Deskripsi Sikap Kemandirian...(Winda Ananda) 57
Descriptions of Students Independent Attitude in Physics for Class
XI IPA SMA Negeri 1 Batangahari
Winda Ananda1,a, Abdul Aziz2,b 1Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi Kampus Pinang Masak Jl. Raya Jambi-Ma.Bulian KM 15 Mendalo Darat, Jambi, Indonesia 2SMA Negeri 1 Batanghari Jl.Jend.A.Yani Muara Bulian Kabupaten Batang Hari,Jambi,Indonesia
e-mail: a windaananda371@gmail.com, b Azizpekalongan@gmail.com
Abstract
Character education is a form of inculcating character values in students. one of the forms of character value cultivation is an attitude of independence. Independence is an attitude / action where a person does not easily depend on other people. This study aims to describe the independent learning attitudes of class XI students of SMAN 1 Batang Hari. This research uses quantitative research methods with descriptive statistical analysis techniques. The data instrument used a non-test instrument in the form of a questionnaire to students with a total of 71 students of SMAN 1 Batanghari. The results of this study indicate that the independent attitude of students can be categorized as good but there are some that are not good. Keywords: Character Education, Physics, independent in Physics
Deskripsi Sikap Kemandirian belajar Siswa Pada Mata pelajaran
Fisika Kelas XI SMA Negeri 1 Batanghari
Abstrak Pendidikan karakter merupakan bentuk penanaman nilai karakter pada peserta didik. salah satu bentuk penanaman nilai karakter yaitu sikap Kemandiri an. Kemandirian merupakan sikap/tindakan dimana seseorang tidak mudah bergantung dengan orang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sikap kemandirian belajar siswa kelas XI SMAN 1 Batang Hari. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan teknik analisis statistic deskriptif. Instrumen data menggunakan instrument non-tes berupa angket kepada siswa dengan jumlah siswa 71 siswa SMAN 1 Batanghari. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa sikap kemandirian siswa bisa di kategorikan baik namun ada beberapa yang kurang baik. Kata Kunci: Pendidikan Karakter,Fisika,,Kemandirian Fisika I. PENDAHULUANPendidikan pada dasarnya
adalah usaha sadar untuk
menumbuhkembangkan potensi
sumber daya manusia terutama peserta didik yang dilakukan dengan
cara membimbing dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka [1]. Pendidikan di Indonesia telah terintegrasi dengan baik dan perlu
pengembangan lebih lanjut.
58 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika-COMPTON berkaitan erat dengan kurikulum yang
digunakan [2]. Education is an
essential aspect of the life of a nation. Successful education in a country shows the progress of a country [3].
Pendidikan di sekolah lebih dikenal denga sebutan proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar ini terjadi dengan melibatkan banyak faktor, baik pendidik, siswa, bahan
atau materi,fasilitas maupun
lingkungan [4]. Pendidikan
memegang peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kelangsungan hidup suatu bangsa baik kini maupun yang akan datang [5]. Dengan adanya usaha pendidikan, keberhasilan di dalam pendidikan senantiasa akan terbangun, secara otomatis dengan adanya keberhasilan pendidikan maka akan mendukung pencapaian target mencerdaskan kehidupan bangsa, agar senantiasa siap bersaing di era globalisasi yang
syarat dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi
[6].Pendidikan sebagai usaha sadar untuk mewujudkan suasana belajar untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dalam diri.pendidikan biasanya dilakukan secara formal maupun non-formal .
The attitude of the students toward the subjects of physics, there are only two kinds, namely, a positive attitude and negative. Students who have a positive attitude toward certain lessons tend to be more diligent in learning so as to achieve satisfactory results [7]. Pendidikan karakter
merupakan upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk menanamkan nila-nilai perilaku peserta didik yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesamamanusia, lingkungan,
dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat [8]. Aspek sikap yang tidak kalah penting terhadap IPA adalah bagaimana siswa mampu melakukan pembelajaran mandiri melalu penyelidikan konsep IPA secara langsung. Sikap terhadap penyelidikan IPA berkaitan langsung dengan proses pengalaman dan kemandirian siswa dalam mencari tau dan menemukan konsep tentang pelajaran IPA [9]. Ketika berbicara pendidikan pendidikan tidaklah lepas dari sebuah penilaian pendidikan karakter [10]. Assessment in education
is necessary to know the level of success and efficiency of the learning process in facing the challenges of education [11].
