• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENANAMAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI ANAK SEKOLAH DASAR DI DUKUH GODANG RW 09 KECAMATAN GEMBONG KABUPATEN PATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENANAMAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI ANAK SEKOLAH DASAR DI DUKUH GODANG RW 09 KECAMATAN GEMBONG KABUPATEN PATI"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENANAMAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI ANAK SEKOLAH DASAR DI DUKUH GODANG RW 09

KECAMATAN GEMBONG KABUPATEN PATI

Oleh

SEPTIANA SAHAR NIM 201733169

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN UNIVERSITAS MURIA KUDUS

(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING PROPOSAL SEKRIPSI

Proposal sekripsi dengan judul “Penanaman Nilai-Nilai Pancasila Dalam Kehidupan Sehari-Hari Anak Sekolah Dasar di Dukuh Godang RW 09 Kecamatan Gembong Kabupaten Pati” oleh Septiana Sahar (NIM. 201733169) disetujui untuk diseminarkan, Kudus, Pembimbing 1 Deka Setiawan, S.Pd., M.Pd. NIDN.0623038604 Pembimbing II Ika Oktavianti, S.Pd., M.Pd. NIDN.0631108401 Mengetahui,

Ketua Progdi Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Siti Masfuah NIDN. 0615129001

(3)

iii

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN PROPOSAL SEKRIPSI Proposal sekripsi oleh Septiana Sahar (NIM. 201733169) ini telah diseminarkan di depan Tim Penguji pada tanggal sebagai syarat untuk melakukan penelitian. Kudus,

Tim Penguji

Deka Setiawan, S.Pd., M.Pd. Ketua/anggota. NIDN.0617088403

Ika Oktavianti, S.Pd., M.Pd. Anggota NIDN.0631108401

Ika Ari Pratiwi, S.Pd., M.Pd. Anggota. NIDN.0607018801

Mengetahui,

Ketua Progdi Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Siti Masfuah NIDN. 0615129001

(4)

iv ABSTRAK

Sahar, Septiana. 2021. Penanaman Nilai-Nilai Pancasila Dalam Kehidupan Sehari-hari Anak Sekolah Dasar di Dukuh Godang RW 09 Kecamatan Gembong Kabupaten Pati . Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus. Dosen Pembimbing (1) Deka Setiawan, S.Pd., M.Pd. (2) Ika Oktavianti, S.Pd., M.Pd.

Kata Kunci: Nilai-Nilai Pancasila, Keadilan Sosial

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penanaman nilai-nilai Pancasila berdasarka bunyi sila kelima, mengetahui sikap keadilan anak sekolah dasar dalam kehidupan sehari-hari, mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila serta mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari siswa di Dukuh Godang RT 01/RW 09 pada tahun ajaran 2020/2021.

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa terkandung dasar pikiran gagasan mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Oleh karena itu Pancasila merupakan suatu nilai-nilai yang hidup di dalam lingkungan masyarakat maupun dapat diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua dapat memberikan contoh yang baik mengenai penerapan nilai-nilai Pancasila di kehidupan sehari-hari supaya anak dapat menanamkan sejak dini. Penanaman nilai-nilai Pancasila berdasrakan bunyi sila kelima dapat di terapkan di lingkungan masyarakat maupun di lingkungan keluarga dengan cara mempraktikkan dalam sekitar kita dengan teman bermain, maupun dapat diterapkan di lingkungan rumah dengan orang tua dan lingkungan masyarat. Adapun nilai-nilai Pancasila berdarkan keadilan sosial anak dapat menciptakan sifat adil kepada orang disekitarnya. Adapun orang tua dapat mencontohkan sifat nilai-nilai Pancasila berdasarkan keadilan sosial dalam kehidupan sehari-hari.

Penelitian ini dilaksanakan di Dukuh Godang RW 09 Kecamatan Gembong Kabupaten Pati tahun ajaran 2020/2021. Dengan mengambil subjek anak sekolah dasar, orang tua, tetangga sekitar, ketua RW 09, teman bermain dan anak sebagai subjek penelitian. Peneliti ini mengunakan teknik pengumpulan data dengan meliputu tahap observasi, wawancara, dokumentasi, maupun catatan lapangan. adapun analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif.

(5)

v ABSTRACT

Sahar, Septiana. 2020. Inculcating Pancasila Values in the Daily Life of Elementary School Children in Dukuh Godang RW 09, Gembong District, Pati Regency. Elementary School Teacher Education, Faculty of Teacher Training and Education, Muria Kudus University. Supervisor (1) Deka Setiawan, S.Pd., M.Pd. (2) Ika Oktavianti, S.Pd., M.Pd.

Keywords: Pancasila Values, Social Justice

This study aims to determine the effect of planting Pancasila values based on the fifth precepts, knowing the justice attitude of elementary school children in daily life, implementing Pancasila values and actualizing the values of Pancasila in the daily life of students at Dukuh Godang RW 09 in the 2020/2021 school year.

Pancasila as a view of the nation's life contains the basic ideas about the form of life that is considered good. Therefore Pancasila is a value that lives in society and can be applied in everyday life. Parents can provide a good example of the application of Pancasila values in everyday life so that children can instill it from an early age. The cultivation of Pancasila values based on the sound of the fifth precept can be applied in the community and in the family environment by practicing in our surroundings with playmates, or can be applied in the home environment with parents and the community. The values of Pancasila based on children's social justice can create fairness to those around them. Meanwhile, parents can exemplify the nature of Pancasila values based on social justice in everyday life.

This research was conducted at Dukuh Godang RW 09, Gembong District, Pati Regency, the academic year 2020/2021. By taking the subject of elementary school children, parents, neighbors, the chairman of RW 09, playmates and children as research subjects. This researcher uses data collection techniques including the stages of observation, interviews, documentation, and field notes. The data analysis used is qualitative data analysis

(6)

vi DAFTAR ISI

COVER ... Error! Bookmark not defined. PERSETUJUAN PEMBIMBING PROPOSAL SEKRIPSIError! Bookmark not defined.

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN PENGUJIError! Bookmark not

defined.

ABSTRAK ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1 ... 12

PENDAHULUAN ... 12

I.I Latar Belakang Masalah ... 12

1.2 Rumusan Masalah ... 15 1.3 Tujuan penelitian ... 15 1.4 Manfaat Penelitian ... 15 1.4.1 Secara Teoritis... 16 1.6.2 Secara Praktis ... 16 BAB II ... 17 KAJIAN PUSTAKA ... 17 2.1 Konsep Toretik ... 17

2.1.1 Pancasila Sebagi Dasar Filsafat Pendidikan ... 17

2.1.2 Pengertian Pancasila Secara Etimologis, Histori dan Terminologis ... 18

a. Pengertian Pancasila Secara Etimologis ... 18

(7)

vii

c. Pengetian Pancasila Secara Terminologis ... 19

2.1.3 Tujuan Pendidikan Pancasila ... 21

2.1.4 Pancasila Sebagai Nilai Dasar Kehidupan ... 22

2.1.4.1 Pengertian Nilai, Moral dan Norma ... 22

a. Nilai dan Nilai Dasar ... 22

b. Moral ... 22

c. Norma ... 23

2.1.5 Nilai-Nilai Yang Terkandung dalam Pancasila ... 24

2.1.6 Nilai-Nilai Pancasila Pada Masa Prasejarah ... 25

1. Nilai Religi ... 26

2. Nilai Peri Kemanusiaan ... 26

3. Nilai Kesatuan ... 27

4. Nilai Musyawarah ... 27

5. Nilai Keadilan Sosial ... 27

2.1.7Impelementasi Nilai-Nilai Pancasila bagi Pesrta Didik di Era Globalisasi ... 27

2.1.7.1Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila ... 28

2.1.7.2 Kepemimpinan dalam Aktualusasi Pancasila ... 28

2.1.8 Keadilan dalam Sila ke 5 Pancasila ... 28

2.1.8.1 Inti Sila Kelima ... 31

2.1.8.2 Perspektif Keadilan Dalam Teori ... 32

2.1.8.3 Indikator Keadilan Sosial ... 33

2.2 Penelitian Releven ... 34

2.3 Kerangka Berfikir ... 37

BAB III ... 39

METODOLOGI PENELITIAN ... 39

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

(8)

viii

3.1.2 Waktu Penelitian ... 39

3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 39

3.3 Peranan penelitian ... 41

3.4 Data dan Sumber Data ... 42

3.4.1 Data ... 42

3.4.2 Sumber Data ... 43

3.4.2.1 Sumber Pimer ... 43

3.4.2.2 Sumber Sekunder ... 44

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 45

1. Wawancara Mendalam ... 45

2. Observasi Langsung ... 46

3. Dokumentasi ... 46

4. Catatan Lapangan ... 46

3.6 Keabsahan Data ... 46

1. Pengujian Creadibiltas (Kredibilitas) ... 47

2. Pengujian Transferability (Transferabilitas) ... 47

3. Pengujian Dependability (Dependabilitas) ... 47

4. Pengujian Confirmability (Konfirmabilitas) ... 47

3.7 Analisis Data Interaktif ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 50

LAMPIRAN ...52

SURAT PERNYATAAN...83

KETERANGAN SELESAI BIMBINGAN PROPOSAL SKRIPSI...84

(9)

ix

DAFTAR TABEL

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berfikir ... 38 Gambar 3.1 Tahap Analisis Data... 48

