• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V SAFEGUARD LINGKUNGAN DAN SOSIAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V SAFEGUARD LINGKUNGAN DAN SOSIAL"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

V-1

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE

BAB V

SAFEGUARD LINGKUNGAN DAN SOSIAL

5.1. Umum

Sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan sumber yang penting bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya. Sumber daya alam menyediakan sesuatu yang diperoleh dari lingkungan fisik untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia, sedangkan lingkungan merupakan tempat dalam arti luas bagi manusia dalam melakukan aktifitasnya.

Untuk itu, pengelolaan sumber daya alam seharusnya mengacu kepada aspek konservasi dan pelestarian lingkungan. Eksploitasi sumber daya alam yang hanya berorientasi ekonomi hanya membawa efek positif secara ekonomi tetapi menimbulkan efek negatif bagi kelangsungan kehidupan umat manusia. Oleh karena pembangunan tidak hanya memperhatikan aspek ekonomi tetapi juga memperhatikan aspek etika dan sosial yang berkaitan dengan kelestarian serta kemampuan dan daya dukung sumber daya alam. Pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup menjadi acuan bagi kegiatan berbagai sektor pembangunan agar tercipta keseimbangan dan kelestarian fungsi sumber daya alam dan lingkungan hidup sehingga keberlanjutan pembangunan tetap terjamin. Pemanfaatan sumber daya alam seharusnya memberi kesempatarr darr ruang bagi peranserta masyarakat datam perrieliharaan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.

Peranan pemerintah daerah sangat diperlukan dalam perumusan kebijakan pengelolaan sumber daya alam terutama dalam rangka perlindungan dari bencana ekologis. Sejalan dengan otonomi daerah, kontrol masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup merupakan hal yang penting. pengan demikian hak dan kewajiban masyarakat untuk memanfaatkan dan memelihara keberlanjutan sumber daya alam dan lingkungan harus

(2)

V-2

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE

dapat dioptimalkan. Kesalahan dalam pengelolaan dapat berpotensi mempercepat terjadinya kerusakan sumber daya alam, termasuk kerusakan hutan lindung, pencemaran udara, hilangnya keanekaragaman hayati, kerusakan konservasi alam, dan sebagainya. Meningkatnya intensitas kegiatan penduduk dan industri perlu dikendalikan untuk mengurangi kadar kerusakan lingkungan di banyak tempat yang antara lain berupa pencemaran industri, pembuangan limbah yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan, penggunaan bahan bakar yang tidak aman bagi lingkungan, kegiatan pertanian, penangkapan ikan, dan eksploitasi hutan lindung yang mengabaikan daya dukung dan daya tampung lingkungan.

5.2. Mengapa Safeguard diperlukan :

1. Untuk melindungi warga dan lingkungan dari dampak proyek yang merugikan

2. Ciri proyek USDRP : potensial menimbulkan dampak besar dan penting; dan memerlukan pengadaan lahan dan (atau tanpa) pemukiman kembali

3. Peraturan perundangan RI dan/atau kebijakan operasional Bank Dunia mengharuskan proyek dengan ciri yang demikian dilengkapi AMDAL, dan Rencana Tindak Pengadaan Lahan (dan Pemukiman Kembali, jika perlu)

Bilamana Safeguard disiapkan :

 Sebelum proyek dimulai, sebagai bagian dari FS (Studi Kelayakan)  Proyek tahun I:

 FS (termasuk kajian safeguard) diselesaikan sebelum appraisal  Kajian safeguard lingkungan: UKUUPL

 Kajian safeguard pengadaan lahan tidak ada, karena jenis dan skala proyek telah diseleksi.

(3)

V-3

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE 5.3. Landasan dasar :

1. UU 23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 15 (1) : "Setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup"

2. PP 27/1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) pasal 1 (1), 3 (2) dan 17: AMDAL terdiri atas:

- Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL); dan

- Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (RKURPL). yang disusun berdasarkan Kerangka Acuan (KA) yang telah disetujui

5.4. Analisis Dampak Lingkungan dan UKUUPL. a. Prinsip Dasar

Prinsip AMDAL secara garis besar digambarkan sebagai berikut. Semua proyek yang diajukan dan atau akan diusulkan harus sesuai dengan prinsip lingkungan serta telah memenuhi persyaratan sebagai berikut :

A. Pengkajian lingkungan dan rencana penanggulangannya dapat berbentuk: (i) AMDAL (atau ANDAL dan RKURPL), atau (ii) UKUUPL, tergantung kategori dampak proyek dimaksud (lihat daftar kategori, di bawah). Penentuan kategori lingkungan untuk masing-masing proyek mengacu pada kriteria yang ditetapkan dalam kerangka safeguard ini.

