• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membangun Komitmen Parapihak Pengurangan Risiko Bencana DI Yogyakarta Dalam Pembentukan Platform PRB DI Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Membangun Komitmen Parapihak Pengurangan Risiko Bencana DI Yogyakarta Dalam Pembentukan Platform PRB DI Yogyakarta"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Membangun Komitmen Parapihak Pengurangan Risiko Bencana DI Yogyakarta 

Dalam Pembentukan Platform PRB DI Yogyakarta 

 

Oleh Ninil R Miftahul Jannah/Perkumpulan Lingkar, Forum PRB DI Yogyakarta   

 

A. LATAR BELAKANG 

   

  Pemerintah telah menyusun berbagai regulasi yang mengatur upaya penanggulangan  bencana,  seperti  Rencana  Aksi  Nasional  Pengurangan  Risiko  Bencana  (RAN  PRB)  yang  merupakan turunan Kerangka Aksi Hyogo dan UU No. 24 Tahun 2007 beserta peraturan‐ peraturan turunannya. RAN yang diluncurkan pada tahun 2007 adalah dokumen yang berisi  kerangka kerja 2006‐2010, rencana aksi dan prioritas, mekanisme pelaksanaan, serta dasar  kelembagaan PRB. Dokumen juga menjabarkan tugas, fungsi dan kewajiban seluruh pemangku  kepentingan  yang  dilaksanakan  dengan  dasar  koordinasi,  partisipasi  dan  sejalan  dengan  Kerangka Aksi Hyogo. RAN menjadi arahan untuk menfasilitasi para pengambil keputusan untuk  memberikan  komitmennya  secara  lintas  sektor  dan  prioritas‐prioritas  program  secara  sistematis.  

 

  Idealnya dokumen RAN disusun oleh suatu Platform Nasional yang dapat berbentuk  forum  atau  komite  multipihak.  Platform  ini  akan  berfungsi  sebagai  sebuah  mekanisme  koordinasi  dalam  pengarusutamaan  PRB  dan  berperan  dalam  pembentukan  dan  pengembangan sistem PRB yang menyeluruh. Di daerah akan ada platform PRB daerah yang  akan mengawal kerja‐kerja PRB, termasuk penyusunan RAD PRB. Diskusi tentang Platform PRB  DI Yogyakarta telah dimulai sejak 31 Oktober 2007. Berikut hasil ringkas “Diskusi Pemangku  Kepentingan PRB di Provinsi DIY Membangun Landasan yang Kokoh bagi Pengurangan Risiko  Bencana, Hotel Mercure, Yogyakarta:   

 

  Diskusi tentang Apa bentuk platform PRB yang paling sesuai untuk DIY? Siapa saja yang  akan dilibatkan? Bagaimana kita akan membangun platform tersebut? Bagaimana mekanisme  kerja platform PRB DIY? Seperti apakah kegiatan konkret? Telah dimulai sejak tahun 2007  (Workshop Diskusi Pemangku Kepentingan PRB di Provinsi DIY Membangun Landasan yang  Kokoh bagi Pengurangan Risiko Bencana, 31 Oktober 2007, dihadiri oleh NGO’s/INGO’s yang  bekerja untuk penanggulangan bencana di D.I.Yogyakarta).  

 

  Hampir berakhirnya proyek‐proyek/kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi di  D.I.Yogyakarta dan Jawa Tengah, banyaknya cluster‐cluster yang sudah vakum melakukan  kegiatan bersama dimana diskusi‐diskusi dan koordinasi yang bermanfaat dan mengundang 

(2)

spririt aksi kolektif dirasakan hilang. Pada penghujung Maret 2008, beberapa pihak dari LSM,  International NGO’s/UN‐Agency, dan Instansi pemerintah bekerja di bidang penanggulangan  bencana dan kemanusiaan, di D.I.Yogyakarta dan Jawa Tengah paska gempa bumi 27 Mei 2006   bersepakat untuk bersama‐sama menjalankan kegiatan paguyuban untuk isu‐isu pengurangan  risiko bencana, yang diberi nama Forum PRB. Kemudian menyepakati kegiatan Kampanye  Pengurangan Risiko Bencana pada akhir Mei sampai Juli 2008 menggunakan momentum  peringatan 2 tahun gempa dan 1 tahun lahirnya Undang‐Undang Penganggulangan Bencana di  Indonesia, yang dilaksanakan ramai‐ramai oleh 13 NGO’s/INGO’s dan 7 instansi/proyek 

pemerintah yang bekerja di D.I.Yogyakarta/ Jawa Tengah. Evaluasi kegiatan ini merupakan  tonggak penting yang melatarbelakangi motivasi untuk segera mewujudkan sebuah Platform  Lokal PRB untuk D.I. Yogyakarta sekaligus merupakan pembuktian  bahwa inisiasi mekanisme  koordinasi yang bersifat multistakeholder di D.I.Yogyakarta telah hadir. 