Pendidikan karakter sangat di perlukan untuk menumbuhkan sikap perserta didik agar menjadi peserta didik yang memiliki sikap yang baik. Apalagi kurikulim 2013 revisi menuntut guru untuk tidak hanya memberikanm penilaian tidak hanya melalui aspek pengetahuan tapi juga menggunkaan kompentesi sikap. Nilai-nilai pendidikan karakter dapat diintegrasikan ke dalam proses
pembelajaran, termasuk dalam
pembelajaran fisika. Fisika
menjelaskan berbagai gejala fisis fenomena yang terjadi di alam, baik secara teori maupun perhitungan [12] . Belajar yang sebenarnya adalah lebih dari sekadar proses menghafal dan menumpuk ilmu pengetahuan, tetapi juga bagaimana pengetahuan yang diperoleh mahasiswa bermakna melalui keterampilan berpikir [13]. Pada dasarnya keberhasilan proses belajar tidak hanya murni ditentukan oleh nilai tetapi yang terpenting adalah adanya perubahan sikap dan
Volume 7, Nomor 2 Desember 2020 59
perilaku yang dapat
diimplementasikan dalam kehidupan jangka panjang di masyarakat [14].
Konsep dasar Fisika sudah mulai dipelajari sejak Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada mata pelajaran IPA dan dilanjutkan di Sekolah Menengah Atas (SMA) pada mata
pelajaran Fisika [15].Fisika
merupakan ilmu yang bertujuan untuk mendidik siswa, agar dapat berpikir logis, kritis, memiliki sifat
obyektif, disiplin dalam
menyelesaikan permasalahan baik dalam bidang fisika, bidang lain, maupun dalam kehidupan sehari-hari sehingga fisika perlu dipelajari dan diaplikasikan [16]. Mata pelajaran fisika termasuk mata pelajaran yang kurang disukai oleh kebanyakan
siswa. Pada umumnya, siswa
menemukan banyak kesulitan dalam belajar mata pelajaran fisika karena siswa harus memahami rumus-rumus
[17]. Fisika merupakan mata
pelajaran wajib di SMA tetapi banyak siswa yang belum mendapatkan nilai yang memuaskan [18]. Fisika adalah subjek yang kaya akan pengetahuan dan hukum-hukum fisika yang
diformulasikan dalam bentuk
matematis. Kemampuan dalam
mengkategorikan masalah
berdasarkan prinsip -prinsip dasar dibandingkan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan kalimat akan dianggap lebih ahli dalam fisika [19]. Umumnya siswa menganggap fisika sebagai momok yang cukup menakutkan karena mata pelajaran tersebut menggabungkan antara ilmu sains yang komplek dengan ilmu matematika yang rumit [20]. Fisika adalah bagian dari pembelajaran IPA. Oleh karena itu, proses pembelajaran Fisika seharusnya ditekankan untuk melakukan kegiatan yang sesuai
dengan bagaimana ilmu tersebut
diperoleh [21]. Dalam mata
pembelajaran fisika, selain melakukan penilaian kognitif dan psikomotor, guru juga melakukan penilaian afektif (sikap) [22]. The teacher must know
how the attitudes of students that occur during the learning process because by knowing the attitudes of students, the teacher can improve the design of learning in the classroom, in accordance with the abilities that students have [23].Pembelajaran
fisika telah kita pelajari sejak jenjang SMP-SMA hanya saja kedalam dan keluasan materi yang di ajarkan semakin Mendalam ketika menginjak Jenjang yang lebih tinggi.Banyak siswa yang berpendapat bahwa Pelajaran Fisika itu sulit hanya beberapa siswa yang menyukai pelajaran fisika melihat ini saya ingin Mengetahui sejauh mana sikap kemandirian seorang siswa dalam belajar . Pelajaran fisika tanpa kita sadari sering kita liat atau aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Kemandirian Belajar dapat terlihat pada kebiasaan-kebiasaan belajar siswa sehari-hari seperti cara siswa merencanakan dan melakukan