• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Daya ledak Otot Perut Tungkai d

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hubungan Daya ledak Otot Perut Tungkai d"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT PERUT DAN OTOT TUNGKAI SERTA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KETERAMPILAN PIKE JUMP PADA ATLET

AEROBIC GYMNASTICS

Correlation of leg and abdominal muscles’ explosive power and self-confidence with pike jump skill

Firdaus Hendry

firdaus_hendri@unsur.ac.id

Universitas Suryakancana

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara daya ledak otot abdominal, otot tungkai, serta kepercayaan diri, terhadap keterampilan pike jump

cabang olahraga Aerobic Gymnastics.

Sample yang diikutsertakan dalam penelitian sebanyak 20 orang atlit elit Aerobic Gymnastics dengan menggunakan metode total sampling. Analisis data yang digunakan adalah regresi dan korelasi sederhana. Hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut yakni adanya hubungan yang signifikan antara daya ledak otot perut, otot tungkai, serta kepercayaan diri terhadap keterampilan pike jump sebesar

68,94%. Daya ledak otot perut berkontribusi sebesar 53% terhadap keterampilan pike jump. Kontribusi daya ledak otot tungkai sebesar 50.10% dan kepercayaan diri

sebesar 51.5% terhadap keterampilan pike jump.

Kata kunci: Daya ledak, otot perut, otot tungkai, kepercayaan diri, pike jump, Aerobic Gymnastics.

ABSTRACT

This research aims to determine the relationship between the explosive power of abdominal muscles, explosive power of leg muscles, and self-confidence with pike jump skill of Aerobic Gymnastics..

The sample is consisted of 20 persons of aerobic gymnast with total sampling selection method. Data analysis was performed using the simple regression and correlation, and multiple regression correlation. Results obtained from this study are: (1) by using the double correlation, abdominal muscles explosive power, leg muscles explosive power, and self-confidence together have relationship with pike jump skill with linear regression equation Ŷ = 10.06 + 0.349X1+ 0.144X2+ 0.303X3 these three

variables contribute effectively amounted to 68,94% of pike jump skill. (2) There is a positive relationship between explosive abdominal muscles with pike jump skill (r = 0.728) with linear regression equation Ŷ = 13.96 + 0.72X1 Explosive abdominal

muscles contribute as mush as 53.0 % effective to pike jump skill. (3) Leg muscles explosive power have a positive relationship with pike jump skill (r = 0.708) with regression equation Ŷ = 13.87 + 0.72X2. Leg muscles explosive power contributes

50.10% effective to pike jump skill (4) Self confidence have positive relationship with pike jump skill (r = 0.718) with regression equation Ŷ = 13.80 + 0.72X3. Self confidence

by 51.5 % effective to pike jump skill.

(2)

Pendahuluan

Aerobic Gymnastics telah menjadi salah satu cabang olahraga yang potensial dalam menorehkan prestasi setinggi-tingginya pada tiap event internasional, dikarenakan faktor-faktor mayoritas dan antropometri yang berperan tidak terlalu menuntut banyak kriteria alamiah pada diri atletnya. Seperti tinggi badan pada cabang Bola Voli atau Bola Basket, atau tingkatan klasifikasi ukuran berat badan seperti pada halnya cabang-cabang olahraga beladiri. Aerobic Gymnastics dapat dilakukan dan ditekuni oleh setiap orang dengan baik asalkan rajin dan tekun dalam berlatih, di belahan dunia manapun tanpa kecuali.

Aerobic Gymnastics mulai diperlombakan secara resmi dalam penyelenggaraan multi event antara negara-negara se-Asia Tenggara (Sea Games XXII) pada bulan Desember 2003 di Hanoi, Vietnam, lalu pada Sea Games XXIII tahun 2005 di Manila, Filipina, dan pada Sea Games XXIV tahun 2007 di Nakhorn Ratchasima, Thailand. Indonesia juga telah ikut serta pada multi event antar negara sekawasan Asia pada tahun 2005 di Thailand, dimana Asian Indoor Games pertama kali dipertandingkan. Pada tahun 2007 Indonesia ikut serta pada Asian Indoor Games kedua yang diadakan di Macau.

Unsur yang ada didalam Aerobic Gymnastics harus menampilkan beberapa syarat penilaian yaitu koreografi, musik, faktor kesulitan yang terdiri atas 12 (dua belas) elemen keterampilan yang memerlukan waktu 1,40 – 1,50 detik. Unsur yang dinilai adalah penampilan. Tiga hal penting yang dinilai dalam Aerobic Gymnastics meliputi: artistic, execution, dan difficulty. Hal-hal tertentu yang dipenuhi pada elemen artistic adalah sebagai berikut: (1) harus memperlihatkan kreatifitas, dan koreografi harus memperlihatkan muatan olahraga-olahraga tertentu, berbagai macam gerakan harus mempunyai hubungan yang erat dengan musik, gerakan dan ekspresi, (2) Tema gerak tidak boleh menggambarkan kekerasan, rasis dan seks, (3) Untuk kategori mixed pairs, trios dan groups memiliki beberapa teknik kerjasama termasuk juga pose awal dan pose akhir.

Penilaian execution menuntut agar semua gerakan harus ditampilkan secara sempurna. Sedangkan untuk aspek difficulty mengatur penilaian rangkaian gerak keterampilan yang harus dilakukan dengan sempurna dan menunjukkan daya ledak otot tungkai antara elemen-elemen di udara, dipermukaan, dan dilantai. Beberapa hal khusus pada elemen difficulty adalah: (1) sebuah elemen yang tidak memenuhi ketentuan minimum juga dihitung dalam 10 elemen tetapi nilainya 0, (2) maksimum dari 10 elemen ditampilkan oleh masing-masing peserta, (3) nilai dari difficulty adalah nilai-nilai dari 10 elemen yang ditampilkan, (4) semua elemen yang ditampilkan harus dari nama-nama elemen yang berbeda, (5) paling kurang satu elemen dari masing-masing kelompok dari pengelompokan elemen, (6) maksimum 6 (enam) elemen dilantai (termasuk mendarat di lantai saat split) dan (7) maksimum 2 elemen mendarat dalam posisi push up.

