• Tidak ada hasil yang ditemukan

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 9 ALTERNATIF PENGAMANAN DAN KAJIAN RESIKO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 9 ALTERNATIF PENGAMANAN DAN KAJIAN RESIKO"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

KL – 4099 Tugas Akhir

Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari

Bab 9

ALTERNATIF PENGAMANAN DAN

KAJIAN RESIKO

(2)

Bab

ALTERNATIF PENGAMANAN DAN

KAJIAN RESIKO

Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari

9.1

Alternatif Pengamanan

Dalam menangani permasalahan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam, diuraikan beberapa alternatif pengamanan selain dengan menggunakan struktur keras (hard structure) di bawah ini. Dari beberapa alternatif ini kemudian akan diuraikan sebab tidak digunakannya alternatif pengamanan tersebut. Adapun alternatif pengamanannya antara lain:

1. Pengamanan dengan soft structure ( dengan buffer zone mangrove / coastal forest)

300 m - 1 km Mangrove / Coastal Forest

Sill / Submerged Breakwater

Lumpur

Gambar 9.1 Ilustrasi penerapan metode pengamanan dengan soft structure.

Dalam penerapan alternatif pengamanan ini diperlukan upaya penanaman mangrove (bakau) pada kawasan sepanjang 300 m -1 km dari bibir pantai. Kelemahan perlindungan dengan mangrove ini adalah dibutuhkan waktu yang sangat lama bagi tanaman mangrove ini untuk tumbuh.

Di antara jenis-jenis pohon bakau yang ada, yang sering di jumpai di daerah tropis seperti Indonesia adalah:

(1) “White mangrove” (Laguncularia racemosa) (2) “Red mangrove” (Rhizopora Mangle)

(3)

(3) “Black mangrove” (Avicennia germinans)

Gambar 9.2 Jenis pohon bakau yang dijumpai di Indonesia

2. Do Nothing, relokasi

Erosi Deposisi

Relokasi

Gambar 9.3 Ilustrasi penerapan metode relokasi.

Penerapan alternatif pengamanan ini akan menimbulkan permasalahan sosial dan akan diperlukan lahan luas untuk relokasi penduduk.

(4)

3. Adaptasi

Erosi Deposisi

Adaptasi

Pile

Gambar 9.4 lustrasi penerapan metode adaptasi

Penerapan alternatif pengamanan ini memerlukan desain pondasi bangunan di pinggir pantai berupa pondasi tiang (pile). Alternatif ini tidak meberikan solusi terhadap perbaikan keadaan dan morfologi pantai padahal masyarakat sekitar sangat memerlukan areal pantai untuk melakukan kegiatan sehari-hari.

4. Pengamanan hard structure, meliputi :

a) Pengamanan terhadap crosshore transport 1) Revetment

Revetment dapat dibangun sebagai bangunan pantai yang dibuat terutama

untuk mencegah longsor serta melindungi pergeseran garis pantai karena erosi akibat arus dan gelombang air laut maupun akibat adanya beban bangunan-bangunan lain yang berada di dekat garis pantai tersebut. Umumnya revetment merupakan bangunan pantai konstruksi teringan dibandingkan dengan jenis-jenis bangunan pantai yang lainnya.

(5)

Ilustrasi Penggunaan Revetment

Crosshore Transport

Tanpa bangunan pelindung, pantai akan tergerus

Gambar 9.6 Kondisi pantai sebelum ada revetment

Crosshore Transport Dengan pembuatan revetment pada garis pantai , pantai tidak akan tergerus, tetapi tidak ada

penambahan lahan.

Gambar 9.7 Kondisi pantai setelah ada revetment

2) Seawall

Tembok laut biasanya dibangun untuk melindungi pantai atau tebing dari hantaman gelombang laut, sehingga tidak terjadi erosi ataupun abrasi.

Tembok laut pada umumnya dipasang di garis pantai dengan struktur pondasi sampai tanah keras. dan pada kondisi pantai yang curam.

(6)

Gambar 9.8 Contoh penggunaan seawall (tembok laut)

Ilustrasi Penggunaan Seawall (Tembok Laut)

Crosshore Transport

Tanpa bangunan pelindung, pantai akan tergerus

Gambar 9.9 Kondisi pantai sebelum ada seawall (tembok laut)

Crosshore Transport Dengan pembuatan seawall pada garis pantai ,

pantai tidak akan tergerus, tetapi tidak ada penambahan lahan.

