• Tidak ada hasil yang ditemukan

Update Laporan Mingguan Penanganan Covid -19 WALHI Sulawesi Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Update Laporan Mingguan Penanganan Covid -19 WALHI Sulawesi Tengah"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1. Gambaran Kondisi Umum Berdasarkan Laporan Pusdaatina Hari Kamis, 16 April 2020 sebagai berikut : No Kab/Kota ODP Baru ODP Selesai masa ODP PDP Baru PDP Bukan Covid -19 Konfir masi (+) Sem buh Meninggal Dunia Jumlah Orang Yang di Treatmen /Kab/Kota 1. Kota Palu 1 134 2 4 11 16 8 2 2 180 2. Kab. Sigi 9 1 5 3 1 19 3. Kab.Donggala 4 1 5 4. Kab.Parimo 1 19 3 2 1 26 5. Kab.Poso 5 1 6 6. Kab. Touna 5 1 3 9 7. Kab.Toli –Toli 11 1 12 8. Kab.Buol 3 2 1 6 9. Kab. Banggai 1 10 1 1 1 14 10. Kab. BangKep 7 1 8 11. Kab.Balut 5 5 12. Kab.Morowali 5 5 13. Kab.Morut 3 3 Total 3 220 7 5 23 25 11 2 2 298

Menurut pengamatannya WALHI ST merujuk pada data Pusdatina per Tanggal 16 April 2020, Pasien yang sedang di treatment sebanyak 296. Hal yang lain melihat perbandingan antara yang sembuh dan yang meninggal persentasinya masih perbansingan 50 % : 50 % dan ini masih di ambang yang mengkhawatirkan dengan kondisi logistic APD dan Infrasturtur rumah sakit yang minim.

Kepala Dinas Provinsi Sulawesi tengah mengungkapkan sebanyak 22 rumah sakit dari 39 rumah rumah sakit di provinsi Sulawesi tengah telah dinyatakaan siap melayani pasien Covid -19, rumah sakit tersebut mencakup Rumah sakit Uum daerah (RSUD), RS TNI/POLRI dan RS Swasta, dilengkapi dengan fasilitas pendukungnya berupa tempat tidur isolasi sebanyak 348 unit dan ventilator alat bantu nafas 86 unit. Untuk APD dan masker, hasil bantuan kementerian RI yang telah didistribusi sampai tahap 3 atau saat ini telah mencapai 8.000 APD dan 12 masker. Informasi ini di kutip dari berrita online

https://jurnalnesw.id//ini-jumlah-rumah-sakit-dan-tenaga-medis-yang-siap-tangani-pasien-corona-di-sulteng/

Update Laporan Mingguan Penanganan Covid -19

WALHI Sulawesi Tengah

(2)

2. Situasi Komunitas

Dari hasil pengamatan WALHI ST di wilayah – wilayah terdampak bencana, dan hasil Update situasi bersama organisasi masyarakat sipil, serta pengamatan langsung di lapangan. Kondisi Masyarakat saat ini masih belum banyak yang mendapatkan informasi yang valid mengenai Apa itu Covid-19, seberapa bahaya Covid – 19, bagaimana cara penularan dan pencegahannya, dan arahan /keputusan2 pemerintah pusat maupun daerah belum merata di pahami bagi masyarakat grasroot. Dan banyak berkembang informasi yang tidak benar diterima oleh masyarakat, misalnya pada tanggal 11 -13 April 2020 ada sebaran informasi untuk tidak beraktifitas. Hal ini berdampak tingginya kecemasan, sehingga mengalami penurunan imunitas, bahkan ada yang sampai meninggal, serta penumpukan logistic menyebabkan orang berkumpul di pusat –pusat perbelanjaan. Situasi lainnya karena minimnya edukasi ke masyarakat, muncul stigma negatif terhadap penderita positif, ODP, PDP sehingga ditolak keberadaannya dari lingkungan sosial. Stigma negatif tersebut muncul karena belum adanya perlindungan terhadap data pribadi penderita positif, ODP dan PDP yang seharusnya dilindungi dan tidak dipublikasi.