(3)

dapat melakukan lompatan setinggi mungkin serta melakukan gerakan pike dengan baik dan explosive.

Sebagai alasan dasar mengapa peneliti tertarik untuk meneliti keterampilan pike jump, karena elemen tersebut menjadi alternatif elemen lompatan yang digunakan oleh atlet aerobic gymnastics dalam koreografinya. Seorang pesenam akan dapat melakukan pike jump dengan baik apabila memiliki kondisi fisik yang baik. Maka atas dasar itu penulis bermaksud meneliti komponen daya ledak otot perut dan daya ledak otot tungkai tungkai yang menjadi salah satu faktor utama penentu keberhasilan dan kesempunaan melakukan keterampilan pike jump.

Secara psikologis, atlet yang memiliki kepercayaan diri optimal membuat sasaran yang berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. Sang atlet bermain dengan diri mereka sendiri yang mana ia mengerti bahwa mereka cukup baik dalam mencapai keberhasilan saat mencapai batasan yang lebih tinggi dari kemampuan yang dimilikinya, dan tidak berusaha untuk mendapatkan sasaran yang tidak mungkin dapat mereka raih. Seorang atlet dengan tingkatan kepercayaan diri yang tinggi pada dasarnya percaya bahwa ia akan berhasil.

Pada dasarnya kepercayaan diri merupakan kepercayaan dari kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan. Berdasarkan penelitian pada atlet yang berpengalaman, kepercayaan diri yang tinggi merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam pencapaian prestasi dan senantiasa dipelihara secara berkelanjutan. Memiliki kepercayaan diri yang tinggi bukan berarti sama sekali tidak memiliki pemikiran negatif atau perasaan cemas, namun, seorang atlet yang percaya diri memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya dalam memperlihatkan kualitas yang terbaik meskipun terdapat perasaan cemas atau keragu-raguan. Sebagai contoh apabila dalam kondisi latihan yang kurang baik atau prestasi yang dicapai dibawah rata-rata yang biasanya dicapai, seorang atlet yang percaya diri tetap percaya akan kemampuannya untuk menunjukkan yang terbaik.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Hubungan antara daya ledak otot abdominal, otot tungkai, serta kepercayaan diri, terhadap keterampilan pike jump cabang olahraga Aerobic Gymnastics.”

Perumusan masalah

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan yang berarti antara daya ledak otot perut dengan hasil keterampilan pike jump?

2. Apakah terdapat hubungan yang berarti antara daya ledak otot tungkai dengan keterampilan pike jump?

3. Apakah terdapat hubungan yang berarti antara kepercayaan diri dengan keterampilan pike jump?

4. Apakah terdapat hubungan yang berarti antara daya ledak otot perut dan daya ledak otot tungkai serta kepercayaan diri dengan keterampilan pike jump?

Kegunaan Penelitian

Penulis mengharapkan hasil penelitian dapat memiliki kegunaan sebagai berikut; 1. Memberikan suatu sumbangan pemikiran dan keilmuan yang sekaligus

(4)

2. Memberikan sumbangan pada para pelatih, pembina dan guru pendidikan jasmani untuk mengetahui sejauh mana pengaruh daya ledak otot perut dan daya ledak otot tungkai terhadap keterampilan pike jump.

3. Sebagai sumbangan khususnya untuk pembina, pelatih dan atlet Aerobic Gymnastics dalam membuat program yang tepat dalam latihan maupun pertandingan hingga dapat berprestasi semaksimal mungkin.

4. Dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan evaluasi dalam membuat acuan pola pembinaan atlet Aerobic Gymnastics Nasional.

Prosedur Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan desain korelasional. Sampel sebanyak 20 orang sesuai dengan yang dibutuhkan dalam penelitian. Instrumen yang digunakan penulis adalah untuk daya ledak otot perut dengan menggunakan tes V sit-up, dan untuk mengukur kemampuan otot tungkai menggunakan tes vertikal jump, sedangkan variable kepercayaan diri di ukur dengan menggunakan tes angket kepercaan diri.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Konstelasi Penelitian

Keterangan:

X1 = Daya ledak otot perut X2 = Daya ledak otot tungkai X3 = Kepercayaan diri

Y = Keterampilan pike jump TEKNIK ANALISIS DATA

Langkah-langkah dalam pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut: Data penelitian yang telah terkumpul diolah dan dianalisis dengan metode statistik, antara lain dilakukan penghitungan nilai rata-rata, standar deviasi dan pengujian persyaratan normalitas dari distribusi skor dengan menggunakan Uji Lilliefors. Selanjutnya, melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik analisis korelasional.

X1

X2

Y

(5)

Hasil Penelitian

Berikut ini hasil yang didapatkan dari pengambilan data saat penelitian berlangsung.

Deskripsi Data

Deskripsi data dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut di bawah ini:

Tabel 1: Deskripsi Hasil Penelitian Data Variabel X1, X2, X3, dan Y Statistika Dasar Variabel

X1 X2 X3 Y

Skor Maksimum 63 61 65 65

Skor Minimum 34 34 30 31

Rerata 49.95 50.00 50.10 49.90

Standar Deviasi 10.09 9.79 9.93 9.97

Median 51 52 51 50

Modus 37 60 51 43

1. Variabel KemampuanPike Jump(Y)

Berdasarkan Tabel di atas, diperoleh data hasil penelitian yang terkumpul dari hasil tes kemampuan pike jump (Y) dengan skor terendah sebesar 31, skor tertinggi sebesar 65, skor rata-rata X (Mean) sebesar 49.90, Standar Deviasi (Sd) sebesar 9.97, Modus (Mo) sebesar 43, dan Median (Me) sebesar 50.

Untuk lebih jelasnya, maka dapat dilihat pada distribusi frekuensi dari hasil tes kemampuan pike jump, pada tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 2: Distribusi Frekuensi Hasil Tes KemampuanPike Jump.

