• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Emesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I Di Klinik Rahmat Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Emesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I Di Klinik Rahmat Tahun 2014"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAAN MP-ASI TERHADAP TERJADINYA KONSTIPASI PADA BAYI DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS PADANG BULAN MEDAN 2014

OLEH FAZILLA 135102062

PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)
(3)

PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP

Latar belakang : Konstipasi adalah tidak buang air besar selama lima hari atau lebih. Bayi yang mengalami konstipasi dapat ditandai dengan tangisan keras, menjerit kesakitan dan muka menjadi merah sebelum defekasi. Konstipasi merupakan masalah yang sering terjadi pada bayi, prevalensinya diperkirakan 0,3% sampai 8%. Menurut Van den Berg MM, prevalensi konstipasi 0,7% sampai 26,9%. Pada studi retrospektif oleh Loening-Baucke tahun 2005 didapatkan prevalensi konstipasi pada anak sampai usia 1 tahun mencapai 2,9% dan meningkat pada tahun kedua, yaitu sekitar 10,1%.

Tujuan: untuk mengetahui pemberian MP-ASI terhadap terjadinya konstipasi pada bayi

Metodelogi penelitian : desain Penelitian ini menggunakan deskriptif dengan pendekatan eksploratif, 30 sampel dengan teknik Total sampling, di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan Medan, dengan analisa data univariat.

Hasil : Berdasarkan hasil analisa statistik yang diperoleh 23 responden memberikan Makanan Pendamping ASI dan 7 responden yang tidak memberikan makanan Pendamping ASI, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa dalam penelitian ini gagal ditolak yaitu ada keterikatan yang signifikan antara pemberian MP-ASI.

Kesimpulan : Berdasarkan penelitian dari 30 responden mayoritas menjawab pertanyaab “ya “ tentang pemberian makanan pendamping selain ASI yaitu sebanyak 23 orang (67,7%), dan minoritas menjawab pertanyaan dengan “Tidak” tentang pemberian makanan pendamping selain ASI yaitu sebanyak 7 orang (23,3%).

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya setiap saat, sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal yang berjudul “ Hubungan Dukungan Sosial Keluarga

Terhadap Emesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I Di Klinik Rahmat

Tahun 2014” Shalawat serta salam semoga tetap Allah limpahkan kepada Nabi

Muhammad SAW, atas segala perjuangannya sehingga kita dapat merasakan

indahnya hidup di bawah naungan islam.

Pada saat ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada semua

pihak yang telah banyak memberikan bimbingan dan bantuan dalam

menyelesaikan Proposal ini. Dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat

peneliti megucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, M.Kep selaku pembantu Dekan I Fakultas Keperawaan

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ismayadi, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Dosen Pembimbing, Ibu Diah

Lestari, SST, M.Keb selaku Dosen Penguji I, dr. Cristopel selaku

memberikan masukan yang bermanfaat bagi peneliti.

4. Ibu Pimpinan Puskesmas Padang Bulan Medan yang telah memberikan izin

(5)

5. Teristimewa kepada keluarga yang tercinta Ibu, , abang ( Heru Pranata) dan

seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan moril maupun

materil dan doa restunya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Proposal ini.

6. Buat rekan seperjuangan mahasiswi Diploma IV Kebidanan Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara, terima kasih atas semua dukungan,

canda, tawa suka cita kekeluargaan dalam menyelesaikan Proposal ini.

7. Sepupu tersayang penulis: Dora Theresia Lubis, Veny Aresty Lubis, Donal

Lubis, Siska, Ruben, Ewaldo, Angga dan Kevin Sinaga.

Akhirnya peneliti hanya dapat memohon kepada Allah SWT semoga

bantuan dan kebaikan yang telah diberikan mendapat imbalannya dan harapan

peneliti semoga Proposal ini memberikan manfaatnya berarti bagi kita semua

Amin...

Medan, 1 Juli 2014

(6)

DAFTAR ISI

2.11.Pemerikasaan Penunjang ... 14

2.12.Pengertian Bayi ... 15

BAB III KERANGKA KONSEP ... 17

3.1. Kerangka Konsep ... 17

3.2. Hipotesis ... 17

3.3. Definisi Operasional ... 18

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 19

(7)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 19

6.1. Kesimpulan ... 19 6.2 Saran ... 19

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.3. Definisi Operasional... 18

Table 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik……….

(9)

DAFTAR SKEMA

(10)

PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP

Latar belakang : Konstipasi adalah tidak buang air besar selama lima hari atau lebih. Bayi yang mengalami konstipasi dapat ditandai dengan tangisan keras, menjerit kesakitan dan muka menjadi merah sebelum defekasi. Konstipasi merupakan masalah yang sering terjadi pada bayi, prevalensinya diperkirakan 0,3% sampai 8%. Menurut Van den Berg MM, prevalensi konstipasi 0,7% sampai 26,9%. Pada studi retrospektif oleh Loening-Baucke tahun 2005 didapatkan prevalensi konstipasi pada anak sampai usia 1 tahun mencapai 2,9% dan meningkat pada tahun kedua, yaitu sekitar 10,1%.

Tujuan: untuk mengetahui pemberian MP-ASI terhadap terjadinya konstipasi pada bayi

Metodelogi penelitian : desain Penelitian ini menggunakan deskriptif dengan pendekatan eksploratif, 30 sampel dengan teknik Total sampling, di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan Medan, dengan analisa data univariat.

Hasil : Berdasarkan hasil analisa statistik yang diperoleh 23 responden memberikan Makanan Pendamping ASI dan 7 responden yang tidak memberikan makanan Pendamping ASI, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa dalam penelitian ini gagal ditolak yaitu ada keterikatan yang signifikan antara pemberian MP-ASI.

Kesimpulan : Berdasarkan penelitian dari 30 responden mayoritas menjawab pertanyaab “ya “ tentang pemberian makanan pendamping selain ASI yaitu sebanyak 23 orang (67,7%), dan minoritas menjawab pertanyaan dengan “Tidak” tentang pemberian makanan pendamping selain ASI yaitu sebanyak 7 orang (23,3%).

(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Departemen Kesehatan (2006) mengungkapkan rata-rata per tahun terdapat

401 bayi baru lahir di Indonesia meninggal dunia sebelum umurnya genap 1

tahun. Data bersumber dari survei terakhir pemerintah, yaitu dari Survei

Demografi Kesehatan Indonesia 2007 (SDKI). Selaras dengan target pencapaian

Millenium Development Goals (MDGs), Depkes telah mematok target penurunan

AKB di Indonesia dari rata-rata 36 meninggal per 1.000 kelahiran hidup menjadi

23 per 1.000 kelahiran hidup pada 2015. Berdasarkan SDKI telah terjadi

penurunan AKB secara signifikan selama 4 tahun survei dari 66 per 100 kelahiran

hidup pada tahun 1994 menjadi 39 per 100 kelahiranhidup pada tahun 2007.

Provinsi Jawa Barat tercatat sebagai daerah paling tinggi angka kematian bayi dan

balita setelah NTT (Nusa Tenggara Timur) danPapua.Tinggi rendahnya AKB juga

dipengaruhi oleh masa persalinan, pemberian air susu ibu (ASI) dan makanan,

serta pemberian imunisasi. Oleh karena itu, lamanya pemberian ASI perlu

diperhatikan (Anik, 2010).

Mempertahankan kekuatan ekonomi kelarga banyak ibu terutama yang tinggal

di daerah urban/rural bekerja membantu suami mencari nafkah. Sehingga mereka

mengalami kesulitan untuk menyusui bayinya, dan lebih memilih memberikan

PASI atau susu formula meskipun ASI tetap diberikan. Pada kondisi yang lain

agar bayi tidak lapar dan menangis mereka memberikan makanan padat pada

(12)

tepung, campuran nasi pisang dan sebagainya (Wiryo, 1998) yang identik dengan

makanan pendamping ASI (MPASI). Di Indonesia meskipun pemberian makanan

pendamping setelah bayi berumur kurang lebih empat bulan, namun pada

kenyatannya terutama di daerah urban atau rural, dimana makanan padat yang

berupa nasi dan pisang sudah diberikan sejak bayi baru lahir. Di beberapa daerah

seperti Madura, beberapa bayi sudah diberi makanan dalam minggu pertama.

