• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kedudukan Desa dan Desa Adat dalam Perundang-undangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kedudukan Desa dan Desa Adat dalam Perundang-undangan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Kedudukan Desa dan Desa Adat dalam Perundang-undangan

Desa berasal dari bahasa India yakni “swadei” yang berarti tempat asal,

tempat tinggal, negeri asal, atau tanah leluhur yang merujuk pada satu kesatuan hidup, dengan satu kesatuan norma, serta memiliki batas yang jelas. Definisi tentang desa sendiri sampai sekarang masih perlu dikaji karena batasannya menjadi perdebatan panjang di kalangan para ahli. Desa di bentuk berdasarkan kebutuhan masyarakat di daerah tertentu yang satu dengan daerah lain yang beda kulturnya. Beberapa para ahli atau pakr mengemukakan pendapatnya dari

tinjuan masing-masing.1

Bintaro (1983) yang memandang Desa dari segi geografi, mendefinisikan desa sebagai : “suatu hal dari perwujudan antara kegiatan sekelompok manusia dengan lingkungannya. Hasil dari perpaduan ini ialah suatu wujud atau penampakan di muka bumi yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografi, sosial ekonomis, politis dan kultural yang saling berinteraksi antar unsur tersebut dan

juga dalam hubungannya dengan daerah lain.”2

Namun demikian tentang pengertian desa tersebut, lebih lanjut Unang Sunardjo mejelaskan bahwa : “Desa merupakan suatu kesatuan masyrakat hukum berdasarkan adat dan hukum adat yang menetap dalam suatu wilayah

1Sadu Wasistono & M.Irwan Tahir, Prosfek Pengembangan Desa, Bandung : Fokusmedia, 2006, hlm 7

(2)

tertentu batas-batasnya, memiliki ikatan lahir bathin yang sangat kuat, baik karena seketurunan maupun sama-sama memiliki kepentingan politik, ekonomi, sosial dan keamanan, memiliki susunan pengurus yang dipilih

bersama, memiliki kekayaan dalam jumlah tertentu dan berhak

menyelenggarakan rumah tangganya sendiri.”3

Desa atau sebutan-sebutan lain yang sangat beragam di Indonesia pada awalnya merupakan organisasi komunitas lokal yang mempunyai batas-batas wilayah, dihuni oleh sejumlah penduduk, dan mempunyai adat istiadat untuk

mengelola dirinya sendiri. Inilah yang disebut self-govering comunity, sebutan

desa sebagai kesatuan masyarakat hukum, baru dikenal pada masa kolonial

belanda.4

Desa adalah institusi dan entitas masyarakat hukum tertua yang bersifat asli. Keaslian Desa terletak pada kewenangan otonomi dan tata pemerintahannya, yang diatur dan dikelola berdasarkan atas hak asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui sah oleh UUD Tahun 1945 berdasarkan Pasal 18B ayat (2), melakukan perubahan mendasar adalah diakui dan dihormatinya kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip-prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. Desa dalam kedudukannya di Negara Kesatuan Republik Indonesia, tidak dapat

3Sadu Wasistono & M.Irwan Tahir, Op.cit, hlm 8

4Sutoro Eko, “Masa Lalu, MasaKini dan Masa Depan Otonomi Desa”, dalam Soetandyo Wignosurbroto dkk (Tim Penulis), Pasang Surut Otonomi Daerah, Sketsa Perjalanan 100 Tahun, Jakarta : Institute for Local Development dan Yayasan Tifa, 2005, hlm. 444

(3)

dilepas pisahkan dengan berbagai keberadaan daerah yang lain, baik itu, provinsi atau kabupaten/kota, Pasal 1 ayat (1) UUD Tahun 1945 sebelum amandemen menyatakan bahwa Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang

berbentuk republik.5

Desa atau yang disebut dengan nama lain mempunyai karakteristik yang berlaku umum untuk seluruh Indonesia, sedangkan Desa Adat atau yang disebut dengan nama lain mempunyai karakteristik yang berbeda dari Desa pada umumnya, terutama karena kuatnya pengaruh adat terhadap sistem pemerintahan lokal, pengelolaan sumber daya lokal, dan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa.