 

  Maka paguyuban Forum PRB membentuk tim kerja pembentukan platform/forum PRB  sebagai bentuk forum multistakeholder yang akan berperan dalam menyusun RAD PRB 

Daerah/Provinsi, dan menyelenggarakan Workshop multistakeholder pada tanggal 30 Agustus  2008. Dengan me‐reartikulasi ulang pertanyaan‐pertanyaan tenang  apa bentuk platform PRB  yang paling sesuai untuk DIY? Bagaimana kita akan membangun platform tersebut? Bagaimana  mekanisme kerja platform PRB DIY? Seperti apakah kegiatan konkret?. (Lihat Tabel Konfirmasi  Rekomendasi Mekanisme Forum PRB) 

 

Tabel Konfirmasi Rekomendasi Mekanisme Forum PRB   

ASPEK • SEMILOKA 17 OKTOBER 2007 SEMILOKA 30 AGUSTUS 2008 BENTUK

INSTITUSI • • Forum PRB DIY Badan mandiri • Unsur Badan PB • Lintas fungsi PB

• Ada landasan Hukum/Alat Hukum • UU No. 24/2007 Æ RAN PRB Æ RAD

• Menggunakan istilah “Forum” • Perlu legalisasi dari Gubernur agar

memiliki kekuatan hukum sehingga tidak perlu akta notaris

• Fleksibel Otonom/Mandiri STRUKTUR • Koordinasi antar sektor

• Mengatur aksi/aktivitas semua pihak yang terlibat dalam PRB

• Transparan dan akuntabel • Jelas landasan hukum • Jelas aturan main • Jelas aktor/pelaku

• Perencanaan strategis Badan Mandiri (DIP = detail implementation plan dn budget).

• Level otoritas yang jelas.

• Ada koordinator/ketua dan jajaran pengurus secara fungsional

• Perlu kesekretariatan/sekber

(3)

pada area dia mereka bekerja, seperti: di bidang preparedness, mitigasi dan restorasi (rehab rekons) • Partisipasi dan community base • Pembentukan kelompok kerja

(Pokja)

• Diskusi-diskusi dan koordinasi • Drafting/sosilisasi/feedback/review • Community based

• Musyawarah (dialog, diskusi) • Tim penyusun

(perwakilan-perwakilan) • Badan Mandiri

membentuk/memfasilitasi

partisipasi dan jaringan pada level formal dan non formal.

• Ada Pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab

• Konsultasi publik ataupun dialog publik untuk mengambil kebijakan • Transparan dan akuntabel

• Ada aturan main yang jelas

KEANGGOTA

AN • Multipihak/multistakeholder (Pemerintah, Akademisi, Masyarakat, Dunia usaha/private sector, LSM , Masyarakat, Perguruan tinggi/akademisi, Masyarakat (tokoh masyarakat), Media massa, Lainnya)

• Dari berbagai sektor • Sukarela

• Terbuka • Komitmen • Institusi PROGRAM

KERJA • Pertemuan • Inventarisasi rutin potensi

• Sosialisasi platform yang telah disepakati

• Pengarusutamaan PRB ke semua sektor pembangunan

• Monitoring dan evaluasi

• Sosialisasi PB

• Pendidikan PB

• Simulasi

• Pemetaan potensi bahaya di DIY / kerentanan.

• Sosialisasi dan advokasi / diseminasi • Rencana aksi tiap wilayah DIY

• Pertemuan rutin

• Inventarisasi potensi

• Breakdown Perda sampai ke level pemerintahan terbawah

• Monev (berkala)

• Kurikulum formal tentang PRB pada tiap level pendidikan.

• Fokus pada preparedness dan mitigasi

• Concern to: rentan/vulnerable dan difable

• Sosialisasi platform yang telah disepakati

• Pertemuan rutin • Inventarisasi potensi

• Pemetaan potensi bahaya di DIY / kerentanan.