Telah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa pemberian makanan

pendamping diberikan terlalu dini. Menurut Soetjiningsih (1991) di Mengwi, Bali

tahun 1988 makanan tambahan telah diberikan pada usia 0-2 bulan dengan

prosentase 70,3% dari porsi yang ada. Sedangkan menurut Setyowati (1999)

sekitar 41% bayi umur kurang dari 4 bulan selain diberi ASI juga mendapat

makanan tambahan pendamping ASI. Masih penelitian Setyowati presentase bayi

yang mendapat makanan pendamping di kabupaten Indramayu sekitar 80%

(Setyowati, 1999).

Riset terbaru WHO pada tahun 2005 menyebutkan bahwa 42% penyebab

kematian balita di dunia adalah penyakit pneumonia sebanyak 58% terkait dengan

malnutrisi, malnutrisi sering kali terkait dengan kurangnya asupan ASI Keadaan

kekurangan gizi pada bayi dan anak di sebabkan kebiasaan pemberian MP-ASI

yang tidak tepat. Akibat rendahnya sanitasi dan hygiene MP-ASI memungkinkan

terjadinya kontaminasi oleh mikroba, hingga meningkatkan resiko dan infeksi lain

pada bayi, hasil penelitian Widodo (2006) bahwa masyarakat pedesaan di

Indonesia jenis MP-ASI yang umum diberikan kepada bayi sebelum usia 4 bulan

adalah pisang (57,3%) dan rata-rata berat badan bayi yang mendapat ASI

(13)

Pendamping ASI (MP-ASI) diberikan kepada bayi setelah berusia 4-6 bulan

sampai bayi berusia 24 bulan. Jadi, selain MP-ASI, ASI pun harus tetap diberikan

kepada bayi, paling tidak sampai usia 24 bulan. Adapun hal-hal penting yang

harus diperhatikan dalam pemberian makanan tambahan untuk bayi yaitu

makanan bayi (termasuk ASI) harus mengandung semua zat gizi yang diperlukan

oleh bayi, dan diberikan kepada bayi yang telah berumur 4-6 bulan sebanyak 4-6

kali/hari, sebelum berumur dua tahun, bayi belum dapat mengkonsumsi makanan

orang dewasa, makanan campuran ganda (multi mix) yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, dan sumber vitamin lebih cocok bagi bayi (Anik, 2010).

Tumbuh kembang yang optimal membutuhkan asupan gizi yang cukup. Bagi

bayi usia 0-6 bulan, pemberian ASI saja sudah cukup, namun bagi bayi di atas 6

bulan diperlukan makanan selain ASI yaitu berupa makanan pendamping ASI

atau MP-ASI (Depkes RI., 2006).

Pemberian MP-ASI dini pada bayi usia < 6 bulan seharusnya tidak dilakukan

karena pemberian makanan padat sebelum sistem pencernaan bayi siap untuk

menerima makanan padat, maka makanan tersebut tidak dapat dicerna dengan

baik dan dapat menyebabkan reaksi sakit pada saluran pencernaan bayi seperti

gangguan pencernaan, konstipasi, dan timbulnya gas (Vivian, 2011).

Survei awal yang dilakukuan peneliti diwilayah kerja puskesmas padang bulan

dengan menggunakan data skunder dari survei terakir puskesmas diperoleh

jumlah keseluruhan bayi sebanyak 1740 bayi, bayi berusia 0-6 bulan sebanyak

1086 bayi, dan selebihnya bayi berusia > 6 bulan. Dari data skunder (2013)

peneiliti juga memperoleh data bayi yang yang diberikan ASI eksklusif sebanyak

(14)

dengan demikian bayi yang mendapat asi eksklusif lebih sedikit dibandingkan

dengan bayi yang diberikan makanan pendamping asi.

Konstipasi merupakan masalah yang sering terjadi pada bayi, prevalensinya

diperkirakan 0,3% sampai 8%. Menurut Van den Berg MM, prevalensi konstipasi

0,7% sampai 26,9%. Pada studi retrospektif oleh Loening-Baucke tahun 2005

didapatkan prevalensi konstipasi pada anak sampai usia 1 tahun mencapai 2,9%

dan meningkat pada tahun kedua, yaitu sekitar 10,1% (Brough, 2008).

Konstipasi adalah tidak buang air besar selama lima hari atau lebih. Bayi yang

mengalami konstipasi dapat ditandai dengan tangisan keras, menjerit kesakitan

dan muka menjadi merah sebelum defekasi, bayi belum memiliki koordinasi yang

baik antara tekanan dalam perut dengan relaksasi otot dasar panggul, oleh karena

itu menangis merupakan upaya bayi untuk meningkatkan tekanan dalam rongga

perut (Ali, 2009).

(15)

Survei awal yang dilakukan peneliti diwilayah kerja puskesmas padang bulan

yaitu dengan mengambil data skunder puskesmas (2013) diperoleh data angka

kesakitan bayi yang disebabkankan konstipasi masih tinggi yaitu 20% dari 1200

ibu yang datang membawa bayinya kepuskesmas (2013). Dengan demikian

angka kesakitan bayi yang disebabkan olek konstipasi masih tinggi.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapatlah dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana pengaruh pemberian MP-ASI terhadap terjadianya konstipasi bayi di wilayah kerja puskesmas padang bulan.

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk menganalisa pengaruh pemberian MP-ASI terhadap terjadinya konstipasi pada bayi diwilayah kerja puskesmas padang bulan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Penelitian dilakukan untuk menganalisa berapa besar MP-ASI menyebabkan konstipasi pada bayi.

2. Penelitian dilakukan untuk menganalisa penyebab lain dari konstipasi yang terjadi pada bayi.

1.4Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas Padang bulan

(16)

berkaitan dengan konstipasi pada bayi serta upaya pencegahan konstipasi pada bayi diwilayah kerja puskesmas padang bulan

2. Bagi Penulis

Penelitian ini bermanfaat untuk menamabah wawasan dan memperdalam pengetahuan penulis mengenai pemebrian MP-ASI pada bayi, dan penyakit konstipasi yang terjadi pada bayi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini menjadi masukan bagi peneliti selanjutnya dalam memperoleh informasi tentang pengaruh MP-ASI pada bayi serta pengaruhnya terhadap konstipasi pada bayi.

4. Bagi Pendidikan D-IV Kebidanan

Sebagai informasi bagi pendidikan kebidanan khususnya pada Ibu yang

memiliki bayi bahwa hasil “evidenbased” tentang salah satu intervensi kebidanan yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya konstipasi

(17)

BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Pengertian ASI

Badan kesehatan dunia (World health organization) dan badan PBB yang mendanai program untuk anak – anak (united nation childern’n fund) menetapkan

pemberian ASI Eksklusif pada bayi selama 6 bulan.American Academy of Pediatric merekomendasikan para ibu untuk menyusui bayinya, karena tidak ada

susu formula yang dapat menyaingi ASI, yang komposisinya dapat memenuhi

kebutuhan bayi. Proses pemberian ASI akan meningkatkan hubungan emosi yang

dalam antara ibu dan bayi (WHO, 2006).

Pertumbuhan optimal, seorang bayi memerlukan semua zat gizi makro dan zat

gizi mikro yang sesuai antara jumlah dengan kebutuhannya. Tak dapat dipungkiri,

kebutuhan nutrisi terbaik untuk bayi berusia 0 - 6 bulan adalah ASI.

ASI adalah makanan tunggal terbaik yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan

gizi bayi normal untuk tumbuh dibulan – bulan pertama kehidupannya, ASI juga

mengandung zat protektif berupa laktobasilus bifidus, laktoferin, lisozim,

komplemen C3 dan C4, faktor antisterptokokus, antibodi, imunitas seluler, dan

tidak menimbulkan alergi. MP-ASI ialah makanan pendamping ASI yang

diberikan kepada bayi setelah 6 bulan. MP-ASI yang diberikan berupa makanan

cair seperti susu formula, lumatan pisang dan bubur nasi yang telah dihaluskan.

