• Tidak ada hasil yang ditemukan

Psikologi belajar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Psikologi belajar"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

RIZMA FITHRI, S.Psi, M. Si

PRODI PSIKOLOGI

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SUNAN AMPEL

SURABAYA

(2)

                                                               PRAKATA

Alhamdulillah puji syukur ke Hadirat Allah SWT atas selesainya buku perkuliahan Psikologi Belajar. Buku ini disusun untuk memenuhi kebutuhan bahan pustaka psikologi belajar yang selama ini dirasa cukup kurang. Penulisan buku ini dibiayai oleh IDB sebagai implementasi peningkatan mutu pembelajaran di lingkungan UIN Sunan Ampel Surabaya.

Buku ini diharapkan dapat membantu mahasiswa peserta mata kuliah psikologi belajar untuk lebih mudah memahami teori-teori pskologi belajar, mulai dari teori belajar behavioristik, kognitif, humanistik dan konstruktifism. Selain itu juga diharapkan mahasiswa mampu mengaplikasikan teori-teori belajar dalam situasi belajar dan mengajar yang sesungguhnya. Buku ini akan banyak membantu mahasiswa yang tertarik dengan masalah belajar dan pembelajaran.

Akhir kata, semoga buku perkuliahan ini bermanfaat untuk seluruh mahasiswa yang berminat terhadap psikologi belajar khususnya dan psikologi pendidikan pada umumnya.

Surabaya, Desember 2014 Penulis

Rizma Fithri, S. Psi, M. Si

(3)

                                                          PENDAHULU Halaman Judul i Prakata ii

Daftar Isi iii

Satuan Acara Perkuliahan iv

ISI PAKET

Paket 1 : Pengertian Psikologi Belajar 1

Paket 2 : Teori Koneksionisme 2

Paket 3 : Teori Behaviorisme : Classical Conditioning Ivan Pavlov, Cotiguous Conditioning Edwin Ray Guthrie

35 Paket 4 : Teori Behaviorisme : Deduktif Hipotetik Clark L Hull, Operant

Conditioning B. F. Skinner

59

Paket 5 : Teori Kognitif : Gestalt – Jean Piaget 75

Paket 6 : Teori Kognitif : Pemrosesan Informasi 87

Paket 7 : Teori Belajar Sosial Albert Bandura 101

Paket 8 : Teori Belajar Kontruktivism Vygotsky 111

Paket 9 : Belajar Verbal 119

Paket 10 : Transfer Belajar 129

Paket 11 : Motivasi dalam Belajar 139

PENUTUP

Sistem Evaluasi dan Penilaian 155

Daftar Pustaka 156

Curriculum Vitae Penulis 156

(4)

                                                              

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

A. Identitas

Nama Mata Kuliah : Psikologi Belajar Jurusan/Program Studi : Psikologi

Bobot : 3 SKS

Waktu : 3 X 50 menit

Kelompok Mata Kuliah :

B. Deskripsi

Matakuliah ini akan membekali mahasiswa untuk Mampu memahami pengertian, ruang lingkup, dan pendekatan dalam psikologi belajar, Mampu memahami teori-teori psikologi belajar, Mampu memahami implikasi teori belajar dalam pendidikan, Mampu menerapkan teori-teori psikologi belajar sebagai referensi analisis perilaku manusia

C. Urgensi

Matakuliah ini adalah matakuliah dasar untuk memahami dan mengaplikasikan teori-teori psikologi dalam pendidikan baik pendidikan formal ataupun nonformal.

D. Kompetensi Dasar, Indikator dan Materi

No KD Indikator Materi 1 Menjelaskan pengertian psikologi belajar, jenis-jenis belajar, dan hasil-hasil penelitian dalam belajar

Mahasiswa mampu menjelaskan 1. Pengertian psikologi belajar 2. Jenis-jenis belajar

3. Pendekatan dalam belajar 4. Hasil-hasil penelitian dalam

belajar

1. Pengertian psikologi belajar

2. Jenis-jenis belajar

3. Pendekatan dalam belajar 4. Hasil-hasil penelitian

dalam belajar

2 Menjelaskan teori-teori dalam belajar dan

implementasinya dalam proses belajar mengajar

Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengklasifikasi serta mengimplementasikan teori dalam proses belajar mengajar: Koneksionisme : Edward Lee Thorndike

Teori belajar koneksionisme : Edward Lee Thorndike

(5)

                                                         

teori dalam belajar dan

implementasinya dalam proses belajar mengajar

belajar dan implementasinya dalam proses belajar mengajar ; Teori belajar klasikal konditioning ; Ivan pavlov; Edwin Ray Guthrie

konditioning ; 1.Ivan pavlov; 2.Edwin Ray Guthrie

4 Menjelaskan teori-teori dalam belajar dan

implementasinya dalam proses belajar mengajar

Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengklasifikasi serta

mengimplementasikan teori dalam proses belajar mengajar ;

Teori belajar operant : BF. Skinner.

Teori Behaviorisme Deduktif Hipotetik Clark L. Hull

1.Teori belajar operant : BF. Skinner

2.Teori behaviorisme deduktif hipotetik Clark L. Hull

5 Menjelaskan teori-teori dalam belajar dan

implementasinya dalam proses belajar mengajar

Menjelaskan teori-teori dalam belajar dan implementasinya dalam proses belajar mengajar Teori belajar kognitif ; Gestalt ; Jean Piaget

Teori belajar kognitif 1.Gestalt ;

2.Jean Piaget

6 Menjelaskan teori-teori dalam belajar dan

implementasinya dalam proses belajar mengajar

Menjelaskan teori-teori dalam belajar dan implementasinya dalam proses belajar mengajar ; Teori kognitif ; Edward Chace Tolman; teori pemrosesan informasi

Teori kognitif ;

1.Edward Chace Tolman; 2.teori pemrosesan informasi

7 Menjelaskan teori-teori dalam belajar dan

implementasinya dalam proses belajar mengajar

Menjelaskan teori-teori dalam belajar dan implementasinya dalam proses belajar mengajar ; Teori belajar sosial; Albert Bandura

Teori belajar sosial; Albert Bandura

8 Menjelaskan teori-teori dalam belajar dan

implementasinya dalam proses belajar mengajar

Menjelaskan teori-teori dalam belajar dan implementasinya dalam proses belajar mengajar ; teori konstruktivisme

Vygotsky’s sociocultural theory

(6)

                                                               9 Menjelaskan proses belajar verbal

Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengklasifikasikan

1.proses pemerolehan ketrampilan dalam belajar

2.proses pemerolehan bahasa secara komprehensif

3.Konten area dalam belajar seperti reading, writing, dan mathematics

Konten area dalam belajar; pemerolehan ketrampilan, bahasa, Reading,writing, dan

mathematics 10 Menjelaskan transfer belajar Mahasiswa mampu mendeskripsikan: 1.

Pengertian dan proses Transfer belajar

11 Menjelaskan Motivasi dan teori motivasi dalam proses belajar mengajar

Mahasiswa mampu menjelaskan dan membandingkan

1.Pengertian motivasi

2.Teori-teori motivasi dalam belajar

3.Motivasi berprestasi 4.Teori atribusi

Pengertian motivasi dan teori motivasi ; teori dorongan, dan Teori Humanistik

(7)

                                                       

PENGERTIAN PSIKOLOGI BELAJAR Pendahuluan

Paket ini akan membicarakan tentang pengertian psikologi belajar yang meliputi materi pengertian/definisi psikologi belajar, jenis-jenis belajar, pendekatan atau teori-teori dalam belajar dan hasil-hasil penelitian dalam belajar. Paket ini akan memberikan pengetahuan dasar mengenaii bagaimana manusia belajar untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan baru yang akan dibicarakan dalam paket-paket berikutnya.

Dalam paket ini mahasiswa akan mengkaji pengertian/definisi psikologi belajar supaya dapat membedakan perilaku sebagai hasil belajar/bukan. Setelah itu mahasiswa akan mengkaji bgaimana proses belajar dilakukan melalui jenis-jenis belajar dan pendekatannya. Selain itu mahasiswa juga akan mempelajari psikologi belajar melalui hasil-hasil penelitian. Sebelum perkuliahan berlangsung, dosen akan memberikan pengantar mengenai materi yang akan dibicarakan dalam psikologi belajar dan memberikan tugas untuk pendalaman materi.

Perkuliahan pada paket ini membutuhkan LCD dan laptop untuk mempresentasikan slide materi, kertas plano, spidol, isolasi dan kertas post it untuk latihan tugas/pembuatan peta konsep.

(8)

                                                               2

Rencana Pelaksanaan Perkuliahan Kompetensi Dasar

Menjelaskan pengertian psikologi belajar, jenis-jenis belajar, pendekatan dalam psikologi belajar dan hasil-hasil penelitian dalam belajar.