No Interval Frekuensi Absolut Data(fd) Frekuensi Relatif Data(%)

1 31 - 36 2 10

2 37 - 42 2 10

3 43 - 48 4 20

4 49 - 54 6 30

5 55 - 60 2 10

6 61 - 66 4 20

Jumlah 20 100

2. Variabel Daya Ledak Otot Perut

(6)

Tabel 3: Distribusi Frekuensi Hasil Tes Daya Ledak Otot Perut.

No Interval Frekuensi Absolut Data (fd) Frekuensi Relatif Data (%)

1 34 – 38 4 20

2 39 – 43 3 15

3 44 – 48 2 10

4 49 – 53 2 10

5 54 - 58 3 15

6 59 - 63 6 30

Jumlah 20 100

3. Variabel Daya Ledak Otot Tungkai

Berdasarkan pengolahan data penelitian dari hasil tes Daya Ledak Otot Tungkai (X2) diperoleh skor terendah sebesar 34, skor tertinggi sebesar 61, skor rata-rata X (Mean) sebesar 50.00, Standar Deviasi (Sd) sebesar 9.79, Modus (Mo) sebesar 60, dan Median (Me) sebesar 52.

Untuk lebih jelasnya, maka dapat dilihat pada distribusi frekuensi dari hasil tes daya ledak otot tungkai, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4: Distribusi Frekuensi Hasil Tes Daya Ledak Otot Tungkai

No Interval Frekuensi Absolut Data (fd) Frekuensi Relatif Data (%)

1 34 - 38 4 20

2 39 - 43 2 10

3 44 - 48 2 10

4 49 - 53 2 10

5 54 - 58 3 15

6 59 - 63 7 35

Jumlah 20 100

4. Variabel Kepercayaan diri

Berdasarkan pengolahan data penelitian dari hasil tes Kepercayaan diri (X3) diperoleh skor terendah sebesar 30, skor tertinggi sebesar 65, skor rata-rata X (Mean) sebesar 50.10, Standar Deviasi (Sd) sebesar 9.93, Modus (Mo) sebesar 51, dan Median (Me) sebesar 51.

(7)

Tabel 5: Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kepercayaan diri

No Interval Frekuensi Absolut Data (fd) Frekuensi Relatif Data (%)

1 30 - 35 2 10

2 36 - 41 2 10

3 42 - 47 3 15

4 48 - 53 5 25

5 54 - 59 4 20

6 60 - 65 4 20

Jumlah 20 100

Hasil Pengujian Normalitas Data

Pengujian prasyarat analisis data yang dilakukan adalah berupa uji normalitas. Pengujian ini dimaksudkan untuk prasyarat pengujian hipotesis, yaitu menggunakan uji parametrik jika data berdistribusi normal dan menggunakan uji non-parametrik jika data berdistribusi tidak normal.

Rangkuman hasil pengujian normalitas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6: Rangkuman Data Hasil Normalitas

Variabel N Lhitung Ltabel (α = 0.05) Kesimpulan

Y atas X1 20 0.119 0.190 Normal

Y atas X2 20 0.145 0.190 Normal

Y atas X3 20 0.101 0.190 Normal

Hasil Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas dilakukan untuk menguji kehomogenitasan varian antara kelompok-kelompok variabel kemampuan pike jump (Y) yang dikelompokkan berdasarkan kesamaan nilai variabel (X) atau dengan kata lain apakah sampel yang digunakan berasal dari populasi yang homogen, dengan pengujian homogenitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Bartlett. Pengujian homogenitas kelompok-kelompok Y atas X1 dan Y atas X2¬ dikatakan homogen apabila X2hitung < X2tabel.

Tabel 7: Rangkuman Hasil Uji Coba Homogenitas Varians dk X2hitung X2tabel

(α = 0.05) Kesimpulan

Y atas X1 14 2.483 23.685 Homogen

Y atas X2 17 4.171 21.026 Homogen

(8)

Uji Linieritas

Pengujian linieritas dilakukan untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel terikat dengan masing-masing variabel bebas. Adapun analisis yang digunakan adalah analisis linieritas regresi sederhana. Linieritas hubungan antara variabel bebas dapat diketahui dari persamaan garis regeresi yang dibentuk oleh setiap variabel bebas dan variabel terikat.

Jika harga Fhitung (Fh) lebih kecil dari Ftabel (Ft) untuk harga F tuna cocok pada taraf signifikan tertentu, maka hubungan kedua variabel adalah linier.

Tabel 8: Rangkuman Hasil Uji Linieritas Data

No Variabel Harga F Regresi Harga F Tabel Keterangan 0.05 0.01

1 Y atas X1 1.02 4.65 9.83 Linier

2 Y atas X2 0.11 4.00 7.72 Linier

3 Y atas X3 0.27 4.65 9.83 Linier

Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa nilai Fhitung untuk masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat, pada taraf kepercayaan α = 0.05 dan α = 0.01 menunjukkan bahwa hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat adalah linier.

Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukan pengujian persyaratan analisis data penelitian yang meliputi pengujian normalitas galat taksiran regresi dan homogenitas kelompok Y atas X1, X2, dan X3maka selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan berdasarkan data hasil penelitian yang disusun dalam bentuk deskripsi data.

Pengujian hipotesis tersebut meliputi pengujian signifikansi dan linieritas regresi, koefisien korelasi, koefisien korelasi parsial, dan signifikansi korelasi. Pengujian hipotesis dilakukan terhadap masing-masing hipotesis yang diajukan antara lain:

Hubungan antara Daya Ledak Otot Perut (X1) dengan Kemampuan Pike Jump(Y)

Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara daya ledak otot perut (X1) dengan kemampuan pike jump(Y). Dengan menggunakan model regresi dinyatakan melalui persamaan regeresi:

Ŷ=13.96 + 0.72X1

(9)

peningkatan satu unit skor pada daya ledak otot perut atlet, maka akan terjadi kecenderungan peningkatan hasil kemampuanpike jump0.72 pada konstanta 13.96. Persamaan regresiŶ=13.96 + 0.72X1

Selanjutnya untuk mengetahui keeratan hubungan antara daya ledak otot perut atlet dengan kemampuanpike jump, maka dilakukan perhitungan korelasi sederhana ry1 dan uji signifikansi koefisien korelasi. Berdasarkan perhitungan maka diperoleh korelasi sederhana ry1= 0.728.

