• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. pendapatan menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011: p955) Gross inflow of

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. pendapatan menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011: p955) Gross inflow of"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Pendapatan

Terdapat banyak pengertian pendapatan menurut para ahli, pengertian pendapatan menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011: p955) “Gross inflow of

economic benefits during the period arising in the ordinary activities of an entity when those inflows result in increases in equity, other than increases relating to contributions from equity participants”. Yang artinya adalah pendapatan adalah arus masuk bruto dari

manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas selama suatu periode, jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Pendapatan memiliki banyak nama seperti sales, fees, interest,

dividends and royalties.

Sedangkan menurut Skousen, Stice dan Stice (2010: p161) “revenues are inflows

or other enhancements of assets of an entity or settlements of its liabilities (or a combination of both) from delivering or producing goods, rendering services, or carrying out other activities that constitute the entity’s ongoing major or central operations”. Kalimat tersebut dapat diartikan bahwa pendapatan adalah arus masuk atau

penyelesaian kewajiban (atau kombinasi keduanya) dari pengiriman atau produksi barang, memberikan jasa atau melakukan aktivitas lain yang merupakan aktivitas utama atau aktivitas central yang sedang berlangsung. Dapat disimpulkan bahwa pendapatan

(2)

adalah peningkatan asset atau pengurangan liabilities karena aktivitas bisnis perusahaan yang menyebabkan terjadinya perubahan ekuitas.

II.2 Pengakuan Pendapatan

Menurut pendapat Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011: p955) “The revenue

recognition principle indicates that revenue is recognized when it is probable that the economic benefits will flow to the company and the benefits can be measured reliably”.

Yang artinya adalah prinsip pengakuan pendapatan mengindikasikan bahwa pendapatan diakui ketika ada kemungkinan memberikan keuntungan ekonomi kepada perusahaan dan keuntungan tersebut dapat diukur dengan andal..

Menurut Harnanto (2003:389) mengenai pengakuan pendapatan yaitu, “Untuk dapat diakui, pendapatan harus sudah direalisasi (realized) atau, dapat direalisasikan (realizable) dan sudah diperoleh (earned)”.

Sedangkan pengakuan pendapatan menurut Skousen, Stice dan Stice (2010: p386) adalah sebagai berikut :

“Recognition refers to the time when transactions are recorded on the books.

revenues and gain are generally recognized when : 1. They are realized or realizable.

2. They have been earned through substantial completion of the activities involved in the earning process”.

Kalimat diatas dapat diartikan bahwa pengakuan mengacu kepada waktu ketika transaksi dicatat. Pendapatan dan keuntungan biasanya diakui ketika transaksi telah direalisasi atau dapat direalisasi dan ketika transaksi telah diperoleh. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengakuan pendapatan adalah suatu pencatatan kejadian transaksi yang telah

(3)

direalisasikan, dapat direalisasikan, atau telah diperoleh. Dibawah ini adalah tabel 2.1 yang menggambarkan garis waktu dan kriteria pengakuan pendapatan.

Tabel 2.1 Revenue Recognition Time Line and Criteria

Before the Point of Sale Point of Sale After the Point of Sale

Criterion 2 :

Substantially complete

Conditions exist that contractually guarantee subsequent sale.

Criterion 2 is typically satisfied at this point.

Significant effort remains on contract.

Revenue Recognition Time Line and Criteria

EXCEPTION : Revenue can be recognized prior to the point of sale if

NORMAL : Revenue is generally recognized at this point in time.

EXCEPTION : The recognition of revenue must be deferred if :

Criterion 1 : Realized Customer provides a valid promise of payment and

Criterion 1 is typically satisfied at this point.

Customer does not provide a valid promise at time of receipt of product or service or

Sumber : Skousen, Stice, dan stice (2010 : p387) II.3 Biaya

Menurut Witjaksono (2006) terdapat beberapa pendapat mengenai definisi biaya (cost), antara lain :

1. Biaya adalah suatu pengorbanan sumber daya untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

2. Sebagian akuntan mendefinisikan biaya sebagai satuan moneter atas pengorbanan barang dan jasa untuk memperoleh manfaat di masa kini atau masa yang akan datang.

3. Biaya adalah cash atau setara nilai cash yang dikorbankan untuk barang dan jasa yang diharapkan akan membawa manfaat saat ini atau masa depan bagi organisasi.

