• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP PERUBAHAN SUHU TUBUH BAYI BARU LAHIR DI BPM Y KOTA BUKITTINGGI TAHUN 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP PERUBAHAN SUHU TUBUH BAYI BARU LAHIR DI BPM Y KOTA BUKITTINGGI TAHUN 2013"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Prima Nusantara Bukittinggi Vol.4 No.2 Juli 2013 48 PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP PERUBAHAN SUHU

TUBUH BAYI BARU LAHIR DI BPM “Y” KOTA

BUKITTINGGI TAHUN2013

1,* Yeltra Armi, 2Evi Susanti

1,2

STIKes Prima Nusantara Bukittinggi *e-mail : yeltraarmi@gmail.com

Abstract

The majority of newborns are born normal and healthy, the baby does not require internention after delivery, in addition to dried with a towel warner and perform skin contact with their mothers. Data obtained from dr. Achmad Mochtar Hospital in 2013, obtained the data that the incidence of hypothermia as much as 1.7%, the newborn as much as 2.6%, and asphyxia as much as 4.9%. One handling the heat loss (Hypothermia), one of them with early breastfeeding initiation (IMD). This study aims to determine whether there is influence of early breastfeeding inititiation to the prevention of hypothermia in newborns in BPM “Y” cities bukittinggi 2013. This research type is a quantitative research design is quasi experimental. The sampling method accidental sampling. Data collected by observation and paired t-test is komputerisasi. From data processing is done, p value=0,0001. Can be explained statistically significant relationship between the effects of early breastfeeding initiation to the prevention of hypothermia in newborns. This study shows that there is an increase in temperature after IMD. Expected to midwife later to IMD in newborns to avoid hypothermia.

Keywords: The Effect of early breastfeeding initiation, Changes in body temperature

Abstrak

Mayoritas bayi baru lahir terlahir normal dan sehat, bayi tersebut tidak memerlukan intervensi setelah pelahiran, selain dikeringkan dengan handuk hangat dan melakukan kontak kulit ke kulit dengan ibu mereka. Data yang diperoleh dari RSUD dr. Achmad Mochtar pada tahun 2014, didapatkan data bahwa kejadian hipotermia sebanyak 1,7%, bayi baru lahir sebanyak 2,6%, dan asfiksia sebanyak 4,9%. Salah satu penanganan kehilangan panas (hipotermi) salah satunya dengan melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui apakah ada pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap pencegahan hipotermi pada bayi baru lahir di BPM “Y” kota bukittinggi tahun 2015. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain penelitian secara quasi eksperimen. Cara pengambilan sampel dengan accidental sampling. Data dikumpulkan dengan cara observasi, dan uji paired t-test secara komputerisasi. Dari pengolahan data yang dilakukan, didapatkan nilai p= 0,001. Dapat di jelaskan secara statistic ada hubungan yang signifikan antara pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap pencegahan hipotermi pada bayi baru lahir. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada peningkatan suhu setelah dilakukan IMD. Di harapkan pada bidan nantinya untuk melakukan IMD kepada bayi baru lahir agar terhindar dari hipotermi.

Keywords: Pengaruh IMD, Suhu Tubuh

1. PENDAHULUAN

Tingkat kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu indikator di suatu negara. Angka kematian maternal dan

neonatal masih tinggi, salah satu faktor penting dalam upaya penurunan angka tersebut dengan memberikan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang

(2)

Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Prima Nusantara Bukittinggi Vol.4 No.2 Juli 2013 49 berkualitas keadaan masyarakat yang belum

terlaksana (Sarwono, 2010).

Berdasarkan penelitian WHO seluruh dunia, terdapat kematian bayi khususnya neonatus sebesar 4.000.000 jiwa/tahun. Kematian bayi tersebut terutama di Negara berkembang sebesar 99% dan 40.000 dari bayi tersebut adalah bayi di Negara Indonesia (Poltekes Pontianak, 2010).

Berdasarkan data Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menyebutkan angka kematian bayi (AKB) yaitu 32 per 1.000 kelahiran hidup. Namun angka kematian bayi (AKB) di Indonesia masih tetap tergolong tinggi jika di bandingkan dengan Negara-negara ASEAN seperti Singapura (3 per 1000 kelahiran hidup), Malaysia (10 per 1000 kelahiran hidup), Brunei Darussalam (8 per 1000 kelahiran hidup), Vietnam (18 per 1000 kelahiran hidup), dan Thailand (20 per 1000

kelahiran hidup). Beberapa penyebab

kematian bayi dikarenakan 29% Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), 27% asfiksia, 10% tetanus, 5% infeksi, 6% masalah hematologi, 10% masalah pemberian minuman, dan lain-lain sebanyak 27% (SDKI, 2012).

