• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isolasi dan Identifikasi Senyawa Kimia Pada Ekstrak Petroleum Eter Kulit Batang Sidaguri (Sida retusa Linn) Oleh: Nohong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Isolasi dan Identifikasi Senyawa Kimia Pada Ekstrak Petroleum Eter Kulit Batang Sidaguri (Sida retusa Linn) Oleh: Nohong"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Isolasi dan Identifikasi Senyawa Kimia Pada Ekstrak Petroleum Eter Kulit Batang Sidaguri (Sida retusa Linn)

Oleh: Nohong Intisari

Telah dilakukan isolasi dan identifikasi senyawa pada ekstrak petroleum eter dari kulit batang Sidaguri (Sida retusa Linn) untuk mengetahui senyawa yang terdapat dalam ekstrak petroleum eter kulit batang Sidaguri. Dalam penelitian ini sampel dimaserasi menggunakan metanol kemudian dipartisi dengan petroleum eter. Senyawa yang terkandung dipisahkan menggunakan kromatografi kolom dan selanjutnya diidentifkasi menggunakan kromatografi gas-spektrometri massa (GC-MS). Hasil analisis menunjukkan senyawa isolat memiliki massa molekul sebesar 264 sma yang identik dengan senyawa 2,9-dien-oktadekanaldehida

Kata kunci: identifikasi, kulit batang, partisi, ekstrak petroleum eter, massa

molekul

A. Pendahuluan

Sidaguri (Sida retusa Linn) merupakan salah satu tumbuhan berkhasiat obat yang telah digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk pengobatan berbagai penyakit, sebagaimana disebutkan dalam situs http://www.mahkotadewa.com (2000), bahwa keseluruhan tumbuhan dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit seperti perut mulas, asam urat tinggi, sakit gigi, sengatan lebah, asma, radang, amandel, disentri, usus buntu, demam, batu ginjal dan batuk darah. Menurut Wirakusumah (1995), Sidaguri dapat digunakan untuk mengobati penyakit kulit seperti bisul dan ketombe. Dilaporkan pula oleh Dalimarta (1997), bahwa herba berkhasiat mengobati penyakit hepatitis, dan diabetes. Komponen kimia dari tumbuhan ini yang telah dilaporkan antara lain: alkaloid, hipoparin, flavonoid, triterpenoid, sterol, gula, vassisinol, vassisinon, betain, dan fenilalanin (Gafar, 2000). Juga mengandung efedrin, kalsium oksalat, tannin, saponin, fenol, dan minyak atsiri (http://www.mahkotadewa.com , 2000).

Tumbuhan ini dapat hidup di dataran rendah sampai ketinggian 800 meter di atas permukaan laut, (Tjitrosoepomo, (1996). Belum ada laporan apakah lingkungan tempat tumbuh berpengaruh pada kandungan kimia dari tumbuhan ini seperti kebanyakan tumbuhan berkhasiat obat lainnya.

Pada kesempatan ini akan dibicarakan mengenai salah satu senyawa yang teridentifikasi dalam ekstrak petroleum eter, sebagai bagian dari keseluruhan

(2)

upaya untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyawaan kimia yang terdapat dalam tumbuhan Sidaguri (Sida retusa Linn)

B. Metode Penelitian a. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Kromatografi Lapisan Tipis, Kromatografi Kolom, Kromatografi Gas-Spektrometer Massa (GC-MS) merek Shimadzu QP-5000, detektor TLC, lampu UV, rotary evaforator, dan alat alat gelas laboratorium lainnya

b. Bahan

Bahan yang digunakan: kulit batang Sidaguri yang sudah kering, dietil eter, petroleum eter (PE), etil asetat, metanol, n-heksana, MgSO4 anh. Silika gel G.60 E.Merck, Pelat KLT F254

c. Pengambilan bahan

Bahan yang diteliti berupa kulit batang sidaguri yang dikumpulkan dari sekitar kampus Unhalu Kendari.

d. Preparasi sampel

Sampel tubuhan dibersihkan, diambil kulit batangnya kemudian dibiarkan kering di udara terbuka pada suhu kamar. Setelah kering sampel dipotong-potong kecil kemudian diblender hingga diperoleh serbuk.