(7)

3) Offshore Breakwater

Menghadang gelombang di wilayah perairan sehingga terbentuk perairan tenang di belakang breakwater dan biasanya terbentuk tombolo. Agar tidak mahal, harus terdapat daerah pantai yang cukup landai. Dalam hal ini armor yang digunakan untuk filter layer adalah bisa berupa kubus beton atau geobag sedangkan cover layer berupa tetrapod.

Gambar 9.11 Contoh penggunaan offshore breakwater

Ilustrasi Penggunaan Offshore Breakwater

Tanpa bangunan pelindung, pantai akan tergerus

Longshore transport

Gelombang

(8)

(1). Dengan pembuatan offshore breakwater pantai tidak tergerus, dan ada penambahan lahan karena terbentuknya tombolo (2). Offshore breakwater dapat melindungi pantai dari serangan

gelombang tegak lurus maupun miring terhadap garis pantai Longshore transport menjadi kecil karena energi

gelombang lemah

Gelombang

Gambar 9.13 Kondisi pantai setelah ada offshore breakwater

b) Pengamanan terhadap longshore transport 1) Revetment

2) Seawall

3) Offshore Breakwater 4) Groin.

Groin atau sistem groin dibangun untuk menstabilkan sebuah bentang pantai, alami atau pantai yang diisi pasir terhadap erosi yang disebabkan terutama oleh kehilangan sedimen netto searah pantai.

Groin hanya berfungsi jika transpor sedimen sejajar pantai (longshore transport) dominan.

Groin merupakan struktur yang sempit, biasanya lurus dan tegak lurus terhadap pantai awal. Pengaruh groin tunggal adalah akresi sedimen pada sisi hulu dan erosi pada sisi hilirnya; pengaruh keduanya mencapai jarak tertentu dari struktur. Akibatnya, sebuah sistem groin (satu seri groin) menghasilkan pantai berbentuk “gigi gergaji” di antara medan groin dan perbedaan elevasi pantai antara sisi hulu dan sisi hilir groin

(9)

Garis pantai mula -mula

Akresi

Erosi groin

Q netto = Q right - Q left

Downdrift Updrift

(a) Akresi Erosi di sekitar groin

(b) Seri groin dan bentuk pantai yang dihasilkan

Arah transpor dominan

Q net

Gambar 9.14 Contoh penggunaan groin

Ilustrasi Penggunaan Groin

Longshore Transport Dominan Tanpa bangunan pelindung, pantai akan tergerus

Lokasi Gelombang Pecah / Breaker Line Gelombang

(10)

Dengan pembuatan groin terjadi akresi pada sisi hulu groin dan akresi pada sisi hilir groin

Longshore Transport Dominan Lokasi Gelombang Pecah / Breaker Line

Akresipada hulu groin Erosipada hilir groin Gelombang

Gambar 9.16 Kondisi pantai setelah ada groin

Kerusakan Pantai Manokwari dan Pantai Mansinam terutama diakibatkan oleh adanya

crosshore transport yang dominan sehingga alternatif struktur pengaman pantai yang

diajukan adalah offshore breakwater.

9.2

Penentuan Skala Prioritas

Dalam penentuan alternatif pengamanan terbaik untuk Pantai Pasir Putih, Pasir Ido, Pasir Dua dan Mansinam, Kabupaten Manokwari ditentukan beberapa hal yang harus dibandingkan dalam skala prioritas sebagai berikut.

1) Ketersediaan Material

Tabel 9.1 Ketersediaan material di lokasi pekerjaan No Jenis Material Keterangan

1 Batu alam Berdasarkan informasi lokal, batu alam akan sulit didapat karena harus ada pelepasan adat

2 Karung pasir geotekstil

Material ini rawan terhadap vandalism, dan karena dasar pantai berupa karang dikhawatirkan akan robek

3 Cor beton

Material cor beton sesuai untuk digunakan di lokasi pekerjaan karena material sirtu dan semen mudah didapat di lokasi

(11)

Dari tabel diatas bisa disimpulkan bahwa material yang cocok digunakan dalam pembuatan bangunan pantai adalah material cor beton.

