• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Cerita Novel “Strategi Hideyoshi : Another Story Of The Swordless Samurai” Karya Tim Clark Dan Mark Cunningham Dilihat Dari Pendekatan Objektif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Cerita Novel “Strategi Hideyoshi : Another Story Of The Swordless Samurai” Karya Tim Clark Dan Mark Cunningham Dilihat Dari Pendekatan Objektif"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sastra berasal dari bahasa Sansekerta yang dibentuk dari kata sas- yang berarti mengarahkan, memberi petunjuk, atau instruksi, sedangkan tra berarti alat atau sarana (Teeuw, 1984:23). Menurut Fananie (2001:4) pengertian sastra banyak diartikan sebagai tulisan. Pengertian itu kemudian ditambah dengan kata su yang berarti indah atau baik. Jadi Susastra itu bermakna tulisan yang indah.

Menurut Esten (1978:9) Sastra atau Kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia dan masyarakat melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan).

Selain itu, menurut Zainudin (1992:99) sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa kesusastraan. Standar kesusastraan yang dimaksud adalah penggunaan kata-kata yang indah, gaya bahasa serta gaya cerita yang menarik. Sedangkan menurut Wellek dan Warren (1995:109) sastra adalah lembaga sosial yang memakai medium bahasa dalam menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan itu sendiri adalah kehidupan sosial.

Sastra adalah sebuah refleksi lingkungan sosial budaya yang merupakan suatu tes dialektika (dialog komunikasi sehari-hari) antara pengarang dengan situasi sosial yang membentuknya atau merupakan penjelasan sejarah dialektika yang dikembangkan dalam karya sastra (Endraswara , 2008:78).

(2)

bagian yaitu karya sastra yang bersifat fiksi dan nonfiksi. Karya sastra yang bersifat fiksi berupa novel, cerpen, esei, dan cerita rakyat. Sedangkan karya sastra yang bersifat nonfiksi berupa puisi, drama dan lagu.

Menurut Aminuddin (2000:66) fiksi adalah kisah cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku yang tertentu yang bertolak dari imajinasi pengarang sehingga menjalin suatu cerita. Dengan demikian karya sastra fiksi merupakan suatu karya sastra fiktif atau imajinatif yang merupakan karya sastra bersifat rekaan, khayalan, menggunakan bahasa konotatif dan memenuhi syarat-syarat estetika seni. Karya sastra fiksi dapat dibagi dalam berbagai bentuk yaitu, roman, novel, novelet, dan cerpen.

Abrams dalam Nurgiyantoro (1995:9) menyatakan bahwa novel berasal dari bahasa Italia yaitu Novella (yang dalam bahasa Jerman disebut novelle). Secara harfiah novella berarti sebuah barang baru yang kecil yang kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa.

Menurut Depdikbud dalam http://www.anneahira.com/tentang-novel.htm, novel adalah karangan yang panjang dan berbentuk prosa dan mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang lain di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.

(3)

Dan menurut Takeo dalam Pujiono (2002:3) novel merupakan sesuatu yang menggambarkan kehidupan sehari-hari di dalam masyarakat meskipun kejadiannya tidak nyata.

Selanjutnya Sayuti dalam http://nesaci.com/jenis-dan-pengertian-novel/ mengatakan bahwa novel cenderung expand (meluas) dan menitikberatkan complexity (kompleksitas). Meluas dan kompleksitas yang dimaksudkannya adalah dalam hal perwatakan, permasalahan yang dialami sang tokoh, serta perluasan dari latar cerita tersebut.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa novel adalah suatu rangkaian cerita fiksi yang menggambarkan kisah hidup tokoh, baik dengan tokoh lain, lingkungan sekitar maupun masyarakat melalui rangkaian peristiwa yang kompleks dan mempunyai latar tempat dan alur waktu yang jelas, dan mengubah nasib tokoh tersebut.

Dalam sebuah karya sastra terdapat dua unsur yang sangat berpengaruh dalam karya tersebut yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri atau dapat juga dikatakan unsur-unsur yang secara langsung membangun cerita. Unsur-unsur yang dimaksud adalah tema, plot / alur, latar, penokohan, dan lain-lain. Sedangkan yang dimaksud dengan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang terdapat di luar karya sastra itu tetapi tidak secara langsung mempengaruhi karya tersebut. Unsur yang dimaksud adalah sosial, kebudayaan, psikologis, politik, agama dan lain-lain yang dapat mempengaruhi pengarang dalam menulis karyanya tersebut.