e. Pemisahan komponen kimia

Sebanyak 500 g. serbuk kulit batang Sidaguri dimaserasi dengan 1L metanol dalam wadah toples tertutup selama 3 x 24 jam, sambil sesekali diaduk, untuk membantu mempercepat penyarian. Setelah tiga hari, ekstrak disaring dan diperoleh filtrat dan ampas, ampas dimaserasi kembali dengan metanol selama 3 x 24 jam kemudian disaring lagi, filtratnya digabung dengan filtrat yang diperoleh sebelumya. Ekstrak total selanjutnya dipekatkan dengan rotary evaforator. Ekstrak kental yang diperoleh kemudian dipartisi dengan 50 mL petroleum eter sebanyak 3 kali, ekstrak PE digabung dan ditambahkan MgSO4 anh. Ekstrak bebas air kemudian dipindahtuang ke dalam wadah lain dan pelarutnya diuapkan hingga diperoleh ekstrak kental. Sedikit ekstrak dengan bantuan pipa kapiler ditotolkan di atas pelat KLT yang telah disiapkan dan dielusi dengan berbagai eluen, untuk mendapatkan komposisi

(3)

eluen yang sesuai untuk digunakan sebagai pengelusi pada kromatografi kolom. Dalam percobaan ini diperoleh komposisi eluen yang memberikan hasil pemisahan yang cukup baik adalah campuran etil asetat:dietil eter:petroleum eter (1:1:3 v/v) menghasilkan 7 noda dengan Rf masing-masing:0,3; 0,4; 0,48; 0,6; 0,7; 0,78; dan 0,9. komposisi eluen ini yang digunakan sebagai eluen pada kromatografi kolom.

f. Pemurnian

Satu mL ekstrak kental dicampur homogen dengan 1 g. silika gel G.60 E.Merck, kemudian dibiarkan kering, lalu dimasukkan dibagian atas kolom kromatografi yang sebelumnya telah disiapkan. Kemudian dielusi, hasil pemisahan ditampung dalam vial-vial dengan volume 4-5 mL, setiap vial diperiksa menggunakan KLT untuk mengecek harga Rf dari senyawa-senyawa yang telah terelusi keluar kolom. Kemudian dilakukan pengelompokkan berdasarkan harga Rf dari senyawa dalam tiap-tiap vial. Salah satu kelompok vial (vial 8 – 12) memiliki noda tunggal pada analisa KLT, digabung dan diuapkan pelarutnya. Isolat yang diperoleh berupa gum kental berwarna putih kekuningan. Setelah dilakukan lagi pengecekan melalui KLT dengan menggunakan berbagai eluen, noda yang muncul masih tetap tunggal yang mengindikasikan bahwa isolat sudah murni..

g. Identifikasi senyawa hasil isolasi

Identifikasi senyawa dilakukan menggunakan Kromatografi Gas-Spektrometer Massa. Isolat dianalisis menggunakan GC-MS merek Shimadzu QP-5000 dengan kondisi operasional berikut:

Jenis pengion: E.I., Jenis Kolom: CP sil 5CB, panjang 25 m, Suhu kolom: 70oC, (5o/10o/menit) s/d 270oC, Gas pembawa: Helium, Injektor mode: split 1:20, dan suhu detektor: 280oC.

(4)

C. Hasil dan Pembahasan

Kromatogram GC-MS isolat disajikan pada Gambar 1 berikut:

Gambar 1. Kromatogram GC-MS isolat

Dari kromatogram ini nampak bahwa masih terdapat sedikitnya 11 senyawa yang masih tercampur dalam isolat, walaupun pada analisis KLT sebelumnya menunjukkan noda tunggal. Puncak utama (puncak 2) dengan waktu retensi 18,942 menit, kadar 56,38% memiliki massa sebesar 264 sma. Senyawa ini identik dengan senyawa standar dalam bank pustaka GC-MS yaitu senyawa massa 266 sma yakni 9-oktadekenaldehida. Adanya perbedaan massa sebesar 2 satuan diduga karena pada senyawa isolat terdapat ikatan karbon-karbon tak jenuh tambahan, sehingga senyawa isolat mengandung dua ikatan karbon-karbon tak jenuh. Spektrum massa senyawa isolat dan senyawa standar disajikan pada Gambar 2(a) dan 2(b), kedua spektrum ini mempunyai indeks kemiripan sebesar 91%

(a)

(b)

