LAMPIRAN 1
ALUR PIKIR
1. Perawatan endodonti meliputi preparasi saluran akar (cleaning &
shaping), desinfeksi, dan obturasi. Irigasi dalam Perawatan Endodonti
2. Irigasi penting pada perawatan endodonti sebagai desinfeksi dan membuang smear layer selama dan sesudah proses preparasi.
3. Bahan irigasi yang ideal sebaiknya: a memiliki sifat antimikroba
b mampu melarutkan jaringan nekrotik dan debris
c sebagai debridement di saluran akar
d memiliki toksisitas yang rendah e memiliki tegangan permukaan
yang rendah
f dapat menjadi pelumas yang baik g efektif mensterilkan saluran akar h mampu mencegah pembentukan
smear layer selama instrumentasi
atau membuangnya
i menginaktifkan endotoksin.
4. Bahan irigasi yang sering digunakan adalah sodium hipoklorit, EDTA, hidrogen peroksida, atau kombinasi dari bahan-bahan tersebut.
5. Kecepatan aliran bahan irigasi dapat mempengaruhi besarnya tekanan apikal sehingga mempengaruhi jumlah larutan yang ekstruksi. (Boutsioukis et al, 2010)
6. Ekstrusi bahan irigasi ke jaringan periapikal dapat mengaktifkan sistem inflamasi dalam tubuh dan menghambat proses penyembuhan selular (Pappen et al, 2009)
7. Ekstrusi bahan irigasi dapat terjadi apabila tekanan saluran akar lebih besar daripada back-pressure
1. Sodium Hipoklorit
Bahan Irigasi
– Diperkenalkan oleh Dakin pada Perang Dunia I
– Pertama kali digunakan sebagai terapi saluran akar oleh Walker tahun 1936
– Digunakan sebagai medikamen oleh Grossmann pada tahun 1941 – Sodium hipoklorit 2,5% dan 5%
dapat melarutkan jaringan nekrotik (Madden, 1977)
– Memiliki sifat antimikroba dan
bleaching
– Toksisitas tinggi
– Tidak mampu melarutkan bahan organik setelah instrumentasi
2. Hidrogen Peroksida
– Mampu menghasilkan radikal bebas hidroksil (-OH) untuk membunuh bakteri dengan merusak DNA & protein bakteri
– Sering dikombinasi dengan sodium hipoklorit 5% sebagai irigasi terakhir
3. EDTA
– Bahan irigasi chelator
– Mampu mengeliminasi materi anorganik seperti smear layer dan debris dentin
– EDTA bereaksi dengan jaringan anorganik dan menggantikan ion kalsium dengan ion natrium sehingga membentuk senyawa baru yang larut dalam cairan irigasi
– Memiliki efek samping demineralisasi pada dentin radikuler jika tidak dikontrol (Pascon, 2006)
(Boutsioukis et al, 2007)
8. Iritasi parah pada nervus mentalis atau nervus alveolaris inferior karena ekstrusi bahan irigasi dapat menyebabkan parastesi (Hulssman et al, 2000)
9. Larutan sodium hipoklorit yang terpercik ke mata dapat menyebabkan rasa sakit dan terbakar, eritema, hilang lapisan sel epitelial pada kornea dan harus segera dirujuk ke ahli mata (Ingram, 1990)
10. Larutan sodium hipoklorit memiliki efek toksik ke jaringan vital seperti hemolisis, ulser, dan nekrosis (Pashley et al, 1985)
4. Klorheksidin
– Memiliki efek antimikrobial yang terus-menerus dengan durasi yang panjang
– Sering digunakan sebagai pembilas terakhir saat irigasi
– Tidak dapat melarutkan jaringan organik
– CHX 2% memiliki efek toksik lebih rendah dibandingkan dengan NaOCl
– Dari uraian di atas terlihat bahwa bahan irigasi yang selama ini digunakan terbuat dari bahan-bahan kimia yang dapat memberi efek samping atau toksik pada jaringan.
– Diperlukan suatu bahan irigasi yang memiliki khasiat yang lebih baik dan biokompatibel
– JAKSTRA (2000-2004) Penggunaan tanaman tradisional danlimbah alam dalam area kegiatan penelitian, pengembangan dan rekayasa untuk pembangunan nasional
– Penelitian Irham F dan Yanti N (2008) menggunakan ekstrak lerak sebagai bahan uji antibakteri terhadap Streptococcus mutans yang dibandingkan dengan Sodium hipoklorit. Hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan efek antibakteri yang signifikan antara Lerak dengan sodium hipoklorit.
– Penelitian Marsa RD dan Yanti N (2011) membuktikan bahwa ekstrak lerak dalam pelarut etanol mempunyai efek antibakteri terhadap E. faecalis.
– Penelitian Chandran T dan Trimurni (2012) menggunakan daun mimba sebagai alternatif bahan irigasi dengan menguji efek antibakterinya terhadap F. nucleatum.