Stigma negatif tersebut dapat kita lihat dari temuan Satgas Relawan Covid-19 Sulawesi Tengah (Satgas relawan yang dibentuk WALHI Sulteng, Sulteng Bergerak, Himasos Untad dan Yayasan Tanah Merdeka). Dimana Satgas Relawan Covid-19 Sulawesi Tengah menemukan 6 orang ODP yang baru saja melakukan perjalanan dari Jogjakarta dan langsung tinggal di Huntara belakang terminal Mamboro yang telah melaporkan diri namun belum mendapatkan pemeriksaan dan penanganan oleh petugas dan Dinas Kesehatan Kota Palu. Bukan tidak mungkin di tenda-tenda pengungsian dan huntara-huntara yang lain juga terdapat ODP yang belum dilakukan penanganan dan pemeriksaan ataupun isolasi. Padahal warga korban bencana 28 September 2018 adalah kelompok paling rentan terserang dan terjangkit wabah pandemi Covid-19. Karena mayoritas dari mereka masih tinggal di tenda-tenda pengungsian dan huntara yang sangat jauh dari kondisi layak huni. Disamping itu mereka belum punya pekerjaan tetap sehingga sangat rentan karena asupan gizi dan pangan yang kurang terjamin.

Saat ini juga masyarakat merasakan adanya kenaikan harga bahan pangan dan kebutuhan pokok lainnya di pasaran, sementara bagi mereka yang berpenghasilan kecil atau tidak berpenghasilan sama sekali (penyintas di Huntara), ini merasakan kesulitan mendapatkan sumber-sumber pangan sehari-hari. Dan banyak diantara mereka yang sangat sulit menerapkan physical distancing utamanya bagi penyintas yang tinggal di huntara dan tenda pengungsian yang ukurannya sangat sempit. Disamping itu banyak warga tidak dapat bekerja dari rumah sesuai anjuran pemerintah, sebab mereka mengandalkan penghasilan harian dari berdagang, memulung, dan bekerja sebagai buruh.

Media informasi yang banyak diakses oleh masyarakat melalui Televisi, Facebook, dan face to face, kelompok yang paling banyak mengalami keterbatasan informasi ini sebagian besar adalah penyintas wilayah/desa/titik-titik huntara, pedagang kaki lima, petani, buruh tani, dan pekerja perusahaan.

(3)

Sehingga Walhi melihat adanya satu kebutuhan komunitas yang mendasar, edukasi dalam memahami Covid-19, tujuannya untuk membangun kesadaran di komunitas dalam melakukan perlindungan diri dan keluarganya dari pandemic Covid – 19. Serta melibatkan masyarakat untuk bisa menjadi bagian dari proses penanganannya.

3. Situasi Internal WALHI ST

Tim Kerja ED Walhi ST terdiri dari : 18 orang, 9 perempuan dan 9 Laki –Laki, Kondisinya 17 orang dalam kondisi sehat, 1 orang dalam kondisi sakit sejak tanggal 14 Maret 2020, gejalanya demam, linu tulang dan sakit tenggorrokan, upaya yang dilakukan konsultasi mandiri dengan hotline 119, melalui aplikasi Halodoc, dianjurkan untuk isolasi diri dan meminum resep (Alpara, Dexamethasone, imbost) yang di berikan, dan jika selama 2 Hari belum ada perubahan maka akan di rujuk di RS Rujukan, saat ini yang bersangkutan ditetapkan sebagai ODP dengan Gejala.

WALHI ST tetap melakukan kerja –kerja dengan cara menerapkan kerja WFH (Work From Home), serta melakukan koordinasi rutin diinternal maupun secara berjaringan melalui diskusi Virtual.

