• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS NILAI MORAL DAN PENDIDKAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL SRI RINJANI KARYA EVA NOURMA DAN KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS NILAI MORAL DAN PENDIDKAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL SRI RINJANI KARYA EVA NOURMA DAN KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS NILAI MORAL DAN PENDIDKAN TOKOH UTAMA

DALAM NOVEL SRI RINJANI KARYA EVA NOURMA DAN

KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

JURNAL SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S1) Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

OLEH

MUANDA USMANA NIM. E1C113094

UNIVERSITAS MATARAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN BAHASA DAN SENI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 2020

(2)
(3)

ANALISIS NILAI MORAL DAN PENDIDKAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL SRI RINJANI KARYA EVA NOURMA DAN KAITANNYA DENGAN

PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

ABSTRACT

This study is titled "Analysis of Moral Values and Education of Main Characters in Sri Rinjani Novels by Eva Nourma and Kitan with Literary Learning in High School", which has the formulation of the problem of analyzing the moral values of the main character Sriri in the sri rinjani novel and the relation of the moral values of Sriri figures with the learning of Sriri in senior high school. The purpose of this research is to describe the results of the analysis of moral values and educational values contained in Sri Rinjani's novel and the relationship between the results of the analysis of moral values and educational values with the study of literature in high school. The research method used in this research is descriptive qualitative research. By using the data collection techniques used in this study using documentary studies, literature review and note taking techniques, the data analysis method used in this research is descriptive method. Furthermore, the link between the results of this research with literary learning, that is, this research can be used as a reference in literature learning. In accordance with the 2013 curriculum syllabus KD 4.1, namely interpreting the meaning of the text of the novel both orally and in writing. Sri Rinjani's novel can be used as teaching material in learning Literature.

(4)

ANALISIS NILAI MORAL DAN PENDIDKAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL SRI RINJANI KARYA EVA NOURMA DAN KAITANNYA DENGAN

PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Nilai Moral dan Pendidikan Tokoh Utama dalam Novel Sri Rinjani Karya Eva Nourma dan Kitannya dengan Pembelajaran Sastra di SMA”, yang memiliki rumusan masalah yakni anlisis nilai moral tokoh utama Sriri dalam novel sri rinjani dan kaitannya nilai moral tokoh Sriri dengan pembelajara di SMA. Tujuan penilitian untuk mendeskripsikan hasil analisis niali moral dan nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Sri Rinjani dan kaitan hasil analasis nilai moral dan nilai pendidikan dengan pembelajaran sastra di SMA. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Dengan meggunakan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kajian dokumenter, kajian pustaka dan teknik catat, metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Selanjutnya, kaitan hasil penelitian ini dengan pembelajaran sastra yakni penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam pembelajaran sastra. Sesuai dengan silabus kurikulum 2013 KD 4.1 yakni menginterpretasikan makna teks novel baik secara lisan maupun tulisan. Novel Sri Rinjani dapat dijadikan bahan ajar dalam pembelajaran Sastra.

(5)

1.1 Pendahuluan

Seorang pengarang menciptakan suatu hasil karya sastra tidak lepas dari pengalaman kenyataan yang terjadi dan ia alami dalam kehidupan sehari-harinya, baik itu pengalaman dirinya sendiri maupun pengalaman orang lain. Karya sastra dipandang sebagai refleksi zaman yang mewakili perkembangan dunia pengarang, tidak sebagai individu melainkan angootan masyarakat atau kelompok sosial tertentu. Karya sastra juga dipandang sebagai refleksi zaman yang dapat mengungkapkan aspek sosial, budaya, politik, ekonomi dan sebagainya.

Pandangan dunia pengarang merupakan produk interaksin antara pengarang dengan situasi disekitarnya. Pandangan dunia pengarang terbuntuk atas hubungan antara konteks sosial

dalam novel dengan konteks sosial kehidupan nyata dan latar sosial budaya pengarang dengan novel yang dihasilkan. Pandangan dunia pengarang akan dapat terungkap melalui tokoh problematiknya. Pandangan dunia bagi Goldman selalu terbayang dalam karya sastra agung, adalah abstraksi (bukan fakta empiris yang memiliki ekstensi objektif). Abstraksi itu akan mencapai bentuknya yang konkret dalam sastra. Oleh karena itu, pandangan dunia itu suatu bentuk kesadaran kolektif yang meawakili identitas kolektifnya, maka dia secara sahih dapat mewakili kelas sosialnya. Pandangan inilah yang mewakili struktur karya sastra (Endraswara mengutif pernyataan dalam Goldman dalam Cahyaningsih, 2003:57).

