ABSTRAK
PENDAHULUAN
Perangkat pembelajaran sebagai instrument pembelajaran di sekolah tampaknya belum mengarah pada pembentukan kompetensi siswa secara utuh. Hal ini dapat dilihat dari hasil studi yang dilakukan Pusat Kurikulum Depdiknas yang menyatakan bahwa (1) sebagian besar siswa tidak mampu mengaplikaksikan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan nyata dan (2) pengajaran tidak menitikberatkan pada prinsip bahwa ilmu (mata pelajaran) mencakup pemahaman konsep, dan menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Hal senada juga ditemukan pada studi Suastra, dkk (2006) yang menyatakan bahwa metode ceramah
pembelajaran di sekolah, sedangkan metode demonstrasi dan eksperimen hampir tidak mendapat perhatian serius. Kualitas metode ceramah pun juga mengalami kemerosotan, siswa tidak lagi mendengarkan dengan seksama penjelasan guru, banyak siswa tidak mencatat, dan sangat jarang siswa bertanya. Dalam kondisi seperti ini, tidak akan terjadi pemrosesan informasi dalam otak siswa. Lebih lanjut, Zamroni (2001:1) menyatakan bahwa dewasa ini pendidikan cenderung menjadi sarana stratifikasi sosial dan sistem persekolahan yang hanya mentransfer kepada peserta didik apa yang disebut sebagai the dead knowledge, yaitu pengetahuan yang terlalu bersifat teksbookish, sehingga bagaikan sudah diceraikan dari akar sumbernya dan
PELATIHAN PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
BERORIENTASI 4C PADA GURU-GURU DI SEKOLAH DASAR
NOMOR 1 DESA KAPAL
I Gede Nurjaya1, I Nyoman Sudiana2, I Nyoman Yasa3
1Pendidikan Bahasa Indonesia, Undiksha ; 2Pedidikan Bahasa Indonesia; 3 Pendidikan Bahasa Indonesia Email: [email protected]
ABSTRACT
The teacher had low proficiency to develop lesson plan. This fact is not in line with the government's expectations in an effort to improve the quality of education implementation in the country. The teachers at SD N 1 Kapal showed that their condition was still not steady in making lesson plan. This training was carried out at SD N 1 Kapal, involving 12 teachers. This training is conducted with discussion techniques and training practices in making lesson plan. The results of the training show that the teachers have shown the ability to make better lesson plan. The lesson plan made reflect 21st century learning competencies and contain character education.
Keywords: Lesson plan, teacher, SDN 1 Kapal
Kemampuan guru dalam membuat perangkat pembelajaran masih rendah. Kenyataan ini tidak sejalan dengan harapan pemerintah dalam upaya meningkatkan mutu kualitas pelaksanaan pendidikan di tanah air. Para guru di SD N 1 Kapal memperlihatkan kondisi masih belum ajeg dalam membuat perangkat pembelajaran. Pengabdiaan ini dilaksanakan di SD N 1 Kapal dengan melibatkan 12 orang guru. Pelatihan ini dilakukan dengan teknik diskusi dan praktik pelatihan membuat perangkat pembelajaran. Pelatihan ini dilakukan secara online mengingat suasana covid-19 di tanah air. Hasil pelatihan menunjukkan bahwa para guru sudah menunjukkan kemampuan membuat perangkat pembelajaran lebih baik. Perangkat pembelajaran yang dibuat sudah mencermintakan kompetensi pembelajaran abad 21 dan mengadung pendidikan karakter.
sekolah menjadi tidak bermakna bagi siswa dan bermuara pada rendahnya prestasi belajar siswa. Diibaratkan oleh Mendikbud bahwa siswa Indonesia belum diberikan pengalaman berenang di laut lepas.