Bacaan Situasi terkini WALHI ST berkaitan dengan Situasi Pandemi Covid – 19

Indonesia saat ini tengah menghadapi ancaman krisis multidimensi akibat pandemi global

corona virus disease (Covid-19). Ancaman krisis ini ditengarai sebagai akibat dari kegagapan pemerintah dalam merespon situasi darurat kesehatan pandemi Covid-19 ini. Meskipun pemerintah menyatakan bahwa terdapat 446 jiwa pasien yang sembuh, namun angka pasien yang meninggal juga terus meningkat mencapai 469 jiwa. Bahkan data orang positif terjangkit juga semakin meningkat. Sejak pertama kali diumumkan status darurat bencana nasional non alam pada awal Maret 2020, hingga hari ini per tanggal 15 April 2020 terdapat 5.136 jiwa positif terinfeksi Covid-19.

Sebagai upaya pencegahan perluasan dan penanganannya, Presiden Joko Widodo telah mengeluarkan Kepres Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (Covid- 19). Sebagai aturan teknis turunanya Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Pemberlakuan kebijakan PSBB ini diharapkan dapat menahan laju tingginya angka dan perluasan sebaran spasial Covid-19. Namun kebijakan yang PSBB yang diambil oleh pemerintah masih menjadi kontroversi di tengah masyarakat dan menjadi sorotan berbagai kalangan sebab dinilai terlalu fleksibel dan kurang tegas, sementara penularan dan penyebaran Covid-19 sangat cepat.

Sejumlah daerah yang menjadi episentrum sebaran Covid-19 seperti DKI Jakarta dan beberapa daerah di Provinsi Jawa Barat telah disetujui untuk memberlakukan PSBB. Namun pada realitasnya pasca pemberlakuan kebijakan PSBB, belum terlihat penurunan angka kasus dan sebaran spasial pandemi Covid-19 dari 34 Provinsi. Di Sulawesi Tengah sendiri pemerintah daerah belum mengajukan penerapan PSBB kepada pemerintah pusat sebagai strategi untuk menekan laju penyebaran Covid-19. Tak pelak lagi hanya dalam kurun waktu kurang lebih 2 minggu terjadi lonjakan kasus Covid-19 di Sulawesi Tengah cukup tinggi dan secara nasional kini berada pada urutan 19. Per 15 Maret 2020 Pusdatina merilis data jumlah kasus positif

(4)

Covid-19 sebanyak 22 jiwa, 3 orang meninggal dunia, dan 2 orang dinyatakan sembuh. Sementara itu terdapat 26 orang dengan status Pasien Dalam Pengawasan 26 Orang dan 224 orang termasuk dalam kategori Orang Dalam Pemantauan. Kasus-kasus tersebut tersebar di 12 Kabupaten 1 Kota di Sulawesi Tengah.

Fakta yang cukup mencengangkan beberapa hari sebelum penetapan status kedaruratan kesehatan masyarakat oleh pemerintah pusat, tanggal 27 Maret 2020 Bupati Sigi Iwan Lapata merilis bahwa terdapat 363 orang dalam resiko merupakan Tenaga Kerja Wanita (TKW) dan orang dari luar daerah yang masuk ke wilayah Kabupaten Sigi. Berikutnya, 15 April 2020 juru bicara Satgas Covid-19 Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah menyebutkan Kota Palu sebagai wilayah trasmisi lokal virus berbahaya tersebut.

Pandemi Covid-19 telah membawa dunia dalam situasi krisis global. Seketika pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, perdagangan dan industri di berbagai belahan dunia menjadi lumpuh tak berdaya. Pemerintah Indonesia kemudian merespon situasi krisis ini dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu) Nomor 1 tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk penanganan dampak krisis ekonomi dan keuangan dari pandemic Covid-19. Secara substantif kebijakan tersebut mengarahkan pemerintah pusat dan daerah untuk merealokasi anggaran dan melakukan refocusing program pemerintah pusat dan daerah dalam APBN dan APBD.

