JKAKJ, Volume 4 No. 1, Maret 2020 20
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Upaya Preventif Kanker Serviks pada Wanita Usia Subur (Studi Di Desa Keleyan Socah Bangkalan)
Nurun Nikmah1, Novi Anggraeni1
1
Stikes Ngudia Husada Madura
Abstrak
Deteksi dini merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan secara kelinis terhadap yang menderita sakit maupun mereka yang terlihat baik-baik saja dengan test. Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah untuk menganalisis beberapa faktor pekerjaan dan persepsi dengan kegiatan deteksi awal atau dini pada wanita usia subur di Desa Keleyan Socah Bangkalan. Desain penelitian menggunakan deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan yaitu cross sectional. Variabel independen yaitu pekerjaan serta persepsi, dan variabel dependen disini menggunakan deteksi dini kanker serviks. Populasi penelitian 125 responden dan sampel 95 responden. Teknik probability sampling dengan simple random sampling. Instrumen yaitu kuesioner. Uji statistik spearman rank dan uji T-score. Hasil dari penelitian bahwa wanita usia subur mayoritas memiliki persepsis negatif sebanyak 60% dan persepsis positif sebanyak 40%. Dimana p value : 0,003 < α : 0,05, yang berarti H1 diterima dan H0 ditolak. Hal ini berarti ada hubungan pekerjaan dan persepsi dengan deteksi dini kanker serviks pada wanita usia subur. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pentingnya deteksi dini kanker serviks sehingga penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada wanita usia subur.
Kata Kunci : Pekerjaan, Persepsi, Kanker Serviks
Factors Affecting Efforts to Prevent Cervical Cancer in Women of Fertile Age (Study in Keleyan Village, Socah Bangkalan)
Abstract
Early detection is an examination that aims to identify diseases or abnormalities in a clinical way for those who are ill or those who look fine with the test. The purpose of this research activity is to analyze several occupational factors and perceptions with early or early detection activities in women of childbearing age in the village of Keleyan Socah Bangkalan. The research design used descriptive analytic with cross sectional approach. The independent variables are occupation and perception, and the dependent variable here uses early detection of cervical cancer. The study population was 125 respondents and a sample of 95 respondents. Probability sampling technique with simple random sampling. The instrument is a questionnaire. Spearman rank statistical test and T-score test. The results of the study show that the majority of women of childbearing age have negative perceptions as much as 60% and positive perceptions as much as 40%. Where p value: 0.003 <α: 0.05, which means H1 is accepted and H0 is rejected. This means that there is a relationship between work and perception with early detection of cervical cancer in women of childbearing age. This research is expected to provide information about the importance of early detection of cervical cancer so that this research can be used as a reference in providing midwifery care to women of childbearing age.
JKAKJ, Volume 4 No. 1, Maret 2020 21
Pendahuluan
Kanker serviks merupakan kanker yang terdapat pada leher rahim, terjadi pada daerah organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke rahim, dan terletak antara uterus dan antara lubang vagina. Kanker serviks merupakan suatu keadaan sel yang bersifat abnormal dimana sel-sel pada bagian tubuh tertentu tumbuh diluar kendali dan dapat menyerang jaringan lain untuk membentuk sel- sel kanker lainnya1. Kanker leher rahim adalah keganasan yang terjadi pada bagian terendah dari organ wanita (rahim) yang menonjol pada vagina2.
Pengidap kanker serviks di Indonesia adalah terbanyak dari pengidap kanker lainnya, bahkan diseluruh dunia adalah nomer kedua setelah China, penyakit yang prevalensinya terjadi pada wanita dengan angka yang cukup tinggi yaitu 0.8%3. Meurut data kementrian kesehatan (2013), di Jawa Timur terdapat kejadian yanng paling tinggi nomor satu di Indonesia, jumlah penderita kanker serviks di Jawa Timur kurang lebih 5.668 kasus4. Cakupan deteksi dini kejadian penderita kanker serviks yang terjadi pada wanita dengan usia subur di Indonesia masih rendah sebesar 2,45% dari angka kejadian pertahun sekitar 6,25 juta penderita, data menunjukkan di Jawa Timur kurang lebih sekitar 5% perempuan yang melakukan deteksi dini kanker serviks baik di tempat puskesmas maupun di rumah sakit atau kurang lebih 3000 orang5.