(6)

Karya sastra memiliki manfaat bagi pembacanya. Menurut Horace (Wellek & Warren dalam Setyawati, 2013) fungsi karya sastra adalah dulce et utile, yang berarti indah dan bermanfaat. Keindahan yang ada dalam sastra dapatmenyenangkan pembacanya, menyenangkan dalam arti dapat memberikanhiburan bagi penikmatnya dari segi bahasanya, cara penyajiannya, jalan ceritanya atau penyelesaian persoalan. Bermanfaat dalam arti karya sastra dapat diambil manfaat pengetahuan dan tidak terlepas dari ajaran-ajaranmoralnya.

Novel adalah salah satu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa yang mempunyai unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yang keduanya saling berhubungan karena berpengaruh dalam kehadiran sebuah karya sastra. Seperti halnya karya sastra lainnya,

novel juga dibentuk oleh berbagai unsur, diantaranya penokohan, plot/alur, latar/setting, sudut pandang dan tema. Semua unsur tersebut

dianggap penting dalam membangun sebuah karya yang utuh.

Karya sastra (novel) pada umumnya berisi tentang permasalahan yang melengkapi kehidupan manusia. Permasalahan itu dapat berupa permasalahan yang terjadi baik dalam dirinya sendiri maupun di dalam lingkungan sekitarnya. Artinya, karya sastra (novel) memiliki dunianya sendiri dan merupakan sebuah hasil dari pengamatan sastrawan terhadap kehidupan yang diciptakan itu sendiri dan berguna untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Setiap manusia memiliki watak, pengalaman, pandangan, dan

(7)

perasaan yang berbeda antara satu manusia dengan manusia yang lainnya.

Karya sastra merupakan hasil ciptaaan rekaan manusia bukan hanya memberikan hiburan tetapi juga memberikan nilai yang baik, baik itu nilai kehidupan mauapun moral. Sastra juga suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Dari hasil karya tersebut seorang pengarang akan dapat mengungkapkan dan mengekspresikan perasaan, pengalaman, dan semangat sebagai media dalam suatu bentuk yang menjadi lebih nyata.

Novel Sri Rinjanisangatlah berniali dan sangat menarik untuk dijadikan bahan kajian dalam penelitian ini. Novel ini berhasil mengangkat secara transparan warna local

kehidupan masyarakat Sasak yang tinggal di Lomok Timur dibagian selatan ke ranah sastra. Selain itu nilai yang terkandung dalam novel ini dapat dijadikan sebuah pegangan spiritual untuk mencapai masa depan yng lebih baik. Novel ini juga mampu menyadarkan kita bahwa perempuan Sasak mampu berperan lebih besar untuk memperbaiki masa depan dengan keyakinan dan perjuangan yang tiada henti untuk menggapai cita-cita di tengah kerasnya kehidupan.

Dewasa ini pembelajaran sastra kurang diperhatikan oleh para pengajar karena dianggap kurang perpotensi untuk mengembangkan berbahasa siswa. Nyatanya pembelajaran sastra berperan penting dalam membatu siswa untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih luas serta memperkayakosakata siswa dan menumbuhkan nilai-nilai

(8)

kehidupan yang terdapat pada pembelajaran sastra itu sendiri.

Dari penjelasan di atas, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis tokoh utama dalam Novel Sri Rinjani dan keterkaitan penokohan tersebut dengan pembelajaran sastra yang dapat diterapkan melalui cerminan tokoh utama tersebut, sehingga penelitian ini dirumuskan dalam Analisis Nilai Pendidikan Tokoh Utama dalam Novel Sri Rinjani dan Kaitannya dengan Aspek Pembelajaran Sastra di SMA. II. Metode Pengumpulan Data Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah merupakan cara pengumpulan data melalui sumber yang tertulis seperti buku-buku refrensi yang berkaitan dengan penelitian untuk memperoleh data.

Kajian Dokumenter

Kajian dokumenter adalah pengumpulan data dan informasi berdasarkan literatur yang berupa buku-buku sastra yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan.

Teknik Catat

Digunakan untuk memperoleh data dengan cara mencatat data-data setelah melakukan pembacaan yang menyeluruh yang berkaitan dengan nilai moral yang gterkandung dalam Novel Sri Rinjani.

III. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan pada tahap analaisis data penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif (Siswantoro dalam Nursihah, 2017). Peneliti sastra dituntut mengungkap fakta-fakta yang tampak atau data dengan cara memberi deskripsi. Fakta atau data merupakan

(9)

sumber informasi yang menjadi basis analisis.

