• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. GAMBARAN UMUM KOTA SIBOLGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. GAMBARAN UMUM KOTA SIBOLGA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

IV. GAMBARAN UMUM KOTA SIBOLGA

4.1 Sejarah Kota Sibolga

Kota Sibolga dahulunya merupakan bandar kecil di teluk Tapian Nauli dan terletak di pulau Poncan Ketek. Pulau kecil ini letaknya tidak jauh dari pusat kota Sibolga yang sekarang. Diperkirakan bandar tersebut berdiri sekitar abad ke-18 dan sebagai penguasa adalah "Datuk Bandar".

Kemudian pada zaman pemerintahan kolonial Belanda, pada abad 19 didirikan bandar baru, yaitu kota Sibolga yang sekarang ini ada. Hal ini dikarena pemerintahan kolonial Belanda menganggap bandar di pulau Poncan Ketek akan sulit berkembang. Disamping pulaunya terlalu kecil juga tidak memungkinkan menjadi kota pelabuhan yang fungsinya bukan saja sebagai tempat bongkar muat barang dan juga hasil perikanan tangkap, tetapi juga akan berkembang sebagai kota perdagangan. Akhirnya bandar pulau Poncan Ketek mati, bahkan bekas peninggalannyapun tidak terlihat lagi saat ini. Sebaliknya bandar baru, yaitu kota Sibolga yang sekarang berkembang pesat menjadi kota pelabuhan dan perdagangan. Bukan hanya sebagai pelabuhan jasa barang dan penumpang, kota yang berada di teluk Tapian Nauli ini juga berkembang menjadi pelabuhan yang beraktivitas pada kegiatan perikanan tangkap.

Pada zaman pemerintahan kolonial Belanda, kota Sibolga menjadi ibukota keresidenan Tapanuli dibawah pimpinan seorang residen dan membawahi beberapa "Luka" atau Bupati. Pada zaman revolusi fisik, Sibolga juga menjadi tempat kedudukan Gubernur militer wilayah Tapanuli dan Sumatera Timur bagian selatan. Kemudian dengan dikeluarkannya surat keputusan Gubernur Sumatera Utara nomor 102 tanggal 17 Mei 1946, Sibolga menjadi daerah otonom tingkat D yang luas wilayahnya ditetapkan dengan surat keputusan residen Tapanuli Nomor 999 tanggal 19 Nopember 1946, yaitu daerah kota Sibolga yang sekarang. Sedangkan desa-desa sekitarnya yang sebelumnya masuk wilayah Sibolga On Omne Laden menjadi atau masuk daerah kabupaten Tapanuli Tengah.

Dengan dikeluarkannya Undang-Undang nomor 8 tahun 1956, Sibolga ditetapkan menjadi daerah Swatantra tingkat II dengan nama kota Praja Sibolga

(2)

yang dipimping oleh seorang Walikota, dan daerah wilayahnya sama dengan surat keputusan residen Tapanuli nomor 999 tahun 1946.

Selanjutnya dengan undang-undang nomor 18 tahun 1956, daerah swatantara tingkat II kotapraja Sibolga diganti sebutannya menjadi kotamadya daerah tingkat II Sibolga yang pengaturannya selanjutnya ditentukan oleh undang-undang nomor 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah. Kemudian dengan undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang kemudian dirubah dengan undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah sebutan kotamadya daerah tingkat II Sibolga berubah menjadi kota Sibolga yang statusnya daerah otonom yang dipimpin oleh Walikota.

4.2 Kondisi Fisik Wilayah

Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik kota Sibolga yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis dan kondisi topografi dan iklim.

4.2.1 Kondisi Geografis

Sibolga terletak di pantai barat Sumatera, sejauh 344 km dari kota Medan dengan jalur kearah selatan provinsi Sumatera Utara. Kota ini berada pada sisi pantai teluk Tapian Nauli menghadap kearah laut Hindia. Secara geografis berada antara 1042’ – 1046 LU dan 98044’ – 98048’ BT. Bentuk kota memanjang dari utara ke selatan mengikuti garis pantai, dimana disebelah timur terdiri dari gunung yang cukup terjal dan curam sedangkan disebelah barat berbatasan langsung dengan lautan.