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Jadwal Pelaksana...53

PEDOMAN OBSERVASI ANAK SEKOLAH DASARError! Bookmark not defined. PEDOMAN OBSERVASI ORANG TUA ... Error! Bookmark not defined. PEDOMAN OBSERVASI KETUA RW 09 ... Error! Bookmark not defined. PEDOMAN OBSERVASI TETANGGA ...64

PEDOMAN OBSERVASI TEMAN BERMAIN...67

PEDOMAN WAWANCARA ANAK SEKOLAH DASAR ... 70

PEDOMAN WAWANCARA ORANG TUA ... 72

PEDOMAN WAWANCARA KETUA RW 09 ... 74

PEDOMAN WAWANCARA TETANGGA...75

PEDOMAN WAWANCARA TEMAN BERMAIN ...76

LEMBAR PENCATATAN ... 77

IDENTITAS ANAK SEKOLAH DASAR DUKUH GODANG RW 09 ... 78

IDENTITAS ORANG TUA ...79

IDENTITAS KETUA RW 09 ...80

IDENTITAS TETANGGA ...81

(12)

12 BAB 1

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang Masalah

Pancasila adalah dasar filsafat negara Republik Indonesia yang secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun II No.7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945. Dalam perjalanan sejarah eksistensi Pancasila sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia mengalami berbagai macam interprestasi dan manipulasi politik sesuai dengan kepentingan penuasa demi kokoh dan tegaknya kekuasaan yang berlindung di balik legitimesi ideologi negara Pancasila. Dengan ini perkataan dalam kedudukan yang seperti ini Pancasila tidak lagi diletakkan sebagai dasar filsafat serta pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia melainkan direduksi, dibatasi dan dimanipulasi demi kepentingan politik penguasa pada saat itu.

Kaelan (2010: 12) menyatakan bahwa bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang sejak zaman kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya bangsa lain yang menjajah serta menguasai bangsa Indonesia. Beratus-ratus tahun bangsa Indonesia dalam pejalanan hidupnya berjuang untuk menemukan jatidirinya sebagai suatu bangsa yang merdeka, mandiri serta memiliki suatu prinsip yang tersimpul dalampandangan hidup serta filsafat hidup bangsa. Setelah melalui suatu proses yang cukup panjang dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia menemukan jati dirinya, yang didalam tersimpul ciri khas, sifat, dan karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain. Yang oleh para pendiri negara kita dirumuskan dalam suatu rumusan yang sederhana namun mendalam, yang meliputi ilmu prinsip (lima sila) yang kemudian diberinama Pancasila.

(13)

13

Jadi secara historis bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar negara Indonesia secara objektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri. Sehinggan asal nilai-nilai Pancasila tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri atau dengan kata lain bangsa Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila. Oleh karena itu berdasarkan fakta objektif secara historis kehidupan bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai pancasila. Atas dasar pengertian dan alasan hitoris inilah maka sangat penting bagi para generasi penerus bangsa terutama kalangan intelektual untuk mengkaji, memahami, dan mengembangkan berdasarkan pendekatan ilmiah, yang pada gilirannya akan memiliki suatu kesadaran serta wawasan kebangsaan yang kuat berdasarkan nilai-nilai yang dimilikinya sendiri.

Kaelan (2010: 14: mengatakan bahwa Dalam SK Dirjen Dikti No. 43/DIKTI/KEP/2006, dijelaskan bahwa Misi Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk menetapkan kepribadian mahasiawa agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila, rasa kebangaan dan cinta tanah air dalam menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan Pancasila bertujuan untuk menghasilkan peserta didik yang berperilaku, (1) memiliki kemampuan untuk mengambil sikap yang bertanggung jawab sesuai dengan hati nuraninya, (2) memiliki kemampuan untuk mengenali masalah hidup dan kesejahteraan serta cara-cara pemecahnnya, (3) dapat mengaktualisasikan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari atau pada kehidupan bermasyarakat, (4) memiliki kemampuan untuk memaknai peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa untuk menggalang persatuan Indonesia.

Menurut Sudarsono (2004: 165) menyatakan bahwa pri-kehidupan lingkungan memiliki peranan penting di dalam upaya resosialisasi, sebab secara individual dihadapkan ide-ide dan nilai-nilai baru yang terencana secara edukatif. Lebih-lebih untuk menjadi anggota masyarakat dalam arti yang lebih luas. keteladanan yang secara baik perlu diciptakan sedemikian rupa dengaan maksud agar memiliki kepribadian yang mantap ntuk hidup bermasyarakat,

(14)

14

misalnya gotong-royong, selalu cenderung melakukan perbuatan yang baik-baik.

Sedangkan menurut Bertens (2002: 29) menyatakan bahwa setiap masyarakat mengenal nilai-nilai dan norma-norma. Dalam masyarakat yang homogen dan agak tertutup masyarakat tradisional, katakanlah nilai-nilai dan norma-norma berasal dari agama. Tidak bisa diragukan, agama merupakan salah satu sumber nilai yang paling penting.

Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan di Dukuh Godang RW 09, penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2021. Di lingkungan masyarakat sanak sekolah dasar dapat menerapkan nilai-nilai pancasila sesuai dengan bunyi ke lima yaitu (Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia) dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan masyarakat. Seperti anak yang dapat berperilaku adil kepada teman-teman nya, tidak egois, menghargai perbedaan antara ras, suku, dan bangsa yang ada pada sekitarnya, menghargai orang lebih tua, tidak membeda-bedakan teman bermain. Di rumah anak dapat di ajarkan orang tua untuk berbuat adil, berbuat baik kepada siapapun, menghargai orang yang lebih tua dan teman-teman bermain maupun tetangga sekitar dengan bunyi sila ke lima, belajar untuk menghargai pendapat orang lain, anak juga harus diajarkan belajar disiplin. Kehidupan sehari-hari di rumah orang tua juga bisa menerepkan nilai-nilai pancasila untuk mengajarkan anak nya berbuat disiplin di rumah seperti, bangun pagi setiap hari, rajin beribadah, menolong sesama teman, membantu pekerjaan orang tua di rumah. Pada lingkungan masyarakatpun anak juga harus menghargai berbedaan keyakinan, dan hidup rukun dalam bermasyarakat, berbuat adil kepada teman bermain.

Kegiatan observasi ini, peneliti melakukan wawancara kepada orang tua, anak sekolah dasar, ketua RW 09, tetangga sekitar, dan teman bermain untuk memberikan informasi berdasarkan bagaimana cara orang tua mengajarkan atau mencontohkan nilai-nilai Pancasila berdasarkan sila ke lima (Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia) dalam kegiatan sehari-hari di saat anak berada di rumah maupun di dalam kehidupan masyarakat.

(15)

15 1.2 Rumusan Masalah

Adapun permasalahan dalam penelitian ini berguna memfokuskan penelitian terhadap masalah yang akan diteliti yaitu:

1. Bagaimana penanaman nilai-nilai Pancasila berdasarkan bunyi sila kelima dalam kehidupan sehari-hari anak sekolah dasar di Dukuh Godang RW 09?

2. Bagaimana siswa mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila berdasarkan bunyi sila kelima dalam kehidupan sehari-hari anak sekolah dasar di Dukuh Godang RW 09?

3. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi siswa dalam mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila berdasarkan bunyi sila kelima dalam kehidupan sehari-hari anak sekolah dasar RW 09?

1.3 Tujuan penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu:

1. Menanamkan nilai-nilai Pancasila berdasarkan bunyi sila kelima dalam kehidupan sehari – hari anak sekolah dasar di Dukuh Godang RW 09. 2. Mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila berdasarkan bunyi sila kelima

dalam kehidupan sehari-hari anak sekolah dasar Dukuh Godang RW 09. 3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi siswa dalam

mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila berdasarkan bunyi sila kelima dalam kehidupan sehari-hari anak sekolah dasar di Dukuh Godang RW 09.

1.4 Manfaat Penelitian

Sebuah penelitian yang baik adalah peneliti yang mampu memberikan manfaat bagi lingkungan sekitarnya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Berikut ini akan dipaparkan mengenai manfaat penelitian secara teoritis dan praktis.

(16)

16 1.4.1 Secara Teoritis

Manfaat secara teoritis adalah manfaat yang dapat membantu untuk lebih memahami suatu konsep atau teori dalam suatu disiplin ilmu. Manfaat teoritis pada penelitian ini yaitu untuk mengembangkan nilai-nilai pancasila berdasarkan sila ke lima siswa di sekolah dasar.

