• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Kualitas dan Tingkat Pelayanan Jalur Pejalan Kaki di Stasiun Manggarai Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kajian Kualitas dan Tingkat Pelayanan Jalur Pejalan Kaki di Stasiun Manggarai Jakarta Selatan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

RUANG VOLUME2 NOMOR4, 2016, 293-301 P-ISSN 1858-3881;E-ISSN 2356-0088 HTTP://EJOURNAL2.UNDIP.AC.ID/INDEX.PHP/RUANG

Kajian Kualitas dan Tingkat Pelayanan Jalur Pejalan Kaki di

Stasiun Manggarai Jakarta Selatan

Examine of Quality and Level of Service Pedestrian Ways at Manggarai Station

South Jakarta

Theresia Revina

1

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Parfi Khadiyanto

2

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Abstrak: Penelitian bertujuan mengetahui kualitas dan tingkat pelayanan jalur pejalan kaki. Penelitian ini berdasarkan permasalahan eksisting jalur pejalan kaki di sekitar Stasiun Manggarai yaitu sebagai penghubung antarlokasi dan antarmoda transportasi jalur pejalan kaki tidak memiliki sarana prasarana yang lengkap, terdapat sarana prasarana dalam kondisi rusak, dan halangan pada jalur pejalan kaki. Penelitian ini menggunakan perhitungan Pedestrian Environmental Quality Index (PEQI 2009) dan Pedestrian Level of Service (High Capacity Manual 2000). Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dan analisis yang dilakukan menggunakan analisis deskriptif serta analisis evaluatif. Berdasarkan analisis yang dilakukan didapatkan kualitas persimpangan jalur pejalan kaki segmen I berada pada kelas kualitas IV (kualitas buruk) dan kualitas jalurnya berada pada kelas III (kualitas dasar). Jalur pejalan kaki segmen II memiliki kualtias persimpangan yang termasuk dalam kelas V (kualitas tidak cocok) dan kualitas jalurnya berada pada kelas III (kualitas dasar). Hasil analisis tingkat pelayanan berdasarkan arus pada jalur pejalan kaki segmen I menunjukan tingkat pelayanan E (tingkat pelayanan buruk) dan analisis tingkat pelayanan berdasarkan ruang memiliki hasil tingkat pelayann A (tingkat pelayanan sangat baik). Tingkat pelayanan berdasarkan arus pada segmen II memiliki tingkat pelayanan C (tingkat pelayanan cukup baik) dan tingkat pelayanan berdasarkan ruang memiliki tingakt pelayanan A (tingkat pelayanan sangat baik).

Kata kunci:Kualitas; Tingkat Pelayanan; Jalur Pejalan Kaki.

Abstract:The aims of this study to determine the quality and the level of service pedestrian ways. Pedestrian ways around the Manggarai Station has limited space for walking and for the provision of infrastructure. Infrastructure of pedestrian ways around the Manggarai Station was incomplete and in a damaged condition. The research at pedestrian ways around Manggarai Stasion This Research carried out by using Pedestrian Environmental Quality Index Calculation (PEQI 2009) and Pedestrian Level of Service (High Capacity Manual 2000). This research used quantitative method with descriptive analysis and evaluative analysis. Based on analysis, pedestrian ways segment I has a poor quality intersection design (at category IV of quality class) and the street segment has a basic quality (at categories III of quality class). Pedestrian ways segment II has an environment not suitable for pedestrian (at categories V of quality class) and the street segment has a basic quality (at categories III of quality class). Based on pedestrian flow analysis, pedestrian ways segmen I has a poor level of service (level of service E). Based on pedestrian space analysis, pedestrian ways segmen I has an excellent level of service (level of service A). In the other hand, pedestrian ways segmen II has a good quality based on pedestrian flow analysis. The result of pedestrian space analysis at segmen II as same as the result of segmen I, the pedestrian ways segmen II has an excellent level of service (level of service A).

Keywords: Quality, Level Of Service, Pedestrian Ways.

1 Theresia Revina: Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Email: theresia.revina16@pwk.undip.ac.id

2 Parfi Khadiyanto: Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Email: parfikh@gmail.com

RUANG VOLUME2 NOMOR4, 2016, 293-301 P-ISSN 1858-3881;E-ISSN 2356-0088 HTTP://EJOURNAL2.UNDIP.AC.ID/INDEX.PHP/RUANG

Kajian Kualitas dan Tingkat Pelayanan Jalur Pejalan Kaki di

Stasiun Manggarai Jakarta Selatan

Examine of Quality and Level of Service Pedestrian Ways at Manggarai Station

South Jakarta

Theresia Revina

1

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Parfi Khadiyanto

2

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Abstrak: Penelitian bertujuan mengetahui kualitas dan tingkat pelayanan jalur pejalan kaki. Penelitian ini berdasarkan permasalahan eksisting jalur pejalan kaki di sekitar Stasiun Manggarai yaitu sebagai penghubung antarlokasi dan antarmoda transportasi jalur pejalan kaki tidak memiliki sarana prasarana yang lengkap, terdapat sarana prasarana dalam kondisi rusak, dan halangan pada jalur pejalan kaki. Penelitian ini menggunakan perhitungan Pedestrian Environmental Quality Index (PEQI 2009) dan Pedestrian Level of Service (High Capacity Manual 2000). Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dan analisis yang dilakukan menggunakan analisis deskriptif serta analisis evaluatif. Berdasarkan analisis yang dilakukan didapatkan kualitas persimpangan jalur pejalan kaki segmen I berada pada kelas kualitas IV (kualitas buruk) dan kualitas jalurnya berada pada kelas III (kualitas dasar). Jalur pejalan kaki segmen II memiliki kualtias persimpangan yang termasuk dalam kelas V (kualitas tidak cocok) dan kualitas jalurnya berada pada kelas III (kualitas dasar). Hasil analisis tingkat pelayanan berdasarkan arus pada jalur pejalan kaki segmen I menunjukan tingkat pelayanan E (tingkat pelayanan buruk) dan analisis tingkat pelayanan berdasarkan ruang memiliki hasil tingkat pelayann A (tingkat pelayanan sangat baik). Tingkat pelayanan berdasarkan arus pada segmen II memiliki tingkat pelayanan C (tingkat pelayanan cukup baik) dan tingkat pelayanan berdasarkan ruang memiliki tingakt pelayanan A (tingkat pelayanan sangat baik).

