• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS SISWA SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA PADA PEMBELAJARAN Kemampuan Berfikir Kritis Siswa SMA Muhammadiyah 2 Surakarta Pada Pembelajaran Biologi Berbasis Praktikum.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS SISWA SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA PADA PEMBELAJARAN Kemampuan Berfikir Kritis Siswa SMA Muhammadiyah 2 Surakarta Pada Pembelajaran Biologi Berbasis Praktikum."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS SISWA SMA

MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA PADA PEMBELAJARAN

BIOOLOGI BERBASIS PRAKTIKUM

NASKAH PUBLIKASI

Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan

Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Disusun oleh :

TRI WIDI HASTUTI

A 420 100 110

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)
(4)

KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS SISWA SMA

MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA PADA PEMBELAJARAN

BIOLOGI BERBASIS PRAKTIKUM

Tri Widi Hastuti1), Hariyatmi2), Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014, 142 halaman.

1)

Mahasiswa Pendidikan Biologi, 2)Dosen Pembimbing

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berfikir kritis siswa SMA Muhammadiyah 2 Surakarta berdasarkan pembelajaran biologi berbasis praktikum. Penelitian ini dilakukan di SMA Muhammadiyah 2 Surakarta dengan menggunakan metode deskriptif yang diarahkan untuk memperoleh informasi mengenai kemampuan berfikir kritis apa saja yang muncul serta melihat seberapa besar kemampuan berfikir kritis siswa yang dapat berkembang melalui pembelajaran biologi dengan metode praktikum, subjek penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Muhammadiyah 2 Surakarta, pengambilan sampel dengan menggunakan tehnik purposive sampling yaitu kelas XI IPA yang berjumlah 21 siswa, objek penelitian ini adalah kemampuan berfikir kritis sisiwa di SMA Muhammadiyah 2 surakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari empat indikator kemampuan berfikir kritis siswa yang diamati melalui metode praktikum, muncul dengan persentase yang berbeda. Indikator yang memperoleh persentase paling tinggi adalah indikator mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak (93,7%) dan indikator mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi (89,6%), sedangkan indikator yang memperoleh persentase paling rendah adalah indikator bertanya dan menjawab pertanyaan (76,0%). Secara keseluruhan kemampuan berfikir kritis siswa SMA Muhammadiyah 2 Surakarta tergolong sangat baik (84,6%). Metode praktikum membuat siswa menjadi lebih aktif dalam memperoleh pengetahuan dengan pengalaman langsung sehingga dapat melatih kemampuan berfikir kritis siswa melalui percobaan.

(5)

A. Pendahuluan

Mata pelajaran biologi di SMA mempelajari segala sesuatu tentang kehidupan berupa benda yang dapat ditangkap oleh alat indra manusia dan oleh alat bantu (mikroskop) yang meliputi kehidupan yang berjenjang pada tingkat organisme biologi mulai dari molekul, sel, jaringan, organ, sistem organ, organisme atau individu, populasi, komunitas, ekosistem, dan bioma. Dalam hal ini melibatkan keterampilan dan penalaran. Untuk itu diperlukan pembelajaran yang dapat meningkatkan kognitif, efektif, dan psikomotor serta metode pembelajaran yang dapat mendorong bagaimana memotivasi peserta didik untuk kreatif, percaya diri dan berfikir kritis.

Pada dasarnya siswa mempunyai kemampuan berfikir kritis dalam belajar misalnya kemampuan bertanya, hipotesis, klasifikasi, observasi (pengamatan) dan interpretasi. Tetapi kemampuan ini terkadang tidak berkembang dengan baik maka perlu adanya metode yang mampu mengembangkan keterampilan berfikir kritis siswa dalam pembelajaran biologi. Salah satunya adalah melalui kegiatan praktikum, karena kegiatan praktikum membantu siswa untuk memahami suatu kejadian, melihat suatu kejadian lebih rinci dari sebelumnya dan setelah itu mengingat kejadian tersebut.

