• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Komunikasi Terapeutik dengan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap di Puskesmas Getasan, Kabupaten Semarang T1 462012102 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Komunikasi Terapeutik dengan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap di Puskesmas Getasan, Kabupaten Semarang T1 462012102 BAB IV"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

33 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Puskesmas Tempat Penelitian

Puskesmas Getasan terletak di jalan Raya Salatiga Kopeng kilo meter 10, Kecamatan Getasan. Puskesmas ini berdiri sejak tahun 1975 dan rawat inap berdiri pada tahun 1987

yang mempunyai 12 tempat tidur, 5 perawat, dan 1 bidan. Serta

hanya mempunyai 3 ruangan yaitu BP, KIA dan Ruang Dokter.

Seiring berjalannya waktu Puskesmas ini semakin berkembang

dimana sudah mempunyai 8 perawat, 2 dokter umum, 7 kamar

yang mempunyai 21 tempat tidur rawat inap,ruangan IGD

ruangan post nifas, ruangan imunisasi, BP, KIA, gigi, loket,

apotik, MTBS, laktasi, konsultasi terpadu, TU, laborat, dan

dapur. Adapun pelayanan masyarat yang dilakukan dalam

komunitas di 8 desa, 8 dusun terdapat 8 bidan desa. Ada 62

posyandu balita, 26 posyandu lansia, 2 pos usaha kesehatan

kerja, 3 Pos bindu (pembinaan terpadu), 5 PKD (pos kesehatan

desa), dan 3 poskesmas pembantu. Pelayanan kesehatan di

desa dilakukan setiap minggu sekali di desa Getasan, Wates,

Mandiyan, Batur, Kopeng, dan Nogosaren.

Visi Puskesmas adalah terwujudnya masyarakat sehat 2015,

(2)

34

individu, keluarga, masyarakat dan lingkungan diwilayah

Puskesmas Getasan, memelihara pelayanan kesehatan yang

bermutu dan terjangkau diwilayah Puskesmas Getasan,

mendorong kemandirian masyarakat diwilayah Puskesmas untuk

hidup sehat yang bermutu, menggalang potensi dan sumber

kesejahteraan sosial yang ada dari Puskesmas Getasan, serta

memberikan pelayanan yang terbaik dengan penuh keramahan

(Hasil wawancara dengan perawat yang bernama Pak Darman).

4.2 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 12 April – 12 Juli 2016 selama 8 minggu. Peneliti menyebar kuesioner kepada

responden sesuai dengan kriteria inklusi, peneliti mengambil

reponden rawat inap yang berumur 17 - 60 tahun, kondisi sadar,

kooperatif dan dapat berkomunikasi dengan baik, minimal 1 hari

rawat inap dan menjelang pulang. Peneliti datang ke

Puskesmas Getasan 3 sampai 4 kali dalam tiap minggunya.

Kemudian memilih responden diruang jaga rawat inap yang

sesuai kriteria inklusi. Setelah itu bertemu dengan responden,

peneliti kemudian menjelaskan maksud dan tujuan penelitian

kepada responden selama penelitian dilakukan daan menjamin

kerahasiaan responden. Kemudian jika responden menyetujui,

(3)

35

persetujuan menjadi responden. Setalah itu peneliti membagikan

kuesioner yang sudah tersedia, dan kemudian menjelaskan cara

menjawab kuesioner sesuai acuan kepada responden.

Kemudian mempersilahkan pasien untuk mengisi kuesioner yang

ada sesuai petunjuk. Jika pasien tidak bisa menulis keluarga

atau peneliti sendiri bisa membantu untuk mengisi dengan

menanyakan butir - butir pertanyaan yang ada kepada

responden. Setelah kuesioner telah diisi responden, peneliti

melihat kembali kuesioner yang sudah diisi sehingga tidak ada

butir pernyataan yang terlewatkan.

4.3 Gambaran Responden Penelitian

Responden yang dikelompokan dalam karakteristik

responden berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, lama

dirawat, serta yang sudah pernah atau pertama kali dirawat di

Puskesmas Getasan, Kabupaten Semarang.