Pembahasan

Nilai Moral dan Pendidikan dalam Novel Sri Rinjani

Nilai Moral

Secara erimologis, kata moral berasal dar kata mos dalam bahasa latin, bentuk jamakna mores, yang artinya adalah tatacara dan adat-istiadat. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1989; 592), moral-moral di artikan sebagai akhlak, budi pekerti atau susila, Secara terminologis, terdapat berbagai rumusan pengertia moral, yang dari segi subsansif materillnya tidak ada perbedaan, akan tetapi bentuk formalnya berbeda Widjaja (1985: 154) menyatakan bahwa moral adalah ajaran baik dan buruk tentang perbuatan dan kelakuan (akhlak).

“Sayup-sayup aku mendengar suara adzaan dari masjid yang

entah di mana. Segera aku bangun dri tempat tidurku untuk mengabil air wudhu kemudian sholat subuh…’’ (Eva Nourma,

2011:16)

Terlihat dari kutipan di atas menjelaskan bagaimana sebuah kebiasaan dan perbuatan baik yang di terapkan oleh Sriri yakni, bisa terbangun untuk melaksanakan sholat subuh tepat waktu menggambarkan bahwa ada moral yang baik dalam kutipan tersebut yang berdasarkan kebiasaan baik karena, tidak semua orang dapat bangun pada waktu subuh karena diwaktu itu banyak orang yang mash terlelap dalam tidurnya.

Nilai moral adalah sesuatu yang diwujudkan dalam bentuk perilaku,

(10)

bahwa moral mengacu pada akhlak yang sesuai dengan peraturan sosial, atau yang menyangkut dengan hukum, adat kebiasaan yang mengatur tingkah laku. Nilai moral juga dapat memaparkan baik atau buruknya seseorang dalam kehidupan bermasyarakat. Namun pada penelitian ini di fokuskan pada nilai moral yang ada di tokoh uatama saja. Nilai moral baik tokoh uatama atau Sriri terdapat pada kutipan berikut.

‘‘Setelah menimba air dari

sumur yang

dalamnya puluhan meter untuk mengisi bak mandi sampai penuh. Aku mengisi ember yang ada di

dapur untuk

keperluan ibu memasak. Sesuadah itu, aku lanjut untuk mengambil air untuk keperluan minum yang aku ambil dari mata air yang

berbeda. Tentu lebih jauh dari rumah. Belum menjauh dari rasa letih, aku harus segera pergi untuk menyabit rumput untuk kambing-kambing yang ayah tinggalkan pada kami sebai harta yang paling berharga untuk menyambung hidup selama ayah pergi…”(Eva

Nourma, 2011: 62-63)

Dapat di lihat pada kutipan di atas terkandung nilai moral yang di terapkan oleh Sriri sebagai mana ia sangat patuh terhadap orangtuanya. Kutipan di atas menggambarkan bahwa adanya nilai moral baik yang di gambarkan dari perilakunya sendiri yang selalu berusaha untuk meringankan beban dari kedua orang tuanya. Adapun pada kutipan berikut yang dapat menggamarkan moral baik Sriri pada ayahnya.

(11)

‘‘Ayah, aku tidak mau kuliah. Ijazah

SMA sudah

membuatku puas.

Kami hanya

mneginginkan ayah pulang…”

‘‘…Sriri, ayah sudah berjanji untuk menyekolahkanmu sampai kam bisa menjadi seorang guru sepeti cita-citamu dulu. Jadi kamu sabar. Tabung uang yang akan ayah kiriman bulan depan. Itu cukup untu kamu mendaftar kuliah…”( Eva Nourma, 2011: 73-75)

Pada kutiapan di atas menggambarkan bagimana sopannya Sriri tehadap ayahnya, ia berusaha menolak keinginan ayahnya hanya untuk meringankan beban ayahnya. Namun Sriri pun akhirnya menuruti keinginan ayahnya untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang perkuliahan

demi cita-citanya yang ingin merubah hidup keluarganya yang terjerat kemiskinan. Jadi kutipan di atas mengagambarkan moral yang baik yakni, selalu patuh terhadp orang tua dan mengajarkan kepada kita semua untuk selalu patuh dan hormat kepada orang tua. Adapun kutiapan selanjutnya yang menggambarkan betapa penurutnya Sriri kepada ibunya sehingga ia rela menikahi seorang laki-laki yang seharusnya ia panggil bapak. Semua itu yang ia lakuakan demi mengejar impian dan cita-citanya sekaligus ingin membahagiakan orang tuanya. Terdapat pada kutipan berikut.