Deteksi dini adalah cara yang sangat efektif dalam kegiatan menurunkan angka morbiditas (kesakitan) dan angka mortalitas (kematian) akibat kejadian kanker serviks yaitu sebesar 85%. Pada saat ini didapatkan data cakupan “screening” kanker serviks di Indonesia dengan melalui Papsmear dan IVA, masih tergolong sangat rendah kurang lebih 5%6. Kanker serviks dapat dideteksi secara dini, dengan menggunakan metode IVA. Metode IVA tes merupakan metode yang mudah dan biaya yang lebih murah, dengan cara yang dilakukan cukup sederhana, tetapi lebih efektif untuk kegiatan mendeteksi adanya kanker serviks seawal mungkin. Cara tes IVA dilaksanakan dengan langkah mengoleskan suatu asam asetat yaitu sebanyak 3-5% pada permukaan mulut rahim.
Hasil dari pemeriksaan tersebut dapat diketahui secara langsung pada pemeriksaan tersebut7.
Hasil study pendahuluan di Desa keleyan Kec. Socah Kab. Bangkalan didapatkan data 125 wanita usia subur (WUS) yang tidak melaksanakan upaya preventif kanker mulut rahim, setelah dilakukan study pendahuluan dengan cara membagikan kuesioner menggunakan 10 responden wanita usia subur didapatkan data 7 orang (70%) tidak mau melakukan upaya preventif dengan alasan sibuk bekerja, dan mempersepsikan suatu deteksi dini kanker serviks itu sebuah ancaman yang menyebabkan seorang perempuan akan mengetahui tentang penyakitnya setelah melakukan upaya preventifkanker serviks.
Pengetahuan, biaya, takut, malu, merupakan beberapa penyebab yang mengakibatkan wanita enggan untuk menjalani pemeriksaan secara dini kanker serviks8. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Christin Angelina Febriani, Faktor pengetahuan, dukungan suami, dan status ekonomi merupakan faktor yang berhubungan langsung dengan deteksi dini kanker serviks9. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni, bahwa faktor sikap, dukungan suami, pengetahuan, dan dukungan teman sebaya mempengaruhi perilaku deteksi dini kanker serviks10. Sementara itu hasil dari penelitian lainnya didapatkan adanya beberapa hubungan antara pengetahuan maupun dukungan sosial terhadap perilaku pencegahan kanker serviks6
Dampak dari pekerjaan dan persepsi seorang wanita usia subur (WUS) untuk menjalani deteksi dini kanker serviks yaitu kurangnya waktu luang untuk ketempat pelayanan kesehatan karena mereka disibukkan untuk bekerja setiap harinya11. Sedangkan untuk persepsi yang rendah memungkinkan mereka sangat takut ketika mendengar deteksi dini kanker serviks diselenggarakan di pelayanan kesehatan, sehingga mereka tidak ingin untuk mengetahui penyakit yang diderita meskipun mereka memiliki pendidikan dan social ekonomi yang tinggi, jika perempuan itu sudah merasa dirinya terancam maka perempuan itu tidak akan mau untuk menjalani deteksi dini kanker serviks9.
Kanker leher rahim butuh dicegah yaitu dengan pencegahan antara lain pencegahan (primer, sekunder dan tersier). Yang dimaksud
JKAKJ, Volume 4 No. 1, Maret 2020 22 Pencegahan primer meliputi 1) promosi dan
edukasi pola hidup sehat; 2) menunda onset aktivitas seksual; 3) penggunaan kontrasepsi barier; 4) Penggunaan vaksin HPV.
