• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KONSENTRASI DEKSTRIN TERHADAP MUTU BUBUK PEWARNA ALAMI MAKANAN DARI KULIT RAMBUTAN (NEPHELIUM LAPPACEUM L).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KONSENTRASI DEKSTRIN TERHADAP MUTU BUBUK PEWARNA ALAMI MAKANAN DARI KULIT RAMBUTAN (NEPHELIUM LAPPACEUM L)."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KONSENTRASI DEKSTRIN TERHADAP MUTU BUBUK

PEWARNA ALAMI MAKANAN DARI KULIT RAMBUTAN

(Nephelium lappaceum L)

Oleh:

Ririn S. Gultom

NIM 408231041

Program Studi Kimia

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Sain

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

(2)

ŝ

Judul : Pengaruh Konsentrasi Dekstrin Terhadap Mutu Bubuk Pewarna Alami Makanan Dari Kulit Rambutan

(Nephelium lappaceum L) Nama : Ririn S. Gultom

NIM : 408231041 Program Studi : Kimia Jurusan : Kimia

Menyetujui:

Dosen Pembimbing Skripsi

Drs. Pasar Maulim Silitonga, M.S. NIP. 195909071985031003

Mengetahui:

FMIPA UNIMED Jurusan Kimia

Dekan, Ketua,

Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D Drs. Jamalum Purba, M.Si NIP.19590805198611001 NIP.196412071991031002

(3)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan berkatNya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei – Juli 2012 ialah “Pengaruh Konsentrasi Dekstrin Terhadap Mutu Bubuk Pewarna Alami Makanan dari Kulit Rambutan (Nephelium lappaceum L)“.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada Bapak Drs. Pasar Maulim Silitonga, M.S selaku Dosen Pembimbing Skripsi Penulis yang telah banyak meluangkan waktu dalam membimbing dan memberikan saran-saran terhadap penyelesaikan skripsi ini, Bapak Drs. Jamalum Purba, M.Si selaku Ketua Jurusan Kimia, Bapak Drs. Marudut Sinaga M.Si, selaku Kepala Laboratorium Jurusan Kimia, Kepada Bapak Dr. Simson Tarigan M.Pd, selaku Dosen Pembimbing akademik penulis, Bapak Prof. Drs. M. Situmorang, M.Sc. Ph.D, Bapak Drs. Rahmat Nauli, M.Si, dan Ibu Dra.Nurmalis, M.Si selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan kepada penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah memberikan banyak dukungan, motivasi dan doa kepada penulis. Buat Kak Dina, Bang Joy, Kak Iyo, Bang Anton dan Adik Yosef yang senantiasa memberikan semangat. Begitu juga buat bang Demed yang selalu setia membantu dalam proses penyelesaian skripsi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan Kimia NK 2008, dan teman seperjuangan Febriyanti Simanjuntak.

Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya dalam pengembangan metode pembuatan bubuk pewarna alami makanan.

Medan, Agustus 20012

Ririn S. Gultom

(4)

PENGARUH KONSENTRASI DEKSTRIN TERHADAP MUTU BUBUK PEWARNA ALAMI MAKANAN DARI KULIT RAMBUTAN

(Nephelium lappaceum L)

Ririn S. Gultom (NIM 408231041)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk membuat bubuk pewarna alami dari kulit rambutan (Nephelium lappaceum L) dengan kualitas yang optimal berdasarkan variasi konsentrasi bahan pengisi yaitu dekstrin. Kualitas yang dimaksud mencakup parameter kadar air dan kadar serat kasar bubuk pewarna tersebut pada pH tertentu sesuai standar SII (kadar air 4,5% dan kadar serat kasar 5%). Sampel yang diteliti adalah kulit buah rambutan var. Binjai. Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima jenis perlakuan, setiap perlakuan diberi lima ulangan. Kelima perlakuan tersebut bervariasi dalam hal bahan pengisi yaitu konsentrasi dekstrin secara berturut-turut 3,5%; 4,5%; 5,5%; 6,5% dan 7,5%.