Sesungguhnya Kurikulum 2013 dengan berberapa kali perubahan yang digulirkan beberapa tahun lalu sudah didasari oleh pertimbangan terjadinya pergeseran paradigma belajar abad 21 seperti yang diliris pada kemdikbud.go.id/kemdikbud, 12 Juni 2013. Dalam laman tersebut dikemukakan bahwa tema pengembangan kurikulum 2013 adalah agar dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi. Diakui dalam perkembangan kehidupan dan ilmu pengetahuan abad 21 kini memang telah terjadi pergeseran baik ciri maupun model pembelajaran. Inilah yang diantisipasi pada kurikulum 2013. Skema 1 menunjukkan pergeseran paradigma belajar abad 21 yang berdasarkan ciri abad 21 dan model pembelajaran yang harus dilakukan.
Dari 2 skema di atas, terlihat dengan jelas kemana arah pembelajaran yang diharapkan. Peserta didik tidak hanya diharapkan verbalistik tetapi terpadu antara pengetahuan, keterampilan dan sikap mulianya sebagai manusia.
Dalam rangka menyikapi pengimplementasian 2013, para guru perlu merancang perangkat pembelajaran (silabus, RPP, bahan ajar, LKS, media pembelajaran, dan alat evaluasi) agar sesuai dengan kebijakan tersebut. Kecakapan yang diperlukan dalam mengantisipasi Revolusi Industri 4.0 adalah empat ketrampilan yaitu berpikir kritis, komunikasi, kolaboratif, serta kreativitas dan inovatif, yang sering diistilahkan dengan 4 C (Critical thinking, communicative, collaboratif, creativity and inovatif). Keadaan yang terjadi pada kalangan guru di Bali, umumnya, belum seperti harapan. Jangankan perangkat pembelajaran yang bermuatan 4C, RPP yang standar saja banyak yang belum memenuhi standar yang ditetapkan pada Permendikbud No 41 tahun 2007 maupun Permendikbud nomor 65 tahun 2013. Sering juga mereka membuat RPP hanya sebatas ‘asal buat’ untuk kelengkapan administrasi belaka. Padahal, RPP adalah tonggak awal untuk menghasilkan pembelajaran yang bermutu. Sesuai dengan prosedur standar seorang akademik, maka membuat perencanaan
pembelajaran adalah langkah permulaan yang menentukan langkah-langkah berikutnya. Pengabdian masyarakat ini akan dilaksanakan di SD No. 1 Kapal. Jumlah guru di SD No 1 Kapal adalah seperti tabel berikut.
Tabel 01 : Guru dan Pegawai di SD No 1 Kapal
No Guru/Pegawai Status
1 Guru PNS 12
2 Guru Honorer 1
3 Tata Usaha 1
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ada 13 guru yang mengasuh siswa-siswi di SD No 1 Kapal. Dari tiga belas guru tersebut, ada 1 orang guru yang masih honorer. Guru-guru PNS yang ada di sekolah tersebut sebanyak 12 orang (92,3%) sudah tersertifikasi dan hanya 1 orang (7,7%) yang belum tersertifikasi. Walaupun hampir semua guru sudah tersertifikasi, keadaan kemampuan guru menyususn perangkat pembelajaran di SD No. 1 Kapal juga tidak jauh berbeda dengan guru di sekolah lain. Banyak guru-guru yang kebingungan membuat perangkat pembelajaran apalagi harus diintegrasikan dengan pendidikan karakter. Hal ini tampaknya berkaitan juga dengan pola sertifikasi guru yang mereka ikuti. Sebagaian besar guru di SD N 1 Kapal mengikuti sertifikasi dengan pola fortofolio. Hanya 5 orang dari 12 guru PNS yang ada di sekolah tersebut yang mengikuti sertifikasi guru dengan pola PLPG. Sayangnya, kelima guru yang ikut sertifikasi dengan PLPG pun belum paham dengan Permendikbud 41 tahun 2007 apalagi permendikbud nomor 65 tahun 2013. Keadaan ini diperparah lagi dengan canangan pemerintah untuk menyelipkan pendidikan karakter bangsa (karbang) dalam pembelajaran di kelas. Memperhatikan perangkat pembelajaran yang sudah dihasilkan oleh para guru di sekolah ini, umumnya mereka membuat perencanaan dan perangkat pembelajara hanya sebagai pelengkap administrasi. Alasannya sangat klise yaitu perencanaan pembelajaran hanya sekadar persyaratan. Perangkat pembelajaran sering
juga sudah ada buku yang dibeli oleh siswa, yang penting pelaksanaannya, begitu alaasannya. Sayangnya, setelah diperhatikan pelaksanaannya, ternyata mereka menggunakan perencanaan dan perangkat pembelajaran yang ‘agak amburadul’ tersebut sebagai pegangan mengajar. Ini tentu sangat ironis dengan alasan klisenya. Ketika ditelusuri lebih jauh sebab-sebab mereka membuat perencanaan dan perangkat pembelajaran seperti itu, ada beberapa faktor penyebabnya, diantaranya, (1) para guru kurang mendapat arahan/pelatihan secara praktis tentang penyusuanan dan pengemasan perencanaan dan perangkat pembelajaran yang benar, (2) guru masih kebingungan membuat perangkat pembelajaran yang sesuai dengan harapan kurikulum apalagi ditambah dengan pendidikan karakter.
