http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/
61
Jenis, Bentuk, dan Pola Pengklitikan Pada Klausa
Lengkap dalam Tajuk Rencana Koran Suara Merdeka
Edisi November 2018 dan Implementasinya sebagai
Bahan Ajar di SMA
Maryam Alvi Nur Fathina1, Hari Wahyono2, Ayu Wulandari3
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tidar
Abstrak
Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui jenis, bentuk, dan pola pengklitikan yang terjadi pada klausa lengkap dalam tajuk rencana koran Suara Merdeka edisi November 2018 dan implementasinya sebagai bahan ajar di SMA. Penelitian ini menggunakan metode simak dengan teknik tandai dan catat untuk fase penyediaan data. Objek dalam penelitian ini adalah tajuk rencana koran Suara Merdeka edisi November 2018 dengan lokus klausa lengkap. Hasil penelitian kemudian dikembangkan menjadi bahan ajar materi kebahasaan pada kompetensi dasar 3.6 dan 4.6 mengenai teks editorial siswa SMA kelas XII semester 1 yang berwujud buku ajar. Berdasarkan hasil penelitian, fenomena pengklitikan terjadi dengan klasifikasi sesuai jenis, bentuk, dan polanya pada klausa lengkap sebagai lokusnya. Fenomena pengklitikan yang ditemukan dalam tajuk rencana didapatkan hanya satu jenis pengklitikan saja, yaitu jenis enklitik. Adapun klasifikasi bentuk klitik untuk jenis enklitik ditemukan 5 bentuk klitik, yaitu klitik –pun, -lah, -kah, -nya, dan -isme dengan pola pengklitikan yang dirumuskan berdasar pada kelas kata yang diikutinya. Masing-masing bentuk klitik memiliki pola sesuai dengan bentuk, posisi melekat, dan juga dapat melekat pada kelas-kelas kata tertentu. Klitik –pun hanya ditemukan dapat melekat pada kelas kata berupa kata tanya, klitik –lah dapat melekat pada kelas kata verba, adverbia, dan pronomina, klitik –kah dapat melekat pada kelas kata verba, adverbia, pronomina, dan kata tanya, klitik –nya hanya melekat pada kelas kata nomina, dan klitik –isme dapat melekat pada kelas kata adjektifa dan nomina.
Kata Kunci: pengklitikan, klausa lengkap, tajuk rencana, bahan ajar
Abstract
The purpose of this study was to determine the type, form, and pattern of cliticization in the complete clauses is in the editorial of the November 2018 edition of Suara Merdeka Newspaper and its implementation as teaching material in senior high school. Data collecting method in this research uses reading method with sign and note techniques. This research uses the editorial of the November 2018 edition of Suara Merdeka newspaper as a research object and complete clause as a research locus. The result of this research will be developed as a teaching material of linguistics in basic competence 3.6 and 4.6, it’s
http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/
about editorial text for twelve grades of senior high school students in first semester as Indonesian text book. Considering the result of this research, cliticization phenomena come with such of clasifications based on type, form, and its pattern in the complete clauses as the locus. It just one type of cliticization that was found in editorial, it is enclitic type. There are 5 forms of cliticization in editorial, they are –pun, -lah, -kah, -nya, and –isme and the pattern of cliticization clasified by the followed word classes. Each form has a pattern in accordance with the clitic form, the position is attached, and can also be attached to the specific word classes. Clitic of – pun only found to be attached to a class of words in the form of a question words, clitic – lah can attach to the word class of verbs, adverbs, and pronominal clitic, – kah can attached to the word class of verbs, adverbs, pronouns, and quetion words, clitic of -nya only attached to noun classes, and the clitic of -isme can be attached to the adjective words and noun classes.
Keywords: cliticization, complete clause, editorial, teaching material
PENDAHULUAN
Pembelajaran dalam sistem pendidikan merupakan proses yang sangat berpengaruh dalam pencapaian indikator-indikator standar nasional pendidikan (Fitri yanti, 2012). Indikator keberhasilan sebuah pembelajaran salah satunya didapatkan dari output pembelajaran itu sendiri yang berupa hasil belajar siswa. Guna mencapai hasil belajar siswa yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran, tentu dalam prosesnya banyak faktor pendukung yang berperan (M.Rangga, 2006). Perangkat-perangkat pembelajaran menjadi salah satu faktor penting yang besar kemungkinan memiliki pengaruh terhadap keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Kealpaan berupa human error atau perangkat-perangkat pembelajaran yang belum mendukung berpeluang besar sangat berpengaruh terhadap belajar siswa.
Terdapat 3 komponen penting yang saling berkorelasi satu sama lain, sehingga jika ketiganya saling mendukung dan memiliki korelasi yang baik, maka pembelajaran bisa dikatakan efektif dan efisien. Ketiga komponen dalam pembelajaran tersebut adalah materi ajar, bahan ajar, dan media (Hernawan, Permasih, & Dewi, 2007). Unsur pertama yang harus ada pada pembelajaran adalah materi pembelajaran. Proses transfer informasi berupa materi pembelajaran yang kurang tepat juga akan berdampak pada pemahaman siswa. Maka perlunya sarana yang memuat materi ajar, yaitu bisa dituangkan dalam bentuk bahan ajar. Di dalam bahan ajar juga memuat beberapa komponen, yaitu dari materi ajar hingga proses evaluasi atau penilaian. Bahan ajar adalah sarana atau alat pembelajaran yang berisi materi ajar, metode pembelajaran, batasan-batasan, dan prosedur evaluasi yang disusun sistematis dan komprehensif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, yaitu terpenuhinya kompetensi maupun subkompetensi pada siswa (Setyawati, Rahayuningsih, & Ahmad, 2013).