Kata kunci:Kualitas; Tingkat Pelayanan; Jalur Pejalan Kaki.

Abstract:The aims of this study to determine the quality and the level of service pedestrian ways. Pedestrian ways around the Manggarai Station has limited space for walking and for the provision of infrastructure. Infrastructure of pedestrian ways around the Manggarai Station was incomplete and in a damaged condition. The research at pedestrian ways around Manggarai Stasion This Research carried out by using Pedestrian Environmental Quality Index Calculation (PEQI 2009) and Pedestrian Level of Service (High Capacity Manual 2000). This research used quantitative method with descriptive analysis and evaluative analysis. Based on analysis, pedestrian ways segment I has a poor quality intersection design (at category IV of quality class) and the street segment has a basic quality (at categories III of quality class). Pedestrian ways segment II has an environment not suitable for pedestrian (at categories V of quality class) and the street segment has a basic quality (at categories III of quality class). Based on pedestrian flow analysis, pedestrian ways segmen I has a poor level of service (level of service E). Based on pedestrian space analysis, pedestrian ways segmen I has an excellent level of service (level of service A). In the other hand, pedestrian ways segmen II has a good quality based on pedestrian flow analysis. The result of pedestrian space analysis at segmen II as same as the result of segmen I, the pedestrian ways segmen II has an excellent level of service (level of service A).

Keywords: Quality, Level Of Service, Pedestrian Ways.

1Theresia Revina: Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Email: theresia.revina16@pwk.undip.ac.id

2 Parfi Khadiyanto: Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Email: parfikh@gmail.com

RUANG VOLUME2 NOMOR4, 2016, 293-301 P-ISSN 1858-3881;E-ISSN 2356-0088 HTTP://EJOURNAL2.UNDIP.AC.ID/INDEX.PHP/RUANG

Kajian Kualitas dan Tingkat Pelayanan Jalur Pejalan Kaki di

Stasiun Manggarai Jakarta Selatan

Examine of Quality and Level of Service Pedestrian Ways at Manggarai Station

South Jakarta

Theresia Revina

1

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Parfi Khadiyanto

2

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Abstrak: Penelitian bertujuan mengetahui kualitas dan tingkat pelayanan jalur pejalan kaki. Penelitian ini berdasarkan permasalahan eksisting jalur pejalan kaki di sekitar Stasiun Manggarai yaitu sebagai penghubung antarlokasi dan antarmoda transportasi jalur pejalan kaki tidak memiliki sarana prasarana yang lengkap, terdapat sarana prasarana dalam kondisi rusak, dan halangan pada jalur pejalan kaki. Penelitian ini menggunakan perhitungan Pedestrian Environmental Quality Index (PEQI 2009) dan Pedestrian Level of Service (High Capacity Manual 2000). Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dan analisis yang dilakukan menggunakan analisis deskriptif serta analisis evaluatif. Berdasarkan analisis yang dilakukan didapatkan kualitas persimpangan jalur pejalan kaki segmen I berada pada kelas kualitas IV (kualitas buruk) dan kualitas jalurnya berada pada kelas III (kualitas dasar). Jalur pejalan kaki segmen II memiliki kualtias persimpangan yang termasuk dalam kelas V (kualitas tidak cocok) dan kualitas jalurnya berada pada kelas III (kualitas dasar). Hasil analisis tingkat pelayanan berdasarkan arus pada jalur pejalan kaki segmen I menunjukan tingkat pelayanan E (tingkat pelayanan buruk) dan analisis tingkat pelayanan berdasarkan ruang memiliki hasil tingkat pelayann A (tingkat pelayanan sangat baik). Tingkat pelayanan berdasarkan arus pada segmen II memiliki tingkat pelayanan C (tingkat pelayanan cukup baik) dan tingkat pelayanan berdasarkan ruang memiliki tingakt pelayanan A (tingkat pelayanan sangat baik).

Kata kunci:Kualitas; Tingkat Pelayanan; Jalur Pejalan Kaki.

Abstract:The aims of this study to determine the quality and the level of service pedestrian ways. Pedestrian ways around the Manggarai Station has limited space for walking and for the provision of infrastructure. Infrastructure of pedestrian ways around the Manggarai Station was incomplete and in a damaged condition. The research at pedestrian ways around Manggarai Stasion This Research carried out by using Pedestrian Environmental Quality Index Calculation (PEQI 2009) and Pedestrian Level of Service (High Capacity Manual 2000). This research used quantitative method with descriptive analysis and evaluative analysis. Based on analysis, pedestrian ways segment I has a poor quality intersection design (at category IV of quality class) and the street segment has a basic quality (at categories III of quality class). Pedestrian ways segment II has an environment not suitable for pedestrian (at categories V of quality class) and the street segment has a basic quality (at categories III of quality class). Based on pedestrian flow analysis, pedestrian ways segmen I has a poor level of service (level of service E). Based on pedestrian space analysis, pedestrian ways segmen I has an excellent level of service (level of service A). In the other hand, pedestrian ways segmen II has a good quality based on pedestrian flow analysis. The result of pedestrian space analysis at segmen II as same as the result of segmen I, the pedestrian ways segmen II has an excellent level of service (level of service A).