B. AMDAL dan UKUUPL harus dipandang sebagai alat untuk meningkatkan kualitas proyek. Karena itu, AMDAL atau UKUUPL harus menjadi bagian tak terpisahkan dari analisis kelayakan teknis, ekonomi, sosial, institusional dan keuangan setiap usulan proyek.

(4)

V-4

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE

C. Sedapat mungkin proyek harus menghindari, atau meminimalkan, dampak negatif pada lingkungan. Alternatif desain, termasuk alternatif tanpa-proyek, harus dikaji dengan seksama sebelum usulan proyek diajukan. Sebaliknya, proyek harus dirancang sedemikian sehingga dampak positif dapat dimaksimalkan.

D. Proyek yang menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, dan dampaknya tidak dapat dikelola melalui rancangan atau praktekpraktek konstruksi, harus disertai dengan AMDAL.

E. Proyek yang mengganggu habitat alam kritis, masyarakat terasing dan rentan (IVP), kawasan lindung, , atau merupakan kawasan sengketa. Di samping itu, produksi, atau penggunaan:

i. Bahan-bahan yang merusak ozon, tembakau atau produk-produk tembakau.

ii. Asbes. Berbagai tindakan pencegahan berkaitan dengan penggunaan asbes, seperti renovasi bangunan yang menggunakan asbes, akan diterapkan.

iii. Bahan beracun berbahaya (B3). Proyek yang menggunakan, memproduksi, menyimpan atau mengangkut bahan-beracun berbahaya (toksik, korosif, atau eksplosif) atau bahan berkategori B3 dalam undang-undang Indonesia, tidak dapat dibiayai.

iv. Pestisida, herbisida, dan insektisida. v. Konstruksi bendungan (dam).

vi. Kekayaan budaya. Proyek yang merusak kekayaan budaya, termasuk barang, struktur fisik dan lokasi yang dianggap sakral atau setidaknya memiliki nilai spiritual, tidak dapat dibiayai. F. Karena alasan praktis, disarankan agar proyek investasi tahun I tidak

termasuk proyek yang perlu dilengkapi dengan AMDAL. Proyek-proyek dimaksud dapat diusulkan pada tahun II, atau setelahnya.

(5)

V-5

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE b. Kategori Proyek

Safeguard lingkungan ini berlaku pada semua tahap pengembangan proyek, seperti: pengajuan usulan, perencanaan, pelaksanaan dan pengoperasian proyek. tiap proyek atau kegiatan yang usulkan dapat dikelompokkan ke dalam salah satu dari 3 kategori berikut. Kategorisasi serupa berdasarkan peraturan-perundangan Nasional juga dicantumkan dalam tabel.

Tabel 3 : Jenis Kegiatan danlatau Usaha yang Perlu Dilengkapi dengan AMDAL atau UKUUPL.

Menurut:

1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 tahun 2001, tertanggal 22 Mei 2001; dan

2. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 171KPTSI2003, tertanggal 3 Februari 2003

Sektor dan Kegiatan

Skala

AMDAL1 UKUUPL2 Air Bersih

a. Pembangunan jaringan distribusi (luas layanan) ≥ 500 Ha 100 Ha - < 500 Ha b. Pembangunan jaringan pipa transimisi (panjang) ≥ 10 km 2 km - < 10 km c. Pengambilan air baku dari mata air permukaan, > 250 Ildetik 50 It/dt - < 250 sungai, danau/sumber tain (debit pengambiian) I/dt d. Pembangunan Instalasi Pengotanah Air (debit) - > 50 Ildetik e. Pengambilan air tanah ≥ 50 Ildetik > 5 Ildt - < 50

Ildt Persampahan

a. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan sistem control landfilllsanifary landfill (di luar 133)

- Luas layanan 10 Ha < 10 Ha - Kapasitas total 10.000 ton < 10.000 ton b. TPA di daerah pasang surut3