MP-ASI merupakan alternatif ASI jika ASI merupakan kontraindikasi atau

diputuskan untuk beralih pada susu sapi yang dimodifikasi. Makanan pendamping

(18)

banyak untuk menyusui bayinya dan juga ibu bayi yang dalam keadaan sakit

( vivian 2010 ).

2.2 Pengertian MP-ASI

Makanan Pendamping Asi ialah makanan pendamping atau makanan

peralihan yang diberikan kepada bayi setelah bayi dikatakan cukup asi untuk

mencukupi kebutuhan gizi bayi.

Makanan sapihan diberikan pada 6 bulan pertama, karena aktivitas

metabolisme bayi berkembang baik pada usia 6 bulan. Sebaiknya bayi diberikan

makanan pendamping dalam konsistensi cair dan lunak, sehingga baik untuk

pencernaan bayi.

2.3 Tanda Bayi Siap MPASI

Berikut tanda bayi yang siap MPASI

1. Mampu duduk tegak walau masih harus dibantu

2. Mampu menegakkan kepala dengan baik

3. Tampak tertarik melihat makanan, sendok dan garpu

4. Tidak lagi memiliki “refleks menolak dengan lidah” setiap kali makanan

padat disuapkan ke mulutnya

5. Mampu menerima makanan yang disuapkan dengan sendok, yang mungkin

terjadi bila bayi telah mampu menggerak-gerakkan lidahnya maju-mundur

dan kekiri – kanan.

2.4Tahapan Pemberian MP-ASI

MP-ASI harus dikenalkan bertahap, karena mekanisme menelan dan

kemampuan mencerna bayi masih lemah. Selain itu, Anda juga perlu berhati-hati

(19)

intoleransi terhadap makanan. Kenali step-by-step pengenalan makanan yang diberikan sesuai pertumbuhan anak.

1. Mulailah dengan makanan lunak dan cair, yakni bubur atau bubur susu

yang encer.

2. Perhatikan mutu bahan makanan. Pilih makanan yang segar, karena

makanan yang bermutu baik akan menjamin kualitas gizi yang baik pula.

3. Coba berikan sayuran lebih dahulu sebelum buah-buahan. Karena, bila

bayi lebih menyukai rasa manis buah, ada kecenderungan kurang

menyukai rasa sayuran yang hambar.

4. Buah-buahan yang manis, seperti papaya, pisang, jeruk, bisa disajikan

dalam bentuk jus atau dicampur dengan makanan lain.

5. Kenalkan satu per satu jenis makanan sampai ia mengenalnya dengan

baik. Lakukan setiap 3-4 hari untuk satu jenis makanan, setelah itu baru

ganti dengan makanan lain. Ini penting, untuk mengetahui apakah ada

makanan yang menyebabkan reaksi simpang pada tubuhnya.

6. Seiring bertambahnya usia, kenalkan makanan dengan tekstur yang lebih

padat dan tambahkan porsinya sesuai kondisi bayi. Di atas usia 6 bulan,

anak bisa diberi nasi tim saring lengkap gizi. Di usia 9-12 bulan, ia dapat

diberi makanan yang dicincang yang lebih kasar.

7. Untuk telur, jika ada riwayat alergi dalam keluarga atau bayi menunjukkan

reaksi alergi, tunda pemberian sampai ia berusia 1 tahun. Sementara bila

alergi susu sapi, tunda hingga usia 2 tahun dan makanan laut serta

(20)

8. Ada baiknya bayi Anda juga diberi biskuit khusus bayi. Selain

kemampuannya mengunyah, biskuit ini juga merangsang pertumbuhan

giginya. Bahkan, biskuit ini bisa sebagai pengganti bubur susu dengan

dihaluskan dengan cara mencampurnya dengan ASI atau susu formula.

2.5 Jenis – Jenis MP-ASI

Ada beberapa kebutuhan bayi dan jenis contoh makanan pendamping ASI

yang bisa diberikan kepada bayi, di antaranya:

1. Bubur Bayi. Ketika pertama kali memberikan makanan pengganti ASI

atau MPASI jenis ini disarankan bubur bayi yang terbuat dari makanan

jenis beras atau sereal. Misalnya bubur oatmeal yang kaya akan serat,

vitamin, mineral dan sangat baik untuk kesehatan bayi.

2. Bubur Susu. Makanan pendamping bayi pada periode selanjutnya bisa

ditambah dengan memasukkan makanan yang mengandung karbohidrat

kemudian dicampur dengan susu. Bubur susu ini bisa ditambahkan ubi,

jagung atau kentang. Setelah itu, pada tahap selanjutnya, mulailah

memasukkan sayuran maupun buah dan ini diberikan secara bertahap pula.

3. Biskuit Bayi. Pada umumnya bayi usia 7 bulan sudah bisa memegang dan

memakan biskuit. Pada saat inilah bayi belajar mengunyah serta

mengemut. Selain itu juga dapat membantu dalam proses pertumbuhan

gigi sang bayi.

4. Nasi Tim Saring

Dengan bertambahnya usia bayi, maka makanan yang diasup bayi juga

akan meningkat. Setelah bubur susu, sebaiknya bayi mulai dikenalkan

(21)

terdiri dari beras, lauk pauk (hewani atau nabati), dan sayur.

Pemberiannya pun bergantian antara bubur susu dan tim saring. “Pada

frekuensi awal, bubur susu diberikan 1-2 kali sehari. Namun ketika usia

bayi 7 bulan, mengalami peningkatan, dimana bubur susunya 2x,

sedangkan tim saringnya diberikan satu kali sehari. Ketika usia 8 bulan,

bubur susu diberikan hanya sekali, tim saringnya menjadi dua kali dengan

isi yang lebih beragam. Begitu usia bayi 9-10 bulan, baru diberikan tim

saring sebanyak 3 kali.

5. Nasi Lembek

Sesudah semua tahapan tersebut, baru anak diberikan nasi putih biasa.

Disarankan nasinya masih berupa nasi yang lembek. Namun, ada juga

anak yang tidak bermasalah diberikan nasi biasa. Jadi, bergantung

kemampuan masing-masing anak, sebab usia lebih dari 8 bulan, anak

sudah tumbuh gigi, otomatis lebih pandai mengunyah.

6. Satu Macam Sayur Dulu

Pemberian sayur untuk anak pun sangat disarankan. Sayur yang baik

adalah mengandung vitamin dan mineral, biasanya terdapat pada sayuran

berwarna hijau atau orange (bayam, kacang, buncis, wortel).

Tapi, bukan berarti sayuran berwarna lain tidak bergizi, hanya saja

kandungannya lebih rendah. Tahapannya mulai dari 1 macam sayur,

jangan langsung 3 macam. Sebab anak bisa diare. Bayi harus harus

(22)

7. Bakat Alergi: Tunda Telur

Begitu anak makan bubur boleh mulai diberikan telur. Tapi harus

diperhatikan untuk anak-anak yang punya bakat alergi, disarankan untuk

memperlambat pemberian telur, yaitu pada usia lebih dari setahun atau

lebih bagus saat usia 2 tahun. Selain itu, pemberian telur sebaiknya

dimulai dari kuning telur terlebih dahulu, karena alergen biasanya berasal

dari protein yakni putih telurnya, sementara kuning telur banyak

mengandung lemak dan vitamin.

8. Ikan: Menjelang Satu Tahun

Pada dasarnya, makanan yang diberikan untuk bayi adalah makanan yang

sehat, yang terdiri atas beras, lauk-pauk (hewani dan nabati), buah-buahan

dan tambahan susu. Sama halnya dengan memberikan makanan padat,

lauk-pauk pun harus diberikan secara bertahap. Mulai dari daging ayam

yang dihaluskan, lalu diselingi dengan daging sapi, sampai ketika usianya

mendekati satu tahun, si kecil sudah boleh diberi ikan.

