• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Obesitas

1. Definisi Obesitas

Obesitas merupakan keadaan yang tidak dikehendaki, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. Tetapi tidak semua orang yang mempunyai berat badan lebih disebut sebagai obesitas. Jadi untuk mengatakan seorang anak mengalami obesitas di samping gejala klinis juga didukung oleh pemeriksaan antropometri (fisik) yang jauh di atas normal. Pemeriksaan fisik tersebut antara lain berat badan terhadap tinggi badan, berat badan terhadap umur dan tebal kulit dan paling sedikit perbandingannya 10% di atas nilai normal. (http://beingmom.org/index.php/2008/08/02/150)

Seiring dengan meningkatnya taraf kesehatan masyarakat, jumlah penderita kegemukan cenderung meningkat. Di Indonesia, masalah kesehatan yang di akibatkan oleh gizi lebih yang mulai muncul pada awal tahun 1990-an. Peningkatan pendapatan masyarakat pada kelompok sosial ekonomi tertentu, terutama di perkotaan, menyebabkan adanya perubahan pola makan dan pola aktivitas yang mendukung terjadinya peningkatan jumlah penderita kegemukan. (Almatsier, 2004). Obesitas dipengaruhi oleh beberapa faktor utama yaitu : faktor genetik, faktor psikologis, pola hidup yang kurang tepat dan kurang melakukan aktivitas fisik. (Gunawan, 2001).

Masalah kegemukan pada anak cenderung meningkat. Menurut Suvei Kesehatan Nasional 1989, sedangkan 0,77% anak mengalami obesitas. Pada tahun 1992 obesitas meningkat menjadi 1,26% dan 4,58% pada tahun 1999. Berdasarkan survei tersebut terlihat adanya peningkatan jumlah anak yang obesitas di kota maupun di pedesaan. (Hamam, 2005).

Terjadinya kegemukan pada anak SD ini karena adanya perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan. Menurut Ida Ayu, pola konsumsi makan yang

(2)

mereka gemari, adalah ayam goreng, kentang goreng, hamburger, soft drink, dan donat. Sedangkan makanan lainnya menjadi favorit kedua adalah pizza. Menurut Hamam, anak-anak menyukai makanan tersebut karena orangtua sanggup membelikan. Sekarangpun anak desa menyukai makanan siap saji (fast food) karena dianggap bergizi. (Hamam, 2005).

Sedangkan penelitian dilakukan, menunjukkan angka obesitas pada anak SD mencapai 9,5% (1997). Anak-anak SD juga penggemar fast food seperti halnya dengan anak-anak SD di Denpasar. (Hamam, 2005).

Penelitian dilakukan FK Universitas Brawijaya Malang. Eneliti tersebut melakukan penelitian di poli-KIA Puskesmas Dinoyo Malang tahun 2001. Hail penelitian menujukkan pengetahuan orangtua tentang bahaya obesitas pada anak cukup rendah (53,33%). Hasil penelitian itu menyebutkan fakto penyebab obesitas pada anak adalah pola makan yang salah pada anak. Pada umumnya orangtua memberikan makanan padat terlalu dini di bawah usia tiga bulan. Orangtua juga memberikan susu formula dengan osmolaritas (kekentalan) terlalu tinggi. Hal ini didukung adanya faktor keturunan, dimana orang tuanya juga memiliki riwayat obesitas. (Hamam, 2005)

TABEL 1.

KRITERIA OBESITAS STANDAR WHO-NCHS Indikator Status Gizi Skor (baku WHO-NCHS) Berat badan menurut

Tinggi badan (BB/TB) Obesitas Normal Kurus Kurus sekali > 2 SD 2 SD sampai + 2 SD < -3 SD sampai – 2 SD < -3 SD

Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 2000.

Penelitian lain dilakukan FK Universitas Brawijaya Malang. Penelitian tersebut melakukan penelitian di Poli-KIA Puskesmas Dinoyo Malang tahun 2001. Hasil penelitian mereka menunjukkan pengetahuan orang tua tentang bahaya obesitas pada anak cukup rendah (53,33%). Hasil penelitian itu menyebutkan faktor penyebab obesitas pada anak adalah pola makan yang salah. Pada umumnya orang tua menberikan makanan padat terlalu dini di bawah usia tiga bulan. Orang tua juga memberikan susu formula dengan osmolaritas

(3)

(kekentalan) terlalu tinggi. Hal ini didukung adanya faktor keturunan, di mana orang tuanya juga memiliki riwayat obesitas. (Hamam, 2005).