Carter dan Usry yang diterjemahkan oleh Krista (2006:29) mendefinisikan “Biaya sebagai nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat. Dalam akuntansi keuangan, pengeluaran atau pengorbanan pada saat akuisisi diwakili

(4)

oleh penyusutan saat ini atau di masa yang akan datang dalam bentu kas atau aktiva lain”.

Sedangkan menurut Hansen dan Mowen yang diterjemahkan Fitrisari, D. (2006:40) “biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat saat ini atau dimasa mendatang bagi organisasi. Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya (cost) adalah pengorbanan sumber daya ekonomi (resources) II.4. Perbedaan PSAK No 34 (1994) dan PSAK No 34 (revisi 2010)

Tabel 2.2 Perbedaan PSAK No 34 1994 dengan revisi 2010

Perihal PSAK No 34 (REVISI 2010) PSAK No 34 1994

Penggunaan Istilah

Entitas Perusahaan

Pelanggan Pemberi kerja

Atribut dan alokasi biaya ke kontrak

Biaya peminjaman dapat diatribusikan pada aktivitas kontrak secara umum dan dapat dialokasikan pada kontrak

tertentu Tidak mengatur hal tersebut

Pembebanan biaya kepada pelanggan

Termasuk biaya administrasi umum dan biaya

pengembangan yang penggantiannya ditentukan

dalam persyaratan kontrak Tidak mengatur hal tersebut Sumber: PSAK No 34 (revisi 2010)

Metode pengakuan pendapatan antara IFRS dan US GAAP memiliki perbedaan. Perbedaan diantara keduanya yaitu metode pengakuan pendapatan IFRS menggunakan metode persentase penyelesaian untuk mengakui pendapatan dan beban, namun apabila

(5)

hasil akhir tidak dapat diestimasi, maka menggunakan metode zero-profit . Dilain sisi, US GAAP menggunakan metode persentase penyelesaian, namun apabila tingkat kemajuan tidak terukur maka diharuskan menggunakan metode kontrak selesai.

Selanjutnya sehubungan dengan perbedaan metode pengakuan pendapatan antara IFRS dan US GAAP, maka terdapat perbedaan dalam pengaplikasian metode persentase penyelesaian. IFRS hanya menggunakan satu pendekatan dalam pengukuran persentase penyelesaian yaitu revenue cost approach. Pendekatan ini mengalikan estimasi persentase penyelesaian dengan estimasi total pendapatan untuk menentukan pendapatan yang dihasilkan pada periode tertentu dan mengalikan estimasi persentase penyelesaian dengan estimasi total biaya kontrak untuk menentukan biaya yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan. US GAAP menggunakan 2 pendekatan dalam pengukuran persentase penyelesaian yaitu revenue cost approach dan gross profit approach. Gross

profit approach berbeda dengan IFRS, pendekatan ini mengalikan estimasi persentase

penyelesaian dengan estimasi laba kotor untuk menentukan laba kotor periode tertentu. Karena PSAK mengadopsi pengaturan IFRS, maka perbedaan antara PSAK dan US GAAP tidak berbeda dengan perbedaan yang telah disebutkan diatas antara IFRS dan US GAAP.

II.5 PSAK No 34 (revisi 2010) II.5.1 Kontrak Konstruksi

Pengertian kontrak konstruksi menurut Lam dan Lau (2009: p294) “a

construction contract is a contract specifically negotiated for the construction of an asset or a combination of assets that are closely interrelated or interdependent in terms of their design, technology and function or their ultimate purpose or use”. Yang berarti

(6)

kontrak konstruksi adalah suatu kontrak yang dirundingkan secara khusus untuk konstruksi sebuah asset atau kombinasi dari asset yang erat berhubungan atau saling bergantung dalam hal design, tekhnologi, dan fungsi atau tujuan akhir mereka. Sedangkan menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No 34 mengenai kontrak konstruksi per 17 Desember 2010, kontrak konstruksi adalah suatu kontrak yang dinegosiasikan secara khusus untuk konstruksi suatu aset atau suatu kombinasi aset yang berhubungan erat satu sama lain atau saling tergantung dalam hal rancangan, tekhnologi dan fungsi atau tujuan pokok penggunaan.