2) Keuntungan dan Kerugian Masing-Masing Struktur Secara Garis Besar

Tabel 9.2 Tabel perbandingan masing-masing alternatif No Jenis Struktur Perkiraan

Harga/meter Keuntungan Kerugian

1 Revetment kubus

beton Rp. 24.860.000

1. Mudah pengerjaan

1. Lahan di depan revetment akan lenyap dan tidak punya lahan lebih 2. Harga lebih murah

daripada offshore breakwater 2.Tidak mengurangi energi gelombang yang di pantai 3. Metoda melalui darat 2 Seawall (Dengan Toe Protection) Rp 17.319.604 1. Pekerjaan hanya pada saat pasang surut

1. Lahan di depan seawall akan lenyap dan tidak punya lahan lebih

2. Harga lebih mahal daripada revetment 2.Tidak mengurangi energi gelombang yang di pantai Seawall (Tanpa Toe Protection) Rp 12.071.755 3. Struktur harus kokoh, dan tinggi karena menghadang gelombang

3

Offshore Breakwater

( Filter Layer Kubus beton) Rp.40.000.000 1. Pekerjaan bisa melalui darat/laut 1. Harga lebih mahal

2.Ada tambahan lahan di pantai karena proses terjadinya tombolo/salient 3. Mematahkan energi

(12)

keefektifan struktur breakwater dalam meredam gelombang yang datang dari laut dalam yang berdampak pada berkurangnya penggerusan (erosi/abrasi) yang akan terjadi serta kemungkinan timbulnya/bertambahnya areal daratan (salient/tombolo) di belakang struktur breakwater.

9.3

Kajian Resiko Akibat Bahaya Kerusakan Pantai

Resiko adalah suatu besaran yang mengkuantifikasikan seberapa besar kemungkinan dampak dari kerusakan pantai terhadap lingkungan sekitar. Penentuan prioritas pengamanan/kebijakan dalam perencanaan anggaran konstruksi pengamanan pantai dapat didasarkan pada kajian resiko ini. Suatu kajian resiko dapat ditampilkan dalam bentuk peta GIS (Geographical Information System) dimana di dalam peta tersebut didapat kontur resiko pada areal pantai atau suatu coastal cell yang ditinjau.

Besaran Resiko adalah:

R = B x V

Dimana R adalah Resiko; B = Bahaya; V = Vulnerability atau Kerentanan. Dalam halnya peta GIS, dibuat berdasarkan overlay kontur kuantifikasi Bahaya (B) dan Vulnerability (Kerentanan). Dimana rumusan V adalah:

V = PK/KK

Dimana PK = Potensi Kerusakan dan KK = Kapasitas Kesiapan

Potensi Kerusakan (PK) adalah suatu besaran yang menunjukkan suatu potential kerusakan suatu daerah. Sebagai contoh apabila di daerah tersebut terdapat buffer zone berupa hutan pantai/pepohonan, maka daerah tersebut mempunyai PK yang rendah dibanding dengan lokasi tanpa buffer zone. Demikian juga PK suatu tempat umum yang penting artinya yakni suatu pasar akan lebih besar daripada PK pemukiman/tempat ibadah.

Contoh KK (Kapasitas Kesiapan) adalah dapat dikuantifikasikan dari Penghasilan per tahun dari masyarakat, yakni masyarakat dengan penghasilan tinggi/tahun biasanya mempunyai KK yang rendah dibanding masyarakat dengan penghasilan rendah per tahunnya. Dapat pula dilihat dari norma masyarakat, dimana kapasitas kesiapan masyarakat Aceh dalam menghadapi bencana lebih kecil daripada masyarakat Bantul Jogja, dimana kalau di Aceh terjadi bencana maka waktu berkabung dan waktu untuk rekonstruksi lama sekali (bulanan) sedangkan kalau terjadi bencana di Bantul Jogja, maka masyarakat Jogja bisa langsung bergerak untuk bekerja kembali membangun desanya dalam waktu singkat sehari/dua hari. Maka KK di daerah Bantul Jogja lebih tinggi daripada KK di daerah Aceh.