belajar. Kemandirian Belajar yang tinggi dari siswa sangat diperlukan dalam peningkatan Prestasi Belajar Akuntansi karena akan berpengaruh terhadap terciptanya semangat diri untuk belajar. Kemandirian belajar diartikan sebagai sifat serta kemampuan yang dimiliki siswa untuk melakukan kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh motif untuk menguasai sesuatu kompetensi, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki [24]. Kemandirian belajar telah menjadi salah satu aspek sikap dalam pendidikan karakter. Lebih khusus
60 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika-COMPTON mengenai sikap kemandirian belajar,
pemerintah dalam peraturan menteri nomor 41 tahun 2007 menjelaskan bahwa sikap kemandirian belajar suatu sikap yang dimiliki individu untuk belajar dengan inisiatif sendiri
dalam upaya menginternalisasi
pengetahuan tanpa tergantung atau mendapat bimbingan langsung dari orang lain. Lebih lanjut mengenai sikap kemandirian belajar [25]. Siswa yang memiliki kemandirian yang baik,
cenderung dapat melakukan
komunikasi dengan baik, bahkan mampu memberikan gambaran nilai yang bermakna. Untuk itu sangat diperlukan sikap kemandirian dalam
proses pembelajran [26].
Kemandirian memang sudah ada dalam diri setiap orang hanya beberapa orang tidak menggunakan. Misalkan dalam kehiudpan sehari-hari kita sering mengambil sebuah keputusan yang didasari berdasarkan kemauan dari dalam diri kita sendiri. Kemandirian yang dimiliki oleh siswa diwujudkan melalui kemampuannya dalam mengambil keputusan sendiri tanpa pengaruh dari orang lain .
Kegiatan belajar dan mengajar
diarahkan untuk pembentukan
mental,penciptaan lingkungan belajar
yang dapat mempengaruhi
pengembangan kognitif siswa dalam menerapkan model dan metode yang dapat mendorong siswa untuk belajar[27]. Saat proses pembelajaran peserta didik hanya diberikan pengetahuan yang bersifat abstrak di mana hanya pemberian konsep dan tidak dihubungkan dengan keadaan sesungguhnya yang ada di kehidupan sehari-hari. Akibatnya pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa cenderung pasif dan kurang termotivasi untuk belajar [28].Peserta didik yang sungguh-sungguh saat
mengikuti kegiatan belajar akan berpeluang lebih besar untuk berhasil dalam proses pembelajarannya begitu pula sebaliknya [29]. Siswa hanya sibuk mencatat tanpa ada interaksi dengan siswa lain dalam membangun pemahaman mereka terhadap konsep fisika [30]. Masalah yang sering muncul dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) adalah masih rendahnya daya serap siswa [31]. Sebagai seorang pendidik harus
bisa mengetahui sejauh mana
pembelajaran dapat di pahamani oleh siswa-nya dengan begitu tujuan pembelajaran akan tercapai, Namun seorang pendidik tidak bisa mengukur pengetahuan hanya dengan sekali tes karena jika menggunakan tes tertulis terkadang peserta didik tidak mandiri dalam mngerjakan nya dalam artian ketika diberikan tes peserta didik terkadang berkerja-sama.
Untuk itu disini peneliti mengidentifikasi sikap Kemandirian siswa dalam belajar fisika di SMAN 1 Batanghari. Untuk mengetahui apakah siswa siswi di SMAN 1 Batanghari Memiliki sikap kemandirian dalam belajar khususnya materi Fisika.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Subjek dari penelitian ini adalah siswa-siswi di SMAN 1 Batanghari, Jambi. Peneliti mengumpulkan fakta tentang Sikap
kemandirian siswa dalam
pembelajaran Fisika menggunakan angket Sikap belajar Fisika. Sehingga, diperoleh data kuantitatif yang perlu dianalisis untuk menghasilkan informasi.