Menurut Asiyanto (2003: p101), didalam pelaksanaan suatu proyek, dikenal adanya bermacam – macam kontrak ditinjau dari cara penghitungannya, yaitu :

1. Kontrak cost plus fee

Kontrak tipe ini, nilai kontraknya tidak ditentukan secara pasti, tetapi disesuaikan realisasi biaya yang terjadi kemudian ditambah dengan fee tertentu sesuai kesepakatan, untuk keuntungan kontraktor.

2. Kontrak lump sum

Nilai kontrak dipatok sebesar nilai tertentu sesuai kontrak yang ditanda tangani. Nilai kontrak adalah tetap dan tidak dapat berubah dengan alasan apapun, kecuali ada perubahan gambar desain atau spesifikasi yang diberikan owner.

3. Kontrak unit price

Menurut jenis kontrak ini, yang mengikat adalah unit pricenya, sedang

quantitynya pada saat tender diberikan , dan realisasinya pada saat pembayaran

(7)

Jika hasil kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal, maka pendapatan kontrak dan biaya kontrak yang berhubungan dengan kontrak konstruksi diakui masing – masing sebagai pendapatan dan beban dengan memperhatikan tahap penyelesaian aktivitas kontrak pada tanggal akhir periode pelaporan. Estimasi kontrak yang andal membutuhkan estimasi tingkat penyelesaian, biaya masa depan dan kolektibilitas jumlah piutang.

II.5.2 Pendapatan Kontrak Konstruksi

Pendapatan yang terdapat dalam suatu kontrak konstruksi disebut pendapatan kontrak (contract revenue). Pendapatan Kontrak terdiri dari :

1. Jumlah pendapatan semula yang disetujui dalam kontrak.

2. Penyimpangan dalam pekerjaan kontrak, klaim, dan pembayaran insentif : I. Sepanjang hal ini memungkinkan untuk menghasilkan pendapatan dan II. Dapat diukur secara andal

Pendapatan kontrak diukur pada nilai wajar dari imbalan yang diterima atau akan diterima. Pengukuran pendapatan kontrak dipengaruhi oleh beragam ketidakpastian yang bergantung pada hasil peristiwa di masa depan. Estimasi sering kali perlu untuk direvisi sesuai dengan realisasi dan hilangnya ketidakpastian. Penyebab peningkatan atau penurunan jumlah pendapatan kontrak yaitu :

1. Kontraktor dan pelanggan mungkin menyetujui penyimpangan atau klaim yang meningkatkan atau menurunkan pendapatan kontrak pada periode setelah periode dimana kontrak pertama kali disetujui.

2. Jumlah pendapatan yang disetujui dalam kontrak harga tetap dapat meningkat karena ketentuan – ketentuan kenaikan biaya.

(8)

3. Jumlah pendapatan dapat menurun karena denda yang timbul akibat keterlambatan kontraktor dalam penyelesaian kontrak tersebut.

4. Jika dalam kontrak harga tetap terdapat harga tetap per unit output, pendapatan kontrak meningkat jika jumlah unit meningkat.

Berikut ini merupakan gambar elemen – elemen dari pendapatan kontrak konstruksi. Gambar 2.1 Elements of contract revenue

Sumber : Lam dan Lau (2009 : p298)

II.5.2.1 Tipe Pembayaran Kontrak Konstruksi

Untuk proyek konstruksi, realisasi penerimaan sangat ditentukan oleh cara pembayaran yang telah ditetapkan dalam surat perjanjian atau kontak konstruksi. Menurut Asiyanto (2003: p51), cara pembayaran proyek konstruksi ada bermacam-macam, yaitu :

1. Pembayaran dengan uang muka atau tanpa uang muka 2. Pembayaran bulanan (monthly payment)

Prestasi atau kemajuan penyedia jasa dihitung setiap akhir bulan. Setelah prestasi tersebut diakui pengguna jasa maka penyedia jasa dibayar sesuai prestasi tersebut.