Pencegahan sekunder yaitu deteksi dini, meliputi 1) Pemeriksaan Papsmear; 2) Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA); 3) Pemeriksaan Inspeksi Visual Lugoliodin (VILI); 4) Tes DNA HPV. Pencegahan tersier meliputi pelayanan di Rumah sakit (diagnose dan pengobatan) dan perawatan paliatif2. Hal lain yang bisa dilakukan adalah 1) Menghindari bertukar pakaian dalam dengan orang lain; 2) menghindari penggunaan antiseptik pada kewanitaan dalam keseharian; 3) Sering mengganti pembalut yang sudah basah atau lebih dari 4 kali; 4) sering mengganti celana dalam yang lembab atau lebih dari 3 kali; 5) membasuh organ kewanitaan dengan menggunakan air bersih; 6) Tidak bergantian handuk4.
Upaya agar wanita pekerja dan wanita yang persepsinya rendah mau dilakukan pemeriksaan kanker serviks secara awal adalah dengan cara, yaitu: pemeriksaan kanker serviks pada waktu sore atau hari11. Untuk wanita yang memiliki persepsi rendah mereka harus melakukan tindakan anjuran dari petugas kesehatan untuk mencegah penyakit kanker serviks9.
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini menggunakan metode analitik yaitu suatu teknik penelitian dimana bertujuan untuk menganalisis peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa kini11. Dengan rancangan penelitian non eksperimental. Pendekatan penelitian yang dilakukan pada penelitian ini yaitu menggunakan “cross sectional” dimana peneliti melakukan penelitian terhadap beberapa populasi yang akan diamati pada suatu waktu yang sama12.
Peneliti menggunakan uji sperman rank dan T-score. Sperman rank dan T-score juga memberitahu berapa jarak skor itu sendiri dengan mean.
Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di desa Keleyan Kec. Socah Kab. Bangkalan. Yang meliputi WUS yang sudah menikah dan WUS yang bekerja. Jumlah WUS yang sudah menikah dan
bekerja yaitu :Wanita usia subur yang sudah menikah : 95 dan Wanita usia subur yang bekerja : 33 dengan rincian distribusi:
Tabel 1. Distribusi Frekuensi berdasarkan
pekerjaan
Pekerjaan
Frekuensi
Presentas
e (%)
PNS
3
3,1
SWASTA
8
8,4
GURU
8
8,4
PETANI
6
6,3
PEDAGANG
8
8,4
IRT
62
65,2
Total
95
100%
Sumber : Data Primer, Februari 2020
Dari tabel 1 didapatkan sebagian besar WUS adalah ibu rumah tangga dan sebagian kecil wanita usia subur bekerja sebagai PNS.
Tabel 2. Distribusi frekuensi berdasarkan
usia
Usia
Frekuensi
Presentase(%)
18-21
19
20
22-25
27
28,4
26-29
36
37,8
30-35
13
13,6
Total
95
100%
Sumber : Data Primer, Februari 2020
Dari tabel 2 didapatkan sebagian besar WUS berusia 26-29 tahun dan sebagian kecil WUS berusia 30-35 th.
Tabel 3. Distribusi frekuensi berdasarkan
Pendidikan
Pendidikan Frekuensi
Presentase(%)
SD
28
29,4
SMP
15
15,7
SMA
30
31,5
Sarjana
22
23,1
Total
95
100%
Sumber : Data Primer, Februari 2020
Dari tabel 3 didapatkan bahwa mayoritas pendidikan wanita usia subur yaitu SMA dan
JKAKJ, Volume 4 No. 1, Maret 2020 23 sebagian kecil pendidikan wanita usia subur
yaitu SMP.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Persepsi Wanita Usia SuburTentang Deteksi Dini Kanker Servik
Persepsi
Frekuensi
Presentase (%)
Negatif
55
57,9
Positif
40
42.1
Total
95
100%
Sumber : Data Primer maret 2020
Dari tabel 4. didapatkan bahwa WUS sebagian besar memiliki persepsi negatif dan sebagian kecil memiliki persepsi positif tentang kegiatan deteksi dini kanker pada serviks.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Upaya
Preventif
Upaya
Preventif
Frekuensi
Presentase(%)
Iya
36
37,9
Tidak
59
62,1
Total
95
100%
Sumber : Data primer, 2020
Dari tabel 5 didapatkan bahwa sebagian besar WUS tidak melakukan upaya preventif dan sebagian kecil WUS melakukan upaya preventif kanker serviks.
