• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Saya mendapatkan data dan literatur dari berbagai sumber. Salah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 DATA DAN ANALISA. Saya mendapatkan data dan literatur dari berbagai sumber. Salah"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

DATA DAN ANALISA

2.1 Data dan Literatur

Saya mendapatkan data dan literatur dari berbagai sumber. Salah satunya adalah Buku Saku Anti Korupsi “Memahami Untuk Membasmi” yang didapat dari KPK. Selain itu beberapa artikel koran yang berhubungan dan website resmi KPK juga menjadi sumber data.

2.1.1 Literatur

2.1.1.1 Buku

Buku Saku Anti Korupsi “Memahami Untuk Membasmi”.

2.1.1.2 Internet

(2)

2.1.1.3 Artikel

Harian Kompas 21 Februari 2007

Koran Seputar Indonesia 28 Februari 2007 Harian Kompas 22 Oktober 2005

(3)

2.1.2 Pengertian Korupsi

Definisi korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere = busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) menurut Transparency International adalah perilaku pejabat publik, baik politikus|politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalah gunakan kekuasaan public yang dipercayakan kepada mereka. Hal ini banyak terjadi di Indonesia..

Dari sudut pandang hukum, perbuatan korupsi mencakup unsur-unsur:

• Melanggar hukum yang berlaku. • Penyalahgunaan wewenang. • Merugikan negara.

• Memperkaya pribadi/diri sendiri.

Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah|pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, di mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali. Sangat ironis namun ini terjadi.

(4)

Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele atau berat, terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal seperti penjualan narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini saja. Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting untuk membedakan antara korupsi dan kriminalitas|kejahatan. Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara yang dianggap korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada yang legal di satu tempat namun ada juga yang tidak legal di tempat lain.

2.1.2.1 Kondisi yang Mendukung Munculnya Korupsi

• Konsentrasi kekuasan di pengambil keputusan yang tidak bertanggung jawab langsung kepada rakyat, seperti yang sering terlihat di rezim-rezim yang bukan demokratik.

• Kurangnya transparansi di pengambilan keputusan pemerintah

• Kampanye-kampanye politik yang mahal, dengan pengeluaran lebih besar dari pendanaan politik yang normal.

• Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar.

• Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan "teman lama".

• Lemahnya ketertiban hukum. • Lemahnya profesi hukum.

(5)

• Kurangnya kebebasan berpendapat atau kebebasan media massa. • Gaji pegawai pemerintah yang sangat kecil.

• Rakyat yang cuek, tidak tertarik, atau mudah dibohongi yang gagal memberikan perhatian yang cukup ke pemilihan umum.

• Ketidakadaannya kontrol yang cukup untuk mencegah penyuapan atau "sumbangan kampanye".

2.1.2.2 Dampak negatif

a. Demokrasi

Di dalam dunia politik, korupsi mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan yang baik (good governance) dengan cara menghancurkan proses formal.

b.

Ekonomi

Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi dan ketidak efisienan yang tinggi. Dalam sektor privat, korupsi meningkatkan ongkos niaga karena kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos manajemen dalam negosiasi dengan pejabat korup, dan resiko pembatalan perjanjian atau karena penyelidikan.

(6)

c. Kesejahteraan Umum Negara

Korupsi politis berarti kebijaksanaan pemerintah sering menguntungkan pemberi sogok, bukannya rakyat luas. Satu contoh lagi adalah bagaimana politikus membuat peraturan yang melindungi perusahaan besar, namun merugikan perusahaan-perusahaan kecil (SME). Politikus-politikus "pro-bisnis" ini hanya mengembalikan pertolongan kepada perusahaan besar yang memberikan sumbangan besar kepada kampanye pemilu mereka.

d. Bentuk-bentuk Penyalahgunaan

Korupsi mencakup penyalahgunaan oleh pejabat pemerintah seperti penggelapan dan nepotisme, juga penyalahgunaan yang menghubungkan sektor swasta dan pemerintahan seperti penyogokan, pemerasan, campuran tangan, dan penipuan.

e. Penyogokan: Penyogok dan Penerima Sogokan

Korupsi memerlukan dua pihak yang korup: pemberi sogokan (penyogok) dan penerima sogokan. Di beberapa negara, budaya penyogokan mencakup semua aspek hidup sehari-hari, meniadakan kemungkinan untuk berniaga tanpa terlibat penyogokan.