Indikator

Pada akhir perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menjelaskan Pengertian psikologi belajar

2. Mengkategorikan Jenis-jenis belajar 3. Menerangkan Pendekatan dalam belajar

4. Mencontohkan Hasil-hasil penelitian dalam belajar

Waktu

3x50 menit

Materi pokok

1. Pengertian psikologi belajar 2. Jenis-jenis belajar

3. Pendekatan dalam belajar

4. Hasil-hasil penelitian dalam belajar

Kegiatan Perkuliahan Kegiatan Awal (15 menit)

1. Brainstorming mengenai psikologi belajar dengan cara mencari contoh-contoh perilaku yang disebut hasil belajar.

2. Penjelasan tentang psikologi belajar

Kegiatan Inti (115 menit)

1. Membagi mahasiswa kedalam 4 kelompok

2. Masing-masing kelompok mendiskusikan sub tema : Kelompok 1 : pengertian psikologi belajar

Kelompok 2 : jenis-jenis belajar

Kelompok 3 : pendekatan dalam belajar

Kelompok 4 : hasil-hasil penelitian dalam belajar 3. Presentasi hasil diskusi masing-masing kelompok

(9)

                                                       

4. Klarifikasi kelompok lain terhadap presentasi masing-masing kelompok 5. Penguatan hasil diskusi oleh dosen

6. Tanya jawab dosen-mahasiswa mengenai materi yang belum difahami

Kegiatan Penutup (15 menit)

1. Menyimpulkan hasil perkuliahan

2. Refleksi hasil perkuliahan oleh dosen dan mahasiswa

Kegiatan Tindak Lanjut (5 menit)

1. Memberi tugas latihan

2. Mempersiapkan perkuliahan selanjutnya dengan

a. Menunjuk kelompok yang akan mempresentasikan materi teori belajar koneksionisme Edward Lee Thorndike

b. Menunjuk kelompok yang akan mempresentasikan materi teori belajar koneksionisme Clark L. Hull

c. Memberi tugas membuat pertanyaan mengenai teori belajar koneksionisme bagi kelompok lain yang tidak bertugas presentasi.

Lembar Kegiatan

Membuat peta konsep (Mind Map) pengantar psikologi belajar.

Tujuan

Mahasiswa dapat membuat peta konsep untuk memahami pengertian psikologii belajar, jenis-jenis belajar dan pendekatan dalam psikologi belajar serta dapat memberi contoh tentang perilaku yang dihasilkan dari proses belajar.

Bahan dan Alat

Kertas plano, spidol warna, kertas post it dan isolasi

Langkah Kegiatan

1. Pilihlah seorang pemandu kerja kelompok dan penulis konsep hasil kerja 2. Diskusikan materi yang telah ditentukan dengan anggota kelompok 3. Tuliskan hasil diskusi dalam bentuk peta konsep seperti yang telah

dicontohkan

4. Tempelkan hasil kerja kelompok di papan tulis/dinding kelas

(10)

                                                               4

6. Presentasikan secara bergilir dengan waktu masing-masing kelompok + 5 menit.

7. Berikan tanggapan/klarifikasi dari presentasi.

Uraian Materi

PENGERTIAN PSIKOLOGI BELAJAR

Definisi Pembelajaran

Menurut seorang ahli pendidikan, Dimyati X–lalimud, bahwa belajar adalah suatu perubahan dalam diri seseorang yang terjadi karena pengala-man. Dalam hal ini juga ditekankan pada pentingnya per'Libahan'tingkah laku, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak. Pengertian belajar menurut Ernest H. Hilgard adalah dapat melakukan sesuatu yang dilakukan sebelum ia belajar atau bila kelakuannya berubah sehingga lain caranya menghadapi sesuatu situasi daripada sebelum itu. Sifat perubahannya relatif permanen, tidak akan kembali kepada keadaan semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat, seperti perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan sebagainya.

Pengertian lain menurut Oemar Hamalik bahwa belajar adalah bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara berperi laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Adapun Winkel menyatakan sebagai semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.

Robert Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977, mengemukakan bahwa belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan

(11)

                                                       

tindakan serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah.

Menurut Sumadi Suryabrata hal-hal pokok yang ditemui dalam belajar, antara lain:

1. Bahwa belajar itu membawa perubahan (behavioral changes, aktif maupun potensial)

2. Bahwa belajar berarti mendapatkan kecakapan baru 3. Bahwa belajar terjadi karena usaha

Mengingat ticlak semua tingkah laku dapat dikategorikan sebagai aktivitas belajar, menurut Sugihartono dkk ciri-ciri perilaku belajar, adalah sebagai berikut:

1. Perubahan tingkah laku terjadi secara sadar 2. Perubahan bersifat kontinu dan fungsional 3. Perubahan bersifat positif dan aktif

a.Perubahan bersifat permanen

b. Perubahan dalam belajar bertujuan dan berarah c. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Dari beberapa pengertian tersebut maka seseorang dikatakan telah belajar apabila pada dirinya terjadi perubahan tertentu. Dengan kata lain bahwa belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku pada diri seseorang melalui suatu proses tertentu. Namun demikian tidak semua perubahan tingkah laku itu disebabkan oleh hasil belajar, tetapi juga dikarenakan oleh proses alamiah atau keadaan sementara pada diri seseorang.

Orang-orang sepakat bahwa pembelajaran itu penting, Tetapi mereka mempunyai pandangan yang berbeda-beda tentang penyebab-penyebab, proses-proses, dan akibatakibat pembelajaran. Tidak ada satu definisi

(12)

                                                               6

pembelajaran yang diterima secara universal oleh para teoretisi, peneliti, dan praktisi. Meskipun ada perbedaan pendapat tentang apa persisnya karakteristik pembelajaran, di bawah ini terdapat definisi umum pembelajaran yang sejalan dengan fokus kognitif dalam buku ini dan mencakup kriteriakriteria yang menurut sebagian besar profesional pendidikan merupakan pokok pembelajaran.

Pembelajaran merupakan perubahan yang bertahan lama dalam perilaku, atau dalam kapasitas berperilaku dengan cara tertentu yang dihasilkan dari praktik atau bentuk-bentuk pengalaman lainnya.

Kriteria-kriteri Pembelajaran

 Pembelajaran melibatkan perubahan

 Pembelajaran bertahan lama seiring "dengan waktu  Tembelajaran terjadi melalui pengalaman

Tabel 1.1 Kriteria-kriteria Pembelajaran

Mari kita telaah lebih jauh definisi ini untuk mengidentifikasi tiga kriteria pembelajaran (Tabel 1.1).

Yang pertama adalah pembelajaran melibatkan perubahan - dalam perilaku atau dalam kapasitas berperilaku. Orang dikatakan belajar ketika mereka menjadi mampu melakukan suatu hal dengan cara yang berbeda. Sementara itu kita harus ingat bahwa pembelajaran itu berkenaan dengan penarikan kesimpulan. Kita tidak dapat mengamati pembelajaran secara langsung; yang dapat kita amati adalah produk - produk nya atau hasil akhirnya. Pembelajaran dinilai berdasarkan apa yang diucapkan, dituliskan, dan dilakukan seseorang. Akan tetapi perlu kita pahami juga bahwa pembelajaran melibatkan berubahnya kapasitas untuk berperilaku dengan cara tertentu karena orang tidak biasa mempelajari suatu keterampilan,

(13)

                                                       

pengetahuan, keyakinan, atau perilaku tanpa rnernpraktikkannya pada saat pembelajaran sedang berlangsung.

Kriteria kedua adalah pembelajaran bertahan lama seiring dengan. waktu. Ini berarti, perubahan-perubahan perilaku yang bersifat sementara tidak termasuk di dalamnya (misalnya: berbicara dengan ucapan yang tidak jelas) yang dipicu oleh faktor-faktor seperti obat-obatan, alkohol, dan kelelahan. perubahan-perubahan tersebut hanya sementara karena ketika penyebab atau pemicunya hilang, perilakunya akan kembali ke keadaan semula. Tetapi pembelajaran bisa jadi tidak bertahan selamanya karena terjadinya lupa. Ada perbedaan pendapat tentang berapa lama perubahan harus bertahan untuk dapat disebut sebagai hasil pembelajaran, tetapi kebanyakan orang sepakat bahwa perubahan yang durasinya singkat (misalnya: terjadi beberapa detik) tidak dapat dikualifikasikan sebagai pembelajaran.

Kriteria ketiga adalah pembelajaran terjadi melalui pengalaman

(misalnya: dari praktik, dari mengamati orang lain), Kriteria ini tidak mencakup perubahan - perubahan perilaku yang terutama terbentuk karena faktor keturunan seperti perubahan - perubahan kematangan pada anak - anak (misalnya: merangkak, berdiri). Meski demikian, perbedaan antara proses kematangan dan pembelajaran sering tidak bisa dipastikan secara jelas. Orang bisa saja memiliki bawaan lahir untuk melakukan bentuk-bentuk perilaku tertentu, tetapi perkembangan sebenarnya dari perilaku - perilaku tertentu tergantung pada lingkungan. Dalam hal ini, bahasa dapat menjadi contoh yang bagus. Ketika perangkatperangkat vokal manusia berkembang, manusia dapat mengucapkan bahasa, tetapi kata-kata yang diucapkannya itu didapat dari belajar; dari interaksinya dengan orang lain. Meskipun faktor genetik penting bagi akuisisi bahasa pada anak - anak,

(14)

                                                               8

pengajaran dan interaksi sosial dengan orang tua, guru, dan teman sebaya memberikan pengaruh yang kuat terhadap penguasaan keterampilan berbahasa pada anak-anak. Dengan cara yang serupa, melalui perkembangan normalnya anak-anak bisa merangkak dan berdiri, tetapi lingkungannya harus responsif dan memberikan kesempatan pada terbentuknya perilaku-perilaku ini. Anak-anak yang gerakan tubuhnya dibatasi tidak akan berkembang secara normal.