2.6 Keuntungan ASI dibandingkan MP-ASI

1. Enzim lisozim melisiskan dinding sel bakteri

2. Laktoferin mengikat zat besi yang diperlukan untuk replikasi escherichia colli dan bakteri lain.

3. Interferon yang terkandung dalam ASI adalah agen antivirus.

4. ASI dapat menurunkan resiko dan keparahan penyakit.

5. Bagi psikologi, ASI dapat membantu ibu dan bayi menjalin keintiman dan

hubungan kasih sayang dengan bayinya.

(23)

7. Asi tidak memerlukan persiapan seperti susu formula

8. Pemberian ASI dini dapat mengurangi perdarahan pascalahir karena

pelepasan oksitoksin mengkontraksikan pembuluh darah uterus

(Setyowati, 1999).

2.7 Keuntungan MP-ASI dibandingkan ASI

1. Vitamin K yang terdapat pada susu formula lebih banyak, yang diperlukan

untuk mencegah penyakit perdarahan pada bayi baru lahir.

2. MP-ASI sebagai alternatif ASI apabila terdapat kontraindikasi ASI.

3. Ibu yang menderita TB aktif yang tidak diobati, bruselosis, atau yang baru

terkena sifilis tetap dapat memberikan susu kepada bayi tanpa menularkan

pada bayinya.

4. Bagi ibu yang menyusui tidak akan kesulitan memulai dan

smempertahankan posisi menyusui yang dapat menyebabkan kekecewaan

emosional bagi ibu (Setyowati, 1999).

2.8 Fisiologi Defikasi

Keinginan berdefekasi muncul pertama kali saat tekanan rektum mencapai 18

mmHg , apabila mencapai 55 mmHg, maka sfingter ani internus dan eksternus

melemas dan isi feses terdorong keluar. Ketika feses masuk rektum, distensi

dinding rektum menimbulkan sinyal aferen menyebar melalui pleksus mienterikus

untuk menimbulkan gelombang peristaltik dalam kolon desendens, sigmoid,

rektum, dan mendorong feses ke arah anus. Ketika gelombang peristaltik

mendekati anus, sfingter ani interni direlaksasi oleh sinyal penghambat dari

(24)

secara volunter sehingga terjadi defekasi. Jadi sfingter melemas sewaktu rektum

teregang. Sebelum tekanan yang melemaskan sfingter ani eksternus tercapai,

defekasi volunter dapat dicapai dengan secara volunter melemaskan sfingter

eksternus dan mengontraksikan otot-otot abdomen (mengejan). Defekasi

merupakan suatu refleks spinal yang dengan sadar dapat dihambat dengan

menjaga sfingter eksternus tetap berkontraksi atau melemaskan sfingter dan

megontraksikan otot abdomen. Sebenarnya stimulus dari pleksus mienterikus

masih lemah sebagai refl eks defekasi, sehingga diperlukan refleks lain, yaitu

refleks defekasi parasimpatis (segmen sakral medulla spinalis ). Bila ujung saraf

dalam rektum terangsang, sinyal akan dihantarkan ke medulla spinalis, kemudian

secara refleks kembali ke kolon desendens, sigmoid, rektum, dan anus melalui

serabut parasimpatis pelvikus. Sinyal parasimpatis ini sangat memperkuat

gelombang peristaltik dan merelaksasi sfingter ani internus sehingga mengubah

refleks defekasi intrinsik menjadi proses defekasi yang kuat. Sinyal defekasi

masuk ke medula spinalis menimbulkan efek lain, seperti mengambil napas

dalam, penutupan glottis, kontraksi otot dinding abdomen mendorong isi feses

dari kolon turun ke bawah dan saat bersamaan dasar pelvis mengalami relaksasi

dan menarik keluar cincin anus mengeluarkan feses ( Brough, 2008).

2.9 Pengertian Konstipasi

Sembelit antara orang awam dan medis berbeda. Orang awam mengatakan

sembelit adalah frekuensi buang air besar yang jarang. Ada juga yang

menyebutkan anaknya sembelit karena tinjanya keras sehingga sulit/sakit

dikeluarkan. Ada lagi yang berpendapat, sembelit adalah volume tinja yang besar.

(25)

frekuensi buang air besar yang b erkurang disertai tinja yang keras dan adanya

statis tinja dalam usus besar (Ali, dkk: 2009)

Konstipasi ialah penimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit atau

adanya obstruksi pada saluran cerna. Bisa juga didefinisikan sebagai tidak adanya

pengeluaran feses selama 3 hari atau lebih (Nanny, 2010).

Obstipasi yaitu sulit Buang Air Besar, berasal dari bahasa latin yakni, Ob

berarti in the way yang artinya” perjalanan” dan Stipare berarti to compress

“menekan”. Secara istilah obstipasi adalah bentuk konstipasi parah dimana

biasanya disebabkan oleh terhalangnya pergerakan feses dalam usus yaitu adanya

obstruksi usus ( Brough, 2008).

Secara umum konstipasi atau sering disebut sembelit adalah kelainan pada

sistem pencernaan di mana seorang manusia (atau mungkin juga pada hewan)

mengalami pengerasan feses atau tinja yang berlebihan sehingga sulit untuk

dibuang atau dikeluarkan dan dapat menyebabkan kesakitan yang hebat pada

penderitanya. Konstipasi yang cukup hebat disebut juga dengan obstipasi. Dan

obstipasi yang cukup parah dapat menyebabkan kanker usus yang berakibat fatal

bagi penderitanya. Konstipasi merupakan suatu keluhan, bukan panyakit.

Konstipasi sulit didefinisikan secara tegas karena sebagai suatu keluhan terdapat

vairasi yang berlainan antara individu. Konstipasi sering diartikan sebagi

kurangnya frekuensi buang air besar (BAB), biasanya kurang dari 3 kali per

minggu dengan feses yang kecil – kecil dan keras, serta kadangkala disertai

kesulitan sampai rasa sakit saat BAB. Batasan dari konstipasi klinis yang

sesungguhnya adalah ditemukannya sejumlah besar feses memenuhi ampula

(26)

keduanya yang tampak pada foto polos perut. Menurut definisi, konstipasi adalah

kesulitan buang air besar selama dua minggu atau lebih. Tetapi, pada bayi yang

mengkonsumsi susu formula, buang air besar yang keras 2 – 4 hari sekali sudah

dianggap konstipasi. Lain halnya pada bayi yang mengkonsumsi ASI, walaupun

buang air besarnya 2 – 5 hari sekali (asal konsistensi tinjanya lembek), tidak

dianggap konstipasi (Maryunani, 2010).

Pengobatan konstipasi dapat dilakukan dengan pengubahan pola makan, obat

pencahar (laxatif), terapi serat, dan pembedahan, walaupun pilihan terakhir jarang dilakukan. Konstipasi Konstipasi juga merupakan kelainan pada sistem

pencernaan dimana seorang manusia mengalami pengerasan feses yang sulit

untuk dibuang, yang dapat menyebabkan kesakitan hebat pada penderitanya.

Konstipasi dapat disebabkan oleh pola makanadalah keluhan pencernaan yang

paling umum. Gejala akan berbeda antara seseorang dengan seseorang yang lain,

karena bentuk usus besar setiap orang berbeda-beda. Munculnya rasa mulas bukan

suatu tanda, begitu pula mulas yang tak tentu juga tidak menuju ke suatu gejala.

Konstipasi sering terjadi pada anak-anak dan orang tua, dan lebih banyak terjadi

pada wanita dibandingkan dengan pria. Gejala antara obstipasi dan konstipasi

sangat mirip dimana terdapat kesukaran mengeluarkan feses (defekasi). Namun

obstipasi dibedakan dari konstipasi berdasarkan penyebabnya ialah dimana

konstipasi disebabkan selain dari obstruksi intestinal sedangkan obstipasi karena

adanya obstruksi intestinal ( widjingsih, 2008)

sembelit atau susah buang air besar (konstipasi) merupakan salah satu

(27)

besar, adalah tinja keras, rasa nyeri di daerah anus dan bahkan keluarnya darah

segar akibat terjadinya luka pada anus.