(9)

3. Pembayaran termin (progress payment)

Pembayaran kepada penyedia jasa dilakukan atas dasar prestasi atau kemajuan pekerjaan yang telah dicapai sesuai dengan ketentuan dalam kontrak. Jadi tidak atas dasar prestasi yang dicapai dalam satuan waktu (bulan)

4. Pembayaran sekali di akhir (turn key payment)

Penyedia jasa harus mendanai dahulu seluruh pekerjaan sesuai dengan kontrak. Setelah pekerjaan selesai 100% dan diterima dengan baik oleh pengguna jasa barulah penyedia jasa mendapatkan pembayaran sekaligus.

II.5.3 Biaya Kontrak

Menurut Lam dan Lau (2009) biaya kontrak adalah biaya yang terdiri atas : 1. Biaya yang terkait langsung dengan kontrak.

2. Biaya yang dapat di atribusikan pada aktivitas kontrak pada umunya dan dapat dialokasikan pada kontrak.

3. Biaya lain yang secara khusus dapat dibebankan kepada pelanggan berdasarkan ketentuan kontrak.

Sesuai yang tercantum dalam PSAK No 34 (revisi 2010) mengenai kontrak konstruksi, biaya – biaya yang berhubungan langsung dengan suatu kontrak termasuk :

1. Biaya pekerja lapangan, termasuk penyelia 2. Biaya bahan yang digunakan dalam konstruksi

3. Penyusutan sarana dan peralatan yang digunakan dalam kontrak tersebut

4. Biaya pemindahan sarana, peralatan, dan bahan – bahan dari dan ke lokasi pelaksanaan kontrak

(10)

6. Biaya rancangan dan bantuan tekhnis yang secara langsung berhubungan dengan kontrak

7. Estimasi biaya pembetulan dan jaminan perkerjaan, termasuk yang mungkin timbul selama masa jaminan

8. Klaim dari pihak ketiga.

Biaya – biaya yang dapat diatribusikan pada aktivitas kontrak umum dan dapat dialokasikan pada kontrak tertentu, termasuk :

1. Asuransi

2. Biaya rancangan dan bantuan teknis yang tidak secara langsung berhubungan dengan kontrak tertentu

3. Overhead konstruksi (meliputi biaya seperti penyiapan dan pemrosesan gaji karyawan).

4. Biaya pinjaman.

Biaya tersebut itu dialokasikan dengan menggunakan metode yang sistematis dan rasional dan diterapkan secara konsisten pada semua biaya yang mempunyai karakteristik yang sama. Alokasi tersebut didasarkan pada tingkat normal aktivitas konstruksi.

Biaya yang secara spesifik dibebankan kepada pelanggan sesuai dengan persyaratan kontrak dapat mencakup beberapa biaya administrasi umum dan biaya pengembangan yang penggantiannya ditentukan dalam persyaratan kontrak.

Biaya kontrak meliputi biaya – biaya yang dapat diatribusikan pada suatu kontrak selama periode sejak tanggal kontrak itu diperoleh sampai dengan penyelesaian akhir kontrak. Namun, biaya – biaya yang berhubungan langsung dengan suatu kontrak

(11)

dan terjadi untuk memperoleh kontrak juga dimasukkan sebagai bagian dari biaya kontrak jika biaya tersebut dapat diidentifikasi secara terpisah dan dapat diukur secara andal dan kemungkinan besar kontrak tersebut dapat diperoleh. Jika biaya – biaya yang terjadi untuk memperoleh kontrak diakui sebagai beban pada periode terjadinya, maka biaya tersebut tidak dimasukkan kedalam biaya kontrak ketika kontrak tersebut diperoleh pada periode selanjutnya.

II.5.4 Pengakuan Pendapatan dan Beban Kontrak Konstruksi

Menurut PSAK No 34 paragraf 21 mengenai kontrak konstruksi, jika hasil konstruksi dapat diestimasi secara andal, maka pendapatan kontrak dan biaya kontrak yang berhubungan dengan kontrak konstruksi diakui masing-masing sebagai pendapatan dan beban dengan memperhatikan tahap penyelesaian aktivitas kontrak pada tanggal akhir periode pelaporan.

Dalam hal kontrak harga tetap, hasil konstruksi dapat diestimasi secara andal jika semua kondisi berikut ini dapat terpenuhi :

a) Total pendapatan kontrak dapat diukur secara andal

b) Kemungkinan besar manfaat ekonomik yang berhubungan dengan kontrak tersebut akan mengalir ke entitas

c) Baik biaya kontrak untuk menyelesaikan kontrak maupun tahap penyelesaian kontrak pada akhir periode pelaporan dapat dikukur secara andal dan

d) Biaya kontrak yang dapat diatribusi pada kontrak dapat diidentifikasi dengan jelas dan diukur secara andal sehingga biaya kontrak actual dapat dibandingkan dengan estimasi sebelumnya.