Jenis-jenis Pembelajaran

1. Pembelajaran formal

Pembelajaran formal adalah pendidikan yang diterima secara langsung dari institusi-institusi tertentu seperti sekolah, institut, universitas dan sebagainya.

Ciri-ciri pembelajaran formal: a. Diterima secara langsung

b. Dikendalikan oleh suatu institusi dan dilembagakan

c. Berdasarkan kurikulum tertentu sesuai yang berlaku di dinas pendidikan

d. Biasanya dilaksanakan dalam bangunan yang sudah disechakan sarana prasarananya seperti meja, kursi, papan tulis dan sebagainya.

e. Dilaksanakan oleh pendidik yang berijazah (sertifikat) dan terlatih f. Melibatkan penilaian pada tiap-tiap tahap yang dilalui dalam bentuk

sumatif dan formatif

g. Lebih menekankan pada pendidikan kognitif (intelektual), afektif (emosi), psikomotor (jasmani dan rohani)

2. Pembelajaran informal

Pembelajaran informal atau tidak formal merupakan perlakuan pelajar yang terlaksana secara tidak langsung dan tanpa disadari. Sebagai contohnya adalah pengetahuan, didikan dari orang tuanya, teman sekolahnya, dari pergaulan, menghadiri seminar, menonton televisi, mendengarkan radio, membaca koran, internet dan sebagainya.

(15)

                                                       

a. Berlaku sepanjang hidup

b. Tidak menetapkan isi (materi) pelajaran tertentu yang harus dikasai c. Tidak terikat oleh intitusi tertentu seperti dinas, sekolah dan

sebagainya

d. Belaku kapan saja dan di mana saja tidak tergantung tempat (sekolah) e. Terjadi secara tidak langsung melalui pengalaman -pengalaman f. Pembelajaran tidak memerlukan guru terlatih atau ahlinya g. Tidak menggunakan sembarang penilaian

3. Pembelajaran nonformal

Dalam Wikipedia yang dimaksud dengan pembelajaran nonformal adalah pendidikan di luar jalur pendidikan, di luar pendidikan formal, yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.

Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

pendidikan nonformal berfungsi untuk: a. mengembangkan potensi peserta didik

b. menekankan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional

c. mengembangkan sikap dan kepribadian profesional d. Pembelajaran nonformal meliputi:

e. pendidikan kecakapan hidup f. pendidikan anak usia dini g. pendidikan kepemudaan

h. pendidikan pemberdayaan perempuan i. pendidikan keaksaraan

j. pendidikan keterampilan k. pelatihan kerja

(16)

                                                               10

Selain itu juga termasuk pendidikan kesetaraan yang meliputi Paket A, Paket B dan Paket C, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik seperti: Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, majelis taklim, sanggar, dan lain sebagainya, Serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Dalam hal ini kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Ruang Lingkup Psikologi Pembelajaran

Seperti telah dijelaskan di muka bahwa psikologi pembelajaran adalah ilmu yang mempelaiari semua tingkah laku manusia yang berhubungan dengan hal pembelajaran. Dalam hal ini yang terlibat adalah mereka yang bertugas sebagai pendidik (dosen/guru) dan sebagai peserta didik (siswa). Berarti yang dibahas dalam psikologi pembelajaran adalah tingkah laku pendidik yang berkaitan dengan dunia pembelajaran, serta tingkah laku peserta didik saat mengikuti kegiatan belajar di kelas.

Ruang lingkup psikologi pembelajaran menurut Good & Broopy (1997) a. Hubungan antara psikologi dengan guru

b. Manajemen kelas, yang meliputi perkembangan dan sosialisasi anak, kepemimpinan dan dinamika kelompok, modelling, reward, punisment, dan extinction. Hasil-hasil penelitian manajemen kelas, persiapan dan pelaksanaan pengajaran yang baik.

c. Mengurai masalah belajar seperti pengertian, prinsip, perbedaan individu dalam belajar, model dan desain belajar, dan prinsip pengajaran.

(17)

                                                       

d. Pertumbuhan dan perkembangan dalam pendidikan: prinsip dalam perkembangan fisik, kognitif, sosial, dan kepribadian, kreatifitas dan aplikasinya dalam pendidikan.

e. Motivasi: pengertian, teori, dan aplikasinya dalam pendidikan.

f. Evaluasi dalam belajar: pengertian, macam, cara menyusun, prosedur penilaian, monitoring kemajuan siswa, validitas dan realibilitas penggunaan statistik dalam pengolahan hasil tes.

Adapun menurut Sumadi Suryabrata ruang lingkup psikologi pembelajaran meliputi:

a. Pengetahuan tentang psikologi pendidikan: pengertian ruang lingkup, tujuan mempelajari dan sejarah munculnya psikologi pendidikan b. Pembawaaan

c. Lingkungan fisik dan psikologis d. perkembangan siswa

e. Proses-proses tingkah laku f. Hakikat dan ruang lingkup belajar g. Faktor yang mempengaruhi belajar h. Hukum dan teori belajar

i. Pengukuran pendidikan

j. Aspek praktis pengukuran pendidikan k. Transfer belajar

l. Ilmu statistik dasar m.Kesehatan mental

n. pendidikan membentuk watak / kepribadian o. Kurikulum pendidikan sekolah dasar p. Kurikulum pendidikan sekolah rnenengah

(18)

                                                               12

Menurut Elliot, dkk (1999), ruang lingkup psikologi pembelajaran terbagi dalam beberapa hal, antara lain:

a. Pengantar psikologi pembelajaran

1) Pendidikan psikologi: mengajar dan belajar 2) Penelitian dan psikologi pendidikan

3) Diversity di kelas: budaya, kelas, dan gender b. Pengembangan mahasiswa

1) Kognitif dan bahasa pengembangan 2) Jiwa dan moral pembangunan 3) Exceptional siswa

c. Belajar teori dan praktek

1) Perilaku psikologi dan belajar 2) Kognitif psikologi dan belajar

3) Memikirkan strategi keterampilan dan pemecahan masalah 4) Motivasi di dalam kelas

d. Desain dan pengelolaan instruksi kelas

1) Perencanaan untuk hasil pembelajaran penting 2) Strategi mengajar yang efektif dan desain instruksi 3) Pengelolaan kelas: organisasi dan control

4) Pengajaran dan teknologi

e. Penilaian pembelajaran dan evaluasi pendidikan

1) Guru, konstruksi tes, dan metode pelaksanaan penilaian 2) Standar uji dan Skala penilaian di kelas

Secara umum ruang lingkup psikologi pembelajaran (komponen penting) seperti yang dibahas dalam buku ini antara lain:

a. Dinamika interaksi antara guru dengan murid b. Perbedaan karakteristik peserta didik

c. Ragam kesulitan belajar peserta didik

d. Berbagai teori tentang belajar dan aplikasinya e. Pentingnya motivasi dalam pengelolaan kelas

(19)

                                                       

f. Tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran g. Pengukuran dan penilaian hasil belajar

Tujuan dan Peranan Psikologi Pembelajaran

Bagi seorang pendidik, yang tugas utamanya adalah mengajar (mendidili.), sangat penting memahami psikologi belajar. Sebab, kegiatan pembelajaran sarat dengan muatan psikologis. Dalam hal ini mengabaikan aspek-aspek psikologis dalam proses pembelajaran akan berakibat kegagalan, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai.

Memang benar, dengan mengetahui ilmu pengetahuan tentang psikologi pembelajaran bukan lantas menjadikan seorang pendidik menjadi guru profesional atau guru teladan yang paling baik. Namun jika sebagai guru tidak mengetahui tentang psikologi pembelajaran sudah dapat dipastikan akan gagal dalam mengajar, hanya menghabiskan waktu karenaa tidak bisa menemukan cara mengajar yang baik seperti mereka yang mengerti tentang ilmu psikologi pembelajaran.

1. Tujuan psikologi pembelajaran

Agar dapat menjadi guru yang baik dan profesional dalam menjalankan profesinya, seorang guru (pendidik) hares mengerti, memahami dan menguasai ilmu psikologi terutama dalam hat pembelajaran. Tujuan dari psikologi pembelajaran antara lain sebagai berikut:

a. Agar guru (pendidik) dapat mendidik para siswanya melalui proses belajar yang berdaya guna dan berhasil guna.

Dengan mengetahui, memahami, menguasai serta menerapkan berbagai komponen penting yang ada dalam psikologi pembelajaran diharapkan guru dapat menclidik siswanya dalam proses pembelajaran sehingga apa yang diajarkan kepada anak didiknya menjadi bermanfaat kelak di kemudian hari. Tidak hanya sekadar menyampaikan i1mu, mendapatkan nilai tertentu dan kemudian lenyap begitu Baja seiring bergantinya waktu.