1.6.2 Secara Praktis

Manfaat praktis adalah manfaat yang bersifat terapan dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan praktis, misalnya dalam memecahkan suatu masalah, membuat keputusan, memperbaiki suatu program yang sedang berjalan. Manfaat secara praktis pada penelitian survei ini dapat berdasarkan bagi guru, bagi peserta didik, dan bagi sekolah.

1) Bagi Peserta Didik

Hasil penelitian ini dapat digunkan sebagai masukan untuk meningkatkan kesadaran bagi siswa supaya dapat menghargai perbedaan yang terdapat pada bunyi sila ke lima Pancasila dan meningkat semangat belajar siswa dan dapat menerapkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

2) Bagi Masyarakat Khusunya Orang Tua

Penelitian dapat dijadikan masukan atau bimbingan orang tua kepada anaknya berdasarkan nila-nilai pancasila yang diajarkan orang tua pada kehidupan sehari-hari atau dalam kehidupan bermasyarakat.

3) Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk mengembangkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari siswa, penelitian ini di dapatkan selama peneliti melakukan kegiatan observasi langsung di lingkungan sekolah. Peneliti juga dapat memberikan contoh yang baik bagi siswa dengan nilai-nilai Pancasila berdasarkan bunyi sila kelima.

(17)

17 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep Toretik

Konsep Teoretik adalah teori-teori yang dijadikan sebagai landasan berpikir untuk melaksanakan suatu penelitian atau dengan kata lain untuk mendeskripsikan kerangka referensi atau teori yang digunakan mengkaji pemasalahan. Kajian teori ini bermaksud mengambil judul Penanaman Nilai-Nilai Pancasila Dalam Kehidupan Sehari-Hari Anak Sekolahh Dasar Di Dukuh Godang RW 09 Kecamatan Gembong Kabupaten Pati. Untuk lebih jelasnya penulisan akan menjelaskan dalam penguraian sebagai berikut:

2.1.1 Pancasila Sebagi Dasar Filsafat Pendidikan

Pancasila adalah dasar negara bangsa Indonesia yang memiliki fungsi dalam hidupan dari kehidupan bangsa dan negara Indonesia tidak saja sebagai dasar negara RI, tetapi juga alat untuk mempersatukan bangsa, kepribadian bangsa, pandangan hidup bangsa. (Kaelan, 2013: 43) mengatakan bahwa pancasila sebagai pandangan hidup bangsa terkandung dalam konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan, tekandung dasar oikiran terdalam dan gagasan mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Oleh karena Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa merupakan suatu kristalisasi dari nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat Indonesia maka pandangan hidup tersebut dijunjung tinggi karena pandangan hidup Pancasila berakar pada budaya dan pandangan hidup masyarakat. Dengan demikian pandangan hidup Pancasila bagi bangsa Indonesia yang bhineka tunggal ika tersebut harus merupakan atas persatuan bangsa sehingga tidak boleh mematikan keanekaragaman.

Bahkan pada umumnya mereka mengatakan bahwa filsafat adalah:

1. Sebagai ilmu pengetahuan yang berada jauh dari realitas kehidupan manusia yang kurang nyata.

2. Ilmu pengetahuan yang dgeluti oleh orang-orang yang berkemampuan tinggi. Bukan yang ber IQ normal, apalagi dibawah normal.

(18)

18

3. Ilmu pengetahuan yang beku, yang tidak menaruh perhatian pada liku-liku kehidupan manuia di dalam masyarakay (Margono,dkk. 2002: 47).

Berdasrkan pendapat para ahli diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia. pancasila dalam diterapkan dalam kehidupan sehari-hari karena pandangan hidup pancasila berakar pada budaya dan pandangan hidup masyarakat. sebagai masyarakat kita harus dapat menghargai perbedaan yang ada pada sekitar kita.

2.1.2 Pengertian Pancasila Secara Etimologis, Histori dan Terminologis a. Pengertian Pancasila Secara Etimologis

Bisa dilihat secara harfiah (Etimologis) “Pancasila” berasal dari bahasa Sansekerta dari India (bahasa kasta Brahmana), yang dapat dijabarkan dalam dua kata yaitu Panca yang berati lima, dan Sila yang berarti dasar. Alwi Kaderi (2015: 8) menyatakan bahwa Pancasila berati lima dasar, yaitu lima Dasar Negara Republik Indonesia.

Istilah “sila” juga bisa berarti sebagai aturan yang melatarbelakangi perilaku seseoran atau bangsa; kelakuan atau perbuatan yang menurut adab (sopan santun); akhlak dan moral.

Istilah Pancasila menurut Prof. Darji Darmodiharjo, SH telah dikenal sejak zaman kerajaan Mojopahit pada abad XIV, yaitu terdapat dalam buku Negarakertagama Karangan Empu Prapanca, dan buku Sutasoma karangan Empu Tantular

Dalam buku Sutasoma ini istilah Pancasila di samping mempunyai arti “berbatu sendi yang lima” (dari bahasa Sansekerta) dia juga mempunyai arti pelaksanaan Kesusilaan yang lima, (Pancasila Krama), yang meliputi:

1. Tidak boleh melakukan kekerasan (ahimsa) 2. Tidak boleh mencuri (asetya)

3. Tidak boleh berjiwa dengki (Indra nigraha) 4. Tidak boleh berbohong (amsrwada)

(19)

19

5. Tidak boleh mabuk minuman keras (dama), (Darji Darmodiharjo, et.al:15)

Namun Pancasila itu sebenarnya tidaklah terdapat baik di dalam Pembukaan UUD 1945, mauoun di dalam Batang Tubuh UUD 1945 itu sendiri. Namun demikian cukuo jelas, bahwa Pancasila yang kita maksud adalah lima dasar Negara kita sebagaimana yang tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945, alenia ke empat, yang berbunyi:

1. Ke-Tuhanan Yang Maha Esa;

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab; 3. Persatuan Indonesia;

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmt kenijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan;

5. Keadilan sosial bai seluruh Rakyat Indonesia.

b. Pengertian Pancasila Secara Historis

Alwi Kaderi (2015: 11) menyatakan bahwa masuknya Jepang di Indonessia berjalan dengan mulus dan mendapat sambutan gembira dari bangsa Idonesia, karena perlakuan Jepang yang ramah. Bahkan ketika itu rakyat Indonesia diperbolehkan mengibarkan bendera merah putih dan mengumandangkan lagu Kebangsaan Indonesia Raya. Sehingga wajar rakyat Indonesia mengira bahwa Jepang akan membebaskan mereka dari belenggu penjajahan Bangsa Indonesia.

Sumarti dalam Alwi Kaderi (2015: 11) menyatakan bahwa dirumuskannya Pancasila sebagai Dasar Negara tidak terlepas dari adanya janji dari Pemerintah Jepang di Tokyo yang disampaikan oleh perdana Menteri Koiso dihadapan Parlemen Jepang pada tanggal 7 September 1944, yang akan memberikan kemerdekaan kepada Bangsa Indonesia sebagai hadiah dari Pemerintahan Jepang. Walaupun dalam perkembangannya janji tersebut baru dapat dilakukan setelah Jepang mengalami bergbagai kekalahan dalam semua medan pertempuran, serta adanya berbagai desakan dari pergerakan bangsa Indonesia, yang

(20)

20

akhirnya memaksa Jepang untuk membentuk suatu Badan Usaha-Usaha Persapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), atau bisa disebut dengan “Dokuritzu Zyunbi Tyoosakai” pada tanggal 29 April 1945. Kemudian dilanjutkan proses pelantikanny pada tanggal 28 mei 1945.

c. Pengetian Pancasila Secara Terminologis

Alwi Kaderi (2015: 16) mengatakan bahwa dengan diproklamasikannya Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945, maka lahirlah Negara Republik Indonesia. Kemudian pada tanggal 17 Agustus 1945 dilanjutkan dengan sidang PPKI sebagai sarana untuk melengkapi alat-alat kelengkapan negara yang telah merdekan. Dalam sidang tersebut telah berhasil mengesahkan UUD negara Republi Indonesia, yang selanjutnya dikenal dengan nama UUD negara Republik Indonesia, naskah dalam UUD 1945 secara keseluruhan terdiri dan tersusun atas tog bagian, yaitu:

1. Bagian Pembukaan, yang terdiri atas 4 alenia,

2. Bagian batang tubuuh, yang terdiri atas 16 Bab, 37 Pasal, dan 4 Pasal Aturan Peralihan, dan 2 ayat Aturan Tambahan.

3. Bagian Penjelasan, yang meiputi Penjelasan umum dan Penjelasan demi pasal.

Pada saat sidang pengesahan UUD 1945 beserta Pembukaannya oleh PPKI, naskah Pancasila yang terdapat dalam bagian Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab 3. Persatuan Indonesia

4. Kemanusiaan yang dipimpin oleh hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan

(21)

21 2.1.3 Tujuan Pendidikan Pancasila

Seperti halnya dengan tujuan kita mempelajari sesuatu imu pengetahuan, Alwi Kaderi (205: 18) menyatakan bahwa maka tujuan kita mempelajari Pancasila ialah:

1. Untuk mengetahui Pancasila secara benar yakni yang dapat dipertanggung jawabkan baik secara yuridis-konstitusional maupun secara obyektif ilmiah.

