• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PEMAHAMAN MEMBACA GAMBAR KERJA SISWA DENGAN HAND-OUT PADA MATA DIKLAT PENGELASAN DI SMK N 3 YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN PEMAHAMAN MEMBACA GAMBAR KERJA SISWA DENGAN HAND-OUT PADA MATA DIKLAT PENGELASAN DI SMK N 3 YOGYAKARTA."

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN PEMAHAMAN MEMBACA GAMBAR KERJA SISWA

DENGAN

HAND-OUT

PADA MATA DIKLAT PENGELASAN

DI SMK N 3 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Teknik Mesin

Oleh : Hendro Widiarko

05503244032

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

M O T T O

Dengan kerja keras dan penuh semangat pasti kita bisa meraih

apa yang kita inginkan.

Manusia hanya bisa berusaha tetapi Tuhan yang menentukan.

Hidup adalah perjuangan,

(6)

vi PERSEMBAHAN

Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi ini saya persembahkan

kepada:

Terima kasih atas semua dukungan, bimbingan dan kasih sayang yang telah diberikan dengan tulus ikhlas, atas semua do’a dan restumu saya dapat

menyelesaikan dalam menuntut ilmu Bapak dan Ibu Tercinta

di perguruan tinggi.

Kalian adalah sahabatku yang terbaik. Terima kasih atas kebersamaan, kompetisi, dan keberagaman pikiran yang telah memberikan inspirasi untuk ku.

Perjuangan yang telah kita lalui bersama susah dan senang akan menjadi pelajaran paling berharga untuk masa depan kita.

(7)

vii ABSTRAK

PENINGKATAN PEMAHAMAN MEMBACA GAMBAR KERJA SISWA DENGAN HAND-OUT PADA MATA DIKLAT PENGELASAN

DI SMK N 3 YOGYAKARTA

Oleh: Hendro Widiarko

05503244032

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan handout pada mata diklat pengelasan efektif dan dapat meningkatkan pemahaman membaca gambar kerja siswa dengan hand-out pada mata diklat pengelasan di kelas X TP 4 SMK N 3 Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas model Kemmis yang dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Subyek penelitian adalah kelas X TP 4 SMKN 3 Yogyakarta sebanyak 34 siswa pada mata diklat Dasar Kejuruan Mesin (DKM). Teknik pengumpulan data penelitian ini dilakukan melalui observasi, dan pemberian tes. Data observasi yang diperoleh pada setiap siklus dan hasil tes dianalisis dengan teknik deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil prestasi belajar siswa setelah dilaksanakan penerapan metode pemberian handout pada mata diklat pengelasan. Pada siklus I rata-rata nilai hasil belajar siswa yaitu 70, pada siklus II rata-rata nilai hasil belajar siswa yaitu 74,17, dan pada siklus III rata-rata nilai hasil belajar siswa yaitu 84,11. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan handout pada mata pelajaran teori pengelasan dapat meningkatkan pemahaman membaca gambar kerja siswa kelas X TP 4 SMKN 3 Yogyakarta.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufiq hidayah dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proses penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari kerjasama dan bantuan berbagai pihak. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Wardan Suyanto Ed,D., selaku Dekan FT UNY, yang telah memberikan izin kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

2. Bambang Setiyo Hari Purwoko, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, yang telah memberikan izin kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

3. Drs.Putut Hargiyarto, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pemikirannya dalam membimbing penulis menyusun skripsi ini.

4. Dr.Moch.Bruri Triyono, M.Pd., Selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan selama kuliah.

(9)

ix

6. H. Agus Surontoko selaku guru Dasar Kejuruan Mesin (DKM) kelas 1 TP4 SMKN 3 Yogyakarta, yang telah membantu dan bersedia bekerja sama dengan penulis dalam melaksanakan penelitian.

7. Seluruh siswa kelas 1 TP4 SMKN 3 Yogyakarta, atas kerjasama yang diberikan selama penulis melakukan penelitian.

8. Bapak ibu beserta keluarga yang telah memberikan dukungan moral maupun material

9. Sahabat-sahabatku yang tidak mungkin saya tuliskan semua disini, terima kasih atas kerjasamanya selama ini.

10. Serta semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata semoga Allah SWT memberi balasan atas budi baik bantuan mereka sehingga terselesaikannya skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan mengingat keterbatasan kemampuan, pengetahuan, referensi, fasilitas serta sarana dan prasarana yang penulis miliki. Oleh sebab itu saran dan kritik demi kesempurnaan laporan ini sangat diharapkan.

Harapan dari penulis, semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi penulis maupun pembaca.

Yogyakarta, Mei 2011 Penulis

(10)

x

2. Pengertian Belajar dan Proses Pembelajaran... 13

3. Media Pembelajaran ... 20

4. Tinjauan Media Pembelajaran Handout ... 21

5. Tinjauan Materi Pengelasan ... 22

(11)

xi

7. Gambar Kerja Las ... 29

B. Hasil Penelitian yang Relevan... 33

C. Kerangka Berfikir ... 34

D. Pertanyaan Penelitian dan Pengajuan Hipotesis Penelitian ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 37

B. Subyek Penelitian ... 37

C. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 38

D. Prosedur Penelitian ... 38

E. Definisi Operasional ... 39

F. Teknik Pengumpulan Data ... 40

G. Instrumen Penelitian ... 41

H. Rencana Tindakan ... 42

I. Teknik Analisis Data ... 44

J. Indikator Keberhasilan ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 46

B. Pembahasan ... 70

C. Kelemahan-kelemahan Penelitian ... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 76

C. Implikasi ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78

(12)

xii DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Pemahaman Membaca Gambar Kerja Las ... 41

Tabel 2. Hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus I ... 54

Tabel 3. Hasil skor prestasi belajar siswa siklus I. ... 55

Tabel 4. Hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus II ... 60

Tabel 5. Hasil skor prestasi belajar siswa siklus II ... 61

Tabel 6. Hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus III ... 67

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Hubungan Antara Perencanaan, Interaksi dan Penilaian...16

Gambar 2. Interaksi Antara Peserta Didik, Pendidik, dan Tujuan Pendidikan...18

Gambar 3. Diagram peningkatan aktivitas belajar siswa ... 68

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Daftar Siswa Kelas X TP4 ... 81

Lampiran 2. Handout ... 82

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 100

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus II ... 103

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus III ... 106

Lampiran 6. Lembar Observasi ... 109

Lampiran 7. Hasil Observasi Siklus I ... 110

Lampiran 8. Hasil Observasi Siklus II ... 111

Lampiran 9. Hasil Observasi Siklus III ... 112

Lampiran 10. Silabus ... 113

Lampiran 11. Soal Uji Kompetensi siklus I ... 120

Lampiran 12. Soal Uji Kompetensi siklus I ... 124

Lampiran 13. Soal Uji Kompetensi siklus I ... 127

Lampiran 14. Kunci Jawaban ... 129

Lampiran 15. Skor Hasil Belajar ... 130

Lampiran 16. Surat Permohonan Validasi media ... 131

Lampiran 17. Surat Permohonan Validasi Materi ... 135

Lampiran 18. Surat Permohonan Ijin Penelitian( Fakultas ) ... 139

Lampiran 19. Surat Izin Penelitian (Dinas Perizinan) ... 140

Lampiran 20. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 141

Lampiran 21. Dokumentasi Foto ... 142

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia dimana berbagai permasalahan hanya dapat dipecahkan kecuali dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan yang terjadi dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia di satu sisi perubahan tersebut juga telah membawa manusia ke dalam era persaingan global yang semakin ketat. Agar mampu berperan dalam persaingan global, maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan agar bangsa ini dapat bersaing dalam menjalani era globalisasi tersebut.

(16)

mempunyai beberapa program keahlian diantaranya Teknik Mesin Perkakas, Teknik Mesin Otomotif, Teknik AUDIO Video, Teknik Instalasi Listrik, Teknik Komputer dan Jaringan, Teknik Kimia Industri, Teknik Analisis Kimia, Teknik Gambar Bangunan, dan Geologi Tambang.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum yang menjadi pilihan untuk menggantikan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Dalam pelaksanaan KTSP masih mengalami berbagai revisi agar isinya sesuai dengan tuntutan pasar kerja dan kurikulum tersebut dapat diaplikasikan ke dalam pembelajaran di sekolah. Untuk melaksanakan KTSP ini, guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan yang cukup berperan dalam menentukan kualitas lulusan.