- Luas landfill > 5 Ha < 5 Ha - Kapasitas total ≥ 5.000 ton < 5.000 ton c. Pembangunan transfer station

- Kapasitas operasional ≥ 1.000 < 1.000 tonlhari Ton/hari

(6)

V-6

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE

d. TPA dengan sistem open dumping semua ukuran - e. Pembangunan Incinerator - semua ukuran

Lihat: Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17/2001 tertanggal 22 Mei 2001 tentang Jenis Rencana Usaha danlatau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi ngan Analisis mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

Lihat: Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 17/KPTS/2003 tentang Penetapa Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Permukiman dan Prasarana Wilayah yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan. Ini berlaku untuk controlled land fill di wilayah pasang surut juga.

Sektor dan Kegiatan Skala

AMDAL1 UKL/UPL2 f. Bangunan komposting dan daur ulang - > 4 ton/hari

> 500 m2 Konstuksi Pengotanah Limbah Cair dan

Sewerage

a. IPLT > 2 Ha < 2 Ha b. iPAL > 3 Ha < 3 Ha c. Perpipaan air limbah/sewerage ≥ 500 Ha < 500 Ha Drainase

a. Pembangunan saluran di kota besar/metropolitan

- Drainase Utama (panjang) z 5 km < 5 km - Drainase Sekunder dan Tersier (panjang) - 1 km - 5 km b. Pembangunan saluran di kota sedang

-Drainase Utama (panjang) 10 km < 10 km - Drainase Sekunder dan Tersier (panjang) > 10 km 2 -10 km c. Pembangunan saluran di kota kecil - > 5 km Normalisasi SungailKanat Pengelak Banjir

a. Kota besar/metropolitan

- Panjang, atau 5 km 1 - < 5 km -Volume pengerukan, atau > 500.000 m3

- Luas layanan - 1 - 5 Ha b. Kota sedang - Panjang, atau > 10 km 3 - < 10 km -Volume pengerukan 500.000 m3 - c. Kota kecil") - Panjang; atau 2:13 km 3 -13 km -Volume pengerukan 2:500.000 m3 - c. Pedesaan - Panjang, atau ≥ 15 km 5 - < 15 km -Volume pengerukan ≥ 500.000 m3 -

(7)

V-7

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE

d. Sodetan - semua ukuran Jalan

a. Pembangunan dan atau peningkatan jalan dengan pelebaran di luar DAMIJA

a.1. Kota besar/metropolitan

- Panjang, atau 5 km 1 - < 5 km - Luas layanan > 5 Ha 2 - < 5 Ha a.2. Kota Sedang

- Panjang, atau ≥ 10km 3 - < 10 km - Luas layanan ≥ 10 Ha 5 - < 10 Ha a.3. Kota kecil'`)

- Panjang; atau ≥ 20 km 4 - < 20 km - Luas layanan 2:15 Ha 7 - < 15 Ha

Sektor dan Kegiatan Skala

AMDAL1 UKL/UPL2 a.4 Pedesaan - antarkota, panjang ≥30km 5 - < 30 km b. Peningkatan dengan pelebaran di dalam DAMIJA

b.i. Kota besar/metropolitan untukjalan

arteri/kolektor (panjang) - ≥ 10 km Jembatan (Konstruksi Baru)

Kota besar (panjang) - ≥ 20 m Kota sedang (panjang) - 60 m Konstruksi Pelabuhan

a. Dermaga dengan konstruksi masif

- Panjang, atau ≥ 200 m Tidak ada kePutusan spesifik yang dikeluarkan oleh Departemen Perhubungan (re. Pelabuhan) atau Departemen Pertanian (re. Pelabuhan ikan) berkenaan - Was ≥ 6.000 mZ

b. Penahan gelombang (break waterltalud) >_ 200 m c. Prasarana pendukung pelabuhan > 5 Ha d. Single Point Mooring Buoy ≥ 10.000 DWT Pelabuhan Ikan

- Panjang dermaga > 300 m - Kawasan indttstri perikarrart >_ 10 Ha - Kedalaman perairan di dermaga ≥ 4 m LWS

(8)