Secara umum konstipasi dikaitkan dengan kesulitan buang air besar selama

dua minggu atau lebih. Pada bayi, jika frekuensi BAB 2-4 hari sekali, maka

sudah dimasukkan ke dalam kategori konstipasi. Kondisi ini biasanya dialami

oleh bayi yang mengkonsumsi susu formula. Untuk bayi yang mengkonsumsi

konsistensi tinja lembek).

Penyebab konstipasi beragam. Namun beberapa hal yang sering menyebabkan

kesulitan BAB pada bayi adalah:

1. Kurangnya asupan (intake) cairan sehingga timbul dehidrasi

2. Kadar zat besi yang tinggi dalam susu formula

3. Konsentrasi susu formula yang terlalu kental

4. Kandungan lemak nabati (misal kepala sawit)

5. Perubahan pola makan, misalnya saat bayi diperkenalkan dengan makanan

padat pertamanya

6. Pola makan tidak seimbang pada bayi yang sudah mengkonsumsi

makanan padat, seperti terlalu banyak lemak dan karbohidrat, kurang

banyak konsumsi makanan yang mengandung serat.

Untuk mencegah dan mengatasi kesulitan BAB pada bayi, berikut

beberapa hal yang dapat dilakukan:

1. Bayi 0 – 6 bulan. Jika kondisi memungkinkan, sebaiknya hanya diberikan

ASI Eksklusif. ASI sangat jarang menyebabkan konstipasi karena zat yang

(28)

ASI mempunyai beberapa jenis bakteri di usus besarnya yang membantu

mengurai protein susu yang sulit dicerna dan mempunyai kadar hormon

motilin (hormon yang membantu pergerakan usus) lebih tinggi.

2. Bayi di atas 6 bulan. Masukkan sayur dan buah-buahan ke dalam menu

makanannya. Serat yang terkandung di dalam bahan tersebut membantu

melunakkan dan memperlancar buang air besar. Sajikan makanan tersebut

dalam bentuk jus beraneka rasa. Namun hindari pemberian pisang atau

wortel untuk sementara waktu.

3. Untuk bayi yang mendapat

pengencerannya dan zat yang terkandung di dalam susunya. Ganti dengan

susu merk lain yang lebih cocok, jika perlu.

4. Lakukan pemijatan pada bagian perut bayi dengan perlahan menggunakan

baby oil. Pijatan dimulai dari pusat ke arah luar, dengan gerakan

melingkar searah jarum jam.

5. Baringkan bayi, pegang kedua kakinya dan lakukan gerakan mengayuh

sepeda.

6. Memandikan bayi dengan air hangat dapat membuat bayi lebih rileks

sehingga tinja lebih mudah keluar.

Jika sembelit berlanjut, bawalah bayi ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan.

Kesulitan BAB bisa merupakan gejala dari penyakit tertentu seperti Morbus

(29)

2.10 Gejala Klinis

Pada anamnesis, didapatkan riwayat berkurangmya frekuensi defekasi.

Dengan terjadinya retensi feses, gejala dan tanda lain konstipasi berangsur muncul

seperti nyeri dan distensi abdomen, yang sering hilang setelah defekasi. Riwayat

feses yang keras dan/ feses yang sangat besar yang mungkin menyumbat saluran

toilet. “Kecepirit” (enkopresis) di antara feses yang keras sering salah didiagnosis

sebagai diare. Anak yang mengalami konstipasi biasanya mengalami anoreksia

dan kurangnya kenaikan berat badan, yang akan membaik jika konstipasinya

diobati. Berbagai posisi tubuh, menyilangkan kedua kaki, menarik kaki kanan dan

kiri secara bergantian ke depan dan belakang (seperti berdansa) merupakan

manuver menahan feses dan kadang kala perilaku tersebut menyerupai kejang.

Inkontinensia urin dan infeksi saluran kemih seringkali berkaitan dengan

konstipasi pada anak. Jika feses berada lama di rektum, lebih banyak bakteri

berkolonisasi di perineum sehingga akan meningkatkan risiko infeksi saluaran

kemih ( Brough, 2008).

2.11 Gejala Lain Konstipasi

Gejala obstipasi berupa pengeluaran feses yang keras dalam jangka waktu tiap

3-5 hari, kadang disertai adanya perasaan perut penuh akibat adanya feses atau gas

dalam perut. Tinja yang dikeluarkan terlihat keras Kering dan berbentuk bulatan

kecil Ada darah pada tinja Bayi rewel dan mengerang kesakitan Penurunan nafsu

(30)

2.11 Jenis Obstipasi

1. obstruksi total

Memiliki ciri tidak keluarnya feses atau flatus dan pada pemeriksaan

colok dubur didapatkan rectum yang kosong, kecuali jika obstruksi

terdapat pada rectum.

1. Obstipasi obstruksi parsial.

Memiliki ciri pasien tidak dapat buang air besar selama beberapa hari

tetapi kemudian dapat mengeluarkan feses disertai gas. Keadaan obstruksi

parsial kurang darurat daripada obstruksi totalis (Widjingsih, 2008).

2.13Penyebab Konstipasi

Obstipasi akibat obstruksi dari intralumen usus meliputi akibat adanya dalam

dinding usus. Obstipasi akibat obstruksi dari ekstralumen usus, biasanya akibat

penekanan usus oleh massa intraabdomen misalnya adanya tumor dalam abdomen

yang menekan rectum. Ada kelainan dalam sistem metabolisme tubuh yang

disebabkan oleh:

1. Kelainan pada persarafan segmen usus yaitu hiscprung

2. Gangguan persarafan usus besar paling bawah

3. Gangguan perkembangan neurologis

4. Kelainan sistem endokrin.

2.14 Manifestasi Klinis

Penderita yang mengalami konstipasi biasanya merasa defekasinya menjadi

sulit dan nyeri, tinja keras, mengejan pada saat defekasi, perasaan kurang puas

setelah defekasi, defekasi hanya 3x atau kurang dalam seminggu. Keluhan lain

(31)

dapat juga tanpa keluhan sama sekali, atau mempunyai keluhan lain seperti : perut

kembung, nyeri waktu defekasi, “rectal bleeding” (perdarahan rektum), diare

“spurious” (sedikit-sedikit), dan nyeri pinggang bagian bawah. Penderita biasanya

mengeluh beberapa hari tak dapat defekasi dan kalau defekasi selalu susah. Tinja

yang keluar keras dan kehitam-hitaman. Perut selalu dirasa penuh serta dirasa

mendesak keatas, kembung, berbunyi,mual-mual. Rasa mulas di perut kiri pada

daerah sigmoid dan kolon desendens. Keluhan lain yang sering dirasakan ialah

mulut rasa pahit, lidah kering, kepala pusing, nafsu makan menurun. Bilamana

konstipasi berlangsung lama, maka keluhan tersebut diatas makin bertambah

berat, bahkan sampai timbulnya gejala obstruksi intestinal (Widjingsih, 2008).

2.15 Pemerikasaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis

konstipasi dan mencari penyebabnya. Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara

lain:

1. pengukuran kadar tiroksin dan

Thyroid Stimulating Hormon (TSH) untuk menyingkirkan hipotiroid,

2. tes serologi (antiend-omysial/ antigliadin antibody) untuk menyingkirkan

Celiac disease,

3. pemeriksaan foto polos abdomen untuk melihat kaliber kolon dan massa

tinja dalam kolon (pemeriksaan ini dilakukan bila pemeriksaan colok

dubur tidak dapat dilakukan atau pada pemeriksaan colok dubur tidak

teraba adanya distensi rektum oleh massa tinja),

(32)

5. manometri anorektal untuk mendiagnosis Hirschprung disease atau akalasia anal, dengan karakteristik tidak ada relaksasi sfi ngter ani interna

pada rektum yang distensi (pemeriksaan ini juga dapat memberikan

informasi sensasi rektum, sfi ngter ani pada saat intirahat dan sewaktu

defekasi, apakah normal atau anismus),

6. biopsi rektum untuk mendiagnosis Hirschprung disease,

7. pemeriksaan transit marker radioopaque untuk mendiagnosis inersia

kolon atau abnormalitas transit pada kolon,

8. manometer kolon untuk menilai motilitas kolon,

9. pemeriksaan lain untuk mencari penyebab organik lain adalah

ultrasonografi abdomen (Anik, 2010).