4.3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 4.3.1

50% 50%

Jenis Kelamin

Perempuan

(4)

36

Dari hasil penelitian responden berdasarkan jenis kelamin

yaitu sebanyak 30 orang dengan pergolongan jenis kelamin.

Responden pada penelitian ini perempuan berjumlah 15

orang (50.0%) dan laki-laki berjumlah 15 orang (50,0%).

Bisa dilihat pada lampiran tabel 4.3.1

4.3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Gambar 4.3.2

Dari hasil penelitian menunjukan jumlah 30 responden

berdasarkan usia yaitu yang paling sedikit golongan muda

18 – 31 (30,0%) berjumlah 9 orang, golongan dewasa 32 – 45 (33.3%) berjumlah 10 orang, dan sedangkan yang paling

banyak adalah golongan tua 46 – 60 (36,7%) berjumlah 11 orang.

Bisa dilihat pada lampiran table 4.3.2

30%

33% 37%

Usia

(5)

37

4.3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Gambar 4.3.3

Dari hasil penelitian menunjukan jumlah 30 responden

berdasarkan pendidikan yaitu paling sedikit adalah tidak

sekolah dan D1/S1 (6,7 %) berjumlah 2 orang, SLTA (16,7%)

bejumlah 5 orang, SLTP (20,0%) bejumlah 6 orang, dan yang

paling banyak SD (50,0%) berjumlah 15 orang.

Bisa dilihat pada lampirantable 4.3.3

4.3.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama di rawat

Gambar 4.3.4 7%

50% 20%

16% 7%

Pendidikan

Tidak Sekolah SD SLTP SLTA D3/S1

43%

40%

10% 7%

Lama dirawat

(6)

38

Dari hasil penelitian menunjukan jumlah responden

berdasarkan lama dirawat yaitu paling sedikit 4 hari rawat

inap (6,7%) berjumlah 2 orang, 3 hari rawat inap (10,0%)

berjumlah 3 orang, 2 hari rawat inap (40,0%) berjumlah 12

orang, dan yang paling banyak 1 hari rawat inap (43,3%)

berjumlah 13 orang.

Bisa dilihat pada lampiran tabel 4.3.4

4.3.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Sudah Pernah atau Pertama Kali di Rawat Inap di Puskesmas Getasan

Gambar 4.3.5

Dari hasil penelitian menunjukan jumlah responden

berdasarkan riwayat perawatan sebelumnya, dapat diketahui

yaitu paling sedikit golongan yang pernah dirawat

sebelumnya berjumlah 11 orang (36,7%) dan yang paling

banyak golongan belum pernah dirawat sebelumnya

berjumlah 19 orang (63,3%).

37%

63%

Sudah Pernah atau Pertama Kali

di Rawat Inap

(7)

39

Bisa dilihat pada lampiran pada tabel 4.3.5

4.4 Hasil Penelitian

Perhitungan dalam analisis data dilakukan dengan bantuan

SPSS (Statistical Product & Service Solution) seri 16 for

windows. Bagian ini akan menampilkan hasil penelitian yaitu

analisis korelasi komunikasi terapeutik dengan tingkat

kepuasan pasien.

4.4.1 Komunikasi Terapeutik 4.4.1.1 Komunikasi Verbal

a. Jelas Dan Ringkas

Dari presentase variabel komunikasi terapeutik indikator

komunikasi verbal poin pertama yaitu jelas dan ringkas

mendapatkan hasil pasien mengatakan sangat puas 8 orang

(27%), puas 18 orang (60%), netral 3 orang (11%) dan tidak

puas 1 orang (3%). Dapat disimpulkan bahwa pada indikator

jelas dan ringkas pasien dapat memahami apa yang di

(8)

40

b. Perbendaharaan Kata (Mudah Dipahami)

Berdasarkan variabel komunikasi terapeutik indikator

perbendaharaan kata mendapatkan hasil bahwa pasien

mengatakan sangat puas ada 7 orang (23%), puas 20 orang

(64%), netral 3 orang (12%).