Cara pengumpulan data
mengunakan instrumen berupa
angket. Angket tersebut diadopsi dari Muhajirin (2018) dan telah divalidasi
Volume 7, Nomor 2 Desember 2020 61
serta terdiri dari 25 butir pertanyaan. Jenis skala yang digunakan adalah skala Likert dengan model lima pilihan (skala lima). Skor yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala likert. Skala likert yang digunakan pada penelitian ini, yaitu Selalu= SL,Sering=SR Kadang-Kadang = KK, Jarang =JR Tidak Pernah = TP. Pemberian skor pada masing-masing. Teknik analisis data pada penelitian kuantitatif ini menggunakan statistik deskriptif. Analisis statistik deskriptif dilakukan dengan cara menghitung mean, median, nilai minimum, nilai maksimum, dari angket kemandirian belajar yang diberikan kepada siswa. Untuk menentukan jarak interval digunakan persamaan: 𝑖 =!"#$ &'$&()**(+!"#$ &'$'),-./012-. "'2-! ()&'$3-2 (1) Tabel 1.Skala Likert Kategori Skor Selalu 5 Sering 4 Kadang-Kadang 3 Jarang 2 Tidak pernah 1
Populasi Sampel Dalam
penelitian ini ialah Siswa Kelas XI IPA di SMAN 1 Batang Hari Peneliti
menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu total sampling. Peneliti menggunakan total sampling karena peneliti ingin hasil penelitian berlaku untuk populasi yaitu siswa kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Batang Hari. Tabel 2. Interval Intrval Kategori 25-45 Tidak Pernah 45.1-65 Jarang 65.1-85 Kadang-Kadang 85.1-105 Sering 105-125 Selalu III. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sikap kemandirian belajar pada pembelajaran Fisika siswa kelas XI IPA SMAN 1 Batang Hari .
Hasil data ini didapatkan dari penyebaran angket, angket yang
digunakan berupa angket
kemandirian belajar siswa terhadap pelajaran Fisika. Hasil data angket kemandirian dibawah ini ditampilkan pada analisis data yang dianalisis menggunakan aplikasi SPSS. Penilaian berdasarkan interval yang memiliki skala 5 yaitu Peniliaian kategori sikap ini yaitu Selalu= SL,Sering=SR Kadang-Kadang = KK, Jarang = JR Tidak Pernah = TP Tabel 3.Klasifikasi indicator pertanyaan
Kategori Rentang Mean Median Min Mak % F
Tidak Pernah 25-45 2.81 2 Jarang 45.1-65 7.04 5 Kadang-Kadang 65.1-85 92.46 94 44 133 18.30 13 Sering 85.1-105 49.29 35 Selalu 105-125 22.53 16
Dari data tabel 3, hasil angket kemandirian belajar yang dilakukan
terhadap 71 orang responden
diperoleh mean atau nilai rata-rata jawaban responden adalah sebesar
92.46. Hal ini mengindikasi bahwa kemandirian siswa dalam belajar Fisika berkecenderungan positif dan menunjukan angka yang cukup tinggi.
62 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika-COMPTON Sementara ini nilai tengah (median)
adalah 94,00. Dan skor minimum sebesar 30,00 dan juga diperoleh skor maksimum sebesar 84,00. Hal ini menunjukkan bahwa nilai mean sebagai representasi dari keseluruhan data, yang berarti mengindikasikan hasil yang kurang baik. Sementara kategori sikap kemandirian belajar siswa terhadap mata pelajaran Fisika menunjukkan : kategori sikap siswa selalu sebanyak 22.53 % (16 dari 71 siswa) atau dapat dikatakan bahwa peserta didik yang memiliki sikap kemandirian sangat baik dengan kalkulasi nilai 105– 125, kategori
sikap siswa sering sebanyak
49.29%(35 dari 71 siswa) atau dapat dikatakan bahwa peserta didik yang memiliki sikap kemandirian yang baik dengan kalkulasi nilai 85.1 - 105. Kategori sikap siswa kaang-kadang sebanyak 18.30 % (13 dari 71 siswa) atau dapat dikatakan bahwa peserta didik memiliki sikap kemandirian yang baik dengan kalkulasi nilai 65.1 – 85 , kategori sikap siswa sangat jarang sebanyak 7.04 % (5 dari 71 siswa) atau dapat dikatakan bahwa peserta
didik yang memiliki sikap
kemandirian kurang baik dengan kalkulasi nilai 45.1– 85, Dan kategori sikap siswa tidak baik sebanyak 2.81% (2 dari 71 siswa) atau dapat dikatakan bahwa peserta didik yang memiliki sikap kemandirian tidak baik dengan kalkulasi nilai 25– 45.