Penggunaan bahan ajar pada proses pembelajaran akan sangat beragam bergantung dan menyesuaikan materi yang akan disampakan serta media yang mendukung (Nurjaya, 2017). Ketidaksesuaian antara ketiga komponen tersebut akan
http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/
dapat menimbulkan berbagai macam efek pada siswa dalam proses pembelajaran dengan berhasil atau tidaknya pembelajaran dengan indikator yang dapat dilihat dari hasil belajar siswa (Nasrun AR, 2015). Berdasarkan hasil observasi pada Program Pengalaman Lapangan di SMA N 1 Magelang, secara umum didapatkan hasil belajar siswa pada subpokok materi kebahasaan mata pelajaran Bahasa Indonesia belum maksimal. Setelah diamati dan dicari penyebabnya, selain faktor internal siswa, ternyata juga ditemukan faktor eksternal yang turut berpengaruh, antara lain berkaitan dengan penyampaian informasi materi (Setyowati, 2007). Penggunaan bahan ajar selama proses pembelajaran belum maksimal dan kurang pengembangan yang inovatif. Pembelajaran masih hanya menggunakan bahan ajar berupa buku paket saja.
Fakta ironi lain yang juga menunjukkan adanya kesulitan belajar pada siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah bahwa mata pelajaran Bahasa Indonesia ternyata masih menunjukkan prestasi yang rendah dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Berdasarkan hasil UN SMA/SMK tahun 2011 dan 2012, Bahasa Indonesia menempati urutan terendah nilai rata-rata nasional mata pelajaran Bahasa Indonesia pada tahun 2011 hanya 7,49 dengan nilai maksimum yang diraih siswa sebesar 9,90 dan nilai terendah 0,80. Data tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata mata pelajaran Bahasa Indonesia tergolong yang paling rendah jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Di Jawa Timur pada tahun 2012 pun mata pelajaran Bahasa Indonesia masih stagnan pada posisinya seperti di tahun 2011 dalam urutan yang paling rendah dibandingkan dengan mata pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris (Setiawan, 2017).
Diagnosa kesulitan belajar menjadi hal yang wajib untuk dicari tahu penyebabnya sehingga kesulitan tersebut akan dapat diatasi dan tidak menjadi kesulitan berkepanjangan (Suryani, 2010). Jika terjadi kesulitan belajar yang berkepanjangan, dapat dimungkinkan akan terjadi kegagalan dalam belajar pada siswa. Salah satu kesulitan belajar yang harus menjadi perhatian adalah kesulitan belajar terhadap pemahaman materi. Kesulitan pada pemahaman terhadap materi atau pokok bahasan menjadi kesulitan yang akan sangat berpengaruh terhadap mutu hasil belajar. Maka dari itu, materi atau bahan ajar Bahasa Indonesia secara umum harus disesuaikan dengan setiap jenjang pendidikan (Kustiyahningsih, Purnama, Madura, & Engineers, 2013). Tujuannya adalah agar materi atau bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran bisa sesuai dengan kebutuhan siswa, guru, maupun kurikulum yang telah ditentukan (Gultom, 2012).
Di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, permasalahan yang masih sering terjadi di lapangan adalah adanya kesulitan belajar pada materi kebahasaan. Pengetahuan siswa terhadap materi kebahasaan bisa dikatakan masih minim dan membutuhkan banyak wawasan kebahasaan. Maka dari itu, peran guru dalam menyediakan bahan ajar yang tepat dan sesuai akan sangat menentukan dan mempengaruhi tercapaianya kompetensi dasar dan hasil belajar siswa dalam semua jenis pembelajaran. Berdasarkan observasi lapangan pada saat Praktik Pengalaman Lapangan yang dilakukan di kelas XII IPA SMA Negeri 1 Magelang, salah satu yang
http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/
menjadi perhatian adalah materi kebahasaan pada pokok materi tajuk rencana. Di dalam materi unsur kebahasaan tersebut dibahas pula tentang afiksasi. Kajian kebahasaan mengenai afiksasi memiliki kemiripan dengan pengklitikan (klitisisasi) dalam kajian ranah morfologi. Sering kali pembahasaan klasifikasi morfem-morfem disinggungkan antara afiks dan klitik dalam beberapa referensi. Namun, selama ini yang dikenalkan kepada siswa dalam penerapan pembelajaran hanya pembahasan mengenai fenomena kebahasaan afiksasi saja. Padahal terdapat fenomena kebahasaan lain yang mirip dengan afiksasi. Persamaannya adalah sama-sama terdapat proses melekatnya morfem pada bentuk dasar kata. Akan tetapi, ternyata ada beberapa morfem yang melekat pada bentuk dasar kata tersebut tidak tergolong ke dalam afiks, tetapi tergolong ke dalam klitik. Mengenai klasifikasi ini, dalam pembelajaran belum dibahas perbedaan antara kedua fenomena kebahasaan yang memiliki kemiripan tersebut. Maka dari itu supaya lebih memahamkan pada siswa terkait afiksasi yang memiliki kesinambungan dengan pengklitikan dan supaya siswa mampu membedakan antara keduanya, penelitian ini akan membahas mengenai jenis, bentuk, dan pola pengklitikan, sehingga akan didapatkan sebuah klasifikasi yang membedakannya dengan afiksasi dan akan menambah wawasan kebahasaan siswa. Pemakaian bahan ajar yang bervariasi dalam pembelajaran akan dapat membangkitkan minat belajar siswa, menambah pengetahuan baru, dan bahkan dapat memunculkan orientasi belajar yang tinggi pada siswa.