Data yang diperoleh dianalisis secara statistik, menunjukkan bahwa konsentrasi dekstrin berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air, pH dan serat kasar bubuk pewarna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan bahan pengisi dekstrin dengan konsentrasi 3,5%; 4,5%; 5,5%; 6,5% dan 7,5% memberikan bubuk pewarna dengan kadar air secara berturut-turut 6,67%; 5,35%; 4,56%; 4,01% dan 2,81%, pH secara berturut-turut 3,72; 3,62; 3,42; 3,2 dan 3,08, serta kadar serat kasar 0,57%; 0,78%; 1,25%; 1,94% dan 1,99%.

(5)

v 2.1.1. Morfologi Tanaman Rambutan 5 2.1.2. Sistematika Tanaman Rambutan 6 2.1.3. Kandungan Kimia Rambutan 6 2.2. Pewarna Makanan 7 2.2.1. Pewarna Alami 7 2.2.2. Pewarna Sintetik 9 2.3. Pigmen Antosianin 13 2.3.1. Sifat Fisik dan Kimia Antosianin 15 2.3.2. Warna dan Stabilitas Antosianin 15

2.4. Ekstraksi 19

2.5. Dekstrin 22

2.6. Standar Mutu Bubuk Pewarna 24

2.6.1. Pengeringan 24

2.6.1.1. Oven 25 2.6.1.2. Desikator 26

2.6.2. Serat Kasar 26

2.7. Kerangka Berpikir dan Hipotesis 26

BAB III METODE PENELITIAN 28 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 28

3.2. Alat dan Bahan 28

(6)

vi

3.5. Parameter yang Diamati 30 3.5.1. Penentuan Kadar Air Pewarna 30 3.5.2. Penentuan pH pewarna 31 3.5.3. Penentuan Serat Kasar Pewarna 31

3.6. Diagram Alir 32

3.6.1. Pembuatan Bubuk Pewarna 32 3.6.2. Penentuan Kadar Air Pewarna 33 3.6.3. Penentuan ph Pewarna 33 3.6.4. Penentuan Serat Kasar Pewarna 34 3.7. Teknik Analisis Data 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 35 4.1. Kadar Air Bubuk Pewarna Yang Dihasilkan 35 4.2. pH Bubuk Pewarna Yang Dihasilkan 36 4.3. Kadar Serat Kasar Bubuk Pewarna Yang Dihasilkan 38

4.2. Pembahasan 39

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 42

5.1. Kesimpulan 42

5.2. Saran 42

DAFTAR PUSTAKA 43

(7)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Kadar Air Bubuk Pewarna dari Kulit Rambutan untuk

Berbagai Konsentrasi Dekstrin (%) 46

Lampiran 2. Data ph Bubuk Pewarna dari Kulit Rambutan untuk Berbagai

Konsentrasi Dekstrin 47

Lampiran 3. Data Kadar Serat Kasar Bubuk Pewarna dari Kulit Rambutan untuk

Berbagai Konsentrasi 48

Lampiran 4. Perhitungan Statistika 49

(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Warna adalah sifat sensori pertama yang diamati pada saat konsumen

melihat produk pangan. Konsumen biasanya tertarik akan makanan yang memiliki

warna tertentu dan menolak jika terdapat penyimpangan pada warna makanan

tersebut. Hal ini karena secara organoleptik ketertarikan konsumen terutama

dipengaruhi oleh penampilan produk yang dapat mengundang selera. Dalam hal

ini, pewarna cukup memberikan rangsangan sensorik yang kuat kepada konsumen

untuk memilikinya (Tranggono, 1990).

Penggunaan zat pewarna saat ini semakin meningkat seiring dengan

berkembangnya industri pengolahan pangan, khususnya jenis pewarna sintetik.