(12)

Terdapat 2 metode akuntansi pengakuan pendapatan dan beban untuk kontrak konstruksi menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011). Kedua metode tersebut adalah :

1. Metode presentase penyelesaian ( percentage-of-completion method)

Perusahaan mengakui revenues dan gross profit berdasarkan pada progress atau kemajuan dari proses konstruksinya sehingga dinamakan metode presentase penyelesaian. Perusahaan mengakumulasi biaya konstruksi ditambah dengan

gross profit yang dihasilkan sampai tanggal tertentu dalam akun inventory

(construction in process), dan termin diakumulasikan dalam akun kontra

inventory (billings on construction in process).

2. Metode perolehan kembali biaya ( cost-recovery method)

Pendapatan kontrak diakui hanya sebatas biaya yang dikeluarkan yang diharapkan akan diperoleh kembali. Ketika semua biaya diakui, keuntungan juga diakui. Perusahaan mengakumulasi biaya konstruksi dalam akun inventory (construction in process) dan termin diakumulasikan dalam akun kontra

inventory (billings on construction process).

Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011) perusahaan harus menggunakan metode presentase penyelesaian (percentage-of-completion method) ketika estimasi

progress penyelesaian, pendapatan, dan biaya dapat diestimasikan dengan handal dan

harus memenuhi semua kondisi yang ada, yaitu :

1. Total pendapatan kontrak dapat diukur dengan handal.

2. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan kontrak akan mengalir kepada perusahaan.

(13)

3. Biaya kontrak untuk menyelesaikan kontrak dan tahap penyelesaian kontrak pada akhir periode pelaporan dapat diukur dengan handal.

4. Biaya kontrak yang disebabkan oleh kontrak dapat diidentifikasi secara jelas dan diukur secara handal sehingga biaya kontrak yang terjadi dapat dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya.

Sedangkan perusahaan harus menggunakan metode perolehan kembali biaya (cost-recovery method) ketika salah satu dari kondisi dibawah ini terpenuhi, yaitu:

1. Ketika perusahaan tidak dapat memenuhi kondisi untuk menggunakan metode presentase penyelesaian (percentage-of-completion method) atau

2. Ketika ada bahaya yang melekat pada kontrak di luar kewajaran, yang dapat menjadi resiko bisnis.

Dalam metode presentase penyelesaian (percentage-of-completion method), perusahaan harus dapat mengukur secara akurat progress penyelesaian. Perusahaan menggunakan beragam metode untuk menentukan sejauh mana penyelesaian yang telah dilakukan. Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011) terdapat 2 metode yang umum digunakan, yaitu :

1. Input measures adalah usaha yang digunakan untuk suatu kontrak berdasarkan

pada hubungan antara unit input dengan produktivitas. Salah satu metode input measures adalah :

a. cost-to-cost basis, metode yang paling banyak digunakan. Dengan

metode ini, tingkat penyelesaian ditentukan dengan membandingkan biaya yang telah terjadi dengan perkiraan terbaru dari total biaya yang diharapkan untuk menyelesaikan proyek tersebut.

(14)

Rumus untuk perhitungan percentage-of-completion, cost-to-cost basis :

Most recent estimate of total costs

Cost incurred to date = percent complete

Rumus untuk perhitungan total revenue to be recognized to date :

revenue (or gross profit) to be recognized to date = estimated total revenue (or gross profit) Percent complete X

Rumus untuk perhitungan amount of current-period revenue, cost-to-cost basis :

revenue (or gross profit) to be recognized to

date

- revenue (or gross

profit) recognized in prior periods

= current-period

revenue (or gross profit)

2. Output measures berkaitan dengan hasil yang dicapai. Termasuk dalam kategori

ini adalah metode-metode yang didasarkan pada unit yang diproduksi, tahapan-tahapan kontrak yang dicapai dan nilai tambah.

II.5.5 Pengakuan Taksiran Rugi

Jika kemungkinan besar terjadi bahwa total biaya kontrak akan melebihi total pendapatan kontrak, maka taksiran rugi segera diakui sebagai beban.