• Sosialisasi dan advokasi / diseminasi

• Rencana aksi tiap wilayah DIY • Pengarusutamaan PRB ke semua

sektor pembangunan • Monitoring dan evaluasi • Sosialisasi PB

• Pendidikan PB • Simulasi

• Kenduri sadar bencana • Pondok-pondok baca

(4)

B. PEMIKIRAN DASAR   

   

  Mengapa juga di‐leading oleh formatur yang merepresentasi stakeholder? Mengapa  terasa begitu kuat peran representasi civil society dalam proses pembentukan paltform PRB  D.I.Yogyakarta? Pertama, Intepretasi dan apresiasi prinsip‐prinsip yang merupakan modal sosial  dari  kelompok‐kelompok  civil  society  di  D.I.  Yogyakarta  (dan  dari  luar  Yogyakarta)  yakni 

partisipasi, Kesetiakawanan, solidaritas, Kesukarelaan, Terbuka, Toleransi, Kesetaraan, Non‐

diskriminatif, Komitmen, Akuntabilitas. Yang telah ditunjukkan melalui bagaimana kelompok  non‐pemerintahan  ini  berproses  dalam  melaksanakan  kegaitan‐kegiatan  tanggap  darurat,  rehabilitasi,  rekonstruksi,  dan  mentransformasi  ketidak‐sempurnaan  bahkan  pengabailan  beberapa hal selama masa tersebut sesegera mungkin dengan sumberdaya dan kapasitas yang  ada baik secara sendiri‐sendiri, terutama melalui upaya kolektif

   

  Walaupun dihadapkan pada berbagai persoalan seperti “Wajarnya hak/kewenangan   membuat produk kebijakan ada pada eksekutif dan legislatif”. Menegakkan kedaulatan civil  society, khususnya dalam hal menentukan prioritas kebutuhan, prioritas isu, dan cara‐cara yang  memperhatikan tingkat kesiapan (kapasitas dan kerentantan yang ada), cara‐cara yang lebih  sesuai (lokal), terutama ketika cara‐cara tersebut mengapresiasi copping mechanism yang telah  ada, baik karena potensi kearifan lokal maupun daya adaptasi yang layaknya diapresiasi lebih  baik. 

 

  Kedua,  hampir  sebagian  besar  pangkalan  sumberdaya  dan  knowledge  tentang  kebencanaan dan pengurangan risiko bencana masih menjadi kapasitas kelompok‐kelompok  civil society; seperti (1) Rancangan‐rancangan kebijakan terkait PB dan PRB, difasilitasi oleh  LSM/UN atau International Agency, (2) Rancangan RAD PRB DIY, disusun oleh tim gabungan  (LSM dan Instansi Pemerintah) dan dimonitoring dengan baik oleh sebuah forum LSM, (3)  Pengembangan‐pengembangan  kapasitas  staf  instansi  pemerintah  difasilitasi  oleh  proyek/program  dari  LSM/UN  atau  International  Agency,  (4)  Pengetahuan‐pengetahuan  mitigasi struktural masih didominasi oleh perguruan tinggi, (5) Kerelawanan  yang merupakan  bagian penting dari PRB, tumbuh kembang dengan subur di organisasi/komunitas civil society  karena kelenturan tupoksi dari kelompok non‐pemerintahan ini, (6) Pengalaman menunjukkan  tingginya kemampuan penggalangan dana dan sumberdaya dari sektor private dan media, dll.   

  Akan tetapi unsur pemerintahan tetap merupakan hal penting, karena komponen utama  platform adalah kepemimpinan lokal, dan mobilisasi sumber daya. Dan setiap urusan PB/PRB  kegiatan  akan  melekat  dalam  program‐program  pembangunan  (cakupan  setiap  instansi  pemerintah, SKPD, dll).  

