• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat memengaruhi kesuksesan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat memengaruhi kesuksesan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1. Latar Belakang Masalah

Teori ekonomi menjelaskan bahwa pengambilan keputusan rasional ditandai dengan upaya manajer untuk meningkatkan keuntungan maksimal perusahaan. Tindakan tersebut dapat dilakukan dengan cara menyelaraskan tujuan serta mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat memengaruhi kesuksesan perusahaan (Durendez, 2016). Lunenburg (2010) menegaskan bahwa pembuatan keputusan harus dilakukan secara tepat, benar dan pada waktu yang tepat pula. Oleh karena itu, manajer tidak hanya melakukan investasi pada proyek yang memberikan keuntungan jangka pendek namun juga keuntungan jangka panjang. Manajer diharapkan dapat bertindak rasional dengan cara meneruskan proyek-proyek yang menguntungkan dan menghentikan proyek-proyek-proyek-proyek yang tidak menguntungkan.

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, banyak penelitian yang telah berhasil menemukan bukti empiris bahwa seorang manajer tidak lagi mementingkan keuntungan maksimal perusahaan. Beberapa penyebab perilaku tersebut yaitu adanya rasa tanggung jawab pengambil keputusan (Staw, 1976), rentang kendali individu yang dikenal dengan istilah locus of control (Singer dan Singer, 1986), sunk cost (Garland dan Newport, 1991), harapan memperoleh hasil dari investasi (Brockner, 1992), kondisi adverse selection (Harrison dan Harrell,

(2)

1993), penalaran moral individu (Rutledge dan Karim, 1999), dan tingkat penyelesaian proyek (Boehne dan Paese, 2000; Buxton dan Rivers, 2014).

Penelitian di atas bersifat kontradiktif dengan teori ekonomi yang dijelaskan sebelumnya. Lunenburg (2010) menambahkan bahwa eskalasi komitmen merupakan serangkaian tindakan yang tidak produktif karena adanya kecenderungan pembuat keputusan untuk berinvestasi uang, waktu atau usaha atas tindakan yang gagal. Lebih lanjut Bazerman (1994) menyebut tindakan tersebut sebagai nonrational escalation of commitment (eskalasi komitmen tidak rasional).

Penggunaan istilah tindakan irasional karena manajer yang telah membuat komitmen awal dan kemudian mendapatkan umpan balik negatif maka manajer tersebut akan cenderung mempertahankan komitmen awalnya dengan cara melanjutkan proyek yang tidak menguntungkan tersebut (Staw, 1976). Senada, Bazerman (1994) mengatakan bahwa eskalasi merupakan derajat dimana individu mempertahankan komitmen awalnya atas tindakan-tindakan tertentu yang dilakukan sebelumnya hingga adanya pencapaian titik yang melewati model pengambilan keputusan yang rasional.

Hasil penelitian sebelumnya berhasil membuktikan variabel yang dapat mengurangi atau menurunkan eskalasi komitmen manajer, misalnya evaluasi proses pengambilan keputusan manajer (Simonson dan Staw 1992), menyediakan feedback yang tidak ambigu, pelaporan progress kinerja, dan informasi tentang keuntungan di masa depan (Ghosh, 1997), self hurdle rates (Cheng et al., 2003), penggunaan informasi akuntansi (Effriyanti, 2005), monitoring control (Ang dan Cheng, 2014; Berg et al., 2009; Buxton dan Rivers, 2014; Chong dan Suryawati,

(3)

2010; Decker, 1992; Dewi dan Supriyadi, 2012; Ghosh, 1997; Helmayunita, 2012; Kirby dan Davis, 1998), pengawasan dan sistem kompensasi (Nayang, 2012), moral reasoning individu yang didukung oleh informasi kinerja ekonomi dan non ekonomi (Rusdianto, 2016), efektifitas keberadaan kode etik (Narsa, 2016).