Pewarna sintetik mudah diperoleh dan tersedia dalam banyak pilihan, tetapi hanya

sedikit yang diizinkan untuk digunakan sebagai pewarna makanan dan minuman

karena toksisitasnya. Beberapa kasus terakhir yang berkaitan dengan pewarna

adalah penyalahgunaan zat pewarna sintetik yang biasanya digunakan dalam

industri tekstil, digunakan sebagai zat pewarna makanan yang dapat

membahayakan kesehatan. Contoh kasus lainnya yaitu Soleh (2003) menemukan

adanya 5 dari 25 sampel contoh makanan dan minuman yang positif mengandung

pewarna yang dilarang oleh pemerintah, yaitu Rhodamin B di sekitar wilayah

Bandung. Di Surabaya Asmarani (2009) menemukan di SDN Margorejo 1/403

Surabaya, makanan dan minuman jajanan yang dijual di sekitar sekolah tersebut,

dapat diketahui dari 11 jenis makanan dan minuman jajanan yang dicurigai

mengandung rhodamin B ada 7 jenis makanan yang positif terdeteksi

mengandung rhodamin B. Sementara itu tahun 2008 Balai Besar POM Semarang

mendapatkan dari 33 sampel terasi yang dibeli dari penjual di Jawa Tengah baik

yang di swalayan maupun pasar tradisional menunjukan sebanyak 18 (54,5%)

terasi positif mengandung rhodamin B. Oleh karena itu, perlu dicari

sumber-sumber pewarna alami yang dapat digunakan dalam pengolahan pangan sehingga

(9)

2

Salah satu pigmen yang dapat diekstrak dari sumber bahan alami adalah

antosianin yang termasuk golongan senyawa flavonoid. Pigmen ini memberikan

warna merah jambu, merah, merah senduduk, ungu hingga biru pada beberapa

bunga, buah dan daun (Andersen dan Bernard, 2001). Pigmen ini banyak diisolasi

dan digunakan untuk beberapa bahan olahan makanan maupun minuman

(Kumalaningsih, 2005). Warna pigmen dipengaruhi oleh konsentrasi pigmen dan

pH. Pada konsentrasi yang encer antosianin berwarna biru, sebaliknya pada

konsentrasi pekat berwarna merah dan konsentrasi biasa berwarna ungu. Pada pH

rendah antosianin berwarna merah dan pada pH tinggi berubah menjadi

violet/ungu dan kemudian menjadi tidak berwarna (Winarno, 1995). Pigmen

antosianin mudah rusak jika buah dan sayur diproses. Suhu tinggi, kandungan

gula yang meningkat, pH, dan asam askorbat dapat mempengaruhi laju kerusakan

(deMan, 1997).

Tanaman rambutan merupakan tanaman lokal yang banyak ditemukan di

Indonesia. Selain memiliki tampilan buah yang cukup eksotis dan menawan,

ternyata kulit rambutan mengandung senyawa antosianin yang diduga sebagai

pigmen yang membuat kulitnya berwarna merah tua (Wijaya, 2001).

Keberhasilan proses pembuatan bubuk pewarna alami dari kulit buah

rambutan sangat ditentukan oleh bahan pengisi seperti dekstrin dan suhu

pengeringan. Suhu pengeringan yang baik digunakan yaitu pada suhu 500C-600C

selama 5-6 jam (Kumalaningsih,2006). Penambahan bahan pengisi dekstrin

diperlukan dalam pembuatan bubuk pewarna, dengan tujuan untuk mempercepat

pengeringan dan mencegah kerusakan akibat panas, melapisi komponen flavor,

meningkatkan total padatan dan memperbesar volume (Murtala, 1999). Bahan

pengisi dekstrin harus kering dan tidak menggumpal (Kumalaningsih, 2006).