Jumlah kerugian tersebut ditentukan tanpa memperhatikan : 1. Apakah pekerjaan kontrak telah atau belum dilaksanakan. 2. Tahap penyelesaian akivitas kontrak atau

3. Jumlah taksiran laba yang akan diperoleh pada kontrak lain yang tidak diperlakukan sebagai satu proyek tunggal konstruksi.

(15)

II.5.6 Perubahan Estimasi

Metode persentase penyelesaian diterapkan secara kumulatif dalam setiap periode akuntansi terhadap estimasi pendapatan kontrak dan biaya kontrak. Oleh karena itu, pengaruh perubahan dalam estimasi pendapatan kontrak atau biaya kontrak, atau pengaruh perubahan estimasi dari hasil kontrak, dipertanggungjawabkan sebagai perubahan dalam estimasi akuntansi sesuai dengan PSAK No 24(revisi 2009): kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi, dan kesalahan. Perubahan estimasi digunakan sebagai dasar dalam penentuan jumlah pendapatan dan beban yang diakui dalam laba rugi pada periode saat perubahan tersebut terjadi dan periode selanjutnya.

II.5.7 Pengungkapan

Menurut PSAK No 34 (revisi 2010), entitas mengungkapkan :

1. Jumlah pendapatan kontrak yang diakui sebagai pendapatan pada periode.

2. Metode yang digunakan untuk menentukan pendapatan kontrak yang diakui pada periode.

3. Metode yang digunakan untuk menentukan tahap penyelesaian kontrak.

Entitas mengungkapkan hal-hal berikut untuk pekerjaan dalam proses penyelesaian pada akhir periode pelaporan :

1. Jumlah agregat biaya yang terjadi dan laba yang diakui (dikurangi kerugian yang diakui) sampai tanggal pelaporan.

2. Jumlah uang muka yang diterima. 3. Jumlah retensi.

(16)

Entitas menyajikan :

1. Jumlah tagihan bruto kepada pelanggan sebagai aset. 2. Jumlah utang bruto dari pelanggan sebagai liabilities.

Jumlah tagihan bruto kepada pelanggan untuk pekerjaan kontrak adalah selisih antara : 1. Biaya yang terjadi ditambah laba yang diakui, dikurangi

2. Jumlah kerugian dan termin yang diakui, untuk semua pekerjaan dalam proses dimana biaya yang terjadi ditambah laba yang diakui (dikurangi kerugian yang diakui) melebihi termin.

Jumlah utang bruto dari pelanggan adalah selisih antara : 1. Biaya yang terjadi ditambah laba yang diakui, dikurangi

2. Jumlah kerugian yang diakui dan termin, untuk semua kontrak dimana termin melebihi biaya yang terjadi ditambah laba yang diakui (dikurangi kerugian yang diakui)

II.6 Laporan Keuangan

II.6.1 Pengertian Laporan Keuangan

Secara umum laporan keuangan adalah kumpulan informasi akuntansi sebuah instansi atau perusahaan. Ada beberapa pengertian laporan keuangan menurut pendapat para ahli ekonomi yang dapat penulis gunakan sebagai bahan pertimbangan. Menurut Kieso, Weygandt dan Warfield (2011) laporan keuangan adalah sarana utama bagi perusahaan untuk mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pihak luar. Menurut Lam dan Lau (2009) laporan keuangan adalah representasi terstruktur atas posisi keuangan dan performa keuangan entitas. Dari semua pengertian laporan keuangan menurut para ahli ekonomi, penulis dapat menyimpulkan bahwa laporan keuangan

(17)

adalah hasil dari proses akuntansi yang merupakan penghubung antara perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan cara memberikan informasi yang bermanfaat bagi pihak tersebut untuk mengetahui keadaan dan perkembangan perusahaan bersangkutan.

II.6.2 Tujuan Laporan Keuangan

Laporan keuangan memiliki banyak tujuan, yang paling utama adalah memberikan gambaran mengenai keuangan perusahaan kepada para pemangku kepentingan terutama pemegang saham. Menurut Lam dan Lau (2009) tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, performa keuangan dan arus kas dari entitas yang dapat membantu pengambilan keputusan oleh pengguna laporan keuangan. Informasi yang disajikan adalah informasi berorientasi pengguna.

