• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris yang terletak didaerah tropis, merupakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris yang terletak didaerah tropis, merupakan"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

1

I.

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Indonesia sebagai negara agraris yang terletak didaerah tropis, merupakan negara yang kaya akan buah-buahan. Salah satu buah tropis yang mempunyai nilai jual yang tinggi adalah durian. Durian (Durio zibethinus murr) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat terutama Indonesia, pada umumnya durian dimanfaatkan sebagai buah meja dan makanan olahan lainya seperti asam durian, kripik durian, dodol durian dan lain-lain (Rukmana, 1996).

Menurut data sejarah, durian ditemukan pertama kali pada abat ke-18 di Malaysia. Penyebaran tanaman durian di Indonesia meliputi pulau Jawa, Sumatra, kalimantan, dan sebagian pulau Papua. Pengembangan durian secara intensif pertama kali dilakukan oleh Thailand dan Malaysia kemudian menyebar ke berbagai negara Asia lainya termasuk Indonesia (Wiryanto, 2009).

Thailand yang selama ini dikenal sebagai penghasil buah-buahan tropis di dunia ternyata hanya mengembangkan empat varitas durian unggul, yaitu mon thong, chanee, kan yao, dan kradum thong. Varietas mon thong dan chanee telah di introduksi ke indonesia dan dilepas Mentri Pertanian sebagai otong/montong dan kani. Hingga kini tercatat ada 28 varietas durian unggul yang telah dilepas Mentri Pertanian (Trubus, 1999).

Menurut Untung (1996) King of the fruitss, merupakan julukan yang diberikan kepada durian, yang menggambarkan durian sangat digemari di Indonesia. Meskipun buah durian melimpah, harga tidak pernah turun, bahkan

(2)

2 semakin naik ketika pasokan berkurang, semakin bagus mutu buah durian maka semakin tinggi harganya.

Pengembangan tanaman durian dalam skala besar memerlukan dukungan kuat dari sektor pembenihan. Kesalahan dalam pemilihan bibit durian akan sangat mempengaruhi disaat tanaman sudah mulai berbuah. Bibit yang bagus untuk digunakan dalam perbanyakan tanaman durian berasal dari perbanyakan secara vegetatif. Standar perbanyakan tanaman durian yang populer di kalangan penangkar benih tanaman buah-buahan di Indonesi adalah dengan cara sambung pucuk (grafting) dan okulasi, karena caranya yang mudah dan mempunyai tingkat keberhasilan yang cukup tinggi (AAK, 1997).

Menurut AAK (1997), perbanyakan tanaman durian dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara generatif (melalui biji) dan vegeatif (melalui cara cangkok, okulasi, penyusuan dan penyambungan). Sifat tanaman yang berasal dari biji berbeda dengan induknya dalam hal ukuran, rasa, dan kandungan serat serta aroma, perbanyakan tanaman durian secara vegetatif mutlak harus dilakukan untuk perbaikan kualitas durian.

Perbanyakan tanaman durian yang dilakukan umumnya secara generatif, sehingga menyebabkan fase vegetatif tanaman lebih panjang kurang lebih 7-10 tahun baru memasuki fase generatif atau reproduksi, dan kendala dalam produksifitas dan mutu durian yang dihasilkan. Usaha untuk memperoleh bibit durian dengan kualitas buah yang baik masih sulit diperoleh di daerah dataran rendah khususnya Provinsi Riau, sehingga dalam usaha memenuhi kebutuhan masyarakat belum dapat dipenuhi, dengan demikian para ahli pertanian telah menemukan cara yang efektif untuk meningkatkan populasi tanaman yang

(3)

3 memiliki sifat genjah, kualitas dan kuantitas tinggi. Usaha yang dilakukan yaitu dengan penyambungan (grafting), yaitu menyatukan dua bagian tanaman yang bertujuan untuk mewarisi genetik yang baik pada bagian batang atas atau entres (Rusdi, 2010).

Perbanyakan vegetatif adalah cara yang tepat untuk memperoleh bibit bermutu, khususnya sambung pucuk atau grafting (Tabing, 2008). Menurut Wijaya, Reza, dan Tuherkih (1994), bibit yang berumur 1-3 bulan memiliki tingkat keberhasilan sambung tinggi, yaitu sekitar 80%, dengan mutu genetik dapat dipertahankan, diperoleh pohon yang dapat berbuah lebih cepat, dengan mutu produksi yang lebih baik. Keberhasilan dalam sistem perbanyakan ini tidak lepas dari faktor tingkat keterampilan dari pelaksanaan penyambung tersebut, kebersihan alat yang digunakan, waktu pelaksanaan, compatible antara batang atas dengan batang bawah.