Keywords: Quality, Level Of Service, Pedestrian Ways.

1 Theresia Revina: Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Email: theresia.revina16@pwk.undip.ac.id

2 Parfi Khadiyanto: Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Email: parfikh@gmail.com

(2)

Pendahuluan

Jalur pejalan kaki merupakan penghubung antarlokasi dan antarmoda transportasi. Jalur pejalan kaki memudahkan pejalan kaki dalam melakukan perpindahan lokasi dan perpindahan moda transportasi. Transportasi publik dalam penggunaannya seharusnya menyediakan keterhubungan dan mendukung kemampuan dalam berjalan kaki (Morar dan Bertolini, 2013). Keterhubungan transportasi publik dengan jalur pejalan kaki umumnya dapat dijumpai di sekitar stasiun kereta api. Kondisi tersebut disebabkan pengguna kerata api yang paling tinggi dalam melalukan perpindahan moda transportasi yaitu ± 35% dari total pengguna transprotasi publik(Kementerian Keuangan, 2014). Keterhubungan transportasi publik dengan jalur pejalan kaki dapat ditemui salah satunya di sekitar Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan. Stasiun Manggarai merupakan stasiun kota yang terletak dalam kawasan manggarai dan direncanakan sebagai titik perpindahan

beberapa moda transportasi dengan konsep Transit Oriented Development (TOD)

menurut Perda No 1 tahun 2012 mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah 2030. Perencanaan kawasan TOD perlu memperhatikan beberapa hal, salah satu yang perlu diperhatikan adalah aksesibilitas pejalan kaki. (Mauliawati dan Indradjati, 2013)

Terletak pada kawasan strategis menyebabkan tingginya pengguna kereta api yang mengawali maupun mengakhiri perjalanan di Stasiun Manggarai. Berdasarkan Laporan Tahunan 2014 PT KAI, jumlah penumpang Stasiun Manggarai perhari pada tahun 2013 sebesar 219.341 orang, meningkat pada tahun 2014 menjadi 233.280 orang perhari, dan di proyeksikan pada tahun 2015 menjadi 292.320 orang perhari. Ramainya pengguna kareta api di Stasiun Manggarai menyebabkan tingginya perpindahan moda transprotasi melalui jalur pejalan kaki. Ramainya jalur pejalan kaki disektiar Stasiun Manggarai menarik pedagang untuk membangun kios pada jalur pejalan kaki. Keberadaan kios menyebabkan permasalahan berupa terbatasnya ruang pejalan kaki. Permasalahan lain yang ditemui pada jalur pejalan kaki di Stasiun Manggarai adalah kondisi jalur pejalan kaki yang rusak, ditemuinya halangan, tidak lengkpanya sarana prasarana, dan jalur pejalan kaki yang menyempit (Devi, 2011).

Stasiun Manggarai yang yang direncanakan sebagai kawasan TOD seharusnya didukung oleh jalur pejalan kaki dengan sarana parasana yang lengkap dan kemampuan untuk menampung arus pejalan kaki. Kelengkapan sarana prasarna

dapat memberikan keselamatan (safety) dan kemampuan berjalan yang baik

(walkabality) pada jalur pejalan kaki. Sedangkan kemampuan menampung arus pejalan kaki memberikan kenyamanan dalam berjalan kaki. Keselamatan dan kemampuan berjalan kaki dapat diketahui melalui kualitas jalur pejalan kaki sedangkan kenyamanan dapat diketahui melalui tingkat pelayanan. Permasalahan yang ada pada jalur pejalan kaki sekitar Stasiun Manggarai yang mendasari penelitian ini. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kualitas dan tingkat pelayanan jalur pejalan kaki di Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan.

Metode Penelitian

Metode penelitian adalah urutan dalam melakukan penelitan yang berkaitan dengan alat apa dan bagaimana prosedur penelitian yang dilakukan (Nazir, 2003). Metode penelitan terbagi menjadi metode pengumpulan data danTeknik metode analisis data. Tenik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data primer dan sekunder.

Teknik pengumpulan data primer yang digunakan berupa observasi,

kuesioner, dan traffic counting. Teknik pengumpulan data sekunder yang digunakan

berupa telaah dokumen dari instansi terkait dan pemetaan. Penelitan pada jalur pejalan kaki dengan populasi pejalan kaki yang tidak diketahui maka teknik sampling yang digunakan adalah non-probability sampling, khususnya teknik sampling aksidental. Penelitian ini menggunakan rumus Lemeshow untuk mengentahui jumlah sampel. Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah minimal sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 96 orang. Pada penelitian ini menggunakan 100 sampel yang dibagi untuk dua segmen jalur pejalan kaki berdasarkan total volume pejalan kaki. Sampel pada segmen I sebanyak 49 sampel dan segmen II sebanyak 51 sampel.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantiatif. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis evaluatif. Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan deskripsi, menjelaskan, dan memberikan gambaran aktual yang ditemui dalam penelitian.

(3)

Theresia Revina dan Parfi Khadiyanto 295

Kualitas persimpangan:

(total nilai pada perhitungan persimpangan jalan – nilai min) x

Kualitas Ruas Jalur Pejalan Kaki:

(total nilai pada perhitungan segmen – nilai min) x

Analisis deskriptif digunakan untuk mengolahan informasi mengenai kondisi fisik, kondisi non fisik, kualitas, dan tingkat pelayanan jalur pejalan kaki yang ditemui dilapangan. Analisis evaluatif digunakan untuk memberikan penilaian atau menggambarkan suatu keadaan berdasarkan standar yang berlaku. Analisis evaluatif digunakan untuk memberikan penilaian kualitas jalur pejalan kaki berdasarkan pendekatan PEQI dan memberikan penilaian tingkat pelayanan jalur pejalan kaki berdasarkan tingkat pelayanan dalam HCM serta berdasarkan tingkat pelayanan dalam Peraturan Pemerintah Pekerjaan Umum No. 3 Tahun 2014.