Tabel 6. Tabulasi silang antara pekerjaan dan
upaya preventif
Pekerjaan
Upaya Preventif
Tidak iya total N % N % N % Memiliki waktu luang 42 67,7 57 60,0 99 100 Tidak memiliki waktu luang 15 45,5 18 54,5 33 100 Total 57,0 60,0 75,0 40,0 95,0 100
Sumber : Data primer, 2020
Dari tabel 6 didapatkan bahwa rata-rata WUS adalah ibu rumah tangga. Sedangkan sebagian kecil wanita usia subur bekerja sebagai PNS. Hasil Uji spearman rank didapatkan bahwa nilai p
value kurang dari α, dimana nilai p 0,03 dan nilai α 0.05, dari analisis uji statistik tersebut disimmpulkan bahwa nilai H0 ditolak sehingga ada sutu hubungan antara pekerjaan dengan upaya preventif kanker serviks.
Tabel 7 Tabulasi silang antara persepsi dan
upaya preventif Persepsi
Upaya preventif
Tidak iya total N % N % N %
Negatif 38 69,1 17 30, 55 100
Positif 19 47,5 21 52, 40 100
Total 57. 60 38,0 40 95,0 100
Sumber : Data primer, 2020.
Dari tabel 7 didapatkan bahwa WUS yang memiliki persepsi negatif sebagian besar tidak melakukan upaya preventif kanker serviks. Sedangkan untuk wanita usia subur yang memiliki persepsi positif rata-rata melakukan upaya preventif kanker serviks. Berdasarkan hasil uji statistik spearman rank (Rho), diperoleh bahwa nilai pvalue < α, dimana nilai p 0,03 dan α 0,05 jadi disimpulkan bahwa H0 ditolak. Sehingga terdapat hubungan antara persepsi terhadap suatu upaya preventif kanker serviks pada WUS.
Pembahasan
Gambaran Pekerjaan Wanita Usia Subur
Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap WUS bahwa di Desa Keleyan di sebagian besar wanita usia subur bekerja sebagai IRT sebanyak 62 (65,2%), dan minoritas WUS bekerja sebagai pns 3 responden (3,1%), swasta 8 responden (8,4%), guru 8 responden (8.4%), petani 6 responden (6.3%), pedagang 8 responden (8.4%).
Data yang didapatkan dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa WUS di Desa Keleyan mayoritas bekerja sebagai IRT yang bekerjanya lebih banyak di dalam rumah, sebagian kecil sebagai PNS, swasta, petani dan pedagang sehingga WUS di Desa Socah yang bekerja di luar rumah atau di dalam rumah mereka memiliki waktu luang lebih sedikit karena memiliki peran ganda yaitu dirumah mereka harus bekerja sebagai istri dan orang tua dan
JKAKJ, Volume 4 No. 1, Maret 2020 24 diluar rumah mereka harus kerja untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya.
Menurut Rice Novita, dkk (2013).
Menemukan bahwa wanita yang bekerja mereka menyandang status ganda. Dalam artian bahwa IRT tersebut juga secara langsung mencari nafkah keluarga. Dalam keseharian mereka banyak kegiatan atau aktivitas yang dijalani, serta banyak waktu yang dihabiskan untuk mencari uang dan mereka juga menjalankan suatu kewajiban sebagai IRT.
Gambaran Persepsi Wanita Usia Tentang Upaya preventif kanker Serviks
Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa WUS berperseosi negatif tentang deteksi kanker serviks sebanyak 55 responden (57,9%). Dan sebagian kecil memiliki persepsi positif sebanyak 40 responden (42,1).