Secara umum, bahan ajar dikelompokkan berdasarkan jenisnya. Jenis bahan ajar dibagi ke dalam 2 kelompok jenis, yaitu bahan ajar cetak dan bahan ajar noncetak. Jenis bahan ajar cetak mencakup modul, handout, dan lembar kerja. Sementara jenis bahan ajar noncetak meliputi realita, bahan ajar yang dikembangkan dari barang sederhana, bahan ajar diam, dan display, video, audio, dan overhead transparencies (OHT) (Prastowo, 2014).
Penelitian dan pembahasan mengenai klitik secara umum memang masih jarang dilakukan. Pembahasan biasanya hanya terbatas pada perbandingan klitik dalam bahasa Indonesia dengan klitik bahasa daerah seperti penelitian yang dilakukan oleh Isnaeni (2015) mengenai perbandingan klitik dalam bahasa Sasak dengan klitik dalam bahasa Indonesia. Hasil penelitian yang didapatkan berupa klasifikasi perbedaan dan persamaan secara morfologis antara klitik bahasa daerah dengan klitik dalam bahasa Indonesia. Klitik memang mendapatkan sorotan pembahasan yang tidak banyak dijelaskan karena memiliki karakteristik unik secara gramatikal. Klitik merupakan morfem-morfem yang biasanya hanya terdiri atas satu silabel saja atau paling banyak dua silabel (Bubenik, 2010). Secara fonologis pun tidak mendapat tekanan dan kemunculannya dalam pertuturan, baik lisan maupun tulis biasanya melekat pada bentuk lain, namun tetap dapat dipisahkan. Misalnya klitik –ku dalam konstruksi kata bukuku dapat dipisahkan, sehingga klitik –ku dapat dipisahkan dari kata ‘buku’ dan dapat melekat pada bentuk kata lain, seperti menjadi buku baruku.
Penanda suatu morfem dikatakan klitik adalah bahwa antara pokok kata dengan klitik yang melekat, dapat disisipi kata lain. Contoh pelekatan klitik –ku pada kata bukuku. Antara kata buku dan klitik –ku dapat disisipi kata lain yang
http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/
menunjukkan kesamaan maksud, menjadi buku milikku. Ciri penanda lain suatu morfem bisa disebut klitik adalah bahwa hubungan antara pokok kata dengan klitik yang menempel adalah tidak padu (tidak berhubungan), sedangkan afiks memiliki hubungan yang padu dengan pokok kata yang dilekatinya (menjadi satu kesatuan makna). Hubungan klitik dengan fenomena pengklitikan adalah saling berhubungan. Pengklitikan, atau pada beberapa referensi menyebutnya sebagai klitisisasi merupakan proses di mana kata kompleks dibentuk dengan melekatkan sebuah klitik pada kata tersebut. Pengklitikan dianggap sebagai fenomena frasal: klitik adalah ekspresi afiks –seperti ekspresi yang menempel pada frasa (Zwicky & Pullum, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Aritonang (2018) juga mengangkat topik mengenai klitik, namun hanya sebatas klitik dalam bahasa daerah Manggarai Dialek Barat dengan mengklasifikasikan jenis dan bentuk-bentuknya (Aritonang, 2018). Penelitiannya tidak dikorelasikan dengan klitik bahasa Indonesia. Pengkajian klitik bahasa Indonesia ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Pastika (2012). Penelitiannya membahas mengenai salah satu bentuk klitik, yaitu klitik –nya dalam bahasa Indonesia dengan mengkajinya secara pragmatik dan sosiolinguistik (Pastika, 2012). Secara teoretis, jenis pegklitikan dikategorikan ke dalam dua jenis, yaitu jenis proklitik dan enklitik (Hanafi, 2009). Jenis pengklitikan ini didasarkan pada posisi atau letak melekatnya klitik pada kata. Proklitik untuk posisi klitik terletak di sebelah kiri kata (sebelum kata) sedangkan enklitik adalah jenis pengklitikan untuk klitik yang berposisi di sebelah kanan kata (setelah kata yang dilekati). Terdapat beberapa bentuk klitik, antara lain klitik ku, kau, mu, -pun, -lah, -kah, -nya, -isme. Pola pengklitikan dapat diidentifikasi setelah diketahui bentuk dan jenisnya. Pola pengklitikan didasarkan pada kelas kata yang dilekati oleh klitik tersebut dan disesuaikan dengan posisi melekatnya serta bentuk klitiknya. Berdasar teori yang ada, klitik atau klitika tidak terikat pada kelas kata tertentu
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan jenis-jenis, bentuk, dan pola-pola yang dapat dirumuskan dalam fenomena pengklitikan bahasa Indonesia pada klausa lengkap tajuk rencana koran Suara Merdeka edisi November 2018. Hasil dari penelitian ini kemudian akan dikembangkan menjadi bahan ajar yang berupa buku teks pada materi teks editorial pada kompetensi dasar 3.6 dan 4.6 siswa kelas XII SMA semester 1.