2. Etiologi

Obesitas timbul oleh sebab pemberian makanan yang selalu melebihi kebutuhannya (positive balance). Hal ini sebagai akibat dari anak yang tidak mau lapar atau kelainan personality yang serius. Obesitas kadang-kadang merupakan resultan berupa kelainan. Perbedaan penyebab dan maifestasinya menunjukkan bahwa idak semua obesitas dapat dianggap sama. (Mc Laren, 1973).

Hereditas

Kecenderungan menjadi obesitas pada keluarga tertentu elah lama diketahui. Mungkin saja hal ini disebabkan oleh kebiasaan makan banyak dalam keluarga tersebut. Akan tetapi adanya faktor keturunan diperkuat dengan penyelidikan pada anak kembar yang dibesarkan terpisah akan tetapi menunjukkan berat badan yang sangat berkorelasi.

Bangsa atau suku

Pada ras atau suku tertentu kadang-kadang terlihat lebih banyak anggotanya yang obesitas. Dalam hal ini suka untuk menentukan faktor apa yang lebih menonjol, keturunan atau latar belakang kebudayaannya, seperti kebiasaan makan makanan yang kaya akan energi, kurang gerak badan. Pada umumnya kedua faktor ini saling bekerja sama.

Gangguan emosi

Gangguan emosi merupakan sebab terpenting dari obesitas anak besar dan remaja. Pada anak yang sedang bersedih hati dan memisahan diri dari lingkungannya timbul rasa lapar yang berlebihan sebagai kompensasi terhadap masalahnya. Adakalanya kebiasaan makan yang terlalu banyak ini akan menghilang dengan menyembuhkannya gangguan emosi yang dideritanya.

Gangguan Hormon

Walaupun sangat jarang adakalanya obesitas disebabkan oleh tidak adanya keseimbangan hormon-hormon.

B. Klasifikasi Obesitas

(4)

1. Obesitas Bedasarkan Bentuk Tubuh : a. Obesitas Adroid (Tipe Buah Apel)

Masa lemak pada obesitas tipe ini terutama berkumpul di daerah perut, obesitas tipe ini banyak terjadi pada kaum pria dan mempunyai kaitan dengan penyakit kardiovaskuler.

b. Obesitas Girinoid (Tipe Buah Pear)

Masa lemaknya terkumpul terutama di daerah gluterus dan femoral, obesitas ini mempunyai kaitan dengan Asteoratiosis. (Hendromartono, 1997). 2. Obesitas Menurut Jumlah Sel Lemak, (Mc Laren, 1973)

a. Jumlah sel lemak nomal, tetapi terjadinya hipertrofi atau pembesaran. b. Jumlah sel lemak meningkat atau hiperplasi dan terjadi hipertrofi. 3. Obesitas Berdasarkan Usia

a. Obesitas pada masa bayi

Obesitas yang disebabkan kurangnya pengetahuan ibu dalam member makan bayi. Obesitas pada masa bayi harus dihindari karena menjadikan anak bertambah gemuk saat dewasa.. (Purwanti, dkk. 2000).

b. Obesitas pada masa anak-anak

Obesitas yang disebabkan karena perilaku makan yang salah dan kurangnya anak melakukan aktivitas fisik dan mereka mempunyai masalah psikologis yang serius. (Harjadi, 1986).

c. Obesitas pada masa dewasa

Pada usia dewasa, seseorang mulai membaur ke masyarakat, berkeluarga dan bereaksi terhadap berbagai tanggung jawb yang baru, ketegangan dan frustasi yang berkaitan dengan pekerjaan dan keluarga dalam mengkonsumsi makan yang berlebihan dan kurang melakukan aktivitas fisik. Obesitas pada usia ini jika dibiarkan berlangsung lama akan menimbulkan berbagai penyakit degeneratif. (Harjadi, 1986).

C. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Obesitas 1. Kebiasaan Makan

(5)

Adanya kebiasaan makan yang berbeda pada orang yang mengalami obesitas. Obesitas sering dijumpai pada orang yang senang masak atau bekerja di dapur. Di samping itu juga dijumpai pada orang yang memiliki gejala suka makan pada waktu malam. Ini biasa menyertai insomnia dan hilangnya nafsu makan pada waktu pagi hari.