Wanita usia subur yang memiliki persepsi negatif akan merasa takut untuk menghadapi sesuatu yang baru baginya, sehingga membuat mereka merasa kurang nyaman untuk melakukan hal yang baru. Seorang wanita yang memiliki persepsi yang negatif untuk sesuatu yang pernah mereka lihat atau alami maka akan menjadi suatu hambatan untuk wanita usia subur dalam menentukan keputusannya. WUS dimana yang mempunyai persepsi positif cenderung akan lebih mudah untuk menentukan atau memutuskan suatu hal yang menurutnya baik untuk hidupnya.
Menurut Walgito, Persepsi seorang wanita usia subur itu sebuah proses dimana seorang wanita usia subur yang pernah melihat atau mendengar kemudian akan diorganisasikan dan di interpretasikan menjadi hal positif maupun negatif, sehingga akan menyebabkan sebuah hambatan bagi seorang wanita usia subur dalam memutuskan sesuatu hal jika persepsi mereka memiliki nilai negatif, sedangkan untuk persepsi positif mereka akan lebih mudah dalam memahami dan memutuskan sesuatu untuk dirinya13.
Gambaran Pelaksanaan Upaya Preventif Kanker Serviks pada Wanita Usia Subur.
Dari penelitian yang dilakukan terhadap wanita usia subur di dapatkan bahwa mayoritas responden tidak melaksanakan upaya kegiatan
preventif teradap kanker serviks dengan katagori tinggi sejumlah 59 (62,1%). Dan sebagian kecil melakukan deteksi dini dengan katagori rendah sebanyak 36 (37,9%).
Berdasarkan data di atas didapatkan bahwa WUS tidak melakukan upaya preventif kanker serviks sebanyak 59 responden (62,1%). Hal ini dibuktikan dalam kuesioner yang menyatakan bahwa WUS yang tidak melaksanakan deteksi dini cenderung merasa tidak perlu melakukan, karena mereka beranggapan bahwa tidak perlu melakukan deteksi karena tidak merasa ada gejala-gejala yang menonjol dalam tubuh mereka. WUS yang melaksanakan upaya preventif cenderung lebih nyaman karena mereka bisa tahu apa yang dialami olehnya tanpa harus menunggu ada gejala untuk melakukan pemeriksaan deteksi dini.
Hal ini sepadan dengan teori yang dinyatakan oleh Webster, dimana salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kanker serviks yaitu dengan meningkatkan kesadaran seorang WUS untuk melaksanakan deteksi dini kanker serviks. Secara umum, bahwa tujuan dari deteksi dini tersebut merupakan fungsi untuk mengetahui wanita itu bebas dari kanker atau tidak. Artinya wanita usia subur harus sadar bahwa kegiatan mencegah itu lebih baik dari pada mengobati penyakit yang akan terjadi14.
Hubungan Pekerjaan dengan Suatu Upaya Preventif Kanker Serviks pada WUS.
Setelah dilakukan uji statistik antara variabel menunjukkan bahwa sebagian besar wanita usia subur yang bekerja sebagai IRT, PNS, dan WUS yang bekerja mayoritas tidak melakukan deteksi dini pada kanker serviks. Apabila dilihat dari uji statistik spearman rank melalui SPSS, didapatkan nilai vlue kurang dari α dimana p-value 0.03 dan α 0.05, jadi H0 ditolak. Disimpulkan bahawa ada suatu hubungan antara pekerjaan dengan deteksi dini kanker serviks pada WUS.