2.16 Pengertian Bayi

Bayi adalah makhluk yang hadir ke dunia dengan sebuah mekanisme

bawaan untuk menyenangkan orang lain, dan hanya meminta balasan berupa

kondisi lingkungan yang tepat, yang memungkinkan bertumbuhkembangnya

"benih sifat pengasih" yang secara alami telah ada dalam dirinya. Bayi adalah

masa tahapan pertama kehidupan seorang manusia setelah terlahir dari rahim

seorang ibu. Pada masa ini, perkembangan otak dan fisik bayi selalu menjadi

perhatian utama, terutama pada bayi yang terlahir prematur maupun bayi yang

terlahir cukup bulan namun memiliki berat badan rendah. Baik ibu maupun bapak

dan orang-orang terdekat si bayi juga harus selalu mengawasi serta memberikan

(33)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1Kerangka Konsep

Kerangka konseptual adalah abstraksi dari suatu realita agar terlihat

keterkaitan antar variabel, baik variabel yang diteliti maupun variabel yang

tidak diteliti (Nursalam, 2003, hlm. 55). Variabel independen dalam

penelitian ini adalah pengaruh pemberian MP-ASI dan variabel dependen

adalah konstipasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh

pemberian MP-ASI terhadap terjadinya konstipasi pada bayi.

ko

Skema 3.1.1: Kerangka konsep penelitian

3.2Hipotesis

Hipotesa alternatif dalam penelitian ini adalah Ada pengaruh pemberian

MP-ASI terhadap terjadinya konstipasi pada bayi.

(34)
(35)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan untuk penelitian ini adalah observasional

dengan pendekatan case control yaitu rancangan penelitian dengan membandingkan antara kelompok kasus dengan kelompok kontrol untuk

mengetahui proporsi kejadian berdasarkan riwayat ada tidaknya paparan.

( Alimut Hidayat, 2010)

4.2 Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pada kelompok kasus yaitu ibu yang

mmemiliki bayi dengan konstipasi yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas

Padang Bulan Medan yaitu sebanyak 30 responden dan pada kelompok

kontrol yaitu ibu yang memiliki bayi dengan tidak konstipasi.

2. Sampel

Pengambilan sampel pada kelompok kasus menggunakan teknik total sampling yaitu dilakukan pengambilan calon responden dengan menggunakan

data skunder yaitu dengan meminta bantuan pihak puskesmas untuk

memberikan rekam medik berupa data bayi dengan diagnosa konstipasi.

Pengambilan sampel terhitung mulai Januari 2014 sampai Mei 2014 yaitu

sebanyak 30 responden. Untuk kelompok pembanding atau kelompok kontrol

(36)

4.3 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian mulai dilakukan pada bulan Maret sampai Mei 2014 di wilayah

kerja puskesmas padang bulan medan. Pertimbangan peneliti memilih lokasi ini

adalah untuk efisiensi biaya dan efektifitas waktu, karena penelitian ini dilakukan

dalam masa studi. Selain di puskesmas padang bulan medan belum pernah

dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian MP-ASI terhadap terjadinya

konstipasi pada bayi dan lokasi penelitian mudah dijangkau oleh peneliti.

4.4 Pertimbangan Etik Penelitian

Terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan etik dalam penelitian ini, yaitu

peneliti harus memberi penjelasan kepada calon responden tentang tujuan peneliti

dan prosedur pelaksanaan peneliti. Apabila calon responden melahirkan dengan

normal maka calon responden dijadikan objek penelitian. Apabila calon

responden bersedia maka dipersilakan menandatangani informed consent sebagai bukti kesediaanya ataupun dengan persetujuan secara lisan. Tetapi jika calon

responden tidak bersedia maka calon responden berhak untuk menolak dan

mengundurkan diri pada setiap tahapan proses penelitian

4.5Instrumen Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini penulis menggunakan instrument berupa

lembar kuesioner/angket yang disusun sendiri oleh peneliti dengan arahan dari

pembimbing. Koesioner tentang pengruh pemberian MP-ASI terhadap terjadinya

konstipasi pada bayi, Bentuk pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak. Nilai 1

(37)

4.6 Uji Validitas

Uji validitas dilakukan dengan cara content validity untuk mengetahui

kelayakan butir-butir dalam daftar (konstruk) pertanyaan dalam mendefinisikan

suatu variabel content validity diuji oleh dosen Fakultas Keperawatan Program D-IV Bidan Pendidik. Sehingga instrument yang digunakan tersebut dinyatakan

valid dan mampu mengukur variabel yang akan diukur.

4.7 Uji Reabilitas

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat di andalkan. Hal ini berarti menunjukkan

sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua

kali atau lebih dengan menggunakan alat ukur yang sama. Koefisien

reliabilitasnya dilakukan pada 15 ibu yang mempunyai kriteria yang sama dengan

sampel, kemudian data tersebut diolah menggunakan Program SPSS dengan

mencari nilai koefisien reliabilitas Alpha Cronbach untuk pengetahuan 0,891 dan untuk tindakan Alpha Cronbach 0,774.

4.8 Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti dengan mengajukan

surat permohonan izin penelitian pada institusi pendidikan program D-IV Bidan

Pendidik Fakultas Keperawatan USU, dan mengajukan permohonan izin

pelaksanaan penelitian kepada pimpinan puskesmas padang bulan Medan. Setelah

mendapat izin pengambilan data skunder atau rekam medik, peneliti melakukan

observasi keberadaan responden. Peneliti meninjau langsung ketempat tinggal

responden yang berada diwilayah kerja Puskesmas Padang Bulan. Sebelum

(38)

persetujuan dari responden. Setelah responden bersedia maka diminta untuk

menandatangani lembar persetujuan (Informed Consent). Peneliti mengingatkan

responden untuk mengisi kuesioner sesuai yang dialami dengan jujur dan

mengingatkan untuk mengisi semua pertanyaan dan pernyataan yang ada dilembar

kuesioner. Setelah data terkumpul, selanjutnya peneliti akan melakukan analisa

lebih lanjut.

4.9Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan Data

Setelah semua data terkumpul dilakukan Pengolahan data dilakukan

dengan langkah sebagai berikut :

a. Editing adalah memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh pada saat pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Peneliti

melihat apakah angket diisi sesuai prosedur pengisian dan memeriksa

apakah pertanyaan dijawab dengan benar. Peneliti mulai

mengelompokan data seperti kelompok kasus dan kelompok kontrol.

b. Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf dirubah kedalam angka. Dimana jawaban “ya” dapat diberi nilai 1 dan

jawaban “tidak” dapat diberi nilai 0.

c. Processing adalah Setelah data di coding maka data dari kuesioner dimasukkan kedalam program computer yaitu SPSS. Data diubah

kedalam master table yaitu diolah menjadi data kategori, setelah data siap dikelompokan data diolah dengan bantuan program SPSS yaitu

untuk melihat apakah hasil pengolahan menunjukan pengaruh yang

(39)

2. Analisa Data

1. Statistik univariat

Analia data dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan

persentase tiap variable yang diteliti. Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi variabel independen yaitu pemberian

MP-ASI dan dependen yaitu konstipasi. 2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat merupakan analisa hasil dari variabel-variabel bebas yang

diduga mempunyai hubungan dengan variabel terikat. Analisa yang digunakan

adalah hasil tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan uji statistik dengan

menggunakan uji data kategori Chi-Square Test ( X2) pada tingkat kemaknaannya

adalah 95% (p ≤ 0,05). Sehingga dapat diketahui ada tidaknya perbedaan yang

bermakna secara statistik, dengan menggunakan program khusus. Melalui

perhitungan Chi-Square selanjutnya ditarik suatu kesimpulan, bila nilai p lebih

kecil dari nilai alpa (0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang menunjukkan

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Semmadya. 2009. Penanaganan Konstipasi Pada Bayi dan Balita. Yogyakarta: SALEMBA JAYA.

