• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pelaksanaan Perawatan Metode Kanguru (PMK) Dengan Kejadian Hipotermi Pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Pelaksanaan Perawatan Metode Kanguru (PMK) Dengan Kejadian Hipotermi Pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

466

HUBUNGAN PELAKSANAAN PERAWATAN METODE KANGURU

(PMK) DENGAN KEJADIAN HIPOTERMI

PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

Hj. Nurlaila1), Rahmawati Shoufiah3), Sri Hazanah3)

1)Jurusan Kebidanan, 2,3) Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim rshoufiah@gmail.com

Abstract. The incidence of LBW infants is still high and the risk of experiencing hypothermia which have an impact on infant mortality so that the need for comprehensive care to prevent hypothermia in infants of low birth weight among others through Kangaroo Care is more effective and efficient but the successful implementation of the FMD affected by the mother in order to implement FMD baby does not have hypothermia. The purpose of this study was to determine the relationship of the implementation of FMD with hypothermia on LBW incidence in hospitals Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan. This research is descriptive analytic cross-sectional study design. Sampling was carried out with accidental sampling technique by 30 respondents. Univariate analysis with frequency distribution and bivariate analysis with ANOVA statistical test at significance level α of 0.05. The results showed a significant relationship between the implementation of FMD with events hypothermia seen from p value of 0.000. Suggestions Kanujoso Djatiwibowo Hospital to evaluate the execution of FMD and complementary infrastructure, nurses to motivate mothers and families in implementing FMD.

Keywords: Low Birth Weight Babies (LBW), Hypothermia, Kangaroo Care (FMD)

Abstrak. Angka kejadian BBLR masih tinggi dan beresiko bayi mengalami hipotermi yang berdampak pada kematian bayi sehingga perlu adanya perawatan yang komprehensif untuk mencegah terjadinya hipotermi pada bayi BBLR. Metode Kanguru merupakan salah satunya metode perawatan yang lebih efektif dan efisien, akan tetapi keberhasilan pelaksanaan PMK dipengaruhi oleh ibu dalam melaksanakan PMK agar bayi tidak mengalami hipotermi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pelaksanaan PMK dengan kejadian hipotermi pada BBLR di RSUD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik accidental sampling sebanyak 30 responden. Analisa univariat dengan distribusi frekuensi dan analisa bivariat dengan uji statistik ANOVA pada taraf signifikan α 0,05. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pelaksanaan PMK dengan kejadian hipotermi dilihat dari nilai p value 0,000. Saran RSUD Kanujoso Djatiwibowo melakukan evaluasi terhadap pelaksanaaan PMK dan melengkapi sarana dan prasarana, perawat memberikan motivasi kepada ibu dan keluarga dalam melaksanakan PMK,

Kata kunci : Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), Hipotermi, Perawatan Metode Kanguru (PMK)

PENDAHULUAN

Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia menurun lambat dari 65,4% pada tahun 1987 menjadi 45,7% pada tahun 2007 dan pada tahun 2010 menjadi 41%. Sementara angka kematian di Vietnam (38%), Filipina (36%), Thailand

(30%), Malaysia (11%), Singapura (5%). Angka Kematian Neo-natal di Indonesia sebesar 47% dari ang-ka kematian bayi dan 3.5% dari kematian neonatal yang disebabkan hipotermi (Diosko, 2013).

(2)

467

Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadai dan dapat dengan cepat kedinginan jika ke-hilangan panas tidak segera dicegah. Bayi yang mengalami kehilangan panas (hipo-termia) berisiko tinggi untuk jatuh sakit atau meninggal jika bayi dalam keadaan basah dan tidak diselimuti mungkin akan mengalami hipotermia meskipun berada dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi prematur atau berat badan rendah sangat rentan terhadap terjadinya hipoter-mia (Agnes, 2009).

Metode Kanguru adalah metode pera-watan dini dengan sentuhan kulit antara ibu dan bayi baru lahir dalam posisi kanguru. Pelaksanaan perawatan metode kanguru dilakukan pada semua bayi-bayi kecil, ada dua cara yaitu PMK (Perawatan Metode Kanguru) intermiten (sewaktu-waktu) adalah perawatan pada bayi-bayi yang masih terpasang infuse, oksigen dan masih dalam perawatan inkubator dilakukan selama 1-2 jam sedangkan PMK kontinu (terus menerus selama 24 jam/ hari) dilakukan pada bayi-bayi yang sudah stabil tanpa infuse, oksigen dan bayi aktif, reflek isap baik serta ibu mendukung dila-kukan PMK (Efar, 2008).