V-8

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE

dengan UKL/PL Karena itu, ukuran apapun yang pantas dan di bawah ukuran yang ditetapkan oleh Kantor Meneg LH untuk AMDAL,, dapai dipertimbangkan sebagai memerlukan UKLIUPL PerumahaNPermukiman

a. Kota metropolitan (luas) 25 Ha 2 - < 25 Ha b: Kota besar (luas)- > 50 Ha 2 - < 50 Ha c. Kota sedang dan kecil (luas) > 100 Ha 2 - < 100 Ha Konstruksi Bangunan (Pendidikan,

Perdagangan, Fasilitas Keagamaan, dll)

- Luas tanah , atau ≥ 5 Ha - - Luas lantai /bangunan ≥ 10.000 m2 < 10.000 m2 Konstruksi Baru untuk Pemukiman Kembali

Sektor dan Kegiatan Skala

AMDAL1 UKUUPL2

a. Jumlah penduduk yang dipindahkan, atau

_ 200 KK

50 - 200 KK b. Was kawasan. ≥ 100 Ha 2 -100 Ha Program Perbaikan kampung4 UKUUPL, menurut pengalaman Bank

Dunia

*') tidak termasuk dalam Keputusan-keputusan di atas. Angka-angka ini merupakan hasil interpolasi, berdasarkarrkfiteria-yang berFaktj pada kategori-kota lainnya-psda sektor atau kegiatan dimaksud.

(9)

V-9

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE Klasifikasi kota:

Jenis Kota, Jumlah populasi

Kota metropolitan >1.000.000 ( dalam kota utamanya)

Kota Besar 500.000 - < 1.0000.000

Kota Sedang 100.000 - < 500.000

Kota Kecil < 100.0000

Daerah pedesaan < 20.000 Penduduk 5.5. Pengadaan Lahan/Tanah :

Pengadaan tanah dan pemukiman kembali terpicu jika suatu proyek yang akan didanai berlokasi pada tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh usaha privat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus diiakukan untuk meningkatkan, atau sedikitnya memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak negatif akibat pengadaan tanah ini. Prinsip pengadaan tanah dan pemukiman kembali harus dilakukan secara : A. Transparan: Proyek dan kegiatannya yang terkait harus

diinformasikan secara transparan kepada pihak-pihak yang akan terkena dampak. informasi harus mencakup, antara lain, daftar warga dan aset (tanah, bangunan, tanaman, atau lainnya) yang akan terkena;

B. Partisipatif: Warga yang mungkin perlu dipindahkan (Displaced People - DP) harus terlibat dalam seluruh tahap perencanaan proyek, seperti: penentuan lokasi proyek, jumlah dan bentuk kompensasi, dan lokasi pemukiman kembali;

C. Adil: Pengadaan tanah tidak boleh memperburuk kondisi kehidupan warga yang terkena dampak. Warga dimaksud memiliki hak untuk mendapatkan kompensasi yang memadai, seperti tanah alternatif dan/atau uang kompensasi yang sama dengan harga pasar tanah dan aset. Biaya terkait lainnya, seperti biaya pindah, pengurusan surat tanah, dan pajak, harus ditanggung oleh Pemrakarsa. Warga yang terkena harus diberi kesempatan untuk

(10)

V-10

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE

membahas secara terpisah di antara mereka sendiri dan menyetujui syarat-syarat dan jumlah kompensasi danlatau pemukiman kembali;

D. Terdapat sejumlah cara untuk menghitung kompensasi: i). tanah, berdasarkan nilai pasar setempat yang mempunyai nitai ekonomi atau keuntungan lokasional yang sama, yang berlaku pada saat pembayaran ganti rugi; ii). bangunan, berdasarkan nilai pasar setempat untuk kondisi/kualitas bangunan yang sama; iii). tanaman, sesuai dengan harga pasar, ditambah perhitungan atas kerugian non-material; dan iv). aset lain, diganti dengan aset yang minimal sama, atau dengan memperhitungkan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk memperoleh aset yang sama.