Batang atas yang digunakan pada saat ini untuk perbanyakan pada tanaman durian, menggunakan batang atas dari varietas unggul namun kurang memperhatikan tinggkat ketuaan batang atas, oleh karena itu dilakukan percobaan yang berjudul “ Perbanyakan Tanaman Durian (Durio Zibethinus Murr) Secara Sambug Pucuk Dengan Beberapa Tingkat Ketuaan Batang Atas”.

(4)

4

1.2.Tujuan

Tujuan dari laporan tugas akhir dengan judul perbanyakan tanaman durian (Durio zibethinus murr) secara sambung pucuk dengan beberapa tingkat ketuaan batang atas adalah :

1. Mengetahui teknik perbanyakan tanaman durian (Durio Zibethinus Murr) secara sambung pucuk.

2. Mengetahui tingkat keberhasilan tanaman durian dengan menggunakan beberapa tingkat ketuaan batanag atas.

(5)

5

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik Komoditi

Menurut Wiryanto (2009) dalam ilmu tumbuh-tumbuhan tanaman durian dapat di klasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas : Dikotyledonae (biji berkeping dua) Ordo : Bombacales

Famili : Bombacaceae Genus : Durio

Spesies : Durio zibethinus Murr.

Tanaman durian merupakan jenis pohon tahunan, hijau abadi yakni pengguguran daun tidak tergantung musim tetapi ada saat tertentu untuk menumbuhkan daun-daun baru berupa priode flushing atau peronaan yang terjadi setelah masa berbuah selesai. Ketinggian tanaman mencapai 25-50 m, tergantung speciesnya. Kulit batang tanaman durian bewarna coklat kemerahan, mengelupas tak beraturan, tajuk rindang dan renggang (Rodame, 2010).

2.2. Syarat Tumbuh

Tanaman durian cocok tumbuh pada ketinggian tempat antara 200 - 800 m dpl dengan suhu rata-rata 25 - 32 oC, Pada suhu 15 oC durian dapat tumbuh tetapi pertumbuhanya tidak optimal, apabila suhu mencapai 35 oC daun durian akan

(6)

6 terbakar. Curah hujan yang cocok untuk tanaman durian 1.500 - 2.500 mm/tahun atau lebih dari 100 mm/bulan dan merata sepanjang tahun. Menurut Schmidt dan Ferguson, tanaman durian cocok pada daerah bertipe iklim A dan B atau 9-12 bulan basah dengan 0-2 bulan kering. Kemudian Intensitas cahaya yang dibutuhkan tanaman durian adalah 45 - 50 % (Rukmana, 1996).

Tanaman durian menghendaki tanah yang subur atau tanah yang kaya akan bahan organik, dan lapisan solum cukup dalam serta aerase dan drainase baik, seperti tanah latosol, podsolik merah kuning dan andosol. Tanah yang paling cocok adalah tanah lempung berpasir, sedangkan pH yang dibutuhkan berkisar antara 5,5-6,5. Tanaman durian termasuk tanaman tahunan dengan perakaran dalam sehingga membutuhkan kandungan air tanah dengan kedalaman cukup yaitu 150 – 200 cm. Jika kedalaman air tanah terlalu dangkal atau terlalu dalam, rasa buah tidak manis atau tanaman akan kekeringan dan akar akan membusuk akibat terlalu tergenang serta mudah terserang oleh hama penyakit (Trubus, 1999).

2.3. Morfologi Tanaman a. Daun

Pohon durian termasuk tumbuhan yang selalu berdaun sepanjang tahun. Daun-daun yang sudah tua akan segera digantikan oleh daun muda, pucuk-pucuk tersebut akan bermunculan setelah musim berbuah selesai. Daun tanaman durian umumnya berbentuk bulat memanjang dengan bagian ujung meruncing, panjang antara 6-12 dan lebar 2-4 cm. Letak daun berselang-seling dan pertumbuhannya secara tunggal. Struktur daun agak tebal dengan permukaan daun bagian atas

(7)

7 bewarna hijau mengkilap dan bagian bawah bewarna coklat atau kuning keemasan (Wiryanto, 2009).