c. Denotatif Dan Konotatif

Berdasarkan variabel komunikasi terapeutik indikator

denotatif dan konotatif mendapatkan hasil bahwa pasien

mengatakan sangat puas 5 orang (18%), puas 21 orang

Sangat Tidak Puas TOTAL

(9)

41

d. Selaan Dan Kesempatan Bicara

Tabel di atas menunjukan presentase dari variabel

komunikasi terapeutik indikator selaan dan kesempatan

bicara yakni pasien mengatakan sangat puas ada 4 orang

(14%), puas 20 orang (68%), netral 5 orang (16%), dan tidak

puas 1 orang (2%).

e. Waktu Dan Relevansi

Tabel di atas menunjukan presentase dari variabel

komunikasi terapeutik indikator waktu dan relevansi yakni

pasien mengatakan sangat puas 8 orang (25%), puas 21

Sangat Tidak Puas TOTAL

(10)

42

4.4.1.2 KOMUNIKASI NON VERBAL

a. Kinesik

Tabel di atas menunjukan presentase dari variabel

komunikasi terapeutik indikator komunikasi non verbal yakni

kinesik pasien mengatakan sangat puas 5 orang (6,7%),

puas 23 orang (76,7%), netral 2 orang (16,7%).

b. Haptik

Tabel di atas menunjukan presentase dari indikator

komunikasi non verbal yakni haptik pasien mengatakan

sangat puas 1 orang (3,3%), puas 21 orang (70%), netral 7

orang (23,3%), tidak puas 1 orang (3,3%). Frekuensi Persen (%) Sangat Puas

Puas Netral Tidak Puas

Sangat Tidak Puas TOTAL

(11)

43 c. Paralinguistik

Tabel di atas menunjukan presentase dari variabel

komunikasi terapeutik indikator paralinguistik yakni pasien

mengatakan sangat puas 5 orang (17%), puas 22 orang

(73%), netral 3 orang (10%).

d. Tampilan Fisik Tubuh

Tabel di atas menunjukan presentase dari variabel

komunikasi terapeutik indikator tampilan fisik tubuh yakni

pasien mengatakan sangat puas 9 orang (30%), puas 18

orang (60%), netral 2 orang (7%), dan tidak puas 1 (3%).

4.4.2 Analisis Komunikasi Terapeutik

Frekuensi Persen (%) Sangat Puas

Puas Netral Tidak Puas

Sangat Tidak Puas TOTAL

(12)

44

Komunikasi Terapeutik

Frekuensi Persen

(%) Sangat Puas

Puas Netral Tidak Puas

Sangat Tidak Puas Total

komunikasi terapeutik yakni pasien mengatakan sangat

puas 3 orang (10%), puas 20 orang (67%), netral 5 orang

(17%), dan tidak puas 2 orang (6%).

4.4.3 Tingkat Kepuasan Pasien

4.4.3.1 Bukti Langsung

Tabel di atas menunjukan presentase variabel tingkat

kepuasan pasien dengan indikator bukti langsung, hasil

yang didapat pasein mengatakan sangat puas 5 orang

(18%), puas 18 orang (60%), netral 5 orang (18%), tidak

puas 1 orang (2%), dan sangat tidak puas 1 orang (2%). Frekuensi Persen (%)

Sangat Puas Puas

Netral Tidak Puas

(13)

45 4.4.3.2 Keandalan

Pada tabel di atas menunjukan presentase variabel tingkat

kepuasan pasien indikator keandalan, hasil yang didapat

pasien mengatakan sangat puas 5 orang (15%), puas 20

orang (68%), netral 4 orang (15%), dan tidak puas 1 orang

(2%).

4.4.3.3 Cepat Tanggap

Pada tabel di atas menunjukan presentase variabel tingkat

kepuasan pasien dengan indikator cepat tanggap, hasil yang Sangat Puas

Puas Netral Tidak Puas

Sangat Tidak Puas TOTAL

(14)

46

diperoleh pasien mengatakan sangat puas 6 orang (18%),

puas 21 orang (70%), dan netral 4 orang (12%).