2. Agar Pancasila yang benar tersebut itu dapat kita amalkan dengan sebaik-baiknya, baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan sosial, bahkan untuk kepentingan hidup bermasyarakat dan bernegara.

3. Agar Pancasila yang benar tersebut setelah kita amalkan, selanjutnya kita amankan, agar jiwa dan semangatnya, perumusan dan sistematiknya yang sudah benar tersebut tidak akan diubah-ubah lagi, apalagi dihapuskan atau diganti dengan isme-isme lainnya.

Sedangkan menurut SK Dirjen Dikti No. 38/DIKTI/Kep/2002 dijelaskan bahwa tujuan pendidikan Pancasila adalah dalam rangka menghasilakan peserta didik yang beriman dan bertkwa kepada Tuhan yang Maha Esa, dengan berperilaku:

1. Memiliki kemampuan untuk mengambil sikap yang bertanggung jawab sesuai dengan nuraninya.

2. Memilii kemampuan untuk mengenal masalah hidup dan kesejahteraan serta cara-cara pemecahannya.

3. Mengenal perubahan-perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta

4. Memiliki kemampuan untuk memaknai peristiwa sejarah dan nilai-ilai budaya bangsa untuk menggalang persatuan Indonesia (Kaelan, 2004: 15).

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa Pancasila dapat diamalakan maupun diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat berbuat baik kepada sesama manusia ataupun didalam masyarakat tanpa harus membeda-bedakan satu sama lain. didalam masyarakat kita hidup secara berdampingan dan mengingikan hidup secara sejahtera, dengan itu kita harus saling menghargai dan dapat menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

(22)

22

2.1.4 Pancasila Sebagai Nilai Dasar Kehidupan 2.1.4.1 Pengertian Nilai, Moral dan Norma

a. Nilai dan Nilai Dasar

Dalam kamus Purwodarminto, nilai diartikan sebagai beriku: (1)harga dalam arti takaran, misalnya nilai intan; (2)harga sesuatu, misalnya uang; (3)anka kepandaian; (4)kadar, mutu; (5) sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Misalnya nilai-nilai agama. Menurut Suyitno, nilai merupakan sesuatu yang kita alami sebagai ajakan dari panggilan untuk dihadapi. Nilai mau dilaksanakan dan mendorong kita untuk bertindak. Nilai mengarahkan perhatian serta minat kita, menarik kita keluar dari kita sendiri ke arah apa yang bernilai. Nilai berseru kepada tingkah laku dan membangkitkan keaktifan kita. Suyitno (dalam Soegito, 2006:71).

Oleh karena itu nilai dapat dikomunikasikan kepada orang lain. Moedjanto (1989: 77) menyatakan bahwa ada banyak ragam jenis nilai yang satu sama lain tidak sama artinya, seperti nilai psikologis, nilai etnis, nilai intelektual, nilai etnis, nilai kerohanian, nilai agama. Perbedaan itu sifatnya kualitatif dan bukan kuantitatif.

b. Moral

Secara etimologis kata moral berasal dari kata mos. Yang berarti cara, adat istiadat atau kebiasaan, sedangkan jamaknya adalah mores. Kata moral ini mempunyai arti yang sama dengan kata etnos (Yunani) yang menurunkan kata etika. Dalam bahasa arab, moral yang berarti budi pekerti sama dengan pengertian akhlak, sedangkan dalam konsep Indonesia moral berarti kesusilaan.

Menurut Driyakarya, moral atau kesusilaan adalah nilai yang sebenarnya bagi manusia. Dengan kata lain moral atau kesusilaan adalah kesempurnaan sebagai manusia atau kesusilaan adalah tuntutan kodrat manusia. Driyakara (dalam Soegito, 2006: 73) Dengan demikian moral atau kesusilaan adalah keseluruhan norma yang mengatur tingkah lau

(23)

23

manusia di masyarakat untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan yang baik dan benar.

c. Norma

Sejak kita masih kecil kita belajar norma dari orang tua. Misalnya kita dilatih untuk memakai pakaian yang sesuai dengan jenis kelamin kita. Untuk mengucapkan terima kasih bila menerima sesuatu yang berharga dari orang lain, atau untuk menggunakan tangan kanan ketika menerima pemberian dari orang lain terutama mereka yang pantas kita hormati. Sebab dengan demikian kita hidup di tengah-tengah masyarakat dengan baik. Dengan kesopan santunan kita diterima dan dihargai dalam masyarakat.

Norma secara normatif mengandung arti aturan kaidah, petunjuk, pedoman yang harus dipatuhi oleh manusia agar perilakunya tidak menyimpang dan tidak merugikan pihak lain. Sedangkan bagipelanggarnya akan mendpat sanksi sesuai dengan aturan yang disepakati bersama. Di dalam kehidupan masyarakat, dijumpai beberapa macam norma diantaranya adalah:

1. Norma adat atau sopan santun: ialah aturan-aturan, kaidah-kaidah yang sedang disepakati sekelompok masyarakat dan pelanggaranya mendapat sanksi adat, karena melanggar kesopanan adat atau aturan-aturan adat.

2. Norma hukum: adalah suatu kaidah, suatu aturan yang pelaksanaannya dapat dipaksakan dan pelanggarnya dapat ditindak dengan pasti oleh penguasa yang sah dalam masyarakat.

3. Norma moral atau disebut juga norma sosial: ialah aturan-aturan, kaidah-kaidah untuk berperilaku baik dan benar yang berlaku universal. Artinya kaidah tersebut dpat diterima oleh manusia di seluruh dunia. Yang mendasari norma moral adalah hati nurani/hati kecil manusia. Sedangkan pelanggarnya mendapat sanksi moral yaitu merasa bersalah.

4. Norma agama: ialah kaidah, aturan, petunjuk yang bersumber dari Wahyu Tuhan lewat Nabi/Rasul. Kaidah ini berisi petunjuk kepada manusia untuk mentaati dan menghindari larangan-larangnnya.

(24)

24

2.1.5 Nilai-Nilai Yang Terkandung dalam Pancasila

Sebagai suatu dasar filsafat Negara maka sila-sila Pancasila merupakan suatu sistem nilai, oleh karena itu sila-sila Pancasila itu pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan menurut Kaelan dan Zubaidi dalam Ambiro Puji Asmaroini (2016: 442) menyatkan bahwa Pancasila memiliki serangkaian nilai, yaitu ketuhanan, kerakyatan,, dan keadilan. Nilai-nilai dasar Pancasila seperti ketuhana, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan yang bersifat universal, ojektif, artinya nilai-nilai tersebut dapat dipakai dan dakui oleh negara-negara lain. Pancasila bersifat subjektif, artinya bahwa nilai-nilai Pancasila itu melekat pada pembawa dan pendukung nilai Pancasila itu sendiri, yaitu masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia.

Nilai-nilai Pancasila juga mrupakan suatu pandangan hidup bangsa Indonesia. Pancasila juga merupakan nilai-nilai yang sesuai engan hati nurani bangsa Indonsia, karena bersumber pada kepribadian bangsa. Nilai-nilai Pancasila ini menjadi landasan dasar, serta motivasi atas segala perbuatan baik dalam kehidupan sehari-ha dan dalam bernegara. Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasia adalah sebagai berikut:

1. Ketuhana Yang Maha Esa

Dalam sila Ketuhanan yang Maha Esa terkandung nilai bahwa Negara yang didirikan adalah sebagai pengejawantahan tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Sila kedua Pancasila mengandung nilai suatu kesadaran, sikap moral dan tingkah laku manusia yang didasarkan pada norma-norma dan kebudayaan baik terhadap diri sendiri, sesama manusia, mupun terhadapa lingkungannya.

3. Persatuan Indonesia

Sifat kodrat manusia monoduals yaitu sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial. Untuk itu manusia memiliki perbedaan individu, suku, ras, kelompok, goongan, maupun agama.tetapi mengangkat dirindalam suatu kesatuan dalam semboyan “Bhineka Tunggal Ika”.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanan dalam Permusyawaratan/Perwakilan

Rakyat merupakan subjek pendukung pokok Negara Kaelan dan Zubaidi (2007: 35) menyatakan bahwa Negara merupakan dari rakyat, dan untuk rakyat sehingga rakyat merupakan asal mula kekuasaan Negara.

(25)

25

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Bersikap adil kepada teman atau kepada orang lain, tidak boleh membanding-bandingkan atau membeda-bedakan satu sama lain. Dalam hidup sosial atau bermsyarakat, kita pun harus berbuat baik kepada tetangga atau saudara kita.