Penelitian sebelumnya telah berhasil mengusulkan teori yang dapat menjelaskan tendensi eskalasi komitmen manajer, diantaranya self-justification theory. Teori tersebut pertama kali dikenalkan oleh Staw (1976) ke dalam konteks investasi modal (Cheng et al., 2003). Self-justification theory diartikan sebagai rasa tanggung jawab manajer yang tinggi terhadap konsekuensi negatif, sehingga adanya kecenderungan untuk mengalokasikan sumber daya terhadap keputusan investasi yang telah diambil sebelumnya (Staw, 1976). Lebih lanjut, Brockner (1992) juga menggunakan self-justification theory di dalam penelitiannya. Teori lain yang telah terbukti secara signifikan dapat menjelaskan tendensi eskalasi komitmen manajer yaitu teori keagenan (e.g. Harrison dan Harrell, 1993;1994) dan teori prospek (e.g. Ruchala, 1999).

Analisis Sleesman et al. (2012) menyatakan bahwa teori yang dipaparkan sebelumnya masih bersifat parsial karena sebagian besar masih berfokus pada penjelasan eskalasi yang dilihat dari sudut pandang determinan proyek dan determinan psikologi sedangkan determinan faktor sosial dan struktural masih terbatas. Lebih lanjut, Harrison dan Harrel (1993) berpendapat bahwa seringkali ditemukan hasil yang tidak konsisten apabila tendensi eskalasi komitmen hanya didasarkan pada self-justification theory saja sehingga dibutuhkan teori alternatif dalam memandang permasalahan ini. Senada, Brockner (1992) juga berpendapat

(4)

bahwa self justification theory merupakan teori yang sangat signifikan dalam menjelaskan tendensi eskalasi komitmen, namun teori tersebut belum menjelaskan fenomena eskalasi secara menyeluruh. Kondisi ini kemudian menjadi motivasi peneliti untuk melakukan investigasi lebih lanjut dan mengusulkan teori perbandingan sosial (social comparison theory) dalam menjelaskan problem eskalasi komitmen manajer. Teori perbandingan sosial diartikan sebagai bawaan yang ada pada individu untuk membandingkan dirinya dengan orang lain serta menghindari terlihat buruk pada saat dilakukan perbandingan (Festinger, 1954).

Sependek pengetahuan peneliti, belum ditemukan adanya penelitian yang menggunakan teori perbandingan sosial dalam menjelaskan tendensi eskalasi komitmen manajer. Alasan peneliti mengusulkan teori perbandingan sosial yaitu, pertama Hannan et al. (2013) menjelaskan bahwa kondisi perbandingan sosial dengan menghadirkan informasi kinerja relatif dapat memengaruhi motivasi seseorang (motivation effect) yang menghasilkan peningkatan usaha (increased effort) dan penyimpangan usaha (distortion effort). Hasil penelitian Hannan et al. (2013) menunjukan bahwa informasi kinerja relatif (RPI) dapat mendorong peningkatan dan penyimpangan usaha, namun kedua motivasi tersebut lebih besar ketika informasi kinerja relatif bersifat publik daripada privat.

Sejalan dengan penelitian di atas, Luft (2016) berpendapat bahwa pada dasarnya individu akan menolak terlihat buruk pada saat dibandingkan dengan orang lain, sehingga peneliti menduga bahwa manajer yang menghadapi kegagalan proyek akan termotivasi untuk melakukan penyimpangan usaha dengan cara mengalokasikan sumber daya yang dimiliki agar terhindar dari self image

(5)

negatif ketika bersaing dengan manajer proyek yang lain. Dalam konteks ini keputusan eskalasi komitmen manajer dilihat dari determinan sosial.