Proses pendidikan bertujuan untuk merubah tingkah laku dan sikap siswa dengan tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Proses ini merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan. Pada sistem pendidikan yang hanya mengembangkan salah satu ranah kognitif atau afektif dan atau bahkan ranah psikomotor saja tidak akan dapat menghasilkan lulusan yang profesional. Dengan tingginya ranah kognitif dan psikomotorik seseorang tanpa dibekali dengan ranah afektif (sikap) maka siswa tidak akan mampu memanfaatkan kemampuannya secara optimal. Oemar Hamalik (1989 : 5) menyebutkan bahwa proses pendidikan terdiri dari 3 aspek penting, yaitu :

1. Tujuan pendidikan yang telah digariskan secara eksplisit dan implisit. 2. Pengalaman-pengalaman belajar didesain untuk mencapai tujuan-tujuan

(17)

3. Evaluasi yang dilakukan untuk menentukan seberapa jauh tujuan yang telah dicapai.

Ketiga aspek di atas saling berkaitan antara satu dengan lainnya. Tujuan pendidikan menjadi dasar dalam mendesain metode pembelajaran yang digunakan agar pemahaman siswa terhadap materi pelajaran dapat optimal. Pengalaman belajar merupakan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan siswa agar dapat mencapai tujuan pendidikan. Dalam pembelajaran di sekolah penggunaan metode pembelajaran adalah suatu usaha yang dilakukan oleh guru agar seorang siswa dapat maksimal dalam memahami materi pelajaran, sehingga setelah selesai melakukan pembelajaran siswa akan memiliki kompetensi sebagaimana tuntutan dari materi pelajaran yang dipelajari.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan bagian dari Sistem Pendidikan Nasional yang bertujuan sebagaimana yang tertuang dalam UU SISDIKNAS Pasal 15 Nomor 20 Tahun 2003. Pada undang-undang tersebut disebutkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.

(18)

Berdasarkan pengamatan peneliti pada jurusan gambar teknik pada saat menempuh program KKN–PPL, peneliti merasakan masih ada beberapa kekurangan, baik dalam penyampaian materi maupun alat untuk menyampaikan materi. Di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ini memang sebagian besar terdiri dari siswa laki-laki, maka tidak heran jika sering terdengar kegaduhan di dalam kelas, maka untuk mengatasi hal tersebut perlu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan minat siswa untuk belajar.

Lebih lanjut berdasarkan pengamatan peneliti terhadap metode pembelajaran yang sudah ada, menunjukkan masih kurang maksimal, hal ini karena guru dalam menyampaikan materi masih menggunakan metode konvensional, yaitu metode ceramah, yang sebenarnya mata pelajaran teknik sangat erat hubungannya dengan ketrampilan mengoperasikan sebuah alat mesin teknik, sehingga sangat dibutuhkan visualisasi dari pelajaran tersebut. Nilai rata-rata siswa pada mata pelajaran teori pengelasan masih rendah, yaitu 60. Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa menggunakan metode ceramah kurang efektif untuk menstransfer mata pelajaran yang berhubungan dengan gambar teknik, maka perlu media bantu yang dapat memberi gambaran bagi siswa tentang gambar teknik tersebut, salah satunya menggunakan bantuan hand-out.

(19)

dengan tulisan. Seorang pengajar berkomunikasi secara lisan dengan siswa yang berbeda bahasa akan menterjemahkan bahasa siswa tersebut kedalam bahasanya sendiri. Baru setelah itu dapat menterjemahkan bahasa serta kehendak dari orang lain. Kesulitan tersebut sangat dirasakan terutama pada kalangan yang berkecimpung di dalam dunia teknik, misalnya seorang guru memerintahkan siswanya untuk pekerjaan las di bengkel, maka guru harus berbicara dengan siswanya. Pembicaraan itu terlalu memakan waktu yang lama, dan tentu saja tidak efisien di pandang dari segi waktu.

Untuk mengatasi hal tersebut maka untuk berkomunikasi yang lebih universal dan bisa di mengerti oleh siswa maka pengajar harus menggunakan gambar sebagai alat komunikasi dalam pekerjaan mereka di bidang teknik. Pada saat pengajar meminta siswanya untuk mengerjakan suatu benda, ia cukup memberikan suatu gambar kerja saja. Dalam hal ini pengajar menggunakan gambar sebagai alat komunikasi dengan siswanya. Terdapat kesulitan untuk menggunakan bahas lisan dalam kalangan teknik. Seseorang yang memesan produk atau komponen harus mendeskripsikan secara jelas mengenai bentuk, ukuran, kehalusan, bahan yang dipakai, cara pengerjaan dan lain-lain. Hal itu kurang efektif dan efisien, oleh karenanya orang teknik menggunakan gambar untuk mengkomunikasikannya, semua deskripsi atau hal-hal di atas dituangkan ke dalam gambar.

(20)

gambar kerja las, dan di dalam gambar keja las berisi bahan dan ukuran dan toleransinya, serta pengerjaan dari benda kerja tersebut. Lebih lanjut seseorang perencana harus mampu menuangkan ide-ide yang dituangkan kedalam gambar-gambar sket dan harus mampu menghitung gaya-gaya, tekanan yang akan ditahan oleh alat yang akan di buat, kemudian memberikan ukuran berdasarkan pada perhitungan gaya-gaya dan memberikan keterangan tentang bahan dari benda yang akan dibuatnya.

Di dalam hal ini las merupakan salah satu cara untuk mengikat komponen-komponen secara permanen di bandingkan dengan pemakaian baut, skrup, paku keling dan pengikat lainnya. Prosedur pengelasan kelihatanya sangat sederhana, tetapi sebenarnya di dalamnya banyak masalah-masalah yang harus diatasi, di mana pemecahanya memerlukan bermacam-macam pengetahuan. Karena itu dalam pengelasan harus turut di dampingi tenaga yang sudah berpengalaman. Las adalah satu dari sedikit proses mekanik yang menambahkan bahan ke (sebagai pengganti membuang bahan dari) benda kerja. Simbol-simbol las pada gambar kerja las memberikan intruksi yang tepat untuk juru las. Macam dan lokasi setiap las harus jelas ditentukan dengan memakai simbol-simbol yang standart. Untuk menyederhanakan cara penempatan informasi las yang lengkap, sebuah sistem tentang simbol las yang telah dikembangkan oleh International for Standarzation (ISO). Cara-cara yang dipergunakan, yaitu proyeksi sudut pertama (Proyeksi Eropa) dan proyeksi sudut ketiga (Proyeksi Amerika).

(21)

tidak digambarkan secara jelas dan lengkap ditunjukkan oleh simbol-simbol las. Sambungan-sambungan ditunjukan sebagaimana bentuknya sebelum pekerjaan las. Ukuran diberikan untuk menunjukkan besarnya setiap komponen yang akan dipakai. Setiap komponen ditandai dengan angka-angka dalam lingkaran dan dengan spesifikasi pada daftar komponen. Gambar kerja sangat berkaitan dengan hasil dari pengelasan, karena gambar kerja tersebut dijadikan patokan dalam pengelasan. Oleh karena itu perlunya penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa membaca gambar pada praktik pengelasan.

Proses pengajaran gambar teknik las dipengaruhi beberapa faktor antara lain faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengajaran dan faktor yang mempengaruhi proses itu sendiri atau dengan kata lain dapat diklasifikasikan sebagai faktor dalam yaitu siswa sebagai peserta didik dan faktor luar yang terdiri dari metode mengajar, guru sebagai pendidik, lingkungan, tujuan dan bahan atau materi pelajaran. Keberhasilan proses belajar mengajar tidak hanya ditentukan oleh guru, tetapi juga peranan siswa dan tersedianya sarana dan prasarana yang ada, termasuk didalamnya penggunaan media pengajaran dalam kegiatan belajar.

(22)

alternatif yang tepat, yaitu penggunaan alat bantu yang salah satunya berupa hand-out dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Namun demikian banyak guru, institusi pendidikan belum menerapkannya dalam pengajaran atau guru mengalami kesulitan dalam menentukan media yang tepat untuk digunakan pada kegiatan belajar mengajar, sehingga sering kali siswa sebagai penerima materi merasa jenuh dengan sajian materi yang disampaikan, akibatnya hasil belajar siswa tidak dapat optimal.

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Peningkatan pemahaman membaca gambar kerja siswa dengan hand-out pada mata diklat pengelasan di SMK N 3 Yogyakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yaitu :

1. Minat siswa mengikuti pelajaran masih rendah. 2. Metode mengajar masih konfensional

3. Pemberian meteri pelajaran kurang efektif 4. Suasana kelas yang tidak kondusif

5. Belum ada alat bantu mengajar seperti hand-out

(23)

C. Batasan Masalah

Dari uraian masalah yang berhasil diidentifikasi diatas, maka penelitian dibatasi pada :

1. Metode mengajar konfensional dan hand-out 2. Kemampuan membaca gambar kerja teknik las

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah “Bagaimana peningkatan pemahaman membaca gambar kerja siswa dengan hand-out pada mata diklat pengelasan di SMK N 3 Yogyakarta?”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan metode pembelajaran hand-out terhadap kemampuan membaca gambar teknik las di SMK N 3 Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang di harapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi sekolah yaitu dapat digunakan sebagai alat evaluasi penerapan metode mengajar gambar teknik las yang paling tepat.