Karena itu, pengetahuan mengenai psikologi pembelajaran ini akan berperan penting dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Dengan ilmu psikologi para guru dapat mengantarkan anak didiknya

(20)

                                                               14

menuju kesuksesan yang lebih baik. Mengunakan ilmu yang diperoleh selama pendidikan untuk menjalani kehidupan yang akan dijalaninya kelak sehingga dapat berdiri sendiri tanpa merepotkan orang lain. b. Mengembangkan ranah afeksi pendidik agar terukur.

Dengan mengetahui dan memahami ilmu psikologi diharapkan seorang guru mampu mengembangkan ranah afeksi yang meliputi perasaan dan emosi, sikap-sikap tertentu terhadap diri sendiri dan orang lain. Bagaimana harus bersikap kepada sesama rekan sejawat, kepada atasan dan yang tak kalah penting adalah dalam menghadapi anak didik dan orang tuanya serta masyarakat sekitar.

Ranah afeksi yang Bering dijadikan bidikan dalam psikologi pembelajaran adalah sikap dan perasaan yang berkaitan dengan profesi keguruan. Dalam mengajar harus menggunakan perasaan bahwa mengajar merupakan proses transfer ilmu, Bukan hanya asal mengajar yang penting telah memberikan materi kepada anak didiknya, sementara tidak peduli dengan reaksi dari anak didik yang belum memahaminya.

Tidak boleh emosi saat menghadapi anak yang mungkin agak lambat dalam menangkap materi yang diberikan. Harus sabar membimbing, melatih, dan mendidik hingga mereka menjadi orang yang berhasil nantinya.

Semua ini bisa terjadi jika ilmu psikologi diterapkan di dalarnnya. jadi sebagai guru harus terlebih dahulu memahami apa itu psikologi dalam pembelajaran, sehingga bisa mengembangkan ranah afeksi menjadi lebih terukur.

c. Menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori psikologi yang berkaitan dengan pembelajaran untuk digunakan dalam upaya melaksanakan proses pendidikan yang efektif.

Mau tidak mau guru harus mengetahui perkembangan anak, perkembangan kognitif anak, hingga teori-teori psikologi yang berkaitan dengan pembelajaran. Hal ini dilakukan dalam rangka mewujudkan proses pendidikan yang efektif. Selain itu guru juga harus tahu bagaimana mengajar suatu pelajaran dan bagaimana mengatasi masalah-masalah yang terjadi dalam kelas. Berbagai fakta

(21)

                                                       

yang terjadi dalam prosoes belajar mengajar harus dihadapi dan dicari jalan keluarnya sehingga kegiatan belajar mengajar benar-benar dapat terlaksana dengan baik.

2. Peranan Psikologi pembelajaran

Psikologi pembelajaran merupakan referensi porting yang dapat membantu para guru (pendidik) untuk mengatasi masalah yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran dapat dikatakan bahwa inti permasalahan psikiologis terletak pada anak didiknya. Bukan berarti mengabaikan persoalan psikologi seorang pendidik, namun bukankah seorang pendidik telah melalui proses pendidikan dan kematangan psikologis sebagai suatu kebutuhan dalam mengajar? Sehingga masalah psikologi pembelajaran lebih ditekankan pada anak didiknya.

Seperti yang dikatakan Muhibbin Syah (2003) bahwa "Di antara pengetahuan - pengetahuan yang perlu dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar peserta didik." Penguasaan guru tentang psikologi pendidikan merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik.

Guru dalam menjalankan perannya sebagai pendidik bagi peserta didiknya, tentunya dituntut memahami berbagai aspek perilaku dirinya ataupun perilaku orang-orang yang terkait orang-orang yang terakhir dengan tugasnya, terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.

Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan - pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat:

a. Memahami peserta didik sebagai pelajar, meliputi perkembangannya, tabiat, kemampuan, kecerdasan, motivasi, minat, fisik, pengalaman, kepribadian, dan lain-lain.

Dengan memahami psikologi pembelajaran diharapkan dapat memudahkan guru dalam mengantarkan anak didik menjadi siswa

(22)

                                                               16

yang baik dan berkualitas, baik dari segi sikap, Nyatak (tabiat) maupun yang berhubungan dengan prestasi akademiknya.

b. Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat

Dengan memahami psikologi pembelajaran yang matang diharapkan seorang pendidik akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu.

c. Memberikan bimbingan dan konseling

Tugas dan peran guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pembelajaran, tentunya diharapkan guru dapat memberikan. bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban. Seandainya peserta didik memiliki suatu masalah, baik pribadi maupun yang berhubungan dengan pelajaran, mereka bisa berbagi dengan gurunya. Dan sebagai guru sudah menjadi kewajibannya untuk memberikan jalan keluar terhadap permasalahan yang dialami anak didiknya. d. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai

Dengan memahami psikologi pembelajaran yang memadai diharapkan guru menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai bagi anak didiknya. Di samping itu guru juga harus-mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya. Jangan sampai guru memberikan perlakuan yang sama pada mereka padahal anak didiknya tidak sama. Oleh karena

(23)

                                                       

itulah menjadi kewajiban guru untuk mendalami pskologi pembelajaran sehingga dapat mengantarkan anak didiknya menjadi lebih baik.

e. Menciptakan situasi pembelajaran dan pengajaran yang kondusif, edukatif, dan efektif

Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi pendidikan yang mapan memungkinkah untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan. Tidak bisa dibayangkan bagaimana proses pembelajaran akan berlangsung jika suasana dalam kelas tidak mendukung untuk proses belajar mengajar. Menjadi tugas guru untuk mampu menciptakan iklim belajar yang mendukung. Dan hal ini akan dapat tercapai jika prinsip psikologi pembelajaran juga diterapkan dalam pendidikan.

f. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik

Menjadi tugas guru untuk dapat menjembatani apa yang dimiliki peserta didiknya. Seorang guru harus berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Selain itu juga guru harus dapat memotivasi, berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan hal tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar siswanya.

(24)

                                                               18

Pemahaman guru tentang psikologi pembelajaran dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian. Guru tidak akan melakukan kecurangan, baik pada soal yang diberikan maupun nilai yang dihasilkan. Guru dapat berlaku lebih adil kepada anak didiknya. Jika mereka mendapatkan nilai jelek dan tidak memenuhi standar kelulusan maka guru akan memberikan data sesuai dengan keadaannya.

h. Berinteraksi baik dengan anak didiknya sehingga memudahkan penerapan pengetahuan, pendekatan dan komunikasi kepada mereka Pemahaman guru tentang psikologi pembelajaran memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya. Guru tahu bagaimana harus bersikap di hadapan anak-anak, bagaimana harus bertindak menghadapi peserta didiknya yang heterogen baik dari sifatnya, Tatar belakang, maupun kecerdasannya. i. Membantu peserta didik yang ng mengalami kesulitan belajar dan

memudahkan penerapan pengetahuan, pendekatan dan komunikasi kepada anak didik.

Guru yang memaharni psikologi pembelajaran tentu juga akan memerhatikan anak didiknya yang mengalami kesulitan dalam belajar. la tidak hanya mengajari anak didik yang cepat tanggap dalam pelajaran. Anak-anak yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran pun tak pernah lupus dari perhatiannya. Mereka dibimbing untuk mampu keluar dari kesulitan belajar yang dialaminya sehingga

(25)

                                                       

berhasil mendapatkan ilmu pengetahuan sebagaimana anak-anak pada umumnya.

j. Memahami dan mengembangkan kepribadian dan profesi guru

Psikologi pendidikan dan pembelajaran sangat erat kaitannya dengan kepribadian seseorang. Oleh karena itu, guru (pendidik) yang menguasai Ilinu psikologi tentang pendidikan dan pengajaran akan mengembangkan profesinya sebagai guru. Mereka akan meningkatkan kompetensinya sehingga benar-benar menjadi guru yang profesional.

Rangkuman

studi pembelajaran manusia difokuskan pada bagaimana individu memperoleh dan mengubah pengetahuan-pengetahuan, ketrampilan-ketrampilan, strategi-strategi, keyakinan-keyakinan dan perilaku-perilaku mereka. Pembelajaran mewakili sebuah perubahan perilaku atau perubahan dalam kapasitas berperilaku dengan cara tertentu yang bertahan lama. Perubahan yang dimaksud diperoleh dari praktek atau pengalaman-pengalaman lainnya. Definisi ini tidak mencakup perubahan-perubahan yang bersifat sementara yang disebabkan oleh penyakit, kelelahan, atau obat-obatan serta perilaku-perilaku yang dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik atau tingkat kematangan meskipun faktor-faktor ini memerlukan lingkungan-lingkungan yang responsif agar dapat terwujud.