Keberhasilan pelaksanaan metode kanguru sangat dipengaruhi oleh du-kungan ibu dalam melaksanakan PMK, ibu yang melaksanakan PMK dengan baik akan berdampak pada peningkatan suhu tubuh bayi dan terhindar dari kejadian hipotermi (Nurohman, 2008). Ditambahkan pula oleh Boy (2007) bahwa perilaku ibu dalam melaksanakan PMK akan sangat membantu pening-katan suhu tubuh bayi dan menghindari

terjadinya hipotermi. Pelekatan bayi BBLR pada ibu selama 24 jam akan membantu suhu tubuh bayi tetap stabil karena ibu mengkondisikan tempat yang sama dengan kondisi pada rahim ibu tapi banyak ibu-ibu post partum yang tidak melaksanakan PMK ini dengan baik dan menyebabkan bayi mengalami hipotermi. RSUD dr Kanujoso Djatiwibowo ada-lah Rumah Sakit rujukan untuk wilayah Balikpapan Samboja, Handil dan Penajam Paser Utara untuk bayi-bayi dengan berat badan lahir rendah dan merupakan satu-satunya rumah sakit di Kalimantan Timur yang melaksanakan

Kangaroo Mother Care Continue sejak

tahun 2008 (RSUD Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan, 2013).

Berdasarkan data ruangan

Bougenvil (Bayi/ Perinatologi) dan NICU di RSUD dr Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan pada tahun 2013 terdapat 461 BBLR (21,04%) dengan berat badan 1000-2500 gram dari 2191 persalinan baik Seksio Sesaria dan persalinan pervagina. Dari 461 BBLR tersebut sebanyak 124 bayi adalah bayi rujukan dari rumah sakit lain baik dalam kota maupun luar kota Balikpapan. Dari data tersebut sebanyak 413 bayi (89,65) dilakukan PMK continue dan tercatat 98 bayi (46%) mengalami hipotermi (Data Pokja Perinatologi RSUD Balikpapan, 2013).

Studi pendahuluan yang peneliti lakukan melalui wawancara dengan pe-tugas kesehatan mengenai pelaksanaan PMK diperoleh informasi bahwa dalam pelaksanaannya masih terdapat kendala yang bersumber pada ibu.

(3)

468

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, peneliti tertarik untuk melakukan pene-litian tentang hubungan pelaksanaan PMK dengan kejadian hipotermi pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di

Rumah Sakit Umum Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2014. Tujuan Penelitian ini adalah untuk

mengetahui hubungan pelaksanaan

PMK dengan kejadian hipotermi pada Bayi Be-rat Lahir Rendah (BBLR) di

Rumah Sakit Umum Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2014.

METODE

Penelitian ini menggunakan pende-katan kuantitatif dengan jenis penelitian

deskriftif analitik dengan rancangan

pene-litian cross sectional. Populasi

dalam pe-nelitian ini adalah seluruh ibu bersalin di RSUD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan. Pengambilan sampel

meng-gunakan metode accidental sampling.

Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan pada bulan Maret - April 2014.

Analisa data secara univariat untuk variabel pelaksanaan PMK digunakan dis-tribusi frekuensi, sementara untuk variabel hipotermi menggunakan nilai Mean, Me-dian, Modus dan Standar

Deviasi. Analisa bivariat untuk

mengetahui hubungan pe-laksanaan

PMK dengan hipotermi meng-gunakan rumus Analisis Varians (ANAVA)

HASIL PENELITIAN Analisa Univariat

Kejadian Hipotermi

Hasil pengukuran suhu badan pada bayi baru lahir diperoleh data nilai rata-rata (mean) 36.123, nilai median 37, nilai standar deviasi 1,0341, nilai standar error 0,1888, nilai minimum 34,5 dan nilai maksimum 37,5.