Selain data keberadaan guru, data penting lainnya yang tampaknya perlu diungkap adalah keberadaan lingkungan tempat SD No 1 Kapal. Mengamati lingkungan sekitar sekolah, tampak bahwa lingkungannya adalah lingkungan yang baru berkembang secara bisnis. Akibatnya, masyarakat sekitar mulai bersikap materialistis dan kadang-kadang melupakan idealisme. Budaya konsumtif dan instan tampaknya ikut serta membentuk watak para siswa yang sebenarnya masih memiliki idealisme tinggi. Pergaulan siswa pada lingkungan seperti itu banyak berpengaruh pada karakternya. Umumnya para siswanya agak egaliter, tetapi sering juga mengarah ke keadaan karakter siswa yang kurang diinginkan.
Menilik kondisi masyarakat dan input dari sekolah ini, maka penanaman karakter yang kuat tampaknya menjadi hal yang urgen. Jika tidak, ditakutkan nantinya mereka bersekolah hanya sekadar mendapat ijazah. Karakter generasinya pun tentu akan memprihatinkan, padahal karakter sangat penting bagi kelangsungan bangsa yang beradab dan berdaya saing.
Para guru masih banyak yang kebingungan membuat perangkat pembelajaran sesuai yang
setelah munculnya kebijakan agar perangkat pembelaran memenuhi karakteristik sesuai tuntutan revolusi industry 4.0 dan merdeka belajar.
Akibat dari keadaan di atas adalah perangkat pembelajaran yang dihasilkan para guru sangat jauh dari tuntutan. Selain itu, Banyak juga para yang apriori menganggap perencanaan pembelajaran dan segenap perangkat pembelajaran tersebut hanya sebatas kelengkapan administrasi dan tidak tahu bahwa alasan penyusunan itu merupakan prosedur standar dari pola kerja seorang akademik. Mereka mengesampingkan kalau mengajar itu merupakan rangkaian sistem mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi.
Akibat dari pandangan yang keliru di atas penyusunan perangkat pembelajaran hanya sebatas ‘asal buat’. Masalah inilah yang sekarang ini perlu penanganan.
Tujuan kegiatan ini adalah memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan kepada para guru di SD No. 1 Kapal tentang penyusunan dan pengemasan perangkat pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan kompetensi yang dibutuhkan pada era Revolusi Industri 4.0 yaitu keterampilan 4C. Untuk dapat menghasilkan perangkat pembelajaran yang inovatif seperti itu, minimal para guru memiliki bekal pengetahuan berupa (1) pemahaman konsep-konsep tentang kurikulum, khususnya Kurikulum 2013, (2) pemahaman konsep tentang perangkat pembelajaran dan Permendikbud nomor 14 tahun 2007 dan permendikbud nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan, (3) pemahaman tentang karakteristik kompetensi yang dibutuhkan pada era Revolusi Industri 4.0 dan memadukan dengan bidang studi yang akan diasuh. Dengan bekal pemahaman itu, mereka dilatihkan untuk trampil menyusun perangkat pembelajaran yang dikehendaki.