4.4.3.4 Jaminan

Pada tabel di atas menunjukan presentase variabel tingkat

kepuasan pasien dengan indikator jaminan, hasil yang

diperoleh pasien mengatakan sangat puas 4 orang (13%),

puas 21 orang (68%), netral 4 orang (18%), dan tidak puas

1 orang (1%).

4.4.3.5 Empati

Pada tabel di atas menunjukan presentase variabel tingkat

kepuasan pasien dengan indikator empati, hasil yang Frekuensi Persen (%)

Sangat Puas Puas

Netral Tidak Puas

Sangat Tidak Puas TOTAL

(15)

47

diperoleh pasien mengatakan sangat puas 5 orang (17%),

puas 19 orang (63%), netral 5 orang (17%), dan tidak puas

1 orang (3%).

4.4.4 Analisis Tingkat Kepuasan Pasien

Tingkat Kepuasan Pasien Frekuensi Persen (%)

Sangat Puas Puas

Netral Tidak Puas

Sangat Tidak Puas Total

Pada tabel di atas menunjukan presentase variabel tingkat

kepuasan pasien yang mendapatkan hasil pasien

mengatakan sangat paus 5 orang (17%), puas 19 orang

(64%), netral 4 orang (13%), tidak puas 1 orang (3%), dan

sangat tidak puas 1 orang (3%).

4.4.5 Uji Normalitas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

tot_kepuasan .163 30 .042 .958 30 .278

tot_komunikasi .087 30 .200* .984 30 .923

a. Lilliefors Significance Correction

(16)

48

Setelah di lakukan uji normalitas pada hasil penelitian

diketahui bahwa pada output pertama dapat diketahui

bahwa jumlah data valid sebanyak 30 dan tidak ada data

missing. Pada output ke dua yaitu hasil uji normalitas, data

kepuasan pasien nilai signifikansi sebesar 0,278 dan data

komunikasi terapeutik nilai signifikansi 0,923 yang

menunjukan data tersebut berdistribusi normal karena nilai

signifikansi lebih besar dari 0,05.

4.4.6 Uji Linearitas

D

a

r

i

h

Hasil analisis untuk menguji linearitas pada hasil penelitian

menunjukan bahwa dasar pengambilan keputusan linear

atau ada hubungan antara kedua variabel tersebut

(17)

49

probabilitas (P) < 0,05 maka derajat hubungan dinyatakan

membentuk garis linear; dan (2) jika probabilitas > 0,05

maka derajat hubungan dinyatakan tidak membentuk garis

linear. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa antara

komunikasi terapeutik dengan tingkat kepuasan pasien

menunjukan hubungan tersebut berbentuk garis linier

(Purnomo, 2015).

4.4.7 Analisis Korelasi Komunikasi Terapeutik Dengan Tingkat Kepuasan Pasien

Correlations

tot_komunikasi tot_kepuasan

Spearman's

rho

tot_komunikasi Correlation

Coefficient 1.000 .873

**

Sig. (2-tailed) . .000

N 30 30

tot_kepuasan Correlation

Coefficient .873

** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01

level (2-tailed).

Analisis korelasi komunikasi terapeutik dengan

tingkat kepuasan pasien dalam penelitian ini menggunakan

(18)

50

(n=30). Diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,873 dengan

signifikansi 0.000.

4.5 Pembahasan

Pada persentase karakteristik responden berdasarkan

jenis kelamin mendapatkan hasil yang seimbang antara

laki-laki 15 orang (50%) dan perempuan 15 orang (50%). Pada

dasarnya laki-laki dan perempuan memiliki gaya komunikasi

yang berbeda. Jenis kelamin dapat mempengaruhi seseorang

pada saat berinterksi. Hal tersebut juga dapat mempengaruhi

seseorang dalam menafsirkan pesan yang diterimanya (Potter

& Perry, 2005). Selanjutnya berdasarkan persentase

karakteristik berdasarkan usia mendapatkan hasil lebih banyak

rentan usia tua yakni 46-60 tahun (36,7%). Menurut Anjaryani

(2009) dalam usia lanjut seseorang telah memasuki masa yang

disebut menua. Beberapa masalah yang terjadi adalah

keadaan fisik menjadi lemah dan tak berdaya sehingga

tergantung dengan orang lain.