Luas wilayah administrasi keseluruhan seluas 3.536 ha atau 35,36 km2, memiliki lima buah pulau dengan luas total 238,32 ha daratan dan laut seluas 2.171,01 ha. Wilayah administrasi berbatasan dengan wilayah kabupaten Tapanuli Tengah di sebelah utara, timur dan selatan, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan teluk Tapian Nauli atau Samudera Hindia.

4.2.2 Kondisi Topografi dan Iklim

Kota Sibolga berada antara 1-50 meter diatas permukaan laut dan beriklim cukup panas dengan suhu maksimum mencapai 32,80C pada bulan maret dan mei 2010 dengan dengan curah hujan yang cenderung tidak teratur di sepanjang

(3)

tahunnya. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan nopember sebesar 810,5 mm dengan hari hujan terbanyak juga terjadi pada bulan nopember yaitu selama 28 hari. Untuk kelembaban udara tertinggi terjadi pada bulan nopember sebesar 87 persen dengan rata-rata kelembaban udara tahun 2010 sebesar 83 persen.

Sebagian besar lahan di sebelah selatan Sibolga lebih didominasi oleh lereng datar dengan kemiringan lahan 0-2% dengan luas 313.8 ha atau 29.14% dari total luas kawasan Sibolga, sedangkan pada bagian utara berupa perbukitan dengan kemiringan lahan lebih dari 40%, luas daerah ini sendiri diperkirakan mencapai 632.2 ha atau 59.26%, data ini dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Kemiringan lahan kota Sibolga No Kemiringan

Luas (ha)

Jumlah (ha) Persentase (%) Daratan Sumatera Daratan Kepulauan 1 0-2 218.80 95.00 313.8 29.14 2 2-15 73.00 18.00 91.0 8.45 3 15-40 13.00 21.00 34.0 3.16 4 >40 584.36 53.84 638.2 59.26 Total 889.16 187.84 1077.0 100.00

Sumber : BAPPEDA kota Sibolga (2010) 4.2 Pemerintahan dan Sosial Kependudukan

Pada bagian pemerintahan dan sosial kependudukan ini diuraikan mengenai gambaran administrasi pemerintahan kota Sibolga dan kependudukan dan ketenagakerjaan. Masing-masing bahasan tersebut akan diuraikan tersendiri pada bagian di bawah ini.

4.2.1 Pemerintahan

Dari sisi administrasi pemerintahan kota Sibolga terdiri dari empat kecamatan dan 17 kelurahan. Kecamatan Sibolga Utara terdiri dari lima kelurahan yaitu Sibolga Ilir, Simare-mare, Angin Nauli, Hutabarangan dan Huta tongatonga. Untuk kecamatan Sibolga Kota jumlah kelurahannya terdiri dari empat yang terdiri dari Kota Baringin, Pasar Baru, Pancuran Gerobak dan Pasar Belakang. Kecamatan Sibolga Sambas juga terdiri atas empat kelurahan yaitu Pancuran Kerambil, Pancuran Pinang, Pancuran Dewa dan Pancuran Bambu. Dan yang

(4)

terakhir adalah kecamatan Sibolga Selatan yang terdiri dari kelurahan Aek Habil, Aek Muara Pinang, Aek Parombunan dan Aek Manis.

Distribusi luas wilayah tiap kecamatan di kota Sibolga disajikan pada Gambar 6. Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa luas wilayah tiap kelurahan cenderung merata.

Gambar 6 Luas kota Sibolga menurut kecamatan (km2). 4.2.2 Kependudukan dan Tenaga Kerja

Sasaran utama dari pembangunan adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan ini akan tercapai jika pemerintah dapat memecahkan permasalahan kependudukan dengan memahami besaran jumlah penduduk dan sebaran kepadatannya. Disamping kependudukan kondisi sosial masyarakat juga tidak kalah pentingnya diperhatikan untuk mewujudkan sasaran pembangunan tersebut. Tenaga kerja merupakan modal pergerakan roda pembangunan suatu wilayah. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan. Peningkatan jumlah penduduk akan diikuti dengan penambahan jumlah angkatan kerja yang akan menuntut peningkatan penyediaan tenaga kerja.