Berdasarkan dari hasil perhitungan korelasi sederhana diperoleh koefisien korelasi antara Daya Ledak Otot Perut Atlet (X1) dengan kemampuan Pike Jump (Y) sebesar 0.728. Untuk mengetahui apakah nilai yang diperoleh tersebut signifikan, maka selanjutnya dihitung dengan uji signifkansi koefisien dengan kriteria pengujian adalah tolak hipotesis nol jika thitung > dari ttabel. Hasil yang diperoleh thitung sebesar 4.502 sedangkan ttabeldengan derajat kebebasan 18 dan taraf kepercayaan α = 0.01 diperoleh sebesar 2.567. Hasil perhitungan ini menunjukkan thitung > ttabel, dengan demikian koefisien korelasi antara X1dan Y adalah sangat signifikan.

Selanjutnya setelah diketahui koefisien korelasi antara X1 dan Y sangat signifikan, dihitung koefisien determinasi r2y1. Hasil perhitungan diperoleh 0.530. Hasil ini menunjukkan bahwa 53 % variasi kemampuan pike jump dapat dijelaskan oleh daya ledak otot perut atlet.

Apabila dilakukan pengontrolan terhadap varaibel kelincahan (X2), maka melalui analisis korelasi parsial (ry12) dapat diketahui besarnya peningkatan X1 terhadap Y. Hasil perhitungan diperoleh korelasi parsial (ry12) sebesar 0.452.

Dari hasil uji signifikansi koefisien korelasi parsial, diperoleh thitung = 2.091. Rangkuman hasil uji signifikansi koefisien korelasi parsial dapat dilihat pada tabel 10 berikut:

Tabel 9: Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Parsial antara Daya Ledak Otot Perut Atlet dan Kemampuan Pike Jump dengan Mengontrol Variabel Daya Ledak Otot Tungkai

Sampel Dk Koefisien thitung ttabel

Korelasi (ry12) 0.05 0.01

20 17 0.452 2.091 1.740 2.467

Keterangan:

Koefisien korelasi adalah signifkan dimana thitung= 2.091 > ttabel = 1.740 pada α = 0.05.

Berdasarkan perhitungan pada tabel 10 tersebut di atas, maka diperoleh hasil thitung = 2.091 > ttabel =1.740 pada taraf signifikansi α = 0.05. Ini berarti koefisien korelasi parsial antara Y dengan X1, apabila X2 dikontrol adalah signifikan. Hasil analisis ini membuktikan bahwa terdapat hubungan antara daya ledak otot perut atlet dengan kemampuan pike jump.

(10)

Hal ini berarti semakin baik daya ledak otot perut atlet maka semakin baik pula kemampuan pike jumpatlet.

Hubungan antara Daya Ledak Otot Tungkai (X2) dengan Kemampuan Pike Jump(Y)

Hipotesis kedua dalam penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara daya ledak otot tungkai dengan kemampuan pike jump (Y). Dengan menggunakan model regresi dinyatakan melalui persamaan regeresi:

Ŷ=13.87 + 0.72X2

Adapun hipotesis statistik kedua yang diajukan adalah sebagai berikut:

H0: ρY2 = 0

H0: ρY2 > 0

Hipotesis tersebut di atas bertujuan untuk melihat hubungan antara daya ledak otot tungkai (X2) dengan kemampuanpike jump(Y). Untuk mengungkapkan hubungan tersebut, maka dilakukan pengujian statistik dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana.

Uji signifikansi menggunakan model persamaan regresi yang memiliki kriteria yaitu menolak hipotesis nol (H0) Fhitung > Ftabel berdasarkan tabel 13 di atas Fhitung = 18.05 > Ftabel= 6.01 pada taraf signifikansi (α = 0.01). Ini berarti bahwa hipotesis nol (H0) ditolak dan sebaliknya hipotesis penelitian (Hi) diterima. Dengan demikian, maka model persamaan regresi signifikan.

Setelah dilakukan uji signifikansi, maka dilanjutkan dengan pengujian ke linieritas persamaan regresi diperoleh Ŷ=13.87 + 0.72X2dengan kriteria, menerima hipotesis (H0) apabila Fhitung < Ftabel. Berdasarkan tabel 13 di atas diperoleh Fhitung = 0.11 < Ftabel = 4.00 pada taraf signifikansi (α = 0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa persamaan regresiŶ =13.87 + 0.72X2adalah linier, artinya bentuk hubungan antara kemampuanpike jumpatas daya ledak otot tungkai sangat berarti dan berhubungan. Kedua variabel tersebut bersifat linier. Sehingga dapat disimpulkan bahwa daya ledak otot tungkai merupakan salah satu faktor penentu dari kemampuanpike jump.

Berdasarkan hasil uji signifikansi dan uji linearitas, maka dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi Ŷ = 13.87 + 0.72X2 adalah signifkan dan linier. Dari persamaan tersebut terlihat bahwa koefisien variabel X2 bernilai positif yang menggambarkan adanya hubungan positif antara variabel Y dan Variabel X2. Hal ini berarti adanya peningkatan variabel daya ledak otot tungkai akan diikuti dengan meningkatnya variabel kemampuan pike jump, atau dengan kata lain bahwa: setiap peningkatan satu unit skor pada daya ledak otot tungkai, maka akan terjadi kecenderungan peningkatan hasil kemampuan pike jump sebesar 0.71 pada konstanta 13.87. Persamaan regresiŶ=13.87 + 0.72X2

Selanjutnya untuk mengetahui keeratan hubungan antara daya ledak otot tungkai dengan kemampuan pike jump, maka dilakukan perhitungan korelasi sederhana ry2 dan uji signifikansi koefisien korelasi. Berdasarkan perhitungan maka diperoleh korelasi sederhana ry2= 0.708.