Berdasarkan persentase karakteristik pendidikan terakhir

lebih dominan SD 15 orang (50%). Menurut Akbar (2013)

semakin tinggi tingkat pendidikan maka seseorang akan lebih

(19)

51

baik. Tingkat pendidikan sesorang akan berpengaruh terhadap

gaya hidup dan pola pikir dalam mempertimbangkan sesuatu.

Karakteristik responden berdasarkan lama dirawat,

memperoleh hasil dominan pasien yang dirawat 1 hari dengan

13 orang (43,3%). Pada karakteristik sudah pernah atau baru

pertama kali dirawat mendapatkan hasil lebih dominan pasien

yanag belum pernah dirawat sebelumnya dengan persentase

19 orang (63,3%). Berdasarkan pernyataan Pohan (2004)

bahwa salah satu outcome dari menggunakan pengalaman

pelanggan adalah kepuasan atau ketidakpuasan terhadap

produk atau jasa pelayanan.

Pada persentase variabel komunikasi terapeutik indikator

jelas dan ringkas mendapatkan hasil pasien lebih dominan

mengatakan puas ada 18 orang (60%). Dengan demikian dapat

di katakan bahwa perawat di Puskesmas Getasan dapat

berkomunikasi dengan jelas kepada pasien. Supraktiknya

(1995) juga berpendapat bahwa jika komunikasi interpersonal

seseorang jelas, maka tidak akan susah untuk menyampaikan

apa yang dipikirkan komunikator.

Indikator ke dua dari komunikasi terapeutik yaitu

perbendaharaan kata mendapatkan hasil bahwa pasien puas

(20)

52

saat berkomunikasi penggunaan kata oleh perawat dapat di

mengerti. Penggunaan kata-kata yang mudah dipahami dapat

membuat komunikan mengerti dan memahami apa yang

dibicarakan. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Supratiknya

(1995) yang mengatakan bahwa penggunaan gaya bahasa

yang sederhana akan membuat orang yang diajak bicara

mengerti apa yang di maksud oleh komunikator.

Berdasarkan persentase indikator ke tiga yaitu denotatif

dan konotatif mendapatkan hasil pasien dominan menjawab

puas 21 orang (72%), dapat dikatakan bahwa penjelasan

perawat mengenai keadaan pasien dan tentang cara minum

obat yang baik dan benar dapat di pahami dengan baik oleh

pasien. Pada indikator ke empat yaitu selaan dan kesempatan

bicara mendapatkan hasil pasien dominan merasa puas 20

orang (68%), dapat disimpulkan bahwa perawat memberikan

kesempatan berbicara dalam hal ini bertanya tentang kondisi

pasien dan pasien merasa puas dengan hal tersebut. Pada

indikator ke lima yaitu waktu dan relevansi mendapatkan hasil

bahwa lebih dominan pasien menjawab puas dengan jumlah 21

orang (68%). Dengan ini dapat disimpulkan bahwa perawat

memberikan waktu luang kepada pasien untuk istirahat tanpa

(21)

53

Berdasarkan variabel komunikasi non verbal pada indikator

kinesik mendapatkan hasil bahwa dominan pasien mengatakan

puas sebanyak 23 orang (76,7%). Hal ini menunjukan bahwa

pasien merasa puas dengan penjelasan perawat tentang cara

minum obat yang baik dan benar. Berdasarkan hasil

persentase pada indikator haptik mendapatkan hasil bahwa

lebih dominan pasien mengatakan puas 21 orang (70%), hal ini

menunjukan bahwa pasien senang dengan perhatian perawat

yang menepuk pundak dengan lembut ketika bertanya tentang

kondisi pasien. Pada persentase indikator paralinguistik lebih

dominan pasien mengatakan puas 22 orang (73%), dapat

disimpulkan pasien senang dengan cara berkomunikasi

perawat yang menggunakan nada lembut dan juga sopan

ketika berbicara dengan pasien. Indikator terakhir dari

komunikasi non verbal yakni tampilan fisik tubuh, paling banyak

pasien mengatakan puas 18 orang (60%). Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa pasien merasa senang dengan cara

perawat berpakaian yang bersih dan rapi.