Dalam pasal 2 ayat (1) Perppu Nomor 1 Tahun 2020 menyatakan pemerintah akan menerbitkan Surat Utang Negara dan/atau Surat Berharga Syariah Negara dengan tujuan tertentu khususnya dalam rangka pandemi Corona Virus Disesase 2019 (COVID-19) untuk dapat dibeli oleh Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), investor korporasi, dan/atau investor ritel. Secara substansi pasal 2 tersebut pemerintah memberi peluang bagi lembaga pembiayaan internsional untuk memberikan bantuan pembiayaan dalam skema hutang luar negeri kepada pemerintah. Sebagaimana lazimnya pemerintah selalu memberi peluang bagi lembaga keuangan kapital finance untuk mengeruk keuntungan dari bencana yang menimpa rakyatnya.

Anggaran yang diperuntukkan di sektor kesehatan sesungguhnya lebih menguntungkan industri farmasi yang bekerja dalam sistem produksi yang berorientasi pada keuntungan perusahaan industri alat-alat kesehatan dan bekerja dalam kerangka pasar bebas. Sementara realokasi anggaran yang diperuntukkan bagi UMKM sejatinya merupakan strategi pemerintah mengatasi krisis perbankan dan kapital finansial yang juga sementara mengalami krisis. Demikian pula dengan anggaran perlindungan sosial dan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat yang lebih menguntungkan pengusaha di bidang pangan dan produksi kebutuhan pokok.

Demikian pula dengan peningkatan besaran pajak bagi kegiatan Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE) akan memicu kenaikan harga barang-barang kebutuhan pokok dalam sistem perdagangan online karena kebijakan PSBB akan membatasi transaksi jual beli secara langsung antara penjual dan pembeli. Sementara pemberian kewenangan kepada menteri keuangan untuk memberikan failitas berupa pembebasan atau keringanan bea masuk dalam kondisi darurat semakin mempertegas arah kebijakan untuk impor pangan dan bahan kebutuhan pokok dan akan menyingkirkan produksi pangan rakyat dan pasar pangan lokal.

(5)

Disisi lain anggaran yang mencapai ratusan trilliun sangat berpotensi tidak tepat sasaran. Sebagaimana pasal 2 ayat (1) poin k yang berbunyi “melakukan penyederhanaan mekanisme dan simplifikasi dokumen di bidang keuangan negara”. Penyederhanaan dan simplifikasi dokumen dalam situasi darurat kesehatan sangat rawan terjadinya tindak pidana korupsi. Dengan demikian sangat terang terlihat upaya pemerintah yang seakan terlihat serius dalam melakukan pencegahan dan penanganan Covid-19 sesungguhnya hanyalah merupakan pencitraan dan pemulihan krisis bagi korporasi dan kapital finansial.

Para ahli ekonomi sudah memprediksi bahwa badai krisis ekonomi global akibat pandemi Covid-19 ini juga akan melanda Indonesia. Berikutnya gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap kurang lebih 2,8 juta orang pekerja tak terhindarkan. Belum lama berselang, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tengah mengumumkan bahwa sejumlah perusahaan telah merumahkan 2.698 orang pekerja dan 113 orang telah di-PHK. Sejumlah harga pangan dan kebutuhan pokok lainnya mengalami lonjakan harga dan langka dipasaran. Ini tentu mengakibatkan kesulitan bagi masyarakat miskin untuk bisa bertahan dimasa krisis ekonomi ini. Terlebih lagi bagi warga korban bencana 28 September yang masih dalam proses pemulihan dan belum memiliki pekerjaan tetap.

Sementara itu sejumlah korporasi industri ekstraktif tetap melangsungkan proses produksinya tanpa menghiraukan anjuran pemerintah untuk melakukan physical distancing. Semisal perusahaan pabrik nikel PT. Indonesia Morowali Industrial Park (PT. IMIP) yang beroperasi di Kabupaten Morowali, perusahaan tambang galian C dan PT. Citra Palu Mineral yang tetap menjalankan proses produksinya. Demikian pula dengan puluhan perusahaan perkebunan kelapa sawit yang tersebar di Sulawesi Tengah yang tetap mempekerjakan buruhnya. Dengan jadwal dan proses kerja yang ketat kondisi tubuh para pekerja akan sangat rentan terserang wabah pandemi covid-19.

