• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Divisi Humas Mabes Polri (Divhumas Polri) merupakan unsur pengawas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. Divisi Humas Mabes Polri (Divhumas Polri) merupakan unsur pengawas"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kepolisian Republik Indonesia (Polri) adalah organisasi pemerintah yang salah satu fungsinya yaitu sebagai pelindung dan penganyom masyarakat Indonesia. Peran Polisi sangat berat dalam melaksanakan fungsinya tersebut mengingat berbagai pelanggaran hukum yang ditangani oleh Polri dari waktu kewaktu semakin meningkat.

Divisi Humas Mabes Polri (Divhumas Polri) merupakan unsur pengawas dan pembantu pimpinan yang berada dibawah Kapolri. Bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi hubungan masyarakat (humas) dilingkungan Polri, mengelola informasi, data, dan dokumentasi yang dapat diakses oleh masyarakat.

Salah satu cara atau upaya dalam membangun reputasi Kepolian Republik Indonesia (Polri), Divhumas Polri mengadakan event pameran lomba video momen Polisiku, yang selenggarakan di Mall Gandaria City dari tanggal 19 sampai 25 Oktober 2015. Salah satu tujuan acara ini adalah Polri ingin mendekatkan diri dan bersatu dengan masyarakat melalui dunia seni sinematografi yang selama ini kurang mendapat perhatian.1

Menurut Kepala Kepolisian Republik Indonesia (KAPOLRI) Drs. Badrodin Haiti, lomba video ini merupakan kegiatan ketiga yang digelar oleh

(2)

Polri, dimulai dari tanggal 23 Juni sampai 31 Juli 2015, sedangkan pameran yang juga berisi hasil video dari lomba video tersebut diselenggarakan pada bulan Oktober 2015.

Berdasarkan pengamatan pra riset, sebelum pameran lomba video momen Polisiku ini diadakan, kegiatan kompetisi video momen Polisiku sudah diadakan terlebih dahulu, dimana kategori peserta dibagi menjadi tiga yaitu kategori umum, kategori jurnalis, dan kategori mahasiswa.

Penulis melihat, kegiatan ini sekaligus menjadi ajang khususnya bagi reputasi Polri sendiri dalam membangun reputasi Polri yang masih belum stabil, melalui pameran lomba video momen Polisiku, dapat menjadi momen dimana masyarakat dapat menyaksikan kegiatan Polri baik kegiatan di dalam daerah maupun di kota melalui rekaman video hasil lomba yang di pamerkan.

Kinerja Polri yang masih diragukan oleh sebagian besar masyarakat, sehingga nama baik Polri atau reputasi Polri masih menjadi permasalahan penting khususnya bagi Divhumas Polri. Reputasi adalah perpaduan kinerja plus citra. Jika kinerja bagus, tetapi citra jelek, reputasi boleh jadi tetap jelek. Sebaliknya, jika kinerja sebenarnya jelek, tetapi citra bagus, reputasi baik tetap bisa diharapkan.

Hal ini bisa menjelaskan situasi internal Polri. Berbagai satuan kerja dan satuan wilayahnya mencatat berbagai keberhasilan dan peningkatan terkait kinerja. Namun, sebagus apa pun jika tidak berkontribusi pada perubahan citra yang makin positif, tetap saja orang berasosiasi dengan hal-hal yang buruk dan jelek saja saat teringat atau bertindak terkait kepolisian.

(3)

Peneliti menjadikan event pameran video momen Polisiku sebagai objek penelitian karena selain ingin membahas mengenai pameran yang merupakan salah satu media PR dalam menyebarluaskan informasi, juga karena pameran video momen Polisiku periode 2015 bersifat kontemporer (masa kini), dan masih diingat dibenak publik yang mengikuti acara pameran tersebut maupun pelaksana, yaitu Divhumas Polri.

Event pameran lomba video momen Polisiku ini juga suatu kegiatan yang

menarik khususnya bagi organisasi besar seperti Polri, karena salah satu material yang dijadikan fokus utama pameran yaitu hasil dari “video moment police competition” yang menampilkan atau lebih menonjolkan sisi humanis Polri. Sifat terbuka pada pameran yang sengaja dibuka untuk umum, dan diadakan di tengah tempat perbelanjaan yaitu Mall di Jakarta menambah alasan peneliti ingin mengetahui lebih lanjut dibalik pelaksanaan event atau kegiatan pameran lomba ini.