Jumlah penduduk kota Sibolga pada tahun 2010 dari data BPS (2011a) tercatat sebesar 84.481 jiwa yang terdiri dari 42.408 jiwa penduduk laki-laki dan 42.408 jiwa perempuan sedangkan jumlah rumahtangga tercatat sebesar 18.128 dengan rata-rata laju pertumbuhan tahun 2000 hingga tahun 2010 sebesar 0,3 persen. Jumlah penduduk, rumahtangga dan rata-rata anggota rumah tangga menurut kecamatan dan kelurahan di kota Sibolga tahun 2010 dapat dilihat pada

Sibolga Utara, 3,33 Sibolga Kota, 2,73 Sibolga Sambas, 1,57 Sibolga Selatan, 3,14

(5)

Tabel 6. Jumlah dan kepadatan penduduk ditiap kecamatan dapat dilihat pada Gambar 7.

Tabel 6 Jumlah penduduk, rumah tangga dan rata-rata anggota rumah tangga menurut kecamatan dan kelurahan di kota Sibolga tahun 2010

Kecamatan Kelurahan Jumlah Penduduk (jiwa) Jumlah Rumah Tangga (KK) Rata-rata Anggota Rumah Tangga (jiwa) 1 Sibolga Utara 19.970 4.510 4 Sibolga Ilir 6.123 1.301 5 Angin Nauli 3.533 832 4 Huta Tonga-tonga 2.677 650 4 Huta Barangan 2.209 520 4 Simare-mare 5.428 1.207 4 2 Sibolga Kota 14.304 3.289 4 Kota Baringin 2.173 523 4 Pasar Baru 1.487 397 4 Pasar Belakang 5.397 1.157 5 Pancuran Gerobak 5.247 1.212 4 3 Sibolga Selatan 30.082 6.111 5 Aek Habil 6.325 1.278 5 Aek Manis 9.038 1.916 5 Aek Parombunan 9.871 1.917 5 Aek Muara Pinang 4.848 1.000 5

4 Sibolga Sambas 20.125 4.218 5

Pancuran Pinang 4.724 980 5 Pancuran Kerambil 2.914 651 4 Pancuran Dewa 4.971 1.058 5 Pancuran Bambu 7.516 1.529 5 Sumber : BPS kota Sibolga (2011a)

Gambar 7 Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk di tiap kecamatan.

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000

Sibolga Utara Sibolga kota Sibolga Selatan Sibolga Sambas Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)

(6)

Dengan luas wilayah kota Sibolga, tingkat kepadatan penduduk ditahun 2010 mencapai 7.844 jiwa/km2, dengan sebaran kepadatan ditiap kecamatan bervariasi. Kepadatan penduduk terbesar pada tahun 2010 berada pada kecamatan Sibolga Sambas dengan tingkat kepadatan 12.818 jiwa/km2, diikuti dengan kecamatan Sibolga Selatan sebesar 9.580 km2 lalu kecamatan Sibolga Utara sebesar 5.997 km2 dan kecataman Sibolga Kota sebesar 5.240 km2.

Pasar tenaga kerja di kota Sibolga selalu mengalami penurunan sejak tahun 2008, yang tergambar dari turunnya persentase penduduk usia kerja yang bekerja. Sektor perdagangan, rumah makan dan hotel mendominasi pasar tenaga kerja di Sibolga, dengan persentase 34,88 persen pada tahun 2010, dan selalu meningkat dari tahun sebelumnya, diikuti sektor jasa kemasyarakatan 25,42 persen, kemudian sektor lainnya 18,56 persen. Persentase penduduk yang bekerja menurut golongan umur pada tahun 2010, dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Persentase penduduk yang bekerja menurut golongan umur tahun 2010.

Untuk partisipasi angkatan kerja, BPS kota Sibolga (2011b) mencatat untuk penduduk yang yang berumur 15 tahun keatas pada tahun 2008 mencapai 57,31 persen, 63,13 persen di tahun 2009 dan 70,40 persen di tahun 2010 dengan tingkat pengangguran terbuka ditahun 2008 sebesar 13,69 persen, tahun 2009 17,14 persen dan 17,50 persen ditahun 2010. Penduduk berumur 15 tahun keatas menurut jenis kegiatan utama di kota sibolga dapat dilihat pada Tabel 7.