Anik, Maryunani. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta: CV. TRANS INFO MEDIA.

Dalai, Lama. 2010. Pedoman Merawat Bayi baru Lahir. Yogyakarta: CV GRAVIKA JAYA.

Eko, Budiarto. 2003. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: EGC GRAHA ILMU.

Handoko, Riwidikdo. 2008. Statistik Kesehatan. Jogjakarta: MITRA CENDIKIA. Helen, Samik. 2008. Rujukan Cepat Pediatri Dan Kesehatan Anak. Jakarta: CV

EGC MEDICAL PUBLISHER.

Maryani, Nanny. 2010. Kebutuhan Dasar Bayi Dan Balita Di Tahun Pertama. Bandung: ALFABETA.

Nursalam. 2003. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: ERLANGGA JAYA. Nursalam. 2003. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: MITRA CENDIKIA.

Robbins, Brough. 2008. Konstipasi Pada Bayi Dan Balita. Jakarta: SALEMBA EMPAT.

Setyowati. 1999. .Asupan Gizi Seimbang Neonatus Dan Bayi. Edisi 10. Jakarta: EGC LANGGA

Thomas, Timmereck. 2005. Epidemologi. Edisi dua. Jakarta: EGC KEDOKTERAN INDONESIA.

Vivian, ANI. 2010 . Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita.Jakarta: PENERBIT SALEMBA JAYA.

Vivian, Ani. 2011. .Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita, Edisi dua. Jakarta: PENERBIT SALEMBA JAYA.

Widjingsih. 2008. Apabila Bayi Konstipasi. Edisi Revisi VI. Jakarta: PT RINEKA.

Alimut Hidayat. 2010.Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisa Data.

(41)

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Saya yang bernama Fazilla (135102062) adalah mahasisiwi Program Studi

DIV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini

saya sedang melakukan penelitian tentang “ Pengaruh Pemberian MP-ASI

Terhadap Terjadinya Konstipasi Pada Bayi Di wilayah Kerja Puskesmas Padang

Bulan Medan ”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam

menyelesaikan tugas akhir di Program Studi DIV Bidan Pendidik Fakultas

Keperwatan Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan ibu untuk menjadi

responden dalam penelitian ini. Jika ibu bersedia, silahkan menandatangani

lembar persetujuan ini sebagai bukti kesediaan ibu.

Partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga bebas untuk

mengundurkan diri setiaap saat tanpa sanksi apapun. Identitas pribadi ibu dan

semua informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk

keperluan penelitian ini.

Terimakasih atas partisipasi ibu dalam penelitian ini

Medan, Maret 2014

Peneliti Responden

(42)

KUESIONER

Keusioner ini dibagikan kepada setiap responden baik kelompok kasus

maupun kelompok kontrol, guna kuesioner ini untuk menganalisa pengaruh

pemberian MP-ASI terhadap terjadinya knstipasi pada bayi.

No.Responden :

Umur :

Pendidikan :

Pekerjaan :

LEMBAR OBSERVASI PEMBERIAN MP-ASI

PADA BAYI

No

.

Tindakan

Ya

Tidak

1.

Selain ASI, apakah ibu memberikan makanan tambahan lain pada bayi?

2.

Jika iya, makanan apa yang ibu berikan?

a. Susu formula? b. Madu?

c. Air gula/the manis? d. Bubur susu?

(43)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai pengaruh pemberian

MP-asi terhadap terjadinya konstipasi pada bayi di wilayah kerja Puskesmas

Padang Bulan Medan 2014.

Selama penelitian berlangsung peneliti telah melakukan observasi kepada

60 responden dimana 30 responden menjadi kelompok kasus dan 30 responden

menjadi kelompok control. Seluruh responden diberikan pertanyaanyang sama

berupa angket untuk diisi sesuai petunjuk pengisian. Dari 30 responden tersebut

sebelumnya telah diketahui bahwa responden yang memiliki bayi dengan

konstipasi yang sedang dialami atau pernah dialami bayi sebelumnya. Dan telah

dilakukan pemeriksaan dipuskesmas Padang Bulan diketahui bayi dengan

diagnosa konstipasi. Selanjutnya 30 responden lagi diketahui bahwa bayi yang

tidak pernah mengalami kontipasi dan saat ini bayi dalam keadan sehat.

1. Analisa Univariat

1.1Karakteristik responden pada kelompok kasus

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh karakteristik demografi ibu yang

memiliki bayi dengan jumlah responden sebanyak 30 orang (100%) dengan

karakteristik umur mayoritas dalam penelitian ini adalah umur 20-35 tahun

sebanyak 24 orang (80%), < 20 tahun 3 orang (10%) dan umur >35 tahun

sebanyak 3 orang (10%). Mayoritas berpendidikan SMA sebanyak 19 orang

(44)

sebanyak 1 orang (3,3%). Mayoritas bekerja sebagai IRT sebanyak 15 orang

(50%), wiraswasta sebanyak 12 orang (40%), dan PNS sebanyak 3 orang (10%).

Hasil ini dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1.1

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Data Demografi ibu yang memiliki bayi di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan Medan (N= 30)

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 Umur

1.2Karakteristik responden pada kelompok kantrol

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh karakteristik demografi ibu yang

memiliki bayi dengan jumlah responden sebanyak 30 orang (100%) dengan

karakteristik umur mayoritas dalam penelitian ini adalah umur 20-35 tahun

sebanyak 20 orang (67.7%), < 20 tahun 4 orang (13,3%) dan umur >35 tahun

sebanyak 6 orang (20.0%). Mayoritas berpendidikan SMA sebanyak 20 orang

(67,7%), SMP sebanyak 4 orang (13,3%), sarjana sebanyak 6 orang (20,0%), dan

(45)

(50%), wiraswasta sebanyak 10 orang (33,3%), dan PNS sebanyak 5 orang

(16,7%). Hasil ini dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1.1

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Data Demografi ibu yang memiliki bayi di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan Medan (N= 30)

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 Umur

1. Karakteristik Responden kelompok kasus

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti terhadap 30 responden,

diketahui responden mayoritas berumur 20-35 tahun yaitu sebanyak 24 orang

(80,0%). Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2007) bahwa umur seseorang

berpengaruh terhadap kehidupannya. Maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat

kesenjangan antara teori dan kenyataan di mana umur ibu mempengaruhi tingkat

pengetahuan terhadap pemberian MP-ASI pada bayi.

(46)

(2007) yang mengatakan bahwa, pendidikan mempunyai peranan penting dalam

menentukan kualitas manusia. Tingkat pendidikan masyarakat dikaitkan dengan

kemampuan dalam menyerap dan menerima informasi dalam bidang kesehatan dan

keluarga. Hurlock (2004) menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang

semakin baik menerima informasi. Dan pendidikan merupakan usaha mengembangkan

kepribadian dan kemampuan baik didalam sekolah maupun diluar sekolah yang

berlangsung seumur hidup. Maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat kesenjangan

antara teori dan kenyataan di mana pendidikan ibu mempengaruhi tingkat pemahaman

ibu terhadap pemberian MP-ASI pada bayi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden bekerja sebagai ibu

rumah tangga yaitu sebanyak 15 orang (50,0%). Status pekerjaan akan berpengaruh

pada pengetahuan dan kemampuan ibu dalam merawat bayinya. Dari hasil penelitian

mayoritas responden adalah IRT, hal ini memungkinkan bahwa ibu tidak banyak

menerima informasi tentang pemberiian Asi Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan.

Menurut Mubarak (2007) dinyatakan bahwa lingkungan pekerjaan dapat menjadikan

seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun

secara tidak langsung. Pekerjaan juga akan mempengaruhi penghasilan, sedangkan

penghasilan akan mempengaruhi seseorang dalam bersikap dan berperilaku

(Notoadmodjo, 2010).