Teori pembelajaran dan praktik pendidikan sering dipandang sebagai dua hal yang berbeda, tetapi pada kenyataannya keduanya butuh saling melengkapi. Masing-masing tidak memadai untuk memastikan tercapainya pengajaran dan pembelajaran yang baik jika berdiri sendiri. Teori sendiri secara terpisah tidak dapat sepenuhnya menangkap pentingnya faktor-faktor situasional. Pengalaman praktik tanpa teori sifatnya spesifik untuk tiap-tiap situasi dan tidak memiliki sebuah kerangka yang menyeluruh untuk mengorganisasikan pengetahuan pengajaran dan pembelajaran. Teori dan praktek dapat saling menyempurnakan.

(26)

                                                               20 Latihan

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini :

1. Jelaskan kriteria suatu perilaku disebut sebagai hasil belajar

2. Buatlah skema mengenai jenis-jenis belajar dan sebutkan perbedaanya

3. Sebutkan beberapa contoh perilaku kompleks yang tidak dipelajari lebih dahulu. Apakah perilaku itu juga ada di kalangan manusia? Jelaskan!

4. Sebutkan alasan mengapa mempelajari proses belajar itu penting.

DAFTAR PUSTAKA

Hamzah B. Uno, Prof. Dr, (2008), Orientasi Baru dalam Psikologi

Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara

Hamzah B. Uno, Prof. Dr, (2012), Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara

Hergenhahn, B. R., Olson, M. H., (2009), Theories Of Learning ed. VII, Jakarta: Kencana

Hill, Winfred. F., (2011), Theories Of Learning, Bandung: Nusa Media Muhammad Asrori, (2007), Psikologi Pembelajaran, Bandung: CV. Wacana

Prima

Muhibin Syah, (2009), Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa

Nana Sujana, (1990), Teori-teori Belajar untuk Pengajaran, Jakarta: LPFE UI

Nini Subini, Dkk, (2012), Psikologi Pembelajaran, Yogyakarta: Mentari Pustaka

Oemar Hamalik, Prof. Dr, (2013), Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara

(27)

                                                       

Schunk, D. H., (2012), Teori-teori Pembelajaran; Perspektif Pendidikan ed. VI, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sutyas Prihanto, (1994), Psikologi Belajar, Surabaya: Fak. Psikologi Universitas Surabaya

Winkel, W. S., (2004), Psikologi Pengajaran, Yogyakarta: Media Abadi Woolfolk, Anita., (2009), Educational Psychologu; Active Learning Edition,

(28)

                                                               Paket 2

TEORI-TEORI BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA : TEORI KONEKSIONISME

Pendahuluan

Paket ini akan membahas tentang teori belajar koneksionisme yang berfokus pada bagaimana perilaku dipelajari menurut teori koneksionisme dengan tokohnya Edward Lee Thorndike dan Clark Leonard Hull. Teori Thorndike adalah pembelajaran dengan cara trial dan error. Dari eksperimennya Thorndike mengemukakan prinsip-prinsip pembelajaran baik prinsip mayir maupun minor. Setelah itu akan dibicarakan pula beberapa kontribusi Thorndike praktek pendidikan.

Pada paket ini mahasiswa akan mengkaji dan mendiskusikan tentang prinsip-prinsip/hukum pembelajaran yang dikembangkan oleh Thorndike, konsep Thorndike tentang pembelajaran, serta sumbangan Thorndike terhadap pendidikan. Melalui lembar kegiatan, mahasiswa akan diminta untukmenganalisis pendapat Thorndike akan pendidikan dan aplikasinya. Dosen akan memberikan gambaran umum mengenai teori koneksionisme.

Media pembelajaran yang akan digunakan adalah LCD, laptop, kertas HVS, kertas plano, spidol warna, isolasi dan kertas post it.

Rencana Pelaksanaan Perkuliahan Kompetensi Dasar

Menjelaskan dan mengklasifikasi serta mengimplementasikan teori dalam proses belajar mengajar: Teori Koneksionisme : Edward Lee Thorndike

Indikator

Pada akhir perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat 1. Menjelaskan sejarah teori koneksionisme Thorndike 2. Menguraikan hukum-hukum pembelajaran Thorndike 3. Menjabarkan sumbangan Thorndike untuk pembelajaran

Waktu

(29)

                                                       

1. Menjelaskan sejarah teori koneksionisme Thorndike 2. Menguraikan hukum-hukum pembelajaran Thorndike 3. Menjabarkan sumbangan Thorndike untuk pembelajaran

Kegiatan Perkuliahan Kegiatan Awal (15 menit)

1. Brainstorming mengenai teori koneksionisme dengan menjelaskan arti kata koneksionisme dan mengapa disebut dengan teori koneksionisme 2. Penjelasan tentang biografi Thorndike

Kegiatan Inti (115 menit)

1. Mempersiapkan kelompok presentasi yang telah ditunjuk minggu lalu. 2. Kelompok ini akan mempresentasikan makalah dengan tema teori

koneksionisme Thorndike.

3. Setelah presentasi setiap kelompok, kelompok lain akan memberikan klarifikasi

4. Penguatan hasil diskusi oleh dosen

5. Tanya jawab dosen-mahasiswa mengenai materi yang belum difahami

Kegiatan Penutup (15 menit)

1. Menyimpulkan hasil perkuliahan

2. Refleksi hasil perkuliahan oleh dosen dan mahasiswa

Kegiatan Tindak Lanjut (5 menit)

1. Memberi tugas latihan

2. Mempersiapkan perkuliahan selanjutnya dengan

a. Menunjuk kelompok yang akan mempresentasikan materi teori belajar

Classical Conditioning Ivan Pavlov dan teori Contiguous

Conditioning Edwin Ray Guthrie

b. Memberi tugas membuat pertanyaan mengenai teori belajar Classical

Conditioning dan teori Contiguous Conditioning bagi mahasiswa

yang tidak bertugas presentasi.

Lembar Kegiatan

Mendiskusikan pertanyaan yang diberikan oleh dosen mengenai teori koneksionisme Thorndike

(30)

                                                               24 Tujuan

Mahasiswa dapat menguraikan teori koneksionisme dari Thorndike dengan memberikan jawaban pertanyaan yang telah didiskusikan sebelumnya.

Bahan dan Alat

Kertas HVS dan spidol

Langkah Kegiatan

1. Dosen akan mengajukan satu pertanyaan yang menuntut perenungan dan pemikiran yaitu :

Thorndike berpendapat bahwa dengan melatih siswa dalam ketrampilan tertentu tidak dapat membantu mereka menguasainya ataupun memberi mereka pengetahuan tentang bagaimana menerapkan ketrampilan tersebut dalam konteks-konteks yang berbeda.

a. Apa maksud pernyataan tersebut

b. Apa yang harus dilakukan oleh guru untuk mengatasi hal tersebut. 2. Mahasiswa diminta untuk menjawab pertanyaan tersebut secara

berkelompok (satu kelompok 3 orang).

3. Setelah semua kelompok menjawab dengan lengkap semua pertanyaan, mintalah mereka untuk berpasangan dengan kelompok lain dan saling bertukar jawaban satu sama lain serta membahasnya.

4. Buatlah jawaban baru setelah didiskusikan dengan kelompok lain.

5. Setelah semua kelompok selesai menulis jawaban-jawaban baru, bandingkan jawaban setiap pasangan kelompok I dalam kelas.

Uraian Materi

TEORI KONEKSIONISME TEORI KONEKSIONISME THORNDIKE

Percobapan Thorndike menggunakan seekor kucing yang lapar ditempatkan dalam sangkar berbentuk kotak beruji yang dilengkapi dengan peralatan, seperti pengungkit, gerendel pintu, dan tali yang menghubungkan

(31)

                                                       

disebut puzzle box (peti teka-teki) itu merupakan situasi stimulus yang merangsang kucing untuk bereaksi melepaskan diri dan memperoleh makanan yang ada di muka pintu. Mula-mula kucing tersebut mengeong, mencakar, melompat, dan berlari-larian, namun gagal membuka pintu untuk memperoleh makanan yang ada di depannya. Akhimya entah bagaimana, secara kebetulan kucing itu berhasil menekan mengungkit dan terbukalah pintu sangkar tersebut. Eksperimen puzzle box ini kemudian terkenal dengan nama instrumental conditioning. Artinya, tingkah laku yang dipelajari berfungsi sebagai instrumental (penolong) untuk mencapai hasil atau ganjaran yang dikehendaki (Hintzman, 1978).

Berdasarkan eksperimen di atas, Thorndike berkesimpulan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respons. Itulah sebabnya teori kon"eksionisme muncul, selain itu teori ini juga disebut dengan sebutan

"Trial and Error Learning". Istilah ini menunjukkan pada panjangnya waktu

atau banyaknya jumlah kekeliruan dalam mencapai suatu tujuan (Hilgard & Bower, 1975).

Selain itu, dari eksperimen yang Thomdike lakukan ia mengemukankan 3 hukum tentang eksperimen yang ia lakukan dengan seekor kucing sebagai alat percobaannya, antara lain:

1. Hukum Pengaruh (Low of effect)

Menurut hukum ini, jika suatu tindakan (perilaku) menghasilkan perubahan yang memuaskan, maka terdapat kemungkinan tindakan tersebut akan diulangi lagi dalam situasi serupa dan akan semakin meningkat intensitasnya. Tetapi jika tindakan (perilaku) tersebut menghasilkan perubahan yang tidak memuaskan, maka tindakan tersebut kemungkinan tidak diulangi lagi.