Pelatihan penyusunan perangkat pembelajaran ini dapat memberikan manfaat untuk pihak-pihak tertentu, antara lain :
1. Guru
Bermanfaat bagi guru-guru peserta pelatihan dalam menyusun perangkat pembelajaran berorientasi 4C yang dijadikan landasan untuk mengajar sehingga pembelajaran yang dilaksanakan betul-betul berawal dari perencanaan yang matang.
2. Siswa
Para siswa yang menjadi komponen
dalam pembelajaran akan
mendapatkan manfaat yang cukup besar dari persiapan guru. Karena dengan kesiapan gurunya, maka situasi pembelajaran yang berlangsung akan lebih baik dan siswa diuntungkan oleh keadaan ini dalam meningkatkan prestasi dan kesiapannya menghadapi perkembangan jaman.
3. Instansi terkait
Instansi terkait seperti diknas juga mendapat manfaat paling tidak berupa inspirasi untuk meningkatkan mutu pendidikan yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya. Dengan demikian, tugas Diknas dapat menjadi lebih ringan karena ada pihak lain yang membantu.
Untuk keberhasilan kegiatan ini, pihak yang dilibatkan dalam pelatihan ini adalah para guru di SD No. 1 Kapal. Mereka ini merupakan guru-guru yang memiliki beban cukup berat dalam mendidik siswanya yang banyak dipengaruhi oleh gaya hidup konsumtif, instan, dan perkotaan yang kadang tidak menentu dan mudah termakan berita Hoax.
Kegiatan ini memiliki keterkaitan dengan lembaga formal yang menangani masalah kependidikan. Untuk tingkat dasar dan menengah, penanganan masalah pendidikan adalah wewenang dan tanggung jawab Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dalam hal ini Dinas tingkat Kabupaten Badung, para kepala sekolah, dan pengawas. Selain instansi tersebut, Universitas
Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja juga merupakan lembaga yang terkait dengan kegiatan ini. Bantuan dari lembaga ini akan memuluskan jalannya kegiatan ini.
Metode Kegiatan
Kegiatan pengabdian ini dilakukan dalam bebrapa tahapan sebagai berikut.
Pertama, para guru diberikan terlebih dahulu pemahaman pentingnya menyusun perangkat pembelajaran sebagai persiapan awal mengajar dan tantangan pendidikan dan kompetensi siswa pada era Revolusi Industri 4.0. Setelah itu dilanjutkan dengan diskusi terkait perangkat pembelajaran dan Revolusi Industri 4.0 serta merdeka belajar dengan media beberapa video inspiratif dan futuristik. Berikutnya mereka diberikan pemahaman tentang Permendikbud terbaru terkait dengan RPP. Setelah itu, mereka diajak praktik membuat perangkat pembelajaran (silabus, RPP, bahan ajar, media, LKS, dan evaluasi). Dalam kegiatan ini, peserta diajak berlatih membuat masing-masing perangkat pembelajaran tersebut tahap demi tahap.Setiap perangkat yang dihasilkan itu berisikan tentang keilmuan bidang studi yang diajarkan dan muatan 4C. Setelah draf perangkat pembelajaran itu selesai disusun, selanjutnya mereka mempresentasikan karya yang dibuat secara online untuk mendapatkan masukan dari peserta lain dan juga masukan dari instruktur. Berikutnya, mereka diharapkan mencobakan perangkat pembelajaran yang dibuat untuk mengajar di kelasnya masing-masing. Pada pertemuan umum berikutnya, mereka diajak merefleksi kegiatan pelatihan yang telah dilakukan, yaitu tentang perangkat pembelajaran yang disusun dikaitkan dengan pelaksanaannya di kelas.