Berfikir kritis sangat penting dalam mempelajari biologi karena berfikir kritis mencakup seluruh proses mendapatkan, membandingkan, menganalisis, mengevaluasi, dan bertindak melampaui ilmu pengetahuan dan nilai- nilai. Dalam pembelajaran biologi kemampuan berfikir kritis siswa sangat berperan dalam prestasi belajar, penalaran formal, keberhasilan belajar, dan kreatifitas karena berfikir merupakan inti pengatur tindakan siswa. Menurut Liliasari (2003) kemampuan berfikir kritis adalah salah satu tujuan pendidikan nasional yang sangat penting dalam pendidikan dan berfungsi disegala aspeks kehidupan.

(6)

Menurut Aryani (2009), kegiatan praktikum menjadi pembelajaran alternatif yang baik bagi peserta didik untuk mengembangkan kemampuan befikir karena siswa dituntut untuk aktif dalam memecahkan masalah, berfikir kritis dan kreatif dalam menganalisis, selain itu peserta didik dapat melakukan dan mengalami sendiri, mengikuti proses, mengamati obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan suatu obyek, keadaan dan proses dari materi yang dipelajari tentang gejala alam dan interaksinya.

Peneliti memilih SMA Muhammadiyah 2 Surakarta sebagai tempat untuk dilakukan penelitian karena selain untuk mengetahui seberapa besar kemampuan berfikir kritis siswa disekolah tersebut, juga dikarenakan lokasi dari sekolahan tersebut jaraknya tidak jauh dan mudah dijangkau oleh peneliti.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan berfikir kritis siswa SMA Muhammadiyah 2 Surakarta pada pembelajaran biologi berbasis praktikum. Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis siswa dalam memahami materi pembelajaran biologi yang diberikan dan memotivasi siswa dalam rangka perbaikan cara belajarnya dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaharui sarana dan prasarana belajar dalam menunjang peningkatan kualitas belajar mengajar siswa.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Muhammadiyah 2 Surakarta, pada bulan November 2013-Mei 2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan berfikir kritis apa saja yang muncul serta melihat seberapa besar kemampuan berfikir kritis siswa di SMA Muhammadiyah 2 Surakarta dapat berkembang melalui pembelajaran biologi dengan metode praktikum.

(7)

terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan, kelas XI IPA dianggap sesuai dijadikan sampel dalam penelitian ini, karena kelas XI IPA pada semester genap mempelajari mata pelajaran biologi sistem reproduksi pada hewan dimana materi tersebut dijadikan oleh peneliti sebagai penunjang penelitian.

Tehnik pengumpulan data menggunakan tehnik observasi, wawancara dan kepustakaan. Pada observasi peneliti melakukan pengamatan secara langsung, peneliti mengumpulkan data dengan mengamati indikator kemampuan berfikir kritis apa saja yang muncul pada siswa secara kelompok dengan menggunakan lembar observasi yang sudah disusun sesuai indikator kemampuan berfikir kritis menurut R. Ennis pada saat siswa melaksanakan praktikum dilaboratorium tentang sistem reproduksi pada hewan. Pengukuran ini dilakukan secara berkelompok, dalam penelitian ini dibagi 4 kelompok karena keterbatasan alat dan waktu yang digunakan siswa pada saat kegiatan praktikum, pengamatan dilakukan oleh 2 observer, masing-masing observer mengamati 2 kelompok, sedangkan wawancara dilakukan dengan guru yang mengampu mata pelajaran biologi dengan menggunakan pedoman wawancara untuk mendeskripsikan kegiatan praktikum yang telah dilakukan, guna mengetahui kemampuan berfikir kritis siswa.

(8)

muncul selama pembelajaran pada sistem reproduksi hewan dengan pembelajaran berbasis praktikum.