Hasil analisis deskriptif sikap kemandirian belajar pada siswa kelas XI IPA 1, XI IPA 2, dan X IPA 3 di SMAN 1 Batanghari menunjukkan bahwa kemandirian belajar siswa memiliki kategori yang baik namun ada juga Sebagian dari mereka yang memiliki sikap kemandirian belajar fisika yang kurang baik. Hal tersebut terjadi
dikarenakan dipengaruhi oleh
beberapa factor seperti factor internal yang berasal dari diri siswa itu sendiri, karena ada beberapa siswa yang memiliki sikap positif dan negative, factor fisik dan psikologis kemudian juga ada factor eksternal yang berasal dari lingkungan dimana mereka tinggal ataupun lingkungan sekolah, dan kurang nya dukungan dari orang tua.
Menurut Mohammad Ali dan Mohammad Asrori (2008: 118-121)
ada sejumlah faktor yang
mempengaruhi perkembangan
kemandirian belajar, yaitu: 1) Gen atau keturunan orang tua, 2) Pola asuh orang tua. Cara orang tua mengasuh
atau mendidik anak akan
mempengaruhi perkembangan
kemandirian anak, 3) Sistem
pendidikan di sekolah, 4) Sistem kehidupan di masyarakat. Menurut Jerrold (1994) mengemukakan bahwa keuntungan dari belajar mandiri
adalah sebagai berikut: (1)
Peningkatan baik dari segi jenjang belajar maupun kadar ingatan. Jumlah siswa yang gagal dalam menunjukkan kinerja yang tidak memuaskan dapat
dikurangi secara nyata; (2)
Memberikan kesempatan baik kepada siswa yang lamban maupun yang cepat untuk menyelesaikan pelajaran sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing dalam kondisi belajar yang cocok; (3) Rasa percaya diri dan tanggung jawab pribadi yang dituntut dari siswa berlanjut sebagai kebiasaan dalam kegiatan pendidikan lain, tanggung jawab atas pekerjaan dan
tingkah laku pribadi; (4)
Menyebabkan lebih banyak perhatian
yang tercurah kepada siswa
perseorangan dan memberi
kesempatan yang lebih luas untuk berlangsungnya interaksi antar siswa; (5) Kegiatan dan tanggung jawab
Volume 7, Nomor 2 Desember 2020 63 pengajar yang terlibat dalam program
belajar mandiri berubah karena waktu untuk penyajian menjadi berkurang dan ia mempunyai waktu lebih banyak untuk memantau siswa dalam pertemuan kelompok dan untuk konsultasi perseorangan; (6) Memang pendekatan utama ke arah belajar mandiri mungkin tidak efisien dari segi biaya dalam jangka pendek, namun karena teknik dan beranekan sumber digunakan berulang-ulang dengan kelompok selanjutnya, biaya program dapat dikurangi secara nyata; (7) Siswa cenderung lebih menyukai metode belajar mandiri daripada metode tradisional karena sejumlah keunggulan yang dinyatakan di atas. Sehingga dapat dikatakan bahwa belajar mandiri memberikan keuntungan seperti siswa mempunyai rasa percaya diri tinggi, belajar lebih giat dan mempunyai rasa tanggung jawab
Salah satu peran guru adalah membantu siswa dalam melatih dan
membiasakan siswa berprilaku
mandiri pada setiap aktivitas kegiatan
pembelajaran. Untuk
mengembangkan kemandirian belajar
siswa maka guru hendaknya
menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menghindarkan sesuatu yang akan mengganggu belajar siswa, mendorong siswa memahami metode dan prosedur yang benar dalam
menyelesaikan suatu tugas,
membantu siswa mengatur waktu, menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa mereka mampu mengerjakan tugas yang diberikan, mendorong siswa untuk mengontrol emosi dan
tidak mudah panik ketika
menyelesaikan tugas atau
menghadapi kesulitan, serta
memperlihakan kemajuan yang telah dicapai siswa (Rijal; 201518).