9.4

Bahaya

Bahaya adalah suatu kondisi alam yang tak terhindarkan akan timbul pada suatu areal pantai. Yang dapat dimasukkan ke dalam kategori hazard adalah:

1. Bahaya gelombang akibat badai

2. Kerusakan pantai akibat ketidakseimbangan pasokan sedimen di areal pantai 3. Tsunami

(13)

Dalam halnya kajian resiko di pesisir Manokwari ini, maka yang akan digunakan adalah langsung pada kerusakan pantai yang ada di lokasi. Akan dilakukan Pen-skor-an bahaya seperti tertera di Tabel 9.3 berikut.

Tabel 9.3 Skor derajat kerusakan pantai

No Derajat Kerusakan Pantai Score

1 Parah 10

2 Medium 7.5

3 Ringan 5

4 Tidak Rusak 1

Pemberian keriteria serta pemberian skor derajat kerusakan yang dilakukan merupakan hal yang sangat subjektif dan sangat tergantung pemahaman masing-masing pihak. Namun dalam masalah yang terjadi di Pantai Manokwari dan Pantai Mansinam ini, penulis memberikan kriteria dan derajat pen-skoran seperti pada Tabel 9.3.

9.5

Vulnerability

Vulnerability atau tingkat kerentanan adalah tingkat kerapuhan dari individu, kelompok

atau komunitas masyarakat yang berada di wilayah yang akan diperkirakan terjadinya bencana, Sehingga Vulnerability assesment atau kajian kerentanan adalah determinasi dari tingkat kerentanan masyarakat termasuk faktor fisik dan infrastruktur, sosial, ekonomi, dan faktor lingkungan di sebuah komunitas di area bencana terhadap akibat dari bencana itu sendiri. Kerentanan juga melingkupi kesiapan dan pemahaman masyarakat terhadap potensi bencana yang akan terjadi.

PK (Potensi Kerusakan) yang ada di area pesisir Pantai Manokwari dan Pantai Mansinam dapat digolongkan menjadi beberapa hal seperti Tabel 9.4.

(14)

Tabel 9.4 Skor PK (= Potensi Kerusakan) di area pesisir Pantai Manokwari dan Pantai

Mansinam

No Item Keterangan Skor

1 Pemukiman Nelayan Padat 10

Medium 7.5

Jarang 5

Tidak ada 1

2 Tempat Bersejarah Ada 10

Tidak ada 1

3 Ada buffer zone (pepohonan) Lebat 1

Tidak Lebat 5

Tidak ada 10

4 Sudah ada struktur pengaman pantai

Sudah ada 1

Ada sebagian 5

Tidak ada 10

Sama seperti halnya dengan kriteria dan pen-skoran yang dilakukan terhadap bobot bahaya pada subbab 9.4, kriteria dan pemberian skor pada jenis dan bobot kerentanan ini juga bersifat sangat subjektif, sehingga sangat tergantung dari pandangan masing-masing pihak. Pemberian kriteria dan skor ini dilakukan guna mempermudah saat pelaksanaan pembangunan struktur pengaman pantai guna memastikan bahwa daerah yang akan dilindungi terlebih dahulu merupakan daerah yang sangat memerlukan perlindungan secepatnya, hal itu karena pelaksanaan pembangunan struktur breakwater memerlukan waktu yang tidak sebentar sehingga perlu ditentukan daerah mana yang memerlukan perlindungan terlebih dahulu.

Penilaian terhadap bahaya dan kerentanan (V = PK/CC) akan digambarkan berdasar legenda lokasi yang dituliskan pada peta citra satelit Google seperti di bawah ini:

(15)
(16)

KL – 4099 Tugas Akhir

Desain Pengamanan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 9-

15

Tabel 9.5 Perhitungan Resiko Kerusakan Pantai di Pesisir Manokwari

No Nama Lokasi Rusak/tidak rusak Score KK (Kapasitas Kesiapan) Pemukiman/ Infrastruktur Umum Score

Pemukiman BersejarahTempat

Score Tempat Bersejarah

Ada Buffer

Zone Pohon Score Buffer Ada Struktur Seawall StrukturScore SCORE PKTOTAL

1 Pantai Pasir Dua (Desa

Abasi) Rusak Parah, sudah sampai ke rumah nelayan 10 Medium 7.5 Tidak ada 1 Tidak ada 10 Tidak ada 10 750 1