Kajian Literatur

Jalur Pejalan Kaki

Jalur pejalan kaki merupakan ruas pejalan kaki, baik yang terintegrasi maupun terpisah dengan jalan, yang diperuntukan untuk prasarana dan sarana pejalan kaki serta menghubungkan pusat-pusat kegiatan dan/atau fasilitas pergantian moda (Kementerian Pekekerjaan Umum, 2014). Jalur pejalan kaki dalam mendukung aktivitas pejalan kaki memerlukan kondisi fisik jalur pejalan kaki yang baik. Kondisi fisik jalur pejalan kaki merupakan dimensi jalur pejalan kaki yang terdiri dari panjang, lebar, dan ketinggian dari jalur pejalan kaki(Iswanto, 2006). Jalur pejalan kaki untuk mendukung aktivitas pejalan kaki membutuhkan ketersediaan sarana prasarana.

Penyediaan prasarana jalur pejalan kaki dapat dibedakan berdasarkan karaktersitik sistem transportasi dan pergantian moda serta pusat-pusat kegiatan, penyediaan bersarkan fungsi jalan dan penggunaan lahan, penyediaan berdasarkan status kepemilikan, penyediaan jaringan pejalan kaki di bawah tanah dan di atas tanah(Kementerian Pekekerjaan Umum, 2014). Penyediaan prasarana jalur pejalan kaki berdasarkan karakteristik sistem transportasi dan pergantian moda serta pusat kegiatan membutuhkan keterhubungan jalur pejalan kaki melalui penyediaan penyeberangan, marka penyeberangan, lokasi penyeberangan, serta memperhatikan pola perjalanan dari pejalan kaki dan lokasi sektiarnya. Sarana jalur pejalan kaki terdiri dari jalur hijau, lampu penerangan, tempat duduk, pagar pengaman, tempat sampah, marka/perambuan/papan informasi, halte dan tempat tunggu, serta telepon umum(Kementerian Pekekerjaan Umum, 2014). Jalur pejalan berkaitan erat dengan penggunanya, pengguna jalur pejalan kaki adalah pejalan kaki.

Pejalan kaki merupakan orang yang berjalan kaki dengan menggunakan jalur pejalur pejalan kaki.Terdapat tiga komponen yang perlu diperhatikan dalam mendefiniskaan pengguna jalur pejalan kaki, yaitu jenis kelamin, usia, dan pekerjaan(Czoggala, 2010 dalam Pattisinai, 2013). Pejalan kaki menggunakan jalur pejalan kaki untuk aktivitas tertentu. Oleh karena itu aktivitas pada jalur pejalan kaki penting untuk diketahui. Terdapat tiga jenis aktivitas utama pada jalur pejalan kaki yang terdiri dari aktivitas penting, aktivitas pilihan, dan aktivitas sosial(Gehl, 1971 dalam Pattisinai, 2013)

Kualitas Jalur Pejalan Kaki

Kualitas jalur pejalan kaki terlihat dari kemampuan pejalan kaki dalam melakukan aktivitasnya terutama berjalan, kemampuan untuk mengakses, dan keselamatan dalam menggunakan jalur pejalan kaki. Ukuran pendekatan yang

digunakan dalam menilai kualitas jalur pejalan kaki adalah Pedestrian Environmental

Quality Index (PEQI). Kualitas jalur pejalan kaki yang dinilai dengan PEQI memiliki dua fokus penilaian, yang terdiri dari:walkabilitydansafety(Batteate, 2013). Penilaian kualitas jalur pejalan kaki memperhatikan lima aspek, yaitu kategori keselamatan persimpangan, lalu lintas, design jalur pejalan kaki, tata guna lahan, serta persepsi keselamatan dan kemampuan berjalan. Penilaian jalur pejalan kaki terbagi menjadi dua, yaitu penilaian kualitas persimpangan dan kualitas jalur pejalan kakinya. Kedua penilaian tersebut menggunakan rumus di bawah ini.

Sumber: Batteate, 2013

(4)

296 Theresia Revina dan Parfi Khadiyanto

Ruang =

Nilai yang diperoleh dari perhitungan dengan rumus tersebut disesuaikan dengan kelas kualitasnya. Berikut merupakan kelas kualitas jalur pejalan kaki menurut PEQI. (Batteate, 2013)

Kelas Skor Keterangan

I 81-100 Kualitas jalur pejalan kaki yang ideal II 61-80 Kualitas jalur pejalan kaki yang dapat diterima III 41-60 Kualitas jalur pejalan kaki yang dasar IV 21-40 Kualitas jalur pejalan kaki yang buruk

V 1-20 Lingkungan pejalan kaki yang tidak cocok untuk pejalan kaki Tingkat Pelayanan Jalur Pejalan Kaki

Tingkat pelayanan bertujuan untuk mengetahui kenyamanan dan kemampuan jalur pejalan kaki dalam menampung arus pejalan kaki. Tingkat pelayanan jalur pejala kaki dipengaruhi oleh keberadaan fasilitas dan aktivitas lainnya seperti pedangan kaki lima yang menggunakan ruas jalur pejalan kaki (Manopo dkk, 2015). Tingkat pelayanan perlu memperhatikan karakteristik pejalan kaki, kondisi lingkungan, dan arus pejalan kaki. Tingkat pelayanan terdiri dua kategori yaitu berdasarkan arus dan ruang(Transportation Research Board, 2000).Tingkat pelayanan jalur pejalan kaki berdasarkan arus memperhatikan volume pejalan kaki dan lebar efektif. Lebar efektif jalur pejalan kaki diperoleh dari lebar seluruh jalur pejalan kaki dikurangi dengan hambatan yang ada. Berikut merupakan rumus yang digunakan untuk mengetahui tingkat pelayanan berdasarkan arus.