Berdasarkan hasil penelitian komunikasi terapeutik

mendapatkan hasil lebih dominan pasien mengatakan puas 20

orang (67%), dimana dapat dikatakan bahwa pasien merasa

puas dengan komunikasi perawat di Puskesmas Getasan,

(22)

54

yang di lakukan oleh perawat bertujuan untuk menyelesaikan

masalah yang sedang dihadapi pasien. Komunikasi sangat

penting karena dapat mempengaruhi tingkat kepuasan pasien

terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan. Hasil penelitian

ini sesuai dengan hasil penelitian Darmawan (2009) dengan

kuesioner sebagai instrument pengukur yaitu melebihi 50%

(secara garis besar pasien merasa puas) dari jumlah

responden yang diberikan kuesioner kepuasan pasien terhadap

komunikasi terapeutik.

Pada penelitian variabel tingkat kepuasan pasien indikator

bukti langsung mendapatkan hasil pasien merasa puas 18

orang (60%). Baiknya mutu pelayanan pada variabel ini

merupakan hal yang wajar, hal ini dikarenakan industri

puskesmas merupakan industri yang mensosialisasikan

kesehatan pada masyarakat, kemampuan mutu pelayanan

yang memperlihatkan kemampuan para dokter dan perawat

secra tidak langsung memberikan edukasi untuk menjaga

kebersihan lingkungan tempat tinggal maupun wilayah

puskesmas. Pada indikator keandalan dominan pasien

mengatakan puas 20 orang (68%), dapat di simpulkan bahwa

praktek perawat dalam tindakan keperawatan sudah baik dan

pasien nyaman ketika perawat melakukan tindakan

(23)

55

dominan pasien mengatakan puas sebanyak 21 orang (70%).

Dapat disimpulkan bahwa pasien merasa senang dengan

perhatian perawat secara individual kepada pasien dan

mengerti kebutuhan pasien.

Berdasarkan hasil persentase indikator jaminan

mendapatkan hasil lebih dominan pasien mengatakan puas 21

orang (68%). Skor yang tinggi pada indikator ini menjelaskan

secara nyata bahwa interprestasi perawat secara personal

dianggap mampu menjalankan tugas sesuai dengan tugas dan

etika profesi yang dimiliki. Disisi lain jaminan akan kemampuan

dari Puskesmas memberikan pelayanan yang baik bagi pasien

sehingga pasien memberikan kontribusi terhadap peningkatan

citra Puskesmas yang lebih baik dimata masyarakat.

Pada indikator empati mendapatkan hasil lebih dominan

pasien mengatakan puas 19 orang (63%), sehingga dapat di

simpulkan bahwa sikap empati yang diberikan perawat

membuat pasien merasa nyaman dengan pelayanan

keperawatan di Puskesmas Getasan, Kabupaten Semarang.

Berdasarkan hasil analisis tingkat kepuasan pasien

mendapatkan hasil bahwa pasien lebih dominan memilih puas

dengan 19 orang (64%). Menurut Akbar dkk (2013) tingkat

(24)

56

dilakukan perawat muali dai fase prainteraksi, fase orientasi,

fase kerja dan fase terminasi. Setiap tahap tersebut dapat

mempengaruhi kepuasan pasien. Kepuasan pasien terhadap

pelayanan kesehatan akan dinyatakan melalui beberapa hal

antara lain: komunikasi dari mulut kemulut, kebutuhan pribadi

dan pengalaman masa lalu.

Berdasarkan hasil uji normalitas mendapatkan hasil nilai

signifikan kepuasan pasien sebesar 0,278 dan komunikasi

terapeutik sebesar 0,923 yang menunjukan bahwa data

tersebut berdistribusi normal karena nilai singnifikansi >0,05.

Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah

data yang berdistribusi normal (Purnomo, 2015).