b. Bunga

Menurut Untung (1996) bahwa pohon durian termasuk tanaman yang berbuga ramiflorous. Artinya, bunga bermunculan di cabang atau ranting. Bunga ini tumbuh berkelompok pada dahan-dahan primer dan skunder yang sudah tua, tempat bunga tumbuh ini selalu sama dari tahun ke tahun, setiap kelompok bunga terdapat 40-50 kuntum. Bunga durian berbentuk mangkok bermahkota lima helai, yang bagian atas terlepas sedangkan bagian bawah bersatu mirip cincin dan bunga durian tergolong bunga sempurna (hermaphrodite) yang memiliki alat kelamin jantan dan betina dalam setiap bunga, tetapi tanaman durian bersifat menyerbuk silang.

c. Buah

Buah durian berbentuk bulat, lonjong atau tidak teratur, berukuran kecil sampai besar, kulit berduri dan bagian dalam buah beronggga dan beruang lima yang didalamnya berisi biji yang terbungkus oleh daging buah. Warna kulit buah durian hijau, kuning, hijau kekuningan, kulit buah tersebut diselimuti oleh duri-duri tajam berbentuk kerucut. Jarak antara duri-duri-duri-duri ada yang renggang, ada yang rapat, tapi pada beberapa kultivar kulit buah sulit dibelah, tatapi sebagian besar mudah dibelah bila sudah matang (AAK, 1997).

d. Akar

Tanaman durian memiliki akar tunggang dan bulu-bulu akar yang menembus ke dalam tanah, berfungsi sebagai penopang batang dan menyerap unsur hara dari talam tanah (Rukmana, 1996).

(8)

8

2.4. Varietas – varietas durian

1. Durian Montong

Bentuk buah durian montong panjang, bagian ujung dan pangkal buah meruncing, duri-duri rapat, kulit buah tebal, namun sulit untuk dibelah. Satu buah durian berisi 5-15 butir biji sempurna. Bentuk biji lonjong, pipih dan berukuran sedang. Jumlah juring 4-6, daging buah tebal bewarna kuning, tekstur halus, aroma tidak begitu tajam serta mempunyai rasa manis.

2. Durian Kani

Durian ini berasal dari Thailand dengan nama chanee, tetapi di Indonesia durian ini disebut durian kani atau gibbon. Bentuk buah durian kani bulat, duri-duri kecil dan satu sama lain. Kulit buah agak tebal, meskipun demikian relatif lebih mudah dibelah dari pada durian montong. Rasa buah manis daging buah agak tebal, bewarna kuning, dan berlemak.

3. Durian matahari

Bentuk buah durian matahari bulat panjang, warna kulit hijau kecoklatan duri-duri besar, jarang, runcing, serta bengkok. Kulit buah tebal dan buah mudah dibelah, daging buah tebal, berserat halus dan terasa manis serta aroma buah tidak tajam.

4. Durian hepe

Durian ini berasal dari daerah Jonggol Bogor. Biji durian kempes, durian ini memiliki daging buah yang tebal dan rasa manis. Daging buah bewarna krem, sedikit beserat dan kering atau kesat, buah berukuran sedang dan berbentuk bulat telur, lonjong, kulit buah bewarna hijau kecoklatan, dengan duri-duri, yang meruncing dan tersusun rapat.

(9)

9 5. Durian sukun

Durian sukun berasal dari Jepara Jawa Tengah, kulit buah agak tebal, tetapi mudah dibelah, daging buah tebal, bewarna putih kekuningan, berserat halus dan kering berlemak, memiliki rasa manis dan aroma harum, bentuk buah bulat panjang, bewarna kekuningan dengan duri-duri kecil berbentuk kerucut dan tersusun rapat.

6. Durian Sitokong

Durian sitokong berasal dari daerah betawi, Bentuk buah durian sitokong buah panjang, kulit buah mirip durian petruk, tetapi mempuyai pusar diujung buah. Ketebalan kulit buah sedang dan buah sulit untuk dibelah, bentuk daging buah tebal berwarna kekuningan, berserat halus, dan berlemak, rasa buah manis dan arom harum menyengat.

2.5.Faktor - faktor yang Mempengaruhi Penyambungan

Faktor-faktor yang mempengaruhi perbanyakan vegetatif dapat dibagi menjadi tiga golongan :

2.4.1. Faktor Lingkungan

1. Waktu penyambungan

Pada umumnya penyambungan dilakukan pada waktu cerah, tidak hujan, dan tidak di bawah terik matahari. Waktu terbaik melaksanakan penyambungan adalah pada pagi hari, antara jam 07.00 – 11.00, karena pada saat tersebut tanaman sedang aktif berfotosintesis sehinga kambium tanaman juga dalam kondisi aktif dan optimum. Di atas jam 12.00 siang daun mulai layu, tetapi ini bisa diatasi dengan menyambung ditempat teduh, terhindar dari sinar matahari langsung (Sunarjono, 2000).