Pancasila sebagai dasar Negara, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan sebagai ideologi bangsa, menurut Suko Wiyono dalam Ambiro Puji Asmaroini (2016: 444) menyatakan bahwa memuat nilai-nilai/karakter bangsa Indonesia yang tercermin dalam sila-sila Pancasila sebagai berikut:

a. Nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa: terkandung didalamnya prinsip asasi (1) keperccayaan dan Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa; (2) kebebasan bergama dan berkepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esaa sebagai hak yang paling asasi bagi manusia; (3) toleransi di antara uat beragama dan berkepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa; dan (4) Kecintaan pada semua mkluk ciptaan Tuhan, khusuna makhluk manusia

b. Nilai-nilai Kemanusiaan yag Adil dan Beradad; terkandung didalamnya prinsip asasi (1) Kecintaan kepada sesama manusia sesuai dengan prinsip bahwa kemanusiaan adalah satu adanya; (2) Kejujuran; (3) Kesamaderajatan manusia; (4) Keadilan; dan (5) Keadaban.

c. Nilai-nilai Persatuan Indonesia: terkandung di dalamnya prinsip asasi (1) Persatuan; (2) Kebersmaan; (3) Kecintaan pada bangsa; (4) Kecintaan pada tanah air; dan (5) Bhineka Tunggal Ika.

d. Nilai-nilai Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan: terkandung didalamnya prinsip asai (1) Kerakyatan; (2) Musyawarah mufakat; (3) Demkrasi; (4) Hikmat kebijaksanaan, dan (Perwakilan).

e. Nilai-nilai Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia: terkandung didalamnya prinsip asasi (1) Keadilan; (2) Keadilan sosial; (3) Kesejahteraan lahir dan batin; (4) Kekeluargan dan kegotongroyongan; (5) Etos kerja.

2.1.6 Nilai-Nilai Pancasila Pada Masa Prasejarah

Menurut Sunoto dalam Edi Rohani (2019: 38) menyatakan bahwa, unsur-unsur Pancasila berasal dari bangsa Indonesia sendiri, walaupun secara formal Pancasila baru menjadi dasar Negara Republik Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945, namun jauh sebelum taggal tersebut bangsa Indonesia telah memiliki unsur-unsur Pancasila dan bahkan melaksanakan di dalam kehidupan mereka. Sejarah bangsa Indonesia memberikan bukti yang dapat kita cari

(26)

26

berbagai adat istiadat, tulisan, bahasa, kesenian, kepercayaan, agama dan kebudayaan pada umumnya. Fakta historis yang menunjukkan hal tersebut diantaranya dalah:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa: bahwa di Indonesia tidak pernah adaputus-putusnya orang percaya kepada Tuhan.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab: bahwa bangs Indonesia terkenal ramah, tamah, sopan santun, lemah lembt dengan sesama manusia. 3. Persatuan Indonesia: bahwa bangsa Indonesia dengan ciri-cirinya

guyub, rukun, bersatu, dan kekeluargaan.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebiaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan: bahwa unsr-unsur demokrasi sudah ada dalam masyarakat kita.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia: bahwa bangsa Indonesia dalam menunaikan tugas hidupnya terkenal lebih bersifat social dan berlaku adil terhadap sesama.

Edi Rohani (2019: 39) menyatakan bahwa inti dari kehidupan bangsa Indonesia pada masa Pra Sejarah hakekatnya adalah nilai-nilai Pancasila itu sendiri, yaitu:

1. Nilai Religi

Adanya keyakinan terhadap pemujaan roh leluhur juga dan penempatan menhir di tempat-tempat yang tinggi yang dianggap sebagai tempat roh leluhur, tempat yang penuh keajaiban dan sebagai batas antara dunia manusia dan roh leluhur. Jelas bahwa masa Pra Sejarah sudah mengenal nilai-nilai kehidupan religi dalam makna animisme dan dinamisme sebagai wjud dari religious behavior (perilaku keagamaan). 2. Nilai Peri Kemanusiaan

Nilai ini tampak dalam perilaku kehidupan saat itu misalnya penghargaan trehadap hakekat emanusiaan yang ditandai dengan penghargaan yang tinggi terhadap manusia meskipun sudah meninggal. Hal ini menggambarkan perilaku berbuat baik terhadap sesama manusia.

(27)

27 3. Nilai Kesatuan

Adanya kesamaan tersebut melambangkan sila “Persatuan Indonesia,” yakni bangsa Indonesia telah hidup berabad-abad dengan ciri-cirinya guyub, rukun, bersatu, dan kekeluargaan.

4. Nilai Musyawarah

Kehidupan bercocok tanam dilakukan secara bersama-sama. Mereka sudah memiliki turan untuk kepentingan bercocok tanam, sehingga memungkinkan tumbuh kembangnya adat sosial. Kehidupan mereka berkelompok dalam desa-desa, klan, marga atau suku.

5. Nilai Keadilan Sosial

Bahwa bangsa Indonesia dalam menunaikan tugas hidupnya terkenal lebih bersifat sosial dn berlaku adil terhadap sesama. Ini menunjukkan sila “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

2.1.7 Impelementasi Nilai-Nilai Pancasila bagi Pesrta Didik di Era Globalisasi

Globalisasi merupakan hal yang tidak bisa dihindari bagimasyarakat khususnya pada masyarakat Indonesia. Untk itu diperlukannya penumbuhan kembali Pancasila agar tetap menjadi kajian generasi muda khususnya para peserta didik, yaitu salah satunya dapat dimulai dari pendidikan yang ada di Indonesia, misalnya pendidikan Sekolah Menengah Atas atau bahkan hingga ke Perguruan Tinggi. Hal ini dikarenakan, Pancasila memiliki kaitan erat dengan pendidikan pada umumnya, menurut Hidayatillah (dalam Ambiro Puji Asmroini 2016: 448) menyatakan bahwa implementasi nili-nilai Pancasila di era globalisasi bagi peserta didik bisa dilaksanakan dengan menumbuhkan sifat nasionalisme pada peserta didik.

Nasionalisme dapat dipupuk kembali dalam momentum-momentum yang tepat seperti pada saat peringatan hari sumpah pemuda, hari kemerdekaan, hari pahlawan, dan hari besar nasional lainnya. Bukan itu saja nasionalisme juga juga dapat dibangun melalui karya seni seperti menciptkan

(28)

28

lgu-lagu yang berslogan cinta tanah air, melukis, seni peran yang bertajuk semangat juang untuk negara dan karya seni lainnya.

2.1.7.1 Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila

Perwujudan nilai-nilai pancasila dalam hidup bernegara dituangkan dalam hukum dasar negara yang merupakan jelmaan pokok-pokok pikiran yang berkaitan dengan pengamalan Pancasila dalam kenegaraan yang sebagai bentuk aktualisasi nilai-nilai Pancasila.

Aktualisasi nilai-nilai pancasila dalam kehidupan, dalam arti betul-betul terjadi dalam kenyataan yang terwujud dalam pengamalan. Pengamalan Pancasila ada dua macam: Pengamalan subjektif Pancasila, yaitu pelaksanaan pancasila sebagai filsafat hidup bangsa dalam kehidupan sehari-hari rakyat Indonesia. Pengamalan objektif Pancasila, yaitu pelaksanaan Pancasila dalam kenegaraan dan penyelenggaraan pemerintah negara.

Pengamalan subjektif Pancasila, pedoman pelaksanaannya dirumuskan oleh MPR, TAP.No.II/MPR/1978, tentang Ekaprasetia Pancakarsa berati:”tekad yang tunggal untuk melaksanakan lima kehendak”. Lima kehendak adalah kelima sila Pancasila yang sudah dikehendaki olehbngsa Indonesia sebagai ideologi bangsa dan negara. Selanjutnya Pancasila sebagai ideologi dapat mengarahkan dalam mencapai cita-cita bangsa Indonesia.

Jika diperhatikan secara mendalam, suatu bangsa dapat hidup dan berkembang dengan integritas dan kepribadian yang kuat, apabila memiliki suatu pandangan hidup yang dimengerti, dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari oleh seluruh warganya. Suatu pandangan hidup dapat ddimengerti, dihayati, dan diamalkan oleh pendukung-pendukungnya atau warga-warganya, apabila dirumuskan dari sifat-sifat fundamental serta nilai-nilai luhur yang merupakan jiwa bangsa, tercermin ke luar sebagia kepribadian bangsa dan terjabar dengan bahasa yang jelas shingga dapat dimengerti oleh warga bangsa. Dengan demikian diharapkan pandangan hidup yang mengandung nilai-nilai luhur yang disebut bemanfaat untuk hidup sehari-hari dan diamalkan dengan cara yang benar.

(29)

29

2.1.7.2 Kepemimpinan dalam Aktualusasi Pancasila

Kepemimpina yang berdasarkan Pancasila, yaitu kepemimpinan yang memiliki jiwa Pancasila, yang memiliki wibawa dan daya-mampu untuk membawa serta dan memimpin masyarakat lingkungannya ke dalam kesadarn kehidupan masyarakat dan kenegaraan brdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1954.