Menurut penelitian Nurika (2000), konsentrasi dekstrin berpengaruh terhadap

stabilitas warna bubuk pewarna dari ekstrak angkak. Semakin tinggi konsentrasi

dekstrin, warna bubuk yang dihasilkan cenderung semakin putih dan sedikit

kecoklatan, dan ini berarti belum ditemukan konsentrasi dekstrin yang optimum.

Dari hasil yang diperoleh, perlakuan terbaik diperoleh dari konsentrasi dekstrin

(10)

3

yang paling stabil. Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian Wijaya (2001), dapat

disimpulkan bahwa pH berpengaruh nyata terhadap intensitas warna pada

ekstraksi pigmen anthosianin dari kulit rambutan. Dimana pada pH 3 dihasilkan

absorbansi sebesar 0,75 sedangkan pada pH 5 absorbansi maksimalnya tidak ada.

Sifat produk pangan bubuk adalah ukuran partial yang sangat kecil,

memiliki kadar air yang rendah dan memiliki luas permukaan yang besar

(Kumalaningsih, 2006). Menurut SII 0364-80, standart mutu produk pangan

bubuk siap saji yaitu memiliki kadar air maksimal 4,5%; kadar serat maksimal

5%; kadar gula 45%; dan kadar abu maksimal 5%.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang pengaruh konsentrasi dekstrin terhadap mutu bubuk pewarna alami

makanan dari kulit rambutan (Nephelium lappaceum L).

1.2. Rumusan Masalah

Masalah yang diteliti dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana cara membuat bubuk pewarna alami berbasis lokal dari kulit

rambutan var. Binjai yang memenuhi standar nasional?

2. Apakah ada pengaruh konsentrasi dekstrin terhadap mutu bubuk pewarna

alami makanan dari kulit rambutan yang dihasilkan?

1.3. Batasan Masalah

Masalah yang diteliti terbatas pada pengaruh konsentrasi dekstrin terhadap

kualitas bubuk pewarna alami dari kulit rambutan. Kualitas yang dimaksud

mencakup kadar air, pH, dan kadar serat kasar bubuk pewarna tersebut.

1.4. Tujuan Penelitian

1. Memperoleh bubuk pewarna alami lokal dari kulit rambutan var. Binjai

yang memenuhi standar nasional.

2. Mengetahui pengaruh konsentrasi dekstrin terhadap mutu bubuk pewarna

(11)

4

1.5. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat tentang penggunaan kulit

buah rambutan.

2. Memperoleh bubuk pewarna alami lokal yang memenuhi standar nasional.

(12)

43

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Bubuk pewarna alami berbasis lokal dari kulit rambutan var. Binjai dapat

dibuat dengan cara memaserasi kulit rambutan dalam pelarut etanol : HCl

(85:15) selama 2 jam. Filtratnya kemudian dishaker dan disentrifuse lalu

ditambahkan bahan pengisi dekstrin dengan konsentrasi 6,5% dan

dikeringkan di oven pada suhu 600 C, hasilnya kemudian dihaluskan

dengan mortar.

2. Ada pengaruh konsentrasi dekstrin terhadap kadar air, pH dan kadar serat

kasar bubuk pewarna dari ekstrak kulit rambutan.

5.2. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai cara mempertahankan

stabilitas bubuk pewarna dari kulit rambutan yang dihasilkan.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kadar antosianin dalam

kulit rambutan.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaplikasian bubuk

(13)

44

DAFTAR PUSTAKA

Andersen, O. M. dan K.Bernard., (2001), Chemistry, Analysis and Application of Anthocyanin Pigments from Flowers, Fruits, and Vegetables, http://www.Uib.no/makerere-uib/Subproject%201.htm-18.

Arisandi, Y., (2001), Studi Tentang Pengaruh Kopigmentasi Terhadap Stabilitas Antosianin dari Kulit Buah Anggur (Alphonso lavalle), Skripsi, Fakultas MIPA Unibraw, Malang.