(10)

10 2. Temperatur dan Kelembaban

Temperatur dan kelembaban yang optimal dapat mempertinggi pembentukan jaringan kalus yang sangat diperlukan untuk berhasilnya suatu sambungan. Temperatur yang diperlukan dalam penyambungan berkisar antara 7,2 oC – 32 oC, bila temperatur kurang dari 7,2 oC pembentukan kalus akan lambat, dan apabila lebih dari 32oC pembentukan kalus menjadi lambat dan dapat mematikan sel-sel pada sambungan. Temperatur optimum pada penyambungan adalah 25oC–30oC. Penyambungan memerlukan kelembaban yang tinggi, bila kelembaban rendah akan mengalami kekeringan dan menghambat atau menghalangi pembentukan kalus pada sambungan karena banyak sel-sel pada sambungan yang mati.

3. Cahaya

Cahaya matahari berpengaruh pada waktu pelaksanaan penyambungan, oleh karena itu penyambungan sebaiknya dilakukan pada waktu pagi atau sore hari pada saat intensitas cahaya matahari kurang memancarkan sinarnya. Cahaya yang terlalu panas akan mempengaruhi daya tahan batang atas terhadap kekeringan, dan dapat merusak kambium pada daerah sambungan.

4. Curah hujan

Keadaan curah hujan akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman durian dan proses produksi pembentukan bunga dan buah. Pada prinsipnya hujan hanya dikehendaki pada saat durian tidak musin berbunga, karena hujan akan mengganggu proses pembentukan buah pada saat berbunga.

(11)

11

2.4.2. Faktor Tanaman

1. Kompatibilitas dan inkompatibilitas

Pada umumnya batang atas dan batang bawah yang berukuran sama akan menghasilkan sambungan yang kompatibel, biasanya gabungan tanaman hasil sambungan akan hidup lama, produktif dan kuat.

Gejala-gejala inkompatibilitas antara dua tanaman yang disambung antara lain :  Gabungan antara spesies, varietas atau klon-klon yang tidak membentuk

sambungan.

 Gabungan antara dua tanaman dimana jumlah dari keberhasilan sambungan sangat kecil.

 Setelah sambungan tumbuh, tetapi tanaman tiba-tiba mati.

 Adanya perbedaan antara batang atas dan batang bawah dalam pertumbuhan vegetatif pada permulaan atau akhir musim.

 Adanya pertumbuhan yang berlebihan diatas atau dibawah sambungan.  Terjadi penghambatan tumbuh pada tanaman hasil sambungan tanaman

menjadi kerdil.

2. Keadaan fisiologi tanaman

Beberapa tanaman mengalami kesulitan untuk disambung ke tanaman lain, karena jenis tanaman tersebut sulit membentuk kalus.

3. Penyatuan kambium

Agar Persentuhan kambium batang atas dan batang bawah lebih banyak terjadi, diperlukan batang atas dan batang bawah yang mempunyai ukuran yang sama. Posisi batang yang telah disayat jangan terlalu lama terbuka agar kambium

(12)

12 tidak kering, maka pekerja harus memiliki kecapatan dalam proses penyambungan.

2.4.3. Faktor Pelaksanaan

1. Keahlian

Kecepatan menyambung merupakan penegahan paling baik terhadap infeksi penyakit dan kerusakan pada kambium. Selain itu dalam proses penyambungan jangan terlalu lama, agar kambium tidak mengering.

2. Kesempurnaan alat

Dalam penyambungan diperlukan ketajaman dan kebersihan alat. Selain itu, juga dibutuhkan tali pengikat yang tipis dan lentur.

3. Keserasian bentuk potongan

Keserasian bentuk potongan antara batang atas dan batang bawah perlu diperhatikan. Hal ini untuk mendapatkan kesesuaian letak penyatuan kambium batang atas dan batang bawah yang serasi.

2.6.Penyambungan Tanaman Durian

Perbanyakan tanaman untuk mendapatkan bibit yang bermutu dapat dilakukan dengan perbanyakan secara generatif vegetatif, salah satunya adalah dengan sambung pucuk. Sambung pucuk adalah penyatuan pucuk sebagai batang atas dengan batang bawah sehingga terbentuk tanaman baru yang mampu saling menyesuaikan diri secara kompleks. Cara sambung pucuk ini sekarang sudah digunakan secara luas, yaitu pada tanaman hias, tanaman buah, dan tanaman perkebunan (Rusdi, 2010).