Sikap Kemandirian merupakan suatu hal yang berperan penting
dalam pembelajaran khususnya
pembelajaran Fisika. Dengan
kemandirian siswa dapat menggali dan memperoleh ilmu lebih yang ilmunya tidak di dapatkan disekoah.
Sehingga perlu dikembangkan
kemandirian belajar siswa agar dapat maksimal dalam setiap pembelajaran. Kemandirian belajar akan tumbuh jika siswa memiliki tingkat kesenangan yang tinggi terhadap suatu mata pelajaran yang disukainya.Jika siswa menyukai mata pelajaran nantinya jika diebrkan tugas ia mempunyai rasa ingin mengerjakan itu dengan mandiri maksdnya dengan apa yang ia ketahui tanpa melihat tugas teman namun sayangnya peserta didik kebanyakan berpedapat bahwa fisika itu mata pelajaran yang sulit disninya tugas seorang pendidik nantinya harus mengubah anggap siswa harus bisa mengjaar dengan metode yang mudah di pahami agar mereka tertarik untuk belajar fisika.
Dari Hasil yang didapatkan menegenai karakter kemandirian yang dimiliki siswa kelas XI IPA SMAN 1 Batanghari jika kita liat dari tabel dapat di lihat bahwa siswa kelas XI IPA dapat di kategorikan Mandiri hal ini bisa dilihat dari indicator angket yang dibagikan seperti siswa mampu
mengerjakan tuags
sendiri,mengumpulkan tugas tepat waktu belajar karena ke inginan sendiri, dari instrument yang dibagikan mereka menjawab rata-rata selalu dan sering hal ini membuktikan bahwa mereka memiliki sikap kemandirian di dalam diirinya.
Peranan seorang Guru disini diperlukan untuk menanam lagi sikap kemandirian nya agar mereka lebih mandiri dan percaya diri.Sikap
64 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika-COMPTON kemandirian Sangat lah berpengaruh
pada hasil belajar siswa.siswa yang memiliki sikap mandiri tentunya kan dapat melakukan komunikasi yang baik,dengan komunikasi yang baik siswa akan mendapatkan hasil belajar yang baik.
Dari Penjelasan diatas bahwa pendidikan berperan penting dalam
menanamkan nilai karakter
kemandirian agar tercapai tujuan pendidikan nasional yang akan mencipatakan peserta didik yang berkakter dan memiliki kemandirian dalam belajar, Untuk itu sangat diperlukan sikap kemandirian dalam proses pembelajaran. Kemandirian belajar dapat dipengaruhi oleh faktor internal (dalam diri sendiri) dan juga faktor eksternal (dari lingkungan). Untuk meningkatkan kemandirian belajar sangat diperlukan peran guru untuk membantu siswa meningkatkan sikap kemandirian belajar dengan cara menggunakan metode dan prosedur yang benar. Selain itu orang tua juga menjadi peran penting dalam proses belajar siswa. IV. KESIMPULAN Kemandirian belajar
merupakan salah satu faktor yang
menentukan keberhasilan siswa
dalam belajar, sehingga sikap mandiri ini penting dimiliki oleh siapa saja yang ingin mencapai kesuksesan
dalam hidupnya.Terutama perlu
dimiliki oleh peserta didik agar bisa
mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, maka dapat disimpulkan bahwa sikap kemandirian belajar siswa pada kelas XI IPA 1,XI IPA 2 dan XI IPA 3 SMA Negeri 1 Batang Hari memiliki tingkat kemandirian belajar yang baik. Tetapi tidak semua siswa memiliki kategori baik, karena setiap
individu siswa memiliki karakter yang berbeda-beda. Kemandirian belajar dapat dipengaruhi oleh faktor internal (dalam diri sendiri) dan juga faktor eksternal (dari lingkungan). Untuk meningkatkan kemandirian belajar sangat diperlukan peran guru untuk membantu siswa meningkatkan sikap kemandirian belajar dengan cara menggunakan metode dan prosedur yang benar. Selain itu orang tua juga menjadi peran penting dalam proses belajar siswa.