Negara-negara yang paling sering memberikan sogokan pada umumnya tidak sama dengan negara-negara yang paling sering menerima sogokan.

(7)

Duabelas negara yang paling kurang korupsinya, menurut survey persepsi oleh Transparansi Internasional di tahun 2001 adalah sebagai berikut (disusun menurut abjad):

Australia, Kanada, Denmark, Finlandia, Islandia, Luxemburg, Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Singapura, Swedia, dan Swiss

Menurut survei yang sama, tigabelas negara yang paling korup adalah (disusun menurut abjad):

Azerbaijan, Bangladesh, Bolivia, Kamerun, Indonesia, Kenya, Nigeria, Pakistan, Filipina, Rusia, Tanzania, Uganda, dan Ukraina

Di mana pun di dunia ini korupsi tidak pernah bisa dihapus secara mendadak. Menurut Muchtar Buchori, seorang Pendidik, dalam artikelnya di Harian Kompas, 21 Februari 2007, penyusutan, pemudaran, dan pelumpuhan korupsi dari suatu bangsa selalu berangsur-angsur. Dalam kasus Indonesia, mungkin diperlukan 15-20 tahun sebelum kita bisa merasakan, korupsi benar-benar terkendalikan dalam kehidupan kita. Tentu bukan pekerjaan yang mudah. Mengapa? Karena korupsi bukan suatu bahaya di luar diri kita. Benih-benih korupsi ada dalam tubuh kita sebagai bangsa. Bangsa adalah keseluruhan, dari lapisan-lapisan generasi yang ada pada suatu waktu. Generasi tua menurun ke generasi dewasa, generasi hampir dewasa, generasi remaja, sampai ke generasi muda. Dengan demikian, mengendalikan atau mengurangi korupsi bagi suatu bangsa adalah keseluruhan .upaya untuk melahirkan generasi baru yang mampu mengembangkan sistem nilai yang menolak korupsi secara lebih tegas, lebih definitif daripada yang kita lakukan pada saat ini. Kita memerlukan usaha

(8)

lebih.

Dalam konteks pendidikan antikorupsi ini yang penting untuk ditekankan ialah tujuan pendidikan nilai bukan memupuk ke-maniran beretorika tentang nilai-nilai atau tentang suatu ideologi. Yang jauh lebih penting ialah menggunakan pengetahuan tentang dan ketaatan terhadap nilai-nilai untuk memupuk kemampuan membimbing bangsa ke pembaruan cara hidup (way of life), sesuai realitas yang ada serta aspirasi tentang masa depan yang masih hidup dalam diri bangsa.

2.1.3 Wawancara

2.1.3.1 Siswa/Siswi SMA

Dari tiga orang siswa/siswi SMA yang diwawancarai dan diminta pendapatnya mengenaik korupsi, semuanya menginginkan Indonesia bebas dari korupsi. Menurut mereka, pendidikan di sekolah untuk membangun karakter manusia yang jujur dan bersih belum baik. Mereka butuh sesuatu yang segar di luar kurikulum sekolah. Berikut adalah penuturan beberapa orang remaja.

Menurut ES, siswi SMA Tarakanita - 17 tahun, kekuasaan yang dimiliki para pejabat membuka peluang yang sangat lebar untuk melakukan korupsi. Faktor kedua adalah adanya kesempatan untuk melakukan korupsi. Sebagai siswi SMA, ES melihat di sekolah pun banyak peluang untuk

(9)

melakukan korupsi kecil-kecilan. Misalnya apabila sekolah sedang membuat sebuah acara komersil, disitulah terdapat peluang yang sangat besar.