METODE
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Pendekatan kualitatif deskriptif yaitu pendekatan yang digunakan untuk membuat deskripsi dari data atau fakta yang didapat (Luki Erlistina, 2013). Pada penelitian ini berarti menyajikan data atau fakta terkait dengan fenomena pengklitikan dalam tajuk rencana koran Suara Merdeka edisi November 2018. Secara linguistik, pendekatan yang digunakan dalam melakukan kajian mengenai pengklitikan menggunakan pendekatan morfologis untuk menguraikan dan mengklasifikasikan jenis-jenis, bentuk, dan pola pengklitikan.
http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/
Penelitian ini menggunakan sumber data tajuk rencana koran Suara Merdeka edisi November 2018 dengan lokus penelitian berupa klausa lengkap. Tajuk rencana merupakan wacana yang ditulis oleh redaktur media massa yang berisi mengnai pandangan redaktur terhadap permasalahan atau isu yang sedang hangat di masyarakat (Nurainun & Ritonga, 2018). Klausa lengkap merupakan klausa yang mengandung dua unsur inti yang wajib hadir, yaitu unsur subjek dan predikat. Klausa lengkap dibedakan menjadi 2 golongan berdasarkan letak unsur subjeknya. Klausa lengkap yang letak unsur subjek di depan predikat disebut klausa lengkap susun biasa dan klausa lengkap dengan posisi unsur subjek terletak setelah predikat disebut klausa lengkap susun balik atau inversi (Mushaitir, 2016). Pada penelitian ini akan menggunakan lokus klausa lengkap secara umum. Hal ini dalam arti, kedua jenis klausa lengkap tersebut diambil sebagai data.
Pengkajian mengenai klitik ini menggunakan metode simak dengan teknik tandai dan catat pada pengumpulan datanya (Hermaji, Persatuan, & Zulfan, 2013). Data yang diperoleh dari sumber data tajuk rencana melalui proses simak, yaitu dengan membaca kemudian ditandai dan dicatat data-data berupa klausa lengkap yang mengandung fenomena pengklitikan. Selanjutnya, data dianalisis dengan metode agih, yaitu metode dengan bahasa yang bersangkutan sebagai alat penentunya (Subiyatningsih, 2018). Alat penentu tersebut selalu berupa bagian atau unsur dari bahasa objek penelitian yang digunakan. Teknik yang digunakan dalam analisis data penelitian ini adalah menggunakan teknik Bagi Unsur Langsung (BUL). Teknik analisis ini digunakan untuk membagi satuan lingual bahasa ke dalam beberapa bagian atau unsur yang kemudian dijadikan sebagai data penelitian. Data yang telah didapatkan kemudian dilakukan analisis dengan tujuan untuk menjawab rumusan masalah maupun tujuan penelitian yang telah ditetapkan.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah yang pertama dengan menyiapkan tajuk rencana koran Suara Merdeka edisi November 2018, kemudian membaca sekaligus menerapkan teknik pengumpulan data yaitu dengan melakukan kegiatan menandai dan mencatat data-data yang masuk ke dalam kategori data penelitian, dalam hal ini berupa klausa lengkap yang mengandung fenomena pengklitikan. Setelah itu dilakukan tahap mengkode dan mereduksi data. pada tahap reduksi data ini berarti dilakukan pemilahan data-data yang digunakan dalam analisis dan membuang data-data yang tidak digunakan dan tidak mendukung analisis. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang berfungsi untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi (Dr Wan Mohd Khairul Firdaus Wan Khairuldin, 2010).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini setelah dilakukan proses analisis data, yaitu pada klausa lengkap dalam tajuk rencana koran Suara Merdeka edisi November 2018 didapatkan jenis-jenis pengklitikan, bentuk klitik, dan polanya. Jenis pengklitikan yang pertama adalah jenis pengklitikan proklitik. Bentuk-bentuk klitik yang termasuk ke dalam jenis
http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/
proklitik antara lain adalah ku- dan kau-. Setelah dilakukan analisis pada data klausa lengkap yang mengandung fenomena pengklitikan, ternyata jenis proklitik tidak ditemukan pada klausa lengkap tajuk rencana koran Suara Merdeka edisi November 2018. Hal ini berarti secara otomatis, bentuk-bentuk klitik yang tergolong dalam jenis proklitik tidak juga ditemukan. Melalui analisis data klausa lengkap dengan fenomena pengklitikannya, hanya didapatkan jenis pengklitikan enklitik saja. Jenis pengklitikan enklitik meliputi klitik –ku, -mu, –pun, -lah, -kah, -nya, dan –isme. Berdasarkan ketujuh klitik yang tergolong ke dalam jenis enklitik, ternyata setelah dilakukan analisis tidak ditemukan fenomena pengklitikan jenis enklitik untuk klitik –ku dan – mu pada klausa lengkap dalam tajuk rencana koran Suara Merdeka edisi November 2018. Jenis enklitik yang termuat dalam data yang dianalisis antara lain kelima klitik tersebut, yaitu –pun, -lah, -kah, -nya, dan –isme.