Persentase tingkat pengangguran terbuka, statistik tenaga kerja kota Sibolga meningkat sejak tahun 2008 hingga tahun 2010. Di tahun 2008 persentase masyarakat yang berstatus sebagai pengangguran terbuka mencapai 13,69 persen, dan tahun 2009 sebesar 17,14 persen dan di tahun 2010 sebesar 17,50 persen.

11,65 14,69 15,21 13,14 12,65 0 2 4 6 8 10 12 14 16 20-24 tahun 25-29 tahun 30-34 tahun 35-39 tahun 40-44 tahun

(7)

Tabel 7 Penduduk berumur 15 tahun keatas menurut jenis kegiatan utama di kota Sibolga tahun 2008-2010

Jenis Kegiatan Utama 2008 2009 2010

I. Angkatan Kerja 37.519 42.441 43.510

1. Bekerja 32.383 35.167 35.894

2. Penganggur 5.136 7.274 7.616

II. Bukan Angkatan Kerja 27.951 24.785 18.295

1. Sekolah 7.942 9.009 4.038

2. Mengurus Rumah Tangga 13.502 12.255 9.471

3. Lainnya 6.507 3.521 4.786

Jumlah 65.470 67.226 61.805

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 57,31% 63,13% 70,40%

Tingkat Pengangguran Terbuka 13,69% 17,14% 17,50%

Sumber : BPS kota Sibolga (2011b)

4.2.3 Sosial Budaya

Pembangunan kualitas hidup penduduk kota Sibolga menjadi prioritas pembangunan daerah. Perkembangan kualitas sumber daya manusia (SDM) kota Sibolga menunjukkan perkembangan yang semakin membaik, hal tersebut antara lain ditunjukkan dengan pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM dihitung berdasarkan tiga indikator yaitu Indeks Pendidikan, Indeks Kesehatan, dan Indeks Daya Beli.

IPM sangat berperan penting dalam perencanaan pembangunan di daerah, karena dengan diketahuinya IPM maka dapat terlihat tingkat kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut. Pemanfaatan IPM dalam perencanaan pembangunan daerah antara lain :

1. Pedoman untuk mengidentifikasi permasalahan pembangunan daerah 2. Sebagai sistem informasi pembangunan manusia

3. Alat pemantau program-program pembangunan manusia

IPM kota Sibolga secara umum pada periode tahun 2009 – 2010 mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 IPM kota Sibolga sebesar 74,82 kemudian ditahun 2010 meningkat menjadi 75,08. Peningkatan nilai IPM ini tentunya sangat ditentukan oleh ketiga komponen IPM itu sendiri, yaitu komponen peluang hidup (dilihat dari angka harapan hidup), komponen pendidikan (dilihat dari angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah) dan komponen daya beli (dilihat dari pengeluaran per kapita). Terjadinya kenaikan pada setiap komponen tersebut berpengaruh pula pada kenaikan nilai IPM. Indeks pembangunan manusia di kota Sibolga dari tahun 2009 – 2010 dapat dilihat pada Tabel 8.

(8)

Tabel 8 Indeks dan kualitas pembangunan manusia kota Sibolga tahun 2009-2010

Tahun IPM Status

2009 74,82 Menengah Atas

2010 75,08 Menengah Atas

Sumber : BPS Kota Sibolga (2011c)

Perhitungan angka IPM tahun 2010 di Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 25 kabupaten dan 8 kota yang dapat dibandingkan tingkat kemajuan pembangunan manusianya. Dari 8 kota yang ada, IPM kota Pematang Siantar (77,51) paling besar dibanding 7 kota yang lain. Dari 25 kabupaten yang ada, kabupaten Nias Barat memiliki IPM terendah yaitu sebesar 66,46.