(11)

0.708. Untuk mengetahui apakah nilai yang diperoleh tersebut signifikan, maka selanjutnya dihitung dengan uji signifkansi koefisien dengan kriteria pengujian adalah tolak hipotesis nol jika thitung > ttabel. Hasil yang diperoleh thitung sebesar 4.248 sedangkan ttabel dengan derajat kebebasan 18 dan taraf kepercayaan α = 0.01 diperoleh sebesar 2.567. Hasil perhitungan ini menunjukkan thitung > ttabel, dengan demikian koefisien korelasi antara X2dan Y adalah sangat signifikan.

Selanjutnya setelah diketahui koefisien korelasi antara X2 dan Y sangat signifikan, dihitung koefisien determinasi r2y2. Hasil perhitungan diperoleh 0.501. Hasil ini menunjukkan bahwa 50.10% variasi kemampuan pike jump dapat dijelaskan oleh daya ledak otot tungkai.

Apabila dilakukan pengontrolan terhadap variabel kepercayaan diri X3, maka melalui analisis korelasi parsial (ry13) dapat diketahui besarnya peningkatan X2 terhadap Y. Hasil perhitungan diperoleh korelasi parsial (ry13) sebesar 0.453.

Dari hasil uji signifikansi diperoleh hasil thitung= 2.643 > ttabel= 2.567 pada taraf signifikansi α = 0.01. Ini berarti koefisien korelasi parsial antara Y dengan X2, apabila X1 dikontrol adalah signifikan. Hasil analisis ini membuktikan bahwa terdapat hubungan antara daya ledak otot tungkai dengan kemampuanpike jump.

Pengujian hipotesis ini menunjukkan bahwa kemampuan pike jump, ditentukan oleh daya ledak otot tungkai, dengan sumbangan sebesar 50.10%. Hal ini berarti semakin baik daya ledak otot tungkai maka semakin baik pula kemampuan pike jump.

Hubungan antara Kepercayaan diri (X3) dengan KemampuanPike Jump (Y) Hipotesis ketiga dalam penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara kepercayaan diri dengan kemampuan pike jump (Y). Dengan menggunakan model regresi dinyatakan melalui persamaan regeresi:

Ŷ=13.80 + 0.72X3

Adapun hipotesis statistik kedua yang diajukan adalah sebagai berikut:

H0 : ρY2 = 0

H0 : ρY2 > 0

Hipotesis tersebut di atas bertujuan untuk melihat hubungan antara kepercayaan diri (X3) dengan kemampuan pike jump (Y). Untuk mengungkapkan hubungan tersebut, maka dilakukan pengujian statistik dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana.

Setelah dilakukan uji signifikansi, maka dilanjutkan dengan pengujian ke linearitas persamaan regresi diperoleh Ŷ=13.80 + 0.72X3dengan kriteria, menerima hipotesis (H0) apabila Fhitung< Ftabel. Berdasarkan tabel 13 di atas diperoleh Fhitung= 0.27 < Ftabel = 4.65 pada taraf signifikansi (α = 0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa persamaan regresiŶ=13.80 + 0.72X3adalah linier, artinya bentuk hubungan antara kemampuan pike jump atas kepercayaan diri sangat berarti dan berhubungan. Kedua variabel tersebut bersifat linier. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri merupakan salah satu faktor penentu dari kemampuanpike jump.

(12)

peningkatan variabel kepercayaan diri akan diikuti dengan meningkatnya variabel kemampuan pike jump, atau dengan kata lain bahwa: setiap peningkatan satu unit skor pada daya ledak otot tungkai, maka akan terjadi kecenderungan peningkatan hasil kemampuan pike jump sebesar 0.72 pada konstanta 13.80. Persamaan regresi Ŷ=13.80 + 0.72X3

Selanjutnya untuk mengetahui keeratan hubungan antara kepercayaan diri dengan kemampuan pike jump, maka dilakukan perhitungan korelasi sederhana ry3 dan uji signifikansi koefisien korelasi. Berdasarkan perhitungan maka diperoleh korelasi sederhana ry2= 0.718.

Untuk mengetahui signifikansi koefisien korelasi maka dilakukan pengujian hipotesis dengan uji t.

Berdasarkan dari hasil perhitungan korelasi sederhana diperoleh koefisien korelasi antara kepercayaan diri X3dengan kemampuanpike jump(Y) sebesar 0.718. Untuk mengetahui apakah nilai yang diperoleh tersebut signifikan, maka selanjutnya dihitung dengan uji signifkansi koefisien dengan kriteria pengujian adalah tolak hipotesis nol jika thitung > ttabel. Hasil yang diperoleh thitung sebesar 4.370 sedangkan ttabeldengan derajat kebebasan 18 dan taraf kepercayaan α = 0.01 diperoleh sebesar 2.567. Hasil perhitungan ini menunjukkan thitung > ttabel, dengan demikian koefisien korelasi antara X3dan Y adalah sangat signifikan.

Selanjutnya setelah diketahui koefisien korelasi antara X3 dan Y sangat signifikan, dihitung koefisien determinasi r2y3. Hasil perhitungan diperoleh 0.515. Hasil ini menunjukkan bahwa 51.50% variasi kemampuan pike jump dapat dijelaskan oleh kepercayaan diri.

Apabila dilakukan pengontrolan terhadap variabel daya ledak otot tungkai X2, maka melalui analisis korelasi parsial (ry32) dapat diketahui besarnya peningkatan X3 terhadap Y. Hasil perhitungan diperoleh korelasi parsial (ry32) sebesar 0.395.

Dari hasil uji signifikansi koefisien korelasi parsial, diperoleh thitung = 1.773, maka diperoleh hasil thitung= 1.773 > ttabel = 1.740 pada taraf signifikansi α = 0.05. Ini berarti koefisien korelasi parsial antara Y dengan X3, apabila X2 dikontrol adalah signifikan. Hasil analisis ini membuktikan bahwa terdapat hubungan antara kepercayaan diri dengan kemampuanpike jump.