Peneliti tertarik menjadikan Divisi Humas Mabes Polri sebagai subjek penelitian dan ingin mengetahui peran Divhumas Polri dalam melakukan fungsinya, karena lembaga pemerintahan sebesar Polri harusnya memiliki reputasi atau nama baik dan mendapat kepercayaan penuh dari masyarakat, tetapi faktanya, masih banyak masyarakat yang kurang percaya dan berpersepsi negatif terhadap kinerja Polri.

Hal tersebut menimbulkan pertanyaan “Apakah selama ini divhumas Polri belum maksimal melaksanakan perannya sebagai divisi yang salah satu fungsinya membuat masyarakat menaruh penilaian positif terhadap Polri?”. Terkait hal

(4)

tersebut, alasan peneliti memilih dan menjadikan model “Peran PR” dalam penelitian ini adalah untuk mencari tahu serta menggambarkan kesamaan dan perbedaan antara praktik yang dilakukan di Divhumas Polri dengan teori peran PR dan hasil riset para peneliti sebelumnya.

Dalam kondisi tersebut profesionalitas dan figuritas oknum Polri atau Polisi harus lebih ditingkatkan demi menjaga nama baik Polisi di mata masyarakat. Polri sebagai organisasi yang mempunyai banyak fungsi dan berperan dalam memelihara keamanan dan memberantas kejahatan, juga membutuhkan kepercayaan dari masyarakat dalam menjalankan fungsinya.

Kepercayaan masyarakat dapat tumbuh dan juga dapat hilang tergantung pada bagaimana aparat Polri mengemban kepercayaan yang sudah diberikan masyarakat. Untuk itu diperlukan keterbukaan informasi, seperti mengenai kegiatan yang dilakukan Polri.

Pentingnya sebuah citra dan reputasi bagi sebuah organisasi, perusahaan maupun lembaga pemerintah, membuat peran Public Relations (PR) semakin dibutuhkan. Meskipun pada pelaksanaan program yang dibuat, PR tetap harus dapat bekerja sama dengan pihak lain, bersinergi untuk dapat mencapai goal yang diinginkan.

Sebuah reputasi lembaga ataupun organisasi merupakan hasil dari citra perusahaan atau instansi yang secara terus menerus dibentuk sehingga menghasilkan sebuah reputasi. Saat ini banyak perusahaan atau lembaga pemerintahan dan orang – orang yang mengelolanya sangat sensitif mengahadapi

(5)

publik – publik mereka yang kritis. Publik saat ini semakin teliti dalam mengamati khususnya kinerja lembaga pemerintah.

Saat ini tingkat kepercayaan masyarakat pada Polisi semakin lama semakin berkurang disebabkan adanya persepsi negatif masyarakat pada tubuh Polisi. Citra baik Polisi di mata masyarakat seringkali dikotori oleh ulah oknumnya sendiri sehingga Polisi didera vonis yang negatif. Seringkali masyarakat menggeneralisasikan masalah yang ada, kesalahan salah satu oknum polisi merupakan kesalahan dalam tubuh organisasinya pula.

Jika melihat kembali kebelakang, dimana masyarakat merasakan hasil dari kerja keras Polri, dari sejumlah prestasi yang telah diraih Polri, yang mewakili keberhasilan Polri dalam menjalankan tugasnya, antara lain seperti kabar mengenai Malaysia Crime Prevention Foundation (MCPF) puji keberhasilan Polisi yang ungkap pelaku bom Bali 1, Denpasar pada 2006 silam.2

Ketika melakukan kunjungan ke markas Polda Bali, Seri Kamal Mohamad Husein bin Shadin, ketua MCPF menyebutkan, keberhasilan Polri khususnya Polda Bali dalam meringkus para pelaku aksi teror bom, perlu diacungkan jempol, kemampuan Polri dalam melacak pelaku teror, perlu ditiru aparat kepolisian di daerahnya, bahkan negara lain di dunia. Tidak hanya dalam hal penanganan pelaku teror, dalam upaya menekan angka kejahatan pun polisi Bali tercatat lebih baik ketimbang aparat yang ada di Penang, Malaysia.