Dalam perbanyakan tanaman secara sambung pucuk ini kondisi batang atas dan batang bawah harus diperhatikan karena hal tersebut merupakan salah

(13)

13 satu faktor yang menentukan keberhasilan sambungan. Kondisi batang atas yang perlu diperhatiakan seperti cadangan makanan, kesehatan dan hormon yang terdapat didalam batang atas, selain untuk menunjang hidup dari entres itu sendiri juga diperlukan untuk proses pertautan bidang sambungan (Jawal, 1989).

(14)

14

III.

METODE PELAKSANAAN

3.1.Waktu dan Tempat

Waktu pelaksanaan praktek laporan tugas akhir ini dilaksanakan pada 16 Maret - 13 Juni 2015. Tempat pelaksanaan di Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Padang Marpoyan Kelurahan Simpang Tiga, Kecamatan Bukit Raya, Pekanbaru, Propinsi Riau.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan antara lain gunting stek, pisau cutter dan plastik es, label, alat ukur, serta alat tulis. Bahan yang digunakan dalam perbanyakan secara sambung pucuk ini terdiri dari bibit tanaman durian lokal sebagai batang bawah dan batang atas menggunakan durian montong.

3.3.Perlakuan

Perlakuan perbanyakan tanaman durian secara sambung pucuk yang dilakukan adalah dengan beberapa macam tingkat ketuaan batang atas (entres) yaitu :

1. Entres muda (lunak)

Entres pucuk tua yang digunakan mememiliki ciri – ciri seperti, semua daun tampak hijau tua, daun kaku, titik tumbuh dalam keadaan dormansi dan cabang sudah agak mengeras berkayu.

2. Entres medium (tidak terlalu lunak dan tidak terlalu keras)

Entres pucuk medium yang digunakan seperti warna daun tampak hijau mengkilat tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda, titik tumbuh dalam keadaan dormansi, serta cabang sudah berkayu namun tidak terlalu keras dan tidak terlalu lembut pada saat penyayatan.

(15)

15 3. Entres Tua (keras)

Entres pucuk muda yang digunakan memiliki ciri-ciri seperti warna daun tampak lembut, hijau muda , titik tumbuh dalam keadaan dormansi, cabang lembut belum berkayu serta setelah dipetik dalam waktu beberapa menit daun sudah tampak layu.

3.4. Prosedur Pelaksanaan a. Penyediaan bahan

1. Batang bawah

Batang bawah berfungsi untuk mengambil makanan dari dalam tanah untuk batang atas atau tajuknya. Bibit yang akan digunaka untuk batang bawah sebaiknya dipilih yang mampu beradaptasi dengan batang atasnya sehinngga mampu menyatu dan menopang pertumbuhan batang atasnya, tanaman dalam kondisi sehat, sistem perakarannya baik, tidak mengurangi kualitas dan kuantitas buah pada tanaman yang disambung serta berumur kurang lebih 3 bulan. Tanaman tersebut diambil dari Balai Benih Induk Hortikulturta (BBIH) Padang marpoyan Pekanbaru.

2. Batang atas (entres)

Bahan tanam untuk dijadikan batang atas adalah durian dari varietas montong karena varietas ini telah dikenal mempunyai keunggulan buah besar, daging tebal, mempunyai rasa yang enak, manis, aroma harum dan mempunyai peluang pasar yang baik. Batang atas diambil dari batang yang sehat, tidak terserang oleh hama dan penyakit, terkena oleh sinar matahari penuh, pucuk dalam keadaan dorman dan mempunyai ukuran yang sama dengan batang bawah serta sudah pernah berbuah minimal 3 kali. Bahan tanam yang dipilih sebagai

(16)

16 batang atas adalah batang atas yang tua, batang atas medium , dan batang atas muda. Tanaman tersebut diambil dari Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Padang marpoyan Pekanbaru.

