, kemudian memanfaatkan kegiatan pameran-pameran dan kita terus bekerja sama dengan beberapa lembaga.” (Hasil wawancara tanggal 12 Maret 2018).

Keempat, Bekerja sama dengan para stakeholder adalah salah satu cara

atau strategi untuk memperbaiki citra bahkan mengangkat citra PT Dirgantara Indonesia tersebut bisa dikatakan saling menguntungkan satu sama lain dalam menjalin kerjasama ini dan memanfaatkannya sebagai peluang untuk meningkatkan citra perusahaan ini. Bapak Irlan Budiman mengatakan bahwa :

“Memanfaatkan kegiatan pameran-pameran dan kita terus bekerja sama beberapa lembaga kementrian perindustrian, kementrian pariwisata, dan lain-lain yang memang bukan hanya mempertahankan tetapi meningkatkan dari image ptdi nya sendiri. Memperbaiki hubungan kerjasama dengan beberapa lembaga kementrian dan lembaga daerahnya sendiri dari Humas pemkot nya kita bekerjasama bahwa kita ingin PTDI itu menjadi iconnya kota Bandung , menjadi icon kota teknolgi seperti PT Pindad, PT Len, PTDI, Dahana PT Inti dan lain-lain. (Hasil wawancara tanggal 12 Maret 2018)”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Irlan Budiman bahwa banyak cara untuk mengembalikan citra perusahaan ini khususnya untuk PT Dirgantara Indonesia (Persero) dalam menjalankan kegiatan berupa pameran yang bekerjasama dengan kementrian pariwisata, misalnya seperti setiap ada pameran perusahaan yang bekerjasama dengan kementrian pariwisata itu memakai dinamakannya brand wonderful Indonesia itu selalu melekat di PT Dirgantara Indonesia (Persero), begitupun kebalikannya jika mereka melakukan pameran disitu perusahaan menyisipkan satu prodak yaitu pesawat N-219. Humas PT Dirgantara Indonesia (Persero) dalam melakukan ini tidak hanya bekerja sama saja dengan para Stakeholder tetapi harus juga menjalin hubungan yang baik dengan media itu sangat penting. Bekerjasama dengan para stakeholder ini merupakan cara terpenting juga untuk menaikkan citra perusahaan. Feedback dari kerjasama dengan beberapa perusahaan atau dengan pemerintahan ini membuat PT Dirgantara Indonesia (Persero) bisa meningkatkan citra nya yang pada saat itu perusahaan ini memang sedang krisis.

(18)

86 Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88

Peranan Humas dalam melakukan hal ini tujuannya agar bisa terus bekerja sama dengan para media dan memudahkan wartawan untuk bekerjasama dalam pembuatan berita dan tidak ada lagi yang dinamakannya pemberitaan negatif mengenari PT Dirgantara Indonesia (Persero) yang membuat pemberitaan itu menjadi seolah-olah perusahaan ini negatif di masyarakat, maka dari itu proses ini lah yang dibuat oleh Humas PT Dirgantara indonesia (Persero).

Menjalin hubungan dengan media bisa juga untuk meningkatkan citra PT Dirgantara Indonesia (Persero), karena melalui media ini juga perussahaan memberikan secara fakta tidak ada yang ditutup-tutupi mengenai pemberitaan untuk masyarakat itu mengetahui berita terkini tenang perusahaan apalagi untuk tahun ini PT Dirgantara Indonesia (Persero) sedang mengeluarkan produk karya anak bangsa yaitu pesawat N219. “Kemudian kita juga salin terbuka ke media, kenapa kita kerjasama dengan antaranews yang pertama karena BUMN, lembaga media terbesar se Asia. (Hasil wawancara tanggal 13 Maret 2018)”.

PENUTUP

Humas PT Dirgantara Indonesia (Persero) dalam menjalankan proses manajemen krisis menggunakan tahap dari proses manajamen krisis strategi 3P yaitu strategi pencegahan, strategi persiapan dan strategi penanggulangan. Konsep ini yang di ambil dari strategi penanggulangan yaitu dari tahap akut seperti mengidentifikasi, mengisolasi dan mengendalikan krisis. Peneliti disini untuk mengetahui penanggulangannya seperti apa dalam krisis yang berkondisi akut dengan menggunakan tahap mengidentifikasi, mengisolasi dan mengendalikannya bagaimana. Peneliti setelah menganalisis data hasil penelitian tentang Manajemen Krisis Sebagai Upaya Mempertahankan Citra oleh PT Dirgantara Indonesia (Persero) , maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Pertama, Proses mengidentifikasi masalah mengapa perusahaan itu terjadi krisis. Pertama keadaan pada saat tahun 1998 terjadinya krisis ekonomi yang melanda di Negara Indonesia. Proses ini merupakan langkah awal untuk mengetahui mengapa krisis itu terjadi. Humas PT Dirgantara Indonesia (Persero) beserta tim untuk mengidentifikasi awal yang menjadi akar permasalahannya. Akar permasalahannya itu terjadi karena tidak dapat bantuan dana dari pemerintah sehingga mengakibatkan adanya konflik horizontal, PHK masal, dan terjadinya tuntutan dari karyawan yang tidak terima dengan adanya PHK.