Aref, M., (1987), Ilmu Meracik Obat Berdasar Teori dan Praktek, Universitas Gajahmada Press, Yogyakarta.

Arthey, D., dan P.R. Ashurst., (2001), Fruit Prossecing, Nutrition Product, and Quality Management, 2nd Edition, An Aspen Publication, Maryland.

Asrianti, M., Ruslan, K., dan Nawawi, A., (2006), Telaah Fitokimia Biji Rambutan (Nephelium lappaceum L.), Skripsi, Farmasi, Institut Teknologi Bandung.

Balai Pusat Pemeriksaan Obat dan Makanan (BPOM), (1992), SNI 01 – 2891 – 1992, Cara Uji Pewarnaan Tambahan Makanan.

Belitz, H.D., dan W. Grosch., (1999), Food Chemistry, 2nd Edition, Springer, Germany.

Brian, S.F., (1989), Vogel’s Texbook of Practical Organic Chemistry, 5th ed.Longmans Group UK, England.

Charley, H., (1970), Food Science, John Willey and Sons Inc, New York.

Cronquist, A., (1981), An Integrated System of Clasification of Flowering Plants, Columbia University Press, New York, 477.

Dalimartha, (2005), Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 3, Puspa Swara, Jakarta.

deMan, John M., (1997), Kimia Makanan, Penerbit ITB, Bandung.

Depkes R.I, (1992), Undang-Undang RI No. 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan, Jakarta.

Earle, R.L.,(1982), Satuan Operasi Dalam Pengolahan Pangan, Terjemahan Jein Nasution, PT. Sastra Hudaya, Jakarta.

Fennema, O.R., (1996), Food Chemistry, Thrid Edition, Marcel Dekker Inc, New York.

(14)

45

Harborne, J.B., (1996), Phytochemical Methods: A Guide to Modern techniques of Plant, Chapman and Hall, London, http://books.google.com/books? id=2yvqeRtE8CwC&hl=id&source=gbs_navlinks_s.

Hariana, A., (2006), Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, Seri 3, Penebar Swadaya, Jakarta.

Hidayat dan Saati, (2006), Membuat Pewarna Alami: Cara Sehat dan Aman

Membuat Pewarna Makanan dari Bahan Alami, Trubus Agrisarana,

Surabaya.

Kumalaningsih, Sri dan Suprayogi, (2005), Tekno Pangan Membuat Makanan Siap Saji, Trubus Agrisarana, Surabaya.

Kumalaningsih, Sri dan Suprayogi, (2006), Tamarillo (Terung Belanda) Tanaman Berkhasiat Penyedia Antioksidan Alami, Trubus Agrisarana, Surabaya.

Markakis, P., (1992), Editor Fennema. 1996 Dalam Food Chemistry, Marcel Dekk er Inc, New York.

Murtala, (1999), Pengaruh Kombinasi Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi

Terhadap Kualitas Bubuk Sari Buah Markisa Siuh, Tesis Master,

Universitas Brawijaya, Malang.

Niendyah, H., (2004), Efektivitas Jenis Pelarut dan Bentuk Pigmen Antosianin

Bunga Kana(canna coccinea mill.) Serta Aplikasinya pada Produk Pangan,

Skripsi, Universitas Brawijaya Malang, http://digilib.ti.itb.ac.id/go.php?id=ji ptumm-gdl-s1-2004-niendyahag-1533.

Noviana, (2005), Analisa Kualitatif dan Kuantitatif Zat Pewarna Merah pada Saus Tomat dan Saus Cabe yang Dipasarkan di Pasar Lambaro Kabupaten

Aceh Besar, Skripsi FKM USU, Medan.

Nugrahan, (2007), Ekstraksi Antosianin dari Buah Kiara Payung (Filicum decipiens) dengan Menggunakan Pelarut yang Diasamkan (Kajian jenis Pelarut dan Lama Ekstraksi), Skripsi, Fakultas Teknologi Pertanian Unibraw, Malang.