Pelaksanaan pengamalan Pancasila untuk sebagian masyarakat, tidak hanya ditentukan oleh pemahaman, akan tetapi terutama oleh teladan para pemimpin, formal, maupun informal yang menjadi panutan masyarakat. Oleh karena itu kepemimpinan dalam masyarakat Indonesia harus dilandasi oleh nilai-nilai moral pancasila.

Selain itu, semangat kekeluargaan merupakan unsur penting lainnya dari kepemimpinan Pancasila. Seorang pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun dan memimbing asuhannya, dalam hal ini, sebagai prinsip-prinsip utama kepemimpinan Pancasila adalah sebagai berikut:

a. “Ing ngarso sung tulodo”, yang berarti bahwa seorang pemipin harus mampu, lewat sikap dan perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan orang-orang yang dipimpinnya.

b. “Ing madya mangun karso”, yang berati bahwa seorang pemimpin harus mampu embangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang-orang yang dibimbingnya.

c. “Tut wuri handayani”, yang berati bahwa seorang pemimpin harus mampu mendorong orang-orang yang diasuhnya agar berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.

2.1.8 Keadilan dalam Sila ke 5 Pancasila

Dasar atau pokok yang mendasar bagi kehidupan manusia sebagai makhluk individu dan sosial adalah diperilakukan secara adil, tindakan adil dimaksudkan untuk memenuhi hak-hak sesorang dan menghormati hak orang lain dlam realitas sosial. Oleh sebab itu muatan keadilan mesti dipahami sebagai yang selalu terpaut erat dngan kondisi nyata dalam komunitas sosial,

(30)

30

sehingga para pendiri bangsa Indonesia memasukkan nilai keadilan sebagai salah satu dari lim dasar atau pondasi sebagai ideologi negara (Pancasila).

Keadilan sosial merupakan persoalan kemanusiaan secara kompleks dan bersifat universal. Dalam proses pemenuhannya haruslah manusiawi dan selaras dengan lingkungan yang berbeda-beda, menurut B. dkk (dalam Samidi dan Suharto 2018: 378) menyatakan bahwa pada hakikatnya keadilan sosial sebagai wujud hormat terhadap kemanuiaan setiap orang dapat diterjemahkan kearah kondisi “well-being” bagi setiap orang dalam lingkungan yang berbeda-beda. Berdasarkn apa yang dikatakan oleh Bolo dkk bahwa secara praktis keadilan sosial semestinya bertolak dari keyakinan dalam kondisi hidup yang lebih baik yang dibangun atas dasar hormat kepada kemanusiaan yang mencerminkan keadilan sosial.

Konteks bangs Indonesia yang menganut ideologi Pancasila dengan sila-sila yang terkandung di dalamnya diharapkan untuk mewujudkan dalam tatanan kehidupan sosial masyarakat. Dalam rangka mewujudkan salah satu tujuan nasional sebagaimana yang terdapat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, kemakmuran dan keadilan sosial mewajibkan masyarakat dan pemerintah selain solid untuk kaum yang lemah, juga mampu menciptakan cara yanga adil baik dalam bentuk pelayanan-pelayanan, pembagian barang-barang sangat penting bagi kehidupan personal dan sosial rakyat. Hal ini dipertegas Keadilan Sosial Bagi seluruh Rakyat Indonesia adalah menciptakan tatanan yang teratur dan harmonis di dalam kehidupan masyarakat dengan menyediakan kesempatan bai rakyat agar membangun komunitas yang adil, dengan cara memberikan perhatian penuh.

Keadilan sosial dalam sila ke 5 (lima) pada dasarnya memiliki tujuan yang sama dari empat sila yang mendahuluinya dalam Pancasila, yang merupakan tujuan bangsa Indonesia dalam bernegara dengan perwujudan utamanya adalah masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan nilai-nilai bangsa Indonesia. Maka di dalam Pancasila tersebut, tampak akan nilai-nilai keadilan sosial yang terkandung didalamnya diantaranya; a) kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan meningkat; b) seluruh kekayaan alam dan

(31)

31

sebagainya dipergunakan sepenuhnya untuk masyarakat Indonesia, melindungi yang lemah untuk agar kelompok bekerja sesuai dengan bidanya. Jika dianalisis dari nilai-nilai keadilan tersebut bahwa bangsa Indonesia memiliki hak untuk adanya peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran yang lebih baik, dimana kekayaan alam yang terkandung di dalam bumi nusantara dikelola untuk kkemaslahatan seluruh bangsa Indonesia tanpa dikuasai oleh kelompok teretntu dengan tujuan untuk mewujudkan keadilan bagi bangsa Indonesia sebagaimana yang termuat dalam konstitusi negara.

2.1.8.1 Inti Sila Kelima

Sila kelima Pancasila, menurut Notonegoro mengandung prinsip bahwa didalam lapangan sosial dan ekonomi ada kesamaan, di samping kesamaan politik. Di dalam lapangan sosial ekonomi ada kebebasan dan kekuasaan perseorangan, dalam keseimbangan dengan sifat manusia sebagai makhluk sosial, untuk mengusahakan dan memenuhi kebutuhan hidup, yang sesuai dengan sifat-sifat mutlak dari manusia sebagai individu.

Menurut Ekaprasetya Pancakarsa, sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia juga megandung inti bahwa sebagai manusia Indonesia hendaknya (1) menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan Keadilan sosial dalam masyarakat Indonesia; (2) mengembangkan perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan; (3) mengembangkan sikap adil terhadap sesama; (4) menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban; (5) meghormati hak-hak orang lain; (6) suka memberikan pertolongan kepada orang lain yang membuuhkan agar dapat berdiri sendiri; (7) tidak menggunakan hak miliknya untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain juga tidak untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan bergaya hidup mewah serta perbuatan-perbuatan lain yang bertentangan untuk merugikan kepentingan umum; (8)sikap suka bekerja keras; (9) sikap menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama; (10) mewujudkan kemajuan yang merata dan keadilan sosial.

(32)

32 2.1.8.2 Perspektif Keadilan Dalam Teori

Teori-teori hukum alam sejak Socretes hingga Francois Geny, tetap mempertahankan keadilan sebagai mahkota hukum. Berbgai macam teori mengenai keadilan dan masyarakay yang adil. Menurut Ana Suheri (2018: 62) mengatakan bahwa teori-teori ini menyangkut hak dan kebebasan, peluang kekuasaan, pendapatan dan kemakmuran. Diantara teori-teori itu dapat disebut: Teori keadilan Aristoteles, Teori keadilan sosial John Rawl dan teori hukum dan keadilan sosial Hans Kelsen.

a. Teori keadilan Aristotels

Pada pokoknya pandangan keadilan ini sebagai suatu pemberian hak persamaan tapi bukan persamarataan. Lebih lanjut keadilan menurut pandangan Aristotels dibagi dalam dua macam keadilan, keadilan “distributife” dan keadilan “commutatife”. Keadilan distributif ialah keadilan yang memberikan kepada tiap orang porsi menurut prestasinya. Keadilan commutatife ialah keadilan yang memberikan sama banyaknya kepada tiap orang tanpa membeda-bedakan prestasinya.

b. Teori Keadilan John Rawls

Secara spesifik, John Rawls mengembangkan gagasan mengenai prinsip-prinsip keadilan dengan menggunakan sepenuhnya konsep ciptaannya yang dikenal dengan “posisi asli” (veil of ignorance).

Pandangan Rawls memposisikan adanya situais yang sama dan sederajat antara tiap-tiap individu di dalam masyarakat. tidak ada pembedaan status,kedudukan atau memiliki lebih tinggi antara satu dengan yang lainnya, sehingga satu pihak dengan lainnya dapat melakukan kesepakatan yang seimbang.

c. Teori Keadilan Hans Kelsen

Hans Kelsen dalam bukunya general theory of law and state, berpandangan bahwa hukum sebagaitatanan sosial yang dapat dinyatakan adil apabila dapat mengatur perbuatan manusia dengan cara yang memuaskan sehingga dapat menemukan kebahagiaan didalamnya.

(33)

33

Pandangan Hans Kelsen ini pandangan yang bersifat positifsme, nilai-nilai keadilan individu dapat diketahui dengan aturan-aturan hukum yang mengakomodir nilai-nilai umum, namun tetap pemenuhan rasa keadilan dan kebahagiaan diperuntukan tiap individu.

2.1.8.3 Indikator Keadilan Sosial

Hal ini sejalan dengan landasan teori oleh Lasiyo dan Mulyono (1985: 54) mengatakan bahwa mengenai indikator nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indnesia sebagai berikut:

1. Menceerminkan sikap gotng royong dan suasana kekeluargaan. 2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.

Adil merupakan suati sikap yang bebas dari diskriminasi dan ketidakjujuran, dengan demikian seseorang harus bersikap adil.