(4)

menceritakan kisah hidup Toyotomi Hideyoshi yang ditulis oleh Tim Clark dan Mark Cunningham.

Novel ini merupakan karya sastra novel yang menarik karena novel ini menceritakan kisah seorang mantan gelandangan yang berperawakan seperti monyet dan tidak pandai ilmu bela diri, ternyata dapat menjadi pemimpin militer tertinggi Jepang yang legendaris. Dengan membaca dan menganalisis novel ini maka dapat memahami karakter tokoh utama, penggambaran latar dan alur yang terjadi pada novel ini.

Novel yang berjudul “Strategi Hideyoshi : Another Story of The

Swordless Samurai” ini merupakan novel yang ditulis oleh Tim Clark dan Mark

Cunningham. Meski novel ini ditulis dalam bentuk fiksi tetapi dilandasi kisah nyata yang terjadi semasa hidup Toyotomi Hideyoshi. Bahkan untuk mengungkapkan kisah yang terpercaya, penulis novel tersebut melengkapi isinya dengan setumpuk data; buku-buku dari penelitian beberapa sejarawan terpercaya. Sebab, hal itu untuk menjamin "keakuratan" di tengah-tengah mitos atau legenda yang sampai detik ini melingkupi kepemimpinan dan kehebatan Toyotomi Hideyoshi.

(5)

Hideyoshi mengutuk nasib yang membelitnya. Kemiskinan yang menjerat, ia rubah menjadi sebuah kesuksesan dengan mengandalkan otak daripada tubuh, akal daripada senjata, strategi (dan logistik) daripada tombak. Tak mustahil, ia kemudian mampu meraih puncak karier gemilang menjadi Shogun Jepang bukan berdasarkan garis keturunan, melainkan dari kecerdikan otak.

Novel ini sangat menarik karena memiliki setting cerita dimana Toyotomi Hideyoshi membuka sebuah sekolah di Kuil Songaji dan mengajarkan pada murid-muridnya tentang prinsip hidup yang ia yakini dan lakukan untuk mencapai keberhasilannya dan juga cerita-cerita yang menunjukan bukti nyata akan prinsip hidup yang ia temukan. Ia menceritakan semua kisah hidupnya tersebut kepada semua muridnya. Dan tanpa disadari kita sebagai pembaca seolah-olah terhanyut di dalam cerita dan sedang berada di tengah-tengah kerumunan orang untuk mendengarkan kisahnya yang menarik untuk disimak dan penuh dengan kebijaksanaan dan pesan moral yang sangat penting.

Toyotomi Hideyoshi bukanlah tokoh rekaan. Ia tergolong salah satu orang yang paling luar biasa di dunia. Catatan sejarah mengatakan ia lahir tahun 1536 di desa Nakamura, sekarang pinggiran kota Nagoya provinsi Owari (sebelah barat Prefektur Aichi) dan meninggal pada tahun 1598. Tidak banyak yang diketahui tentang kehidupan Hideyoshi sebelum ia bekerja untuk Oda Nobunaga di usia 18 tahun dan menjadi kepala tukang kayu dan kepala bagian dapur di Istana Kiyosu.

(6)

berbakti sepenuh hati kepada cita-cita Nobunaga untuk mengakhiri peperangan antar-daerah dan menyatukan Jepang kembali “di bawah satu pedang”. Hideyoshi menggantikan Nobunaga yang wafat tahun 1582. Pada tahun 1590 Hideyoshi berhasil mengendalikan sebagian besar wilayah Jepang. Meskipun kurang berkibar dibandingkan Nobunaga atau Ieyasu, Hideyoshi adalah orang yang paling mengilhami warga Jepang untuk yakin dengan kemampuan mereka sendiri. Kesuksesan Hideyoshi ini ditopang oleh kemauannya yang keras. Niat dan usaha yang sungguh-sungguh inilah yang mampu mengubah keadaan seseorang. Hideyoshi telah membuktikan itu. Ia yang sebelumnya hanya seorang petani miskin, tubuhnya kecil, dan bakat bela dirinya yang minim dengan kemauan keras mampu menjadi pemimpin Jepang yang legendaris.