(24)
(25)

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritik

1. Tinjauan teori SMK

Sekolah menengah kejuruan (SMK) sebagai bentuk satuan pendidikan kejuruan sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan pasal 15 UU SISDIKNAS, merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.

SMK menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan (diklat) berbagai program keahlian yang disesuaikan dengan kebutuhan lapangan kerja. Program keahlian tersebut dikelompokkan menjadi bidang keahlian sesuai dengan kelompok bidang industri / usaha / profesi. Penamaan bidang keahlian dan program keahlian pada kurikulum SMK Edisi 2006 dikembangkan mengacu pada nama bidang dan program keahlian yang berlaku pada kurikulum sebelumnya. Jenis keahlian baru diwadahi dengan jenis program keahlian baru atau spesialisasi baru pada program keahlian yang relevan. Jenis bidang dan program keahlian ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

(26)

Konsisten dengan pendekatan kompetensi yang digunakan dalam pengembangan kurikulum smk Edisi 2006, maka sistem penilaian menitikberatkan pada penilaian hasil belajar berbasis kompetensi (compepetncy based assessment) dengan ciri : a) Menggunakan penilaian Acuan Patokan (Criterion Reference Assesment), b) Diberlakukan secara perseorangan (Individualized), c) Keberhasilan peserta didik hanya dikategorikan dalam bentuk ‘Kompeten’ dan ‘belum Kompeten’, d) Dilaksanakan secara bekelanjutan. Dalam rangka pengakuan terhadap kompetensi yang telah dikuasai oleh peserta diklat, perlu dikembangkan mekanisme pengakuan sebagai berikut : a) Verifikasi terhadap hasil penilaian pihak internal SMK oleh pihak eksternal, agar apa yang telah dicapai peserta didik dapat disertifikasi oleh dunia kerja pemakai lulusan yaitu dunia usaha dan sektor pelayanan kesehatan, b) Recognition of Prior Learning (RPL) atau Recognition of Current Competency (RCC) untuk mendukung pelaksanaan sistem multi entry / multy – exit.

Dalam pelaksanaannya penilaian hasil belajar peserta didik dapat dibagi menjadi penilaian berbasis kelas (Classroom-based assessment), yang merupkan bagian integral dari proses pembelajaran dan penilaian kompetensi, yang berguna untuk mengukur tingkat penguasaan suatu kompetensi atau tahap pemelajaran.

(27)

suatu tahap pembelajaran sebagai dasar untuk memutuskan kelanjutan pembelajaran tahap berikutnya.

Penilaian kompetensi pada dasarnya merupakan penilaian sumatif terhadap ketuntasan pencapaian hasil belajar peserta didik setelah menyelesaikan satu unit kompetensi. Penilaian tersebut bertujuan untuk menetapkan keberhasilan peserta didik dalam menguasasi satu unit kompetensi. Penilaian yang berkaitan dengan sertifikasi kompetensi dilakukan oleh lembaga sertifikasi independen sesuai dengan keahliannya. Bila lembaga ini belum tersedia, sekolah dapat bekerja sama dengan dunia usaha/industri terkait yang mempunyai kredibilitas untuk berperan sebagai pengganti lembaga sertifikasi (Kementrian Pendidikan, 2006).

2. Pengertian Belajar dan Proses Pembelajaran

Belajar merupakan istilah yang tidak asing bagi kita. Belajar menurut Gestalt yang dikutip oleh Ngalim Purwanto (1990 : 101) terjadi jika pengertian (insight) ini muncul apabila seseorang telah belajar dan saat memahami suatu masalah, maka tiba-tiba muncul adanya kejelasan, dengan demikian terlihat hubungan antara unsur-unsur yang satu dengan yang lain yang kemudian dipahami sudut pautnya, dimengerti peranannya. Menurut psikologi Gestalt dapat diterangkan sebagai berikut :

(28)

b. Dalam belajar, pribadi atau organisme memegang peranan penting yang paling sentral. Belajar tidak hanya dilakukan secara aktif-mekanistis belaka, tetapi dilakukan dengan sadar, bermotif dan bertujuan.

Sri Rukmini (1993 : 59) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan yang relatif tetap, baik yang dapat diamati atau yang tidak diamati secara langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dari hasil interaksi dari lingkungan. Selanjutnya dinyatakan ciri-ciri belajar dapat diidentifikasi sebagai berikut : a. Dalam belajar, ada perubahan tingkah laku, baik perubahan tingkah laku yang dapat diamati dan perubahan tingkah laku yang tidak dapat diamati secara langsung.

b. Dalam belajar, perubahan tingkah laku dapat mengarah ke perubahan yang lebih jelek.

c. Dalam belajar, perubahan tingkah laku mengarah ke aspek kognitif, afektif, psikomotor, dan campuran.

d. Dalam belajar, perubahan tingkah laku dapat melalui pengalaman dan latihan.

e. Dalam belajar, perubahan tingkah laku menjadi sesuatu yang lebih menetap.

f. Belajar merupakan suatu proses usaha, artinya belajar berlangsung dalam jangka waktu tertentu.

(29)

Proses belajar dan hasil belajar ditentukan oleh 2 faktor yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam dibagi menjadi 2 yaitu faktor fisik dan faktor psikis. Faktor psikis antara lain: aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Faktor fisik antara lain: indera, syaraf, anggota badan, dan organ-organ tubuh lainnya. Faktor luar misalnya: keadaan soaial ekonomi, guru, lingkungan, kurikulum, program, materi pelajaran, sarana dan prasarana. (Sri Rukmini,1993 : 61).

Menurut Muhibin Syah (1995 : 132) terdapat faktor-faktor yang menentukan belajar siswa, yaitu :

a. Faktor internal, yaitu : keadaan jasmani dan rohani siswa b. Faktor eksternal, yaitu : kondisi lingkungan sekitar siswa

c. Faktor pendekatan, yaitu: jenis upaya pendekatan siswa yang meliputi strategi dan upaya yang digunakan siswa melakukan upaya kegiatan pembelajaran.

Untuk mencapai tujuan belajar, perlu diperhatikan dalam pemilihan metode belajar serta media, karena hal ini sangat menentukan pemahaman siswa terhadap isi materi. Sesuai dengan identifikasi belajar, tujuan pembelajaran harus dinyatakan sebagai perubahan-perubahan tertentu dalam tingkah laku siswa yang dapat diukur.

(30)

kegiatan pembelajaran yang menyeluruh. ( S. Hamid Hasan dan Asmawi Zainul, 1992 : 7 ).

Setiap komponen pendidikan saling menunjang dan berinteraksi membangun proses pembelajaran dalam suatu sistem pendidikan. Menurut S. Hamid hasan dan Asmawi Zainul ( 1992 : 8 ) apabila komponen yang ada didalam sub sistem pembelajaran dikelompokkan, maka terdapat tiga kelompok, yaitu : a. Perancangan

b. Interaksi

c. Penilaian (evaluasi)

Hubungan dari ketiga kelompok tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Hubungan Antara Perencanaan, Interaksi dan Penilaian Gambar 1 di atas menunjukkan komponen perencanaan mempengaruhi komponen interaksi dan komponen interaksi mempengaruhi penilaian. Komponen penilaian memberikan informasi hasil belajar yang telah dimiliki siswa. Berdasarkan informasi diatas, guru dapat menentukan tercapaianya tujuan yang telah ditetapkan, dengan jalan menentukan hal-hal yang harus diperbaiki, baik pada komponen interaksi maupun pada komponen perencanaan. Garis umpan balik yang ada dibagian bawah gambar menjelaskan guru memiliki kesempatan menggunakan informasi dari penilaian untuk memperbaiki apa yang ada di dalam

(31)

informasi maupun perencanaan. Komponen penilaian tidak hanya dipengaruhi tetapi juga mempengaruhi komponen interaksi dan perencanaan.

Muhibbin Syah (1995 : 132) memaparkan hal-hal yang mem- pengaruhi prestasi belajar siswa, antara lain :

a. Karekteristik siswa

Karakteristik siswa meliputi :

1) Kematangan mental dan kecakapan intelektual siswa meliputi : kecerdasan umun (general ability), bakat (specific intelektual ability), dan kecakapan ranah kognitif yang diperoleh lewat pengalaman belajar.