Selain itu, pada 2014 lalu, seorang anggota (Komisi Kepolisian Nasional) Prof Adrianus Meliala mengatakan keberhasilan Detasemen Khusus 88 Antiteror

2

http://www.antaranews.com/print/27713/mcpf-puji-keberhasilan-polisi ungkap-pelaku-bom bali (Diakses pada tanggal 20 November 2015)

(6)

Polri dalam penggerebekan terduga teroris di Ciputat merupakan sebuah prestasi. Saat itu Densus 88 dan institusi Polri telah berhasil menangkap 960 terduga teroris yang akhirnya diproses secara hukum. Sedangkan terduga teroris yang tewas dalam operasi Densus 88 sebanyak 45 orang.3

Selanjutnya, berita yang mengandung opini positif yang dilansir dari Eveline, yaitu portal berita berbasis opini publik di media sosial yang dihimpun menggunakan Evello, sebuah aplikasi berbasis teknologi Intelligent Tagging

System, yang menerangkan keberhasilan Polri yang bekerjasama dengan TNI

dalam penangkapan dan pengamanan senjata di Aceh, atas kasus penembakan anggota TNI pada 23 Maret 2014.4

TNI bekerjasama dengan Polri secara khusus melakukan operasi pengejaran atas para pelaku. Hingga akhirnya pada Selasa, 5 Mei 2015, pihak Polda Aceh berhasil menangkap 1 dari 2 orang pelaku penembakan anggota TNI tersebut. Dalam penangkapan tersebut, Polisi juga berhasil mengamankan senjata kedua anggota TNI yang tewas dibunuh gerombolan Din Minimi.

Rangkuman atas tanggapan publik, khususnya netizen Indonesia atas tertangkapnya salah satu pelaku penembakan anggota TNI di Aceh Pemantauan dilakukan terhadap perbincangan di media sosial, khususnya Twitter selama periode 5 Mei 2015. Di mana terdapat total 2.409 tweet yang dicuitkan netizen Indonesia terkait penangkapan pelaku penembakan anggota TNI di Aceh ini. Sebagian besar netizen menyatakan kelegaannya atas keberhasilan polisi tersebut.

3http://www.suarapembaruan.com/home/kompolnas-puji-keberhasilan-densus-88/47331# (Diakses pada tanggal 19 November 2015)

4

http://eveline.co.id/berita-utama/berhasil-tangkap-penembak-intel-tni-netizen-puji-polisiaceh/

(7)

Sebanyak 948 tweet memuji pihak Polda Aceh serta menyampaikan apresiasi atas penangkapan yang dilakukan. Sementara, sebanyak 483 tweet menyayangkan lolosnya seorang pelaku penembakan.

Netizen mendesak Polisi untuk terus memburu pelaku hingga tertangkap. Keberhasilan polisi Aceh menemukan kembali senjata kedua anggota TNI yang tewas juga mendapat apresiasi netizen lewat 574 tweet.

Namun pretasi dan pujian – pujian terhadap Polri perlahan hilang akibat kasus – kasus yang menimpa anggota Polri. Beberapa kasus yang seringkali menjadi masalah adalah kasus penyalahgunaan wewenang, penganiayaan, pelecehan seksual, perbuatan tidak menyenangkan, dan penyalahgunaan senjata api.

Kasus tersebut perlahan-lahan membentuk sebuah opini negatif dan sikap tidak percaya dalam masyarakat, karena opini yang seharusnya terbentuk adalah polisi merupakan sebuah figur yang patut untuk dicontoh dan diandalkan, karena kekuatan polisi merupakan pilar utama dalam masalah keamanan dan ketertiban masyarakat. Sehingga dalam menjalankan fungsinya seringkali publik atau masyarakat meragukan kemampuan polisi dalam menjalankan fungsinya sebagai pelindung dan penganyom yang dapat dipercaya.