Pelaksanaan PMK

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa dari 30 responden, sebanyak 11 orang (36,7%) melaksanakan PMK dengan baik dan 19 orang (63,3%) melaksanakan PMK tidak baik.

Tabel 1. Hasil Pengukuran Kejadian Hipotermi pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Berdasarkan Pelaksaan PMK di Rumah Sakit Umum Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2014

Hipotermi N Mean Median Modus Standar

Deviasi Standar Error Minimum-Maksimum Hipotermi 30 36,123 36,300 37 1,0341 0,1888 34,5 – 37,5

(4)

469

Tabel 2. Hasil Pengukuran Hipotermi Berdasarkan Pelaksanaan PMK di Rumah Sakit Umum Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2014

No. Pelaksanaan PMK Frekuensi Mean SD Std Error 95% CI 1. 2. Baik Tidak Baik 11 19 37,082 35,568 0,1991 0,9025 0,0600 0,2070 36,948 – 37,216 35,133 – 36,003 Jumlah 30 36,123 1,0341 0,1888 35,737 – 36,509

Tabel 3. Analisis ANOVA Hubungan Pelaksanaan PMK dengan Kejadian Hipotermia Pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2014

Sumber Keragaman

Jumlah

Kuadrat df

Rata-rata

Kuadrat Fhitung P value

Antar Grup 15,956 1 15,956 29,671 0,000

Dalam Grup 15,057 28 0,538

Total 31,014 29

Analisis Bivariat

Tabel 2 menjelaskan bahwa

rata-rata suhu bayi pada ibu yang

melaksanakan PMK dengan baik adalah 37,082, nilai standar deviasi = 0,1991 dan nilai standar error 0,0600 dengan 95% CI antara 36,948 – 37,216, sedangkan pada ibu yang melaksanakan PMK tidak baik nilai rata-rata adalah 35,568, nilai standar deviasi 0,9025 dan nilai standar error 0,2070 dengan 95% CI antara 35,133 – 36,003. Setelah dilihat nilai suhu masing-masing kata-gori, maka selanjutnya dapat dilakukan pengujian ANOVA pada tabel 3.

Berdasarkan hasil analisis bivariat menggukan rumus ANOVA diperoleh hasil nilai F hitung 29,671 > F tabel (1, 28) 4,196 dan nilai p value 0,000 < α 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ter-dapat hubungan yang signifikan

antara pelaksanaan PMK dengan

kejadian hipotermi pada bayi berat lahir rendah di (BBLR) di Rumah Sakit Umum Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2014.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan

terdapat pengaruh yang signifikan antara pelaksanaan PMK dengan hipotermi pada bayi baru lahir dengan nilai p value 0,000 < α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik pelaksanaan PMK semakin baik suhu bayi BBLR.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa pada kelompok ibu yang melaksanakan PMK dengan baik tidak ada bayi yang menderita hipotermi sebaliknya pada ibu yang tidak melak-sanakan PMK dengan baik sebagian besar bayinya mengalami hipotermi

(5)

470

sehingga hal ini menegaskan bahwa ibu yang melaksanakan PMK tidak baik lebih beresiko bayinya me-ngalami hipotermi dibandingkan dengan ibu yang melak-sanakan PMK dengan baik. Walaupun demikian pelaksanaan PMK bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi terjadinya hipotermi pada bayi karena masih ada faktor lain yang turut mempengaruhi. Hal ini dapat dilihat pada kelompok ibu-ibu yang melaksanakan PMK dengan tidak baik tetapi bayinya tidak mengalami hipotermi, faktor lain yang turut mempengaruhinya adalah peran petugas kesehatan yang cepat tanggap dan kelengkapan sarana pra-sarana sehingga meskipun ibu tidak baik

dalam melaksanakan PMK tetapi

bayinya tidak hipotermi selain itu faktor kondisi bayi yang stabil dan keadaan

umum baik sehingga bayi tidak

mengalami hipotermi.