2) Kondisi jasmani dan kecakapan ranah psikomotor siswa yang meliputi : kekuatan, kecepatan, koordinasi antar aggota badan, dan sebagainya.

3) Karakteristik ranah afektif siswa yang meliputi : tingkat minat belajar, jenis motivasi belajar (intrinsik dan ekstrinsik), sikap terhadap guru, dan sebagainya.

4) Kondisi rumah dan status sosial ekonomi keluarga siswa, yang meliputi: tingkat keharmonisan kedua orang tua, tata ruang dan fasilitas belajar dirumah, dan status soaial ekonomi keluarga siswa.

b. Karakteristik guru

Karakteristik guru meliputi :

(32)

3) Karakteristik ranah afektif guru yang meliputi: tingkat minat, keadaan emosi dan sikap guru terhadap siswa dan mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya, dan sebagainya.

c. Interaksi dan metode pembelajaran

Tiga komponen sentral dalam pendidikan adalah peserta didik, pendidik, dan tujuan pendidikan. Dalam proses pendidikan terjadi interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan. Secara sederhana interaksi tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Interaksi Antara Peserta Didik, Pendidik, dan Tujuan Pendidikan

Bila dilihat lebih mendalam, bahwasanya didalam peserta didik, pendidik, dan tujuan pendidikan masih terdapat sub-sub komponen yang lebih rinci. Selain itu, di luar ketiga komponen itu masih ada komponen-komponen lain yang berperan tertentu dalam proses pendidikan.

Proses pendidikan akan dapat berjalan dengan efektif jika antar komponen pendidikan yang ada saling berhubungan secara fungsional dalam suatu kesatuan yang terpadu. Seorang pendidik sudah siap dalam menyampaikan materi pelajaran, tetapi peserta didik tidak menyukai pendidiknya sehingga

Tujuan Pendidikan

Peserta Didik Pendidik

(33)

bersifat acuh tak acuh, bahkan menolak berinteraksi dengan pendidik, maka proses pendidikan tersebut dikatakan gagal.

Tujuan pendidikan dapat dicapai jika terdapat berbagai sumber (resource) yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik untuk memperkaya isi pendidikan dan pendidik menggunakan metode dan media pendidikan yang kesemuanya untuk menarik simpati dan perhatian peserta didik terhadap materi yang disampaikan. Sehingga dengan dimanfaatkan sumber-sumber belajar tersebut dapat menunjang dalam pencapaian tujuan pembelajaran tersebut.

d. Sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana pendidikan adalah suatu faktor pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan demi tercapainya tujuan pendidikan. Atau dengan kata lain sarana dan prasarana adalah situasi, kondisi, tindakan atau perlakuan yang diadakan secara sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan.

Berdasarkan wujudnya, sarana dan prasarana pendidikan dikelompokkan menjadi 2, yaitu :

1) Sarana dan prasarana yang berupa material

Sarana dan prasarana pendidikan yang berupa material disebut juga sebagai hardware. Seperti: ruang kelas (gedung-gedung yang menunjang proses pendidikan), meja, kursi, papan tulis, berbagai macam peralatan praktik, dan lain-lain.

2) Sarana dan prasarana yang berupa non material

(34)

e. Lingkungan luar

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dan hasil pembelajaran antara lain :

1) Lingkungan sekitar sekolah, seperti: keadaan lingkungan gedung sekolah, situasi kultural sekitar sekolah, sistem pendidikan dan organisasi serta administrasi sekolah.

2) Lingkungan sekitar rumah siswa, fasilitas dan sarana umum, strata sosial masyarakat, situasi kultural, dan sebagainya.

3. Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang berarti sesuatu yang terletak di tengah (antara dua pihak atau kutub) atau suatu alat. Media atau medium adalah segala sesuatu yang terletak di tengah dalam bentuk jenjang, atau alat apa saja yang digunakan sebagai perantara atau penghubung dua pihak atau dua hal. Oleh karena itu, media pembelajaran dapat diartikan sebagai sesuatu yang mengantarkan pesan pembelajaran antara pemberi pesan kepada penerima pesan.

(35)

informasi ini mungkin didapatkan dari buku-buku, rekaman, internet, film, microfilm, dan sebagainya. Semua itu adalah media pembelajaran karena memuat informasi yang dapat dikomunikasikan kepada pebelajar.

Konsep media pembelajaran mempunyai dua segi yang satu sama lain saling menunjang, yaitu perangkat keras (hardware) dan materi atau bahan yang disebut perangkat lunak (software). Contoh: bila guru membuat bagan / tulisan pada suatu transparansi, kemudian diproyeksikan melalui Overhead Projector (OHP), maka bahan / materi pada transparan tersebut dinamakan perangkat lunak (software), sedangkan OHP itu sendiri merupakan alat / perangkat keras (hardware) yang digunakan untuk memproyeksikan (memantulkan) materi pelajaran pada layar.

(36)

4. Tinjauan Media Pembelajaran Hand-out

Hand-out adalah “segala sesuatu” yang diberikan kepada siswa ketika mengikuti kegiatan pembelajaran, yang dimaksudkan untuk memperlancar dan memberikan bantuan informasi atau materi pembelajaran sebagai pegangan bagi siswa.

Menurut Nurtain (dalam Chairil, 2008) bentuk hand out ada tiga, diantaranya : 1) bentuk catatan, 2) bentuk diagram, 3) bentuk catatan dan diagram. Bentuk catatan merupakan hand-out yang menyajkan konsep, prinsip, gagasan pokok tentang suatu topic yang akan dibahas. Bentuk diagram merupakan hand-out dalam bentuk suatu bagan, sketsa atau gambar, baik yang dilukis secara lengkap maupun yang belum lengkap. Bentuk catatan dan diagram merupakan hand out dalam bentuk gabungan dari bentuk pertama dan kedua

(37)

5. Tinjauan Materi Pengelasan

Las (welding) adalah suatu cara untuk menyambung benda padat dengan jalan mencairkannya melalui pemanasan. Untuk berhasilnya penyambungan diperlukan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yakni: 1) Benda padat tersebut dapat cair / lebur oleh panas, 2) Antara benda-benda yang disambung terdapat kesesuaian sifat lasnya, sehingga tidak melemahkan atau menggagalkan sambungan tersebut, 3) Cara-cara penyambungan sesuai dengan sifat benda padat dan tujuan penyambungannya (Widharto, 2010).

Persiapan Pengelasan terdiri dari persiapan matrial dan persiapan material. (Yogaswara, dkk, 2010). Dalam persiapan pengelasan, setiap jalur pengelasan memiliki persiapan bahan yang berbeda-beda, untuk itu di bawah ini akan di jelaskan bahan-bahan yang harus disiapkan dalam pengelasan.

a. Bahan yang dipersiapkan untuk membuat jalur las Bahan : baja lunak

Ukuran : 10 X 150 X 200 mm Elektroda : Philips 28, φ 3,2 mm

Amper : 140

Posisi las : bawah tangan

b. Bahan yang dipersiapkan untuk membuat jalur las Bahan : baja lunak

Ukuran : 10 X 150 X 200 mm Elektroda : Philips 28, φ 3,2 mm

(38)

Posisi las : tegak

c. Bahan yang dipersiapkan untuk membuat jalur las bertumpang Bahan : baja lunak

Ukuran : 10 X 150 X 200 mm Elektroda : Philips 28, φ 3,2 mm

Amper : 140

Posisi las : bawah tangan

d. Bahan yang dipersiapkan untuk membuat sambungan las V Bahan : baja lunak

Ukuran : 10 X 75 X 200 mm (2 buah) Elektroda : Philips 28, φ 3,2 mm

Amper : 120 AC

Posisi las : bawah tangan

e. Bahan yang dipersiapkan untuk membuat sambungan las V Bahan : baja lunak

Ukuran : 10 X 75 X 200 mm (2 buah) Elektroda : Philips 28, φ 3,2 mm

Amper : 120 AC

Posisi las : tegak

f. Bahan yang dipersiapkan untuk mengelas sambungan sudut dalam (bertumpang)

(39)

Ukuran : 10 X 50 X 250 mm (2 buah), 10 X 100 X 250 mm (1 buah)

Elektroda : Philips 28, φ 3,2 mm, Philips 46, φ 3,2 mm

Amper : 140 AC

Posisi las : bawah tangan

g. Bahan yang dipersiapkan untuk mengelas sambungan sudut luar tipis (1-3 mm)

Bahan : baja lunak atau plat baja karbon Ukuran : 3 X 30 X 200 mm (2 buah) Elektroda : Philips 28, φ 3,2 mm

Amper : 120 AC

Posisi las : bawah tangan

h. Bahan yang dipersiapkan untuk mengelas sambungan sudut luar tipis (1-3 mm)