Kedua, teori keagenan yang digunakan pada penelitian sebelumnya masih berfokus pada hubungan antara atasan dan bawahan. Dalam penelitiannya Luft (2016) menyatakan bahwa sebagian besar penelitian akuntansi manajemen masih berfokus pada hubungan hirarki antara atasan dan bawahan sedangkan hubungan horizontal berupa kerjasama dan persaingan antar bawahan belum terlalu diperhatikan. Hal ini kemudian memotivasi peneliti untuk meneliti pengaruh persaingan antar manajer proyek (yang merupakan bawahan) terhadap keputusan eskalasi komitmen. Peneliti mengusulkan variabel penyediaan informasi kinerja relatif (RPI) berupa pemberian peringkat pada setiap manajer proyek yang terdiri dari dua bentuk yaitu privat dan publik dengan menggunakan teori perbandingan sosial.

Lebih lanjut, alasan di atas diperkuat oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hsieh et al. (2015) yang telah menguji pengaruh kompetitor sebagai referensi manajer dalam melakukan eskalasi komitmen. Namun penelitian tersebut masih berfokus pada kompetitor yang bersifat eksternal yang berada pada kondisi persaingan pasar. Sedangkan pengaruh persaingan pada lingkungan internal perusahaan terhadap keputusan eskalasi komitmen belum pernah diteliti sebelumnya. Oleh sebab itu, peneliti bermaksud memperluas penelitian tersebut dengan menguji pengaruh persaingan yang bersifat internal (antara manajer perusahaan yang berperan sebagai manajer proyek) terhadap tendensi eskalasi

(6)

komitmen manajer. Dalam konteks ini eskalasi komitmen dilihat berdasarkan determinan struktural organisasi.

Dalam penelitiannya Hannan et al. (2013) terlebih dahulu melakukan pengukuran self esteem partisipan. Alasannya, self esteem individu dapat memengaruhi keputusan individu ketika berada dalam kondisi perbandingan sosial. Lebih lanjut, penelitian lain menyatakan bahwa Self esteem merupakan evaluasi positif atau negatif dalam memandang dirinya sendiri (Rosenberg, 1965). Self esteem merupakan sifat kepribadian (personal traits) yang dinilai dapat memengaruhi reaksi individu dalam pengambilan keputusan ketika menghadapi kesuksesan atau kegagalan (Chong, 1998; Chong dan Eggleton, 2003; dan Gul, 1984; Shrauger dan Rosenberg, 1969).

Berangkat dari penelitian Hannan et al. (2013), penelitian ini akan menginvestigasi pengaruh self esteem dan informasi kinerja relatif (RPI) terhadap keputusan manajer dalam melanjutkan atau menghentikan proyek yang terancam gagal. Informasi kinerja relatif (RPI) dimanipulasikan dalam bentuk informasi kinerja relatif bersifat privat dan publik, Namun, sebelumnya akan dilakukan pengukuran karakteristik personal partisipan berupa level self esteem yang dibagi ke dalam self esteem tinggi dan self esteem rendah. Manipulasi eskalasi komitmen pada penelitian ini akan menempatkan partisipan sebagai manajer proyek yang berada dalam kondisi asimetri informasi.

1.2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, secara spesifik pertanyaan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

(7)

1. Apakah self esteem dapat memengaruhi keputusan manajer untuk melanjutkan atau menghentikan proyek yang terancam gagal pada saat berada dalam kondisi asimetri informasi?

2. Apakah informasi kinerja relatif (RPI) dapat memengaruhi keputusan manajer untuk melanjutkan atau menghentikan proyek yang terancam gagal pada saat berada dalam kondisi asimetri informasi?

3. Apakah terdapat pengaruh interaksi antara self esteem dan informasi kinerja relatif terhadap keputusan manajer untuk melanjutkan atau menghentikan proyek yang terancam gagal pada saat berada dalam kondisi asimetri informasi?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh informasi kinerja relatif (RPI) dan self esteem terhadap keputusan eskalasi komitmen manajer, secara spesifik tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut.

1. Untuk menguji pengaruh self esteem terhadap keputusan manajer dalam melanjutkan atau menghentikan proyek yang terancam gagal pada saat berada dalam kondisi asimetri informasi.