2 Pantai Pasir Dua Rusak Parah, sudah sampai ke

rumah nelayan 10 Medium 7.5 Tidak ada 1 Tidak ada 10 Tidak ada 10 750 1

3 Pantai Pasir Dua, Rumah

Besar Pribadi Medium 5

Padat 10 Tidak ada 1 Tidak ada 10 Sudah Ada 1 100 1

4 Pasir Ido Rusak Parah, sudah sampai ke

rumah nelayan 10 Medium 7.5 Tidak ada 1 Tidak ada 10 Tidak ada 10 750 1

5 Pasir Putih dekat desa Tidak ada kerusakan 1 Padat 10 Tidak ada 1 Tidak ada 10 Sudah Ada 1 100 1

6 Pantai Pasir Putih Ada kerusakan, tetapi sudah ada

seawall sebagian 7.5

Padat/Ada Infrastruktur

Jalan 10 Tidak ada 1 Tidak Lebat 5 Sudah Ada sebagian 5 250 1

7 Tanjung Pasir Putih 1 Rusak, tapi tak ada penduduk 7.5 Tidak ada 1 Tidak ada 1 Tidak Lebat 5 Tidak ada 10 50 1

8 Pantai Pasir Putih dekat

Kuburan Ada kerusakan, tetapi sudah ada seawall sebagian 7.5 Jarang 5 Tidak ada 1 Tidak Lebat 5 Sudah ada sebagian 5 125 1

9 Tanjung Pasir Putih 2 Rusak parah, pantai curam , gelombang sudah sampai

perumahan nelayan 10 Padat 10 Tidak ada 1 Tidak Lebat 5 Tidak ada 10 500 1

10 Pantai Barat Mansinam Medium 5 Tidak Ada 1 Tidak ada 1 Lebat 1 Tidak ada 10 10 1

11 Monumen Pendaratan Ringan 2.5 Padat 10 Ada 10 Tidak ada 10 Tidak ada 10 10000 1

12 Dermaga Eksisting Ringan 2.5 Padat 10 Tidak ada 1 Tidak ada 10 Tidak ada 10 1000 1

13 Pantai Utara Mansinam Ringan 2.5 Padat 10 Tidak ada 1 Tidak Lebat 5 Tidak ada 10 500 1

14 Pantai Timur Mansinam Medium 5 Tidak Ada 1 Tidak ada 1 Lebat 1 Tidak ada 10 10 1

Kerentanan (Vulnerability)

PK (Potensi Kerusakan) Tingkat Bahaya (Hazard/Kerusakan Pantai)

(B)

(17)

Tabel 9.6 Perhitungan Resiko Kerusakan Pantai di Pesisir Manokwari ( Sudah Diurutkan)

5

khusus khusus

(18)

9.6

Lokasi yang Tidak Perlu Pengamanan

Dari Tabel 9.6, didapat bahwa Urutan Prioritas adalah mulai dari Monumen Pendaratan, walau hanya terdapat kerusakan ringan, tetapi arti historis yang besar menyebabkan lokasi ini menempati ranking no 1.

Penulis merekomendasikan bahwa mulai urutan ranking 8 – 14 tidak diperlukan pengamanan pantai sama sekali, alasannya dapat dilihat pada Tabel 9.7 dan Tabel 9.8.

Tabel 9.7 Daftar Lokasi yang tak perlu pengamanan di Pantai Manokwari

Tabel 9.8 Daftar Lokasi yang tak perlu pengamanan di Pantai Mansinam

9.7

Lokasi Perlu Pengamanan dengan Catatan Khusus

Sedangkan lokasi nomor 6 (ranking 7 pada Tabel 9.6) penulis merekomendasikan suatu bentuk perlindungan revetment yang merupakan pelindung bagi jalan raya di belakangnya. Nomor 6 adalah pada Pantai Pasir Putih dimana terdapat lokasi jalan raya yang sangat dekat di belakangnya.revetment dibuat di lokasi tersebut guna memastikan bahwa di lokasi tersebut benar-benar tidak akan terjadi penggerusan dan garis pantai tidak akan mengalami kemunduran yang dapat mengganggu keberadaan jalan raya di belakangnya.