– Ditemukan oleh Rouget (1859) sebagai biopolimer alami polisakarida turunan kitin deasetilasi kitin + lar. NaOH pekat
Kitosan
– Struktur poly-ß-1,4-glucosamine
– Kitosan terdiri dari molekul rendah, sedang dan tinggi yang berasal dari hewan laut bercangkang keras seperti kepiting, kerang, dan blankas, serta dari hewan laut bercangkang lunak seperti udang, cumi-cumi, dan lainnya.
– Tarsi dan Muzarelli et al (1997) Sifat kitosan yang mendukung kemampuan untuk menghambat perlekatan bakteri sbb: Mencegah kerusakan permukaan gigi oleh asam organik dan menghasilkan efek bakterisidal terhadap bakteri patogen – Sano et al, 2002 Menggunakan kitosan sebagai larutan obat kumur untuk
mengurangi pembentukan plak dan mengurangi bakteri Streptokokus mutan – Trimurni et al. (2006) Kitosan blangkas (Tachypleus gigas) dalam bidang
medis, kedokteran gigi, dipakai sebagai bahan pulp caping.
– Kitosan blangkas dikembangkan sebagai bahan dressing yang bersifat alami,
biodegradable, biokompatibel dan bersifat antibakteri.
– Tarigan G dan Trimurni (2008) membuktikan bahwa kitosan blangkas dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans.
– Penelitian Banurea dan Trimurni (2008) menunjukkan bubuk kitosan blankas bermolekul tinggi bereaksi positif sebagai antibakteri terhadap bakteri
Fusobacterium nucleatum
– Penelitian Rahmy dan Trimurni (2009) menunjukkan larutan kitosan blankas 1% dan 0,5% yang diaplikasikan dengan pelarut gliserin mampu menghambat bakteri Fusobacterium nucleatum jika digunakan sebagai pengembangan bahan
dressing saluran akar.
– Penelitian Ivanti dan Trimurni (2009) menyatakan bahwan kitosan blangkas bermolekul tinggi dengan pelarut gliserin memiliki efek antifungal dan dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans.
– Silva et al (2012) meneliti kitosan sebagai bahan chelator pada tindakan irigasi. Hasilnya menunjukkan bahwa 0,2% kitosan efektif mengangkat smear layer pada setengah dan sepertiga apikal saluran akar dan memberi efek yang baik pada dentin dengan waktu 3 menit
Dari uraian di atas, terlihat bahwa kitosan blankas bermolekul tinggi merupakan bahan multipurpose yang memiliki efek.antibakterial, antifungal, biodegradable dan biokompatibel. Namun sejauh ini belum dilakukan penelitian mengenai efek larutan kitosan blankas sebagai alternatif bahan irigasi saluran akar bila dibandingkan dengan Sodium hipoklorit.
Timbul permasalahan:
- Apakah larutan kitosan blankas bermolekul tinggi mampu mengurangi ekstrusi debris dibandingkan dengan larutan sodium hipoklorit pada tindakan irigasi?
Tujuan penelitian:
Untuk mengetahui perbandingan jumlah ekstrusi debris antara larutan kitosan blankas dengan sodium hipoklorit selama irigasi saluran akar
Judul penelitian:
Perbedaan Jumlah Ekstrusi Debris Pada Tindakan Irigasi Antara Kitosan Blangkas Bermolekul Tinggi dengan Sodium Hipoklorit.
LAMPIRAN 2
ALUR PENELITIAN
1. Pembuatan larutan kitosan
Bubuk kitosan blangkas molekul tinggi (DD=84,20% dan berat molekul 893.000 Mv) dibagi menjadi 2 kelompok dengan berat masing-masing
0,1 gram dan 0,2 gram
Larutan asam asetat disiapkan dalam 2 labu ukur masing-masing 100ml
Bubuk kitosan dicampur dengan larutan asam asetat dan diaduk dengan magnetic
stirrer selama 2 jam hingga larutan homogen dan diberi CMC sedikit demi sedikit
sambil diaduk hingga homogen kembali
Didapat larutan kitosan blangkas molekul tinggi konsentrasi 0,1% dan 0,2%
2. Pengenceran NaOCl 5,25%
Sodium hipoklorit 5,25% sebanyak 250ml
Tambahkan dengan 275ml aquades
3. Pengukuran jumlah debris yang ekstrusi
Timbang tabung eppendorf kosong sebagai B0
Sampel gigi dipersiapkan dan ditanam dalam tabung eppendorf
Preparasi kavitas sampel gigi hingga terlihat orifisi. Irigasi dengan aquades agar orifisi terlihat jelas
Saluran akar dipreparasi menggunakan teknik hybrid dengan instrumen rotary Protaper
S1 – F3. Setiap pergantian file, saluran diirigasi sesuai dengan kelompok perlakuan.
Sampel gigi diberi irigasi akhir dan ekstrusi larutan dan debris ditampung.