Ada orang yang beranggapan bahwa semua orang gemuk adalah orang yang suka makan. Ternyata beberapa peneliti menunjukkan bahwa orang gemuk tidak makan lebih banyak dibanding orang kurus. Bahkan terkadang orang kurus menyatakan sudah makan banyak tetapi tetap kurus. (Misnadiarly, 2007).

a. Konsumsi Energi

Cadangan energi dalam tubuh cukup tersedia maka tubuh akan menerima beban kerja. Energi diperoleh dari pembakaran karbohidrat, lemak dan protein dengan oksigeen. Agar tubuh dapat menyediakan oksigen dalam jumlah cukup, maka salah satu cara yang dapat dikerjakan adalah melakukan aktivitas fisik seperti olahraga yang teratur. Saat aktivitas tinggi dan zat gizi yang diperlukan kurang dari kebutuhan maka dalam waktu yang lama akan mengakibatkan keadaan gizi kurang. Begitu sebaliknya jika terjadi konsumsi yang berlebihan, sedangkan aktivias fiik kurang maka yang terjadi adalah keseimbangan positif yang pada akhirnya akan menyebabkan gizi lebih, kedua keadaan tersebut merugikan tubuh terutama pada saat seseorang menerima beban kerja dengan konsumsi pangan dan akivitas fisik merupakan faktor yang saling terkait untuk meningkatkan kemampuan tubuh dalam menghadapi beban kerja. (Purwati, 2000). Dalam ilmu gizi diketahui bahwa energi yang dibutuhkan manusia dihasilkan oleh tiga zat gizi mikro yaitu : karbohidrat, lemak dan protein. Satu gram karbohidrat menghasilkan 9 kilo kalori. (Soekirman, 2000).

Kebutuhan energi bagi anak ditentukan oleh metabolisme basal, umur, aktivitas fisik, suhu lingkungan, serta kesehatannya dan efek dinamik khusus makanan (Specific Dynamic Action, SDA), zat-zat gizi yang terkandung disebut mikronutrien dan terdiri dari protein, lemak dan karbohidrat. Dianjurkan supaya jumlah energi yang diperlukan didapat dari 50-60%

(6)

karbohidrat, 25-35% lemak, sedangkan selebihnya 10-15% protein, akan tetapi jangan melupakan kebutuhan energi berbeda-beda secara individual. (Soetarjo, 1990).

Awal masa sekolah merupakan periode pertumbuhan yang relatif tetap yang berakhir pada pertumbuhan cepat pada umur 10 tahun (untuk anak perempuan) dan sekitar 12 tahun (untuk anak laki-laki) pertumbuhan berat badan selama periode ini adalah 3-3,5 kg per tahun dan pertambahan tinggi badan kira-kira 6 cm dalam 1 tahun. (Suyono, 1986).

b. Konsumsi Protein

Protein disebut zat pembangun karena berperan dalam pertumbuhan sel-sel baru, perbaikan jaringan tubuh dan pembentukan hormon, antibodi serta enzim manusia. Protein juga dapat menjadi zat perusak jika dikonsumsi berlebihan. Protein memerlukan pencernaan yang lebih lama dari pada zat pati karena harus diuraikan terlebih dahulu menjadi komponen asam amino yang lebih mudah diserap oleh tubuh.

Protein diklasifikasikan sebagai protein hewani (daging dan ikan), laktoprotein (telur dan susu), dan protein nabati (kacang-kacangan dan polong-polongan). Masyarakat masih menganggap jika protein hewani merupakan sumber protein yang vital bagi manusia karena mengandung asam amino yang lengkap dibandingkan dengan sumber protein yang lain.

Pemahaman dan informasi yang keliru di masyarakat tentang protein juga sering menyesatkan konsumen. Misalnya dengan diet tinggi protein atau konsumsi pil-pil suplemem asam amino seperti banyak yang dilakukan oleh atlet. Kelebihan protein tidak dapat membentuk otot, melainkan protein akan menjadi lemak. Pembentukan otot hanya dapat dicapai melalui olahraga khusus yang dilakukan secara teratur. (Gunawan, 2001).