E. Pihak-pihak terkena yang dimaksud di sini dapat termasuk orang, badan hukum, atau lembaga yang, karena implementasi proyek, terkena dampak dalam bentuk seperti: a). faktor fisik, berupa tanah, bangunan, tanaman, atau aset lainnya; dan b). faktor non-fisik, berupa manfaat lokasional, akses ke tempat kerja, infrastruktur, dan sebagainya. Berdasarkan alas haknya, kategori spesifik warga atau pihak yang terkena adalah sebagai berikut: i). pemilik - orang yang memiliki hak atas tanah, termasuk masyarakat adat pemegang hak ulayat; ii). penyewa - orang atau pihak yang menguasai tanah berdasarkan perjanjian atau kesepakatarr terterrtrx-dengarr pemitik-tartah; iii). penggarap – orang atau pihak yang menguasai tanah secara fisik tanpa alas hak, atau perjanjian dengan pemilik tanah; dan iv). nadzir- orang atau pihak yang mengelola tanah wakaf. F. Warga atau pihak yang terkena perlu menyepakati suatu nilai

kompensasi tertentu, atau jika dapat diterima, secara sukarela menyumbangkan sebagian tanah dan asetnya kepada proyek. Pertemuan dan diskusi di kalangan warga atau pihak yang terkena, difasilitasi oleh Forum Stakeholders, akan diatur untuk menjamin

(11)

V-11

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE

bahwa warga atau pihak tersebut dapat mengambil keputusan secara independen.

G. Pemberian secara sukarela hanya dapat dipertimbangkan jika warga yang terkena mendapatkan manfaat langsung yang jauh melebihi harga fanah (dibuktikan dengan perhitungan yang dilakukan oleh kedua belah pihak), sama dengan atau kurang dari 10% dari luas tanah tersebut, dan dikuatkan oleh surat persetujuan yang ditandatangani oleh warga dimaksud setelah mereka melakukan pembicaraan terpisah seperti dimaksud pada butir F di atas dan mendapatkan penjelasan atas hak-hak mereka. Tim Pemantau Safeguard harus memastikan bahwa tidak ada paksaan atas warga tersebut untuk memberikan tanahnya secara sukarela. Persetujuan ini harus didokumentasikan dalam dokumen resmi (legal).

H. Proyek harus sudah memiliki batas-batas (alignment) tanah yang dibutuhkan, jumlah warga yang harus dipindahkan, informasi umum tentang pendapatan dan mata pencaharian warga tersebut, dan harga pasar tanah yang berlaku, yang diajukan oleh Pemrakarsa dan didukung oleh formulir NJOP (Nilai Jual Obyek Pajak), sebelum pengadaan tanah (dengan atau tanpa pemukiman kembali) dilaksanakan.

Apabila ada konflik atau inkonsistensi antara peraturan-perundangan yang berlaku di Indonesia dan prinsip atau prosedur yang ditetapkan dalam kerangka pengadaan tanah ini, maka Pemerintah Republik Indonesia, termasuk Pemerintah Kota/Kabupaten peserta USDRP, akan mengabaikan peraturan-perundangan tersebut sejauh diperlukan, sehingga implementasi kerangka ini dapat berlangsung efektif

 Proyek harus disosialisasikan dan dikonsultasikan dengan pihak yang berkepentingan, khususnya warga yang dipindahkan.

(12)

V-12

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE

 Sosialisasi dan konsultasi harus meliputi informasi menyeluruh mengenai ukuran, isi, rencana pelaksanaan, keuntungan dan risiko, serta dampak negatif yang mungkin terjadi akibat proyek yang diusulkan.

 Warga yang dipindahkan harus memahami hak-haknya, memiliki cukup waktu dan kesempatan untuk berdiskusi dan mengambil keputusan secara independen.

 Setiap keputusan dan rencana safeguard harus diinformasikan secara luas kepada orang-orang yang dipindahkan.

Yang berhak menerima santunan :

Pemilik -- pemegang hak atas lahan, termasuk lahan ulayat (masyarakat adat), bangunan, tanaman atau aset lainnya.