Bayi baru lahir disebut juga neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterine. (Dewi, 2011: h.1).

Di Kota Padang tahun 2012 bayi lahir hidup berjumlah 17.767 naik dibanding tahun 2011 sebesar 16.805 jiwa. Kasus bayi lahir mati adalah 64 bayi naik dibanding tahun 2012 sebanyak 35 bayi, dan untuk kematian umur 0-7 hari sebanyak 62 bayi (Dinkes Sumbar 2013).

Tujuan dari pembangunan MDGs ini juga tertuang dalam beberapa target, salah satunya adalah menurunkan angka kematian anak. Indikator keberhasilan target ini adalah menurunkan angka kematian bayi sebanyak 2/3 dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (Stalker, 2008).

Penelitian telah menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir akan menyebabkan kelainan- kelainan yang akan mengakibatkan cacat

seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya sebagai akibat hipotermi pada bayi baru lahir yang dapat mengakibatkan cold stress yang selanjutnya dapat mengakibatkan hipoksemia

atau hipoglikemia dan mengakibatkan

kerusakan otak (Prawirohardjo, 2006).

Kematian bayi baru lahir umumnya disebabkan oleh bblr, asfiksia, infeksi dan

hipotermi. Komalasari sari 2007

mengemukakan bahwa di Indonesia pada

periode 2005-2007 penurunan angka

kematian neonatal yakni kematian bayi umur <1 bulan masih rendah yaitu dari 28,8 per 1000 kelahiran hidup menjadi 15 per 1000 kelahiran hidup (Komalasari, 2007).

Mayoritas bayi baru lahir terlahir normal dan sehat, bayi tersebut tidak memerlukan

intervensi setelah pelahiran, selain

dikeringkan dengan handuk hangat dan melakukan kontak kulit ke kulit dengan ibu mereka. Meskipun kelahiran dan persalinan berjalan lancar, bayi masih perlu diamati pada saat ini untuk memastikan bahwa pernapasan normal, suhu tubuh stabil, serta bayi aktif dan responsif (Fraser, 2011).

Pada keadaan normal, suhu tubuh bayi lahir mempunyai nilai variasi normal tergantung waktu pengukuran. Suhu tertinggi didapat saat sore menjelang malam hari antara pukul 17.00-19.00 WIB dan suhu terendah didapat saat tengah malam menjelang subuh antara pukul 02.00-06.00 WIB (Wiwik, 2010, p.4).

Bayi menjalani berbagai perubahan biologis selama jam dan hari pertama setelah lahir. Walaupun kebanyakan bayi dapat menjalani penyesuaian yang dibutuhkan untuk hidup diluar rahim, tanpa banyak kesulitan, tetapi kesehatannya tergantung pada perawatan yang diterimanya (Jensen, 2005).

Menurut Kemenkes RI 2012, sesuai target MDG’s, AKB harus diturunkan sampai 23 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Pada tahun 2007 Angka kematian bayi di sumatera barat pada tahun 2007 sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2012 menurun sebesar 27 per 1000 kelahiran hidup (Kemkes, 2012).

Salah satu penanganan kehilangan panas (hipotermi) salah satunya dengan melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Inisiasi Menyusu Dini merupakan gambaran bahwa

(3)

Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Prima Nusantara Bukittinggi Vol.4 No.2 Juli 2013 50 IMD bukan program ibu menyusui bayi,

tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri putting susu ibu. Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan

bayi yang baru lahir di dada ibunya dan

membiarkan bayi ini merayap untuk

menemukan putting susu ibu untuk menyusu. IMD harus dilakukan langsung saat lahir,

tanpa boleh ditunda dengan kegiatan

menimbang, memandikan, mengukur atau pemberian vitamin K dan obat tetes mata. Bayi juga tidak boleh dibersihkan, hanya dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harus berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu. Biarkan bayi di dada ibu selama 1 jam bahkan sampai dapat menyusu sendiri (Muslihatun, 2010).