2. Aktivitas Fisik

Akivitas fisik adalah pergerakan tubuh akibat aktivitas otot-otot skelet yang mengakibatkan pengeluaran energi. Akivitas fisik terdiri dari aktivitas selama bekerja, tidur dan pada waktu senggang (akivitas formal dan non formal). Setiap orang melakukan akivitas fisik untuk bertahan hidup. Banyaknya variasi

(7)

antara individu satu dengan lainnya tergantung pada gaya hidup perorangan dan faktor lainnya. Untuk menjaga kesehatan diperlukan adanya keseimbangan antara makanan sumber energi yang harus dikeluarkan hanya untuk mengeluarkan sisa-sisa tersebut. (Gunawan, 2001).

3. Faktor Genetik

Keluarga yang orang tuanya juga gemuk cenderung mempunyai kebiasaan makan yang berlebihan, dan diturunkan ke anaknya. (Pritasari, 1990).

4. Status Sosial Ekonomi

Berkaitan dengan gaya hidup, sikap, dan perilaku. Di Indonesia, orang cenderung salah kaprah mengasosiakan gemuk adalah baik. Anak harus gemuk, montok, baru bilang anak yang sehat. Jika anak tidak gemuk, seolah-olah hal tersebut merupakan kegagalan dari ibu yang notabene penyandang tugas pengasuhan anak. Jadi tujuan makan bergeser dari memenuhi kebutuhan anak menjadikan anak gemuk. Maka cara-cara instan seperti mengkonsumsi susu khusus bahkan mengkonsumsi makanan cair sebagai pengganti susu atau sarapan. (http://beingmom.org/index.php/2008/08/02/150).

a. Pekerjaan Orang Tua (Ibu)

Ibu yang bekerja membawa peluang bagi dirinya untuk meninggalkan anaknya dirumah yang berarti tanpa disadari pekerjaan ibu melebihi perhatian terhadap kesehatan anaknya.

Ada beberapa motivasi seorang ibu ingin bekerja di luar rumah, namun lebih banyak disebabkan karena ingin menambah pendapatan keluarga. Sebagai akibat dari suasana ini maka ketika ibu bekerja di luar rumah, secara jelas akan memberi dampak terhadap jumlah waktu bersama keluarga. (Sunardjo, 1989).

b. Tingkat Pendidikan Orang Tua (Ibu)

Tingkat pendidikan merupakan suatu unsur yang penting bagi sumber pribadi seseorang. Salah satu unsur penting bagi seseorang yang erat kaitannya dengan kemampuan dari orang tersebut. Untuk dapat berperan serta dalam aspek sosial kemasyarakatan dan pembangunan adalah pendidikan. (Sajogyo, 1983).

(8)

Pendidikan formal maupun non formal sangat mempengaruhi proses pengambilan keputusan seseorang ke arah perubahan, sehingga semakin tinggi pendidikan seseorang akan lebih tinggi pula kesadaran dan kesehatan anaknya. (Sajogyo, 1983).

c. Pendapatan Per Kapita Keluarga

Meningkatnya pendapatan perorangan terjadilah perubahan dalam susunan makanan. Namun pengeluaran uang yang lebih banyak untuk pangan tidak terjamin lebih beragamnya konsumsi pangan. (Suhardjo, 1992).

Pendapatan dapat menentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas lain (pendidikan, perumahan, kesehatan). Orang miskin akan membelanjakan sebagian besar pendapatannya untuk makanan, sedangkan yang kaya sudah tentu akan lebih kurang jumlah tersebut. Semakin tinggi pendapatan maka semakin bertambah besar pula persentase pertumbuhan pembelanjaan termasuk buah-buahan dan sayur-sayuran. (Berg, 1986).

d. Pengetahuan Tentang Obesitas

Pengetahuan pada umumnya dapat membentuk sikap tertentu dalam diri seseorang dan mempengaruhi tindakannya dalam kehidupan sehari-hari. Demikian pula tingkat pengetahuan gizi yang tinggi dapat membentuk sikap yang positif terhadap masalah gizi. Pada umumnya akan mendorong untuk menyediakan makanan sehari-hari dalam jumlah kualitas yang mencukupi gizi anak.

Menurut hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan orang tua belum maksimal dimana masih sebagian orang yang belum mengetahui pengertian obesitas secara defenisi. Tindakan yang dilakukan orang tua dalam upaya mengatasi obesitas pada anak usia sekolah dasar adalah sangat bervariasi, mulai dari mengatur pola makan anak, olahraga, juga menerapkan program diet. Orang tua khususnya, diharapkan mampu menjadi contoh yang baik untuk anak dari perilaku konsumsi makan, aktivitas tubuh atau olah raga. (http://beingmom.org/index.php/2008/08/02/150).