(32)

                                                               26

Ganjaran dan hukuman berkaitan dengan hukum pengaruh ini. Ganjaran merupakan sesuatu yang diperoleh siswa atas keberhasilan atau usaha yang dilakukaknnya. Misalnya, nilai baik (tinggi) yang diperoleh pada hasil tesnya. Sedangkan hukuman berkaitan dengan sesuatu yang diperoleh siswa akibat dari kegagalan atau pelanggaran yang dilakukan. Misalnya, nilai jelek atau teguran kepada siswa atas hasil tesnya. Menurut Thomdike, hukuman tidak selalu melemahkan hubungan S-R, dan juga tidak mempunyai akibat yang berl.awanan dengan ganjaran. Menurut Hudoyo (1988), jika S dan R terjadi serentak, maka hubungan ini disebut sebagai "kontingusi". Ganjaran menjadi penguat, jika rasa puas mengiringi respon siswa. Disamping itu juga ada kecenderungan meningkatkan R dan hal ini dapat memudahkan dan memperlancar cara belajar Berta mengubah tingkah laku. Misalnya ucapan seperti: "bagus", "benar", dan sebagainya merupakan penguatan.

Thorndike berkeyakinan bahwa prinsip proses belajar binatang pada dasarnya sama dengan yang berlaku pada manusia, walaupun hubungan antara situasi dan perbuatan pada binatang tanpa dipeantarai pengartiannya. Binatang melakukan respons-respons langsung dari apa yang diamati dan terjadi secara mekanis (Suryobroto, 1984:123).

2. Hukum Kesiapan (Law of readiness)

Hukum ini menjelaskan kesiapan individu untuk melakukan sesuatu. Hukum kesiapan melukiskan syarat-syarat yang menentukan keadaan yang disebut "memuaskan" atau "menjengkelkan" (Thorndike, 1913). Secara singkat pelaksanaan tindakan sebagai respons terhadap suatu impuls yang kuat menimbulkan kepuasan, sedangkan menghalang-halangi pelaksanaan tindakan atau memaksakannya terjadi dalam syarat-syarat lain yang akan menjengkelkan. Ciri-ciri berlakunya hukum kesiapan adalah sebagai berikut:

a. Misalkan seseorang memiliki kecenderungan bertindak. Jika orang tersebut bertindak, maka akan menimbulkan kepuasan dan ia tidak

(33)

                                                       

b. Misalkan seseorang memiliki kecenderungan bertindak. Jika orang tersebut tidak bertindak, maka akan muncul rasa ketidakpuasan dan ia akan melakukan tindakan-tindakan lain untuk menghapus rasa tidak puasnya.

c. Misalkan seseorang tidak mempunyai kecenderungan bertindak. Tetapi orang tersebut bertindak, maka akan muncul rasa ketidakpuasan dan ia akan melakukan tindakan-tindakan lain untuk menghapus rasa tidak puasnya.

Menurut hukum ini, keberhasilan individu dalam melaksanakan sesuatu sangat tergantung pada kesiapannya. Belajar akan berhasil jika siswa telah siap untuk belajar.

3. Hukum Latihan (Law of exercise)

Hukum ini merupakan generalisasi atas law of use dan law of disuse. Menurut Hilgard dan Bower (1975), jika perilaku (perubahan hasil belajar) sering dilatih atau digunakan, maka eksistensi perilaku tersebut akan semakin kuat (law of use). Sebaliknya, jika perilaku tersebut tidak sering digunakan atau dilatih, maka ia akan terlupakan atau sekurang-kurangnya akan menurun (law of disuse).

Konsep Sekunder Thorndike Sebelum dan Saat 1930

Selain konsep hukum yang dibahas dalam sub bab di atas, Thorndike mempunyai konsep tambahan yang terbagi atas dua masa antara lain:

1. Konsep Sebelum tahun 1930

Konsep hukum yang dikemukakan oleh Thorndike pada masa ini, antara lain:

(34)

                                                               28

Multiple respon menurut Thorndike adalah langkah pertarna dalam

semua proses belajar. Hukum ini mengatakan bahwa pada individu diawali oleh prooses trial dan error yang menunjukkan adanya bermacam-macam respon sebelum memperoleh respon yang tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

b. Hukum set atau attitude (Latar Belakang atau Sikap)

Hukum set atau attitude menjelaskan bahwa organisme akan melakukan aksi dalam satu situasi yang diberikan, sesuai dengan keadaan dan sikap untuk membuat respon tertentu. Dengan kata lain hukum ini menjelaskan bahwa perilaku belajar seseorang tidak hanya ditentukan oleh hubungan stimulus dengan respon saja, tetapi juga ditentukan keadaan yang ada dalam diri individu baik kognitif, emosi, sosial , maupun psikomotomya.

c. Hukum Prepotency of elements (kualitas elemen)

Lingkungan yang dihadapi organism begitu kompleks, sehingga tidak mungkin memperhatikan semua aspek dari stimulus secara sama penting. Jadi dapat dibedakan antara aspek-aspek yang sangat diperhatikan, dan aspek-aspek yang diabaikan sama sekali. Respons individu tergantung dari aspek-aspek apa yang diperhatikannya. Contoh: reaksi laki-laki dalam memperhatikan seorang wanita bisa berbeda-beda, karma aspek dari wanita yang diperhatikan berbeda pula. Ada yang memperhatikan kualitas daya tarik seksualnya sehingga menatap dengan nafsu, ada yang mementingkan nilai keindahannya sehingga menatap dengan kekaguman, d1l.

d. Hukum assimilation atau analogy

Dalam menghadapi situasi yang baru, organisme akan menggunakan pengalaman lamanya. Karma itu situasi baru yang mirip dengan situasi yang sudah biasa ditemui akan lebih akrab (familiar) dan lebih mudah dihadapi. Dalarn hukum ini biasanya dicontohkan apabila seorang individu dalam mempelajari situasi problem baru, individu mendasarkan pada pengalaman

(35)

                                                        situasi baru.

Bagi para pendidik, hal khusus yang menarik ialah deskripsi Thomdike mengenai lima hukumnya yang merupakan tambahan berkenaan dengan belajar di sekolah. Hukum-hukum tersebut merupakan usaha pertama untuk menerangkan bagaimana kompleksnya belajar yang terjadi pada manusia. Dipercayai bahwa hukum-hukum ini ada kaitannya dengan hukum pengaruh dan hukum latihan yang menjelaskan belajar pada manusia. Hukum-hukum tambahan ini dan denerapannya dirangkum dalam tabel berikut:

No Hukum Deskripsi Contoh 1. Respons ganda

atau

reaksi beragam

Berbagai respons mula-mula

sering terjadi pada stimulus-stimulus

Lafal bahasa asing , keterampilan

main tennis, keterampilan dalam karangan

2. Sikap,

disposisi, atau peri keadaan

Keadaan siswa yang Mempengaruhi belajar;

termasuk sikap yang mantap dan faktor-faktor situasi yang sementara sifatnya

Seseorang berlomba lempar bola paling jauh atau merobohkan pemain dalam permainan bisbol. Mengajarkann soal hitung menambah atau mengurangi dari 7 dan 6

(36)

                                                               30 3. Aktifitas persial atau sepotong-sepotong dalam suatu situasi Kecendrungan untuk merespons terhadap unsur atau hal-hal tertentu dari suatu situasi stimulus (juga

disebut belajar analitik)

Respons terhadap kualitas bentuk, warns, jumlah, kegunaan, maksud dan sebagainya. Respons terhadap hubungan-hubungan ruang, waktu, sebaba darn sebagainya

4. Asimilasi respons dengan analogi Kecenderungan situasi untuk sebagaian menimbulkan respons sama seperti situasi A

Orang asing melafalkan kata-kata bahasa Indonesia 5. Pergantian asosiatif Secara berurutan menggantiAbcd stimulus sampai responsnya

terikat oleh stimulus yang

bare

diganti menjadi abce

menjadi abcfg dan seterusnya

Hasil penelitian Thorndike yang penting bagi pendidikan adalah mengenai pengaruh jenis kegiatan belajar tertentu pads belajar befflwtnya. Pertama, serangkaian studi yang dilakukan oleh Thorndike dan Woodworth (1901) menemukan bahwa berlatih dalam tugas tertentu memudahkan belajar diwaktu kemudian hanya untuk tugas yang serupa tidak untuk tugas yang tidak serupa. Hubungan ini dikenal dengan alih latihan, transfer of training. Kedua, Thorndike (1924) menyelidiki konsep "disiplin mental" yang popular yang mulamula diuraikan oleh Plato. Menurut penganjur pfaham disiplin mental, mempelajari kurikulum tertentu, terutama matematika dan bahasa-bahasa klasik, dapat meningkatkan fungsi intelek. Artinya, mats pelajaran-mata epelajaran sekolah semacam itu dipercayai dapat melatih fikiran. Thorndike (1924) menguji konsep ini dengan cars membandingkan hasil belajar siswa-siswa sekolah menengah setelah mengikuti pelajaran dalam kurikulum klasik dan kurikulum vokasional dan menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang berarti. Dalam tahun-tahun

(37)

                                                       

yang penting dalam mengalihkan pandangan pars perancang kurikulum dari konsep disiplin mental dan mengarahkan peleksanaan penyusunan kurikulum ke tujuan kegunaan masyarakat (Cushman dan Fox, 1983; Gates, 1938).