Hasil uji analisis menunjukkan

adanya perbedaan yang nyata suhu tubuh bayi baik pada kelompok ibu yang melak-sanakan PMK dengan baik dan kelompok ibu yang melaksanakan PMK tidak baik, hal ini dapat dilihat dari nilai

rata-rata kelompok ibu yang

melaksanakan PMK dengan baik adalah 37,082 yang menunjukkan bahwa rata-rata suhu tubuh bayi pada kelompok ibu yang melak-sanakan PMK dengan baik tidak ada yang menderita hipotermi yaitu

apabila suhu bayi < 36,50 sementara

pada kelompok ibu yang melaksanakan PMK tidak baik memiliki nilai rata-rata 35,508 yang menunjukkan bahwa pada kelompok ibu yang melaksanakan PMK tidak baik, bayi mengalami hipotermi karena suhu bayi < 36,50. Nilai standar

deviasi pada kelompok ibu yang

melaksanakan PMK dengan baik adalah 0,1991 sementara pada kelompok ibu yang melaksanakan PMK tidak baik adalah 0,9025, berdasarkan data ter-sebut dapat dilihat bahwa nilai standar deviasi pada kelompok yang melaksa-nakan PMK baik lebih kecil dibandingkan nilai standar deviasi pada kelompok yang melaksanakan PMK tidak baik.

Hal ini menunjukkan bahwa pada kelompok ibu yang melaksanakan PMK dengan baik memiliki rentang nilai yang kecil dilihat dari nilai minimum dan maksimum yaitu 36,8–37,5 sementara pada kelompok ibu yang melaksanakan PMK tidak baik memiliki rentang nilai yang lebih lebar dilihat dari nilai minimum dan maksimum yaitu 34,5– 37,5, artinya pada kelompok ibu yang melaksanakan PMK dengan baik suhu tubuh bayi lebih stabil dibandingkan dengan suhu tubuh bayi pada kelompok ibu yang melaksanakan PMK tidak baik. Nilai Standar error pada kelompok ibu yang melaksanakan PMK baik adalah 0,0600 sementara pada kelompok ibu yang melaksanakan PMK tidak baik adalah 0,2070 berarti nilai standar error kelompok baik lebih kecil dibandingkan dengan standar error kelompok tidak baik, nilai standar error bertujuan untuk

menjelaskan ketepatan perkiraan

estimasi untuk menjelaskan variable terikat dalam hal ini adalah hipotermi, berdasarkan tujuan tersebut, hal tersebut menjelaskan bahwa nilai ketepatan estimasi pada kelompok ibu yang me-laksanakan PMK tidak baik memiliki resiko yang lebih besar bayinya meng-alami hipotermi dibandingkan kelompok ibu yang melaksanakan PMK dengan baik.

(6)

471

Hasil penelitian ini memberikan gambaran pentingnya dukungan ibu da-lam melaksanakan PMK sesuai dengan tahapan-tahapan pelaksanaan PMK se-hingga bayi BBLR terhindar dari hipo-termi yang dapat berdampak pada kesakitan atau kematian bayi. Menurut peneliti masih kurangnya dukungan dari ibu disebabkan karena kurangnya sara-na dan prasarasara-na yang ada di ruang perinatology dimana dalam ruangan ter-sebut tidak disediakan televisi ataupun sumber-sumber informasi lainnya seperti buku atau majalah sehingga ibu tidak jenuh dalam melaksanakan PMK karena ibu dapat selalu menempelkan bayinya di dada sambil menonton televisi atau-pun majalah selain itu ruangan yang terlalu sempit sementara diisi oleh 2 orang sehingga kurang memberikan pri-vacy kepada ibu karena keluarga juga tidak bisa leluasa untuk membantu ibu menggantikan melaksanakan PMK kare-na sebekare-narnya suami atau orang tua boleh menggantikan posisi ibu pada saat ibu merasa lelah. Hal inilah yang menye-babkan ibu tidak baik dalam melak-sanakan PMK.

KESIMPULAN

Ada hubungan pelaksanaan PMK de-ngan kejadian hipotermi pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2012 dengan nilai p value 0,000 < α =0,05 dan nilai Fhitung

29,671 > Ftabel = 4,20.