Bahan : baja lunak atau plat baja karbon Ukuran : 3 X 30 X 200 mm (2 buah) Elektroda : Philips 28, φ 3,2 mm

Amper : 120 AC

Posisi las : horizontal

i. Bahan yang dipersiapkan untuk mengelas sambungan sudut luar tipis (1-3 mm)

(40)

Elektroda : Philips 28, φ 3,2 mm

Amper : 120 AC

Posisi las : vertikal

j. Bahan yang dipersiapkan untuk mengelas sambungan sudut dalam (satu kali las)

Bahan : baja lunak atau plat baja karbon Ukuran : 5 X 50 X 300 mm, 5 X 80 X 300 mm

Elektroda : Philips 28, φ 3,2 mm, atau, Philips 46s, φ 3,2 mm, atau, Philips C – 23s, φ 4 mm

Amper : 140 untuk Philips 28, 140 untuk Philips 46s, 180 untuk Philips C – 23s

Posisi las : mendatar

k. Bahan yang dipersiapkan untuk mengelas sambungan sudut dalam (tiga kali las)

Bahan : baja lunak atau plat baja karbon Ukuran : 5 X 50 X 300 mm, 5 X 80 X 300 mm

Elektroda : Philips 28, φ 3,2 mm, atau, Philips 46s, φ 3,2 mm, atau, Philips C – 23s, φ 4 mm

Amper : 140 untuk Philips 28, 140 untuk Philips 46s, 180 untuk Philips C – 23s

Posisi las : mendatar

(41)

Selanjutnya persiapan mengelas harus memperhatikan beberapa hal, yaitu: 1) Perhatikan sumber tenaga listrik yang dipakai! Sumber tersebut biasanya mempunyai tegangan 220V yang sangat berbahaya terhadap keselamatan jiwa kita. Karena itu, penting sekali untuk memutuskan hubungan dengan sumber utama tenaga listrik terlebih dahulu pada waktu akan menyambungkan kabel, 2) Pemasangan kabel elektroda dan kabel masa jangan sampai tertukar, 3) Kabel-kabel jangan berbelit-belit, rentangkanlah baik-baik! Kabel masa dijepit pada meja las supaya hubungannya erat. Pemegang elektroda yang ditempatkan pada meja las akan menyebabkan hubungan singkat, 3) Bila kita memakai mesin las arus searah (generator), putarannya harus disesuaikan dengan arah putaran yang ditunjukan pada pesawat. Jika arah putaran berlawanan, berarti pemanasan hubungan kabel dari sumber tenaga terbalik.

6. Tingkat Pemahaman Membaca a. Tingkat pemahaman

(42)

1) Melihat hubungan yang belum nyata 2) Mampu menerangkan

3) Memperkembangkan kesadaran akan factor-faktor yang penting 4) Kemampuan membuat ramalan yang beralasan.

b. Membaca

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia membaca adalah melihat isi sesuatu yang tertulis dengan teliti serta memahaminya baik dengan melisankan atau dalam hati. Membaca merupakan suatu proses membangun pemahaman dari teks maupun gambar yang tertulis. Membaca adalah suatu keterampilan yang lebih kecil lainnya (Ahjuna, 1999 : 13). Dengan kata lain proses tanggapan, Sebagai penglihatan membaca bergantung pada kemampuan melihat simbol-simbol oleh karena itu mata memainkan peran penting (Wassman dan Rinsky, 1993 : 5). Membaca dapat disimpulkan sebagai suatu proses yang melibatkan penglihatan dan tanggapan untuk memahami bahan bacaan yang bertujuan untuk memperoleh informasi.

(43)

7. Gambar kerja las

Ada dua tipe gambar, yaitu gambar seni dan gambar teknik. Pada gambar seni, pembuat gambar mengekspresikan nilai-nilai estetika atau keindahan dan filosofis serta ide-ide abstraknya dalam bentuk lukisan. Sedangkan pada gambar teknik orang atau pembuat gambar menuangkan ide-ide atau perencanaan - perencanaan dari suatu benda atau bangunan yang akan dibuat atau dibangunn (Sirod Hantoro dan Pardjono 1983 : 2). Gambar kerja las merupakan bagian dari gambar teknik, dimana gambar tersebut menguatamakan kebenaran informasi karakteristik benda, bukan keindahan semata. Gambar adalah alat menampilkan grafik yang bertujuan memberi kesan dari gagasan-gagasan melalui garis-garis atau simbol-simbol yang dituangkan pada bidang gambar.

Sejak permulaan sejarah, perkembangan pengetahuan teknik telah disertai, dan sangat memungkinkan, oleh suatu gambar yang sesuai. Saat ini hubungan dekat antara penerapan teknik dan ilmu pengetahuan dan bahasa gambar umum lebih penting dari yang pernah ada sebelumnya, maka para insinyur, ilmuwan dan teknisi yang mengabaikan atau kurang bagus dalam cara menyampaikan pernyataan prinsipnya di bidang teknik adalah buta huruf dalam jabatannya. Maka, latihan penerapan gambar teknik sesungguhnya dibutuhkan pada setiap sekolah teknik.

(44)

pembuatan suatu produk / mesin berlangsung. Mulai dari taraf penentuan jenis produk, pembuatan produk, perakitan produk, sampai dengan penggantian suku cadang. Bila kita amati semua tingkatan berlangsungnya suatu produk/mesin, selalu kita temukan gambar. Gambar tersebut digunakan sebagai alat untuk menentukan suatu produk / mesin yang akan kita buat. Gambar juga digunakan sebagai alat untuk merencanakan produk, bagaimana cara mengerjakannya, bagaimana kelonggaran dan toleransinya. Semuany memerlukan gambar.

Seiring dengan perkembangan jaman, maka gambar yang semula hanya merupakan gambar konsep berubah menjadi fungsi gambar “untuk menyampaikan informasi” dan “cara berpikir”. Standart gambar harus depersiapkan sebagai standart yang berlaku untuk umum. Gambar memegang peranan penting sebagai alat komunikasi untuk terwujudnya suatu produk / mesin atau benda teknik lainnya. Dengan kata lain gambar merupakan alat komunikasi orang teknik, atau merupakan bahasa orang-orang teknik.

(45)

Simbol - simbol las pada gambar kerja las memberikan instruksi yang tepat untuk juru las. Macam dan lokasi setiap las harus secara jelas ditentukan dengan memakai simbol - simbol yang standar. Untuk menyederhanakan cara penempatan informasi las yang lengkap, sebuah sistem tentang simbol las telah dikembangkan oleh International Organization for Standardization (ISO). Badan ini mengurusi normalisasi dibidang teknik, kecuali untuk listrik dan elektronika. Bidang elektronika ditangani oleh ICE (International Commission Electrotechnical). Indonesia telah menjadi anggota kedua badan standartisasi Internasional itu dengan Yayasan Dana Normalisasi Indonesia (YDNI) yang telah diakui secara internasional.

Perkembangan menggambar dalam dunia teknik pada umumnya sejalan dengan perkembangan industri. Gambar yang telah disempurnakan berdasarkan gambar sket atau disebut gambar jadi atau resmi ini akan diuraikan menjadi gambar kerja. Juru gambar membuat gambar lebih jelas dengan ukuran - ukuran dan bagian - bagian yang dapat dibaca dengan jelas berdasarkan gambar sket sampai akhir, maka yang terakhir inilah yang merupakan gambar kerja (Sirod Hantoro dan Pardjono, 1983 : 148).

(46)

Menurut J La Heij dan L. A. De brujin (1991 : 17), suatu gambar kerja harus memberi gambaran yang lengkap, yang hanya memberi satu kesimpulan mengenai bentuk dan ukuran - ukuran bagian alat yang akan dibuat itu. Gambar kerja harus lengkap artinya tidak boleh ada hal-hal yang masih ditanyakan oleh pelaksana, mengingat pelaksana dan perencana belum tentu tempatnya berdekatan. Jika gambar kerja belum lengkap maka akan menghambat proses produksi yang berarti juga kehilangan keuntungan.

Keterangan gambar kerja yang dibuat pun harus lengkap, agar informasi yang diberikan oleh perancang kepada pelaksana gambar atau pekerja tidak terjadi kesalahpahaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Sirod H. dan Pardjono (1983 : 148), bahwa gambar kerja merupakan pedoman nantinya oleh pekerja dalam membuat alat atau barang. Menurut J La Heij dan L. A. De Brujin (1991 : 17), gambar kerja yang merupakan perantara yang tak dapat dipisahkan diantara perancang dan pelaksana, dikerjakan dan disusun dengan cara yang sama.

Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa gambar kerja merupakan alat komunikasi dalam bentuk gambar atara perencana dan pelaksana yang mempunyai informasi lengkap dari perencana yang digunakan pelaksana si bengkel sebagai penuntun dalam proses kerjanya. Untuk dapat berkomunikasi dengan gambar kerja, maka terlebih dahulu harus diketahui atau dipahami ketentuan - ketentuan yang berlaku dalam bahasa gambar kerja tersebut.

(47)

Takeshi Sato (2000 : 1) gambar merupakan sebuah alat untuk menyatakan maksud dari seorang sarjana teknik. Oleh karena itu, seorang perencana dengan pelaksana harus betul - betul dapat memahami gambar teknik (harus dapat membuat, membaca dan mengoreksi gambar).

Dalam bahasa lisan, apabila seseorang berbicara dalam bahasa asing, maka tidak akan dapat berkomunikasi langsung tanpa memahami terlebih dahulu. Setelah memahami barulah dapat dimengerti apa yang diinginkan oleh lawan bicara. Demikian halnya dengan gambar kerja sebagai bahasa teknik. Pertama harus memahami terlebih dahulu, setelah itu baru mengerjakan apa yang dimaksud dalam gambar kerja tersebut.

Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud tingkat pemahaman membaca gambar kerja las di sini adalah tinggi rendahnya taraf cara mengerti atau mengetahui yang benar yang melibatkan penglihatan dan tanggapan guna memperoleh seluruh informasi yang terkandung dalam gambar kerja las.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Untuk melengkapi kajian teori yang telah diuraikan di atas dan diharapkan dapat mendukung pertanyaan penelitian yang akan diajukan, berikut ini disajikan hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini :

(48)

didik dalam proses belajar mengajar IPA meningkat. Selain itu juga terjadi peningkatan dalam prestasi siswa.

2. Penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa SD Melalui Peranan Hadiah Sebagai Perangsang Timbulnya Kompetensi” oleh Sri Wiyono. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa partisipasi peserta didik dalam proses belajar mengajar meningkat. Selain itu juga terjadi peningkatan dalam prestasi siswa.

C. Kerangka Berfikir

Keberhasilan pembelajaran banyak faktor yang mempengaruhi selain guru, metode, sarana prasarana, media juga sangat berpengaruh. media penggunaan hand-out pada mata diklat pengelasan diharapkan dapat membantu keberhasilan pendidikan. pemberian hand-out pada mata diklat pengelasan dapat mengurangi keterbatasan yang ada pada siswa dan dapat membantu guru dalam menyampaikan pelajaran, sehingga pelajaran yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh siswa.

(49)

Pertimbangan pemilihan media dan proses belajar didasarkan pada fungsi dan tujuan yang ingin dicapai. Hand-out adalah suatu media pembelajaran yang diklasifikasikan sebagai bahan ajar cetak. Salah satu kelebihan hand-out adalah tingkat fleksibilisasinya yang tinggi sehingga tidak menuntut aturan baku dalam penyusunannya. Hal ini penting karena hand-out berfungsi untuk menutup kelemahan buku cetak, modul, ataupun bahan ajar cetak lainnya yang cenderung baku dan membosankan. Hand-out dapat disajikan semenarik dan semaksimal mungkin. Berdasarkan teori tersebut, hand-out sebagai media yang membawa informasi berupa penjelasan, keterampilan dan sikap sebagai perantara antara peserta didik dan guru akan sangat mendukung untuk meningkatkan ketertarikan peserta didik terhadap suatu pembelajaran yang pada akhirnya akan membuat peserta didik belajar lebih giat untuk meraih prestasi yang lebih tinggi, dalam hal ini pemahaman membaca gambar kerja pengelasan.

D. Pertanyaan Penelitian dan Pengajuan Hipotesis Penelitian 1. Pertanyaan Penelitian

Apakah penggunaan hand-out pada mata diklat pengelasan dapat meningkatkan pemahaman siswa membaca gambar kerja pengelasan pada mata diklat pengelasan di SMK N 3 Yogyakarta?

2. Pengajuan Hipotesis Penelitian

(50)
(51)

37

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas secara kolaboratif. Dalam bentuk penelitian tindakan ini, guru dilibatkan sejak proses identifikasi masalah, rencana solusi masalah, pelaksanaan tindakan, monitoring, evaluasi dan penyimpulan hasil. Guru sebagai praktisi pembelajaran, peneliti sebagai perancang dan pengamat yang kritis.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas 1 Teknik Mesin SMK Negeri 3 Yogyakarta. Pemilihan subyek penelitian didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut :

1. Adanya kesediaan para guru dan kepala sekolah untuk dilaksanakannya penelitian disekolahnya .

2. Hasil belajar siswa di kelas 1 Teknik Mesin SMK Negeri 3 Yogyakarta pada diklat pengelasan, khususnya tentang pemahaman membaca gambar kerja masih kurang baik dan perlu ditingkatkan.

(52)

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 23 maret 2011 s/d 7 April 2011 di kelas 1 Teknik Mesin SMK Negeri 3 Yogyakarta. Jadwal pelaksanaan penelitian disesuaikan dengan jadwal pelajaran pengelasan di Kelas 1 Teknik Mesin SMK Negeri 3 Yogyakarta.

D. Prosedur Penelitian

Model penelitian tindakan yang digunakan pada penelitian ini adalah model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (1998) yang memuat empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi dalam suatu sistem spiral yang saling terkait.

Penelitian ini dirancang dalam beberapasiklus. Adapun langkah - langkah yang dilaksanakan dalam setiap siklus adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning)

Dalam tahap perancanaan peneliti bersama kolaborator mempersiapkan : perangkat pembelajaran, instrumen penelitian, materi pelajaran.

2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Tahap pelaksanaan dilaksanakan di dalam kelas dengan melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan silabus dan RPP yang telah disediakan. Guru menjalankan skenario pembelajaran dengan pemberian handout.

3. Pengamatan (Observing)

(53)

dipersiapkan pada tahap perencanaan. Observasi dilakukan untuk memperoleh data penelitian.

4. Refleksi (Reflecting)

Pada tahap refleksi dilaksanakan pengkajian terhadap hasil observasi yang telah dicatat. Pengkajian dilakukan melalui diskusi antara peneliti, pengamat dan guru. Pengkajian dilakukan terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan untuk mengetahui kekurangan - kekurangan dan kendala - kendala selama pembelajaran. Hasil pengkajian digunakan sebagai pertimbangan untuk pelaksanaan pembelajaran pada siklus selanjutnya.

E. Definisi Operasional

1. Gambar kerja pengelasan merupakan alat komunikasi dalam bentuk gambar antara perencana dan pelaksana yang mempunyai informasi lengkap dari perencana yang digunakan pelaksana di bengkel sebagai penuntun dalam proses kerjanya.

2. Pemahaman membaca gambar kerja pengelasan adalah pengetahuan siswa akan simbol - simbol pada gambar kerja las dalam bentuk nilai atau hasil pengisian soal-soal tentang gambar kerja las.

(54)

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapat data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standart data yang ditetapkan.

Terdapat dua(2) hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian, dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara - cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu, instrumen yang telah teruji validitas, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid, apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya

Untuk mencapai maksud tersebut di atas, peneliti dalam hal ini menggunakan metode pengumpulan data, yaitu :

1. Metode Observasi

(55)

dilengkapi dengan pedoman observasi serta dokumentasi foto. Observasi juga dilakukan dengan menggunakan catatan lapangan (fieid notes) dilakukan dengan tujuan agar segala sesuatu yang didengar dan diamati oleh peneliti semakin lengkap.

2. Metode Pemberian Tes

Tes hasil belajar digunakan untuk mendapatkan data mengenai peningkatan hasil belajar peserta didik dalam menggunakan metode pemberian hand-out yang berupa post test.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam upaya mencari dan mengumpulkan data penelitian.

1. Instrumen Hasil Belajar Siswa

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Pemahaman Membaca Gambar Kerja Las

No. Indikator Nomor butir Siklus

1. Jenis-jenis sambungan las 1 – 8 I

2. Posisi pengelasan 9 – 10 I

3. Simbol - simbol las 11 – 15 II

4. Prosedur pengelasan 16 – 20 III

Jumlah soal 20

2. Validitas

(56)

dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Mungkin para ahli akan memberi keputusan: instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan dan mungkin dirombak total. Jadi penelitian ini akan berkonsultasi dengan Guru dan Dosen yang berkompeten pada mata diklat pengelasan setelah mendapatkan izin dari Dosen pembimbing.