(5)

 

  Eksistensi memang ditunjukkan dari kegiatan‐kegiatan riil, akan tetapi sebuah dasar  hukum mengenai forum/platform diperlukan sebagai bentuk pengakuan bahwa Forum PRB  telah diakui oleh pemerintah, apalagi forum yang diproyeksikan untuk: (1) menyusun RAD PRB  DIY, (2) menyusun RAD RPB DIY, (3) Mereview RTRW DIY, dan (4) membahas pembentukan  BPBD  DIY  (Catatan  Penulis:  Ini  hanya  gagasan  internal  Formatur/Tim  Pembentukan  Platform/Forum PRB, bukan sumber  formal)akan  diminta  untuk mengasisteni/  mambantu  Pemerintah dalam hal Pengurangan Resiko bencana. Walaupun perlu diwaspadai agar dasar  hukum  tersebut  akan  membatasi  ruang  gerak  Forum  PRB.  Pilihan  untuk  di  payungi  SK  Gubernur, dipertimbangakan dengan alasan (1) Surat Keputusan (SK) Gubernur merupakan  indikator dukungan dan pengakuan secara politis oleh pemerintah,  (2) SK.Gubernur merupakan  legalitas kelembagaan (semi formal) yang memuat konsekuensi tugas dan kewajiban yang  dimandatkan  bagi  para  pengurusnya,  dan  (3)  Adanya  SK  Gubernur  dapat  memudahkan  melakukan koordinasi dengan SKPD‐SKPD yang ada didalam kesatuan Pemerintah DIY. 

 

  Perangkan Forum/Platform tidak perlu dipilih dengan cara fit and proper test karena: (1)  F.PRB merupakan forum multistakeholder dari semua sector dan memiliki keanggotaan yang  cukup banyak; (2) Para anggotalah yang akan menentukan siapa‐siapa yang layak menjadi  pengurus F.PRB dengan mempertimbangakan tingkat pengalaman dan keahliannya khususnya  dalam konteks isu penanggulangan bencana, (3) Forum/Platform PRB akan memiliki fungsi dan  peran  yang  fleksibel  baik  advokasi,  moderasi,  dan  juga  advisory  antara  masyarakat  dan  pemerintah. Contoh‐contoh lembaga public semi formal yang ditetapkan melalui SK Gubernur:  Dewan Kebudayaan Daerah DIY, Dewan Pendidikan Propinsi DIY, Komisi Plasma Nutfah Daerah  Propinsi DIY, Dll. (Sedang contoh‐contoh lembaga public formal yang ditetapkan melalui SK  Gubernur tetapi dengan cara fit and proper test: LOD DIY, LOS DIY, KPID (Komisi Penyiaran  Indonesia Daerah). 

 

C. PENUTUP   

  Proses pembentukan Forum ini saat ini sedang dalam proses, (Lihat bagian Kerangka  Kerja Pembentukan Platform Forum PRB D.I.Yogyakarta, di lampiran berikut). Prinsip kehati‐ hatian  dalam  mencoba  merepresentasi  pemangku  kepentingan  PRB  di  D.I.Yogyakarta,  merupakan perhatian utama, sekaligus menjadi siasat untuk menggalang komitmen sedini  mungkin  dan  scalling  up  kapasitas  PRB  di  D.I.yogyakarta  dan  Platform  PRB  lokal  yang  sustainable dengan sumberdaya lokal, dan tangguh. 

   

(6)
(7)

DRAFT STATUTA FORUM PRB DI.YOGYAKARTA    

BENTUK   

Forum adalah wadah yang menyatukan organisasi pemangku kepentingan (stakeholders)  DI.Yogyakarta yang bergerak dalam mendukung upaya‐upaya pengurangan risiko bencana  (PRB) di wilayah DI.Yogyakarta. Termasuk didalamnya mereka: 

Institusi pemerintahan 

Lembaga Swadaya Masyarakat atau Organisasi Non Politik Organisasi sektor swasta (private sector) 

Perguruan Tinggi atau lembaga penelitian 

Oganisasi/kelompok masyarakat sipil dan Organisasi Masyarakat 

Organisasi Palang Merah (Bagian dari strukur Palang Merah Internasional)  Yang bekerja atau berkontribusi pada bidang‐bidang, seperti: 

Pengembangan kapasitas dan pemberdayaan masyarakat bantuan kemanusiaan 

pembangunan berkelanjutan 

pembangunan yang bertugas di sektor publik penanggulangan bencana 

pengurangan risiko bencana   

Dalam aktivitasnya forum adalah organisasi mandiri (lembaga otonom) yang mengembangkan  fleksibilitas untuk mencapai tujuan bersama dan menyelesaikan persoalan, berpegang dan  berpedoman pada prinsip‐prinsip yang disepakati forum anggota,  peraturan, dan kerjasama  yang saling menguntungkan dari seluruh organisasi yang menjadi anggota Forum. 