(9)

Faktor lingkungan ternyata juga mempengaruhi seseorang untuk menjadi gemuk. Jika seseorang dibesarkan dalam lingkungan yang menganggap gemuk adalah simbol kemakmuran dan keindahan maka orang tersebut akan cenderung untuk menjadi gemuk. Selama pandangan tersebut tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal maka orang yang obesitas tidak mengalami masalah psikologis sehubungan dengan kegemukan. Mengetahui faktor penyebab kegemukan maka menemukan penyebab mengapa berat badan tidak kunjung susut. (http://beingmom.org/index.php/2008/08/02/150).

6. Pola Makan

Pola makan adalah gambaran tentang jenis, sumber dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi setiap hari yang sudah merupakan kebiasaan yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat. (Suhardjo, 1992).

Pola makan anak terdiri dari tiga kali makan utama (pagi, siang, malam) dan dua kali makanan selingan (snack). Waktu memberikan makanan selingan adalah diantara dua waktu makan, tepatnya di antara waktu makan pagi dan makan siang serta di antara makan siang dan makan malam. Waktunya jam 10 pagi dan jam 4 sore.

Porsi makanan selingan adalah 60 - 100 g. Dari sisi nutrisi, makanan kecil harus melengkapi kebutuhan gizi utama anak. Seperti protein sebagai zat pembangun, karbohidrat dan lemak sebagai sumber tenaga, vitamin dan mineral untuk menjaga serta memelihara kesehatan tubuh. Menu menu makan anak harus mengandung nutrisi yang seimbang. Seperti zat tenaga, pembangun, dan zat pengatur. (Wikipedia, 2009).

D. Cara Penanggulangan Obesitas

1. Diet (http://beingmom.org/index.php/2008/08/02/150) a. Diet rendah lemak (low fat diet)

Komposisi makanan yang banyak sayur, buah dan nasi. Tidak perlu berhenti memakan makanan dengan kandungan lemak tinggi, tapi hanya

(10)

mengurangi jumlah atau diimbangi dengan mengkonsumsi makanan yang mempunyai kandungan rendah lemak.

b. Diet Atkins

Diet Atkins lebih dikenal dengan diet protein berpantang memakan karbohidrat seperti kentang, roti, buah dan sayuran, tetapi mengknsumsi makanan tinggi protein hewani. Waspadai gagal ginjal dan gangguan pada usus.

c. Zona Diet

Zona diet mengkonsumsi sekitar 40% karbohidrat, 30% dari protein dan 30% dari lemak tak jenuh dalam setiap saji. Mengurangi jumlah karbohidrat dalam setiap menu makanan.

d. The Sugar Buster Diet

Sugar Buster merupakan variasi diet yang mengontrol asupan karbohidrat pemicu insulin dan berpantangan makanan yang mengandung gula, wortel, dan jagung termasuk makanan sehat dilarang karena mengandung gula.

e. Diet Rendah Kalori (Very low calories diet)

Hanya boleh mengkonsumsi 800 kalori per hari. Diet ini dapat dilakukan orang yang obesitas, dalam waktu pendek (3-6 bulan) dan harus di bawah pengawasan dokter. Anak-anak, wanita hamil dan menyusui tidak diperbolehkan melakukannya.

2. Terapi

Gejala putus obat yang dialami oleh seseorang penyalahgunaan obat dapat berupa kelelahan kronik (depresi mental, astenia, termor dan gangguan saluran cerna). (Arjatmo, 1981).

Thyroxine memperbesar metabolik rate, tetapi menstimulasi rasa lapar. Amphetmine menyebabkan liposis karena dapat menstimulasi pelepasan adrenalin dan menekan rasa lapar melalui hipotalamus. Akan tetapi obat-obatan tersebut kadang memberikan eiek samping dan khasiatnya hanya selama pemberian obat.

(11)

Pada umunya tidak dianjurkan pemberian obat-obatan tersebut pada anak. (Arjatmo, 1981).