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dari hasil analisis lembar observasi, aspek kemampuan berfikir kritis siswa di SMA Muhammadiyah 2 Surkarta yang muncul pada mata pelajaran biologi dengan pembelajaran berbasis praktikum yang dilakukan secara kelompok diperoleh hasil sebagai berikut yang disajikan dalam bentuk tabel. Tabel 1. Hasil Persentase Kemampuan Berfikir kritis Siswa Secara Keseluruhan

Berdasarkan tabel 1, diperlihatkan bahwa jumlah persentase keseluruhan untuk keempat indikator berfikir kritis diperoleh hasil yang berbeda, untuk indikator menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi diperoleh hasil keseluruhan persentase sebanyak 79,2%, indikator mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak diperoleh sebanyak 93,7%, indikator bertanya dan menjawab pertanyaan sebanyak 76,0%, indikator mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi diperoleh sebanyak 89,6%. Nilai rata-rata jumlah persentase keseluruhan kemampuan berfikir kritis diperoleh sebanyak 84,6%. Hal ini menunjukan bahwa kategori kemampuan berfikir kritis siswa dengan pembelajaran

No Indikator Sub- Indikator Kegiatan % (%) kategori

1. Menginduksi dan

mempertimbang kan hasil induksi

Mengemukakan

2. Mempertimbang

kan apakah

Jumlah rata-rata (%)

84,6

(9)

berbasis

(10)

dilakukan praktikum, guru yang bersangkutan memberikan pembekalan (latihan) terlebih dahulu dengan melakukan asistensi pada pertemuan sebelumnya. Untuk melakukan pengamatan dengan mikroskop sebagian besar kelompok dapat menggunakannya dengan baik, karena praktikum yang pernah dilaksanakan sebelumnya sering menggunakan mikroskop jadi siswa sudah terbiasa dengan alat tersebut, meskipun ada beberapa siswa yang masih kurang baik dalam menggunakan mikroskop.

Hasil penelitian yang dilakukan Fatmawati (2011) menunjukan bahwa kemampuan berfikir kritis siswa X-5 di SMA Negeri 3 Kota Tasikmalaya dengan metode praktikum indikator mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak dengan sub-indikator yang diamati mempertimbangkan penggunaan prosedur yang tepat memperoleh persentase paling tinggi diantara indikator-indikator lainnya yaitu sebesar 88,4% yang tergolong sangat baik. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan berfikir kritis dapat berkembang karena kebiasaan dan karena adanya latihan, hal ini sesuai dengan penjelasan Arnyana dalam Patmawati (2011) yaitu pada dasarnya ketrampilan berfikir kritis bukanlah kemampuan yang diberikan tetapi kemampuan yang dapat dilatih dan harus dipelajari disekolah.

(11)

penelitian Fatmawati dimana indikator ini menempati tingkatan kedua dengan jumlah persentase sebesar 87,7% yang tergolong sangat baik. Menurut Santyasa dalam Aryati (2009), pembelajaran dengan menggunakan percobaan menjadi alternative pembelajaran yang baik bagi peserta didik untuk mengembangkan ketrampilan dan kemampuan berfikir karena peserta didik dituntut untuk aktif dalam berfikir kritis dan kreatif dalam menganalisis, mengidentifikasi, mengamati, mengaplikasikan konsep dan prinsip-prinsip agar menjadi lebih bermakna.

Berdasarkan tabel 1, indikator menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi dengan sub-indikator yang diamati adalah mengemukakan kesimpulan memperoleh jumlah persentase sebesar 79,2% yang tergolong dalam kategori baik. persentase indikator ini lebih rendah dibandingkan indakator-indikator sebelumnya, karena berdasarkan hasil analisis dari jawaban siswa menunjukkan bahwa sebagian besar kelompok menuliskan jawaban dengan benar dan semua kelompok menuliskan inti kesimpulannya hampir sama tetapi dalam menyusun kata-katanya ada yang masih kurang lengkap, siswa kurang dapat mengutarakan kesimpulan dengan bahasa yang jelas, teratur dan terarah, selain itu kurang tepatnya siswa dalam membuat kesimpulan dikarenakan siswa rata-rata tidak menghubungkannya dengan tujuan percobaan dan ada juga yang tidak menghubungkannya dengan hasil pengamatan. Berdasarkan hasil wawancara, hal ini mungkin dikarenakan siswa kurang teliti, lupa, terburu-buru karena waktu yang diberikan kurang cukup.