“Sudahlah Sriri, jagan membantah ibu. Ibu tahu mana yang harus ibu lakukan

untukmembuat hidupmu bahagia.”

(12)

“ Aku tahu ibu tidak akan menyesatkan hidupku. Tapi tolonglah, ibu. Jangan membuat lubang kehancuran dalam lubang

hidupku. Ibu telah salah memilih cara membahagiakan anakmu ini.” (Eva Nourma, 2011: 181)

Terlihat dari kutipan di atas menggambarkan bahwa Sriri juga menampakkan moral yang baik yakni, Sriri yang sangat penurut dan patuh kepada ibunya meskipun ia di jodohkan dengan Pak Kamil yang seharusnya ia panggil ayah. Dengan demikian bisa di lihat dari kutipan-kutipan tersebut bahwa tokoh Sriri mempunyai moral baik yang digambarkan dari tindakannya yang sangat patuh dan penurut terhadap kedua orang tuanya. Adapun moral baik dan buruk yang

terkait dengan perbuatannya dapat di lihat pada kutipa berikut.

Nilai moral yang terkait dengan perbuatan dan perkataan baik Sriri terlihat dari prilaku Sriri memberikan pengertian kepada ayahnya. Terdapat pada kutipan berikut.

“…Tapi aku tidak mau meninggalkan ibu sendirian di desa Perigi, Ayah. Siapa yang membantu ibu bekerja di lading? Siapa juga yang akan menggurus kambing-kambing kita kalua aku tidak ada di rumah, Ayah?”

Terlihat dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa Sriri mempunyai moral baik yang di gambarkan dari sebuah perkataan yang berusaha untuk meringankan beban dari kedua orang tuanya, untuk memberikan pengertian kepada ayahnya dengan bermaksud

(13)

untuk tetap di rumah, dengan tujuan untuk tetap bisa membantu dan meringankan beban pekerjaan dari ibunya. Itulah yang di ungkapkan oleh Sriri kepada ayahnya melalui telpon.

Sriri kasihan dengan ayahnya. Terlihat

dari perilakunya yang mengurungkan niatnya untuk kuliah karena tidak mau memberatkan ayahnya dengan kondisi pekerjaannya sekarang. Perilakunya tersebut melukiskan nialli moral baik tokoh Sriri yang berupa rasa empati terhadap ayahnya, walaupun sebenarnya di hati kecilnya masih menyimpan keinginannya untuk melanjutkan kuliahnya, tapi tidak ingin menyusahkan ayahnya. Terlihat dalam kutipan berikut.

“Ayah, aku tidak mau kuliah. Ijazah SMA sudah membuatku puas. Kami hanya menginginkan ayah

pulang. Toh rumah kita sudah bagus. Kambing yang ayah tinggalkan dulu sudah berkembang biak dengan baik. Ayah pulang dan kita bisa hidup dari tanah kita sendiri. Kita hidup bahagia dari saripati negeri kita sendiri, ayah” (Eva Nourma, 2011: 73).

Terlihat dari kutipan di atas Sriri tidak mau menyusahkan orang tuanya. Terlihat ketika memutuskan untuk tidak ingin melanjutkan kuliahnya. Sriri meminta ayahnya untuk pulang dan bekerja di rumah saja, namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat ayahnya untuk terus bekerja di Negeri Jiran itu.

Adapun nilai moral yang terkait dengan perbuatan dan perkataan buruk Sriri juga terlihat dari prilaku Sriri.Terdapat pada kutipan berikut.

(14)

“Aku tidak mengerti apa yang bergelayut dalam benak ayah ketika memberi nama padauk. Nama anah yang tidak indah menurutku. Ketika duduk di sekolah dasar, teman-teman selalu mengejek karena namaku mungkin mereka anggap lucu, aneh dan tidak wajar…”(Eva Nourma, 2011 : 17).

Terihat dari kutipan di atas nilai moral tidak baik digambarkan dari perilaku Sriri yang sering menyalahkan ayahnya ketika dia diberikan nama yang dia anggap itu buknlah nama yang indah menurutnya, sehingga disetiap harinya dia merasa jengkel dengan ucapan dari teman-temannya yang selalu megejeknya dengan ungkapan nama yang jelek. Adapun prilaku Sriri yang buruk digambarkan dari ucapannya

belum bisa menerima dan mensyukuri keadaannya sebagai orang yang miskin, sehingga Sriri menganggap kesuksesan itu hanyalah untuk orang-orang yang kaya, bukan untuk orang-orang yang miskin terlihat pada kutipan berikut ini.