Faktor lain yang diduga cukup berpengaruh terhadap penyebaran Covid-19 adalah migrasi penduduk dari luar negeri, antar pulau, antar provinsi dan kabupaten/kota. Empat bandara yang melayani penerbangan pesawat udara untuk penumpang umum masih beroprerasi hingga hari ini dan sangat minim penanganan. Padahal penerbangan yang masuk ke Sulawesi Tengah mayoritas merupakan penerbangan dari zona merah pusat episentrum sebaran pandemic Covid-19. Belum lagi dengan penerbangan khusus di bandara PT. IMIP di Kabupaten Morowali yang tidak terkontrol langsung oleh pemerintah. Dari semua penerbangan tersebut setiap harinya mendatangkan ribuan orang yang masuk ke Sulawesi Tengah.

Alih-alih memusatkan konsentrasi untuk menyelamatkan nyawa rakyat, pemerintah dan DPR RI justru sedang giatnya mengejar pembahasan dan pengesahan RUU Cipta Kerja atau yang lebih dikenal Omnibus Law. Padahal kebijakan ini sangat mengancam kelestarian lingkungan, keberlangsungan produksi pertanian dan pangan rakyat. Dapat dibayangkan bilamana kebijakan tersebut disahkan, kerusakan lingkungan, lautan pengangguran, krisis pangan yang berujung krisis kemanusiaan akan menjadi ancaman yang begitu menakutkan. Bukan tidak mungkin pengalaman buruk tindakan barbarisme pasca bencana 28 September 2018 silam bakal terulang.

(6)

4. Kebijakan Pemerintah dalam penanganan Pandemi Covid – 19

No Kebbijakan Pemerintah Pusat Keterangan

1. Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2o2o

Tentang

Kebijakan Keuangan Negara Dan

Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Corona Wrus D/Sease 2019 (Covtd- Le) Dan/Atau

Dalam Rangka Menghadapi Ancaman Yang Membahayakan Perekonomian Nasional Dan/Atau Stabilitas Sistem Keuangan

Perpu Nomor 1 Tahun 2020.pdf.pdf

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2o2o

Tentang

Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Wrus Disease 2019 (Covid-Ig)

PP Nomor 21 Tahun 2020.pdf

3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2o2o

Tentang

Penetapan Kedarupgtan Kesehatan Masyarakat Corona Yirus Disease 2ot9 (Covid- 19)

Keppres Nomor 11 Tahun 2020.pdf

4. Surat Edaran,\N Nomor 44012622t5j Tentang

Pembenti'kan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2ot9 (Co\|Id-191 Daerati

SE Mendagri COVID-19.pdf

5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2o2o

Tentang

Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Wrus D/Sease

2019 (Cor,'Rd -19l Sebagai Bencana Nasional

Keppres Nomor 12 Tahun 2020.pdf

6.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2020

Tentang

Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019

(Covid-19)

Permenkes Nomor 9 Tahun 2020.pdf

Kebijakan Pemerintah Daerah

7. Keputusan Gubernur Sulawesi Tengah Nomor : 360/144/BPBD-G.ST/2020

Tentang Perubahan atas Keputusan Gubernur No

360/135/BPBD-G.ST/2020 Tentang Perubahan Status Keadaan

SK Gubernur

(7)

Darurat Tertentu Bencana Covid -19 di Provinsi Sulawesi Tengah

8. Keputusan Gubernur Sulawesi Tengah Nomor : 443/131/Dinkes-G-ST/2020

Tentang Gugus tugas percepatan penanganan Covid – 19 Provinsi Sulawesi Tengah

SK_GUBERNUR_Gug

us_Tugas_Percepatan_Penanganan_Corona_Virus_Desease_2019_Prov_sul_teng_pdf (1) (1).pdf

9 Pemerintah menetapkan Kota Palu sebagai Wilayah Transmisi Lokal, disampaikan oleh Juru Bicara Bidang Teknis Gugus Tugas Covid -19, Dr Jumriati Yunus

https://beritapalu.co m/2020/04/14/tetapl ah-di-rumah-covid- 19-di-palu-sudah- menjaditransisi-lokal/