Sumber: Transportation Research Board, 2000

Gambar 2. Rumus Perhitungan Volume Pejalan Kaki

Tingkat pelayanan berdasarkan ruang memperhatikan volume, kecepatan, dan kepadatan jalur pejalan kaki. Tingkat pelayanan jalur pejalan kaki berdasarkan ruang diperoleh dengan perhitungan menggunakan rumus di bawah ini.

Sumber: Transportation Research Board, 2000

Gambar 3. Rumus Ruang Jalur Pejalan Kaki

Nilai yang diperoleh dari perhitungan tingkat pelayanan berdasarkan arus dan ruang disesuaikan dengan tabel kriterian tingkat pelayanan jalur pejalan kaki. Nilai yang diperoleh menunjukan tingkat pelayanan jalur pejalan kaki tersebut. Tingkat pelayanna beradasarkan arus mengunakan kapasitas dasar (Co) sebsar 75 p/min/m. Berikut meruapkan tabel kriteria tingkat pelayanan.

Kriteria Tingkat Pelayanan Berdasarkan Arus

LOS Ruang (m2/p) Volume(p/min/m) Vp Kecepatan (m/s) V/Co Ratio

A >5.6 <16 >1.30 <0.21 B >3.7 – 5.6 >16-23 >1.27 – 1.30 >0.21 – 0.31 C >2.2 – 3.7 >23-33 >1.22 – 1.27 >0.31 – 0.44 D >1.4 – 2.2 >33-49 >1.14 – 1.22 >0.44 – 0.65 E >0.75 – 1.4 >49-75 >0.75 – 1.14 >0.65 – 1.00 F <0.75 variable ≤0.75 Variable

Sumber: Transportation Research Board, 2000

Vp = Arus Pejalan Kaki (p/min/m)

V15= Jumlah Pejalan Kaki Tertinggi setiap 15 menit (p/15 min)

We = Lebar Efektif Pedestrian (m)

(5)

Theresia Revina dan Parfi Khadiyanto 297

Kriteria Tingkat Pelayanan Berdasarkan Ruang

LOS Ruang (m2/p) A >1.2 B >0.9 – 1.2 C >0.6 – 0.9 D >0.3 – 0.6 E >0.2 – 0.3 F <0.2

Sumber: Transportation Research Board, 2000

Gambaran Umum

Ruang lingkup wilayah pada peneltian adalah jalur pejalan kaki yang berada di sekitar Stasiun Manggarau, khususnya jalur pejalan kaki yang menuju ke Terminal Bis Manggarai. Jalur pejalan kaki yang menjadi lingkup penelitian terbagi menjadi dua segmen. Jalur pejalan kaki segmen I terletak di tepi Jalan Manggarai Utara, yang memiliki panjang jalur 262 meter dan lebar 2 meter. Jalur pejalan kaki segmen II terletak di tepi Jalan Sultan Agung, yang memiliki panjang 139 meter dan lebar 2,35 meter. Pada segmen I jalur pejalan kaki sudah dilengkapi dengan penerangan, pohon, penanda pengurang kecepatan, halte, dan tempat penyeberangan. Pada segmen I tidak ditemukan tempat sampah, tempat duduk publik, peneduh, rambu tambahan untuk pejalan kaki, dan papan informasi. tempat penyeberangan, dan terdapat pepohonan yang menyebar. Penerangan pada segmen II berupa penerangan publik yang terdapat pada terowongan. Tempat penyeberangan pada segmen I berupa zebra cross yang sudah tidak terlihat cat nya dan material paving yang beberapa ditemukan dalam kondisi rusak. Pada segmen II ditemui tanda pengurangan kecepatan kendaraan untuk menjaga keselamatan pejalan kaki. Jalur pejalan kaki pada segmen II memiliki lebar fisik yang terbatas karena adanya halangan pada jalur pejalan kaki dan material jalur pejalan kaki masih dapat ditemui yang rusak.

Kondisi Fisik Jalur Pejalan

Kaki

sebesar 2 meter dan segmen II sebesar 2,35 meter. Jalur pejalan kaki segmen I danKondisi fisik jalur pejalan kaki menghasilkan lebar jalur pejalan kaki segmen I segmen II memiliki lebar yang sesuai dengan lebar minimum yang ditentukan. Kesesuai terhadap lebar minimum diharapkan dapat mencukupi arus pejalan kaki yang ada. Kondisi yang diharapkan tersebut berbeda dengan tanggapan pejalan kaki pada segmen I dan segmen II mengenai lebar jalur pejalan kaki. Kondisi eksisting lebar jalur pejalan kaki dirasakan tidak mencukupi menurut 55% pejalan kaki segmen I dan tidak mencukupi menurut 61% pejalan kaki segmen II. Jalur pejalan kaki segmen I dan segmen II memiliki ketinggian 27 cm dan memiliki material berupa paving. Material paving menurut pejalan kaki sudah cukup sesuai sebagai material jalur pejalan kaki. Jalur pejalan kaki pada segmen I dan segmen II ditemukan halangan. Dapat diketahui bahwa 36 dari 49 responden pejalan kaki segmen I dan 42 dari 51 responden pejalan kaki segmen II menyatakan menemukan halangan dalam berjalan kaki. Halangan yang ditemui pada jalur pejalan kaki segmen I dan II dominan berupa kios. Keberadaan kios pada jalur pejala kaki memperkecil lebar jalur pejalan kaki dan memberikan halangan bagi pejalan kaki. Jalur pejalan kaki yang seharusnya difungsikan untuk perpindahan dan penyediaan sarana prasarana jalur pejalan kaki. Keberadaan kios menyebabkan jalur pejalan kaki tidak dapat memberikan fungsinya secara maksimal. Keberadaan halangan (kios, parkir motor, dan tiang) menurut pejalan kaki menandakan adanya peralihan fungsi jalur pejalan kaki dan terganggu dengan adanya halangan tersebut. Kondisi fisik lainnya yang ditemui berupa kondisi sarana prasarana yang belum lengkap dan ditemui kondisi sarana prasarna yang perlu diperbaiki. Kondisi fisik yang ditemui juga berkaitan dengan penggunaan lahan sekitar. Pola perjalanan pejalan kaki pada segmen I dan segmen II dipengaruhi oleh penggunaan lahan sekitar, pola perjalan segmen I didominasi oleh perjalan dari stasiun menuju terminal atau sebaliknya sebesar 45% dan pola perjalanan segmen II didominasi oleh perjalanan dari stasiun menuju terminal atau sebaliknya sebesar 37%.