Hasil dan Pembahasan
Untuk menunjang keberhasilan seorang guru dalam pembelajaran diperlukan suatu persiapan yang matang. Suparno (2002)
mengemukakan sebelum guru mengajar (tahap persiapan) seorang guru diharapkan mempersiapkan bahan yang mau diajarkan, mempersiapkan alat-alat peraga/praktikum yang akan digunakan, mempersiapkan pertanyaan dan arahan untuk memancing siswa aktif belajar, mempelajari keadaan siswa, mengerti kelemahan dan kelebihan siswa, serta mempelajari pengetahuan awal siswa. Dengan demikian, seorang guru memerlukan perangkat pembelajaran.
Perangkat pembelajaran menurut Suhadi, (2007:24) adalah sejumlah bahan, alat, media, petunjuk dan pedoman yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Dari uraian tersebut dapatlah dikemukakan bahwa perangkat pembelajaran adalah sekumpulan media atau sarana yang digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Perangkat pembelajaran yang harus dipersiapkan seorang guru dalam menghadapi pembelajaran di kelas, antara lain (a) Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku siswa (BS), Buku Pegangan Guru (BPG), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan Tes Hasil Belajar. Berikut akan dipaparkan masing-masing perangkat pembelajaran yang dimaksud.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan panduan kegiatan guru dalam kegiatan pembelajaran sekaligus uraian kegiatan siswa yang berhubungan dengan kegiatan guru yang dimaksudkan. RPP ini disusun berdasarkan indikator-indikator yang telah disusun mengacu pada prinsip dan karakteristik pembelajaran yang dipilih. Berkaitan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) ini, O’Meara (2000) menyarankan agar dapat digunakan secara praktis oleh guru dan dapat dengan mudah diobservasi. Para guru SD Negeri 1 Kapal sudah dapat mengikuti pelaksanaan pelatihan dengan baik.
Para guru sudah mampu mengisi komponen-komponen minimal yang mesti ada dalam RPP meliputi, yakni (1) indikator pencapaian
kompetensi, (2) materi ajar, (3) kegiatan pembelajaran (skenario pembelajaran), (4) sumber belajar, dan (5) penilaian hasil belajar seperti Gambar 1.
Gambar1. Kegiatan P2M
Adapun langkah-langkah para guru SD N 1 Kapal dalam menyusun RPP sebagai berikut. Langkah 1 : Mengisi kolom identitas
Mengisi kolom identitas mata pelajaran yang antara lain berisi : (1) nama sekolah, (2) mata pelajaran, dan (3) kelas/semester.
Langkah 2 : Menentukan alokasi waktu Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah ditetapkan. Penentuan alokasi waktu disesuaikan dengan materi dan kegiatan yang direncanakan.
Langkah 3 : Menuliskan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator.
Standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian kompetensi pada RPP diambil dari silabus mata pelajaran tersebut.
Langkah 4 : Mengidentifikasi materi ajar Mengidentifikasi materi ajar berdasarkan materi pokok/ pembelajaran yang terdapat dalam silabus. Materi ajar merupakan uraian singkat dari materi pokok, bukan judul-judul/topik-topik melainkan konsep-konsep operasional. Materi pokok/pembelajaran yang dituangkan
dalam RPP hendaknya
mempertimbangkan: (1) potensi peserta didik, (2) relevansi dengan karakteristik daerah, (3) sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual, emosional, sosial, serta spiritual peserta didik, (4) kebermanfaatan bagi
peserta didik, (5) struktur keilmuan, (6) aktualitas, kedalam, dan keluasan materi pembelajaran, (7) relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan, dan (8) alokasi waktu.
Langkah 5 : Mengembangkan kegiatan pembelajaran
Mengembangkan kegiatan
pembelajaran dengan tujuan untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar atau indikator yang telah dirumuskan. Pembelajaran yang dimaksud dapat diperoleh melalui berbagai
pendekatan, model-model
pembelajaran inovatif, dan metode yang sesuai dengan karakteristik siswa, materi ajar, dan sumber belajar yang tersedia. Pengalaman belajar hendaknya memuat kecakapan hidup (life skill) yang harus dikuasai peserta didik.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
mengembangkan kegiatan
pembelajaran dalam RPP sebagai berikut.
a. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan bantuan kepada guru agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien.
b. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara lengkap dan berurutan untuk mencapai suatu kompetensi dasar atau sering disebut dengan “skenario pembelajaran”.
c. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi pelajaran.
d. Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan belajar siswa dan interaksinya dengan materi ajar. Langkah 6 : Menentukan alat dan sumber belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, lingkungan fisik, lingkungan alam, dan lingkungan sosial budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
Pada bagain ini tercakup dua hal yaitu alat berupa media pembelajaran dan sumber belajar seperti buku pegangan siswa, dan lain-lainnya.