Orang dewasa dapat menghasilkan panas dari menggigil, sementara bayi baru lahir menggunakan termogenesis non-menggigil

dengan menggunakan cadangan lemak

cokelat mereka. Selama metabolism lemak cokelat, oksigen dikonsumsi dan hal ini dapat menyebabkan perubahan pola pernapasan, biasanya meningkatkan frekuensinya. Selain itu, bayi mungkin akan terlihat pucat dan bercak-bercak dan mungkin tidak mau menyusu (Fraser, 2011).

Kulit ibu bersalin berfungsi sebagai incubator, karena lebih hangat dari pada kulit ibu yang tidak bersalin. Secara otomatis dapat mempengaruhi suhu bayi baru lahir yang rentan mengalami kehilangan panas. Ini berarti, dengan IMD resiko kehilangan panas (hipotermi) pada bayi baru lahir yang akan menimbulkan kematian dapat dikurangi (Muslihatun, 2010).

Namun pada kenyataannya, tidak semua bayi baru lahir memiliki kesempatan untuk melakukan IMD, bayi langsung dibungkus kain hangat dan terkadang terpisah dari sang ibu. Padahal IMD merupakan salah satu program yang gencar dianjurkan oleh pemerintah, karena banyak manfaat yang diperoleh dari IMD.

Berdasarkan survei awal yang telah di lakukan peneliti di 2 tempat yaitu BPM “Y” didapatkan data bahwa setiap bayi baru lahir dilakukan IMD, sedangkan data yang diperoleh dari RSUD Achmad Mochtar pada tahun 2014, didapatkan data bahwa kejadian hipotermia sebanyak 1,7%, bayi baru lahir sebanyak 2,6%, dan asfiksia sebanyak 4,9%. Di RSUD Achmad Muchtar tidak dilakukan IMD apabila ada penyebab seperti bblr dan asfiksia.

Dari uraian diatas, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian mengenai

“Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Suhu Tubuh Bayi Baru Lahir di BPM “Y” Kota Bukittinggi Tahun 2013”.

Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengidentifikasi Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap perubahan suhu tubuh Bayi Baru Lahir di BPM “Y” Kota Bukittinggi Tahun 2013

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode Quasi Eksperimen, pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dibandingkan, kendati kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui random. Dua kelompok yang ada diberi pretes, kemudian diberikan perlakuan dan terakhir diberikan postes (Sugiyono, 2010). Penelitian ini dilakukan dari

September sampai oktober. Populasi

penelitian ini adalah seluruh bayi baru lahir di BPM “Y” Kota Bukittinggi yaitu sebanyak 37 bayi. Sampel dalam penelitian ini dengan jumlah 10 bayi dengan teknik pengambilan sampel accidental sampling

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa Univariat Inisiasi Menyusu Dini

Tabel 4.1 Rata-rata suhu bayi sebelum dilakukan inisiasi menyusu dini pada kelompok intervensi di BPM “Y” kota bukittinggi tahun 2013

NO Variabel Mean Standar

Deviasi

(4)

Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Prima Nusantara Bukittinggi Vol.4 No.2 Juli 2013 51

1 Suhu sebelum IMD 36,2 0,29 36,0-36,4

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa rata-rata suhu bayi baru lahir sebelum dilakukan IMD adalah sebesar 36,20C. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata suhu bayi sebelum dilakukan IMD Adalah diantara 36,00C-36,40C.

Tabel 4.2 Rata-rata suhu bayi sebelum dilakukan inisiasi menyusu dini pada kelompok intervensi di BPM “Y” kota bukittinggi tahun 2013

NO Variabel Mean Standar Deviasi 95% CI

1 Suhu sesudah IMD 36,9 0,27 36,7-37,1

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa rata-rata suhu bayi baru lahir tidak hipotermi setelah dilakukam IMD adalah sebesar 36,90C. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata suhu bayi setelah dilakukan IMD Adalah diantara 36,70C-37,10C. Hasil penelitian yang didapat bahwa Hasil

penelitian dapat diketahui bahwa rata-rata suhu bayi baru lahir sebelum dilakukan IMD adalah sebesar 36,20C. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata suhu bayi sebelum dilakukan IMD Adalah diantara 36,00 C-36,40C, sedangkan rata-rata suhu bayi baru setelah dilakukan IMD adalah sebesar 36,90C. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata suhu bayi setelah dilakukan IMD Adalah diantara 36,70C-37,10C.