(19)

Gambar 9.18 Lokasi dengan nomor legenda 6 diusulkan revetment untuk melindungi

jalan raya di belakangnya. .

Untuk lokasi nomor 8 (ranking 9 pada Tabel 9.6) yakni pada lokasi Pantai Pasir Putih dekat kuburan, jika akan dilindungi penulis merekomendasikan untuk meneruskan tipe pengamanan pantai yang sekarang sudah ada di di lokasi dengan catatan:

1. Menambahkan toe protection yang cukup dengan lebar sekitar 2-3 meter berupa tambahan batu ukuran 100-300 kg. Kedalaman pondasi/toe protection adalah ditambah agar dasar pondasi seawall adalah pada -1.0 (kedalaman 3 meter di bawah elevasi +2.0), agar pada saat muka air di +0.00 dan terjadi gelombang yang menggerus kaki, tidak terjadi keruntuhan fondasi seawall akibat scour

2. Elevasi atas sekarang adalah = +2.0 + 1.0 = +3.0. Sedangkan menurut perhitungan, elevasi atas seawall yang cukup agar tak terjadi overtopping adalah sekitar +3.60. Sehingga elevasi atas seawall harus ditambah sekitar 60 cm.

3. Penambahan drainase di belakang seawall agar air limpasan dari gelombang mengalir dengan baik, dan kemudian dialirkan ke depan seawall (sisi gelombang)

(20)

Gambar 9.19 Lokasi pada pantai pasir putih dekat kuburan yang sudah ada

pengamanan pantai berupa seawall, yang kurang adalah toe protection

Gambar 9.20 Lokasi pasir putih dekat kuburan yang sudah dibangun seawall, yang

(21)

Kekurangan dari pembuatan seawall tersebut adalah :

1) Tidak tampak adanya toe protection yang dapat berakibat terjadinya scour (erosi pada kaki struktur) dan selanjutnya seawall akan runtuh.

2) Elevasi atas seawall juga kurang, karena untuk mencegah overtopping, perlu elevasi sampai +3.60. Saat ini elevasi atas adalah sekitar +3 meter saja.

3) Pondasi seawall kurang dalam. Sebaiknya pondasi seawall terletak pada kedalaman -1.0 .(Keterangan elevasi adalah berdasarkan LLWL),

4) Perlu drainase di belakang seawall dan pipa suling setiap 25 meter di badan seawall untuk mencegah penumpukan air limpasan di belakang seawall yang berakibat timbulnya tekanan besar di belakang seawall, bisa meruntuhkan seawall.

(22)

10 Contents

Bab ... 1

ALTERNATIF PENGAMANAN DAN KAJIAN RESIKO... 1

Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari ... 1

9.1 Alternatif Pengamanan ... 1

9.2 Penentuan Skala Prioritas ... 9

Setelah dilakukan berbagai pertimbangan (tanpa memprioritaskan unsur biaya), akhirnya dipilih bangunan pelindung pantai berupa offshore breakwater untuk mengatasi permasalahan erosi/abrasi yang terjadi di lokasi Pantai Manokwari (Pasir Putih, Pasir Ido, Pasir Dua) dan Pantai Mansinam... 10

Pemilihan struktur offshore breakwater yang digunakan untuk mengatasi penggerusan (erosi/abrasi) yang terjadi di Pantai Manokwari dan Pantai Mansinam ini didasarkan pada keefektifan struktur breakwater dalam meredam gelombang yang datang dari laut dalam yang berdampak pada berkurangnya penggerusan (erosi/abrasi) yang akan terjadi serta kemungkinan timbulnya/bertambahnya areal daratan (salient/tombolo) di belakang struktur breakwater. ... 10

9.3 Kajian Resiko Akibat Bahaya Kerusakan Pantai ... 11

9.4 Bahaya ... 11

9.5 Vulnerability ... 12

9.6 Lokasi yang Tidak Perlu Pengamanan ... 17

9.7 Lokasi Perlu Pengamanan dengan Catatan Khusus ... 17

Tabel 9.1 Ketersediaan material di lokasi pekerjaan ... 9

Tabel 9.2 Tabel perbandingan masing-masing alternatif ... 10

Tabel 9.3 Skor derajat kerusakan pantai ... 12

Tabel 9.4 Skor PK (= Potensi Kerusakan) di area pesisir Pantai Manokwari dan Pantai Mansinam ... 13

