• Tidak ada hasil yang ditemukan

KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN 2020"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENTINGNYA LITERASI DIGITAL BAGI

GURU PADA LEMBAGA PENDIDIKAN

TINGKAT DASAR DAN IMPLIKASINYA

TERHADAP PENYELENGGARAAN

KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

KANTOR KEMENTERIAN AGAMA

KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN

2020

Disusun Oleh: H. KHOLID, S.Pd.I, M.Pd NIP. 197802182005011005

(2)

i LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan telah memberikan persetujuan dan pengesahan kebenaran karya ilmiah sebagai berikut:

PENTINGNYA LITERASI DIGITAL BAGI GURU PADA LEMBAGA PENDIDIKAN TINGKAT DASAR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

PENYELENGGARAAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

Disusun Oleh:

Nama : KHOLID, S.Pd.I, M.Pd

NIP : 197802182005011005

Pangkat/ Gol : Penata Tk.I/ III.d

Jabatan : Pengawas Sekolah Muda

Serang, 28 Desember 2020 Penyusun,

KHOLID, S.Pd.I, M.Pd

NIP 197802182005011005

Mengetahui,

Ketua Pokjawas Kantor Kemenag Kab. Serang

RAHMAT, S.Pd., MM.Pd

(3)

i KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga penyusunan Laporan Kegiatan Penelitian Tindakan Kepengawasan (PTKp) ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta para pengikutnya semoga di hari akhir mendapatkan syafa’at dari Rosulullah SAW.

Laporan ini merupakan base practice dari masalah yang dihadapi oleh penulis, selaku pengawas dalam menjalankan tugas kepengawasannya di madrasah binaan, serta upaya untuk mengatasi masalah tersebut melalui tindakan tertentu.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya, terutama kepada kepada seluruh Kepala Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Kepala Raudhatul Athfal (RA) Kecamatan Kragilan dan Kecamatan Carenang Kabupaten Serang beserta seluruh dewan guru dan staf tata usaha yang telah memfasilitasi tempat penelitian dan menjadi responden dalam penelitian ini.

Penulis sangat berharap semoga laporan hasil penelitian tindakan kepengawasan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca serta memberikan kontribusi dan referensi bagi pelaksanaan tugas kepengawasan sehari-hari.

Serang, Desember 2020 Penyusun,

KHOLID, S.Pd.I, M.Pd NIP. 19780218 2005011005

(4)

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ... i KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... 1 ABSTRAKSI ... 2 BAB I ... 3 PENDAHULUAN ... 3 A. Latar Belakang ... 3 B. Perumusan Masalah ... 5 C. Tujuan Penelitian ... 5 D. Manfaat Penelitian ... 5 BAB II ... 6 KAJIAN TEORI ... 6 BAB III ... 8 METODOLOGI PENELITIAN ... 8 BAB IV ... 9

TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 9

BAB V... 12

KESIMPULAN ... 12

(5)

2 ABSTRAKSI

Kholid.2020. PENTINGNYA LITERASI DIGITAL BAGI GURU PADA LEMBAGA

PENDIDIKAN TINGKAT DASAR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

PENYELENGGARAAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

Transformasi penyelenggaraan pendidikan terutama dalam kegiatan pembelajaran sudah berkembang begitu cepat. Pengintegrasian teknologi informasi ke dalam proses pembelajaran sudah menjadi sebuah keniscayaan yang harus dilakukan dalam rangka mengakomodasi tuntutan kurikulum dan dinamika perkembangan zaman. Kegiatan belajar tidak lagi hanya terbatas pada kontek ruang kelas seperti halnya yang terjadi pada penyelenggaraan pembelajaran konvensional, sungguhpun itu masih tetap dipertahankan dan berjalan, akan tetapi di era digital seperti sekarang ini, kegiatan

pembelajaran juga dapat dilakukan secara virtual atau online. Dinamika perkembangan

penyelenggaraan pendidikan tersebut sudah barang tentu harus dibarengi dengan penyiapan kompetensi tenaga pendidik dalam mengelola pembelajaran yang bebasis online.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis yang dilakukan dengan responden sejumlah guru dan kepala madrasah serta kepala raudhatul athfal menunjukan bahwa literasi digital atau kemampuan guru dalam mengintegrasikan teknologi informasi dalam kegiatan pembelajaran masih sangat rendah. Data menunjukan bahwa pelaksanaan

pembelajaran daring (online) sebagian besar guru hanya menggunakan fasilitas wa group