Jenis pengklitikan enklitik untuk klitik –pun didapatkan pada data dengan kata meliputi siapa pun, apa pun, dan di mana pun. Secara ortografis memang penulisan klitik –pun tidak dirangkai dengan konstruksi di depannya. Hal tersebut karena klitik
–pun mewakili makna kata lain yang tidak padu dengan konstruksi yang dilekatinya atau dengan kata lain, klitik –pun adalah pengganti kata lain. Pada ketiga konstruksi tersebut klitik –pun merupakan pengganti kata saja. Kata saja juga merupakan salah satu makna leksikal yang muncul untuk bentuk –pun pada entri kamus.
Pola yang dihasilkan berdasarkan jenis, bentuk klitik, serta kelas kata yang dilekati klitik, maka untuk klitik –pun polanya menjadi Kata tanya + -pun. Berikut tabel yang menunjukkan pola untuk klitik –pun.
Tabel 1 Pola Pengklitikan Klitik –pun
No Pola Contoh Kata dalam
Klausa Lengkap
1 Kata tanya + -pun siapa pun, kapan pun, di mana pun, apa pun
Fenomena pelekatan untuk klitik –pun tidak berlaku pada bentuk maupun,
walaupun, meskipun, adapun, dan lain-lain. Bentuk –pun pada konstruksi-konstruksi tersebut bukan merupakan klitik. Hal tersebut karena bentuk –pun sudah menjadi satu kesatuan makna menjadi satu kata utuh. Contoh konstruksi tersebut merupakan kata sambung atau kata hubung dan sudah menjadi satu makna utuh sebuah kata, oleh karenannya penulisan –pun pada konstruksi walaupun, meskipun, adapun, tidak dipisah (dilekatkan).
Jenis enklitik lain yang termuat pada klausa lengkap dalam tajuk rencana koran Suara Merdeka edisi November 2018 adalah enklitik dengan klitik –lah. Kedudukan klitik –lah yang melekat pada kata adalah untuk menekankan makna kata
http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/
di depannya. Telah ditemukan beberapa data klausa lengkap yang mengandung jenis pengklitikan enklitik –lah pada beberapa konstruksi kata, contohnya pada kata
patutlah, bukanlah, kitalah, sendirilah, dan tetaplah. Secara ortografis klitik –lah
ditulis serangkai dengan kata yang dilekati, namun tetap memiliki penekanan makna tersendiri. Berdasarkan contoh kata yang mengalami pengklitikan enklitik dengan klitik –lah dengan posisi lekat di sebelah kanan pokok kata, maka klitik –lah termasuk ke dalam jenis enklitik. Enklitik –lah secara pola pengklitikan dapat melekat pada beberapa kelas kata. Berikut tabel untuk pola pengklitikan enklitik –lah.
Tabel 2 Pola Pengklitikan Klitik –lah
No Pola Contoh Kata dalam Klausa Lengkap
1 Verba + -lah tetaplah
2 Adverbia + -lah patutlah, sendirilah,
bukanlah,
3 Pronomina + -lah kitalah
Berdasarkan tabel di atas, maka klitik –lah selalu melekat di sebelah kanan kata sehingga klitik –lah dikategorikan sebagai jenis enklitik. Klitik –lah ternyata ditemukan hanya melekat pada kelas kata verba, adverbia, dan pronomina dan berfungsi untuk menekankan kata yang dilekatinya.
Jenis enklitik lain yang ditemukan pada klausa lengkap dalam tajuk rencana koran Suara Merdeka Edisi November 2018 adalah enklitik dengan bentuk klitik – kah. Klitik –kah biasanya digunakan sebagai bentuk terikat yang digunakan untuk mengukuhkan pertanyaan atau digunakan untuk memperhalus pertanyaan yang ditambahkan pada kata tanya. Berdasarkan kegunaan klitik –kah yang melekat pada kata, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan klitik –kah adalah pada konstruksi-konstruksi kalimat tanya. Beberapa contoh kata yang mengalami fenomena pengklitikan dengan klitik –kah antara lain adalah adakah, perlukah,
sudahkah, begitukah, kapankah, dan apakah. Terbukti bahwa klitik –kah selalu melekat dengan posisi di sebelah kanan kata, sehingga tergolong ke dalam jenis enklitik. Berdasar kelas kata yang dilekati, maka pola pengklitikan yang didapatkan antara lain bahwa klitik –kah dapat melekat pada kelas kata verba, adverbia, pronomina, dan kata tanya. Fungsi melekatnya klitik –kah pada kata adalah untuk sebagai penguat dan menekankan kata sebelumnya.
Secara lebih jelas dan rincinya, berikut tabel pola pengklitikan untuk kata dalam klausa lengkap yang mengalami pengklitikan klitik –kah.
http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/ No Pola Contoh Kata dalam Klausa Lengkap
1 Verba + -kah adakah
2 Adverbia + -kah perlukah, sudahkah
3 Pronomina + -kah begitukah
4 Kata tanya + -kah kapankah, apakah
Berdasarkan tabel tersebut, maka didapatkan pola pengklitikan untuk klitik – kah adalah bahwa klitik –kah dapat melekat pada kata dengan kelas kata verba, adverbia, pronomina, maupun pada kata tanya. Klitik –kah juga selalu melekat di posisi sebelah kanan kata yang dilekatinya sehingga tergolong ke dalam jenis enklitik.