“…Iya, perempuan Sasak remaja yang bergelimangan

kemiskinan. Padahal tiada hari tanpa bekerja.

Hidup orang miskin memang berwarna satu. Ketiadaan. Kemiskinan selalu serupa dimana saja, diseluruh belahan dunia ini. Menyiksa dan menyengsarakan. Menjelang aku terlelap, terlintas dalam pikiran, jangan-jangan nenek meninggal karena miskin? Ah. Yang pasti karena usia tua.

Lamat-lamat aku mulai benar-benar merasa

sangat benci

kemiskinan…(Eva Nourma, 2011 : 57).

(15)

Terlihat pada kutipan di atas, dapat di simpulkan bahwa Sriri memiliki moral yang buruk yakni, dapat digambarkan dari kebiasaan buruknya yang masih belum bisa menerima keadanya sebagai orang yang terlahir dari berbagai kelurga yang bergelimangan dengan kemiskinan. Sehingga Sriri tetap menyalahkan sebuh keadaan dan kemiskinanlah yang menjadi paktor uatama yang membuat ayah dan neneknya meninggal dunia. Adapun perilaku buruk Sriri juga terlihat dalam kutipan berikut.

“…Saya baru tahu ayah mendiskusikan masa depan anaknya dengan orang lain.”.

“Aku menunjukan rasa tidak suka dengan sikap ayah. Karena bagiku, sikap itu bisa membuat kehormatan keluarga

dilecehkan oleh orang yang tidak berhati baik…”(Eva Nourma, 2011 : 79).

Terlihat pada kutipan di atas Sriri menggambarkan prilaku yang tidak baik terhadap Pak Kamil yang senantiasa berniat baik untuk membantu Sriri melanjukan sekolahnya. Sriri tetap saja menyalahkan ayahnya yang jauh itu membicarakan masadepan nya dengan orang lain tanpa sepengetahuan dari ibu dan dirinya. Dari situlah Sriri mencurahkan rasa ketidak sukaannya dengan ayahnya, karena Sriri tidak mau rasa hormat dari keluarganya di injak dan hancurkan oleh orang-oang yang tidak berhati baik.

Nilai Pendidikan

Pepper (dalam Soelaeman, 2005:35) menagatakan bahwa nilai adalah segala sesuatu tentang yang baik

(16)

atau yang buruk. Sejalan (2005) juga menambahkan bahwa nilai adalah suatu yang dipentingkan manusia sebgai subjek, menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk, sebagai abstraksi, pandangan aau maksud dari berbagai pengaaman dalam seleksi perilaku yang ketat.

Adler (dalam Amalia, 2010) mengartikan bahwa Pendidikan adalah sebagi proses diman seluruh kemampuan manusi dipengaruhi oleh pembiasaan yang baik untuk membantu orang lain dan dirinya sendiri untuk mencapai kebiasaan yang baik. Hakikat Pendidikan bertujuan untuk mendewasakan anak didik, maka seorang pendidik haruslah orang yang lebih dewasa, karena tidak mungkin dapat mendewasakan anak didik jika pendidikanya sendiri belum dewasa.

Secara etimologis, sastra juga berarti alat untuk mendidik (Ratna, 2009: 447). Masih menurut Ratna, lebih jauh dikaitkan dengan pesan dan muatannya, hampir secara keseluruhan karya sastra merupakan sarana-sarana etika. Jadinya antara pendidikan dan karya sastra (novel) adalah dua hal yang saling berkaitan.

Berdasarkan dari beberapa pendapat

di atas dapat dirumuskan bahwa nilai pendidikan merupakan segala sesuatu yang baik maupun buruk yang berguna bagi kehidupan manusia yang diperoleh melalui proses pengubahan sikap dan tata

laku dalam upaya mendewasakan diri manusis melalui upaya pengajaran.

Dihubungkan dengan ekstensi dan kehidupan manusia, nilai-nilai

(17)

Pendidikan diarahkan kepada pembentuk pribadi manusia sebagai makhluk individu, social, religious dan budaya. Nilai-nilai Pendidikan yang tersirat dalam berbagai hal mengembangkan masyarakat dengan berbagai dimensinya dan nilai-nilai tersebut mutlak untuk dihayati dan di resapi manusia sebab ia mengarahkan pada kebaikan dalm berpikir dan bertindak sehingga dapat memajukan budi pekerti serta pikiran.

Nilaipendidikan dapat

ditangkap manusia melalui berbagai ha l diantaranya melalui pemahaman dan penikmatan sebuah karya sastra. Sastra khususnya humaniora sangat berperan penting sebagai media dalam pentransformasian sebuah nilai termasuk halnya nilai pendidikan.