Nurika, Irnia., (2000), Stabilitas Warna Bubuk Pewarna dari Ekstrak Angkak,

Jurnal Teknologi Pertanian, Vol.3, hal 76.

Silitonga, P.M., (2009), Statistik Teori dan Aplikasi dalam Penelitian, FMIPA Unimed, Medan.

Socaciu, C., (2007), Food Colorants: Chemical and Functional Properties, CRC Press, London.

Syah, dkk., (2005), Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan, Himpunan Alumni Fakultas Teknoogi Pertanian IPB, Bogor.

(15)

46

aLaboratoire de Pharmacognosie, Faculté de Pharmacie, Clermont-Ferrand, France, bLaboratoire des Maladies Métaboliques et des Micronutriments , Institut National de la Recherche Agronomique de Clermont-Ferrand/Theix Saint-Genès Champanelle, France, Journal of theScience of Food of Agriculture (2005), http://www.sciencedirect.com/science?_ob=ArticleURL &_udi=B6WPH-45FJW85-1&_user=10&_rdoc=1&_fmt=&_orig=search &_sort=d&view=c&_acct=C000050221&_version=1&_urlVersion=0&_use rid=10&md5=bf3a986fc8cbd0cda9360b1a0664190a.

Tanuwijaya, V., (2007), Ekstraksi Antosianin Buah Genjret (Anredera scanden) Kajian Perbandingan Bahan: Pelarut dan Konsentrasi Asam Sitrat, Skripsi, Fakultas Teknologi Hasil Pertanian Unibraw, Malang.

Tranggono dan Sutardi., (1990), Biokima dan Teknologi Pasca Panen, PAU Pangan dan Gizi. UGM, Yogyakarta.

Wijaya, S.L.,Widjanarko, B.S.,dan Susanto Tri., (2001), Ekstraksi dan Karakterisasi Pigmen dari Kulit Buah Rambutan (Nephelium lappaceum L)var. Binjai, Laporan Hasil Penelitian, Universitas Brawijaya.

Winarno, F.G., (1995), Kimia Pangan dan Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Wiyono, Rakhmad., (2012), Studi Pembuatan Serbuk Effervescent Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) Kajian Suhu Pengering, Konsentrasi

Dekstrin, Konsentrasi Asam Sitrat dan Na-Bikarbonat, Universitas

Padjajaran, Bandung.

Wrolstad, R., (2001), The Possible Health Benefits of Anthocyanin Pigments and Polyphenolics, http://lpi.oregonstate.edu/ss01/anthocyanin.html

Referensi

Dokumen terkait

Desa Ternak Mandiri (DTM) merupakan bentuk pendayagunaan zakat produktif berupa pemberian hewan ternak bakalan untuk digemukan sampai waktu yang

Berdasarkan SWOT (tabel 6), Universitas Bunda Mulia sudah masuk kedalam salah satu universitas yang kuat dalam penanganan layanan elektronik, oleh karena itu

Zat Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia dan hewan, yaitu sebanyak 3-5 gram di dalam tubuh manusia dewasa, Besi banyak disimpan di

Hasil dari analisis dan pembahasan tentang variabel X (kepemimpinan kepala desa) di Desa Sindanglaya Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut, menunjukan skor

Secara keseluruhan penerapan teknik probing-promting dalam meningkatkan mathematical powe r siswa lebih baik dari pada pembelajaran biasa, hal ini dapat dilihat dari

Oleh karena itu, perumusan masalah dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini ialah bagaimanakah penerapan teknik penyuntingan bahasa yang tepat sebagai upaya

Hadits yang semakna juga diriwayatkan dari Shahabat Ali bin Abi Thalib هنع هللا يضر dari Rasulullah ملسو هيلع ا ىلص.. Dikeluarkan oleh Imam Hamzah bin

Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya Bab 2 | 5 keseluruhan dalam bentuk percepatan pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh penguasaan ilmu pengetahuan