REFERENCES
[1] Aini, P. N., & Taman, ”Pengaruh Kemandirian Belajar Dan Lingkungan Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas Xi Ips Sma Negeri 1 Sewon Bantul Tahun Ajaran 2010/2011”.
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, pp. 10(1), 48–65.
2012.
[2] Anwar Herson. “Penilaian
Sikap Ilmia Dalam
Pembelajaran Sains”, Jurnal
Edu Fisika, 2(5), pp. 48–
55.2009.
[3] Arrasyid et al, “Aktivitas dan hasil belajar siswa dengan
menggunakan model
pembelajaran problem based learning berbantuan lembar kerja siswa pada materi kalor dan perpindahannya kelas X
SMA PGRI jambi”,Jurnal
EduFisika,02(02), pp. 68– 80.2017.
[4] Astalini et al,”identification attitudes of learners on physics subject”,jurnal of education
saince and
Volume 7, Nomor 2 Desember 2020 65 [5] Astalini, et al, “E-Assessment
on Student’s Self-Concept for Physics Learning”.Jurnal ilmu
Pendidikan, 25(2),pp.
73-81.2020.
[6] Astalini, A., Kurniawan D. A., &Nurfarida, L. Z.”Deskripsi sikap siswa SMA di Batanghari
berdasarkan indicator
normalitas ilmuwan, adopsi dari sikap ilmiah, ketertarikan memperbanyak waktu, dan ketertarikan berkarir di bidang fisika”. Jurnal Riset Dan Kajian
Pendidikan Fisika,
5(2).pp.73-80.2017.
[7] Astalini, A., Kurniawan, D. A., &Sumaryanti, S. “Sikap Siswa Terhadap Pelajaran Fisika di SMAN Kabupaten Batanghari”.
JIPF (Jurnal Ilmu Pendidikan Fisika), 3(2), pp.59. 2018.
[8] Astalini et al,”Analisis Sikap Siswa Terhadap Ipa Di Smp Kabupaten Muaro Jambi”.
Jurnal Pendidikan Sains (Jps), 8(1), pp.18-26.2020.
[9] Astalini et al,”Sikap Terhadap pelajaran Ipa Di SMP se-Kabupaten Muaro Jambi”,
Lentera Pendidikan : Jurnal Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, 21(2),pp. 2-14.2018.
[10] Astalini, suwondo& Darmaji,
“penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe
time token untuk
meningkatkan hasil belajar siswa”,Jurnal EduFisika, 4(2), pp.39–47.2019
[11] Dani., Rahma Latifah., Ninda Ayu.,Putri
septiona,”Penerapan
pembelajaran berbasis
discovery learning melalui metode talking stick untuk
meningkatkan pemahaman
konsep gerak lurus”, Jurnal
Edufisika,4(2),pp.24-30.2019.
[12] Dari, R. W., &Suzima, A.”Identification of the character value applied of student in physics learning”,
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika-COMPTON, 6(2),pp. 20–
26.2019
[13] Diani, R,”Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis Pendidikan Karakter dengan Model Problem Based Instruction. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Birun”i, 4(2), pp.243. 2015.
[14] Fajarudin, M. F.”Keterampilan Proses Sains Dan Kemandirian Belajar Siswa: Profil Dan Setting Pembelajaran Untuk Melatihkannya.Jurnal Gravity,
2(2), pp.190–202.2015.
[15] Joneska, A., Astalini, &Susanti, N, P”erbandingan Hasil Belajar Fisika Menggunakan Strategi
Pembelajaran Crossword
Puzzle Dan Index Card Match Pada Materi Cahaya Kelas Viii Smp Negeri 3 Batanghari”,
Jurnal EduFisika, 1(1), pp. 28–
31.2016.