Dari uji linearitas nilai signifikan 0,000 yang jika

disimpulkan bahwa antara komunikasi terapeutik dengan

tingkat kepuasan pasien menunjukan hubungan tersebut

berbentuk garis linear. Dengan kata lain jika komunikasi

terapeutik baik maka semakin tinggi pula kepuasan pasien

(Purnomo, 2015).

Analisis korelasi komunikasi terapeutik dengan tingkat

kepuasan pasien dalam penelitian ini menggunakan uji

Spearman rank dengan jumlah responden yaitu 30 orang.

(25)

57

0,000. Berdasarkan kriteria pengujian dapat ditarik kesimpulan

dengan melihat nilai signifikansi. Pada kriteria pengujian: jika

nilai signifikansi <0.05 maka Ho ditolak dan jika nilai signifikansi

>0.05 maka Ho diterima (Sugiyono, 2011). Sehingga dapat

diketahui bahwa koefisien tersebut mendekati nilai 1 maka

dapat disimpulkan bahwa hubungan komunikasi terapeutik

dengan tingkat kepuasan berhubungan erat. Nilai signifikansi

adalah 0,000 < 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa

semakin baik komunikasi terapeutik maka semakin tinggi pula

tingkat kepuasan pasien.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan

oleh Wijono (2010) yang menyatakan bahwa salah satu faktor

yang mempengaruhi kepuasan pasien saat menerima

pelayanan kesehatan adalah komunikasi terapeutik.

Komunikasi terapeutik merupakan hal yang sangat penting bagi

perawat untuk mendukung proses keperawatan yang meliputi

pengkajian diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan

dan penilaian. Keefektifan komunikasi terapeutik yang

digunakan oleh perawat dalam memberi asuhan keperawatan

memiliki pengaruh yang erat dan signifikan terhadap tingkat

kepuasan pasien. Artinya, semakin baik seorang perawat

dalam berkomunikasi dengan pasien, pasien akan cenderung

(26)

58

pelayanan. Semakin sering seorang perawat menggunakan

komunikasi terapeutik saat berinteraksi dengan pasien,

pembentukan bina hubungan saling percaya antara perawat

dan pasien akan semakin kuat. Selain itu komunikasi terapeutik

memungkinkan semakin dekatnya hubungan perawat dengan

pasien secara interpersonal. Hal tersebut didukung oleh

Sulistiyaningsih (2007) yang menyebutkan bahwa hubungan

perawat dengan pasien merupakan salah satu dimensi mutu

Gambar

Gambar 4.3.1
Gambar 4.3.3
Gambar 4.3.5
Tabel di atas menunjukan presentase dari variabel
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sistem ini mengelola data rumah sakit seperti data karyawan, dokter, pasien, obat, kamar dan beberapa data yang lain serta membantu dalam pengelolaan

Kajian dilakukan di tiga kecamatan, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan pada bulan Maret 2013. Hasil kajian menunjukkan bahwa: 1) pada komponen teknologi

2 Pelantikan AJK Program Liga Super SMK Kulai besar - Makluman bidang tugas AJK program. - Makluman berkaitan projek (masa, tempat tarikh,

Sedangkan hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa harga komoditas bawang merah lokal memiliki daya saing ketika terjadi perubahan (kenaikan) pada harga komoditas bawang

Student’s Responses toward Teacher Corrective Feedback on Student’s Pronunciation Error Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

The Reds mendapatkan 21 juta poundsterling sementara The Citizens 18.7 juta poundsterling sama seperti yang didapatkan Arsenal dan Manchester United.. Hak

Pada lahan yang tidak mendapatkan pemupukan, unsur Fe berpengaruh positif terhadap produktivitas bawang daun, penambahan satu satuan pupuk Fe akan meningkatkan

STATUS DAFTAR ONLINE DAFTAR NAMA MAHASISWA KKN ANGKATAN 56 SEMESTER GENAP TA 2017/2018 YANG TIDAK MELAKUKAN PEMBAYARAN TANGGAL 13 S/D 14 NOVEMBER 2017. DAN TELAH