3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

Hak adalah sesuatu yang harus didapatkan oleh setiap orang sejak lahir. Sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan yang merupakan keharusan. Apabila tidak dilaksanakan akan meendapatkan sanksi.

4. Melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan keadilan sosial.

Keadilan merupakan milik setiap individu yang berada dalam masyrakat. Keadilan sosial merupakan adil yang menyeluruh yang berlaku untuk semua rakyat Indonesia.

Sementara itu Ambiro Puji Asmaroini (2016:445) menyatakan bahwa indikator keadilan sosial terkandng di dalamnya prinsip sebagai berikut:

1. Keadilan bagi sesama manusia, dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat maupun sekolah.

2. Keadilan sosial dapat diterapkan dalam bermasyarakat dalam hidup bertetangga maupun bersama teman-teman di lingkungan sekitar.

3. Kesejahteraan lahir batin yaitu mensejahteraan orang-orang disekitar, dalam penerapan nilai-nilai Pncasila dapat kita terapkan dalam lingkungan

(34)

34

sekitar dan harus berbuat adil kepada sesama tidak boleh pilih kasih kepada orang lain.

4. kekeluargaan dan gotong, dalam hal ini kita dapat membantu satu sama lain, manusia selalu hidup berdampingan dan hidup secara kekluargaan, jika ada sesorang yang meminta tolong kita wajib untuk membantunya.

2.2 Penelitian Releven

Penelitian ini berdasarkan pada hasil yang telah dilakukan terhadap nilai-nilai Pancasila. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis nilai-nilai-nilai-nilai Pancasila. Adapun penelitian yang releven adalah sebgai berikut:

Penelitian yang dilakukan oleh Asmaroini (2016) dengan judul “Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Bagi Siswa di Era Globalisasi”, dari penelitian yang dilakukan oleh Ambiro Puji Asmaroini adalah pada penelitian menunjukkan bahwa pancasila memiliki serangkain nilai, yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan kedilan. Nilai-nilai dasar Pancasila seperti ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan yang bersifatuniversal objektif, artinya nilai-nilai tersebut dapat dipakai dan disukai oleh negara-negara lain. Pancasila bersifat subjektif, artinya bahwa nilai-nilai Pancasila itu melekat pada pembawa dan pendukung nilai Pancasila itu sendiri, yaitu masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia.

Penelitian yang dilakukan oleh Sulianti, Efendi, Halimatus sa’diyah (2020) dengan judul “Penerapan Nilai-Nilai Pancasila dalam lembaga Pendidikan”, dari penelitian yang dilakukan oleh ani Sulianti, Yusuf Efendi, Hakimatus Sa’diyah adalah pada penelitian menunjukkan bahwa peserta didik sangat menentukan perjalanan sejarah dari bangsa Indonesia. Peserta didik perlumereposisikan perilaku dan prannya dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila di lingkungan masyarakat. Saatnya generasi penerus bangsa (peserta didik) dapat mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dengan memperlihatkan sebuah perubahan besar dalam berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

(35)

35

Penelitian yang dilakukan oleh Yanto (2016) dengan judul “Pengamalan Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Dalam Kehidupan Sehari-Hari”, dari penelitian yang dilakukan oleh Dwi Yanto adalah pada penelitian menunjukkan bahwa peduli sosial dalah sikap dan tindakan yang selalu ingiin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan tanpa mengharap balas jasa. Karena manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial yang tidak lepas dari saling tolong- menolong.

Penelitian yang dilakukan oleh Amri (2018) dengan judul “Pancasila Sebagai Sistem Etika”, dari penelitian yang dilakukan oleh Sri Rahayu Amri adalah pada penelitian menunjukkan bahwa pada setip sendi-sendi kehidupan masyarakat, harus senantiasa menerapkan nlai-nilai Pancasila baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga terwujud perilaku etika yang menjunjung tinggi nilai moralitas sebagai perwujudan dari ciri dan kepribadian dari Bangsa indonesia.

Tabel 2.1 Persamaan, Perbedaan, dan Orisinalitas Penelitian Releven

No Nama Penelitian Persamaan Perbedaan Orisinalitas

1. Ambiro Puji Asmaraini Analisis nilai-nilai Pancasila Mempengaruhi nilai-nilai Pancasila Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti memfokuskan pada nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari siswa di SD 2. Ani Sulianti, Yusuf Efendi, dan Halimatus Sa’diyah Analisis Pancasila di lingkungan masyarakat Mengetahui Pancasila di masyarakat Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti memfokuskan pada nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari siswa di SD

(36)

36 3. Dwi Yanto Analisis

pengamalan nilai-nilai Pancasila Menerapkan niai-nilai Pancasila Penelitian yang akan dilakukan peneliti memfokuskan pada nila-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari siswa di SD

4. Sri Rahayu Amri Analisis pancasila kehidupan sehari-hari Mengetahui nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti memfokuskan pada nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari siswa di SD

Berdasarkan penelitian diatas yang telah dilakukan sebelumnya terdapat pokok bahasan yang relevan dengan melalui penelitian yang peneliti lakukan. Peneliti menggunakan penelitian tersebut sebagai acuan tinjauan orang tua dalam menerapkan nilai-nila Pancasila dalam kehidupan sehari-hari maupun lingkungan sekolah dan masyarakat. Pada umunya penelian tentang nilai-nilai Pancasila berdasarkan sila kelima dalam kehidupan sehari-hari siswa sudah banyak dikaji. Sebagaian besar penelitian mengenai pengaruh perhatian orang tua yang diteliti pada siswa tingkat sekolah dasar, dapun contoh nilai-nilai Pancasila siswa dapat mempraktikkan sendiri dalam kehidupan sehari-harinya.

Adapun persamaan dan perbedaan dalam penelitian tersebut, persamaan pada peneliti maupun pada penelitian sebulumnya yaitu membahas tentang pengaruh nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dan pneliti sama-sama membahas tentang nilai-nilai Pancasila dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dengan baik dalam kehidupan sehari-hari maupun kehidupan berbagsa dan bernegara sehingga terwujud perilaku dan eika yang baik bagi siswa sekolah dasar. karena dengan mempelajari nilai-nilai Pancasila manusia pada umumnya dapat saling tolong menolong dan berbat adil kepada sesama. Penelitian tersebut

(37)

37

juga ada berupa perbedaan, perbedaan dari peneliti sebelumnya yaitu kebanyakan membahas tentang nilai-nilai Pancasila daapun mrngaruh dalam nilai-nilai Pancasila di kehidupan sehari-hari, menegetahui masyarakat dalam cara mencontohkan nilai-nilai pancasila di sekitar maupun dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan menurut peneliti sendiri, nilai-nilai Pancasila dapat diterapkan pada sekolah, rumah, maupun lingkungan masyarakat, dengan menggunakan contoh sila kelima yaitu keadilan sosial bagi selurruh rakyat Indonesia.

2.3 Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir penelitian memiliki tujuan untuk mempermudah dalam mengetahui hubungan antar variable dan pengaruhnya. Berdasarkan rumusan masalah serta teoretik yang telah dipaparkan di atas, penulis menggambarkan kerangka berfikir penelitian dengan bagan sebagai berikut:

(38)

38

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berfikir

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berfikir Sila kelima “keadilan Sosial Bagi Seluruh

Rakyat Indonesia”

Nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari

Impleentasi nilai-nilai

Pancasila dalam kehidupan sehari-hari

Aktualisasi nilai-nilai

Pancasila dalam kehidupan sehari-hari

Contoh penanaman nilai-nilai

Pancasila berdasarkan sila kelima pada anak sekolah dasar

Keadilan sosial pada

lingkungan masyarakat

Keadilan sosial pada

lingkungan keluarga

Keadilan sosial di Dukuh Godang RW 09 terbilang lumayan baik. Sikap keadilan yang sangat penting dalam kehiddupan sehari-hari bagi anak sekolah dasar, karena perilaku anak dapat mencerminkan dari sikap keadilan sosial yang sudah ada pada penanaman nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, keluarga, dan masyarakat.

Kualitatif

1. Wawancara

2. Observasi

3. Dokumentasi

(39)

39

Dari struktur diatas dapat dijelaskan bahwa penanaman nilai-nilai Pancasila lebih mengarah pada terjadinya perilaku yang terjadi dilakukan oleh anak sekolah dasar kedalam kebiasaan sehari-hari. Bahasa lisan menunjukkan bagaimana seseorang melakukan interaksi sosial dalam kehidupannya dalam bermasyarakat. Sedangkan dalam perilaku misalnya cara berpakaian, cara memperlakukan orang lain, cara menghormati orang lain dan cara menghargai pendapat orang lain.

Dalam hal ini, penanaman nilai-nilai Pancasila berpengaruh pada perkembangan sehari-hari siswa. Hal ini juga berpengaruh pada interaksi sosial antar individusatu dengan yang lainnya pada kehidupan sehari-hari dalam bersosialisasi dengan masyarakat. Ketika anak berperilaku dan berkata dengan baik menurut nilai-nilai Pancasila akan menimbulkan tanggapan dengan baik. Jika ada anak yang berperilaku kurang baik dan berkata kasar maka reaksinya akan kurang baik.