Desa Adat pada prinsipnya merupakan warisan organisasi

kepemerintahan masyarakat lokal yang dipelihara secara turun-temurun yang tetap diakui dan diperjuangkan oleh pemimpin dan masyarakat Desa Adat agar dapat berfungsi mengembangkan kesejahteraan dan identitas sosial budaya lokal. Desa Adat memiliki hak asal usul yang lebih dominan daripada hak asal usul Desa sejak Desa Adat itu lahir sebagai komunitas asli yang ada di tengah masyarakat. Desa Adat adalah sebuah kesatuan masyarakat hukum adat yang secara historis mempunyai batas wilayah dan identitas budaya yang terbentuk atas dasar teritorial yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat Desa berdasarkan hak asal usul.6

5Ratno Lukito, Hukum Sakral dan Hukum Sekuler, Tangerang; Pustaka Alvabet, 2008, hlm. 1

(4)

Desa dan Desa Adat sebagaimana tercantum dalam Pasal 6 UU Desa, yang menyebutkan bahwa Desa terdiri atas Desa dan Desa Adat. Ketentuan ini sudah dijelaskan dalam Naskah Akademik RUU Desa yang menyatakan bahwa, “sesuai dengan pemikiran dan konteks empirik yang berkembang di

Indonesia, setidaknya ada tiga tipe bentuk desa, yaitu : (a) Tipe Desa Adat (self

governing community) sebagai bentuk Desa asli dan tertua di Indonesia. (b)

Tipe Desa Administrartif (local state goverment). Dan (c) Tipe Desa Otonom

atau dulu disebut sebagai Desa Praja atau dapat juga disebut sebagai (local self

goverment). “Penetaan Desa merupakan topik sensitif. Dalam pembahasan kedudukan Desa Adat dan Desa menjadi obyek yang setara. Karena ketentuan pengaturan penataan terhadap Desa akan berlaku pula bagi Desa Adat. Termasuk juga bagi Kelurahan sebuah satuan pemerintahan terkecil yang terdapat di wilayah administrartif berskala urban.

Tanggapan dalam konstitusi kita, keberadaan Desa Adat sudah diakui. Hal ini sangat jelas terpatri dalam Pasal 18B ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip NKRI, yang diatur dalam UU”. Adanya kesatuan masyarakat hukum adat itu terbentuk berdasarkan tiga prinsip dasar yaitu geneologis, teritorial, dan/atau gabungan antara prinsip geneologis dan prinsip teritorial. Undang-undang Desa hanya mengakomodir dua prinsip karena yang diatur adalah kesatuan masyarakat hukum adat yang merupakan gabungan antara geneologis dan teritorial.

(5)

Penetapan Desa Adat untuk pertama kalinya berpedoman pada ketentuan khusus sebagaimana diatur dalam Bab XIII UU Desa. Sedangkan pembentukan Desa Adat yang baru berpedoman pada ketentuan sebagaimana diatur dalam Bab III UU Desa. Namun demikian, karena kesatuan masyarakat hukum adat

yang ditetapkan menjadi Desa Adat melaksanakan fungsi pemerintahan (local

self goverment) maka ada syarat mutlak yaitu adanya wilayah dengan batas yang jelas, adanya pemerintahan, dan perangkat lain serta ditambah dengan salah satu pranata lain dalam kehidupan masyarakat hukum adat seperti perasaan bersama, harta kekayaaan, dan pranata pemerintahan adat.

Penetapan Desa Adat serta merta tidak bisa dilakukan dengan begitu saja. Penetapan Desa Adat ini harus dilakukan dengan selektif. Artinya harus ada suatu syarat-syarat tertentu yang harus dicapai untuk menetapkan suatu desa adat. Menurut Jimly Asshiddiqie, dari rumusan Pasal 18B ayat (2) UUD 1945, kita dapat mengetahui bahwa syarat dan prosedur pengakuan terhadap masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya itu harus diatur dengan undang-undang ataupun dalam pelbagai undang-undang lain yang terkait. Wilayah hukum adat ini tentu saja tidak sama dengan wilayah hukum pemerintah desa atau apalagi dengan pemerintah kelurahan yang terdapat di kota-kota. Wilayah hukum masyarakat hukum adat itu terdapat di daerah kota ataupun di pedesaan, sehingga wilayah keduanya tidak dapat diidentikkan secara nasional, meskipun boleh jadi ada juga desa yang sekaligus merupakan

suatu kesatuan masyarakat hukum adat di beberapa daerah di Indonesia.7

(6)