Pekerjaan seorang wanita merupakan sebuah pekerjaan yang mana pada wanita tersebut mempunyai waktu yang lebih sedikit mendapatkan suatu informasi dari luar, karena kesibukan wanita tersebut mencari nafkah. Hal ini dapat disimpulkan bahwa mata pencarian atau pekerjaan memepengaruhi partisipasi wanita usia subur dalam meningkatkan deteksi
JKAKJ, Volume 4 No. 1, Maret 2020 25 dini pada kanker serviks. Seorang wanita pekerja
mereka ingin memperoleh/ mengalami perkembangan atau kemajuan dalam pekerjaan yaitu bekerjanya seoarang wanita karena ingin mendatangkan kemajuan dalam kehidupannya. Maka dapat disimpulkan bahwa bekerja suatu aktivitas yang dapat menghasilkan gaji atau pendapat untuk menambah keperluan ekonomi keluarga, wanita pekerja memiliki tugas selain diluar rumah juga menjadi seorang ibu dari anaknya dan menjadi seorang istri15
Menurut Christin, dkk. (2016) dalam Sulistiowati, dimana wanita yang bekerja di luar rumah memiliki waktu lebih sedikit untuk melaksnakan deteksi dini kanker leher rahim, sedangkan untuk IRT atau ibu yang hanya di dalam rumah dan aktivitas penuh di dalam rumah membuat mereka enggan melaksanakan deteksi dini, WUS yang merasa tidak memiliki gejala yang menonjol tidak akan membuat mereka untuk melakukan deteksi dini karena itu hanya mebuang waktu mereka apalagi dengan wanita yang tidak memiliki penghasilan itu akan sayang mengelontorkan uang untuk melakukan deteksi dini. Karena pekerjaan dan waktu luang mereka merupakan krakteristik pendukung wanita usia subur dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan17.
Hubungan Persepsi dengan Upaya Preventif Kanker Serviks pada WUS
Setelah dilakukan uji statistik antara variabel didapatkan bahwa WUS mayoritas memiliki persepsi negatif dan sebagian kecil memiliki persepsi positif, sehingga wanita usia subur yang memilki persepsi negatif enggan melaksanakan deteksi dini dan WUS yang memiliki persepsi positif melakukan deteksi dini. Apabila dilihat dari hasil uji statistik dengan menggunakan spearman rank melalui SPSS, di dapatkan nilai P-value lebih kecil dari α, dimana nilai p-value 0.03 dan α 0.05, jadi H0 ditolak. Sehingga terdapat hubungan persepsi dengan deteksi dini kanker serviks pada WUS.
Menurut Christin, dkk. dalam Sulistiowati, persepsi merupakan alasan kedua setelah alasan malu karena wanita akan memiliki alasan untuk tidak melakukan deteksi dini, persepsi merupakan bentuk pemikiran yang mempunyai makna yang beragam diantaranya bentuk pengalaman atau pengalaman yang pernah
dilihat sebelumnya17. Persepsi seseorang wanita dalam hal sesuatu yang menggambaran atau pengalaman yang pernah terjadi sebelumnya yang memiliki nilai negatif atau positif sehingga seorang tersebut tidak ingin atau tidak akan melakukan suatu yang pernah mereka lihat, dengar, atau rasakan sebelumnya. Persepsi seorang WUS tentang deteksi dini sangat berpengaruh terhadap prilaku deteksi dini kanker serviks pada saat ini15.
Menurut Christin, dkk, Persepsi adalah suatu respon atau reaksi seseorang yang tertutup terhadap objek tertentu atau stimulus, yang melibatkan faktor dari emosi atau pendapat yang berkaitan sebelumnya16. Menurut Adi, dkk, persepsi WUS terhadap deteksi dini yang memiliki persepsi negatif atau positif tidak langsung berujung terhadap perilaku baik terhadap kesehatan. Pada pemeriksaan kanker serviks berbagai faktor perancau akan menhampiri dan dapat merubah persepsi positif menjadi persepsi yang tidak positif. Faktor perancau tersebut terkait dengan sosial lingkungan seseorang dan takut jika ketahuan penyakitnya setelah mereka melakukan deteksi dini kanker serviks. Sehingga walaupun wanita usia subur memiliki persepsi positif atau negatif namun tetap enggan melakukan deteksi dini kanker serviks. Namun , sebagian besar individu yang berangkat dari penegtahuan, persepsi yang positif dan negatif terhadap deteksi dini kanker serviks . Maka, mereka akan mempersepsikan deteksi dini kanker serviks secara positif atau negatif.