Dengan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti karakter tokoh utama melalui dialog tokoh utama maupun dialog antar tokoh lain, dan alur yang terjadi pada novel itu. Untuk itu penulis akan membahasnya dalam skripsi dengan judul “Analisis Cerita Novel Strategi Hideyoshi : Another Story of The Swordless

Samurai Karya Tim Clark dan Mark Cunningham Dilihat Dari Pendekatan Objektif”.

1.2. Perumusan Masalah

Novel “Strategi Hideyoshi : Another Story of The Swordless Samurai” ini

(7)

gejolak inilah istilah gekokujo menjadi terkenal. Kata itu berarti “yang rendah melengserkan yang tinggi dan kuat”. Suatu istilah yang menandai berakhirnya

sistem kepemimpinan berdasarkan bakat, yang dulunya berkembang dalam masyarakat feodal Jepang. Namun dalam kebanyakan kasus, mereka yang bangkit di tengah-tengah gekokujo tidak benar-benar “rendahan”. Mereka adalah samurai, pedagang yang berpengaruh, atau para pejabat gubernur yang berkemauan keras –

bukannya seorang petani miskin. Sehingga membuat kemajuan Hideyoshi yang mencengangkan menjadi cambuk semangat bagi rakyat jelata yang mendambakan perubahan nasib.

Novel ini menceritakan Toyotomi Hideyoshi membuka sebuah sekolah di Kuil Songaji dan mengajarkan tentang prinsip hidup yang ia yakini dan lakukan untuk mencapai keberhasilannya. Ia menceritakan semua kisah hidupnya kepada semua muridnya. Dan tanpa disadari kita sebagai pembaca seolah-olah terhanyut di dalam cerita dan sedang berada di tengah-tengah kerumunan orang untuk mendengarkan kisahnya yang menarik untuk disimak dan penuh dengan kebijaksanaan dan pesan moral yang sangat penting.

Untuk memudahkan arah sasaran yang ingin dikaji, maka masalah penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan berikut ini :

1. Bagaimana perwatakan tokoh utama “Toyotomi Hideyoshi” dalam novel “Strategi Hideyoshi : Another Story of The Swordless Samurai” Karya Tim Clark dan Mark Cunningham.

(8)

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan

Dari permasalahan-permasalahan yang ada maka penulis menganggap perlu adanya pembatasan ruang lingkup dalam pembahasan. Hal ini dimaksudkan agar masalah penelitian tidak terlalu luas dan berkembang jauh. Sehingga penulisan dapat terarah dan terfokus.

Penulis hanya memfokuskan pembahasan mengenai perwatakan tokoh utama dilihat dari dialog tokoh utama yang terdapat dalam cuplikan kalimat maupun dialog antar tokoh lain, dan alur yang terjadi di dalam novel Strategi Hideyoshi : Another Story of The Swordless Samurai. Novel ini ditulis oleh Tim Clark dan Mark Cunningham dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Leinovar Bahrein. Diterbitkan oleh Zahir Books cetakan I pada Agustus 2011 dengan tebal halaman sebanyak 280 lembar.

Dalam hal ini, penulis akan membahas watak tokoh utama yang cukup menonjol dalam novel tersebut yang akan ditunjukkan dalam beberapa buah cuplikan kalimat dalam novel tersebut.

(9)

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1. Tinjauan Pustaka

Abrams dalam Pradopo (2002:63) menyebutkan analisis dan penafsiran tidak dapat dipisahkan secara mutlak sebab analisis itu merupakan salah satu sarana penafsiran di samping parafrase dan komentar. Analisis dipisahkan dari penafsiran karena analisis merupakan sarana penafsiran yang khusus, yang memerlukan uraian panjang lebar. Dengan analisis ini makna karya sastra dapat ditafsirkan dengan lebih jelas, karya sastra dapat dikonkretisasikan dengan sebaik-baiknya meskipun analisis tidak dapat berdiri sendiri dalam konkretisasi karya sastra. Ada bermacam-macam analisis dalam mengkritik karya sastra. Di dalam analisis berikut dipergunakan tafsiran dari salah satu sudut pandang, yaitu sudut pandang objektif yang sifatnya struktural.