5. Respon WALHI dalam Pencegahan Penanganan Covid – 19 di Sulawesi – Tengah

1. Adanya Surat Edaran dari Eksekutif Nasional Walhi

Surat Edaran

WALHI_ Pencegahan COVID 19.pdf

2. WALHI Mengeluarkan Kebijakan “Protokol di tengah pandemic Covid – 19 -

3. Adanya desakan yang dilakukan secara nasional untuk mendesak DPR RI melakukan membatalan UU Cipta

lapangan Kerja untuk DPR RI_Penolakan RUU Omnibus Law Cipta.pdfSurat Terbuka 5. Adanya Identifikasi Harga Pangan Pokok per 03 April 2020 –

13 April 2020

harga bahan pokok

di Sulawesi Tengah ( Kota Palu ).xlsx

6. Pernyataan Sikap WALHI ST

WALHI Sulteng

Desak Keseriusan Pemerintah Tangani Penularan Pandemik COVID-19.docx

7. Pernyataan Sikap WALHI ST dalam melakukan dessakan terhadap WALI Kota Palu

Kota Palu Harus

Segera Karantina Wilayah.docx

8. Diskusi Bersama Organisasi Masyarakat Sipil untuk merespon situasi darurat kesehatan masyarakat yang difasilitasi oleh WALHI Sulteng, salah satu langkah kongkrit yang sudah dilakukan mengeluarkan pernyataan sikap bersama organisasi masyarakat sipiil yang tergabung didalamnya.

2020_PernyataanSik

apBersama_OMS_Covid-19.docx

9. WALHI Sulteng membentuk Satgas Relawan Covid-19 Sulawesi Tengah bersama Sulteng Bergerak, Himasos UNTAD dan Yayasan Tanah Merdeka

Satgas Relawan Covid-19 telah melakukan penggalangan

(8)

donasi public, melakukan penyemprotan disinfektan di 9 huntara komunal dan tenda pengungsian di Kota Palu dan melakukan sosialisasi bagi penyintas serta kampanye media dan media sosial 10. Kampanye melalui (Diskusi Webinar ) dilakukan pertematik

a. Sharing Informasi dan Pembelajaran antar Negara, Nasional dan Daerah b. Membangun Peahaman dan kesadaran ditingkat Publik

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian skripsi ini yang berjudul “Kesadaran Kritis Remaja Terhadap Sinetron“, adalah salah satu prasyarat dalam menyelesaikan program Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu

The PRAKARSA Refleksi Pembangunan Kesehatan di Indonesia dalam Situasi Pandemi Covid-19 Bagian Keempat: Pembelajaran Dari Penanganan Covid-19 di Sulawesi Barat. Oleh Muh Saleh,

c. mendukung satuan tugas penanganan COVID-19 atau Puskesmas setempat dalam melakukan penelusuran kontak erat warga satuan pendidikan yang terkonfrrmasi COVID-19 dan test

mendengarkan isu yang berat mengenai Covid-19. Pembahasan mengenai relawan uji coba vaksin Covid-19 penting untuk diketahui khalayak karena masyarakat sedang berada di

Latar belakang penelitian ini adalah Setelah banyaknya kasus covid-19 di Indonesia khususnya di Jawa Tengah, menjadikan setiap perguruan tinggi melakukan

Prioritas Pembangunan Daerah dalam Perubahan RKPD Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2020 juga menyikapi persoalan pandemi Novel Coronavirus-2019 (Covid-19). Pada awal

Kegiatan edukasi dalam rangka penanggulangan penyebaran Covid-19 di tengah masyarakat melalui poster protokol kesehatan Covid-19 diharapkan dapat

Hari ini kit akan membagikan masker yang disumbangkan oleh seluruh Aparatus Sipin Negara ASN berjumlah 2.200 di antaranya : 1.Kecamatan Buru 300 2.Kecamatan Moro 300