Gigi dilepas dari tabung. Kemudian tabung diinkubasi selama 3x24 jam dengan suhu 40°C. Kemudian tabung eppendorf ditimbang kembali dan dihitung sebagai berat debris
(Bx)
Jumlah debris yang ekstrusi dihitung dengan rumus: Berat debris = Bx – B0
LAMPIRAN 3
JADWAL PENELITIAN
No Kegiatan
Waktu Penelitian (Bulan Ke-)
1 2 3 4 5 6 7
1 Pembuatan proposal 1. Persiapan penelitian 2. Pembuatan surat izin
X X X X X X 2 Pelaksanaan
1. Pembuatan larutan kitosan 2. Persiapan sampel gigi 3. Pengukuran tegangan
permukaan
4. Pengukuran debris yang terangkat X X X X X X X X X X
3 Pembuatan laporan penelitian X
LAMPIRAN 4. UJI STATISTIK
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Skor Kitosan 0,1% .206 7 .200* .890 7 .274 Kitosan 0,2% .311 7 .039 .781 7 .056 NaOCl 2,5% + Kitosan 0,1% .218 7 .200* .851 7 .126 NaOCl 2,5% + Kitosan 0,2% .227 7 .200* .869 7 .182 NaOCl 2,5% .224 7 .200* .896 7 .307 EDTA 17% + NaOCl 2,5% .213 7 .200* .910 7 .393
a. Lilliefors Significance Correction
Descriptives
Skor
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
Kitosan 0,1% 7 9.471 1.3756 .5199 8.199 10.744 8.0 11.4 Kitosan 0,2% 7 11.714 2.4654 .9318 9.434 13.994 9.7 16.9 NaOCl 2,5% + Kitosan 0,1% 7 9.700 1.6186 .6118 8.203 11.197 8.0 11.7 NaOCl 2,5% + Kitosan 0,2% 7 12.429 1.9448 .7351 10.630 14.227 9.9 14.6 NaOCl 2,5% 7 13.600 3.0265 1.1439 10.801 16.399 10.1 17.6 EDTA 17% + NaOCl 2,5% 7 19.129 3.7717 1.4256 15.640 22.617 14.0 23.4 Total 42 12.674 4.0266 .6213 11.419 13.929 8.0 23.4
Test of Homogeneity of Variances
Skor
Levene Statistic df1 df2 Sig.
ANOVA
Skor
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 438.210 5 87.642 13.927 .000
Within Groups 226.551 36 6.293
Total 664.761 41
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Skor LSD
(I) Kelompok (J) Kelompok
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Kitosan 0,1% Kitosan 0,2% -2.2429 1.3409 .103 -4.962 .477
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,1% -.2286 1.3409 .866 -2.948 2.491
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,2% -2.9571* 1.3409 .034 -5.677 -.238
NaOCl 2,5% -4.1286* 1.3409 .004 -6.848 -1.409
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,2% -.7143 1.3409 .598 -3.434 2.005
NaOCl 2,5% -1.8857 1.3409 .168 -4.605 .834
EDTA 17% + NaOCl 2,5% -7.4143* 1.3409 .000 -10.134 -4.695
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,1% Kitosan 0,1% .2286 1.3409 .866 -2.491 2.948
Kitosan 0,2% -2.0143 1.3409 .142 -4.734 .705
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,2% -2.7286* 1.3409 .049 -5.448 -.009
NaOCl 2,5% -3.9000* 1.3409 .006 -6.619 -1.181
EDTA 17% + NaOCl 2,5% -9.4286* 1.3409 .000 -12.148 -6.709
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,2% Kitosan 0,1% 2.9571* 1.3409 .034 .238 5.677
Kitosan 0,2% .7143 1.3409 .598 -2.005 3.434 NaOCl 2,5% + Kitosan 0,1% 2.7286* 1.3409 .049 .009 5.448 NaOCl 2,5% -1.1714 1.3409 .388 -3.891 1.548 EDTA 17% + NaOCl 2,5% -6.7000* 1.3409 .000 -9.419 -3.981 NaOCl 2,5% Kitosan 0,1% 4.1286* 1.3409 .004 1.409 6.848 Kitosan 0,2% 1.8857 1.3409 .168 -.834 4.605 NaOCl 2,5% + Kitosan 0,1% 3.9000* 1.3409 .006 1.181 6.619 NaOCl 2,5% + Kitosan 0,2% 1.1714 1.3409 .388 -1.548 3.891 EDTA 17% + NaOCl 2,5% -5.5286* 1.3409 .000 -8.248 -2.809
Kitosan 0,2% 7.4143* 1.3409 .000 4.695 10.134
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,1% 9.4286* 1.3409 .000 6.709 12.148
NaOCl 2,5% + Kitosan 0,2% 6.7000* 1.3409 .000 3.981 9.419
NaOCl 2,5% 5.5286* 1.3409 .000 2.809 8.248