(6)

Kondisi Non Fisik Jalur

Pejalan Kaki

usia pejalan kaki, pekerjaan pejalan kaki, dan kelompok pejalan kaki. KarakteristikKarakteritistik personal pejalan kaki terdiri dari jenis kelamin pejalan kaki, personal pejalan kaki juga mempengaruhi pola perjalanan (asal-tujuan) pejalan kaki. Berikut adalah karakteristik personal pejalan kaki pada segmen I dan segemen II.

Sumber: Analisis Penulis, 2016

Gambar 4. Karakteristik Personal Pejalan Kaki Segmen I

Berdasarkan diagram tersebut dapat diketahui bahwa segmen I didominasi oleh pejalan kaki dengan jenis kelamin laki-laki sebesar 57% dan pejalan kaki perempuan sebesar 43%. Pejalan kaki segmen I didominasi oleh usia dewasa, yaitu usia 18-50 tahun sebesar 88%. Usia dewasa menunjukan usia produktif, oleh karena itu pada segmen I pejalan kaki didominasi oleh pejalan kaki yang sudah bekerja. Pekerjaan jalur pejalan kaki pada segmen I didominasioleh Pegawai swasta. Kondisi tersebut menyebabkan ramainya jalur pejalan segmen I oleh pekerja untuk menuju tempat kerja dengan pergantian moda transportasi.

Sumber: Analisis Penulis, 2016

Gambar 5. Karakteristik Personal Pejalan Kaki Segmen II

Pejalan kaki usia tua pada segmen II lebih banyak dibanding pada segmen I, yaitu sebesar 16%. Pejalan kaki usia produktif mempengaruhi dominasi pekerjaan pejalan kaki, yaitu bekerja sebagai pegawai swasta. Usia tua yang lebih banyak pada segmen II juga menyebabkan pekerjaan lainnya lebih besar disbanding segmen I. Pekerjaan lainnya pada segmen II sebesar 16%, pekerjaan lainnya didominasi pejalan kaki sebagai ibu rumah tangga.

(7)

Theresia Revina dan Parfi Khadiyanto 299

Sumber: Analisis Penulis, 2016

Gambar 6. Aktivitas Pejalan Kaki Segmen I (a) dan Segmen II (b)

Aktivitas pejalan kaki pada segmen I dan segmen II didominasi oleh aktivitas penting sebesar 88% dan 92%. Aktivitas penting pada jalur pejalan kaki segmen I adalah aktivitas berjalan kaki pekerja atau pelajar untuk pergantian moda transportasi. Aktivtias penting yang terjadi pada segmen II berupa perjalan pekerja, pelajar, maupun ibu rumah tangga menuju suatu lokasi atau untuk pergantian transportasi. Aktivitas pilihan pada segmen I sebesar 8% dan pada segmen II sebesar 8%, aktivitas pilihan berupa bersantai pada tempat duduk yang disediakan oleh kios-kios sekitar dan aktivitas pejalan kaki yang melewati jalur pejalan kaki untuk berolahraga. Jalur pejalan kaki segmen I memiliki aktivitas sosial sebesar 6% berupa diskusi antara pedagang dan pembeli, diskusi antar pejalan kaki, serta aktivitas makan minum di jalur pejalan kaki

Kualitas Jalur Pejalan Kaki

Jalur pejalan kaki segmen I memiliki total nilai item kualitas persimpangan sebesar 74. Persimpangan segmen I meruapakan persimpangan tanpa lampu merah sehingga memiliki nilai min 53 dan maks 149. Nilai total dan nilai min maks tersebut apabila dimasukan rumus (gambar 1) menghasilkan nilai 23,97. Nilai tersebut menunjukan persimpangan pada segmen I berada pada kualitas persimpangan kelas IV. Kualitas persimpangan kelas IV berarti kualitas jalur pejalan kaki yang rendah atau buruk. Jalur pejalan kaki segmen I memiliki kualitas yang buruk dikarenakan beberapa item persimpangan pejalan kaki yang tidak dimiliki segmen I. Beberapa item persimpangan yang tidakterdapat pada segmen I seperti lampu merah untuk pejalan kaki, ladder croswalk, no turn on red signal, crosswalk scramble, penanda untuk berhenti, dan penanda tambahan untuk pejalan kaki.