2. Karakteristik Responden kelompok kontrol

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti terhadap 30 responden,

diketahui responden mayoritas berumur 20-35 tahun yaitu sebanyak 20 orang

(67,7%). Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2007) bahwa umur seseorang

(47)

kesesuaian antara teori dan kenyataan di mana umur ibu mempengaruhi tingkat

pengetahuan terhadap pemberian MP-ASI pada bayi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berpendidikan SMA

yaitu sebanyak 20 orang (67,7%). Hal ini Sesuai dengan pendapat Notoadmodjo

(2007) yang mengatakan bahwa, pendidikan mempunyai peranan penting dalam

menentukan kualitas manusia. Tingkat pendidikan masyarakat dikaitkan dengan

kemampuan dalam menyerap dan menerima informasi dalam bidang kesehatan dan

keluarga. Hurlock (2004) menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang

semakin baik menerima informasi. Dan pendidikan merupakan usaha mengembangkan

kepribadian dan kemampuan baik didalam sekolah maupun diluar sekolah yang

berlangsung seumur hidup. Maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat kesesuaian

antara teori dan kenyataan di mana pendidikan ibu mempengaruhi tingkat pemahaman

ibu terhadap pemberian MP-ASI pada bayi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden bekerja sebagai ibu

rumah tangga yaitu sebanyak 15 orang (50,0%). Status pekerjaan akan berpengaruh

pada pengetahuan dan kemampuan ibu dalam merawat bayinya. Dari hasil penelitian

mayoritas responden adalah IRT, hal ini memungkinkan bahwa ibu tidak banyak

menerima informasi tentang pemberiian Asi Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan.

Menurut Mubarak (2007) dinyatakan bahwa lingkungan pekerjaan dapat menjadikan

seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun

secara tidak langsung. Pekerjaan juga akan mempengaruhi penghasilan, sedangkan

penghasilan akan mempengaruhi seseorang dalam bersikap dan berperilaku

(48)

3. Pemgaruh pemberian MP-ASI terhadap terjadinta konstipasi pada bayi

Berdasarkan hasil analisa statistik yang diperoleh maka didapat p =0,02

(α=0,05) dengan p < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis ini gagal

ditolak yaitu ada pengaruh yang signifikan antara pemberian MP-ASI terhadap

terjadinya konstipasi pada anak di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan Medan

Tahun 2014. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dari 30 responden

kelompok kasus yang mengalami konstipasi terdapat 23 orang yang memberikan

MP-ASI dan terdapat 7 orang yang tidak memberikan MP-ASI.

Pada kelompok kontrol diketahui bahwa dari 30 responden terdapat 20 responden

yang tidak memberikan MP-ASI dan terdapat 10 responden yang memberikan

(49)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh pemberian MP-ASI terhadap

terjadinya konstipasi pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan Medan

Tahun 2014, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan penelitian dari 30 responden kelompok kasus mayoritas responden

berumur 20-35 tahun yaitu sebanyak 24

orang (80,0%), mayoritas pendidikan SMA yaitu sebanyak 19 orang (63,3%),

mayoritas pekerjaan responden sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) yaitu sebanyak

15 orang (50,0%).

2. Berdasarkan penelitian dari 30 responden kelompok kontrol mayoritas responden

berumur 20-35 tahun yaitu sebanyak 20 orang (67,7%), mayoritas pendidikan

SMA yaitu sebanyak 20 orang (67,7%), mayoritas pekerjaan responden sebagai

Ibu Rumah Tangga (IRT) yaitu sebanyak 15 orang (50,0%).

3. Berdasarkan hasil analisa statistik yang diperoleh maka didapat p =0,02 (α=0,05)

dengan p < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis ini gagal ditolak

yaitu ada pengaruh yang signifikan antara pemberian MP-ASI terhadap terjadinya

konstipasi pada anak di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun

(50)

B. Saran

Saran yang dapat peneliti sampaikan pada karya tulis ilmiah ini adalah :

1. Bagi Peneliti

Diharapkan akan menambah pengalaman bagi penulis dalam mengaplikasikan

ilmu yang telah di dapat dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, serta

sebagai masukan akan pengetahuan tentang pemberian MP-ASI pada bayi.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Diharapkan hasil penelitian yang diperoleh dapat menjadi masukan bagi setiap

pelayanan kesehatan, diharapkan petugas kesehatan khususnya bidan mampu

memberikan informasi dan pemahaman dalam pemberian MP-ASI, sehingga

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

3. Bagi Masyarakat

Agar lebih meningkatkan pengetahuan khususnya tentang pemberian MP-ASI

pada bayi. Sehingga bayi mendapatkan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhannya

dan terhindar dari konstipasi.

4. Bagi Penelitian Selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti lain yang ingin mengetahui penelitian yang lebih

mendalam tentang pemberian MP-ASI pada bayi dapat memakai karya tulis

(51)

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Saya yang bernama Fazilla (135102062) adalah mahasisiwi Program Studi

DIV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini

saya sedang melakukan penelitian tentang “ Pengaruh Pemberian MP-ASI

Terhadap Terjadinya Konstipasi Pada Bayi Di wilayah Kerja Puskesmas Padang

Bulan Medan ”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam

menyelesaikan tugas akhir di Program Studi DIV Bidan Pendidik Fakultas

Keperwatan Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan ibu untuk menjadi

responden dalam penelitian ini. Jika ibu bersedia, silahkan menandatangani

lembar persetujuan ini sebagai bukti kesediaan ibu.

Partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga bebas untuk

mengundurkan diri setiaap saat tanpa sanksi apapun. Identitas pribadi ibu dan

semua informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk

keperluan penelitian ini.

Terimakasih atas partisipasi ibu dalam penelitian ini

Medan, Maret 2014

Peneliti Responden

(52)

KUESIONER

Keusioner ini dibagikan kepada setiap responden baik kelompok kasus

maupun kelompok kontrol, guna kuesioner ini untuk menganalisa pengaruh

pemberian MP-ASI terhadap terjadinya knstipasi pada bayi.

No.Responden :

Umur :

Pendidikan :

Pekerjaan :

LEMBAR OBSERVASI PEMBERIAN MP-ASI

PADA BAYI

No

.

Tindakan

Ya

Tidak

1.

Selain ASI, apakah ibu memberikan makanan tambahan lain pada bayi?

2.

Jika iya, makanan apa yang ibu berikan?

a. Susu formula? b. Lumatan buah c. Air gula/teh manis? d. Bubur susu?

(53)
(54)
(55)
(56)
(57)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Fazilla

Tempat / TanggalLahir : Small Holder 27 Januari 1991

Agama : Islam

Alamat : Small Holder No.9 kisaran

RiwayatPendidikan : Tahun 1997 - 2003 : SDN 014626

Tahun 2003 - 2006 : SMPN 1 SEI BALAI

Tahun 2006 – 2009 : SMA SWASTA TAMAN

SISWA KISARAN

Tahun 2009 – 2012 : AKADEMI KEBIDANAN

Gambar

Tabel 5.1.1
Tabel 5.1.1

Referensi

Dokumen terkait

status berhasil login dan menuju ke beberapa pilihan menu , antara lain: Olah data pekerjaan, olah data profil, olah data izin usaha, ulah data persoanalia, olah

[r]

Seperti yang telah digambarkan di atas bahwa peranan kepemimpinan camat dalam implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri di Kecamatan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh independensi, keahlian profesional, pengalaman kerja dan motivasi terhadap efektivitas penerapan sistem pengendalian intern pada

Dalam penelitian Wirianto dan Rusiti (2014) menunjukkan hasil bahwa investment opportunity set berpengaruh positif terhadap kualitas laba, artinya jika perusahaan memiliki

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh price, brand image dan country of origin terhadap purchase intention. Penelitian ini mengambil lokasi di

Ahmad Syapawi, ST.,MT dan Bapak Dar ma Pr abudi, ST.,MT selaku dosen pembimbing t ugas akhir kami, t er ima kasih banyak Pak, kami sudah dibant u selama ini, sudah dinasehat i,

Selain daripada itu, kajian ini juga bertujuan untuk mengenalpasti hubungan di antara persekitaran kerja kompetitif dan prestasi kerja di kalangan staf akademik di UTM