(19)

Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88 87

Kedua, Proses mengisolasi krisis di perusahaan untuk melakukan

perencanaan yang telah dibuat. Humas PT Dirgantara Indonesia (Persero) pada saat itu agar tidak terjadinya konflik di internal maka Humas memberikan informasi secara persuasif agar karyawan dapat mengikuti kebijakan yang di keluarkan oleh pemerintah dan untuk masyarakat luas Humas memberikan informasi melalui media untuk disampaikan kepada publik. Dan ketiga, Proses mengendalikan krisis perusahaan dalam tahap ini Humas dan tim PT Dirgantara Indonesia (Persero) berusaha untuk mengembalikan citra, mengembalikan opini publik, bekerja sama dengan beberapa lembaga atau organisasi untuk saling menguntungkan dan menjalin hubungan dengan media. Proses ini dilakukan agar kesejahteraan dalam internal membaik, citra perusahaan meningkat dan juga memberikan berita-berita yang positif bagi masyarakat luar maupun kepada karyawan agar tidak terjadi lagi konflik yang merugikan kepada karyawannya maupun kepada perusahaannya.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari data-data di lapangan, pada dasarnya penelitian ini berjalan baik. Bukan sesuatu kekeliruan apabila peneliti ingin mengemukakan beberapa saran yang bermanfaat bagi kemajuan bagi kedepannya. Saran yang peneliti ajukan

adalah 1) Bagi Perusahaan, PT Dirgantara Indonesia (Persero) memiliki

Manager Hukum dan Humas untuk mengawasi dan mengontrol kegiatan

staff Humas. Struktur Humas PT Dirgantara Indonesia (Persero) berbeda dengan struktur Humas perusahaan yang lainnya. Humas PT Dirgantara Indonesia (Persero) memiliki penggabungan divisi seperti Manager Hukum dan Humas. Humas PT Dirgantara Indonesia (Persero) hanya memiliki empat orang staff Humas. Lebih efektif lagi jika menambah SDM Humas dan Manager khusus di divisi Humas saja tidak digabungkan dengan divisi Hukum. 2) Perusahaan Terhadap Masyarakat Luas, proses mengidentifikasi, mengisolasi, dan mengendalikan krisis perusahaan agar dilakukan dengan baik oleh tim untuk menghindari krisis kembali. Proses untuk mengendalikan krisis dengan program-program yang telah dibuat harus benar-benar tercapai, karena kunci kesuksesan suatu intansi perusahaan ada pada customer dan masyarakat yang menilai perusahaan baik atau buruknya. 3) Kepada Mahasiswa, Penelitian ini hanyalah langkah awal untuk penelitian dan selanjutnya mengenai proses manajemen krisis sebagai upaya mempertahankan citra bisa kembali membaik setelah terjadinya krisis pada tahun 1998.

(20)

88 Reputation: Jurnal Ilmu Hubungan Masyarakat Volume 2 Nomor 1 (2018) 69-88 DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro. (2013). Handbook Of Public Relations Pengantar

Komprehensif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Butterick, Keith. (2012). Pengantar Public Relations Teori dan Praktik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Detik. (2014). PT Dirgantara Indonesia, Sempat Mati Kini Terbang Kembali, diakses 22 November 201, dari

https://finance.detik.com/industri/2587833/pt-dirgantara-indonesia-sempat-mati-kini-terbang-kembali

Jefkins, F . (2003). Public Relations. Jakarta : Erlangga.

Kasali, Rhenald. 1994,Manajemen Public Relations. Jakarta : Pustaka Utama Grafiti

Kriyantono, Rachmat. (2012). Public Relations & Crisis Management

Pendekatan Critical Public Relations Etnografi Kritis & Kualitatif. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group

Ruslan, Rusady. (1999). Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi

(Konsepsi Dan Aplikasi). Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Soemirat, ardianto. (2012). Dasar-dasar Public Relations. Bandung: PT Remaja Rosdakary Offset.

Suratno. (2016.) Pengaruh Citra Perusahaan dan Kualitas Pelayanan Terhadap

Loyalitas Pelanggan dengan Kepuasan Pelanggan Sebagai Variabel Intervening Pada PT Pelabuhan Indonesia III Semarang, Journal of Management. Vol.2

Referensi

Dokumen terkait

Convention for the Protection of Cultural Property in the Event of Armed Conflict.. However, a signature is not binding on a State unless it has been endorsed by ratification. The

Pada bagian ini, Fredrich Yunadi ini, terlihat usaha untuk meluruskan tanggapan Donal Fariz yang tidak sesuai dengan pemahaman yang dimiliki Fredrich Yunadi,

Menurut Thompson dan Stricland (1992 : 9-10), strategi perusahaan dibentuk dari serangkaian tindakan, langkah-langkah dan pendekatan tersebut adalah usaha untuk melakukan

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perendaman benih padi gogo varietas Situ bagendit dalam larutan asam sitrat 5 mM dan 10 mM asam sitrat tidak dapat meningkatkan

Jurusan Musik Fakultas Seni Pertunjukan Universitas Kristen Satya Wacana Ji... JURNAL

Bagaimana Cara Mengatasi Kutil Kelamin Secara Herbal (Alternatif) ~ Penyakit ini juga dapat ditularkan meski penderita menggunakan kondom atau tidak pada saat melakukan hubungan

Keterampilan yang dimiliki petani tergolong tinggi yaitu sebanyak 20 petani atau sebesar (64,52%), sedangkan pada tingkatan praktek dari keterampilan yang dimiliki petani

Transaksi penambahan berupa penambahan saldo awal merupakan reklasifikasi dari aset lain-lain (belanja modal tahun 2007-2010 yang tedefinisi sebagai aset lain-lain) yang