H. Rencana Tindakan

Prosedur penelitian tindakan menentukan beberapa siklus dalam upaya mencapai hasil sesuai dengan yang diinginkan. Dalam setiap siklus terdapat beberapa kegiatan meliputi pelaksanaan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti merumuskan dan mempersiapkan, rencana jadwal pelaksanaan tindakan, rencana pelaksanaan pembelajaran, materi/bahan pelajaran sesuai dengan pokok bahasan, lembar tugas siswa, lembar penilaian hasil belajar, hand-out, dan mempersiapkan kelengkapan lain yang diperlukan dalam rangka analisis data.

2. Pelaksanaan

(57)

dalam penelitian ini adalah seluruh siswa memenuhi standar kelulusan dengan nilai minimal 70.

a. Siklus I

1) Materi yang disampaikan adalah jenis-jenis sambungan las dan posisi pengelasan

2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yaitu dengan menggunakan hand-out

3) Melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa

4) Melakukan refleksi setelah selesai proses pembelajaran sebagai acuan untuk melaksanakan tindakan selanjutnya.

b. Siklus II

1) Materi yang disampaikan adalah simbol-simbol pada las 2) Melakukan pembelajaran berdasarkan refleksi siklus I

3) Melakukan observasi untuk mendapatkan perubahan yang terjadi pada siklus I

4) Melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa

5) Melakukan refleksi setelah selesai proses pembelajaran sebagai acuan untuk melaksanakan tindakan selanjutnya.

c. Siklus III

A. Materi yang disampaikan adalah mengetahui prosedur-prosedur dalam pengelasan.

B. Melakukan pembelajaran berdasarkan refleksi siklus II

(58)

pada siklus II.

D. Melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa E. Melakukan refleksi.

3. Pengamatan atau observasi

Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Pengamatan dilakukan selama pelaksanaan pembelajaran. Adapun aspek yang diamati adalah aktivitas siswa dan pengaruh penerapan metode pemberian hand-out dalam proses pembelajaran.

4. Refleksi

a. Mengevaluasi kegiatan belajar mengajar yang telah berlangsung.

b. Mengidentifikasi permasalahan yang muncul akibat perlakuan atau tindakan yang diberikan kepada siswa

c. Mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi.

I. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini termasuk dalam teknik deskriptif kuantitatif yang dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu reduksi data. Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan, dan pengabstrakan data menjadi informasi bermakna.

1. Paparan data adalah proses penampilan data secara lebih sederhana dalam bentuk paparan naratif, respresentasi tabular termasuk dalam format matrik, grafik dan sebagainya.

(59)

terorganisir tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat atau formula yang singkat dan padat tetapi mengandung pengertian luas.

J. Indikator Keberhasilan

(60)

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Kondisi Pembelajaran a. Kurikulum

Mata pelajaran DKM khususnya pada materi pengelasan yang di dalamnya membahas cara membaca gambar kerja las, materi tersebut merupakan pelajaran yang penting karena siswa membutuhkan pelajaran terkait pemahaman membaca gambar kerja las yang sangat dibutuhkan pada dunia kerja nanti. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti menyesuaikan pelajaran yang akan di lakukan tindakan sesuai kurikulum yang ada.

b. Silabus

Sesuai dengan kurikulum yang ada, silabus disesuaikan dengan susunan program pendidikan dan pelatihan agar materi yang dipilih dapat disesuaikan dengan jenjang dan kebutuhan peserta didik. Silabus yang digunakan di SMK Negeri 3 Yogyakarta pada mata pelajaran teori pengelasan mempunyai beberapa pembahasan pada materi yang akan diberi tindakan, meliputi:

(61)

c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Persiapan pembelajaran lain yang perlu dipersiapkan sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berisi materi, metode, media, dan teknik pembelajaran yang akan dilakukan dalam proses belajar mengajar. Pada pelajaran pengelasan, rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus I meliputi kompetensi dasarnya: a) menjelaskan jenis-jenis sambungan las, b) menjelaskan posisi pengelasan.

(62)

d. Proses Belajar mengajar

Sebelum diadakan penelitian, terlebih dahulu peneliti mengetahui model pembelajaran yang berlangsung di kelas. Penelitian dimulai dengan observasi pelaksanaan belajar mengajar yang berlangsung di kelas. Dari observasi sebelum penelitian tindakan dilakukan, ternyata minat siswa terhadap pembelajaran pengelasan tergolong rendah. Hal ini ditunjukkan dengan aktivitas siswa yang rendah dalam pembelajaran, seperti siswa hanya menjadi pendengar, pencatat, cenderung sibuk/ramai sendiri-sendiri, tidak ada yang berani bertanya atau menanggapi materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru pada saat pembelajaran di kelas. Media pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang bervariasi, bahkan hampir tidak pernah menggunakan media pembelajaran.

Di samping itu, kurang berminatnya siswa terhadap pelajaran pengelasan juga dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang tidak banyak melibatkan siswa. Guru dominan dalam menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran, guru hanya menggunakan buku paket, sehingga siswa kurang tertarik dan berminat untuk memberi tanggapan terhadap materi pelajaran.

e. Sarana Pembelajaran

(63)

gambar, 5 ruang laboratorium, 18 ruang praktek bengkel, 1 ruang kepala sekolah, 5 ruang kantor, 1 ruang B.P, 2 ruang perpustakaan, 1 ruang guru, 1 ruang UKS, 3 ruang ibadah, 2 ruang OSIS, 2 ruang koperasi, 1 ruang kantin, 10 kamar mandi / WC, 1 gudang, 1 ruang pertemuan / Aula. 1 lapangan olah raga, 1 kebun sekolah, 2 ruang tempat sepeda, 1 halaman sekolah.

Beberapa sarana pendukung proses pembelajaran yang dimiliki yaitu black board, papan tulis, kapur, OHP, viewer, model, komputer dan alat-alat peraga. Buku yang digunakan dan tersedia merupakan hasil bantuan dari Dinas Pendidikan yang dapat digunakan oleh guru dan peserta didik. Para siswa juga dapat memanfaatkan buku-buku sesuai dengan kebutuhannya dan sesuai dengan ketersediaan yang ada atau dengan meminjamnya di perpustakaan sekolah. Dalam pelaksanaan pembelajaran penggunaan metode dan media pembelajaran yang tepat sangat penting guna keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran.

f. Proses Penelitian

(64)

Kegiatan pembelajaran seperti ini sering dilakukan guru karena mereka takut apabila lebih banyak melibatkan siswa dan menerapkan banyak metode maka akan menyita waktu lebih banyak sehingga akan mengakibatkan materi pembelajaran tertinggal jauh. Secara umum permasalahan yang muncul dalam pembelajaran teori pengelasan adalah persepsi siswa bahwa membaca gambar kerja merupakan pelajaran yang sulit. Permasalahan pokok yang muncul yaitu aktivitas dan hasil belajar teori pengelasan masih rendah.

(65)

Penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus, dan masing-masing siklus terdiri dari 1 kali pertemuan (Arikunto, 2010; 72). Pada setiap siklus dilaksanakan tes untuk melihat hasil belajar siswa.

1. Siklus I

Pada siklus I dilaksanakan 1 kali pertemuan, dan pertemuan berlangsung selama 2x45 menit. Pada siklus I tindakan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan

Perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus I adalah sebagai berikut:

1) Membuat RPP sesuai dengan materi yang akan diajarkan. RPP disusun oleh peneliti dengan pertimbangan dosen dan guru yang bersangkutan. RPP ini berguna sebagai pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas.

2) Membuat handout pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Handout disusun peneliti dengan pertimbangan dengan dosen dan guru yang bersangkutan. Dengan adanya handout diharapkan dapat memperlancar kegiatan pembelajaran di kelas untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. 3) Membuat lembar observasi dan soal-soal untuk mengetahui

(66)

4) Mempersiakan sarana dan media pembelajaran yang akan digunakan. Sarana yang akan digunakan dalam setiap pembelajaran adalah handout.

5) Membuat rencana refleksi, yaitu pada siklus II rancangan pembelajaran harus dapat dilaksanakan dengan lebih menarik lagi bagi siswa, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

b. Tahap Pelaksanaan

(67)

membagikan handout yang telah dibuat oleh peneliti kepada siswa dan setiap siswa mendapatkan satu handout untuk dipelajari.