Penyewa -- menguasai lahan berdasarkan perjanjian dengan

pemilik lahan;

Penggarap -- menguasai lahan secara fisik tanpa alas hak, dengan atau tanpa ijin-pemilik lahan;

Nadzir, bagi lahan wakaf Cara menghitung kompensasi :

Prinsip: kompensasi merupakan biaya penggantian nyata yang memungkinkan warga yang terkena proyek dapat membeli lahan, bangunan, atau aset lainnya sesuai dengan besaran dan kualitas yang dimiiiki sebeiumnya

Contoh cara menghitung:

 Lahan: berdasarkan nilai pasar setempat, untuk nilai dan keuntungan lokasi yang sama, yang berlaku saat pembayaran ganti rugi;

 Bangunan: berdasarkan nilai pasar setempat untuk kondisi / kualitas bangunan yang sama;

 Tanaman: sesuai harga pasar, ditambah dengan perhitungan atas kerugian immaterial

(13)

V-13

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE

 Aset lain: diganti dengan aset yang minimal sama, atau dengan memperhitungkar, biaya untuk memperoleh aset yang sama

Pengaduan / klaim :

Keluhan atau pengaduan berkenaan dengan pelaksanaan pengadaan lahan disampaikan ke:

 Pemda, dhi Pemrakarsa  Forum Stakeholders

 Tim Pengawas Safeguards.

Materi yang tertuang dalam dokumen AMDAUUKUUPL : Identitas Pemrakarsa: nama lembaga, nama penanggungjawab rencana kegiatan, alamat kantor

1. Rencana Kegiatan: nama, lokasi, skala kegiatan, garis besar komponen rencana kegiatan (Prakonstruksi, konstruksi, dan operasi)

2. Dampak Lingkungan yang Akan Terjadi: kegiatan yang menjadi sumber dampak, jenis, dan besaran dampak

3. Program Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan: langkah-langkah untuk mencegah dan mengelola dampak, termasuk untuk menanggulangi keadaan darurat; Kegiatan pemantauan, tolok ukur untuk menilai efektivitas pengelolaan lingkungan

4. Tanda Tangan dan Cap: menyatakan komitmen Pemrakarsa untuk melaksanakan UKUUPL tarsebut

5.6. Analisi Dampak Lingkungan 5.6.1. Prinsip Dasar

Analisis dampak Lingkungan dan sos,ial proyek adalah suatu kegiatan pengkajian mengenai dampak-dampak lingkungan dan sosial negatif maupun positif yang diprediksikan akan terjadi di saat dan

(14)

V-14

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE

setelah proyek dilaksanakan. Kegiatan ini penting dilaksanakan sebagai bagian dad upaya safeguard lingkungan dan sosial.

Analisa dampak iingkungan dan sosial perlu dilakukan terkait dengan isu-isu strategis yang melingkupi proses rekonstruksi dan rehabilitasi antara lain sebagai berikut :

1. Lapangan Pekerjaan (Temporer)

Tahapan kegiatan proyek yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap terbukanya kesempatan kerja dan usaha produktif bagi masyarakat adaiah tahap pembangurian. Pada tahap ini terdapat kegiatan mobilisasi tenaga kerja yang membutuhkan sejumlah tenaga kerja baik tenaga kerja yang memiliki ketrampilan khusus maupun unskilled. Peluang kerja ini dapat diisi oleh penduduk yang tinggal di sekitar kegiatan pembangunan. Selain peluang kerja, kegiatan-kegiatan tersebut juga clapat menumbuhkan aktifitas usaha masyarakat baik formal maupun informal.

2. Perubahan Pola Pemikiran dan Peningkatan Kapasitas SDM Kegiatan proyek yang berpotensi melahirkan dampak perubahan poia pemikiran dan peningkatan kapasitas SDM di masyarakat adalah kegiatan pengorganisasian masyarakat dan penguatan kapasitas kelompok baik pada tahap persiapan, perencanaan maupun tahap pembangunan.

3. Penguatan Organisasi Masyarakat

Kegiatan proyek melalui pendekatan berbasis komunitas berpotensi melahirkan dampak terhadap menguatnya organ isasi-organisasi social yang ada di masyarakat.

4. Kearifan Lokal

Kegiatan proyek yang dilakukan melalui pendekatan berbasis komunitas yang berpotensi melahirkan dampak terhadap menguatnya kearifankearifan lokal (local wisdom). Penguatan kearifan lokal ini dapat dilihat melalui proses kegiatan yang secara konsisten dilakukan melalui pertemuan-pertemuan atau rembug-rembug warga, hal ini dapat

(15)

V-15

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE

mendorong menguatnya nilai-nilai kegotongroyongan, solidaritas sosial, kejujuran, keterbukaan, demakrasi dan penghormatan atas perbedaan pendapat dan pandangan, dll sebagai dasar bangunan kearifan lokal.