Kondisi ini diperkuat dengan informasi dari media massa, yang selama ini telah dipercaya masyarakat sebagai satu-satunya corong yang memberitakan kondisi “real” di lapangan. Padahal jika ditelaah lebih lanjut, tidak semua pemberitaan media massa dibuat berdasarkan data-data yang valid.

(8)

Bad news is good news, maka judul dan topik diskusi yang bombastis menjadi lahan bagi media massa untuk menaikkan rating programnya. Informasi negatif (bad news) yang terus digencarkan oleh media massa lambat-laun mengakibatkan krisis yang serius bagi instansi pemerintah.

Adapun beberapa kasus yang menimpa anggota kepolisian RI tahun 2015 seperti antara lain :5

1. Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya menangkap empat pelaku pengguna narkoba jenis sabu. Seorang di antara pelaku anggota Polri berpangkat Ajun Inspektur Satu (Aiptu). Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Muhammad Iqbal mengatakan, empat pelaku ini ditangkap di rumah indekos Puri 3, Jakarta Selatan pada Jumat 22 Mei lalu sekitar pukul 17.00 WIB.

Penangkapan terhadap para pengguna narkoba ini bermula dari informasi kalau dil okasi tersebut sering digunakan mengkonsumsi narkoba. (Jakarta, Minggu, 24 Mei 2015 - 21:43 WIB )

2. Seorang anggota polisi Brigadir DR terpaksa harus berurusan dengan Bidang Propam Polda Metro Jaya. Pasalnya DR melepaskan tembakan saat terlibat cekcok mulut dengan petugas keamanan pul taksi Blue Bird. (Jakarta, Rabu, 27 Mei 2015 - 17:38 WIB)

3. Lembaga Bantuan Hukum ( LBH ) Jakarta mencatat kasus penganiayaan dalam pemeriksaan tersangka yang dilakukan penyidik kepolisian meningkat. Dari catatan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, pada 2008 lalu ada 83,65%

(9)

tersangka yang mengalami penyiksaan saat diperiksa ditingkat kepolisian wilayah Jakarta. "Angka itu meningkat dari tahun 2005 yang tercatat ada 81,1%,", 77% penyiksaan dilakukan kepada tersangka dipaksa untuk mengakui perbuatannya. Bentuk penyiksaan beragam, secara fisik 57,8% , secara psikis 71,4% dan secara seksual 30% (Jakarta, Kamis, 02 Juli 2015 - 06:30 WIB)

Kasus - kasus tersebut menggambarkan maraknya kegiatan anggota Polri yang negatif yang juga menjadi konsumsi publik. Hal ini tentu menjadi tugas penting bagi seluruh pihak Polri, khususnya bagi Divhumas Polri untuk membuat program ataupun kegiatan yang akan mengingatkan kembali masyarakat akan tugas – tugas berat yang sudah dilaksanakan Polri dalam pengabdiannya untuk masyarakat dan Negara.

Peran Divhumas Polri sangat diperlukan dalam hal ini, sebagai divisi yang berperan dan turut andil mengenai citra dan reputasi Polri, karena kumpulan persepsi yang positif sehingga membentuk citra positif hasilnya akan membentuk reputasi. Namun tidak sampai disitu, sebuah reputasi juga harus tetap dibangun, dengan masing – masing cara PR atau humas pemerintah tersebut demi menciptakan reputasi yang baik.

Pengelolaan reputasi merupakan tanggung jawab bersama, tidak cukup hanya dibebankan pada bagian PR atau bahkan pimpinan perusahaan semata. Sebaliknya, tanpa dukungan dari manajemen puncak, pengelolaan reputasi cenderung akan berjalan di tempat. Masing-masing pihak dituntut untuk tidak hanya sadar atau percaya terhadap proses pengelolaan reputasi, tetapi juga berkomitmen untuk secara konsisten mewujudkannya.

(10)

Humas mempunyai pekerjaan yang aktif dan dinamis. Kegiatan yang dilakukan oleh Humas harus mampu menumbuhkan komunikasi secara timbal balik antara lembaga dengan publik atau masyarakat sehingga tercipta hubungan yang baik. Humas pada lembaga pemerintahan pada saat ini sangat berkembang.