Memasuki inti pembelajaran, guru menjelaskan materi yang ada pada handout dan siswa disuruh untuk mendengarkan penjelasan dari guru, mempelajari materi yang ada pada handout. Beberapa siswa terlihat mengamati dengan sesekali mendengarkan penjelasan dari guru. Namun, ada juga beberapa siswa yang masih asyik mengobrol dengan teman sebangkunya tanpa memperhatikan penjelasan dari guru. Setelah selesai menjelaskan, guru memberikan waktu 15 menit untuk mempelajari kembali handout dan jika belum jelas dipersilahkan untuk bertanya. Hal ini dimaksudkan agar siswa termotivasi untuk belajar dengan handout. Pada akhir siklus I dilaksanakan post test untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari sebelumnya. Soal terdiri dari 10 butir pilihan ganda dengan waktu 20 menit. Guru menutup pelajaran dengan memberikan salam.

c. Hasil Tindakan Siklus I

(68)

Proses interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa belum berjalan dengan baik. Masih ada siswa yang merasa kurang percaya diri baik untuk bertanya maupun menjawab pertanyaan.

1) Aktivitas belajar siswa

Hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa pada siklus I menunjukkan hasil yang bervariasi. Secara umum, siswa sudah mulai aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat terlihat dari tabel aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini:

Tabel 2. Hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus I

No Indikator

Pengamatan siklus I

Jumlah siswa 1 Memperhatikan apa yang

disampaikan oleh guru

25

Persentase 52,94%

(69)

dari rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I yaitu 18 siswa atau sebesar 52,94%.

2) Prestasi belajar siswa

Prestasi belajar siswa setelah menggunakan metode pemberian handout diukur dengan memberi post test kepada siswa pada akhir siklus (pertemuan kedua). Tujuan yang ingin dicapai dari pemberian post test ini adalah melakukan pengukuran sejauh mana materi yang disampaikan menggunakan metode pemberian handout dapat dipahami oleh siswa. Hasil skor post test siklus I dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini:

Tabel 3. Hasil skor prestasi belajar siswa siklus I.

No Skor Jumlah Siswa Persentase

1 60 10 29,41

3 70 14 41,18

4 80 10 29,41

5 90 - -

6 100 - -

Jumlah 34 100,0

Rata-rata 70

Skor minimal 70 24 70,58

(70)

Dengan demikian skor rata-rata prestasi belajar siswa pada siklus I menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode pemberian handout yang membahas materi mata diklat dengan pokok bahasan tentang gambar kerja las adalah 70 dan jumlah siswa yang mendapatkan skor minimum 70 berjumlah 24 siswa atau 70,58 %, sehingga belum memenuhi indikator keberhasilan. Dengan demikian skor prestasi pada siklus I belum memenuhi KKM yang telah ditetapkan yaitu 100 % siswa memperoleh skor minimal 70.

d. Tahap Refleksi

Selama pelaksanaan pembelajaran pada siklus I terdapat beberapa permasalahan, yaitu:

1) Siswa kurang berani mengajukan pertanyaan, menjawab dan memberikan ide.

2) Siswa kurang antusias mengisi soal-soal tentang membaca gambar kerja las yang diberikan.

Berdasarkan hasil analisis dan refleksi siklus I, langkah selanjutnya pada siklus II rancangan pembelajaran harus dapat dilaksanakan dengan lebih menarik dan menyenangkan lagi bagi siswa, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. e. Tindak Lanjut

(71)

mata diklat pengelasan untuk merancang pemecahan kekurangan-kekurangan pada siklus I. Hasil diskusi tersebut diperoleh pemecahan masalah antara lain:

1) Guru lebih mengoptimalkan usaha memotivasi siswa untuk tanya jawab selama proses pembelajaran.

2) Guru perlu memantau pelaksanaan tugas siswa dengan cara berkeliling di ruangan kelas.

2. Siklus II

Pada siklus II dilaksanakan 1 kali pertemuan, dan pertemuan berlangsung selama 2x45 menit. Pada siklus II tindakan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan

Perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut:

1. Membuat RPP sesuai dengan materi yang akan diajarkan. RPP disusun oleh peneliti dengan pertimbangan dosen dan guru yang bersangkutan. RPP ini berguna sebagai pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas.

(72)

handout diharapkan dapat memperlancar kegiatan pembelajaran di kelas untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. 3. Membuat lembar observasi dan soal-soal untuk mengetahui

aktivitas dan hasil belajar siswa.

4. Mempersiapkan sarana dan media pembelajaran yang akan digunakan. Sarana yang akan digunakan dalam setiap pembelajaran adalah handout.

5. Membuat rencana refleksi dengan lebih melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar, salah satunya dengan melakukan tanya jawab dan diskusi.

b. Tahap Pelaksanaan

(73)

Pada siklus II ini, ada beberapa siswa yang lupa membawa handout dengan alasan tertinggal dirumah, kemudian guru menyuruh siswa yang tidak membawa handout untuk bergabung dengan teman sebangkunya yang membawa handout. Guru memberikan waktu 15 menit kepada siswa untuk mempelajari handout dan guru menyuruh kepada siswa untuk berdiskusi dengan teman sebangkunya untuk mengerjakan soal-soal latihan dan jika belum jelas dipersilahkan untuk bertanya. Setelah waktunya habis, ada sesi tanya jawab untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi yang telah dipelajari.

Pada akhir pertemuan kedua ini dilakukan post test untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari pada siklus II. Soal terdiri dari 5 butir pilihan ganda dengan waktu 20 menit.

c. Hasil Tindakan Siklus II

(74)

1) Aktivitas belajar siswa

Hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa pada siklus II menunjukkan hasil yang bervariasi. Secara umum, siswa sudah mulai aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat terlihat dari aktivitas belajar siswa yang meningkat dibandingkan dengan aktivitas belajar siswa pada siklus I. Peningkatan aktivitas belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini: Tabel 4. Hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus II

No Indikator

Pengamatan siklus II

Jumlah siswa 1 Memperhatikan apa yang

disampaikan oleh guru 27

2 Berani bertanya kepada guru 9

3 Berani berpendapat 6

4 Belajar dengan handout 27

5 Mencatat 29

Total 98

Rata-rata 20

Persentase 57,65

(75)

belajar siswa mengalami peningkatan menjadi 20 siswa atau sebesar 57,65%.

2) Hasil belajar siswa

Prestasi belajar siswa setelah menggunakan metode pemberian handout diukur dengan memberi post test kepada siswa pada akhir siklus (pertemuan kedua). Tujuan yang ingin dicapai dari pemberian post test ini adalah melakukan pengukuran sejauh mana materi yang disampaikan menggunakan metode pemberian handout dapat dipahami oleh siswa. Hasil skor post test siklus II dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini:

Tabel 5. Hasil skor prestasi belajar siswa siklus II

No Skor Jumlah Siswa Persentase

1 60 9 26,47

3 70 - -

4 80 25 73,53

5 90 - -

6 100 - -

Jumlah 34 100,0

Rata-rata 74,71

Skor minimal 70 25 73,53

Berdasarkan tabel 5, dapat diperoleh bahwa persentase pada siklus II siswa yang mendapatkan skor 60 berjumlah 9 siswa (26,47%), dan untuk skor 80 berjumlah 25 siswa (73,53%).

(76)

pemberian handout yang membahas materi mata diklat dengan pokok bahasan tentang gambar kerja las adalah 74,71 dan jumlah siswa yang mendapatkan skor minimum 70 berjumlah 25 siswa atau 73,53 %, sehingga belum memenuhi indikator keberhasilan. Dengan demikian skor prestasi pada siklus II belum memenuhi KKM yang telah ditetapkan yaitu 100% siswa memperoleh skor minimal 70.

d. Refleksi

Hasil penelitian ini secara umum menunjukan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode pemberian handout pada siswa. Siswa sudah dapat aktif dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari semangat siswa yang berani bertanya kepada guru, namun skor rata-rata siswa belum memenuhi indikator keberhasilan.

Ada beberapa permasalahan yang ditemukan pada siklus II dalam pembelajaran DKM di kelas X TP 4 dengan menggunakan handout:

1) Ada sebagian siswa yang lupa membawa handout dengan alasan tertinggal di rumah.

Gambar

Gambar 1. Hubungan Antara Perencanaan, Interaksi dan Penilaian
Gambar 2. Interaksi Antara Peserta Didik, Pendidik,
Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Pemahaman Membaca Gambar Kerja Las
Tabel 2. Hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) upaya layanan bimbingan konseling Islam yang dilakukan guru konselor untuk menyadarkan perilaku merokok pada siswa di SMP Negeri 5

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Selain dari beberapa karya di atas, Fazlur Rahman pernah menulis artikel yang berjudul “Iqbal in Modern Muslim Thoght” Rahman mencoba melakukan survei terhadap

Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi

nasionalnya dan ini adalah hukum Inggris. 4etapi hukum Inggris ini menun$uk kembali kepada hukum Prancis yaitu hukum dari domisili. Maka apakah menurut hukum Prancis akan

Sedangkan pada opsi put Eropa, writer juga dapat mengalami kerugian jika yang terjadi pada saat maturity time adalah strike price lebih besar dibanding harga