Pendekatan struktural merupakan pendekatan intrinsik, yakni membicarakan karya tersebut pada unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri atau dapat juga dikatakan unsur-unsur yang secara langsung membangun cerita. Unsur-unsur yang dimaksud seperti tema, plot / alur, latar, penokohan, dan lain-lain. Unsur intrinsik ini juga terdapat di dalam salah satu kaya sastra fiksi berupa novel. Unsur pembangun fiksi di dalam novel ini yang akan ditelaah adalah tokoh utama dan alur. Tokoh dan penokohan merupakan unsur yang penting dalam karya naratif. Penokohan dan karakterisasi sering juga disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan.

(10)

penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.

Lebih lanjut menurut Stanton dalam Nurgiyantoro (1995:165) penggunaan istilah “karakter” (character) sendiri dalam berbagai literatur bahasa Inggris

mengarah pada dua pengertian yang berbeda, yaitu sebagai tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan dan sebagai sikap, kertertarikan, keinginan, emosi, dan prinsip moral yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut. Dengan demikian “karakter” dapat berarti ‘pelaku cerita’ dan dapat pula berarti ‘perwatakan’.

Tokoh cerita (character) menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (1995:165) adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

Penokohan merupakan sebagai salah satu unsur pembangun fiksi dapat dikaji dan dianalisis keterjalinannya dengan unsur-unsur pembangun lainnya. Jika fiksi yang bersangkutan merupakan sebuah karya yang berhasil, penokohan pasti berjalan secara harmonis dan saling melengkapi dengan berbagi unsur yang lain, misalnya dengan unsur plot / alur dan latar, dan lain-lain.

Plot / alur merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tak sedikit orang yang menggangapnya sebagai yang terpenting di antara berbagai unsur fiksi yang lain. Tinjauan struktural terhadap karya fiksi sering lebih ditekankan pada pembicaraan plot / alur.

(11)

sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab akibat.

Menurut Stanton dalam Nurgiyantoro (1995:113) plot / alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.

Foster juga mengemukakan hal serupa. Foster dalam Nurgiyantoro (1995:113) menyebutkan plot / alur adalah peristiwa-peristiwa cerita yang mempunyai penekanan pada adanya hubungan kausalitas.

Fiksi sebagai sebuah dunia, membutuhkan tokoh, plot / alur, dan juga perlu latar. Latar atau setting yang disebut sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan, Abrams dalam Nurgiyantoro (1995:216). Stanton dalam Nurgiyantoro (1995:216) mengelompokkan latar, bersama dengan tokoh dan plot / alur, ke dalam fakta (cerita) sebab ketiga hal inilah yang akan dihadapi, dan dapat diimajinasi oleh pembaca secara faktual jika membaca cerita fiksi. Ketiga hal inilah yang secara konkret dan langsung membentuk cerita. Tokoh cerita adalah pelaku dan penderita kejadian-kejadian yang bersebab akibat, dan itu perlu pijakan, dimana dan kapan.

1.4.2. Kerangka Teori

(12)

Menurut Satoto (1993: 32) pendekatan objektif adalah suatu pendekatan dalam ilmu sastra yang cara kerjanya menganalisis unsur-unsur struktur yang membangun karya sastra dari dalam, serta mencari relevansi atau keterkaitan unsur-unsur tersebut dalam rangka mencapai kebulatan makna. Pendekatan objektif merupakan pendekatan intrinsik, yakni membicarakan karya tersebut pada unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Unsur-unsur yang dimaksud seperti tema, plot / alur, latar, penokohan, dan lain-lain. Pendekatan tersebut meneliti karya sastra sebagai karya yang otonom dan terlepas dari latar belakang sosial, sejarah, biografi pengarang dan segala hal yang ada di luar karya sastra.

Hal serupa disampaikan oleh Teeuw (1984: 135) pendekatan objektif mencoba menguraikan keterkaitan dan fungsi masing-masing unsur karya sastra sebagai kesatuan struktural yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Pendekatan objektif adalah pendekatan yang memberi perhatian penuh pada karya sastra sebagai struktur yang otonom, karena itu tulisan ini mengarah pada analisis karya sastra secara strukturalisme. Menurut Abrams dalam Pradopo (2002:54) pendekatan objektif adalah pendekatan yang memberi perhatian penuh pada karya sastra sebagai struktur yang otonom dengan koheresi intrinsik.