Secara umum, pada tahun 2010 IPM tertinggi di Sumatera Utara adalah kota Pematang Siantar dan nilai IPM terendah adalah kabupaten Nias Barat. Nilai IPM untuk kota Sibolga (75,08) berada diatas nilai IPM provinsi Sumatera Utara (74,19) dan berada pada posisi 9 dari 33 kabupaten/kota di Sumatera Utara. Nilai IPM kota Sibolga tahun 2009 – 2010 berdasarkan komponennya dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Komponen indeks pembangunan manusia kota Sibolga tahun 2009-2010

Komponen 2009 2010 Angka Harapan Hidup (tahun) 70,17 70,23 Angka Melek Huruf (%) 99,29 99,29 Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 9,63 9,63 Pengeluaran Riil Per Kapita yang telah

disesuaikan (Rp 000) 626,42 629,45

IPM 74,82 75,08

Sumber : BPS Kota Sibolga 2011c

Budaya yang berkembang umumnya dapat dilihat dan disaksikan pada berbagai upacara-upacara seremonial yang dilaksanakan, seperti dalam upacara adat, perkawinan, perayaan dihari-hari bersejarah, festival dan lainnya. Dari sisi sejarah, yang pertama kali mendiami kota Sibolga adalah keturunan batak yang bermarga Hutagalung yang turun dari Silindung, sehingga berbagai corak budaya dari etnis lain serta agama yang dianut, maka terjadilah perpaduan yang mewarnai kebudayaan di Sibolga. Salah satu contoh yang jelas terlihat dari pengaruh perpaduan ini adalah “adat Sumando”, dimana adat ini merupakan campuran dari

(9)

Berbagai adat yang sering dilaksanakan khususnya dalam upacara perkawinan antara lain:

- Budaya Batak Toba, Angkola dan Mandailing dengan filosofinya “Dalihan Na Tolu” serta instrumennya berupa tarian tor-tor, musik gondang dan kain ulos. - Budaya Melayu, Minangkabau yang merupakan bagian dari budaya

Minangkabau dengan menyerap budaya asli daerah setempat.

- Budaya Nias, yang umumnya merupakan bawaan dari budaya pada masyarakat di pulau Nias dengan mengadakan penyesuaian terhadap masyarakat Sibolga.

- Budaya Cina, yang umumnya dilaksanakan oleh masyarakat etnis Cina yang tinggal di Sibolga.

4.3 Perekonomian Daerah

Gambaran mengenai perekonomian daerah yang menjadi fokus dalam bahasan ini adalah meliputi produk domestik regional bruto (PDRB) dan potensi sektor-sektor ekonomi.

4.3.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah dalam suatu periode tertentu dapat ditunjukkan oleh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.

Jika dilihat pertumbuhan dari masing-masing sektor ekonomi, sebagian sektor ekonomi di kota Sibolga tahun 2010 mengalami pertumbuhan yang lebih rendah dan sebagian lagi mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding tahun 2009. Sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya adalah sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa, sedangkan sektor ekonomi lainnya mengalami pertumbuhan yang lebih rendah dibanding tahun sebelumnya (Tabel 10). Pada tahun 2010, sektor yang mengalami laju pertumbuhan tertinggi dibandingkan dengan sektor lainnya masih didomonasi oleh sektor angkutan dan

(10)

komunikasi yang mencapai 12,19 persen. sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor ekonomi dengan pertumbuhan paling rendah yaitu sebesar 0,54 persen.

Sektor perdagangan, hotel dan restoran ditahun 2010 masih sedikit lebih lambat pertumbuhannya yaitu sebesar 4,96 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 5,03 persen. Berbeda halnya dengan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dimana pertumbuhannya sudah bergerak lebih cepat yaitu sebesar 6,16 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 3,94 persen.

Tabel 10 Laju pertumbuhan PDRB tahun 2006 – 20010 menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000 (%)

No. Lapangan Usaha Tahun

2006 2007 2008 2009 2010 1. Pertanian 3,80 4,61 4,95 5,06 4,96 2. Pertambangan dan Penggalian 0,37 1,95 1,41 0,97 0,54 3. Industri Pengolahan 5,64 5,62 5,47 5,22 5,26 4. Listrik Gas dan Air Bersih 2,33 2,59 2,71 2,81 2,99 5. Bangunan 5,19 5,99 5,92 5,97 4,10 6. Perdagang, Hotel dan Restoran 4,12 4,44 5,24 5,03 4,96 7. Pengangkutan dan Komunikasi 9,77 9,98 10,26 11,37 12,19 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa 6,26 6,38 6,32 3,94 6,16 9. Jasa-jasa 5,16 4,80 4,93 4,61 5,22 PDRB 5,22 5,53 5,85 5,70 6,04