2. Untuk menguji pengaruh dari informasi kinerja relatif (RPI) terhadap keputusan manajer dalam melanjutkan atau menghentikan proyek yang terancam gagal pada saat berada dalam kondisi asimetri informasi.

3. Menguji pengaruh interaksi antara self esteem dan informasi kinerja relatif terhadap keputusan manajer dalam melanjutkan atau menghentikan proyek yang gagal pada saat berada dalam kondisi asimetri informasi.

(8)

1.4. Kontribusi Penelitian

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur eskalasi komitmen dengan menambahkan teori perbandingan sosial. Teori perbandingan sosial dijelaskan dengan menggunakan ketersediaan informasi kinerja relatif (RPI) yang dihadirkan secara privat maupun publik, kemudian ditambahkan dengan karakteristik personal dalam pengambilan keputusan yaitu level self esteem manajer.

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang mungkin dapat digunakan oleh perusahaan, pembuat kebijakan, dan peneliti terkait pengaruh dari perbandingan sosial dengan cara menghadirkan informasi kinerja relatif dan menilai karakteristik personal manajer melalui self esteem sebagai variabel yang dapat mendorong tendensi eskalasi komitmen manajer.

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tesis ini diawali dengan bab pendahuluan dan diakhiri dengan bab simpulan yang dirinci sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab 1 pada penelitian ini terdiri dari latar belakang dilakukan penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian terakhir kontribusi yang diberikan.

Bab II Teori dan Pengembangan Hipotesis

Bab ini menjelaskan tentang teori eskalasi komitmen, teori keagenan, self esteem, informasi kinerja relatif (RPI). Teori yang digunakan sebagai dasar dalam merumuskan hipotesis penelitian ini.

(9)

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan tentang desain penelitian, partisipan eksperimen, prosedur eksperimen, operasional dan pengukuran variabel penelitian dan terakhir teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan.

Bab ini menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan eksperimen yang dimulai dari uji pilot, distribusi partisipan, hasil cek manipulasi, statistik deskriptif, hasil pengujian validitas dan reliabilitas, hasil pengujian ANOVA, dan diskusi pengujian hipotesis.

Bab V Simpulan, Implikasi, Keterbatasan Dan Saran

Bab ini menjelaskan tentang simpulan dari hasil penelitian, implikasi penelitian, keterbatasan dan saran-saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian pengaruh bahan logam terhadap sifat elastic recovery permukaan bahan UHMWPE hasil pemesinan untuk kondisi kontak mekanik metal on polymer implan orthopedi

Dalam pembacaan retroaktif atau hermeneutik, hipogram potensial menunjukkan gagasan bahwa si aku lirik seperti malam yang penuh teka-teki, seperti angin dan masa yang

Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa praktik jual beli durian dengan sistem timbangan yang dilakukan pedagang durian di Kelurahan Pengajaran,

SANGAT MENINGKAT 1% MENINGKAT 8% MEROSOT 43% KURANG MEROSOT 25% SANGAT MEROSOT 21% Hanya 8% pengundi merasakan situasi ekonomi negara meningkat Releksi daripada

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) upaya layanan bimbingan konseling Islam yang dilakukan guru konselor untuk menyadarkan perilaku merokok pada siswa di SMP Negeri 5

Personalisasi reward dalam penelitian ini masih terbatas karena menggunakan Finite State Machine yang perilakunya terbatas, sehingga jika dimainkan berulangkali maka

Nilai yang menggambarkan manfaat (kesejahteraan) yang diperoleh seseorang/masyarakat dengan mengetahui keberadaan hutan, meskipun masyarakat ini tidak memiliki atau

2. Kongres Pemuda Kedua adalah kongres pergerakan pemuda Indonesia yang melahirkan keputusan yang memuat ikrar untuk mewujudkan cita-cita berdirinya negara Indonesia, yang