DA, siswi SMA 78 – 18 tahun, mengaku tidak akan mau jatuh ke lubang yang sama apabila ternyata orang tuanya adalah koruptor. Itu akan menjadi sebuah kenyataan yang memalukan. Namun, tidak perlu memiliki orang tua koruptor dulu untuk menghindari itu di masa mendatang. Dengan kesadaran tinggi, DA sangat menjauhi kegiatan-kegiatan yang merugikan orang dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Ketika ditanya tentang peluang bersihnya Indonesia dari korupsi, RW, siswa SMA 112 – 16 tahun, dengan tegas mengatakan bahwa untuk bersih ke akar-akarnya tidak akan terjadi. Selama mental orang Indonesia mau “membeli” dan mudah “dibeli”, maka semua itu tidak akan terwujud. Namun, setidaknya kita dapat mengurangi kasus-kasus korupsi dan memulainya dari diri sendiri dan orang-orang terdekat.

Mereka bertiga sepakat bahwa iklan layanan masyarakat yang ditayangkan di televisi adalah media paling ampuh untuk melakukan kampanye ini. Ada visual dan ada audio. Lebih mudah dimengerti dan lebih cepat sampai kepada siswa-siswi SMA.

Salah satu iklan layanan masyarakat yang paling mereka ingat adalah “Imunisasi Bebas Polio”. Menurut ES, logo Imunisasi Bebas Polio itu masih ingat di kepalanya sampai sekarang. Tagline dan jingle “Dan Indonesia pun Bebas Polio” masih sering terngiang di kepalanya.

(10)

Namun menurut RW, iklan layanan masyarakat yang paling dia suka adalah PEMILU. Kata-kata “Inga…Inga..” tidak akan pernah dia lupakan walaupun ketika iklan tersebut tayang, dia masih duduk di bangku SD.

2.2 Komisi Pemberantasan Korupsi

2.2.1 Visi Komisi Pemberantasan Korupsi adalah

“Mewujudkan Indonesia Bebas Korupsi” Visi tersebut merupakan suatu visi yang cukup sederhana namun mengandung pengertian yang mendalam. Visi ini menunjukkan suatu tekad kuat dari KPK untuk segera dapat menuntaskan segala permasalahan yang menyangkut KKN. Pemberantasan korupsi memerlukan waktu yang tidak sedikit mengingat masalah korupsi ini tidak akan dapat ditangani secara instan, namun diperlukan suatu penanganan yang komprehensif dan sistematis.

2.2.2 Misi Komisi Pemberantasan Korupsi adalah

"Penggerak Perubahan untuk Mewujudkan Bangsa yang Anti Korupsi" Dengan misi tersebut diharapkan bahwa komisi ini nantinya merupakan suatu

(11)

lembaga yang dapat "membudayakan" anti korupsi di masyarakat, pemerintah dan swasta di Indonesia. Komisi sadar bahwa tanpa adanya keikutsertaan komponen masyarakat, pemerintah dan swasta secara menyeluruh maka upaya untuk memberantas korupsi akan kandas ditengah jalan. Kita tak ingin ini terjadi.

Diharapkan dengan partisipasi seluruh lapisan masyarakat tersebut, dalam beberapa tahun mendatang Indonesia akan bebas dari KKN.

2.2.3 Kegiatan Komisi Pemberantasan Korupsi

KPK mengadakan lomba-lomba untuk umum dengan tema Anti Korupsi yang meliputi lomba iklan TV, poster, film pendek, film documenter, kartun dan fotografi. Selain itu KPK juga membuat beberapa buah kampanye yang intinya mengajak masyarakat untuk melaporkan apabila mengetahui ada kegiatan korupsi di sekitarnya. KPK juga membuat sebuah buku yaitu Buku Saku Anti Korupsi yang diperuntukkan kepada masyarakat umum.

(12)

2.3 Data Pendukung

2.3.1 Tabel Inisiatif Melakukan Suap

Kasus penyuapan di pemerintahan ternyata masih sangat tinggi. Berdasarkan tabel Inisiatif Melakukan Suap yang dibuat oleh Koran Seputar Indonesia edisi Rabu, 28 Februari 2007, praktik suap baik yang menawarkan maupun ditawarkan masih marak terjadi di instansi pemerintahan. Ironisnya, Badan Peradilan dan Kepolisian meduduki tiga peringkat teratas sebagai instansi yang paling banyak melakukan praktik suap. Kepolisian berada di peringkat

(13)

pertama dengan praktik suap 55% sedangkan badan peradilan meduduki peringkat ketiga dengan 51%.