Berdasrkan dari beberapa pendapat di atas dapat dirumskan

bahwa nilai Pendidikan merupakan Batasan segala sesuatu yang mendidikan kearah kedewasaan, bersifat baik maupun buruk sehingga berguna bagi kehidupannya yang diperoleh dari peroses Pendidikan. Proses Pendidikan bukan berarti hanya dapat di lakukan dalam satu tempat dan satu waktu. Dihubungkan dengan eksistensi dan kehidupan manusia, nilai-nilai Pendidikan dapat diarahkakn pada pembentukan pribadi manusia sebagai makhluk individual, social, religious dan budaya. Nilai pendidikan adalah suatu yang diyakini kebenarannya dan mendorong orang untuk berbuat positif di dalam kehidupannya sendiri atau bermasyarakat.

Dari penjelasan di atas, nilai Pendidikan dapat dipaparkan dalam konsep diri yang berupa perkataan dan

(18)

perbuatan yang mempengaruhi an mendorong seseorang untuk berbuat baik antar sesama dalam kehidupan keluarga atau bermasyarakat terlihat pada kutipan tersebut.

“Sayup-sayup aku mendengar suara azan dari masjid yang entah di mana. Segera aku bangun dari tempat tidur untuk mengambil air widhu kemudian sholat subuh. Taklupa aku panjatkan untaian do’a yang kakek serta sebaris mimpi yang mudah-mudahan tidak berarti buruk untuk keluarga dan tentujuga untuk masa depanku

kelak”…(Eva Nourma, 2011 : 16).

Terlihat dari kutipan di atas, terdapat nilai Pendidikan yang berupa sebuah perbuat baik dari Sriri. Sriri yang sudah terlatih dan terbiasa dengan kehidupan dan kesehariannya yang

tidak lupa dengan sebuah keawajibannya sebagai umat islam untuk menjalani rutinitas untuk sholat pada tepat waktu. Hal tersebut terbentuk karena ada stimulus yang didapatkan oleh Sriri dari keluarga dan kehidupan dan lingkngannya sehingga Sriri tetpan bangun pada tepat waktu. Adapun nilai Pendidikan yang yang mendorong Sriri untuk tetap berpikir positif terlihat pada kutipan berikut.

“Namun begitulah aku, karena namaku Sri Rinjani. Di tengah

sepi semakin

memnganga. Di tengah kemiskinan terus meronta-ronta. Ingin kuburu mimpi berdendang dengan nyanyian cita-cita nyaka bak di depan mata. Meski sejatinya ak tampak jelas. Semua itu terlihat

disaat aku

memejamkan mata. Namun begitulah aku. Sekalipun tak tampak

(19)

apa yang berdenyut di hati, tetapi terekam dengan sempurna ilmu-ilmu yang akan kubuu demi sebuah cita-cita yang membuat terang jalanku. ”…(Eva Nourma, 2011 : 44-45).

Terlihat jelas pada kutipan di atas terdapat nilai Pendidikan yang dapat mendorong Sriri untuk berbuat baik dan positif. Sriri yang sangat berpegang teguh dengan keinginannya untuk memburu mimpi yang dia cita-citakan meskipun sebuah kemiskinan yang menjerat jalan untuk setiap langkahnya, Sriri tetap berusaha untuk mendapatkannya kareana mendapatkan motivasi dari keluarga dan orang tuanya untuk bida merubah jalan hidup keluarganya. Meskipun banyak cobaan yang di alami.

Sriri tetap pada pendiriannya yang sudah berjanji kepada ayahnya untuk menjadi seorang guru, seorang yang sukses dan terpandang. Sosok perempuan yang lahir dari keluarga yang miskin ingin menunjukkan kepada dunia bahwa tidak selamanya orang miskin itu akan tetap di tindas oleh kemiskinan. Pada kutipan ini sudah tampak jelas nilai Pendidikan yang dapat mendorong seseorang untuk selalu berbuat yang positif, baik dan selalu berjuang utuk mencapai cita-citanya. Nilai Pendidikan tersebuat terlahir dari kalangan keluarga Sriri yang sudah terbiasa dengan sebuah kemiskinan yang mengerogotinya. Dari situlah Sriri berpikir dan dan selalu berusaha untuk mendapatkan hal yang selama ini ia cita-citakan.