Untuk memenuhi tujuan yang menyediakan informasi berorientasi pengguna, laporan keuangan harus memiliki karakteristik kualitatif yang memadai. Kerangka kerja ini menetapkan empat karakteristik kualitatif pokok, yaitu :

1. Understandability 2. Relevance

3. Reliability 4. Comparability

II.6.3 Komponen Laporan keuangan

Laporan keuangan perusahaan didasarkan pada aturan-aturan akuntansi dan harus memberikan informasi historis, kuantitatif dasar, yang merupakan sekumpulan input yang penting yang digunakan dalam menghitung nilai-nilai ekonomis.

(18)

Menurut PSAK No 1 (revisi 2009), komponen laporan keuangan yang lengkap terdiri dari :

1. Laporan Posisi Keuangan (neraca pada akhir periode). 2. Laporan Laba Rugi Komprehensif selama periode. 3. Laporan Perubahan Ekuitas selama periode. 4. Laporan Arus Kas selama periode.

5. Catatan Atas Laporan Keuangan berisi informasi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lainnya.

6. Laporan Posisi Keuangan Pada Awal Periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan atau ketika entitas mereklasifikasi pos – pos dalam laporan keuangannya.

II.7 Penelitian Terdahulu

Hasil dari penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh :

1. Petriski (University of American College, 2006), dengan penelitian berjudul “The Impact of International Accounting Standards on Firms”. Penelitian ini menjelaskan dampak adopsi IFRS pada laporan keuangan perusahaan dan manajemen perusahaan. Disimpulkan bahwa dampak adopsi IFRS yaitu pengungkapan atas laporan keuangan lebih tinggi, lebih credible, and

comparable, sehingga lebih memudahkan proses pengambilan keputusan.

Manajemen perusahaan menjadi lebih accountable dan biaya yang dikeluarkan lebih rendah.

(19)

2. Narsa (Universitas Airlangga, 1999), dengan penelitian berjudul “Pendekatan Integrasi dengan Basis Biaya Elementer : Alternatif Pengakuan Pendapatan dalam Konstruksi Jangka Panjang”. Penelitian ini membandingkan antara pengakuan pendapatan dengan metode persentase penyelesaian dan dengan pendekatan integrasi. Disimpulkan bahwa hasil pengukuran pendapatan dengan mempergunakan pendekatan integrasi memberikan gambaran yang lebih layak dan wajar jika dibandingkan dengan pendekatan konvensional.

Gambar

Tabel 2.1 Revenue Recognition Time Line and Criteria
Tabel 2.2 Perbedaan PSAK No 34 1994 dengan revisi 2010  Perihal  PSAK No 34 (REVISI 2010)  PSAK No 34 1994
Gambar 2.1 Elements of contract revenue

Referensi

Dokumen terkait

3 Informasi/cerita yang ditulis belum sesuai dengan sifat dari gambar dengan menggunakan bahasa Indonesia yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Kabupaten Klaten telah ada program pemulihan ekonomi masyarakat baik yang berupa bantuan darurat sesaat setelah terjadinya bencana maupun

Sehingga hal ini sesuai dengan data yang diperoleh pada penelitian ini bahwa viskositas polimer yang dihasilkan melalui teknik semikontinu paling besar kemudian teknik seeding 10%

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa gambaran spiritualitas residen narkoba Di Pondok Pesantren Inabah XX mengalami Perkembangan

Table 4 Pengelompokan metode Dari hasil table dapat dilihat bahwa dalam pengembangan PWA metode yang sering digunakan antara agile dan waterfall akan tetapi jika di lihat

d) Pejabat yang berwenang dalam Kepmenhut 10.1/Pkts-II/2000 dibenarkan menerbitkan IUPHHK-HT pada kawasan hutan produksi terbatas maupun kawasan hutan

Kontribusi pengembangan agribisnis dalam upaya peningkatan perekonomian Indonesia dapat dijadikan isu pokok mengingat potensi sektor pertanian Indonesia yang sangat besar, akan

Dalam percobaan fluidisasi ini terdapat beberapa prosedur yaitu, yang pertama menentukan densitas air, dan ukur butiran padatan, yang kedua yaitu ukur diameter