Selain karena latar belakang permasalahan tersebut, yang menjadi daya tarik dan alasan untuk melakukan penelitian ini adalah karena peneliti juga ingin mengetahui lebih lanjut mengenai “Peran Divisi Humas Mabes Polri Dalam

Membangun Reputasi Polri Melalui Event Pameran Lomba Video Momen Polisiku, Periode Oktober 2015” yang digelar di Gandaria City Mall, Jakarta

Selatan.

1.2 Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi fokus penelitian adalah peneliti ingin menelaah lebih lanjut mengenai bagaimana peran Divhumas polri dalam membangun reputasi polri melalui kegiatan pameran lomba video momen Polisiku ?, serta mengapa Divhumas Polri memilih kegiatan pameran video momen polisiku ?

1.3 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini berdasarkan fokus penelitian, yaitu :

1. Bagaimana Divhumas Polri berperan dan membagi tugas disetiap bagiannya dalam proses pelaksanaan pameran video momen Polisiku ?

(11)

2. Mengapa Divhumas Polri memilih kegiatan pameran sebagai salah satu upaya meyakinkan Publik mengenai kinerja Polri di lapangan dan membangun nama baik Polri ?

3. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pameran berhasil pada upaya Divhumas Polri membangun reputasi Polri ?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah peneliti ingin mengetahui peran Divhumas Polri dalam upaya terus membangun reputasi Polri melalui kegiatan pameran lomba video momen Polisiku.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Akademis

a. Dapat menjadi bahan acuan pemikiran dan bahan pertimbangan serta memperkaya ilmu pengetahuan mengenai peran humas khususnya humas pemerintah dalam menjaga reputasi lembaga pemerintahan dan teori-teori dalam bidang kehumasan, ilmu komunikasi.

b. Menjadi gambaran bagi mahasiswa dan calon praktisi Public

Relations (PR) bahwa dalam dunia PR banyak hal yang harus

dipelajari agar bisa menjadi PR yang handal.

1.5.2 Manfaat Praktis

a. Diharapkan dapat menjadi masukan khususnya bagi Divhumas Polri, bahwa kegiatan seperti pameran lomba video momen Polisiku ini memiliki nilai tersendiri dimata masyarakat, juga bagi Polri sendiri,

(12)

yang akan semakin memiliki nilai positif. Semoga Humas di lembaga pemerintahan maupun organisasi profit menyadari pentingnya reputasi bagi organisasinya, dan tergerak untuk selalu membuat program maupun kegiatan yang positif dan sifatnya terbuka untuk umum.

Referensi

Dokumen terkait

Dongeng pendidikan kerap dijadikan sarana pembelajaran kepada anak-anak. Pesan yang terkandung dalam setiap dongeng pendidikan dapat melatih perilaku disiplin dan

Demi bertambahnya rasa dharma serta kekuatan seluruh Dewa-dewa pelindung sadharmapundarika sutera seperti: Dewa Maha Brahma, Sakra Devanam Indra, Putera Dewata

Perkembangan olah raga dayung binaan di PPLP Provinsi Aceh dari awal hingga sekarang termasuk dalam kategori baik yang dibuktikan dengan beberapa event yang telah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas peneliti tertarik melakukan penelitian dengan mencoba memberikan gaya mengajar melalui media Audiovisual dan gaya mengajar

Pada hasil penelitian ini didapatkan berat badan anak sebagian besar normat tetapi terdapat berat badan kurang 26,4%, gemuk 5,7% dan obesitas 3,8% yang juga

Insulasi lapisan kering dinding sebaiknya Kingspan Kooltherm TM K17 Insulated Plasterboard dengan ketebalan _____ mm, yang terdiri dari inti insulasi termoset bebas CFC/HCFC

Sistem pelacak adalah suatu peralatan atau sistem yang digunakan untuk mengarahkan panel surya atau pemantul cahaya terpusat terhadap matahari, sehingga dengan mengarahkan

Bersedia mematuhi aturan-aturan Anggaran Dasar IArbI, Kode Etik IArbI, beserta aturan atau syarat lainnya yang ditentukan oleh Dewan Pengurus,.. Memiliki perspektif yang