Bentuk klitik selanjutnya yang tergolong enklitik yang ditemukan pada klausa lengkap dalam tajuk rencana koran Suara Merdeka edisi November 2018 adalah enklitik dengan klitik –nya. Klitik –nya digolongkan ke dalam jenis enklitik karena letaknya selalu melekat di belakang (di sebelah kanan) kata. Pemakaian enklitik – nya pada sebuah kata dapat berfungsi sebagai posesiva atau kepemilikan, pembentukan kata benda, sehingga dapat menentukan subjek dalam kalimat, dan klitik –nya menyatakan objek. Bentuk klitik –nya merupakan varian pronomina persona ia/dia dan pronomina benda yg menyatakan milik, pelaku, atau penerima. Hal tersebut berarti bentuk –nya dapat digolongkan ke dalam klitik jika memiliki pertalian dengan ia/dia dan jika berlaku sebagai posesiva atau memiliki fungsi kepemilikan.
Klitik –nya (enklitik) dalam pemakaiannya pada kata dapat berfungsi sebagai, a) posesiva atau kepemilikan, b) pembentukan kata benda (karena mampu membentuk kata benda (nomina) maka memungkinkan klitik –nya juga dapat menentukan subjek dalam sebuah kalimat), dan c) klitik –nya menyatakan objek.
Beberapa contoh kata dengan klitik –nya antara lain pada kata kadernya,
majikannya, muridnya, dan saudaranya. Berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil analisis yang didapatkan contoh kata-kata tersebut, maka dapat didapatkan karakteristik untuk klitik –nya. Salah satunya adalah secara ortografis penulisan klitik
–kah yang melekat pada kata adalah ditulis serangkai dengan pokok katanya. Berdasar analisis pula didapatkan pola pengklitikan untuk enklitik dengan bentuk klitik –kah yang didasarkan pada kelas kata bentuk dasar yang dilekatinya. Berikut tabel pola pengklitikan untuk enklitik –kah.
Tabel 4 Pola Pengklitikan Klitik –nya
No Pola Contoh Kata dalam Klausa
http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/
1 Nomina + -nya kadernya, muridnya, saudaranya majikannya,
Berdasarkan tabel tersebut didapatkan bahwa bentuk klitik –kah yang tergolong ke dalam jenis enklitik hanya melekat pada bentuk dasar dengan kelas kata nomina saja.
Jenis pengklitikan terakhir yang ditemukan pada klausa lengkap koran Suara Merdeka edisi November 2018 adalah jenis pengklitikan enklitik dengan bentuk klitik
–isme. Bentuk klitik –isme tergolong ke dalam jenis enklitik karena selalu melekat di posisi sebelah kanan bentuk dasar kata yang dilekati. Klitik –isme secara leksikal memiliki makna berupa sistem kepercayaan berdasarkan politik, sosial, atau ekonomi. Beberapa contoh kata dalam data yang ditemukan pada klausa lengkap dalam tajuk rencana adalah chauvinisme, profesionalisme, egoisme, radikalisme, dan
nepotisme. Dari data-data yang didapatkan, maka ditemukan karakteristik dari klitik
–isme yaitu secara ortografis, penulisannya dirangkai dengan bentuk dasar kata yang dilekati. Kedua adalah untuk bentuk dasar yang memiliki akhiran bentuk -is seperti pada kata chauvinis untuk chauvinisme dan nepotis untuk nepotisme maka penulisannya menjadi bentuk dasar + -me (yang mewakili klitik –isme). Penulisan tersebut seolah-olah bentuk –is luluh karena supaya tidak terjadi tumpang tindih. Secara lebih rinci, berikut adalah tabel yang menunjukkan pola pengklitikan untuk enklitik dengan bentuk klitik –isme didasarkan pada kelas kata bentuk dasar yang dilekatinya.
Tabel 4 Pola Pengklitikan Klitik –isme
No Pola Contoh Kata dalam Klausa Lengkap
1 Adjektiva + -isme profesionalisme, radikalisme
2 Nomina + -isme nepotisme, egoisme,
chauvinisme, optimisme
Berdasarkan tabel pengklitikan tersebut, pola pengklitikan untuk klitik –isme didapatkan bahwa klitik –isme selalu melekat yang berposisi di sebelah kanan kata dan biasanya melekat pada bentuk dasar kata dengan kelas kata adjektiva dan nomina.
PENUTUP
Hasil penelitian tentang jenis, bentuk, dan pola pengklitikan pada klausa lengkap dalam tajuk rencana koran Suara Merdeka edisi November 2018, terdapat 1 jenis pengklitikan dengan 5 bentuk pengklitikan, yaitu jenis pengklitikan enklitik dengan bentuk pengklitikan untuk klitik –pun, -lah, -kah, -nya, dan –isme. Jenis proklitik ternyata tidak ditemukan dalam data klausa lengkap tajuk rencana koran
http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/
Suara Merdeka edisi November 2018. Jenis pengklitikan dengan bentuk klitik ku,
-mu, dan kau ternyata tidak ditemukan pada klausa lengkap dalam tajuk rencana koran Suara Merdeka edisi November 2018. Hal tersebut karena dalam tajuk rencana tidak menggunakan klitik -ku sebagai posesiva maupun pengganti kata aku yang merupakan pronomina pertama, tidak menggunakan klitik -mu sebagai posesiva maupun pengganti kata kamu yang merupakan pronomina kedua, dan tidak menggunakan klitik kau- sebagai pronomina kedua. Di dalam tajuk rencana hanya menggunakan kata ganti (pronomina) orang ketiga, termasuk dalam fungsinya sebagai posesiva yang berupa klitik –nya. Hal tersebut karena tajuk rencana merupakan wacana yang ditulis oleh orang ketiga yaitu redaktur media massa mengenai permasalahan-permasalahan atau topik-topik hangat dan sedang berkembang di masyarakat.