b. Pelaksanaan

Sebelum melakukan sambung pucuk (grafting) tanaman durian, dipersiapkan terlebih dahulu batang atas dan batang bawahnya. Batang bawah yang digunakan adalah durian lokal yang diperbanyak secara vegetatif atau dengan biji. Setelah batang atas dan batang bawah disiapkan, dilakukan pembersihan batang bawah dari kotoran yang menempel di permukaan kulit batang sampai bersih. Kemudian memotong batang bawah setinggi 15 - 20 cm dari permukaan tanah atau sekitar 2 - 3 cm dari bagian hipokotil. Batang bawah di belah menjadi dua bagian yang sama besar dengan panjang belahan sekitar 2 - 3 cm. Memotong batang atas sepanjang 10 - 15 cm lalu menyayat batang atas sehingga membentuk baji atau huruf ‘V’ yang ukurannya disesuaikan dengan ukuran batang bawah. Batang atas dimasukan ke dalam belahan batang bawah dengan tepat kemudian mengikat atau membalutnya dengan pita plstik yang terbuat dari kantong plstik es selebar 1 cm. Penyungkupan bagian batang atas dimulai dari bekas sambungan dengan kantong plastik bening, kemudian mengikat bagian bawah dengan erat sehingga udara tidak mudah masuk. Menempatkan tanaman di tempat yang teduh dan ternaungi agar terhindar dari sinar cahaya matahari lansung. Setelah 3 minggu tutup sambungan baru bisa dibuka dan setelah umur 2-3 bulan setelah penyambungn pengikat sambungan dapat dilepas agar batang atas dapat tumbuh dengan baik.

(17)

17

c. Pemeliharaan Pasca Sambungan

Setelah tanaman durian disambung dilakukan pemeliharaan agar tumbuh secara optimal, pemeliharaan meliputi penyiraman 1 kali dalam sehari jika tanah masih lembab cukup di siram 1 kali dalam 2 hari, penyiangan terhadap gulma dan pemangkasan cabang batang bawah yang tumbuh secara liar dengan gunting pangkas serta pemupukan menggunakan pupuk NPK dengan dosis 3 gram per tanaman.

3.5.Parameter pengamatan

a. Persentase tumbuh sambung durian (%)

Pengmatan dilakukan 3 minggu setelah penyambungan berlansung dengan cara menghitung jumlah tanaman yang hidup dan yang mati. Dengan kriteria sambungan yang hidup adalah masih bewarna hijau dan sambugan yang mati bewarna coklat sampai hitam. Persentase sambunga ddapat dihitung dengan rumus :

Persentasi sambungan jadi = jumlah bibit sambungan yang hidup x 100% Jumlah bibit yang disambung

b. Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur dengan menggunakan penggaris dimulai dari bekas sayatan sambungan sampai dengan titik tumbuh, interval pengamatan dilakukan 1 minggu sekali sampai akhir penelitian, tinggi tanaman di ukur pada semua sampel yang hidup dari setiap perlakuan, kemudian dirata-ratakan dari setiap perlakuannya.

c. Jumlah cabang

Jumlah cabang dihitung apabila cabang sudah muncul pada sambungan dengan interval pengamatan 1 minggu sekali sampi akhir penelitian. Jumlah

(18)

18 cabang dihitung pada semua sampel yang hidup dari ketiga perlakuan kemudian dirata-ratakan di setiap perlakuan.

d. Jumlah daun (helai)

Jumlah daun dihitung pada daun yang sudah membuka sempurna. Pengamatan dilakukan dengan interval satu minggu sekali sampai penelitian selesai. Degan cara menghitung jumlah daun pada semua sampel yang hidup pada tiap-tiap perlakuan, kemudian dirata-ratakan dari masing-masing perlakuan,

(19)

19

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1. Persentase tumbuh tanaman durian (%)

Persentase tumbuh bibit durian dari beberapa tingkat ketuaan batang atas pada sambung pucuk durian diamati 3 minggu setelah penyambungan, dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Persentase Hidup (%) Sambung Pucuk Tanaman Durian Pada Beberapa Tingkat Ketuaan Batang Atas.

No Perlakuan Entres Sambung pucuk bibit durian yang hidup (%)

1 Entres tua 60

2 Entres medium 80

3 Entres muda 20

4.1.2. Tinggi tanaman (cm)

Hasil pengamatan pertambahan tinggi tanaman durian dengan beberapa tingkat ketuaan entres, untuk rata-rata dapat dilihat pada Tabel 2.

minggu I minggu II minggu III

tua 14,8 16,4 17,97 medium 16,2 17,7 18,9 muda 13,5 14,9 15,7 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 T in ggi tan am an

(20)

20

4.1.3. Jumlah Cabang

Jumlah cabang tanaman durian dengan perlakuan beberapa tingkat ketuaan batang atas, dengan rata-rata dapat dilihat pada Tabel 3.