Perilaku dalam kegiatan sehari-hari anak sekolah dasar Dukuh Godang RW 09 dapat dikategorikan baik dalam berperilaku di dalam keluarga dan lingkungan masyarakat dan dapat berinteraksi langsung dengan tetangga maupun teman bermain.

(40)

40 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Dukuh Godang RW 09 Kecamatan Gembong Kabupaten Pati. Di mana di dalam penlitian ini akan memperdalam penanaman nilia-nilai Pancasila berdasarkan bunyi sila ke lima dalam kehidupan sehari-hari anak sekolah dasar, dengan pelaku yang diteliti adalah lima anak usia sekolah dasar yang sedang duduk di kelas V (lima) beserta orang tua dari lima anak tersebut, Ketua RW 09, tetangga, dan teman bermain.

3.1.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan. Adapun waktu yang digunakan peneliti untuk merencanakan penelitian ini adalah pada bulan Agustus 2020, kemudian pelaksanaan penelitian akan dilaksanakan pada bulan Mearet 2021 dan untuk laporan dimungkinkan pada bulan April 2021. Penelitian ini diharapkan dapat diselesaikan dengan tepat waktu sehingga peneliti dapat memperoleh hasil sesuai dengan yang sudah diinginkan dan direncanakan.

3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dilihat dari jenis penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Menurut pendapat Moelong (2014: 6) bahwa penelitian kualitatif adalah penellirian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tidakan dll. Menurut pendapat Sugiyono (2007: 207) menyatakan bahwa penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi menggunakan “social situation” atau

(41)

41

situasi sosial yang terdiri dari 3 elemen yaitu empat (pleace), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergi.

Penelitian ini mengambil penelitian kualitatif karena dalam penelitian ini sasarannya tau objek penelitian dibatasi agar data-data yang diambil tepat sasaran dan datanya dapat digali sebanyak mungkin dan dapat meminimalisir danya pelebaran objek penelitian. Penelitian dilakukan secara langsung di lapangan, jadi akan ditemuka teori-teori baru di lapangan.

Sedangkan dalam penelitian ini menggunaan pendekatan fenomeologi, penelitian memilih pendekatan ini karena sesuai dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Fenomenologi adalah strategi tertentu, peneliti di dalamnya mengidentifikasi hakikat pengalaman manusia tentang suatu fenomena tertentu. Memahami pengalaman-pengalaman hidup manusia menjadikan filsafat fenomenologi suatu metode penelitian yang prosedur-prosedurnya mengharuskkan peneliti untuk mengkaji sejumlah subjek dengan terlibat secara langsung dan relatif lama di dalamnya untuk mengembangkan pola-pola dan relais-relasi makna. Dalam proses ini peneliti mengesampingkan terlebih dahulu pengalaman pribadinya agar ia dapat memahami pengalaman-pengalaman partisipan yang ia teliti. Penelitian ini akan menggunakan penelitian kualitatif, didalam penelitian ini dibagi menjadi 3 tahapan, yakni sebagai berikut:

a. Tahapan Orientasi atau Deskripsi

Pada tahapan ini, peneliti mendapatkan data dari hasil pengamatan serta informasi dan wawancara dengan guru, orang tua, dan siswa menegnai penanaman nilai-nilai pancasila dalam ehidupan sehari-hari.

b. Tahap Reduksi atau Fokus

Pada tahapan ini, peneliti memilih data yang berguna, penting dan menarik yang diperoleh dari tahap pertama, yang kemudian dapat dijadikan sebagai fokus peneliti.

(42)

42

Pada tahapan ini, peneliti melakukan analisis pada fokus penelitian melalui data dan informasi yang telah diperoleh menjadi satu pengetahuan baru.

Dapat ditarik kesimpulan, dari beberapa pendapat diatas bahwa penelitian ini yakni jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenoligi dikarenakan penelitian ini bermaksud menguraikan, mendeskripsikan, dan menggambarkan perilaku siswa di dalam masyarakat ataupun disekolah berdasarkan penenaaman nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, sehingga data yang didapat akan terlihat jelas seperti keadaan di lapangan yang sebenanya.

3.3 Peranan Penelitian

Penelitian ini berkaitan dengan penanaman nilai-nilai pancasila berdasarkan bunyi sila ke lima (Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia) dalam kehidupan sehari-harianak sekolah dasar. Kehadiran peneliti dalam penelitian diperlukan karena merupakan alat pengumpul data utama. Peneliti mempunyai peran sebagai perencana, pelaksana, pengumpupulan data, penganalisis, hingga akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian. Keterlibatan peneliti dalam suatu penelitian juga dapat menentukan keberhasilan suatu penelitian. Peneliti akan melakukan observasi pengamatan kepada orang tua, maupun anak sekolah dasar kelas V (lima). Selain itu akan mengumpulkan data yang berdasarkan dokumentasi sebagai bukti peneliti telak melaksanakan penelitian.

3.4 Data dan Sumber Data

Data dan sumber data penjelasannya akan diuraikan sebagai berikut: 3.4.1 Data

Data utama dalam penelitian kualitatif ini berupa tidakan yang nyata, pengamatan, observasi, selebihnya merupakan data yang lain seperti dokumentasi. Data dalam penelitian ini adalah keterangan bukti nyata yang dapat di jadikan bukti dan bahan dasar peneliti. Data yang dibutuhkan peneliti

(43)

43

adalah data yang berkaitan dengan penanaman nilai-nilai Pancasila berdasarkan bunyi sila ke lima dalam kehidupan sehari-hari anak sekolah dasar, dan bagaimana peran orang tua dalam memberikan contoh atau menanamkan nilai-nilai Pancasila berdasarkan bunyi sila ke lima (Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia) dalam kehidupan sehari-hari serta hambatan dan solusi terbaik yang dapat di contohkan orang tua saat dirumah.

Data informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data kualitatif. Dalam penelitian ini diperoleh secara langsung oleh peneliti saat melakukan kegiatan observasi di lingkungan masyarakat berupa wawancara dari narasumber yaitu orang tua, anak sekolah dasar, ketua RW 09, teman bermain, tetangga. Data sementara diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di Dukuh Godang RW 09. Kondisi anak menunjukkan bahwa bebrapa anak sekolah dasar belum dapat memberikan contoh penanaman nilai-nilai Pancasila, kurangnya kedisiplinanan bagi anak di lingkungan masyarakat dan di rumah. Kurangnya kedisiplinan bagi anak dirumah orang tua dapat memberikan contoh yang baik yaitu berupa penerapan nilai-nilai Pancasila berdasarkan bunyi sila ke sila kelima.

3.4.2 Sumber Data

Zuldafrial (2012: 46) mengemukakan bahwa sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Dengan kata lain sumber data yaitu subjek yang memberikan informasi atau data. Sumber data pada penelitian ini adalah orang tua siswa melakukan wawancara dan memberikan informasi secara lagsung. Sumber data dijadikan menjadikan dua yaitu data premier dan data sekunder. Sugiyono (2016: 308) menyatakan bahawa mengenai sumber data tersebut, yaitu: a) data premier adalah data yang diperoleh secara langsung dari seseorang, b) data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau dapat melalui orang lain atau teori-teori yang ada di buku.

3.4.2.1 Sumber Pimer

Data primer adalah sumber data yang didapat dari sumber asli tau pertama. Sugiyono (2015: 308) menyatakan bahwa bahwa sumber primer adalah sumber

Gambar

Tabel 2.1 Persamaan, Perbedaan, dan Orisinalitas Penelitian Releven
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berfikir
Gambar 3.1 Tahap Analisis Data

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap ini yang dapat dilakukan oleh Pramuka dalam menanamkan kedisiplinan yaitu melalui pertama adalah pelaksanaan ekstrakulikuler wajib yang dimasukkan ke

Penerapan Model Advance Organizer dengan Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif serta Self Esteem Matematis Siswa

Jelaskan anggota keluarga anda dengan menggunakan Bahasa Jepang!. Jelaskan ruangan dilingkungan sekolah dengan menggunakan Bahasa

Dalam perancangan kondensor PLTGU yang dibahas perancangan didasarkan dari pemilihan diameter tube, dan jarak antara tube, serta jumlah tube, adapun perancangan yang dihitung

Bab ini memaparkan hasil dari perancangan yang dilakukan, perancangan instalasi ini dilakukan sesuai dengan referensi – referansi terkait, hasil yang akan

Hasil yang diperoleh menunjukan pada pemanasan 15 menit, kekuatan tarik film latex karet alam meningkat dengan bertambahnya waktu perendaman dalam larutan NH 4 OH dan NaOH,

Pendekatan Inkuiri dan model pembelajaran STAD adalah pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis untuk mencari dan menemukan sendiri pemecahan

[r]