Penelitian ini juga menghasilkan bahan ajar kebahasaan teks editorial yang berwujud buku ajar. Bahan ajar ini disesuaikan dengan silabus kurikulum 2013 semester 1 (gasal) pada materi teks editorial yang sesuai dengan K.D. 3.6 menganalisis struktur dan kebahasaan teks editorial serta K.D. 4.6 merancang teks editorial dengan memperhatikan struktur dan kebahasaan yang disusun berdasarkan struktur isi buku ajar oleh Direktorat Pengembangan SMA. Materi dalam buku ajar ini berupa materi kebahasaan yang dikembangkan dari proses pengklitikan meliputi jenis, bentuk, dan pola pada klausa lengkap. Guna tercapainya indikator yang telah ditetapkan, bahan ajar berupa buku ajar ini di dalamnya termuat tiga isi penting yakni, materi, latihan, dan penilaian. Sesuai dengan kebutuhan siswa, di dalam buku ajar yang ini memuat materi berupa pengklitikan yang meliputi jenis, bentuk, dan polanya pada kata dalam klausa lengkap. Selain materi, di dalam buku ajar juga memuat latihan yang digunakan sebagai alat ukur untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah disajikan dan dipaparkan. Terdapat dua cara yang digunakan dalam mengukur kemampuan siswa yaitu, melalui tugas individu dan tugas kelompok. Selanjutnya, bentuk penilaian yang digunakan pada tugas individu dan kelompok harus memenuhi tiga penilaian, yaitu penilaian penilaian sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan penilaian keterampilan (psikomotor).
Berdasarkan jenis dan bentuk pengklitikan, maka didapatkan pola pengklitikan untuk kata-kata dalam klausa lengkap yang mengalami pengklitikan. Berikut tabel mengenai jenis, bentuk, dan pola pengklitikan yang didapatkan.
Tabel 6 Jenis, Bentuk, dan Pola Pengklitikan No. Bentuk Klitik Arti Leksikal
Jenis Pengklitika n Pola Pengklitikan Kata yang Mewakili
http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/
1. -pun 1. juga atau
demikian juga, 2. meski; biar; kendati, 3. saja, 4. untuk menyatakan aspek bahwa perbuatan mulai terjadi, 5. untuk menguatkan dan menyatakan pokok kalimat
Enklitik Kata tanya + pun - siapa pun, apa pun, di mana pun 2. -lah yg digunakan untuk menekankan makna kata yg di depannya
Enklitik Verba + -lah tetaplah Adverbia + -lah bukanlah, patutlah, sendirilah Pronomina + -lah kitalah 3. -kah yg digunakan untuk mengukuhkan pertanyaan, (dl ragam standar) digunakan untuk memperhalus pertanyaan dan ditambahkan pada kata tanya
Enklitik Verba + -kah adakah Adverbia +
-kah perlukah, sudahkah Pronomina + -kah begitukah Kata tanya + -kah kapankah, apakah
http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/ 4. -nya merupakan varian pronomina persona ia/dia dan pronomina benda yg menyatakan milik, pelaku, atau penerima Enkilitik Nomina +
-nya kadernya, majikannya, muridnya, saudaranya 5. -isme sistem kepercayaan berda-sarkan politik, sosial, atau ekonomi Enklitik Adjektiva + -isme profesionalis me, radikalisme Nomina + -isme nepotisme, egoisme, chauvinisme, optimisme
Berdasarkan tabel tersebut di dapatkan bahwa setiap bentuk klitik yang ditemukan dalam tajuk rencana koran Suara Merdeka edisi November 2018, yaitu bentuk klitik –pun, -lah, -kah, -nya, dan –isme memiliki karakteristik masing-masing. Masing-masing bentuk tergolong ke dalam klitik karena memang terbukti memiliki makna leksikal dan tidak menunjukkan kepaduan makna menjadi satu kesatuan utuh kata terhadap kata yang dilekati. Secara ortografis, penulisan klitik juga memiliki karakteristik masing-masing. Klitik –pun secara ortografis ditulis secara terpisah dengan kata yang dilekati, sedangkan bentuk klitik lain, yaitu klitik –lah, -kah, nya,
dan –isme secara ortografis ditulis serangkai dengan kata yang dilekatinya.
Pola yang didapatkan terhadap proses melekatnya klitik juga bermacam-macam. Klitik –pun memiliki pola hanya dapat melekat pada kata yang tergolong ke dalam kata tanya, klitik –lah ternyata ditemukan dapat melekat pada kelas kata verba, adverbia, dan pronomina, klitik –kah ternyata juga dapat melekat pada kelas kata verba, adverbia, pronomina, dan kata tanya, klitik –nya ditemukan hanya dapat melekat pada kelas kata nomina saja, klitik –isme ditemukan hanya melekat pada kelas kata adjektifa dan nomina saja.
Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian jenis, bentuk, dan pola pengklitikan ini adalah bagi guru yang mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia disarankan pada saat mengajarkan materi afiksasi, juga dijelaskan materi mengenai pengklitikan supaya siswa dapat memahami klasifikasi perbedaan antara afiksasi
http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/
dengan pengklitikan yang keduanya memiliki hubungan kemiripan. Guru Bahasa Indonesia juga dapat menggunakan luaran dari penelitian ini yang berupa bahan ajar jenis, bentuk, dan pola pengklitikan pada klausa lengkap dalam tajuk rencana koran Suara Merdeka edisi November 2018 saat mengajarkan materi tersebut. Guru dapat mengembangkan materi dari bahan ajar agar lebih bervariasi dalam menyampaikan materi.
Bagi siswa SMA kelas XII disarankan menggunakan bahan ajar jenis, bentuk, dan pola pengklitikan pada klausa lengkap dalam tajuk rencana koran Suara Merdeka edisi November 2018 untuk belajar mandiri. Bahan ajar ini juga dapat dimanfaatkan oleh siswa kelas XII untuk belajar mengidentifikasi dan menganalisis jenis, bentuk, dan pola pengklitikan. Selain itu juga dapat menambah pemahaman siswa terkait klasifikasi perbedaan antara afiksasi dengan pengklitikan.
DAFTAR PUSTAKA
Aritonang, B. (2018). Klitik Klausa Pasif Bahasa Manggarai Dialek Barat Buha Aritonang. Buletin Al-Turas. https://doi.org/10.15408/bat.v24i1.7191
Bubenik, V. (2010). Inflectional Morphology and Clitics in Functional Grammar: Typology and Diachrony. DiachronicaDiachronica International Journal for Historical Linguistics. Founded by E.F.K. Koerner, General Editor, 1984–2001.
https://doi.org/10.1075/dia.10.2.02bub
Dr Wan Mohd Khairul Firdaus Wan Khairuldin. (2010). Analisis Data Kualitatif.
Penyelidikan Dalam Pendidikan.
Fitri yanti. (2012). Jurnal pendidikan. Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu.
https://doi.org/Lehrstuhlbib
Gultom, J. J. (2012). PEMANFAATAN MEDIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR.
Jurnal Pendidikan.
Hanafi, H. (2009). POLA KONSTRUKSI KLlTtK BAHASA TOLAKl. Humaniora.
Hermaji, B., Persatuan, P. K., & Zulfan. (2013). Penggunaan Bahasa Alay Pada Sms Di Kalangan Remaja. Cakrawala.
Hernawan, A. H., Permasih, & Dewi, L. (2007). Panduan Pengembangan Bahan Ajar.
DIKTI Kemdiknas. https://doi.org/10.1177/095207670201700304
Kustiyahningsih, Y., Purnama, J., Madura, U. T., & Engineers, E. (2013). Aplikasi M-Learning Sekolah Berbasis M-Learning Technology System Architecture (LTSA).
http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/
Luki Erlistina. (2013). Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif.
M.Rangga. (2006). Pengaruh motivasi diri terhadap kinerja belajar mahasiwa. Jurnal Universitas Pendidikan Indonesia.
Mushaitir, M. (2016). PEMEROLEHAN SINTAKSIS (B1) BAHASA “SASAK” PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN DI LOMBOK TIMUR MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL.
Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra.
https://doi.org/10.17509/bs_jpbsp.v16i1.3060
Nasrun AR. (2015). Psikologi Belajar. Al–Fikrah: Julnal Kependidikan Islam2.
Nurainun, A., & Ritonga, S. (2018). Analisis Perbandingan Isi Tajuk Rencana Surat Kabar Harian Analisa dan Waspada Edisi 1-31 Agustus 2016. JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan Dan Sosial Politik Universitas Medan Area.
https://doi.org/10.31289/jppuma.v5i1.996
Nurjaya, G. (2017). PENGEMBANGAN BAHAN AJAR METODE PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA BERBASIS PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN KEMAMPUAN APLIKATIF
MAHASISWA. JPI (Jurnal Pendidikan Indonesia).
https://doi.org/10.23887/jpi-undiksha.v1i2.4490
Pastika, W. (2012). KLITIK –NYA DALAM BAHASA INDONESIA. Adabiyyat.
Prastowo, A. (2014). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. PLoS Medicine.
https://doi.org/10.1016/j.burns.2014.02.013
Setiawan, I. (2017). Nilai UN SD/SMP/SMA Jatim alami penurunan.
Setyawati, D. L., Rahayuningsih, M., & Ahmad, T. A. (2013). PENGEMBANGAN
BAHAN AJAR. Indonesian Journal of Conservation.
https://doi.org/10.1080/15398285.2016.1201787
Setyowati. (2007). Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas Vii Smpn 13 Semarang. Skripsi.
Subiyatningsih, F. (2018). SIKAP BAHASA REMAJA: KASUS PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA DALAM RUBRIK “DETEKSI” JAWA POS. Madah: Jurnal Bahasa Dan Sastra. https://doi.org/10.31503/madah.v7i2.424
Suryani, Y. E. (2010). Kesulitan belajar. Magistra.
Zwicky, A. M., & Pullum, G. K. (2006). Cliticization vs. Inflection: English N’T.