Menurut Roesli Utami (2008), inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Jadi, sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi mamalia lain yang mempunyai kemampuan menyusu sendiri, asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara sendiri. Dari hasil penelitian, IMD memiliki pengaruh penting pada suhu bayi baru lahir, dimana rata-rata suhu bayi baru lahir sebelum dilakukan IMD adalah sebesar 36,20C, sedangkan rata-rata suhu bayi baru setelah dilakukan IMD adalah sebesar 36,90C.

Hasil penelitian sama dengan penelitian Ruri dengan judul” Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Suhu Tubuh Bayi Baru Lahir di BPS Hj. Yayah Sarlan dan BPS Hj. Yetti Sudiati Kabupaten Subang Tahun 2011”, dengan hasil penelitian p value= 0,0001 yang mana pada alpha 0,05, p value < α yang berarti ada pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap suhu bayi baru lahir di BPS Hj. Yayah Sarlan dan BPS Hj. Yetti Sudiati Kabupaten Subang 2011.

Menurut asumsi dari peneliti lakukan bahwa rata-rata suhu bayi baru lahir sebelum dilakukan Inisiasi Menyusu Dini adalah 36,2 0

C yang mana ini bisa disebabkan oleh pengeringan yang tidak adekuat setelah

kelahiran, dan juga eksposure suhu

lingkungan yang dingin, sedangkan rata-rata suhu bayi baru lahir setelah dilakukan IMD adalah 36,9 0C, dimana hal tersebut pada saat

melakukan IMD apabila dada ibu

menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak mencari payudara. Suhu badan ibu yang melahirkan 1 0C lebih panas dari pada suhu dada ibu sebelum melahirkan, jika bayi yang diletakkan di dada ibu ini kepanasan maka suhu dada ibu akan turun 10C . Jika bayi kedinginan maka suhu dada

ibu akan meningkat 2 0C untuk

menghangatkan bayi.

Analisa Bivariat

(5)

Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Prima Nusantara Bukittinggi Vol.4 No.2 Juli 2013 52

Tabel 4.3 Pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap perubahan suhu tubuh bayi baru lahir sebelum dan sesudah dilakukan IMD di BPM “Y” Kota Bukittinggi Tahun 2013

Perubahan rata-rata suhu bayi baru lahir sebelum dilakukan IMD adalah 36,2 0C meningkat setelah dilakukan IMD yaitu rata-rata suhu bayi baru lahir sebesar 36,9 0C.

Dalam analisis bivariat diketahui bahwa hasil uji statistic didapat nilai p value= 0,000. Berarti pada alpha 0,05, p value < α yang berarti bahwa secara statistic ada pengaruh IMD terhadap suhu tubuh bayi baru lahir di BPS Hj. Yenni Fitri, Amd.Keb kota Bukittinggi Tahun 2013.

Menurut Roesli Utami (2008), inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Jadi, sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi mamalia lain yang mempunyai kemampuan menyusu sendiri, asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara sendiri.

Hasil penelitian sama dengan hasil penelitian Heny Ekawati yang berjudl” Pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap perubahan suhu tubuh pada bayi bayi baru lahir di klinik bersalin mitra husada desa pangean kecamatan maduran kabupaten lamongan tahun 2012”, bahwa ada pengaruh inisiasi menyusu terhadap perubahan suhu tubuh bayi baru lahir.

Menurut asumsi peneliti bayi baru lahir tidak seharusnya langsung dibungkus atau dibedung, melainkan di lakukan inisisiasi menyusu dini untuk terjadinya skin to skin antara ibu dan bayi, tidak hanya memberikan kehangatan pada bayi melainkan adanya kontak dini antara ibu dan bayi. Dan juga dari air susu ibu yang pertama kali keluar (kolostrum) juga berguna bagi bayi sebagai anti body pada tubuh bayi. Hal ini juga didukung oleh penelitian dr. Edmond, dkk pada 10.947 bayi yang lahir antara juli 2003 sampai juni 2004 di Ghana menunjukkan

bahwa menunda IMD akan meningkatkan kematian bayi. Jika bayi diberi kesempatan menyusu dalam 1 jam pertama dengan dibiarkan kontak kulit ke kulit ibu maka 22% nyawa bayi di bawah 28 hari dapat diselamatkan. Jika menyusu pertama saat bayi berusia di atas dua jam dan di bawah 28 hari yang dapat diselamatkan.