Simpulan
a. Wanita usia subur di Desa Kelayan Kec. Socah Kab. Bangkalan mayoritas sebagai ibu rumah tangga (IRT)
b. Wanita usia subur (WUS) di Desa Keleyan kec. Socah Kab.Bangkalan sebagian besar memiliki persepsi negative tentang deteksi dini kanker serviks
c. WUS di Desa Keleyan kec. Socah Kab. Bangkalan. mayoritas tidak melaksanakan kegiatan upaya preventif pada penyakit kanker serviks
d. Ada hubungan antara pekerjaan WUS dengan upaya preventif terhadap penyakit kanker serviks di Desa Keleyan Kec. Socah.
JKAKJ, Volume 4 No. 1, Maret 2020 26 e. Ada hubungan antara persepsi WUS dengan
upaya preventif kanker serviks di Desa Keleyan Kec. Socah.
Daftar Pustaka
1. Gustiana, D., Dewi, Y. I., and Nurchayati, S. 2014. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan kanker serviks pada wanita usia subur. Jurnal Online Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau, 1(2), 1-8. 2. Rasjidi, Imam. 2009. Deteksi Dini
Pencegahan Kanker Serviks Pada Wanita 3. Kementrian Kesehatan RI. 2015. Situasi
Penyakit Kanker. Pusat dat dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. 2015.Jakarta. 4. Dianti, N.R., & Isfandiari, M.A.
Perbandingan risiko ca serviks berdasarkan personal hygiene pada wanita usia subur di yayasan kanker wisnuwardhana surabaya. Jurnal PROMKES, 4(1), 82-91. 2017 [Diunduh 15 januari 2020] Tersedia di: http://ejournal.unair.ac.id/PROMKES/article /download/5808/3717
5. Dian . 2016. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku WUS dalam Deteksi Dini Kanker, Leher Rahim.
6. Septadina, I. S. Upaya pencegahan kanker serviks melalui peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi wanita dan pemeriksaan metode iva (inspeksi visual asam asetat) di wilayah kerja Puskesmas Kenten Palembang. Jurnal Pengabdian Sriwijaya, 3(1), 222-228 ; 2015.
7. Suryo. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Wanita Usia Subur dalam Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Metode IVA (Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat) Di Wilayah Kerja Pusksesmas Ngawen I Kabupaten Gunung Kidul Tahun 2009; 2009.
8. Suarniti, N. W. Studi fenomenologi: faktor-faktor yang menyebabkan wanita usia subur tidak menjalani deteksi kanker serviks dengan tes inspeksi visual asam asetat (IVA)
Di Provinsi Bali. Jurnal Infokes Apikes Citra Medika Surakarta, 7(1). 2017.
9. Febriani, Angelina C. 2016. Faktor-faktor yang berhubungan degan deteksi dini kanker leher rahim. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Malahayati Bandar Lampung. 10. Wahyuni, S. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku deteksi dini kanker serviks di Kecamatan Ngampel Kabupaten Kendal Jawa Tengah. Jurnal Keperawatan Maternitas, 1(1). 2013.
11. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
12. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2010. Metode Penelitian Kesehatan : Metode Kuantitatif. Surabaya : Health Books Publising Adi. Wanita dan Deteksi Dini Kanker Serviks. Acta Diurna vol 7 No.2. 2014
13. Walgito, Bimo. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: ANDI; 2010.
14. Webster. Pengaruh dan Sikap Wanita Usia Dewasa tentang deteksi dini kanker serviks. Kediri; 2009.
15. Anoraga Panji. Psikologi Kerja, Rhneka Cipta Jakarta; 2006
16. Notoatmodjo, Soekidjo 2014. Kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Jakarta: Rineka Cipta.
17. Sulistiowati, E., and Sirait, A.M. Pengetahuan Tentang Faktor Resiko perilaku dan Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Inspeksi Asam Asetat (IVA) pada Wanita di Kecematan Bogor Tengah kota Bogor. Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat Badan Penelitian dan Pengembangan kesehatan kementerian RI. Buletin Penelitian Kesehatan Vol 42, No 3, September 2014: 193-202. 2014.