(WAG) padahal fasilitas penyelenggaraan pembelajaran berbasis online yang lebih

akomodatif dan interaktif sudah tersedia seperti zoom meeting, google meet atau google

classroom atau aplikasi media pembelajaran online lainnya yang memudahkan guru dan peserta didik untuk berinterkasi selama proses pembelajaran.

(6)

3 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tantangan penyelenggaraan pendidikan pada abad ke 21 menjadi semakin

kompleks agar tetap survive dalam mencapai tujuan pendidikan dan menjamin peserta

didik memiliki keterampilan belajar dan berinovasi, keterampilan menggunakan teknologi dan media informasi, serta dapat bekerja, dan bertahan dengan menggunakan

kecakapan hidup (life skills). Kecapakan hidup (life skill) ini dikenal dengan kecakapan

abad 21. hal penting yang perlu diperhatikan adalah bahwa mendidik generasi muda di abad ke-21 tidak bisa hanya dilakukan melalui satu pendekatan saja. Selain itu, hal yang paling mendasar dalam rangka pelaksanaan pembelajaran di abad 21 adalah di arahkan kepada penyiapan peserta didik agar mampu beradaptasi dengan berbagai perkembangan dan memprediksi kehidupan di masa mendatang.

Dinamika perkembangan penyelenggaraan pendidikan sebagaimana telah dipaparkan di atas menjadikan tantangan tersendiri terutama bagi para tenaga pendidik atau guru, dimana selain prasyarat utama yang harus dimiliki oleh guru, yakni 4 (empat) kompetensi pokok, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian, tenaga pendidik atau guru juga diharuskan memiliki kompetensi penguasaan teknologi informasi serta literasi digital. Hal ini menjadi sebuah keniscayaan dalam rangka memanfaatkan dan mengintegrasikan teknologi informasi ke dalam kegiatan pembelajaran.

Transformasi penyelenggaraan pendidikan di era digital membuktikan bahwa sekarang kegiatan pembelajaran tidak selamanya terjadi dalam ruangan segi empat dengan kursi menghadap ke papan tulis dan terhalang oleh tembok-tembok di setiap sisinya dimana guru dan peserta didik berada dalam satu ruangan yang sama dalam satu waktu. Kini kegiatan pembelajaran tidak terbatas ruang dan waktu. Proses pembelajaran bisa dilaksanakan kapan saja dan dimanapun, guru dengan peserta didik tidak mesti harus berada dalam satu ruangan yang sama, media dan sumber pembelajaran bisa beragam, peserta didik juga bisa mengakses sumber belajar secara bervariasi dan berbagai sumber.

(7)

4 Oleh karenanya, kemampuan untuk beradaptasi dengan dinamika perkembangan teknologi informasi dan mengintegrasikannya dalam penyelenggaraan pemebelajaran merupakan hal yang sangat penting serta merupakan sebuah keniscayaan yang harus dilakukan bagi guru sehingga pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan.

Penelitian ini penting dilakukan sebagai bahan informasi dan pemetaaan permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam rangka berdaptasi dengan era digital serta perkembangan teknologi informasi. Hasil daripada penelitian dapan menjadi

landasan bagi pemangku kebijakan (stakeholder) dalam menyelenggarakan pembinaan

kepada para tenaga pendidik sehingga familiar atau ‘melek’ literasi digital. Ketidakmampuan guru dalam literasi digital akan berimplikasi pada lambannya perkembangan tranformasi penyelenggaraan pendidikan ke arah yang lebih maju lagi. Andi Asari*(2019) menyebutkan bahwa masyarakat indonesia memiliki budaya melek teknologi dan informasi yang masih rendah. Hal ini terbukti dan tampak dalam kehidupan sehari-hari, seperti rendahnya minat membaca dan menulis di kalangan masyarakat. Masyarakat lebih senang menonton TV dan mendengarkan music, dll.