 

Pengurangan risiko bencana adalah kerangka konseptual yang terdiri dari elemen‐elemen yang  dipandang mempunyai kemungkinan untuk meminimalkan kerentanan dan risiko bencana di  seluruh masyarakat; untuk menghindari (pencegahan) atau membatasi (mitigasi dan 

kesiapsiagaan) dampak merugikan yang ditimbulkan bahaya, dalam konteks luas  pembangunan berkelanjutan      PRINSIP  ƒ Partisipasi   ƒ Kesetiakawanan  ƒ solidaritas  ƒ Kesukarelaan 

(8)

ƒ Terbuka  ƒ Toleransi  ƒ Kesetaraan   ƒ Non‐diskriminatif  ƒ Komitmen   ƒ Akuntabilitas         FUNGSI 

1) Mekanisme untuk meningkatkan kolaborasi & koordinasi berbagai pemangku  kepentingan dalam keberlanjutan aktivitas‐aktivitas PRB selaras dengan RAN PRB  dan RAD PRB DI. Yogyakarta 

2) Mekanisme yang digunakan daerah untuk pembentukan dan pengembangan sistem  PRB  

3) Pengawas (watch body) kegiatan‐kegiatan Pengurangan Risiko Bencana 

4) Memfasilitasi integrasi PRB ke dalam kebijakan, perencanaan dan program daerah  di berbagai sektor pembangunan serta ke dalam kebijakan dan program bantuan  pembangunan nasional maupun internasional 

5) Mekanisme yang digunakan daerah untuk menangani masalah‐masalah sosial,  ekonomi dan lingkungan terkait pengurangan dan pengelolaan risiko bencana  berbasis komunitas 

6) Katalis untuk konsultasi daerah dan membangun konsensus para pihak atau  pemangku kepentingan (multi‐party or multi‐stakeholders) 

  VISI  

- Negara Republik Indonesia dan Komunitas DI. Yogyakarta yang tangguh terhadap  bencana 

  MISI  

1. Mendorong terciptanya lingkungan yang mendukung bagi pengembangan budaya  pencegahan, melalui advokasi dan penumbuhan kesadaran dan pengetahuan tentang  PRB 

2. Memfasilitasi pengarusutamaan PRB ke dalam pembangunan 

3. Menggunakan berbagai perspektif dan aksi yang bersifat multi sektor dan multi disiplin  ilmu 

4. Wadah kerjasama efektif multi‐pihak  dan lintas bidang/sektor dalam proses‐proses  pembangunan berkelanjutan 

(9)

5. Mempengaruhi perubahan‐perubahan positif melalui upaya yang terpadu dan  terkoordinasi dalam proses penyusunan kebijakan, perencanaan, administrasi dan  pengambilan keputusan 

6. Mobilisasi sumber daya dan kapasitas pemangku kepentingan lokal, lembaga‐lembaga  nasional, regional dan internasional/struktur PBB yang relevan 

7. Menjadi Center of excellence dalam pengurangan risiko bencana   

 

TUJUAN‐TUJUAN UMUM 

1) Keterpaduan kegiatan PRB di DI.Yogyakarta 

2) Kerjasama efektif antar pihak dan pemangku kepentingan lokal dalam isu PRB   3) Institusionalisasi (pelembagaan) dan pengarusutamaan PRB dalam perencanaan, 

kebijakan, dan program‐program pembangunan di DI. Yogyakarta    

TUJUAN‐TUJUAN KHUSUS 

1) Mewujudkan upaya PRB yang memiliki sumberdaya lebih baik, efektif, terpadu antar  pemangku kepentingan dan antar daerah 

2) Mendorong partisipasi aktif para pengambil keputusan, perencana dan pelaku  pembangunan, dan wakil masyarakat sebagai subyek pembangunan 

3) Menciptakan wadah untuk saling bertukar informasi, pengalaman, petikan  pembelajaran atau lessons learnt,  dan praktik terbaik atau good‐practices  4) Memfasilitasi pihak‐pihak berwenang dalam mengarusutamakan PRB ke dalam 

pembangunan 

5) Akses dan hubungan dengan para pelaku PRB di tingkat daerah, nasional, regional dan  global 

 

KEGIATAN‐KEGIATAN 

1) Mendokumentasikan pengalaman, petikan pembelajaran atau lessons learnt,  dan  praktik terbaik atau good‐practices 