4.1.4. Jumlah Daun

Hasil pengamatan jumlah daun yang telah terbuka sempurna di setiap cabang , pada umur 5 minggu setelah penyambungan disajikan pada Tabel 3.

minggu I minggu II minggu III

tua 2,33 2,33 2,33 medium 3,75 3,75 3,75 muda 2 2 2 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 J u m la h c a b a n g

minggu I minggu II minggu III

tua 0 3 3,67 medium 0 4,25 5 muda 0 2 2 0 1 2 3 4 5 6 J u m la h d a u n

Chart Title

(21)

21

4.2. Pembahasan

4.2.1. Persentase keberhasilan

Persentase keberhasilan sambung pucuk dari beberapa tingkat ketuaan entres yaitu entres tua, entres medium, dan entres muda terdapat perbedaan seperti yang terlihat pada Tabel 1. Entres muda memiliki persentase keberhasilan hanya 20 %, hal ini dikarenakan pucuk yang masih muda pada tanaman durian memiliki kandungan air yang lebih banyak dan tekstur dari batangnya lunak sehingga lebih rentan terhadap penyakit dan jamur akan menyebabkan entres muda cepat mati dan layu sebelum batang atas dan batang bawah menyatu. Apabila dibandingkan dengan entres medium dan entres tua yang lebih memiliki tekstur yang lebih keras dan kuat maka entres medium dan entres tua akan lebih tinggi tingkat, keberhasilannya. Selain itu, ada beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan dalam sambung pucuk seperti ikatan kurang kuat, teknik kerja, dan sebagainya. Menurut Rukmana (1996), perbanyakan tanaman durian dengan teknik sambung pucuk mencapai keberhasilan 80 - 90 % sambungan jadi dengan tingkat ketuaan batang atas medium atau tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda serta diikuti dengan keahlian dari yang melakukan penyambungan, sedangkan untuk batang bawah yaitu dipakai yang berumur 3 bulan karena pada umur tersebut sel-sel batang bawah yang masih muda lebih aktif membelah sehingga lebih cepat mengadakan pertautan antara kedua sel kambium antara batang bawah dan batang atas.

Menurut Jawal (1989), kondisi batang bawah dan batang atas juga mempengaruhi tingkat keberhasilan sambungan kondisi batang atas yang baik yaitu memiliki ketersediaan cadangan makanan dan kandungan hormon.

(22)

22 Cadangan makanan yang terkandung tersebut akan menunjang hidupnya entres selain adanya aliran hara dari dalam tanah ke seluruh bagian tanaman secara normal juga diperlukan untuk proses pertautan sambungan. Dan apa bila umur batang bawah dan batang atas yang digunakan terlalu muda atau terlalu tua maka akan mempengaruhi tingkat keberhasilan sambung pucuk.

Mekanisme terjadinya proses pertautan antara batang atas dan batang bawah adalah sebagai berikut: (1) lapisan cambium masing-masing sel tanaman baik batang atas dan batang bawah membentuk jaringan kalus berupa sel-sel parenkim, (2) sel-sel parenkim dari batang bawah dan batang atas masing-masing saling kontak, menyatu dan selanjutnya membaur, (3) sel-sel parenkim yang terbentuk akan terdiferensiasi membentuk kambium sebagai lanjutan dari lapisan cambium batang atas dan batang bawah yang lama, (4) dari lapisan kambium akan terbentuk jaringan pembuluh sehingga proses translokasi hara dari batang bawah ke batang atas dan sebaliknya untuk hasil fotosintesis dapat berlangsung kembali.

4.1.3. Tinggi tanaman

Tinggi tanaman durian setelah disambung terus bertambah setiap minggunya, dari ketiga perlakuan tingkat ketuaan batang atas, maka didapatkan pertumbuhan tinggi paling bagus terdapat pada perlakuan entres medium dengan rata-rata tinggi sambungan pada minggu ke 6 yaitu 18,9 cm, dan entres tua 17,97 cm serta entres muda 15,7 cm. Hal ini diduga karena pada saat penyaluran unsur hara dari akar keseluruh bagian tanaman berjalan dengan baik sehingga proses forosintesis dapat berjalan dengan baik, keadaan batang atas dan batang bawah yang digunakan serta keadaan lingkungan setempat pada saat penyambungan.

(23)

23 Pertumbuhan tinggi tanaman sangat dipengaruhi oleh gen yang mengendalikan pembelahan dan pemanjangan sel yang menyusun jaringan tanaman, sehingga terjadinya peningkatan tinggi tanaman. Selain itu menurut Rochiman dan Harjadi (1973), bahwa terbentuknya sistem perakaran yang baik pada tanaman akan membentuk pertumbuhan yang lebih baik, sehingga mampu meningkatkan tinggi tanaman, serta perkembangan tanaman juga dipengaruhi oleh lamanya penyinaran dan jumlah air dan hara tersedia sesuai kebutuhan.