Pengujian hipotesis ini menunjukkan bahwa kemampuan pike jump , ditentukan oleh kepercayaan diri, dengan sumbangan sebesar 51.5 %. Hal ini berarti semakin baik kepercayaan diri atlet maka semakin baik pula kemampuanpike jump. Hubungan antara Daya Ledak Otot Perut (X1), Daya Ledak Otot Tungkai (X2), dan Kepercayaan diri (X3) Secara bersama-sama dengan KemampuanPike Jump(Y) Hipotesis terkahir yang akan diuji adalah terdapat hubungan yang positif antara daya ledak otot perut (X1), daya ledak otot tungkai (X2) dan kepercayaan diri (X3) secara bersama-sama dengan kemampuan pike jump (Y). Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan analisis regresi linier ganda dengan menggunakan model regresi dinyatakan melalui persamaan regeresi:

Ŷ=10.06 + 0.349X1+ 0.144X2+ 0.303X3

Adapun hipotesis statistik yang diajukan adalah sebagai berikut:

H0 : ρY12 = 0

H0 : ρY12 > 0

(13)

Uji signifikansi menggunakan model persamaan regresi yang memiliki kriteria yaitu menolak hipotesis nol (H0) Fhitung > Ftabel berdasarkan tabel 16 di atas Fhitung = 7.18 > Ftabel= 4.77 pada taraf signifikansi (α = 0.01). Ini berarti bahwa hipotesis nol (H0) diterima dan sebaliknya hipotesis penelitian (Hi) ditolak. Dengan demikian, maka model persamaan regresi Ŷ = 10.06 + 0.349X1+ 0.144X2+ 0.303X3artinya sangat signifikan.

Selanjutnya untuk mengetahui keeratan hubungan antara daya ledak otot perut (X1), daya ledak otot tungkai (X2) dan kepercayaan diri (X3) secara bersama-sama dengan kemampuan pike jump (Y) dilakukan dengan perhitungan korelasi ganda Ry.123dan uji signifikansi koefisien korelasi ganda R2y.123= 0.743.

Untuk mengetahui signifikansi koefisien korelasi maka dilakukan pengujian hipotesis dengan uji F.

Berdasarkan dari hasil perhitungan korelasi ganda diperoleh koefisien korelasi ganda antara daya ledak otot perut (X1), daya ledak otot tungkai (X2), dan kepercayaan diri (X3) secara bersama-sama dengan kemampuan pike jump (Y) sebesar 0.743. Untuk mengetahui apakah nilai yang diperoleh tersebut signifikan, maka selanjutnya dilakukan perhitungan dengan melakukan uji signifikan koefisien korelasi ganda dengan kriteria pengujian adalah tolak hipotesis nol jika Fhitung> Ftabel. Hasil perhitungannya terdapat pada tabel 17 di atas, maka diperoleh Fhitungsebesar 6.585 sedangkan Ftabel dengan derajat kebebasan (dk) pembilang 4 dan derajat kebebasan (dk) penyebut 16 pada taraf signifikan α = 0.01 diperoleh sebesar 4.77. hasil perhitungan ini menunjukkan Fhitung> Ftabel, dengan demikian koefisien korelasi ganda antara X1 ,X2,X3dengan Y adalah signifikan.

Selanjutnya setelah diketahui koefisien korelasi ganda antara X1X2,X3dengan Y adalah signifikan, dihitung koefisien determinasi R2y2. Hasil perhitungan diperoleh sebesar R2y2= 0.553. Hasil ini menunjukkan bahwa 55.30 % variasi kemampuan pike jump dijelaskan oleh daya ledak otot perut, daya ledak otot tungkai, dan kepercayaan diri.

Pengujian hipotesis ini menunjukkan bahwa kemampuan pike jump sangat ditentukan oleh daya ledak otot perut, daya ledak otot tungkai, dan kepercayaan diri, dengan sumbangan sebesar 55.30 %. Hal ini berarti semakin baik daya ledak otot perut, daya ledak otot tungkai, dan kepercayaan diri atlet maka akan semakin baik pula kemampuan keterampilanpike jump.

Pembahasan penelitian

Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan teknik korelasional, maka diperoleh hasil yang menunjukkan hubungan posistif antara daya ledak otot perut dengan kemampuan pike jump. Nilai hubungan antara daya ledak otot perut atlet dengan kemampuan pike jump, dengan nilai yang diperoleh koefisien korelasi ry1 = 0.728 pada α = 0.01. Hal ini dijelaskan dengan thitung = 4.502 > ttabel = 2.567. Dari hasil analisis ini diperkuat lagi oleh koefisien korelasi parsial ry2 = 0.452 yang signifikan pada α = 0.05 dengan thitung = 2.091 > ttabel = 1.740.

(14)

Dari hasil penelitian ini dapat ditemukan temuan yang memberikan informasi bahwa, seorang atlet yang memiliki kemampuan pike jump yang baik, maka atlet tersebut harus memiliki daya ledak otot perut yang baik. Apabila dikaitkan dengan hasil penelitian tersebut, jelaslah bahwa dengan peningkatan daya ledak otot perut atlet akan meningkatkan kemampuan pike jump. Sebaliknya kemampuan pike jump akan menurun apabila daya ledak otot perut yang dimiliki oleh seorang atlet kurang baik.

Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif yang signifikan antara daya ledak otot tungkai dengan kemampuan pike jump. Hubungan ini dapat terlihat pada koefisien ry2.1 = 0.708 yang signifikan pada α = 0.01. Hal ini ditunjukkan dengan thitung = 4.248 > ttabel = 2.567. Hasil dari analisis ini diperkuat oleh koefisien korelasi parsial ry2.1 = 0.453 yang signifikan pada α = 0.05 dengan thitung = 2.643 > ttabel = 1.740.

Sedangkan koefisien determinasi r2y2 yang diperoleh sebesar 0.501, hasil ini dapat diinterpretasikan bahwa 50.10% variasi kemampuan pike jump dapat ditunjang oleh daya ledak otot tungkai. Pola hubungan antara kedua variabel tersebut dapat ditunjukkan dengan persamaan regresi Ŷ = 13.87 + 0.72X2 yang berarti apabila daya ledak otot tungkai seorang atlet ditingkatkan satu unit maka kemampuan pike jump akan meningkat 0.72 pada konstanta 13.87. Keadaan ini menunjukkan bahwa semakin baik daya ledak otot tungkai seorang atlet, maka akan semakin baik kemampuan pike jump atlet tersebut. Dari hasil penelitian ini dapat ditemukan temuan yang memberikan informasi bahwa seorang atlet yang memiliki kemampuan pike jump yang baik, maka atlet tersebut harus memiliki daya ledak otot tungkai yang baik.

Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif yang signifikan antara kepercayaan diri dengan kemampuan pike jump. Hubungan ini dapat terlihat pada koefisien ry2.1 = 0.718 yang signifikan pada α = 0.01. Hal ini ditunjukkan dengan thitung = 4.370 > ttabel = 2.567. Hasil dari analisis ini diperkuat oleh koefisien korelasi parsial ry2.1 = 0.395 yang signifikan pada α = 0.05 dengan thitung = 1.773 > ttabel = 1.740.

Sedangkan koefisien determinasi r2y2 yang diperoleh sebesar 0.515, hasil ini dapat diinterpretasikan bahwa 51.5 % variasi kemampuan pike jump dapat ditunjang oleh kepercayaan diri atlet. Pola hubungan antara kedua variabel tersebut dapat ditunjukkan dengan persamaan regresi Ŷ = 13.80 + 0.72X3 yang berarti apabila kepercayaan diri seorang atlet ditingkatkan satu unit maka kemampuan pike jump akan meningkat 0.72 pada konstanta 13.80. Keadaan ini menunjukkan bahwa semakin baik kepercayaan diri seorang atlet, maka akan semakin baik pula kemampuan pike jump atlet tersebut. Dari hasil penelitian ini dapat ditemukan temuan yang memberikan informasi bahwa seorang atlet yang memiliki kemampuan pike jump yang baik, juga harus memiliki kepercayaan diri yang baik.

Pada hasil pengujian hipotesis keempat membuktikan bahwa terdapat hubungan yang positif yang signifikan antara daya ledak otot perut, daya ledak otot tungkai, dan kepercayaan diri secara bersama-sama dengan kemampuan pike jump. Dengan keeratan hubungan tersebut ditunjukkan dengan koefisien korelasi Ry12 = 0.743 artinya signifikan pada α = 0.01. Hasil pengujian ini ditunjukkan dengan Fhitug = 6.585 > Ftabel = 4.77.

(15)

Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini ditemukan temuan yang memberikan informasi bahwa, seorang atlet yang memiliki kemampuan pike jump yang baik, maka atlet tersebut harus meningkatkan daya ledak otot perut, daya ledak otot tungkai, dan kepercayaan diri. Dengan daya ledak otot perut yang baik dan ditunjang oleh daya ledak otot tungkai dan kepercayaan diri yang baik pula, maka atlet tersebut akan memiliki kemampuan pike jump yang baik pula. Untuk dapat memiliki daya ledak otot perut yang baik, daya ledak otot tungkai dan kepercayaan diri yang baik, maka dibutuhkan latihan-latihan yang terencana, teratur dan terukur sehingga atlet akan memiliki kemampuan pike jump yang baik. Sebaliknya kemampuan pike jump akan menurun, apabila atlet tersebut tidak melakukan latihan-latihan daya ledak otot perut dan daya ledak otot tungkai yang disertai oleh kepercayaan diri yang tinggi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel daya ledak otot perut (X1) daya ledak otot tungkai (X2), dan kepercayaan diri atlet (X3) memiliki hubungan dengan kemampuan pike jump. Ini berarti, bahwa semakin baik daya ledak otot perut, daya ledak otot tungkai, dan kepercayaan diri atlet, makin baik pula kemampuan pike jump. Dan sebaliknya, makin rendah daya ledak otot perut, daya ledak otot tungkai, dan kepercayaan diri atlet, makin rendah pula kemampuan pike jump atlet. Oleh karena itu, daya ledak otot perut, daya ledak otot tungkai, dan kepercayaan diri atlet merupakan tiga variabel yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan kemampuan pike jump. Dari temuan penelitian tersebut dapat dimanfaatkan oleh pelatih Aerobic Gymnastics dan guru pendidikan jasmani untuk meningkatkan kemampuan pike jump dengan cara menyusun program latihan yang mengacu kepada variabel-variabel penelitian di atas. Dengan semakin baiknya daya ledak otot perut, daya ledak otot tungkai, dan kepercayaan diri atlet maka akan meningkatkan kemampuan pike jump atlet.

Implikasi Penelitian

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian tersebut di atas, maka dapat dijelaskan suatu upaya-upaya untuk meningkatkan daya ledak otot perut, daya ledak otot tungkai, dan kepercayaan diri atlet sehingga akan meningkatkan pula kemampuan pike jump. Adapun implikasi yang dimaksud seperti berikut ini:

1. Meningkatkan Daya Ledak Otot Perut Atlet

Daya ledak otot perut atlet merupakan variabel yang menunjang kemampuan pike jump. Karena itu perlu diupayakan untuk meningkatkan daya ledak otot perut atlet. Dengan memiliki daya ledak otot perut yang baik, maka atlet akan memiliki kemampuan untuk melakukan gerakan pike jump sempurna.

2. Meningkatkan Latihan Daya Ledak Otot Tungkai

(16)

3. Meningkatkan Kepercayaan diri

Kepercayaan diri merupakan faktor yang sangat tidak dapat dianggap sepele. Seorang atlet apapun apabila tidak memiliki kepercayaan diri maka atlet tersebut cenderung untuk tidak mau meningkatkan kemampuannya yang dapat mengantarkannya pada kemenangan di setiap pertandingan. 4. Merancang Program Latihan Pike Jump

Daya ledak otot perut, daya ledak otot tungkai, dan kepercayaan diri merupakan variabel yang menunjang kemampuan pike jump. Baik variabel daya ledak otot perut, daya ledak otot tungkai, maupun kepercayaan diri atlet memiliki hubungan dengan kemampuan pike jump. Dengan diketahuinya ketiga variabel yang memiliki hubungan dengan kemampuan pike jump, maka diupayakan dalam merancang program latihan yang mengutamakan variabel daya ledak otot perut, daya ledak otot tungkai, dan kepercayaan diri atlet untuk meningkatkan kemampuan pike jump.