2.3.2 Buku Saku Anti Korupsi “Memahami Untuk Membasmi”

Buku ini dikeluarkan oleh KPK. Berikut adalah beberapa poin penting yang terdapat di dalam buku tersebut:

• Korupsi muncul dari kebiasaan yang dianggap lumrah dan wajar oleh masyarakat umum, seperti memberi hadiah kepada pejabat dan pegawai negeri atau keluarganya sebagai imbal jasa yang lama-lama berubah menjadi kegiatan sogok.

• Melawan hukum untuk memperkaya diri dan dapat merugikan keuangan negara adalah korupsi.

• Menyalahgunakan kewenangan untuk menguntungkan diri dan dapat merugikan keuanagan negara adalah korupsi.

• Menyuap pegawai negeri adalah korupsi.

• Memberi dan menerima hadiah kepada pegawai negeri karena jabatannya adalah korupsi.

• Menyuap hakim dan advokat adalah korupsi.

• Melakukan penggelapan dan membiarkan penggelapan adalah korupsi. • Memalsukan buku untuk pemeriksaan administrasi adalah korupsi. • Memeras dan melakukan sesuatu yang diluar prosedur adalah korupsi

(14)

• Segala bentuk perbuatan curang yang tidak sesuai dengan hukum adalah korupsi.

2.4 Target Audience

Target audience adalah para orang tua usia 40-55, level A-B, bekerja di instansi pemerintahan/swasta, lifestyle mewah, memiliki jabatan. Alasan pemilihan target adalah orang tua sebagai pemimpin keluarga harus menjadi tauladan bagi anak-anaknya. Orang tua yang bekerja di instansi pemerintahan menjadi target utama karena banyak peluang-peluang untuk melakukan korupsi.

2.5 Analisa

2.5.1 Faktor Pendukung Pemberantasan Korupsi

• Indonesia dengan Kabinet Indonesia Bersatu sangat mendukung pemberantasan korupsi.

• Sebagian masyarakat Indonesia benar-benar menginginkan Indonesia bebas korupsi.

• Adanya Komisi Pemberantasan Korupsi.

(15)

2.5.2 Faktor Penghambat Pemberantasan Korupsi

• Lemahnya kesadaran hukum masyarakat.

• Korupsi sudah terlanjur dianggap sebagai hal yang biasa.

• Banyaknya sogok menyogok untuk mempercepat sebuah proses birokrasi.

• Instansi peradilan dan polisi adalah instansi dengan praktik suap tertinggi.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa campur kode pada judul berita dalam surat kabar harian Kompas edisi 22 Februari-22 Maret 2013 berjumlah 38 data, terdiri atas campur

Pengaruh buruk dari pengelolaan tanah yang berlebihan antara lain rusaknya struktur tanah, menurunkan kandungan bahan organik secara cepat, pengolahan tanah

ara pemekai laporan keuangan ara pemekai laporan keuangan sekto sektor r publi publik k untuk mena"sir untuk mena"sirkan kan in"or in"ormassi yang massi yang

Tidak adanya leukosit dalam sediaan hapus pulasan Gram sampel urine bersih yang dibuat seperti di atas merupakan bukti yang baik bahwa urine tidak terinfeksi.Spesimen urine

Ada tiga sasaran penatalaksanaan tetanus, yakni: (1) membuang sumber tetanospasmin; (2) menetralisasi toksin yang tidak terikat; (3) perawatan penunjang (suportif ) sampai

Laba sebelum pajak turun tajam jadi Rp140,65 miliar dari laba sebelum pajak triwulan tahun lalu yang Rp235,92 miliar karena rugi entitas asosiasi sebesar Rp21,50 miliar dari

Kendala-kendala Yang ditemukan Penyidik Keimigrasian klas I Padang dalam penegakan hukum terhadap penyalahgunaan Izin tinggal tidak terlepas dari pengaruh jumlah

a. Dalam hal tanah dimiliki oleh pemerintah, namun dikuasai dan/atau digunakan oleh pihak lain, maka tanah tersebut tetap harus dicatat dan disajikan sebagai aset