Masyarakat adat memiliki sifat yang demokratis di mana kepentingan bersama lebih diutamakan dibandingkan dengan kepentingan perorangan. Demokrasi dan keadilan dalam masyrakat hukum adat berjalan bersama dengan nilai komunal dan gotong royong dalam masyarakat hukum adat. Perilaku demokratis dipengaruhi oleh nilai kekuasaan umum, asas

musyawarah, dan perwakilan dalam sistem pemerintahan.8 Perilaku demokratis

diimplementasikan dengan cara yang berbeda sesuai dengan kebiasaan hidup yang berlaku di masyarakat.

Baik desa yang pengaturannya berdasarkan undang-undang tentang desa maupun desa adat yang pengaturannya berdasarkan nilai adat-istiadat yang hidup di masyarakatnya, menggambarkan suatu mekanisme pemerintahan yang demokratis dan mampu mengembangkan masyarakatnya menjadi masyarakat yang proaktif dalam berbagai kegiatan dan pengambilan kebijakan pada tatanan pembangunan dan pemerintahan di pedesaan.

Khusus pada desa adat pada desa di Jawa, Ambon, dan Minangkabau menggambarka keanekaragaman adat yang berkembang di masyarakat dan penerapan sistem pemerintahannya. Pengisian jabatan dan susunan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan sistem kekeluargaan yang didahului dengan rapat permusyawaratan untuk mendapatkan dasar sekato (surat bulat) oleh seluruh warga (di Jawa dan Bali) atau anatara seluruh kepala rakyat dari

persekutuan.9

8Syahrizal Abbas, Mediasi Dalam Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum Nasional, Jakarta : Kencana, 2011, hlm 242

(7)

B.Kepala Desa Dan Kepala Desa Adat 1. Kepala Desa

Kepala Desa adalah sebutan bagi pemimpin di dalam Desa di Indonesia. Kepala Desa juga merupakan pemimpin tertinggi dari pemerintah desa. Masa jabatan seorang Kepala Desa adalah 6 (enam) tahun, dan dapat diperpanjang lagi untuk 3 (tiga) kali masa jabatan berikutnya berturut-turut atau tidak. Kepala Desa tidak bertanggung jawab kepada Camat, namun hanya dikoordinasikan saja oleh Camat. Kepala Desa bertanggung jawab kepada Pembantu pimpinan wilayah daerah tingkat II (dikenal dengan

istilah wedana).10

Kepala Desa menurut UU Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (3) :

“Pemerintahan Desa Adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Desa.”

Kepala Desa harus dipilih secara langsung oleh penduduk desa dari calon kepala desa yang telah ditetapkan oleh panitia pemilihan. Pelaksanaan pemilihan kepala desa juga harus bersifat langsung, umum, bebas dan rahasia, jujur dan adil. Pemilihan dilaksanakan pada hari, tanggal dan tempat yang telah ditentukan oleh panitia pemilihan. Paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan pemilihan, panitia pemilihan memberitahukan kepada penduduk desa yang berhak memilih dan mengadakan pengumuman

(8)

ditempat-tempat yang mudah diketahui masyarakat umum tentang akan diadakan pemilihan kepala desa.

Setelah pemungutan suara selesai dilaksanakan, ketua penitia

pemungutan mengumumkan pelaksanaan pemungutan suara dan

menanyakan kepada forum rapat sah dan tidaknya pelaksanaan pemungutan suara. Dalam hal forum rapat tidak mengajukan keberatan, maka ketua penitia pemilihan menyatakan bahwa pelaksanaan pemungutan suara dianggap sah, dan dilanjutkan dengan proses perhitungan suara. Dalam hal forum rapat mengajukan keberatan, proses perhitungan suara tetap dilanjutkan dan menyangkut keberatan diselesaikan oleh panitia pengawas.