4. KESIMPULAN

a. Bahwa rata-rata suhu bayi baru lahir sebelum dilakukan IMD adalah sebesar 36,20C. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata suhu bayi sebelum dilakukan IMD Adalah diantara 36,00C-36,40C. b. Rata-rata suhu bayi baru lahir tidak

hipotermi setelah dilakukan IMD adalah sebesar 36,90C. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata suhu bayi setelah dilakukan IMD Adalah diantara 36,70C-37,10C.

c. Ada pengaruh IMD terhadap perubahan suhu tubuh bayi baru lahir di BPM “Y” Kota Bukittinggi Tahun 2013 dengan nilai p= 0,000 (<0,05).

5. REFERENSI

Budiyono. 2009. Statistika untuk

penelitian. Sebelas maret university press: Surakarta

DepKes. Pedoman Rumah Sakit Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) 24 Jam Jakarta : 2007 DepKes. 2005. Pelayanan Kesehatan

Neonatal Esensial. Jakarta : Depkes, RI

Diane M. Fraser. 2011. Buku Ajar Bidan. Buku Kedokteran

Edmond CZ, Maria A. Quigley. Seeba Amenga-Etego, Seth Owusu-Agyel and Betty R. Kirkwood. Delayed Breast feeding Initiation Increases Risk of Neonatal Mortality. 2006

Variabel Standar Deviasi Standar Eror P value T

Suhu sebelum IMD 0,29 0,09

0,000 9.043

Suhu sesudah

IMD 0,27

(6)

Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Prima Nusantara Bukittinggi Vol.4 No.2 Juli 2013 53 Inna Noor Inayati. 2009. Kebidanan dan

Hukum Kesehatan Inisiasi Menyusu Dini, http :// innanoorinayati. Blogspot. Com/2009/08/inisiasi-menyusu-dini. html . diakses tanggal 20 februari 2012

Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Buku kedokteran Kosim, M. Soleh. 2007. Penanganan Bayi

Baru Lahir Normal. Tersedia: http://www.ayumarthasari.blogspot. com. Diakses pada tanggal 21 februari 2011

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi

Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. 2010. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku, Jakarta: Rineka cipta

Muslihatun. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya Roesli, Utami. 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus Asi Ekslusif Pustaka Bunda, Jakarta

Roesli, Utami. 2007. Air Susu Ibu (ASI), Anugerah Tuhan Yang tak

Tersia-siakan: Informasi Terpilih Untuk Para Insan Pers. Depkes, RI . Jakarta

Saifuddin, abdul bari.2002. “ Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal “. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Stalker, P. (2007). Millenium Development Goals. Cetakan kedua, Jakarta : Kelompok Kerja tematis MDG’s, Diakses dari http :// www.undpd.or.id/pubs/docs pada 14 januari 2012

Sudarti dan Afroh F. 2012. Buku Ajar : Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita.Cetakan I. Yogyakarta : Nuha Medika

Soekidjo Notoatmodjo. 2010. Metodotogi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Asuhan Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil perhitungan diketahui besarnya pengaruh PDRB perkapita dan harga tiket pesawat terhadap permintaan jasa penerbangan domestik di Bandara Sultan Syarif

Karena itulah dibuatnya Peraturan Daerah mengenai ojek di beberapa daerah bisa dikatakan salah, namun benar dari segi kebijakan karena memang ojek begitu

Pada gambar 3.5 dijelaskan bahwa user dapat memasukkan nilai gaya ke bawah (F1) yang kemudian akan diproses oleh aplikasi dengan menggunakan rumus-rumus yang

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, penulis dapat menyimpulkan bahwa Solusi dalam menghadapi kendala adalah membuat hal yang menarik dengan cara mengajak

Disajikan teks lisan sederhana teks Kartu ucapan selamat (Greeting Cards) peserta didik dapat menunjukkan sikap santun dan peduli dalam melaksanakan komunikasi dengan

Kemampuan Meningkatkan peran masyarakat dalam usaha kesejahteraan sosial sudah tercapai karena dapat dilihat dari keterlibatan dari ketua-ketua RT maupun Ketua RW 8

Jenis pelayanan yang diselenggarakan oleh Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Surabaya Kota Surabaya, sesuai dengan

Suku Kamein, salah satu etnis Muslim di Rakhine yang diakui pemerintah Myanmar saat ini, adalah keturunan orang-orang Muslim yang bermigrasi ke Arakan pada masa ini.. Namun