Gambar 2. Spektrum massa (a) senyawa isolat, (b) senyawa standar

Hasil analisis spektrum massa senyawa utama memiliki puncak ion molekuler (M+) pada m/e = 264 sma. Pecahan m/e = 222 dihasilkan oleh lepasnya satu molekul air yang diikuti lepasnya C2 dari molekul induk. Lepasnya molekul H2O dan C2 merupakan salah satu ciri khas pola fragmentasi senyawa aldehida, (Purba, 1986). Molekul sisa selanjutnya pecah dengan melepaskan radikal

(5)

H2C CH CH2 H2C CH CH2

O

O

hidrogen dan molekul C2H2 serta tiga mol CH2 menghasilkan puncak pecahan m/e = 151. Ion molekul ini kemudian pecah menghasilkan m/e = 137 yang selanjutnya menghasilkan puncak m/e = 111 dengan melepaskan C2H2. Ion molekul selanjutnya melepaskan 5 molekul CH2 menghasilkan puncak m/e = 41, yang merupakan puncak dasar yang stabil dengan intensitas 100% akibat adanya keseimbangan resonansi dari ion:

Pola fragmentasi di atas berlangsung dengan asumsi bahwa ikatan karbon-karbon tak jenuh dalam molekul isolat terletak pada atom C nomor 2 dan nomor 9, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa senyawa isolat identik dengan senyawa 9-oktadekenaldehida, dengan tambahan satu ikatan karbon-karbon tak jenuh pada atom karbon nomor 2, yang menyebabkan adanya perbedaan massa sebesar 2 sma antara senyawa isolat dan senyawa standar. Struktur molekul senyawa isolat dan standar disajikan pada Gambar 3 berikut:

a)

b)

Gambar 3. Struktur senyawa (a) isolat (b) standar

D. Kesimpulan dan Saran a. Kesimpulan

Hasil identifikasi salah satu komponen kimia yang telah diisdentifikasi dari fraksi petroleum eter kulit batang sidaguri adalah senyawa yang identik dengan senyawa 2,9-dien-oktadekanaldehida

b. Saran

Mengingat metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini masih sangat terbatas maka disarankan untuk dilakukan penelitian lanjut dengan menggunakan instrumentasi yang lebih lengkap agar penentuan struktur senyawa dapat lebih akurat.

(6)

Daftar Pustaka

Dalimarta., S., (1997), “Ramuan Tradisional Pengobatan Hepatitis”, Penebar Swadaya Jakarta

Gafar., A., (2000), “Proving of Two New Drugs Sida alfinolia and Phylantis amarus”, J. Of Kelara Homeophabic Medical Graduates Association, Vol.9 No.4

http://www.mahkotadewa.com (2000), “Herbal Information in Indonesia” Mahkota Dewa Electronic for Herbal Indonesia, Jakarta

Purba., A.V., dan Hartono., A.J., (1985), “Penyidikan Spektrometrik Senyawa Organik”, Edisi Keempat, Erlangga Jakarta

Silverstein., R.M., Bassier., G.C., and Morril., T.C., 91991), “Spectrometric and Identification of Organic Compounds” John Wiley and Sons, Inc. Toronto Canada

Tjitrosoepomo., G., (1996), “Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan”, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Wirakusumah., E.S., dan Setyowati., R.N., (1995), “Cantik dan Bugar dengan Ramuan Tradisional”, Penebar Swadaya Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Pelaku pasar akhir usaha pangan olahan berbasissingkong ada 2, yaitu: produsen dan pedagang pengecer; (2) Isu-isu strategi pengembangan usaha pangan olahan

koprehensif dari hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir normal dan keluarga. Sedangkan saran merupakan alternatif pemecahan dan tanggapan

Seluruh tabel yang terdapat pada bagian tubuh proposal atau laporan skripsi harus ditulis pada daftar tabel, demikian juga sebaliknya.. Contoh penulisan daftar tabel

Transaksi leasing dalam bentuk sale and lease back ini pada prisipnya adalah pihak lessee sengaja menjual barang modalnya kepada lessor untuk kemudian dilakukan kontrak sewa

Tabel 7 memberikan hasil penelitian yang membuktikan lebih dari setengah responden atau 79% memilih setuju atas pernyataan membagikan ulasan/komentar/kritik/pengalaman tentang

Pola sambungan pada perkerasan beton semen harus mengikuti batasan-batasan sebagai berikut. 1) Hindari bentuk panel yang tidak teratur. Usahakan bentuk panel spersegi

Industri Pengolahan di Jawa Timur”. Sehubungan dengan terselesainya skripsi ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada semua