3. Operasi

Operasi hanya dianjurkan pada individu obesitas berat atau abnomal dimana gagal menurunkan berat badan dengan cara konvensional. Penyekatan lambung menciptakan reservoir kecil (30-60 cm) pada bagian proksimal lambung, sehingga membatasi makanan yang dapat sekali dimakan pada gastroplasti (penjepitan lambung), lambung disekat sebagian distal. (Moore, 1997).

4. Alat

Gastric buble adalah plastik yang dapat dikempeskan dan alat ini dimasukkan didalam lambung untuk memenuhi perasaan penuh dan kenyang, digunakan bersamaan dengan diet dan modifikasi perilaku 800-1000 Kkal cairan atau diet lunak dimakan selama gelembung plastik ini ditaruh dilambung. Komplikasi yang terjadi adalah ulkus peptikum, obstuksi pylorus atau usus dan vomitus.(Moore, 1997).

E. Obesitas Pada Anak Sekolah

Usia anak sekolah merupakan masa prumbuhan anak yang cepat. Seorang anak dalam masa ini memerlukan pengarahan dan teladan yang baik serta tepat dalam peraturan makanan yang harus dikonsumsi. (FK PMT AS, 1997).

F. Kerangka Teori

Dalam tinjauan pustaka yang telah dipaparkan, disebut kerangaka teori sebagai berikut :

Karakteristik sosial ibu : • Pendidikan ibu • Pekerjaan ibu • Pengetahuan tentang obesitas P d k i Pola makan Obesitas G tik Lingkungan Hormonal

(12)

Gambar 1. Kerangka Teori

Sumber : Modifikasi dari Berg, 1986 ; Gunawan, 2001 ; Mc Laren, 1973 ; Purwati, 2000 ; Pritasari, 1990 ; Suhardjo, 1992 ; Sunardjo, 1989.

(13)

G. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Karakteristik sosial ibu : • Pendidikan ibu • Pekerjaan ibu

• Pengetahuan tentang obesitas

• Pendapatan per kapita

Konsumsi Zat Gizi Anak : • Konsumsi Energi Anak • Konsumi Protein Anak

Kejadian Obesitas pada anak

Gambar 2. Kerangka Konsep

H. Hipotesis

1. Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian obesitas anak SDN Karanganyar Gunung 05, 06, 07 Semarang.

2. Ada hubungan antara tingkat pekerjaan ibu dengan kejadian obesitas anak SDN Karanganyar Gunung 05, 06, 07 Semarang.

3. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan kejadian obesitas anak SDN Karanganyar Gunung 05, 06, 07 Semarang.

4. Ada hubungan antara pendapatan per kapita keluarga dengan kejadian obesitas anak SDN Karanganyar Gunung 05, 06, 07 Semarang.

5. Ada hubungan antara tingkat konsumsi energi dengan kejadian obesitas anak SDN Karanganyar Gunung 05, 06, 07 Semarang.

6. Ada hubungan antara tingkat konsumsi protein dengan kejadian obesitas anak SDN Karanganyar Gunung 05, 06, 07 Semarang.

Gambar

Gambar 2. Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Arifuddin Tompo (pPI-01) Anang Hari Kristanto (pBI-01) Gusti Ngurah Permana (pBT-01) Hari Nugroho Setiawan (pPI-02) Budi Iskandar Prisantosa (pBI-02) Indun Dewi Puspita (pBT-02).

(1999), yang menguji apakah politik dan dukungan organisasional yang dipersepsikan berhubungan dengan komitmen afektif dan continuance, kepuasan kerja, turnover intent, kinerja

Lighting plan merupakan gambar yang menunjukkan rencana peletakan lighting pada suatu area yang dirancang dilengkapi dengan jenis dan jumlah lighting yang digunakan

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa jawaban responden terhadap minat pembiayaan murābaḥah karena pembiayaan murābaḥah yang direkomendasikan oleh pihak

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang selalu penulis panjatkan atas nikmat, taufik dan hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

Kajian ini merupakan penelitian lapangan field research dengan populasi dan sampelnya adalah para pegawai dan anggota koperasi yang melakukan transaksi wadi’ah, maka

Kegiatan pengolahan dan pemurnian dapat dilakukan secara kerjasama seperti yang dijelaskan pada Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 7 Tahun 2012 tentang

Dalam studi manajemen, kehadiran konflik pendidikan tidak bisa terlepas dari permasalahan keseharian yang dirasakan oleh pengelola lembaga pendidikan. Konflik tersebut