Dengan merancang program latihan dari variabel daya ledak otot perut, daya ledak otot tungkai, dan kepercayaan diri atlet, maka diharapkan variabel daya ledak otot perut, daya ledak otot tungkai, dan kepercayaan diri atlet akan meningkat. Dengan meningkatnya variabel daya ledak otot perut, daya ledak otot tungkai, dan kepercayaan diri atlet, maka akan meningkatkan juga kemampuan pike jump. Dengan meningkatnya kemampuan atlet dalam melakukan keterampilan pike jump, diharapkan dapat meningkatkan prestasi atlet secara umum. Seorang atlet Aerobic Gymnastics yang memiliki kemampuan keterampilan pike jump yang baik akan mudah untuk dapat meraih sukses pada cabang olahraga Aerobic Gymnastics.

Saran

Berdasarkan analisis data dan kesimpulan yang diperoleh, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Dalam usaha meningkatkan kemampuan pike jump dalam olahraga Aerobic Gymnastics disarankan pada pelatih Aerobic Gymnastics dapat mengembangkan berbagai program latihan yang dapat menunjang peningkatan daya ledak otot perut, daya ledak otot tungkai, serta kepercayaan diri atlet pada saat melakukan latihan, sehingga para atlet mampu melakukan gerakan pike jump dengan semaksimal mungkin.

2. Untuk dapat menciptakan atlet Aerobic Gymnastics yang berprestasi, maka diperlukan beberapa persyaratan: diantaranya memiliki kondisi antropometri dan biomotorik baik, serta memiliki kepercayaan diri yang baik pula. Maka dari itu, disarankan hasil penelitian ini dipergunakan sebagai alat tes untuk mencari dan memilih atlet Aerobic Gymnastics pada tingkat pembibitan (talent scoting), maupun pada tahapan spesialisasi, yang dapat diharapkan di masa depan.

(17)

Daftar Pustaka

Abdulkadir Ateng, M. P, Asas-asas dan Landasan Olahraga (Jakarta: Karunika, Universitas Terbuka, 1986)

Agus Mahendra, Pembelajaran Senam Pendekatan Pola Gerak Dominan untuk Siswa SLTP Edisi Ke-I, (Jakarta; Direktorat Jenderal Olahraga, Depdiknas, 2001)

Delavier, Frederic, Strength Training Anatomy, 2nd ed. (Paris, France, 2006) Federation Aerobic Gymnastics, Code of Point Aerobic Gymnastics (France:2005-2008)

Gallahue, David L., Ozmun, John, C, Understanding Motor Development Infants, Children, Adolescents, Adults, 6th ed. (Singapore, McGraw Hill, 2006)

Feltz, Self-Confidence and Sports Performance, (Michigan State University)

Gerald, Carr, Sport Mechanics for Coaches, second edition (USA, Human Kinetics,2004)

I Made Putrawan, Pengujian Hipotesis dalam Penelitian-Penelitian Sosial, Jakarta: Rineka Cipta, 1990

Jarvis, Matt, Sport Psychology,(London and New York, Routledge, 2006)

Martens, Rainer, Coaches Guide to Sport Psychology (Illinois, Human Kinetics Publishers, Inc, 1942)

Martiknyo, Suryo, Studi Korelasional antara Daya Ledak Otot Tungkai, Kelentukan Togok dan Rasa Percaya Diri dengan Kemampuan Lompat Tinggi Gaya Straddle, (Jakarta, PPS UNJ 2011)

Mcginnis, Peter Merton, Biomechanics of sport and exercise 2nd ed. (USA, Human Kinetics, 2005)

Shepherd, John, Sports Training (London, A&C Black, 2006)

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998

Rijal Umami, Studi Korelasional antara Daya Ledak Otot Tungkai, Kelentukan Togok dan Keseimbangan Statis dengan Keterampilan Aerobic Gymnastics Klub Estafet Indonesia, Thesis (Jakarta: PPS UNJ 2011)

Woolfolk, Anita E., Educational Psychology, (Boston: Allyn and bacon, 1995) Barbara De Angelis, Percaya Diri, terjemahan Baty Subakti,(Jakarta:PT. SUN, 1995)

Gambar

Tabel 3: Distribusi Frekuensi Hasil Tes Daya Ledak Otot Perut.
Tabel 7: Rangkuman Hasil Uji Coba HomogenitasX
Tabel 8: Rangkuman Hasil Uji Linieritas Data

Referensi

Dokumen terkait

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS AIRLANGGA UNIVERSITAS AIRLANGGA Senin, 14 Maret 211 Senin, 14 Maret 211 Wa!t&#34; # $ %enit Wa!t&#34; # $ %enit. I : Pilihlah salah

Peningkatan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis berpengaruh pada meningkatnya kemampuan menulis cerpen siswa. Hasil pembelajaran menulis cerpen siswa

Gambar (b) : pada titik X, akan timbul gaya dalam (Lx) dan momen lentur (Mx) yang akan mengimbangi gaya luar (P) yang bekerja tegak lurus batang A-B. Gaya dalam pada titik X

Faktor- faktor yang berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap tingkat adopsi teknologi usahatani padi sawah adalah pengetahuan, sedangkan

Model pembelajaran daring yang menjadi pilihan pertama, yaitu sebanyak 100% guru-guru menggunakan fasilitas WA atau sering dikenal dengan WhatsApps , dimana guru membuat

1. Kegiatan pendampingan dilakukan secara berkelompok yang terdiri dari ketua dan anggota. Sebelum perencanaan dilakukan, tim terlebih dahulu mengidentifikasi kondisi dan

Digital merupakan sinyal data dalam bentuk pulsa yang dapat mengalami perubahan yang tiba-tiba dan mempunyai besaran 0 dan 1. Sinyal digital hanya memiliki dua keadaan,

Perwujudan dari syukur kepada manusia adalah dengan cara membalas perbuatan baik dengan yang lebih baik ( ihsān ) atau setidaknya sama baiknya, walaupun dalam konteks