Jalur pejalan kaki segmen I memiliki total nilai item kualitas ruas sebesar 316. Ruas segmen I memiliki nilai min 146 dan maks 463. Nilai total dan nilai min maks tersebut apabila dimasukan rumus (gambar 1) menghasilkan nilai 53,72. Nilai tersebut jika dilihat pada kategori kelas kualitas raus jalur pejalan kaki berada pada kelas III. Kualitas ruas jalur pejalan kaki pada kelas III menunjukan kualitas jalur yang dasar, tetapi membutuhkan peningkatan atau perbaikan pada aspek tertentu. Kualitas pejalan kaki dasar dapat dilihat pada segmen I yang sudah memiliki beberapa aspek, namun terdapat beberapa aspek yang perlu ditambahan atau dilakukan perbaikan kualitas.

Jalur pejalan kaki segmen II memiliki total nilai item kualitas persimpangan sebesar 69. Persimpangan segmen II meruapakan persimpangan tanpa lampu merah sehingga memiliki nilai min 53 dan maks 149. Nilai total dan nilai min maks apabila dimasukan rumus (gambar 1) menghasikan 16,67

Nilai kualitas termasuk dalam kelas kualitas V yang berarti kualitas persimpangan yangsangat rendah atau lingkungan jalur pejalan kakiyang tidak cocok untuk pejalan kaki. Kualitas persimpangan pada segmen II yang tidak cocok untuk pejalan kaki ditandai dengan tidak lengkapnya sarana prasarana persimpangan. Cukup banyaknya sarana prasarana yang tidak terdapat pada segmen II seperti

penanda tambahan,penanda untuk berhenti, ladder croswalk, no turn on red signal

dan sebagainya.

Jalur pejalan kaki segmen II memilikitotal nilai item kualitas ruas sebesar 327. Ruas segmen I memiliki nilai min 146 dan maks 463. Nilai total dan nilai min maks tersebut apabila dimasukan rumus (gambar 1) menghasilkan nilai 57,19. Nilai tersebut menggambarkan kualitas ruas jalur pejalan kaki berada pada kelas III yang berarti kualitas jalur yang dasar, tetapi membutuhkan peningkatan atau perbaikan

(8)

pada aspek tertentu. Kualitas jalur pejalan kaki yang dasar pada segmen II dapat terlihat dari sudah cukupnya sarana prsarna pendukung pada segmen II seperti adanya tempat sampah, pembatas, penerangan, dan sebagainya.

Tingkat Pelayanan Jalur

Pejalan Kaki

dan memiliki lebar efektif (We) sebesar 0,4 m. Nilai VJalur pejalan kaki segmen I memiliki volume tertinggi (V15dan lebar efektif apabila15) sebesar 397 p/15

dimasukan pada rumus tingkat pelayanan beradasarkan arus (gambar 2) akan menghasilkan nilai Vp sebesar 66,17 p/min/m dan nilai perbandiangan Vp dengan kapasitas dasar sebesar 0,88. Berdasarkan nilai tersebut jalur pejalan kaki pada segmen I memiliki tingkat pelayanan E (tingkat pelayanan buruk). Tingkat pelayanan E pada segmen I berarti pejalan kaki secara visual memiliki keterbatasan dalam memilih kecepatan berjalan yang normal, pejalan kaki menyesuaikan kecepatan. Pejalan kaki memiliki ruang yang terbatas untuk mendahului pejalan kaki yang lebih lambat. Memotong dan melalui arus pejalan yang berlawanan arus menimbulkan konflik. Volume pejalan kaki pada tingkat ini hampir mendekati batas kapasitas.

Jalur pejalan kaki segmen I memiliki nilai kepadatan tertinggi sebsar 0,76. Nilai kepadatan tertinggi tersebut apabila dimasukan dalam rumus tingkat pelayanan beradasarkan ruang (gambar 3) akan menghasilkan nilai sebesar 1,31 m2/p. Nilai

tingkat pelayanan segmen Itermasuk dalam kelas tingkat pelayanan A (tingkat pelayanan sangat baik). Tingkat pelayanan tersebut memiliki arti ruang pada segmen I memberikan kebebeasan pejalan kaki untuk berdiri dan bergerak sesuai yang diinginkan tanpa menggangu pejalan kaki lainnya.Berdasarkan tingkat pelayanan menurut arus, jalur pejalan segmen I tidak sesuai dengan standar ketentuan yang ada. Tingkat pelayanan untuk jalur pejalan kaki yang berada di sekitar prasarana sarana transportasi memiliki minimal tingkat pelayanan D (tingkat pelayanan dasar). Tingkat pelayanan berdasarkan ruang pada segmen I memberikan hasil yang berbeda dibanding tingkat pelayanan berdasarkan arus, dimana tingkatpelayanan berdasarkan ruang sudah sesuai dengan standar ketentuan.

Jalur pejalan kaki segmen II memiliki volume tertinggi (V15) sebesar 389 p/15 dan memiliki lebar efektif (We) sebesar 1,1 m. Nilai V15 dan lebar efektif apabila

dimasukan pada rumus tingkat pelayanan beradasarkan arus (gambar 2) akan menghasilkan nilai Vp sebesar 23,58 p/min/m dan nilai perbandingan Vp dengan kapasitas dasar sebesar 0,31. Nilai tersebut merupakan nilai yang termasuk dalam kelas pelayanan C (tingkat pelayanan cukup baik). Tingkat pelayanan C memiliki arti pejalan kaki memiliki ruang yang cukup untuk berjalan dengan kecepatan normal, melewati arus pejalan kaki yang searah, melewati arus pejalan kaki yang berlawanan arah dapatmenimbukan konflik kecil, dan kecepatan serta tingkat arus lebih rendah. Jalur pejalan kaki segmen II memiliki nilai kepadatan tertinggi sebsar 0,66. Nilai kepadatan tertinggi tersebut apabila dimasukan dalam rumus tingkat pelayanan beradasarkan ruang (gambar 3) akan menghasilkan nilai tingkat pelayanan beradasarkan ruang sebesar 1,52 m2/p. Nilai tersebut termasuk dalam kelas pelayanan

A (tingkat pelayanan sangat baik). Tingkat pelayanan A memiliki arti adanya kebebeasan pejalan kaki untuk berdiri dan bergerak sesuai yang diinginkan tanpa menggangu pejalan kaki lainnya. Jalur pejalan kaki segmen II yang berada disekitar sarana prasarana transportasi memiliki standar tingkat pelayanan minimal D. Kondisi eksisting segmen II memiliki tingkat pelayanan baik berdasarkan arus maupun ruang yang sudah sesuai dengan standar ketentuan tingkat pelayanan.