Selain itu Junus dalam Siswanto (2008:183) pendekatan objektif adalah pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya pada karya sastra. Pembicaraan kesusastraan tidak akan ada bila tidak ada karya sastra. Karya sastra menjadi sesuatu yang inti.

(13)

melainkan bahasa yang khas. Yakni bahasa yang memuat tanda-tanda atau semiotik. Bahasa itu akan membentuk sistem ketandaan yang dinamakan semiotik dan ilmu yang mempelajari masalah ini adalah semiologi.

Semiotik berasal dari kata Yunani yaitu semeion yang berarti tanda. Semiotik adalah model penelitian sastra dengan memperhatikan tanda-tanda. Tanda tersebut dianggap mewakili sesuatu objek secara representatif. Istilah semiotik sering digunakan bersama dengan istilah semiologi.

Semiologi juga sering dinamakan semiotika, artinya ilmu yang mempelajari tanda-tanda dalam karya sastra. Menurut Pradopo (2002:270), semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa sosial masyarakat dan kebudayaan itu mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, dan konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.

Model struktural semiotik muncul sebagai akibat ketidakpuasan terhadap kajian objektif. Jika objektif sekedar menitikberatkan aspek intrinsik, semiotik tidak demikian halnya, karena paham semiotik mempercayai bahwa karya sastra memiliki sistem sendiri. Itulah sebabnya muncul kajian struktural semiotik, artinya penelitian yang menghubungkan aspek-aspek struktur dengan tanda-tanda.

Dengan menggunakan teori pendekatan objektif tersebut penulis dapat menganalisis karakter tokoh utama dengan unsur lainnya seperti alur. Sehingga unsur-unsur yang di dalam novel “Strategi Hideyoshi : Another Story of The Swordless Samurai” memiliki hubungan yang baik, dan dengan pendekatan

(14)

1.5. Tujuan dan Manfat Penelitian 1.5.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui perwatakan tokoh utama dalam novel Strategi Hideyoshi : Another Story of The Swordless Samurai Karya Tim Clark dan Mark Cunningham.

2. Untuk mengetahui alur yang terjadi di dalam novel Strategi Hideyoshi : Another Story of The Swordless Samurai Karya Tim Clark dan Mark Cunningham.

1.5.2. Manfaat Penelitian

Adapun beberapa manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Membantu penikmat sastra dalam upaya meningkatkan apresiasi dan pemahaman terhadap karya sastra, khususnya terhadap novel Jepang. 2. Menambah pemahaman pribadi serta masyarakat umum tentang

manusia dengan segala kebijaksanaan dalam hidupnya.

3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi kepada mahasiswa Departemen Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara untuk meningkatkan kemampuan menganalisis karya sastra berbentuk novel.

1.6. Metode Penelitian

(15)

Menurut Subagyo (1997:1) metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat memahami objek sasaran yang dikehendaki dalam upaya mencapai sasaran atau tujuan pemecahan permasalahan.

Metode yang penulis gunakan adalah metode kualitatif. Menurut Ratna (2004:46) metode kualitatif memberikan perhatian terhadap data ilmiah, data dengan hubungannya dengan konteks kebenarannya. Cara-cara inilah yang mendorong kualitatif dianggap sebagai multi metode sebab pada gilirannya melibatkan sejumlah besar gejala sosial yang relevan.

Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah novel “Strategi Hideyoshi : Another Story of The Swordless Samurai” Karya Tim Clark dan Mark

Referensi

Dokumen terkait

Respon pelaksanaan program pembelajaran evaluasi oleh mahasiswa peserta mata kuliah untuk 5 subfaktor, yaitu variasi model yang digunakan, keterlibatan berpikir,

Dengan mengetahui kebutuhan serta sumber dokumen standar yang digunakan oleh mahasiswa, maka pihak- pihak terkait dengan informasi standardisasi bisa memperoleh gambaran

[r]

Carilah nilai yang berikut ini dengan sudut istimewa ( tidak dengan kalkulator

[r]

[r]

dalam bahan makanan dimulai pada akhir tahun 1800 , yaitu pewarna tambahan berasal dari alam seperti kunyit , daun pandan , angkak , daun suji, coklat , wortel , dan

Pendukung rencana strategis yang sudah dikerjakan adalah hasil analisis keadaan sekarang dan keadaan yang diharapkan di masa depan, hasil analisis SWOT Ma’had