5. Keterbukaan dan Demokrasi

Kegiatan proyek yang dilaksanakan melalui pendekatan berbasis komunitas berpotensi melahirkan dampak terhadap terselenggaranya proses demokratisasi dan keterbukaan masyarakat. Demokratisasi dan keterbukaan ini dapat di lihat dad proses dan dinamika warga masyarakat dalam setiap pengambilan keputusan, baik dari proses paling awal seperti saat perencanaan hingga ke proses pelaksanaan pembangunan.

6. Transparansi dan Akuntabilitas

Kegiatan proyek yang dilaksanakan melalui pendekatan berbasis komunitas yang berpotensi melahirkan dampak terhadap terselenggaranya transparansi dan akuntabilitas, hal ini dapat dilihat terutama dalam tahapan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan (khusus dalam konteks pengelolaan dana pembangunan).

7. Perubahan Pola Hidup/Kebiasaan

Kegiatan proyek berpotensi menimbulkan dampak terhadap pola hidup/kebiasaan masyarakat di sekitar wilayah kegiatan dari sejak tahap persiapan, perencanaan sampai tahap pembangunan. Perubahan pola hiduplkebiasaan tidak terlepas dari keberadaan manusia sebagai makhluk sosial yang selalu melakukan interaksi baik terhadap sesamanya maupun terhadap lingkungan di sekitarnya. Kegiatan pengorganisasian masyarakat dan penguatan kapasitas kelompok diperkirakan menimbulkan dampak terhadap pola kebiasaan masyarakat yang berhubungan dengan konstruksi relasi social dan cara-cara masyarakat mengambil keputusan.

(16)

V-16

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE 8. Konflik Sosial

Kegiatan pengambilan keputusan dalam penetapan program pembangunan, pengelolaan keuangan dan kegiatan pengadaan material merupakan kegiatan yang sangat potensiat menimbulkan konflik sosial baik vertikal maupun horisontal. Konflik vertikal terjadi akibat ketidaksepahaman antara apa yang menjadi tujuan dari masyarakat dengan kebijakan proyek yang telah ditetapkan, termasuk di dalamnya kuatnya intervensi pemerintah dan aparat desa/kelurahan. Konflik horisontal terjadi karena terjadinya sikap pro dan kontra di masyarakat terhadap rencana pembangunan, selain itu karena terjadinya penyimpanganpenyimpangan yang dilakukan oleh oknum ataupun kelompok kepentingan di dalam masyarakat itu sendiri.

9. Marginalisasi Kelompok Perempuan dan Kelompok Rentan Lainnya

Masih terdapat faktor sosial dan budaya yang menghambat kaum perempuan dan kelompok rentan lainnya (lansia, janda, difabel, dan anakanak) untuk berpartisipasi aktif dalam perencanaan, implementasi, dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan rekonstruksi dan rehabilitasi.

Sering kali, para perencana bekerja melalui para elite laki-laki, yang tidak akan mewakiti komunitas keseiuruhannya, khususnya kaum perempuan. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya khusus untuk memastikan keterlibatan mereka dalam kegiatan-kegiatan tersebut.

10. Sikap/Persepsi Negatif Masyarakat

Sosialisasi yang tidak berjalan sebagaimana mestinya, aturan main yang sepenuhnya tidak ditegakkan, proses kegiatan pendampingan yang tidak optimal, akan menimbutkan sikap dan persepsi negatif di masyarakat. Masyarakat telah kehilangan kepercayaan terhadap segala kegiatan yang dilaksanakan. Potensi munculnya persepsi negatif masyarakat terutama apabila kegiatan proyek Re-Kompak

(17)

V-17

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE

menimbulkan dampak negatif terhadap aspek ekonomi, budaya, kesehatan dan lingkungan. Sikap/persepsi negatif yang berakumulasi dalam jangka waktu lama akan menimbulkan keresahan di masyarakat dan berpotensi menimbulkan konflik baik vertikal maupun horizontal.