Tabel 9.5 Perhitungan Resiko Kerusakan Pantai di Pesisir Manokwari ... 15

Tabel 9.6 Perhitungan Resiko Kerusakan Pantai di Pesisir Manokwari ( Sudah Diurutkan) ... 16

Tabel 9.7 Daftar Lokasi yang tak perlu pengamanan di Pantai Manokwari ... 17

Tabel 9.8 Daftar Lokasi yang tak perlu pengamanan di Pantai Mansinam ... 17

(23)

Gambar 9.2 Jenis pohon bakau yang dijumpai di Indonesia ... 2

Gambar 9.3 Ilustrasi penerapan metode relokasi. ... 2

Gambar 9.4 lustrasi penerapan metode adaptasi ... 3

Gambar 9.5 Contoh revetment. ... 3

Gambar 9.6 Kondisi pantai sebelum ada revetment... 4

Gambar 9.7 Kondisi pantai setelah ada revetment ... 4

Gambar 9.8 Contoh penggunaan seawall (tembok laut) ... 5

Gambar 9.9 Kondisi pantai sebelum ada seawall (tembok laut) ... 5

Gambar 9.10 Kondisi pantai setelah ada seawall (tembok laut) ... 5

Gambar 9.11 Contoh penggunaan offshore breakwater ... 6

Gambar 9.12 Kondisi pantai sebelum ada offshore breakwater ... 6

Gambar 9.13 Kondisi pantai setelah ada offshore breakwater ... 7

Gambar 9.14 Contoh penggunaan groin ... 8

Gambar 9.15 Kondisi pantai sebelum ada groin ... 8

Gambar 9.16 Kondisi pantai setelah ada groin ... 9

Gambar 9.17 Legenda penomoran lokasi yang akan dikaji resiko kerusakannya. ... 14

Gambar 9.18 Lokasi dengan nomor legenda 6 diusulkan revetment untuk melindungi jalan raya di belakangnya. ... 18

Gambar 9.19 Lokasi pada pantai pasir putih dekat kuburan yang sudah ada pengamanan pantai berupa seawall, yang kurang adalah toe protection ... 19

Gambar 9.20 Lokasi pasir putih dekat kuburan yang sudah dibangun seawall, yang kurang ada toe protection. ... 19

Gambar

Gambar 9.1  Ilustrasi penerapan metode pengamanan dengan soft structure.
Gambar 9.2  Jenis pohon bakau yang dijumpai di Indonesia
Gambar 9.4  lustrasi penerapan metode adaptasi
Ilustrasi Penggunaan Revetment
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perkotaan Yogyakarta memiliki angka pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, dari rentang delapan tahun didapatkan hitungan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 4,95% dengan

Pada viskometer digital, viskositas air gula di tentukan dengan cara mengaduk larutan air gula dengan pengaduk yang telah ada pada alat tersebut, semakin kental suatu

Setelah mencapai target Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015, target SDGs adalah memastikan ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi berkelanjutan bagi

Kesimpulan dari penelitian ini adalah konsentrasi protein antigen ES E gigantica asal sapi lokal Kabupaten sigi yang diperoleh, berkisar 0,430- 0,699 mg/ml memiliki

Dengan menggunakan prinsip MVC suatu aplikasi dapat dikembangkan sesuai dengan kemampuan developernya, yaitu programmer yang menangani bagian model dan controller,

Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah keragaan hibrida hasil persilangan intraspesifik 4 populasi ikan nila ( Red NIFI, NIRWANA, Merah lido, dan BEST,) secara

Jumlah produksi minimal perminggu setiap usaha rotan yang ada di Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru untuk produk keranjang motor tertinggi yaitu terjadi pada usaha “ Dona

Semua itu keadaan yang sempurna yang berasal dari kodrat Dzat Yang Maha Mulia, sudah tidak ada rasa. didalamnya, tinggalah nama Alloh yang terpatri dan ditambah lagi