Kesimpulan

Kualitas persimpangan jalur pejalan kaki di sekitar Stasiun Manggarai dapat

disimpulkan memiliki kualitas persimpangan jalur pejalan kaki yang rendah. Dikarenakan belum lengkapnya sarana prasarana keselamatan persimpangan. Kualitas ruas jalur pejalan kaki di sekitar Stasiun Manggarai dapat disimpulkan memiliki kualitas yang dasat, dikarenakan jalur pejalan kaki sudah memiliki sarana prasarana, namun tidak lengkap dan kondisinya perlu ada perbaikan. Jalur pejalan kaki segmen Imemiliki tingkat pelayanan berdasarkan arus yang lebih rendah dibanding segmen II, dikarenakan volume pejalan kaki segmen I yang lebih tinggi dan hambatan yang lebih besar dibanding dengan segmen II. Hambatan yang lebih besar menandakan hambatan yang mengganggu pelayanan jalur pejalan kaki. Jalur pejalan kaki segmen I dan segmen II memiliki tingkat pelayanan berdasarkan ruang yang sama, yaitu sangat baik. Kondisi itu dikarenakan sedikitnya pejalan kaki yang berdiri untuk menunggu di jalur pejalan kaki sehingga tidak mengganggu pejalan

(9)

Theresia Revina dan Parfi Khadiyanto 301

kaki lainnya. Pejalan kaki pada kedua segmen umumnya lebih banyak bergerak dibandingkan diam untuk mengunggu.

Daftar Pustaka

Batteate, Christina. (2013). Walkability and Pedestrian Safety in Boyle Heights Using the Pedestrian Environmental Quality Index (PEQI). Los Angeles: UCLA Center for Occupational and Environmental Health, University of California.

Devi, Sagita. (2011).Kualitas Ruang Publik Pada Area Transit (Studi Kasus Kawasan Manggarai, Dukuh Atas, Harmoni). Tugas akhir tidak diterbitkan, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok

Iswanto, Danoe. (2006). Pengaruh Elemen-elemen Pelengkap Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan Pejalan Kaki (Studi Kasus: Penggal Jalan Pandanaran, Dimulai dari jalan Randusari Hingga Kawasan Tugu Muda).Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman, Vol. 5 No. 1, hal.21-29. Kementerian Keuangan. (2014). Program Pendukung Rendah Karbon untuk Kementerian Keuangan

Indonesia: Isu-isu Ekonomi dalam Pengembangan Layanan Kereta Komuter di Wilayah Jabodetabek.Kementerian Keuangan Indonesia.

Kementerian Pekekerjaan Umum. (2014).Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 3 tahun 2014 Tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan.Kementrian Pekerjaan Umum Indonesia.

Mauliawati, T. A., & Indradjati, P. N. (2013). Pola Pergerakan Pengguna Kereta Api sebagai Dasar Pengembangan Stasiun Terpadu di Kawasan Berbasis Transit (Studi Kasus: Stasiun Depok Baru, Kota Depok).Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota A Vol. 2 No. 2, hal. 1-10.

Morar, T., & Bertolini, L. (2013).Planning for Pedestrians: A Way Out of Traffic Congestion.Journal of Social and Behavioral Sciences Vol. 81, pp. 600-608.

Nazir, M. (2003).Metode Penelitian.Jakarta: Ghalia Indonesia.

Pattisinai, A. R. (2013). Kajian Kualitas Jalan Pahwalan sebagai Jalur Pejalan Kaki di Kota Semarang. Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota, Vol.9 No. 3, hal. 248-258.

Transportation Research Board. (2000). High Capacity Manual. Washington DC: National Research Council.

Gambar

Gambar 2. Rumus Perhitungan Volume Pejalan Kaki
Gambar 5. Karakteristik Personal Pejalan Kaki Segmen II
Gambar 6. Aktivitas Pejalan Kaki Segmen I (a) dan Segmen II (b)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini mengkaji peresapan air kedalam tanah / infiltrasi akibat perubahan penggunaan atau tata guna lahan dari daerah resapan ke daerah pengembangan di bukit

Pada menu Laporan terdapat submenu laporan absensi karyawan, penjualan, transaksi masuk, transaksi keluar, buku besar, grafik penjualan menu dan grafik

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat cara-cara yang khusus pada

Ketua Program Magister Manajemen,. DEDEN SUTISNA

Data primer tentang pengetahuan ibu nifas diperoleh dengan wawancara langsung dengan responden menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang

Berdasarkan hasil analisis dan pengolah- an data yang telah dilakukan, maka diambil kesimpulan bahwa percepatan durasi proyek optimum pada proyek pembangunan Dermaga

Pendekatan serba lembaga ( institusional approach ), yaitu pendekatan yang difokuskan pada keterlibatan lembaga pemasaran beserta fungsi yang dijalankan dalam tataniaga apel

2.3.4 Pengaruh Faktor Biotik terhadap Keanekaragaman Makrofauna tanah Keberadaan suatu organisme dalam suatu ekosistem dapat