11. Pembebasan Lahan/Tanah

Datam perencanaan pembangunan dimungkinkan terdapat sebagian atau seluruhnya lahan/tanah milik perorangan atau kelompok (pemerintah/swasta) yang akan digunakan sebagai tapak pembangunan infrastruktur sehingga dalam imptementasinya akan dilaksanakan pembebasan terhadap lahanltanah tersebut. Dalam proses pembebasan lahan tanah tersebut dimunginkan akan menimbulkan dampak terjadinya perselisihan yang membutuhkan penanganan secara komprehensif dengan melibatkan pihak-pihak terkait dengan suatu pendekatan dan cara yang manusiawi dan berkeadilan.

5.5.2. Tujuan Kegiatan Analisis Dampak Sosial.

Tujuan umum dilakukan kegiatan ini adalah dalam rangka membuat analisis dampak sosial terhadap Pelaksanaan Proyek yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat sasaran proyek, Pemerintah, Lembaga Donor dan Pelaksana Proyek dalam melakukan evaluasi kebijakan selama proyek berjalan.

Secara khusus tujuan dari kegiatan ini adalah :

1. Mengidentifikasi dampak penting dari rencana kegiatan pembangunan yang berpotensi menjadi sumber dampak terhadap fingkungan sosial masyarakat. Dampak penting yang timbul dapat berupa dampak positif maupun negatif baik langsung maupun tidak langsung.

2. Mengidenfifikasi rona tingkungan sasiaf tenrtama yang akan terkena dampak pada saat pembangunan dilaksanakan. Komponen

(18)

V-18

RPIJM 2009-2013 KABUPATEN PIDIE

lingkungan sosial yang akan diidentifikasi mencakup demografi, sosial ekonomi, dan budaya masyarakat.

3. Mendeskripsikan dan mengukur dampak penting dari kegiatan yang berpotensi terhadap lingkungan sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat, baik positif maupun negatif.

4. Menganalisis kemungkinan pencegahan dan atau pengendalian terhadap dampak yang tidak dikehendaki dan meningkatkan dampak yang dikehendaki agar masyarakat r-ijendapatkan manfaat dari perubahan yang terjadi.

5. Memantau pelaksanaan pembangunan (untuk memantau dampak yang nyata dan terjadi) maupun strategi mitigasmya (untuk menentukan efektifitasnya).

5.6.2. Kegunaan Kegunaan Kegiatan Analisis Dampak Sosial.

1. Membantu pengambilan keputusan dalam pemilihan alternatif yang layak bagi pelaksanaan pembangunan dari segi lingkungan sosial ekonomi dan budaya

2. Mengintegrasikan pertimbangan lingkungan sosial dalam tahapan rencana kegiatan pembangunan.

3. Sebagai pedoman untuk kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan sosial.

4. Memberikan informasi bagi masyarakat untuk dapat memanfaatkan dampak positif dan menghindari dampak negatif yang mungkin timbul dad kegiatan pembangunan perumahan dan lingkungan.

Gambar

Tabel 3 : Jenis Kegiatan danlatau Usaha yang Perlu Dilengkapi dengan  AMDAL atau UKUUPL

Referensi

Dokumen terkait

Syok Hipovolemik Penurunan volume intravaskuler ↓curah jantung Perembesan cairan interstisial Aldosteron, ADH ↑ volume ↑ curah jantung Kehilangan cairan berlanjut ↓

Pengumuman kelima tim yang lolos seleksi berkas tanggal 08 November 2012 melalui telepon oleh panitia dan pengumuman melalui website : gema.sakti1@gmail.com Jika salah satu tim

Seringnya kesalahan dalam mendefinisikan postmatur diperlukan deteksi sedini mungkin untuk menghindari kesalahan dalam menentukan usia kehamilan.Jika Tp telah

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik UKM agroindustri di Kabupaten Bogor agar dapat diketahui gambaran atau kondisi aktual yang dihadapi pelaku usaha

Dalam penggunaan dana ZIS di BAZNAS Kabupaten Banyumas berdasarkan cross chek sudah optimal. Kegiatan pengumpulan/ penghimpunan, pendistribusian, dan pendayagunaan dalam

Keterangan: 1 : (misalnya) Kursus Sistem Akuntansi Perusahaan oleh Lembaga Akuntansi 2: (misalnya) Kursus Manajemen Perkantoran oleh Pusat Pelatihan Manajemen... PROGRAM

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Terkait hal di atas terdapat ulama yang mendukung adanya nabi perempuan, yang menolak adanya nabi perempuan, yang menyatakan ada nabi perempuan namun tidak ada