(20)

Kaitan Analisis Novel Sri Rinjani dengan Pembelajaran Novel di Sekolah

Pembelajaran Sastra merupakan sarana pengembangan nalar dan potensi secara intelektual dan emosional terhadap peserta didik. Pembelajaran sastra bertujuan untuk menanamkan nilai moral, sosial dan budaya kepada peserta didik. Salah satu pendidikan yang berhubungan dengan hal tersebut adalah pelajaran apresiasi sastra khususnya jenjang SMA yakni interpretasi novel.

Interpretasi adalah pemberian kesan, pendapat, atau pandangan teoretis terhadap sesuatu; tafsiran. Menginterpretasi makna teks pantun artinya memberikan tafsiran terhadap makna teks pantun. Tujuan interpretasi makna teks pantun adalah

meningkatkan pengertian atau pemahaman terhadap teks Novel.

Interpretasi teks novel bertujuan untuk memberikan pengertian dan makna noel. Setiap novel yang dibuat pastilah memiliki makna yang hendak dimengerti oleh pembacanya. Oleh karena itu, diperlukan interpretasi atau penafsiran agar makna tersebut sampai kepada pembaca. Pengertian dan makna novel didapat dalam proses membaca dan menulis.

Interpretasi bertujuan untuk melatih penggunaan perbendaharaan kata bahasa Indonesia. Dalam proses interpretasi, tentu melibatkan bahasa sebagai objek. Jika perbendaharaan bahasa baik, otomatis isi sebuah novel dapat mudah diinterpretasi atau ditafsirkan.

Interpretasi bertujuan untuk mengasah imajinasi. Imajinasi atau

(21)

daya khayal semakin terasah karena dalam proses interpretasi, Anda dituntut untuk berpikir dan mengira apa yang hendak disampaikan oleh pengarang. Selain itu, interpretasi bertujuan untuk memperkaya perbendaharaan kata bahasa Indonesia. Dalam proses mencari makna, kalian tentu menemukan kata baru yang harus diinterpretasi. Kata-kata tersebut menjadi input perbendaharaan kata bahasa Indonesia.

Menginterpretasi novel dituntut kepekaan, pikiran kritis, serta mampu membudidayakan nilai-nilai yang terkadung di dalamnya, sehingga peserta didik dapat mendalami sampai ke pemahaman terhadap karya sastra yang dipelajari. Karya sastra yang difokuskan dalam penelitian ini adalah novel yang merupakan salah satu materi pembelajaran sastra yang

diterapkan di SMA. Pembelajaran sastra di SMA khususnya pada kelas XII semester genap sesuai dengan Kurikulum 2013 (K13) KD 4.1 yang berbunyi “Menginterpretasikan makna teks novel baik secara lisan maupun tulisan”.

Dari hasil analisis ini siswa juga akan mengetahui sejauh mana lingkungan sosial sangat mempengaruhi perilaku seseorang.

Terkait dengan pembelajaran novel, pemilihan bahan ajar sangat menetukan kualitas pembelajaran. Pada kurikulum 2013 pemilihan bahan ajar dituntut harus sesuai dengan konteks, dan berhubung novel Sri Rinjani ini merupakan novel yang menceritakan warna lokal masyarakat suku Sasak dan pengarangnya merupakan asli dari suku Sasak, ini merupakan wujud konteks sosial budaya di daerah Lombok dan

(22)

diharapkan dapat meningkatkan minat peserta didik dalam mempelajari novel tersebut. Terlebih dalam hal menginterpretasikan, novel ini akan mampu membawa siswa pada penalaran bagaimana kondisi lingkungan sangat mempengaruhi perilaku masyarakat Sasak, seperti halnya perempuan Sasak yang diceritakan dalam penelitian ini. Kemampuan interpretatif peserta didik akan meningkat, serta mampu memaknai novel berdasarkan perilaku-perilaku yang dapat dicontoh dari tokoh Sriri terutama perilaku-perilaku dalam menyikapi berbagai situasi.

Novel merupakan bahan ajar yang diterapkan di SMA. Bahan ajar ini sesuai dengan kurikulum 2013 di tingkat SMA dengan langkah pengembangan dan penjabaran sebagai berikut.

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar (Kunandar, 2011: 244).

Sedangkan silabus menurut Yulaelawati adalah seperangkat rencana serta pengaturan pelaksanaan pembelajaran dan penilaian yang disusun secara sistematis, memuat tentang komponen-komponen yang saling berkaitan dalam mencapai penguasaan kompetensi dasar.

Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, materi

(23)

pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar (Trianto, 2010:96). Berikut langakah pengembangannya.

1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Mengkaji SK dan KD mata pelajaran sebagaimana tercantum pada Standar Isi. 2. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran. Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian KD. 3. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran. Kegiatan

pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik dalam rangka pencapaian KD.

4. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi. Indikator merupakan penanda pencapaian KD. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.

5. Menentuan Jenis

Penilaian. Penilaian pencapaian kompetensi dasar siswa dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dalam bentuk tertulis.

6. Menentukan Alokasi

Waktu. Penentuan alokasi waktu pada setiap KD didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu. Alokasi waktu merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai KD yang dibutuhkan oleh siswa yang beragam.

7. Menentukan Sumber

(24)

didasarkan pada SK dan KD serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. Daftar Pustaka

Azis, Anwar. 2012. Analisi Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel Negeri 5 Menara Karya A. Fuadi. Skripsi.

Kerti, Wayan. 2018. Sastra Sebagai Media Pendidikan. Jurnal Universitas Darul Ulama Jombang

Maulana, Dasef. 2015. Tipe Kepribadian pada Tokoh Utamadalam Novel Daunyang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin Karya Tere Liye dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra di SMA. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah.

Mardiani, Yuni. S. 2016. Penokohandalam Novel Rembang Jingga Karya Tj. Oetorodan Dwiyana Premadi Serta Ranangan Pemelajaran Sastra di SMA. Skripsi Universitas Lampung.

Moleong. 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Novilita, Hariana. 2013. Konsep diri

dan Kemandirian dalam Belajar

Nurgiyantoro. 2012. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Nuranisah, Siti. 2014. AspekMotivasidalam Novel Rantau 1 MuaraKarya Ahmad Fuadi; TinjauanPsikologi Sastra danImpelementasinyadala m Pembelajaran Sastra di SMA. Skripsi Universitas Mataram.

Nursihah, Tuti. 2018. Prilaku Tokoh Sriridalam Novel Sri Rinjani Karya Eva Nourma: Kajian Psikologi Behavior Skinner dan Kaitannya dengan Pembelajaran Sastra di SMA. Skripsi Universitas Mataram.

Oktavia, Maya. 2016. Kepribadian Pada Tokoh dalam Novel Ridu Karya Tere Liye dan Relevansinya Terhadap Pembelajaran Sastra di SMA. Skripsi Universitas Lampung.

Rahmayanti, Vina. 2016. Pengaruh Minat Belajar Siswa dan

(25)

Persepsi Atas Upaya Guru dalam Memotivasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa SMP di Depok. Jurnal Skripsi Universitas Indraprasta PGRI.

Riduwan. 2010. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Setiawati, Elyana. 2013.AnalisiNliai Moral dalam Novel Surat Kecil untuk Tuhan Karya Agnes Davonar (Pendekatan Pragmatik). Skripsi Universitas Yogyakarta.

Sunhaji. 2014. Konsep Manajemen Kelas dan Implikasinya dalam Pembelajaran. Suryanto, Adi. 2013. Pesan Moral

Mencari Buku Pelajaran Karya Maman Mulyana. Skripsi Universitas Muhammadiyah

Purwokerto.

Tindaon, Y. A. 2002. Pembelajaran Sastra Sebagai Salah Satu Wujud Impelementasi Pembelajaran

Berkarakter.

Wulandari, R. A. 2015. Sastra dalam Pembentukan Karakter Siswa. Universitas Negeri Medan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan aspek moral tokoh utama yang bernama Wisnu dalam novel Alif karya Taufiqurrahman Al-Azizy meliputi (1) kejujuran ditujukkan

Konflik batin tokoh utama dalam novel Bidadari Tak Bersayap karya. Budi Satrio tinjauan

Defense Mechanism Tokoh Utama dalam Novel Piwelinge Puranti Karya Tiwiek SA (Sebuah Pendekatan Psikologi Sastra). Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni

yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul Kepribadian Tokoh Utama Dalam Novel 2 Karya Donny Dhirgantoro: Tinjauan

Objek penelitian sastra adalah pokok atau topik sastra (Sangidu, 2004:61). Objek penelitian ini adalah konflik batin tokoh utama dalam novel Manjali dan Cakrabirawa karya

Berdasarkan analisis psikologi sastra, konflik batin tokoh utama dalam novel Pusparatri karya Nurul Ibad meliputi: (1) konflik mendekat-menjauh, yaitu konflik batin

Berdasarkan analisis psikologi sastra, konflik batin tokoh utama dalam novel Pusparatri karya Nurul Ibad meliputi: (1) konflik mendekat-menjauh, yaitu konflik batin

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa moral tokoh utama dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata meliputi aspek moral ditinjau dari aspek