Sumber: BPS kota Sibolga (2011d)

Laju pertumbuhan yang tinggi dari suatu kelompok ekonomi tidak berarti bahwa sektor yang bersangkutan merupakan sumber pertumbuhan yang tinggi pula. Bila diurutkan berdasarkan laju pertumbuhan maka sektor pengangkutan dan komunikasi berada di peringkat teratas diikuti oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa, sektor industri pengolahan, sektor jasa -jasa, sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor bangunan, sektor listrik gas dan air bersih, serta sektor pertambangan dan penggalian.

4.3.2 Potensi Sektor-Sektor Ekonomi

Potensi sektor-sektor ekonomi yang dijelaskan dalam bahasan ini adalah potensi sektor-sektor ekonomi yang memiliki sumbangan terbesar terhadap PDRB di kota Sibolga yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor industri pengolahan.

(11)

Dari struktur ekonomi sektoral, kontribusi atau peranan sektor-sektor ekonomi di kota Sibolga, peranan sektor pertanian tetap dominan dalam pembentukan PDRB daerah seperti halnya pada tahun-tahun sebelumnya. Kontribusi sektor ini paling besar dibandingkan sektor-sektor ekonomi lainnya yaitu mencapai 23,13 persen. Faktor yang menyebabkan tingginya kontribusi sektor ini berasal dari subsektor perikanan khususnya perikanan tangkap.

4.3.2.1 Perikanan

Aktivitas kegiatan perikanan di kota Sibolga yang dominan ada pada kegiatan perikanan tangkap. Ini dapat dilihat dari produksi ikan yang dihasilkan. Dari total produksi ikan pada tahun 2010, produksi ikan tangkap mencapai nilai 52,69 ribu ton, sedangkan produksi perikanan budidaya hanya sebesar 6,31 ton atau 99,99 persen produksi ikan ada pada kegiatan perikanan tangkap. Untuk produksi ikan yang didaratkan di kota Sibolga pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Ikan yang didaratkan di kota Sibolga pada tahun 2010

Jenis alat tangkap Triwulan I (Ton) Triwulan II (Ton) Triwulan III (Ton) Triwulan IV (Ton) Tahun 2010 (Ton) Pukat tarik 3.057,50 2.843,50 3.213,10 3.148,90 12.263,00 Pukat cincin 4.334,3 4.030,9 4.554,9 4.463,8 17.383,9 Jaring insang hanyut 209,0 194,3 219,6 215,2 838,1 jaring insang tetap 639,0 594,2 671,5 658,1 2.562,8 Jaring tiga lapis 139,6 129,8 146,7 143,7 559,8 Bagan perahu 1.885,1 1.753,2 1.981,1 1.941,5 7.560,9 Rawai tetap 695,9 647,1 731,3 716,6 2.790,9 Pancing ulur 1.579,5 1.468,0 1.659,9 1.626,7 6.334,1 Bubu 598,3 556,5 628,8 616,2 2.399,8 Jumlah 13.138,2 12.217,5 13.806,9 13.530,7 52.693,3

Sumber : DKPP kota Sibolga (2011)

Ikan yang didaratkan di Sibolga didominasi dari hasil tangkapan pukat udang. Alat tangkap ini merupakan alat tangkap yang cukup banyak beroperasi di Sibolga. Jika dibandingkan dari jumlah armada penangkapannya, pukat cincin merupakan alat tangkap yang mendominasi di Sibolga, namun hasil tangkapan pukat cincin masih berada di bawah pukat udang. Hal ini dapat terjadi karena kebanyakan pukat udang di Sibolga merupakan modifikasi dari trawl yang sudah

(12)

dilarang beroperasi di pantai Barat Sumatera. Hasil tangkapan pukat udang nelayan Sibolga memiliki keanekaragaman yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan pukat cincin.