Komang, dkk (2020) menyebutkan bahwa Perkembangan teknologi juga berdampak dalam sektor pendidikan. Beragam sumber ajar digital yang diitilahkan dengan e-resources tersedia melimpah di internet. Era digital menyediakan beragam informasi di internet baik yang sudah terverifikasi maupun tidak. Oleh karena itu, diperlukan strategi dalam menelusuri sumber-sumber informasi sehingga informasi yang didapatkan adalah informasi yang sesuai kebutuhan serta valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Permasalahannya adalah guru cenderung menggunakan informasi-informasi itu sebagai rujukan untuk mengembangkan sumber belajar atau penyusunan perangkat pembelajarannya. Hal ini dikarenakan karena guru tidak memiliki teknik pencarian sumber informasi di internet dalam artian belum memiliki literasi digital yang memadai, yang mana literasi ini merupakan salah satu kompetensi yang wajib dimiliki guru.

Lebih lanjut Komang, dkk. (2020) menjelaskan hasil penelitiannya yang dilakukan di SDN 1 Sulanyah dan SDN 2 Sulanyah dengan kesimpulan bahwa literasi digital guru-guru di kedua sekolah tersebut masih rendah.

Keterbatasan informasi dan fakta dari penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya berkaitan dengan kemampuan literasi digital para guru, terutama pada

(8)

5 lembaga pendidikan tingkat dasar, maka penting kiranya untuk dilakukan penelitian lanjutan dalam rangka melengkapi fakta-fakta keberadaan masalah sehingga diperoleh pemahaman yang lebih komperhensif yang didukung oleh data-data faktual.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebagaimana disebutkan di atas, maka rumusan masalah dari penelitian adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan Literasi Digital?

2. Bagaimana implikasi dari kemampuan literasi digital guru terhadap efektifitas

kegiatan pembelajaran?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini adalah Base Practice dari masalah yang dihadapi peneliti yang

juga bertugas sebagai Pengawas Pendidikan pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten Serang Provinsi Banten, dalam menjalankan tugas sehari-hari. Tujuan penelitian dan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Literasi Digital;

2. Melakukan analisis implikasi dari kemampuan literasi digital guru terhadap

efektifitas kegiatan pembelajaran.

D. Manfaat Penelitian

Kegiatan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi dari masalah yang dihadapi oleh praktisi pendidikan (Guru, Kepala Sekolah/ Madrasah, Pengawas, Kepala Dinas Pendidikan, Kepala Kantor Kementerian Agama, dan lain sebagainya) dalam menyelesaikan masalah yang sama seperti halnya tema pada tulisan ini.

(9)

6 BAB II

KAJIAN TEORI

Kecakapan abad 21 menurut Widayat (2018) terintegrasi dalam kecakapan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta penguasaan TIK dapat dikembangkan melalui:

(1) Kecakapan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah (Critical Thinking and Problem

Solving Skill; (2) Kecakapan Ber-komunikasi (Communication Skills); (3) Kecakapan

Kreatifitas dan Inovasi (Creativity and Innovation); dan (4) Kecakapan Kolaborasi

(Collaboration). Keempat kecakapan tersebut telah dikemas dalam proses pembelajaran Kurikulum 2013 yang kemudian dikuatkan dengan pengintegrasian Pendidikan Karakter.

Gambar 1 Skema kecakapan abad 21

Untuk mencapai tujuan keterampilan 4Cs (critical thinking, communication, creative

and innovationm and collaboration) tersebut sudah barang tentu kegiatan pembelajaran harus dilakukan dengan berbagai macam pendekatan-pendekatan pembelajaran yang sesuai dan mengintegrasikan penggunaan media teknologi informasi agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan aktif, memotivasi, interaktif, dan menyenangkan.