[16] Khodijah, D. N., Hendri, M.,
&Darmaji, “Upaya
Meningkatkan Partisipasi dan
Hasil Belajar Dengan
Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share di Kelas XI MIA7 SMAN 1 Muaro Jambi”, Jurnal EduFisika, 01(02) pp. 46–54.2016.
[17] Kurnia, N., Hendri, M., &Phatoni, H, “hubungan persepsi dengan hasil belajar fisika siswa Kelas X MIA d SMA Negeri 4 Kota Jambi dan SMA
66 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika-COMPTON Negeri 11 Kota”,. Jurnal
EduFisika, 01(02), 55–63.2016.
[18] Kurniawan.,Dwi Agus et
al,”Analyzing Of Students Attitudes toward science on Junior High school:Case Study
in Muaro Jambi
,Indonesia”,Jurnal Pena
sains,(6(2),pp.69-79.2019.
[19] Nehru, N., &Irianti, E,”Analisis hubungan rasa ingin tahu dengan hasil belajar”,Jurnal
Pembangunan Dan Pendidikan: Fondasi Dan Aplikasi, 7(1), pp
53–59.2019.
[20] Nisrina, N., Gunawan, G., &Harjono, A, ”Pembelajaran Kooperatif dengan Media Virtual untuk Peningkatan Penguasaan Konsep Fluida Statis Siswa”. Jurnal Pendidikan
Fisika Dan Teknologi, 2(2),
pp.66-72.2017.
[21] Oktaviana, D. J., &Darmaji, “Penerapan RPP berbasis Multiple intelligences untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar fisika siswa pada materi kalor dan perpindahan kalor Kelas X mia 4 SMAN 3 Kota Jambi”, rnal EduFisika,
01(01), pp. 7–12.2016.
[22] Pasaribu, D. S.”Upaya
Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Fisika Siswa Dengan
Menggunakan Model
Pembelajaran Talking Stick Pada Materi Listrik Dinamis Di Kelas X Sman 10 Muaro Jambi. Jurnal EduFisika, 2(1), pp, 61– 69. 2017.
[23] Purwanto, A., Hendri, M.,
&Susanti, N.”Studi
Perbandingan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Media PhET Simulations dengan Alat Peraga pada Pokok Bahsan
Listrik Magnet di Kelas IX SMPN Kabupaten Tebo, Jurnal
EdulFisika, 01(01),pp. 22–
27.2016.
[24] Rini et al,”Deskripsi sikap siswa dalam belajar fisika dan ketertarikan memperbanyak waktu belajar fisika di SMAN Batanghari”. JIFP(Jurnal Ilmu
Fisika Dan Pembelajarannya), 4(1),pp. 1–5.2020.
[25] Sari, R. I.”Analisis Tingkat Kemandirian Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika Kelas XII MAN 1 BatangHari”.
Jurnal Pendidikan Fisika Dan Teknologi, 5(2), pp.
296.-304.2019.
[26] Dani, R., & Hendri, M. “Model
Discovery Learning
Berbantuan Media Adobe Flash Cs 6 Pada Materi Hukum Newton”. Jurnal EduFisika,
3(02), pp.59–65. 2018.
[27] Sugiyono,”Deskripsi Sikap Siswa SMA Negeri Pada Mata Pelajaran Fisika Student’S”.
Jurnal Eduasains, 10(1), pp.
160–167.2017.
[28] Saefullah et al,”Hubungan sikap antara kemandirian belajar dan prestasi belajar
siswa Kelas X pada
Pembelajaran Fisika Berbasis Portofolio”,Jurnal wahana pendidikan Fisika.1(1),
pp.26-36.2013.
[29] Tugiyo et al,”Pengembangan termometes gas sebagai alat peraga pembelajaran pokok
bahasan skala suhu
mutlak”,Jurnal Edufisika.4(2), pp.48-55.2019.
[30] Tugiyo et al,Korelasi Motivasi dan hasil belajar IPA siswa Kelas VIII di SMPN
Volume 7, Nomor 2 Desember 2020 67 Selatan”,Jurnal Edufisika.4(1),