4.1.4. Jumlah Cabang

Jumlah cabang yang tumbuh bervariasi karena belum stabilnya pertumbuhan cabang, seperti yang tertera pada tabel 3. Dari ke tiga tingkat ketuaan entres yang digunakan, entres medium menunjukan jumlah cabang yang lebih banyak dibandingkan dengan entres tua dan entres muda, rata-rata jumlah cabang pada entres tua adalah 2,33 sedangkan rata-rata jumlah cabang pada entres medium 3,75 dan entres muda adalah 2 cabang. Perbedaan jumlah cabang dari ke tiga perlakuan tersebut, mungkin disebabkan pada entres medium, memiliki tunas yang lebih bernas dan tingkat ketuaan entres sesuai untuk disambungkan dengan batang bawah, cadangan makanan lebih tersedia, sedangkan pada entres muda cabang terlalu muda kadar air yang banyak sehingga sulit untuk cabang tumbuh serta pada entres tua terlalu keras. Menurut setiadi (1993), durian yang menghasilkan jumlah cabang yang banyak diduga karena sambungan telah bertaut secara sempurna sehingga dapat meningkatkan penyerapan unsur hara, air dari dalam tanah untuk pembentukan sel-sel baru pertumbuhan batang dan jumlah percabangan.

(24)

24

4.1.5. Jumlah daun

Jumlah daun paling banyak terdapat pada perlakuan dengan menggunakan entres medium, yaitu dengan rata-rata 5 helai pada minggu ke 6 sedangkan entres tua dengan rata-rata 3,67 helai dan entres muda 2 helai. Hal ini diduga karena pada entres medium yang digunakan cadangan makanannya lebih tersedia dan cepat menyatu dengan batang bawah, maka dari itu pertumbuhan daunnya lebih cepat. Terjadinya peningkatan pertumbuhan jumlah daun durian desibebkan karena terjadinya pembelahan sel dari hasil fotosintesis dan aliran unsur hara dari dalam tanah berjalan dengan lancar serta pertautan sambungan yang baik akan mempermudah mengambil unsur hara dari akar kemudian di salurkan ke daun dan keseluruh bagian tanaman. Menurut langkitan (2000) tanaman akan melakukan proses fotosintesis pada daun-daun yang sudah terbentuk dan hasil dari fotosintesis tersebut seperti hormon, karbohidrat, protein akan digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman sehingga akan terbentuk pucuk dan daun – daun muda sampai menjadi daun sempurna. Selain itu unsur hara yang tersedia didalam tanah akan diserap oleh batang bawah dan dialirkan ke batang atas sehingga terbentuklah tanaman yang sempurna dan selanjutnya tanaman tersebut akan lebih cepat dalam menghasilkan daun-daun baru.

(25)

25

V.KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdaskan pembahasan yang telah dikemukakan diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Tanaman durian (Durio Zibethinus Murr) dapat diperbanyak secara sambung pucuk dengan baik.

2. Laju pertumbuhan tinggi sambung pucuk durian yang tertinggi terdapat pada entres medium dengan tinggi sambungan rata-rata 18,9 cm, jumlah cabang 3,75 dan jumlah daun 5 helai.

3. Kegiatan sambung pucuk tanaman durian memperoleh tingkat keberhasilan 80 % pada entres medium, 60 % pada entres tua, dan 20 % pada entres muda.

5.2.Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, sebaiknya dalam penyambungan tanaman durian, dilakukan dengan menggunakan entres medium dengan teknik kerja yang tepat.

Gambar

Tabel 1. Persentase Hidup (%) Sambung Pucuk Tanaman Durian Pada Beberapa  Tingkat Ketuaan Batang Atas

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai rata-rata hitung kemampuan menulis cerpen sebelum menggunakan model Project Based Learning berbantuan media gambar

Dalam menyelesaikan laporan Tugas Akhir yang berjudul Perancangan Pusat Dokumentasi Arsitektur Nusantara di Kota Malang ini, saya menyadari bahwa banyak pihak yang telah ikut

Kedua pemimpin sudah menunjukkan keinginan mereka untuk hubungan yang lebih baik namun, upaya normalisasi hubungan tidaklah semudah dibayangkan mengingat hubungan

7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah : penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan

Hal tersebut membuktikan bahwa dengan penerapan metode kooperatif tipe Group Investigation dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas V mata pelajaran matematika

Kota Dumai Mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan industri manufaktur 4 Arif Brillianto (2013) Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat perkembangan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi perbendaharaan kepustakaan IAIN Tulungagung dan dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian selanjutnya