Langkah 7: Menentukan jenis penilaian Penilaian (asesmen) merupakan bagian integral dari pembelajaran yang merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinmabungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan kesimpulan.
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik oleh para guru SD N 1 Kapal dilakukan sudah mengacu pada indikator pencapaian kompetensi. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pegamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas proyek, dan/atau produk, pengembangan penilaian portofolio, dan penilaian diri (self evaluation).
Para guru SD Negeri 1 Kapal juga sudah
diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi, (b) penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompokny, (c) sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan belajar siswa, (d) hasil belajar siswa dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remidi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan. Sistem penilaian pada perangkat pembelajaran yang dibuat oleh para guru SD N 1 Kapal sudah disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Salah satu contohnya adalah para guru yang memilih metode eksperimen dalam pembelajaran, penilaian yang mereka buat berupa penilaian terhadap keterampilan proses siswa atau kinerjanya dalam melakukan eksperimen, metode observasi kinerja praktikum, produk dalam bentuk laporan
praktikum, dan kemampuan
mengkomunikasikan hasilnya secara lisan. Para guru SD N 1 Kapal juga teramati menggunakan pendekatan proyek dalam pembelajaran untuk menyelidiki suatu kasus tertentu. Penilaian yang dilakukan oleh guru adalah keterampilan proses dalam melakukan pengumpulan data/informasi maupun dari produk yang berupa laporan hasil observasi lapangan yang telah dilakukan.
Bahan ajar
Bahan ajar sebagai rangkaian dari perangkat pembelajaran tentunya harus memberikan manfaat bagi guru dan siswa. Bahan ajar berisi
kurikulum dalam bentuk tertulis menggunakan bahasa yang baik dan mudah dimengerti, disajikan secara menarik dilengkapi dengan gambar dan keterangan-keterangannya. Depdiknas (2008) menyebutkan bahwa bahan pelajaran berisi ilmu pengetahuan yang dapat digunakan oleh peserta didik untuk belajar. Sumber lain tentang buku adalah Permendiknas RI No. 2 tahun 2008. Tentang buku panduan pendidik dijelaskan dalam bab I, pasal 1, butir 4, bahwa “Buku panduan pendidik adalah buku yang memuat prinsip, prosedur, deskripsi materi pokok, dan model pembelajaran untuk digunakan oleh para pendidik.” (Depdiknas, 2008b:2).
Para peserta pelatihan ini (Guru SD N 1 Kapal) selama pelatihan telah melakukan langkah-langkah dalam menulis bahan ajar/buku sebagai pelengkap perangkat pembelajaran. Beberapa langkah yang sudah dilakukan adalah (1) menganalisis kurikulum, (2) menentukan judul bahan ajar yang akan ditulis, (3) merancang outline bahan ajar memenuhi aspek kecukupan, (4) mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan, (5) menulis bahan ajar dengan memperhatikan kebahasaan yang sesuai dengan pembacanya, (6) mengedit dan merevisi hasil tulisan, (7) memperbaiki tulisan, (8) menggunakan berbagai sumber belajar yang relevan, seperti materi dalam youtube, atau internet.
Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Perangkat pembelajaran menjadi pendukung buku dalam pencapaian kompetensi dasar siswa adalah lembar kegiatan siswa (LKS). Lembar ini diperlukan guna mengarahkan proses belajar siswa agar pembelajaran berorientasi kepada peserta didik. Dengan adanya lembar kegiatan siswa ini, maka partisipasi aktif peserta didik sangat diharapkan sehingga dapat memberikan kesempatan lebih luas dalam proses konstruksi pengetahuan dalam dirinya. Trianto (2007) menguraikan bahwa lembar kegiatan siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar kegiatan ini dapat
berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi.