2. Konsep Setelah 1930

Pada saat berdiri di depan International Congress of Psychology di New

Haven – Connecticut bulan September 1929, Thorndike berkata : "I was

wrong". Pengakuan ini merupakan aspek penting dari good scientific

practice: Scientists are obliged to change their conclusion if the data require it. Untuk itu Thorndike merevisi beberapa konsepnya, yaitu :

a. Law of Exercise Discarded

Pada dasamya, Thorndike meninggalkan seluruh law of exercise. Alasannya bahwa law of use tidak memperkuat hubungan dan sebalilknya law of disuse tidak memperlemah hubungan

b. Law of Effect Revised

Alasan merevisi law of effect adalah hanya sebagian saja dari hokum ini yang benar; dimana respon yang diikuti oleh satisfying state of affair dapat memperkuat hubungan antara stimulus-respon, tetapi respon yang diikuti oleh annoying state of affair tidak mempengaruhi hubungan stimulus-respon. Revisi Thorndike terhadap hukum adalah :”reinforcement increases the strength of a connection, whereas punishment does nothing to the strength of

a connection”.

c. Belonginess

Suatu materi pelajaran akan lebih mudah diberikan jika diatur dalam susunan tertentu. Dalam hal ini organisms dapat belajar dengan baik jika ada suatu contiguity dan susunan materi yang bagus. Menurut Thorndike bahwa belajar dapat efektif jika ada hubungan yang alami antara kebutuhan organisme dan efek dari respon yang dibuat oleh organisme

d. Spread Of Effect

Reinforcement tidak hanya memperkuat respon yang dibuat individu,

(38)

                                                               32

A satisfying state of affair = suatu kondisi dimana mahkluk tidak mau

menghindarinya, berusaha untuk memperoleh atau mempertahankannya.

Thorndike dan Pendidikan

Sebagai dosen pendidikan di Teachers College, Columbia University, Thorndike menulis buku-buku yang membahas topik-topik seperti tujuan-tujuan pendidikan , proses-proses pembelajaran, metode-metode pengajaran , rangkaian-rangkaian kurikulum, dan teknik-teknik untuk menilai hasil-hasil pendidikan1. Beberapa dari kontribusi Thorndike antara lain:

1. Prinsip-prinsip Pengajaran;

Guru harus membantu siswa membentuk kebiasaan yang baik. Thorndike mengatakan:

a. Bentuklah kebiasaan. Jangan berharap kebiasaan-kebiasaan itu terbentuk sendiri.

b. Hati-hati jangan sampai membentuk suatu kebiasaan yang nantinya harus diubah.

c. Jangan membentuk dua/lebih kebiasaan ketika satu kebiasaan saja sudah cukup.

d. Jika hal-hal lainnya berjalan sesuai harapan, bentuklah kebiasaan dengan cara yang sesuai dengan bagaimana ia nanti digunakan.

Prinsip yang terakhir merupakan peringatan agar jangan menghilangkan materi ajar dari aplikasi-aplikasinya. Siswa perlu memahami bagaimana menerapkan pengetahuan dan ketrampilan yang mereka peroleh. Penggunaan-penggunaan pengetahuan dan ketrampilan ini harus dipelajari dalam hubungannya dengan materi ajar.

2. Rangkaian Kurikulum.

Sebuah ketrampilan harus diperkenalkan:

a. Pada saat atau sesaat sebelum ketrampilan tersebut dapat digunakan dengan cara yang sesuai.

b. Pada saat siswa sadar bahwa mereka membutuhkan ketrampilan tersebut sebagai sarana memenuhi beberapa tujuan yang bermanfat.

1 Schunk, Dale.H., Learning Theories; An Educational Perspective Ed. Bahasa Indonesia, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2012) 106

(39)

                                                       

dalam hal tingkat kesulitn.

d. Ketika ketrampilan tersebut paling selaras dengan level dan tipe emosi, selera, serta kecenderungan naluriah dan kecenderungan yang didasarkan atas kemauan sendiri yang paling aktif pada saat itu.

e. Ketika ketrampilan tersebut ditunjang secara optimal oleh pembelajaran-pembelajaran yang diperoleh tepat sebelumnya dan ketika ketrampilan tersebut akan dapat menunjang pembelajaran yang akan terjadi tak lama setelahnya secara optimal.

Prinsip-prinsip ini bertentangan dengan enempatan materi ajar yang umum di sekolah di mana materi pelajaran dipisah-pisahkan menurut bidang studi (misalnya; IPS, matematika, IPA). Tetapi Thorndike dan Gates2 sangat merekomendasikan supaya pengetahuan dan ketrampilan diajarkan dalam bidang studi yang berbeda-beda. Contohnya; bentuk-bentuk pemerintahan adalah topik yang sesuai bukan hanya dalam bidang studi pendidikan kewargangaraan dan sejarah, tetapi juga dalam bidang studi bahasa Inggris (bagaimana pemerintah dicerminkan dalam literatur) dan bahasa asing (struktur pemerintahan di negara-negara lain).

Rangkuman

Thorndike telah mengemukakan hukum-hukum dalam teori belajarnya melalui eksperimen yang longitudinal yakni setiap hasil eksperimennya yang terbaru digunakan untuk mengoreksi hasil eksperimennya terdahuku. Perhatian utamanya terletak pada situasi yang ada untuk mendapatkan respon-respon. Sedangkan individu, khususnya dalam hal motivasi diabaikan. Teori belajar Thorndike ini lebih cocok pada pendidikan ketrampilan pravokasional.

Latihan

1. Uraikan secara ringkas revisi yang dilakukan Thorndike setelah 1930 2. Diskusikan arti penting dari set atau sikap dalam teori Thorndike.

2 Ibid, 107

(40)

                                                               34

3. Dengan asumsi hukum efek Thorndike adalah valid, diskusikan apakah pendidikan di negeri ini sudah sesuai dengan hukum itu? Bagaimana dengan praktik pengasuhan anak? Jelaskan!

DAFTAR PUSTAKA

Hamzah B. Uno, Prof. Dr, (2008), Orientasi Baru dalam Psikologi

Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara

Hamzah B. Uno, Prof. Dr, (2012), Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara

Hergenhahn, B. R., Olson, M. H., (2009), Theories Of Learning ed. VII, Jakarta: Kencana

Hill, Winfred. F., (2011), Theories Of Learning, Bandung: Nusa Media Muhammad Asrori, (2007), Psikologi Pembelajaran, Bandung: CV. Wacana

Prima

Muhibin Syah, (2009), Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa

Nana Sujana, (1990), Teori-teori Belajar untuk Pengajaran, Jakarta: LPFE UI

Nini Subini, Dkk, (2012), Psikologi Pembelajaran, Yogyakarta: Mentari Pustaka

Oemar Hamalik, Prof. Dr, (2013), Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara

Santrock, J. W., (2007), Psikologi Pendidikan ed. II, Jakarta: Kencana Schunk, D. H., (2012), Teori-teori Pembelajaran; Perspektif Pendidikan ed.

VI, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sutyas Prihanto, (1994), Psikologi Belajar, Surabaya: Fak. Psikologi Universitas Surabaya

Winkel, W. S., (2004), Psikologi Pengajaran, Yogyakarta: Media Abadi Woolfolk, Anita., (2009), Educational Psychologu; Active Learning Edition,

(41)

                                                       

(42)

                                                               Paket 3 TEORI BEHAVIORISME :

CLASSICAL CONDITIONING IVAN PAVLOV CONTIGUOUS CONDITIONING EDWIN RAY GUTHRIE Pendahuluan

Pada paket ini kajian psikologi belajar akan fokus pada teori belajar behaviorisme terutama teori klasikal kondisionig Pavlov dan teorikontiguiti konditioning dari Guthrie. Pemahaman mahasiswa atas teori klasikal kondisioning adalah amat penting karena menjadi dasar bagi pemahaman teori-teori belajar behaviorisme berikutnya. Kedua teori tersebut mewakili teori behavorisme asosianistik.

Pada teori Pavlov akan banyak dibahas mengenai konsep dasar dan prinsip-prinsip dari teorinya, eksperimen yang dilakukannya, gambaran-gambaran dari pernyataannya dan modifiksi yang dibuatnya serta kontribusinya pada pendidikan. Demikian juga untuk teori Guthrie juga akan membicarakan konsep dasar dan prinsip-prinsip dari teorinya, modifiksi yang dibuatnya serta kontribusinya pada pendidikan. sebagai pengantar dosen akan menampilkan slide yang menggambarkan eksperimen Pavlov dalam mengembangkan teorinya, sehingga mahasiswa memahami mengapa aliran ini disebut dengan aliran behaviorisme.