Indra Djati Sidi (2008) menyebutkan bahwa guru memiliki peranan strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan, sehingga diperlukan kelayakan pada jenis dan jenjang tertentu. Oleh karenanya kualitas guru menjadi faktor kunci dari pelaksanaan kuriuklum terutama di dalam konteks pembelajaran di kelas. Apapum kurikulumnya, jika guru nya tidak memiliki kompetensi dan kualifikasi yang sesuai, maka mutu pendidikan tidak akan tercapai.

Nicky Hockly (_) menyebutkan:

‘Online learning is becoming increasingly popular, both in the field of language teaching and in mainstream education. Online course delivery has now been around for well over a decade, and we are getting to the point where learners often expect some sort of online component or support as part of their course. Many teachers are

(10)

7

embracing this new form of course delivery as an opportunity. And just as many teachers perceive the move towards online courses as an ordeal, a threat or at least a source of stress’

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran online telah menjadi semakin populer, keduanya baik dalam pengajaran bahasa maupun pengembangan pendidikan, pembelajaran berbasis online semakin berkembang lintas

decade, dan kita mendapat point dimana para siswa sering mengharapkan berbagai macam

jenis bahan yang mendukung pembelajaran mereka. Banyak guru memandang bahwa bentuk pembelajaran baru ini sebagai sebuah kesempatan. Dan masih banyak guru yang mempersepsikan bahwa pergeseran kegiatan pembelajaran online senagai sebuah siksaan, tantangan atau minimalnya sebagai sebuah sumber tekanan.

Penjelasan di atas menunjukan bahwa betapa ekspektasi siswa memerlukan pendekatan pembelajaran yang variatif dan menyenangkan. Oleh karenanya penting bagi guru untuk selalu berfikir kreatif menggunakan pendekatan-pendekatan pembelajaran yang variatif, sesuai dengan konten materi, menyenangkan dan memotivasi serta menciptakan iklim belajar yang interaktif dan ruang bagi siswa untuk menumbuhkan

keterampilan 4 C’s,

Selain itu, kegiatan pembinaan dan pelatihan bagi harus terus dilaksanakan oleh pemerintah dalam rangka memberikan bekal keterampilan bagi guru dalam mengelola

kegiatan pembelajaran online (daring). hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa tenaga

pendidik familiar dengan model pembelajaran tersebut sehingga transformasi

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan tidak ada lagi

guru yang menganggap bahwa kegiatan pembelajaran daring (online) merupakan beban

(11)

8 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam rangka mengkaji kemampuan literasi digital bagi guru atau tenaga pendidik dan sekaligus pelaksanaan tugas supervisi akademik proses pembelajaran, penulis menyusun instrumen survey atau angket untuk diberikan kepada para guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar, guru-guru Madrasah Ibtidaiyah, dan guru-guru Raudhatul Athfal yang berada di 2 (dua) Kecamatan di Kabupaten Serang dalam rangka memastikan bahwa penyelenggaraan pembelajaran di masing-masing satuan pendidikan tetap berjalan di era pandemi covid 21. Hal ini sebagai bentuk implementasi dari kebijakan Kementerian Penyelenggaraan pendidikan khususnya di bawah naungan Kementerian Agama berdasarkan Surat Edaran Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi Banten Nomor: 2576.Kw.28.02.01/PP.00/06/2020, tertanggal 23 Juni 2020, Perihal Pembelajaran pada Madrasah dan Raudhatul Athfal Tahun Pelajaran 2020/2021.

Instrumen yang digunakan adalah berupa angket yang disusun dalam bentuk google form yang di sebar pada guru dan Kepala Madrasah/ Raudhatul Athfal di 2 (dua) Kecamatan, yakni Kecamatan Kragilan dan Kecamatan Carenang Kabupaten Serang berkaitan dengan pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau daring di masing-masing satuan pendidikan. Instrumen ini di gunakan dalam rangka meskipun dalam konteks pelaksanaan penelitian dan juga sekaligus supervisi akademik, protokol kesehatan di masa pandemi tetap dilaksanakan.

Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menyusun perencanaan dan timeline pelaksanaan penelitian;

2. Menyusun kisi-kisi dan instrumen penelitian;

3. Menentukan sampel dan responden penelitian;

4. Melaksanakan survey (sharing angket) melalui google form;

5. Menganalisis data dan informasi hasil survey;

(12)

9 BAB IV

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 21 Agustus 2020 sampai dengan 25 Agustus 2020 dengan jumlah responden sebanyak 50 orang yang terdiri dari Kepala Madrasah Ibtodaiyah/ Raudhatul Athfal dan guru, dengan sebaran sebagai berikut:

1. Kepala Madrasah Ibtidaiyah (MI) Raudhatul Athfal (RA):

a. Kepala Madrasah Ibtidaiyah (MI) : 3 Orang

b. Kepala Raudhatul Athfal (RA) : 1 Orang

2. Guru:

a. Guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) : 16 Orang

b. Guru Raudhatul Athfal (RA) : 2 Orang

c. Guru Raudhatul PAI SD : 28 Orang

Format atau angket isian tersebut dikirim melalui grup wa (WAG) masing-masing lembaga dan jenjang pendidikan, dengan petunjuk pengisian tertentu, kemudian masing-masing responde mengisi dan mengirimkannya secara online melalui google form. Data yang masuk semuanya terekam dalam gmail atau alamat emailnya penulis. Selain itu, penulis juga melakukan wawancara langsung dengan beberapa responden (guru) secara

acak (random) di beberapa madrasah dan sekolah binaan.

Berdasarkan data dari angkat yang sudah terekam melalui google formulir, dapat diperoleh deskripsi sebagai berikut:

1. bahwa berkaitan dengan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara

daring (online), hanya 12% saja responden yang menyatakan tidak menyusun. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar guru tetap melaksanakan kegiatan pembelajaran meskipun di masa pandemi covid 19.

(13)

10 Gambar 2

Persentase guru yang menyusun RPP untuk kegiatan pembelajaran masa pandemi

2. Akan tetapi di saat masuk pada wilayah implementasi berkaitan dengan media

pembelajaran yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran tersebut, sebagian besar guru atau sebanyak 80% guru masih menggunakan media wa group (WAG) sebagai media dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran daring ini, sementara 20% lainnya menggunakan media lainnya, media lainnya yang dimaksud di

sini sudah barang tentu yang juga bukan zoom meeting, google meet atau google

classroom atau aplikasi media pembelajaran online lainnya yang memudahkan guru dan peserta didik untuk berinterkasi selama proses pembelajaran. Akan tetapi terbatas pada sms atau telepon dari guru kepada para peserta didiknya. Hal ini dapat dilihat dari grafik berikut ini.

Gambar 3

Persentase media yang digunakan guru dalam pembelajaran masa pandemi

Data di atas menunjukan bahwa media pembelajaran yang digunakan oeh guru dalam mengimplementasikan kegiatan belajar mengajar jarak jauh atau daring baru

hanya terbatas pada penggunaan whatsappgroup yang masih sangat jauh untuk bisa

mengakomodasi kegiatan pembelajaran jarak jauh atau daring yang ideal. Sama sekali

tidak ada guru atau tenaga pendidik yang menggunakan media zoom meeting, google

(14)

11 lebih interaktif, berjalan fleksibel dan bisa memberikan ruang kepada para siswa untuk berperan aktif selama proses pembelajaran.