2) Menyusun informasi data dasar untuk PRB; termasuk profil ancaman dan risiko  bencana, kebijakan, strategi, kapasitas, sumberdaya, dan program daerah/nasional    3) Melakukan analisa sistem PRB dan kebijakan pemerintah/pemerintah daerah yang 

terkait  secara menyeluruh  

4) Mengidentifikasi tren, kesenjangan, permasalahan & tantangan serta menentukan  bidang prioritas PRB   

5) Berperan dalam pembentukan dan pengembangan sistem PRB 

6) Membentuk gugus tugas tematis (thematic platform/task force) sesuai dengan bidang  prioritas RPB yang kontekstual 

(10)

7) Mengelola kegiatan koordinasi dan berbagi data/ informasi antar pihak dalam  melaksanakan kegiatan PRB  

8) Mendorong proses menyusun atau mengadopsi kebijakan dan peraturan perundangan  yang berpespektif PRB   

9) Menyusun RAD PRB DI.Yogyakarta  

10) Menetapkan patokan kemajuan yang dicapai dalam menggalakkan PRB dan 

pengarusutamaan PRB ke dalam kebijakan, perencanaan dan program pembangunan   11) Menyusun rencana kerja yang berorientasi hasil dan selaras dengan kerangka kerja aksi 

RPB yang disepakati secara nasional  

12) Mengkoordinasikan upaya bersama antar/sesama anggota untuk PRB  

13) Memantau, mencatat dan melaporkan aksi‐aksi pengurangan risiko bencana di tingkat  daerah sejalan dengan kerangka kerja aksi PRB yang disepakati   

   

PERANGKAT ORGANISASI 

Perangkat organisasi dalam organisasi Forum PRB DI. Yogyakarta adalah:  ƒ Dewan Kehormatan 

ƒ Presidium Forum  ƒ Anggota Tetap  ƒ Anggota Tidak tetap   

Dewan Kehormatan adalah pemimpin yang memiliki peran strategis dalam PB dan 

pembangunan daerah, dan tokoh masyarakat yang keteladanan dan aktivitasnya mampu  memberi motivasi bagi mobilisasi sosial untuk kepentingan penguatan civil society dan  kemanusiaan di D.I.Yogyakarta. 

 

Presidium adalah pengurus Forum PRB yang terdiri dari 5 orang, yang membagi tugas dan  kewenangannya dalam 4 bidang dan 1 orang yang berfungsi mengkordinasi dan memimpin  Presidium Forum. Bidang‐bidang tersebut yakni: 

ƒ Kelembagaan dan regulasi  ƒ Data dan Informasi teknis   ƒ Edukasi dan kampanye  ƒ Partisipasi   

(11)

 

Rapat Anggota

Presidium (terdiri dari 5 orang, 1 Dewan Kehormatan

memilih merekomendasikan

Difasilitasi sekretariat  

Anggota tetap adalah organisasi/institusi/instansi yang berbasis di D.I. Yogyakarta, bekerja  dalam jangka panjang atau berdomisili di D.I.Yogyakarta. 

 

Anggota tidak tetap adalah organiasi/institusi/agency yang bekerja dalam jangka tertentu  bukan jangka panjang di D.I.Yogyakarta. 

Referensi

Dokumen terkait

Karena kegigihannya itu, pada tahun 1999, sebagai wujud dari program yang peduli terhadap upaya pengentasan kemiskinan, yang diprakarsai oleh Menko Kesra dan

OCB berperan dalam meningkatkan produktivitas rekan kerja dan peningkatan produktivitas manajerial (Ali and Waqar, 2013). Sebanyak 84 pegawai pada Dinas Koperasi dan

Pada masa sekarang ini telah banyak orang yang melupakan atau mungkin belum mengenal Thibbun Nabawi, hal ini disebabkan karena semakin jauhnya umat Islam

REKRUTMEN D3 KERJASAMA PLN – POLIBAN TAHUN 2018 Peserta yang dinyatakan lulus Tes Adaftif PLN (TAP) dan Psikotes serta telah mendaftar melalui aplikasi rekrutmen

 Untuk menangkap pangsa pasar yang lebih luas dan memenuhi permintaan alat produksi yang belum dimiliki, Elnusa juga telah melakukan aliansi strategis dengan kerjasama Joint

Sesuai dengan permasalahan maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dan hasil belajar siswa pada materi faktorisasi

Macken-Horarik (dalam Emilia,.. 41) menyebutkan bahwa struktur teks prosedur yang ketiga yaitu hasil. 68-69) mengatakan bahwa struktur yang ketiga teks prosedur