Perdagangan perikananan tangkap di Sibolga tentunya didukung oleh sumberdaya ikan yang didaratkan di pelabuhan perikanan. Untuk pasar lokal (dalam negeri) sebagian besar ikan ini dijual langsung ke Belawan, Padang dan Pekanbaru. Untuk pasar ekspor luar negeri ikan biasanya dimasukkan dalam

sterofoam dan langsung dikirim melalui pelabuhan Belawan.

DKPP kota Sibolga (2011) mencatat bahwa untuk perikanan budidaya, komoditi ikan yang diproduksi terdiri dari beberapa spesies ikan. Untuk ikan budidaya air tawar, jenis ikan yang dipelihara terdiri dari lima jenis ikan yaitu ikan Mas, Nila, Mujahir, Lele dan Garing/Merah dengan angka produksi di tahun 2010 sebesar 6,3 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 89.810.000, sedangkan untuk komoditi ikan budidaya air laut, jenis ikan yang dibudidayakan terdiri dari lima jenis ikan diantaranya ikan Kerapu, Kakap, Baronang, Kuwe dan Kepiting dengan angka produksi di tahun 2010 sebesar 17,65 ton dengan nilai produksi sebesar Rp 139.815.000. Produksi ikan budidaya di kota Sibolga tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Produksi ikan budidaya di kota Sibolga tahun 2010 Jenis Budidaya

Triwulan Total Nilai

Produksi (Rp)

I II III IV

TON Budidaya Air Tawar

Mas 0 0.005 0,050 0 990.000

Nila 0,220 0,565 0,725 0 19.365.000

Mujahir 0 0,060 0,125 0 3.085.000

Lele 0,785 1,315 1,928 0,500 65.495.000

Garing/Merah 0 0,015 0,020 0 875.000

Budidaya Air Laut

Kerapu 0 0,050 1,500 0,180 68.740.000

Kakap 0 0,035 0,010 0,025 2.800.000

Baronang 0 0,100 1,100 0,300 29.400.000

Kuwe 0 0,400 0,950 0,300 37.750.000

Kepiting 0 0,030 0,030 0,015 1.125.000

(13)

4.3.2.2 Perdagangan, Hotel dan Restoran

Untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran, jumlah perusahaan/usaha yang terdaftar di Dinas Perindustrian dan Perdagangan di tahun 2010 terdiri dari 96 perusahaan perorangan, 26 dalam bentuk CV, 25 PT dan 4 koperasi. Dari perusahaan/usaha terdaftar tersebut, 72,46 persennya terdiri dari sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel, sedangkan 10,86 persen ada pada sektor bangunan, serta 2,17 persen sisanya bergerak pada sektor pertanian, perkebunan, kehutanan dan perikanan.

Gambar

Gambar 6 Luas kota Sibolga menurut kecamatan (km 2 ).
Tabel 6  Jumlah  penduduk,  rumah  tangga  dan  rata-rata  anggota  rumah  tangga  menurut kecamatan dan kelurahan di kota Sibolga tahun 2010

Referensi

Dokumen terkait

Pardede, Pontas M., 2007, Manajemen Operasi dan Produksi: Teori, Model, dan.. Kebijakan, Penerbit

Simpulan dalam penelitian ini adalah kadar aldosteron dan tekanan darah lebih tinggi pada akseptor kontrasepsi pil k ombinasi ≥3 -5 tahun dibanding akseptor 1-3 tahun1.

bahwa evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan objek dengan.. menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk

Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif korelatif yaitu penelitian yang diarahkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan hubungan antara pola

Menyatakan merek “IKEA” yang terdaftar atas nama TERGUGAT dengan Nomor Pendaftaran IDM000092006 tanggal pendaftaran 09 Oktober 2006 untuk kelas barang/jasa 21, tidak

78 Al bij het onderzoek voor zijn proefschrift merkte Constandse op dat on - danks alle voorsprong die de boeren in de Noordoostpolder hadden, zij lang niet altijd

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatkan hasil belajar siswa dan keterampilan mengajar guru dengan menerapkan model pembelajaran Contextual

Pemodelan curah hujan dengan metode fungsi transfer multi input menunjukkan bahwa kelembapan udara, temperatur serta kecepatan angin dapat dijadikan prediktor yang