Media pembelajaran yang akan digunakan adalah LCD, laptop, kertas HVS, kertas plano, spidol warna, isolasi dan kertas post it.

(43)

                                                       

Rencana Pelaksanaan Perkuliahan Kompetensi Dasar

Menjelaskan dan mengklasifikasi serta mengimplementasikan teori dalam proses belajar mengajar: teori klasikal kondisioning Pavlov dan teori kontiguiti kondisioning Guhrie

Indikator

1. Menjelaskan sejarah teori klasikal kondisioning Pavlov 2. Menjabarkan eksperimen yang dilakukan Pavlov 3. Menguraikan hukum-hukum pembelajaran Pavlov 4. Menjabarkan sumbangan Pavlov untuk pembelajaran 5. Menjelaskan sejarah teori kontiguiti kondisioning Guthrie 6. Menguraikan hukum-hukum pembelajaran Guthrie 7. Menjabarkan sumbangan Guthrie untuk pembelajaran

Waktu

3 x 50 menit

Materi Pokok

1. Sejarah teori klasikal kondisioning Pavlov 2. Eksperimen yang dilakukan Pavlov 3. Hukum-hukum pembelajaran Pavlov 4. Sumbangan Pavlov untuk pembelajaran 5. Sejarah teori kontiguiti kondisioning Guthrie 6. Hukum-hukum pembelajaran Guthrie 7. Sumbangan Guthrie untuk pembelajaran

Kegiatan Perkuliahan Kegiatan Awal (15 menit)

1. Brainstorming mengenai teori behaviorime dengan menjelaskan sejarah berdirinya aliran behaviorisme dan tokoh-tokohnya.

(44)

                                                               37

Kegiatan Inti (115 menit)

1. Mempersiapkan 2 kelompok presentasi yang telah ditunjuk minggu lalu. 2. Satu kelompok akan mempresentasikan makalah dengan tema teori

klasikal kondisioning Pavlov. Satu kelompok lainnya akan mempresentasikan makalah dengan tema kontiguiti kondisioning Guthrie. 3. Setelah presentasi setiap kelompok, kelompok lain akan memberikan

klarifikasi

4. Penguatan hasil diskusi oleh dosen

5. Tanya jawab dosen-mahasiswa mengenai materi yang belum difahami

Kegiatan Penutup (15 menit)

1. Menyimpulkan hasil perkuliahan

2. Refleksi hasil perkuliahan oleh dosen dan mahasiswa

Kegiatan Tindak Lanjut (5 menit)

1. Memberi tugas latihan

2. Mempersiapkan perkuliahan selanjutnya dengan

a. Menunjuk kelompok yang akan mempresentasikan materi teori belajar

Operant Conditioning B.F. Skinner dan teori Deduktive Hypotetic

Clark L. Hull.

b. Memberi tugas membuat pertanyaan mengenai teori belajar Operant

Conditioning dan teori Deduktive Hypotetic bagi mahasiswa yang

tidak bertugas presentasi.

Lembar Kegiatan

Setiap mahasiswa membuat pertanyaan mengenai teori classical

conditioning atau contyguous conditioning untuk dibagikan dan dijawab oleh

mahasiswa lain dalam satu kelas.

Tujuan

Untuk meningkatkan partisipasi mahasiswa secara keseluruhan dalam kelas sehingga setiap mahasiswa dapat meningkatkan pemahamannya mengenai teori yang dibahas.

(45)

                                                        Langkah Kegiatan

1. Setiap mahasiswa diminta membuat satu pertanyaan mengenai teori

classical conditioning atau contyguous conditioning. Tulis pertanyaan

tersebut dalam satu lembar kertas.

2. Dosen akan mengumpulkan seluruh kertas pertanyaan dari mahasiswa acak kertas-kertas tersebut, bagikan kepada setiap mahasiswa. Pastikan bahwa tidak ada mahasiswa yang menerima soal yang ditulis sendiri. 3. Minta mahasiswa membca dalam hati pertanyaan tersebut kemudian

memikirkan jawabannya dan menuliskannya di kertas soal tadi.

4. Minta mahasiswa secara sukarela untuk membacakan pertanyaan dan jawabannya.

5. Minta mahasiswa lain untuk memberikan tanggapan/menambah jawaban. 6. Lanjutkan dengan sukarelawan berikutnya.

Uraian Materi

TEORI BEHAVIORISME

TEORI CLASSICAL CONDITIONING; IVAN PAVLOV Paradigma Clasical Conditioning

Format dasar pengkondisian klasical conditioning adalah pemasangan stimulus yang benar-benar netral dengan stimulus yang secara alami menghasilkan respon tertentu. Setelah satu atau beberapa kali pemasangan, stimulus netral diharapkan menghasilkan respon tertentu tersebut, yang merupakan respon yang diteliti. Bila kondisi tersebut terjadi, berarti telah terjadi proses belajar pengkondisian klasikal. Contoh 1: sebagian stimulus yang alami shock listrik dapat menghasilkan respon withdrawal. Dan biasanya respon withdrawal tidak dihasilkan oleh stimulus netral berupa suara metronome. Tetapi bila secara berulang-ulang, suara metronome dipasangkan dengan shock listrik maka dapat menghasilkan respon

withdrawal. Dan setelah itu, bila suara metronome disajikan sendiri maka

(46)

                                                               39

1. Terminologi Pengkondisian Klasikal

Masing-masing komponen paradigma pengkondisian klasikal diberi label khusus. Stimulus secara alami bersifat netral dan dihartapkan dapat menghasilkan respon tertentu dalam penelitian, disebut conditioned stimulus (disingkat CS). Stimulus yang menghasilkan respon tertentu pertama kali diberikan kepada subyek penelitian, diseebut unconditioned stimulus

(disingkat UCS). Respon yang diperoleh dari UCS disebut unconditioned

response (UCR). Dan di dalam penelitian, respon yang dihasilkan CS

disebut conditioned responi (CR).

PerIu diketahui bahwa CR dan UCR tidak perlu sama betul. Meskipun penelitian-penelitian awal menunjukkan bahwa CR yang dihasilkan CS diidentikkan dengan UCR yang dihasilkan USC. Pada penelitian - penelitian berikutmya nampak bahwa biasanya CR berbeda atau tidak sama persis dengan UCR. Seringkali CR adalah komponen dari UCR, sementara pada kasus-kasus lain CR nampak menjadi anticipatoryresponse terhadap UCS. Selain itu terdapat pula kasus lain yang berupa stimulus yang digunakan sebagai CS dapat menghasilkan respon tidak dibawah penelitian, yang disebut orienting response (OR).

2. Variabel-variabel Non-Pengkondisian

Para peneliti telah mengidentifikasikan sejumlah variabel yang memiliki pengaruh terhadap munculnya kondisi yang mirip dengan pengkondisian klasikal, yaitu:

a. Respon Alpha

Saat subyek membuat orienting response karena adanya CS, dimana respon tersebut memiliki katagori yang sarna dengan CR (CR merupakan respon yang diselidiki), respon tersebut dinamakan respon alpha. Penting sekali untuk membedakan antara respon alpha dan CR, sehingga dapat diketahui apakah respon yang muncul merupakan nasil belajar pengkondisian klasikal atau bukan.

b. Habituasi

Habituasi terjadi bila CS telah diberikan secara berulang - ulang kepada subyek sebelum penerapan prosedur pengkondisian klasikal. Kemudian CS diberikan lagi berdasarkan prosedur pengkondisin klasikal. Sehingga

Gambar

Gambar 6.1 Klasifikasi Isi Memori Jangka Panjang

Referensi

Dokumen terkait

Hasilnya bahwa kedua variabel independen yaitu kualitas pelayanan dan kepercayaaan nasabah memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap kepuasan nasabah

Hal ini menunjukkan bahwa para responden atau konsumen teh botol sosro merasa bahwa harga teh botol sosro lebih murah dan kualitasnya lebih baik dibanding

Bagi manajemen, seringkali tidak penting untuk melaporkan laba maksimal, bahkan manajemen lebih cenderung melaporkan laba yang dianggap normal bagi perusahaan untuk

Saya merasa puas bersikap baik terhadap perhatian yang diberikan guru di kelas. Saya meniru kecekatan guru menyelesaikan

orang dan jumlah penderita yang sembuh 23 orang (88,46%), tahun 2005 jumlah penderita 38 orang dengan jumlah penderita yang sembuh hanya 2 orang (5,26%) dan tahun 2006

Berdasarkan analisis ABC dari 60 jenis obat rutin yang dipakai di Instalasi Farmasi yang termasuk golongan obat A sebanayak 6 item dengan nilai investasi sebesar Rp.. Golngan Obat

4 Data dalam penelitian ini merupakan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti tentang kepemimpinan Ketua Yayasan berdasarkan kecerdasan emosional di

Tesis yang berjudul: “Pengembangan Instrumen Penilaian Three-Tier Multiple Choice ( Three-Tier MC ) untuk Mengukur Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Kimia