Seorang Kepala Desa juga mempunyai wewenang dalam melaksankan tugas yaitu :

a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan

kebijakan yang ditetapkan bersama BPD.

b. Mengajukan rancangan Peraturan Desa.

c. Menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan bersama

BPD.

d. Menyusun dan mengajukan rancangan Peraturan Desa mengenai APB

Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD.

e. Membina kehidupan masyarakat desa.

f. Membina perekonomian desa.

g. Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif;

h. Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapatmenunjuk

kuasa hokum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan

i. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan

(9)

Kepala Desa bukan hanya memiliki wewenang dalam melaksanakan tugas tetapi Kepala Desa juga memiliki kewajiban yang harus dipenuhi dalam melaksanakan tugasnya yaitu :

a. Memegang teguh dan mengasmalkan Pancasila, melaksanakan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

c. Memelihara ketentraman dan keterlibatan masyarakat.

d. Melaksanakan kehidupan demokrasi.

e. Melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas

dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

f. Menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan

desa.

g. Menaati dan menegakan seluruh peraturan perundang-undangan.

h. Menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik.

i. Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan

desa.

j. Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa.

k. Mendamaikan perselisihamn masyarakat di desa.

l. Mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa.

m.Membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan

adat istiadat.

n. Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa; serta

o. Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan

lingkungan hidup.

2. Kepala Desa Adat

Kepala Desa Adat/Desa atau yang disebut dengan nama lain merupakan Kepala Pemerintahan Desa Adat/Desa yang memimpin penyelenggaraan Pemerintahan. Kepala Desa Adat /Desa atau yang disebut dengan nama lain mempunyai peran penting dalam kedudukannya sebagai kepanjangan tangan Negara yang dekat dengan masyarakat dan sebagai pemimpin masyarakat. Dengan posisi yang demikian itu pada

(10)

dasarnya Kepala Desa Adat dan Kepala Desa itu sama tetapi sebutannya disesuaikan dengan sebutan lokal, Kepala Desa dan Kepala Desa Adat juga berkedudukan yang sama yaitu sebagai Kepala Pemerintah Desa/Desa Adat dan sebagai pemimpin masyarakat, tetapi Kepala Desa dipilih secara demokratis dan langsung oleh masyarakat setempat, kecuali bagi Desa Adat dapat menggunakan mekanisme lokal atau bisa dikatakan bahwa, pengaturan dan pelaksanaan pemerintahan dilakukan berdasarkan susunan asli atau dengan kata lain pemerintahan dilakukan berdasarkan struktur dan kelembagaan asli, seperti nagari, huta, marga dan lain-lain.

Artinya, hak-hak asal usul Desa Adat adalah hak asal usul yang melekat pada masyarakat hukum adat, terutama yang terkait dengan hak ulayat masyarakat hukum adat dan pencalonan Kepala Desa dalam pemilihan langsung tidak menggunakan basis partai politik sehingga Kepala Desa dilarang menjadi pengurus partai politik. Sehingga Pemerintahan Desa Adat dilaksanakan sesuai dengan hak asal usul dan hukum adat yang berlaku di Desa Adat yang masih hidup serta sesuai dengan perkembangan masyarakat dan tidak bertentangan dengan asas penyelenggaraan Pemerintahan Desa Adat dalam prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Jabatan seorang Kepala Desa Adat/Desa bisa disebut dengan nama

(11)

tua (Sulawesi Utara), perbekel (Bali), kuwu (Cirebon, Brebes, Tegal,

Pemalang dan Indramayu) dan Raja (Ambon).11

Referensi

Dokumen terkait

Desa Wisata ini sangat sesuai dengan karateristik masyarakat pedesaan karena memiliki strategi pengembangan community based-tourism yaitu masyarakat dituntut berperan

Ada hubungan yang signifikan antara karakteristik mahasiswa dengan persepsi caring pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan di FK UNUD... viii

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat, hidayah dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : hasil belajar Mata Kuliah Pengembangan Bahasa Daerah yang diajar menggunakan metode role playing lebih baik dibandingkan

Dalam penelitian ini peneliti melakukan teknik pengolahan dan analisis data secara kuantitatif dimana data mentah diperoleh dari jawaban responden terhadap

SA ) perusahaan milik Belgia yang dibentuk pada tahun 1930 di Medan.. Hallet sebagai pendiri Socfin telah memulai perkebunan komersil karet di Indonesia sejak

Sebagai salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di sekolah berkaiatan dengan materi pada mata pelajaran IPA, maka dipilih

Sebaliknya pendidikan yang kurang akan mengahambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai yang baru diperkenalkan.Menurut IBMantra,1994 makin tinggi tingkat pendidikan