DAFTAR PUSTAKA

Agnes, 2009, Penatalaksanaan Bayi

Hipotermi, http//www.pdpersi.com, diakses: 12/7/2013

Anik, Maryunani, 2009, Perawatan

Metode Kanguru,

http//www.infokes.com, diakses:

12/6/2013

Arikunto,S, 2006, Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi Keempat), PT. Rineka Cipta, Jakarta

Azwar, Saifuddin, 2004, Sikap Manusia,

Teori dan Pengukurannya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Bangun Lubis, 2005, Hipotermi, http//

infokes.com, diakses: 12 Maret 2014

Boy, Simorangkir, Faktor-faktor yang

mempengaruhi pelaksanaan

metode kanguru di rumah sakit,

(online), http//www.pdpersi.co.id,

diakses: 12 Juni 2013

Depkes RI, 2007, Penatalaksanaan Bayi

Sakit, Jakarta

, 2009, Asuhan Ibu Post

Partum, http//www.google.com,

diakses: 12 Maret 2014

Diosko, 2010, Angka Kematian Bayi,

http//www.pdpersi.com, diakses: 12 Juli 2013

Efar, Pustika, 2008, Buah hati harapan

kita, (online)

(http//buah-hati-harapan /blogspot.com, diakses: 14 Juni 2013

Hastono, 2006, Analisis Data, Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta

Johan, 2006, Gambaran Pengetahuan

Ibu Tentang Hipotermi,

http//jurnalskripsi. com, diakses:

23/8/2013

Naufal, Ady, 2009, Gambaran

penge-tahuan ibu hamil tentang metode

(7)

472

(online).http//addy1571.wordpress.com. diakses: 14 Juni 2013

Notoatmodjo, Sukidjo, 2005. Metodologi

Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta

Nursalam, 2001, Pendekatan Praktis

Me-todologi Riset Keperawatan,

Jakarta

Nurrohman, 2008, Keperawatan Bayi

BBLR, http//www.wordpress.com,

diakses: 12/7/2013

Perinatologi, 2010, Panduan

Pelaksanaan PMK di Rumah Sakit, Jakarta

Refarat, 2011, Asuhan

Kegawatdaruratan dan penyakit

pada neonatus (http.// Batavia.co.id, diakses: 20 Juni 2013

Saifuddin, 2006, Hipotermi, http//www.

pdpersi, com, diakses: 23/7/2013

Setyowati, Titik, About midwifery,

(online), Trans Info Media, Jakarta

Surivian, 2009, Metode Kanguru untuk

merawat bayi premature, (online) (http//belajarkesehatan.wordpress.c

om/2009/04/19-Kanguru, diakses:

Gambar

Tabel  2.  Hasil  Pengukuran  Hipotermi  Berdasarkan  Pelaksanaan  PMK  di  Rumah  Sakit Umum Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2014

Referensi

Dokumen terkait

terdapat pengaruh lingkungan kerja yang signifikan terhadap kinerja pegawai Bank Intan Jabar (BIJ) Garut, yang ditunjukan dari hasil uji parsial dari koefisien korelasi parsial,

Kegiatan kedua dalam pengabdian kepada masyarakat adalah pelaksanaan pelatihan pencatatan data penjualan pada Microsoft Excel. Kegiatan pengabdian tahap kedua merupakan

Adanya sinergitas antara Presiden, DPR, serta Jaksa Agung sejatinya merupakan satu-satunya solusi utama penegakkan keadilan terkait kasus pelanggaran HAM, terlebih

Terkait dengan mekanisme constitutional complaint setiap tahunnya terhadap surat-surat maupun permohonan yang diterima oleh Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi sejak tahun 2005,

Menimbang, bahwa hakim tingkat pertama dalam pertimbangannya menyatakan bahwa terhadap satu petak kedai kontrakan di Pasar Lubuk Alung dan perhiasan emas lebih kurang

Tidak hanya itu saja, ancaman teroris juga menjadi isu yang sangat serius di kawasan ASEAN jadi diharapkan dengan adanya Komunitas Politik dan Keamanan

Perlu adanya upaya untuk meningkatkan kepatuhan pasien stroke di Puskesmas Pucang Sewu Surabaya dengan memberikan pengetahuan mengenai penyakit stroke serta informasi

Laporan Keberlanjutan tahun 2017 merupakan laporan keberlanjutan ke-11 yang diterbitkan oleh PT Bukit Asam Tbk (selanjutnya disebut sebagai PTBA atau Perseroan) dan kami