Keterbatasan dan ketidakmampuan tenaga pendidik atau guru dalam literasi digital, yakni memanfaatkan teknologi informasi dalam kegiatan pembelajaran, terutama dalam kegiatan pembelajaran jarak jauh atau daring ini, mengakibatkan bahwa proses pembelajaran berjalan kurang maksimal sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai secara keseluruhan. Hal ini dapat dilihat dari data tingkat kepuasan guru

terhadap pelaksanaan kegiatan belajar daring (online) sebagai berikut:

Gambar 4

Persentase tingkat kepuasan guru terhadap pembelajaran masa pandemi

Tidak satupun responden yang menyatakan puas terhadap pelaksanaan pembelajaran daring. 50 % responden hanya menyatakan cukup dan 50 % sisanya menyatakan kurang puas.

(15)

12 BAB V

KESIMPULAN

Dari temuan-temuan hasil penelitian sebagaimana disebutkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan literasi digital bagi guru-guru pada lembaga pendidikan tingkat dasar masih sangat rendah sehingga kemudian berimplikasi pada

ketidakmampuan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran berbasis online atau

daring. Kondisi tersebut mengakibatkan kegiatan pembelajaran berbasis online atau daring

tidak bisa berjalan dengan baik dan tujuan pembelajaran tidak bisa tercapai secara maksimal.

Fakta yang menunjukan bahwa tidak satupun guru yang menggunakan fasilitas

pembelajaran yang tersedia pada aplikasi zoom meeting, google meet atau google

classroom menjadi bahan pertimbangan untuk memberikan pelatihan dan pembinaan kepada guru untuk meningkatkan dan mengembangkan keterampilan literasi digital agar transformasi perkembangan pendidikan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan dinamika perkembangan zaman.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rizali, Indra Djati Sidi, dan Satria Dharma. 2008. Dari Guru Konvensional

Menuju Guru Profesional. ______: Grasindo

Brooks, Susan and Young. 2006. Digital Age Literacy for Teachers. Washington:

International Society for Technology in Education

Diputra, Komang Sujendra, Ni Ketut Desia Tristiantari, I Nyoman Laba Jayanta. 2020. Gerakan Literasi Digital Bagi Guru-Guru Sekolah Dasar. Journal of Character Education Society. Vol. 3, No. 1, Januari 2020

Hocky, Nickly and Lindsay Clandfield. ____. Teaching Online: Tools and techniques,

options and opportunities. UK: Delta Publishing

Stavredes, Tina. 2011. Effective Online Teaching. United State: Josey Bass

Gambar

Gambar 1  Skema kecakapan abad 21

Referensi

Dokumen terkait

(ikim oraganisasi adalah kualitas lingkungan sekolah yang langsung dialami oleh guru. Pengaruh sikap-sikap didasarkan kepada saling pengertian bersama tentang “sikap” di

Yang menjadi fokus penelitian ini adalah bagaimana rekrutmen kepala madrasah di kantor wilayah kementerian agama provinsi lampung dalam hal pelaksanaan

hal ini menunjukan bahwa akuntabilitas terhadap hukum dan kejujuran telah dilakukan dengan baik pada Kantor Kementerian Agama dalam Wilayah Provinsi Aceh. Pegawai

NO NAMA NAMA LEMBAGA GURU PAI Alamat KECAMATAN TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL III Latsari Kec. Tuban TK AL - ICHSAN

Dalam bab ini penulis akan membahas tentang penelitian yang dilakukan penulis mengenai manfaat kecerdasan emosional dalam aktivitas kerja pada bidang Pendidikan Madrasah

TUGAS POKOK DAN FUNGSI (TUPOKSI) BAGIAN TATA USAHA Bertanggung jawab kepada Kepala Madrasah dalam kegiatan : Penyusunan program kerja tata usaha Madrasah,.. Pengelolaan

(4 merupakan nilai tertinggi dari item pertanyaan yang ada, 107 merupakan jumlah responden yang ada, dan 21 merupakan jumlah item pertanyaan yang ada). Sedangkan skor

FAIRUS SATAR, S.Ag III/c 01-04-2010 Kepala Seksi Penyelenggara Haji dan Umrah Kankemenag Kab.. UZAIR IV/a 01-04-2002 Kepala Seksi Pendidikan Madrasah