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang dibuat oleh para peserta pelatihan kegiatan ini sudah memperlihatkan aspek-aspek yang arus ada dalam LKS. LKS yang sudah dibuat oleh peserta sudah memuat judul, kompetensi dasar yang akan dicapai, waktu penyelesaian, peralatan/ bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan, dan laporan yang harus dikerjakan.
Tes (Soal) untuk Mengukur Hasil Belajar Untuk mengetahui tercapai tidaknya KD, guru perlu mengadakan tes setiap selesai menyajikan satu bahasan kepada siswa. Fungsi penilaian ini adalah memberikan umpan balik kepada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan program berikutnya bagi siswa yang belum berhasil. Tes hasil belajar menurut Trianto (2007a:76) adalah butir tes yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Tes ini dibuat mengacu pada kompetensi dasar yang ingin dicapai, dijabarkan ke dalam indikator pencapaian hasil belajar dan disusun berdasarkan kisi-kisi penulisan butir soal lengkap dengan kunci jawabannya serta lembar observasi penilaian psikomotor kinerja siswa. Idealnnya sebelum tes dipergunakan maka tes tersebut harus memenuhi syarat-syarat tes yang baik memenuhi kriteria validitas dan reliabel. Validitas adalah ketepatan tes dalam mengukur apa yang harus diukur, seberapa baikkah tes tersebut dapat melaksanakan tugas yang diembannya.
Para peserta pelatihan kegiatan ini sudah mampu membuat soal yang valid dan reliable. Jika dihubungkan dengan pembelajaran abad 21, para guru sudah mampu membuat soal HOTS. Pertanyaan-pertanyaan yang mereka buat sudah menggunakan C3 Bloom.
SIMPULAN
Perangkat pembelajaran yang dibuat oleh para guru SD Negeri 1 Kapal sudah memiliki karakteristik 4c, HOTS. Karakteristik 4C sudah nampak pada langkah-langkah pemelajaran.
DAFTAR RUJUKAN
Chauhan, S.S. 1979. Inovation in Teaching-Learning Process. New Delhi : Vikas Publishing House.
Depdiknas. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.
Depdiknas. 2006. Penjelasan Instrumen Penilaian Kinerja Guru 1 (Kemampuan Merencanakan Pembelajaran). Jakarta: Direktorat Profesi Pendidik Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga kependidikan dan Direktorat Ketenagaan Dirjen Dikti.
Depdiknas. 2008a. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMA, Dirjen
Mandikdasmen, Depdiknas.
Depdiknas. 2008b. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 2 tahun 2008 Tentang Buku. Jakarta: Depdiknas. Egglu, Paul D. et.al. 1979. Strategis for
Teachers Information Processing Model in The Classroom, Englewood Cleffs.
Gardner, H. 1993. Multiple Intelligences : The Theory in Practice. New York : Basic Books
Hudoyo, H. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas
Peaturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Pendidikan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Suastra, I,W. 2006. Peningkatan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Inovatif. Makalah Disajikan pada Pelatihan ”Pakem” bagi Guru-guru di Kabupaten Bangli. Tanggal 4 s.d 22 Desember 2006.
Suastra, I.W. 2006. Pengembangan Sistem Asesmen Otentik dalam Pembelajaran Fisika di SMA. Hasil Penelitian. Tidak Dipublikasikan.
Suriasumantri, Jujun S. 1989. Ilmu dalam Perspektif. Jakarta : Gramedia.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran inovatif Berorientasi Konstrutivistik. Surabaya: Prestasi Pustaka
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Surabaya: Prestasi Pustaka
Zamroni. 2001. School And University Colaboration For Improving Science And Mathematics Instruction In School. Paper Presented In National Seminar On Science And Mathematics Education. Bandung, August, 21,2001.