Kesimpulan merupakan pernyataan singkat tentang hasil praktikum dan pembahasan hasil praktikum. Kesimpulan berisi jawaban atas tujuan praktikum, keseluruhan jawaban hanya berfokus pada ruang lingkup pertanyaan dan jumlah tujuan praktikum yang ada. Kesimpulan berasal dari fakta-fakta atau hubungan yang logis, pada umumnya kesimpulan harus berhubungan dengan pokok permasalahan dan dilengkapi oleh bukti-bukti.

(12)

penjelasan sederhana memperoleh persentase paling rendah dibandingkan indikator-indikator lainnya yaitu sebesar 76,0%, tetapi meskipun paling rendah masih tergolong dalam kategori baik. Indikator ini memperoleh presentase paling rendah karena siswa kurang cermat dalam menganalisis pertanyaan, dan siswa dalam menjawaban tidak fokus dengan apa yang ditanyakan, misalkan perintah soal jelaskan tetapi rata-rata siswa hanya menyebutkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru biologi, praktikum-praktikum sebelumnya tidak menggunakan LKS seperti praktikum-praktikum kali ini, tetapi mengadakan kegiatan postest, dan jawaban yang diharapkan dari soal-soal postest sebagian besar dapat diperoleh dari buku pegangan siswa, sehingga siswa kurang mengembangkan kemampuannya dalam hal memberikan penjelasan dengan pengamatannya secara langsung.

Hasil penelitian yang dilakukan Patmawati (2011) tentang ketrampilan berfikir kritis siswa dengan metode praktikum pada pelajaran elektrolit dan non elektrolit, indikator bertanya dan menjawab pertanyaan hasilnya tidak jauh berbeda yaitu menempati presentase paling rendah diantara indikator yang lainnya yaitu sebesar 77,1 tetapi masih tergolong dalam kategori baik. Hal ini menunjukan bahwa bertanya untuk meminta penjelasan merupakan suatu hal yang mudah dilakukan siswa tetapi meminta penjelasan merupakan hal yang perlu dipikirkan karena tanpa berfikir jawaban yang akan disampaikan tidak sesuai dengan jawaban yang diharapkan. Dalam indikator bertanya dan menjawab pertanyaan ketika memberikan penjelasan sederhana siswa harus menyadari bahwa suatu penjelasan itu perlu di uji kebenarannya dengan memperoleh bukti.

(13)

Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa kegiatan praktikum membuat siswa lebih mudah dalam membangun pemahaman suatu materi pembelajaran, karena manurut Hafni (2013) kegiatan praktikum merupakan proses dimana peserta didik melakukan dan mengalami sendiri, mengikuti proses, mengamati objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan dari materi yang dipelajari. Kegiatan seperti ini akan membawa kemampuan kognitif siswa menjadi lebih baik, karena siswa memperoleh pengetahuan melalui pengalaman langsung, bukan hanya sekedar mendengar dan menerima pengetahuan atau informasi dari apa yang dikatakan oleh guru saja.

Berdasarkan analisis peneliti dapat disimpulkan bahwa indikator kemampuan berfikir kritis yang banyak dikembangkan atau muncul pada siswa adalah indikator mengobservasi dan mempertimbangkan laporan hasil observasi dan indikator mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak. Kedua indikator ini telah dianalisis dengan lembar observasi, kedua indikator ini memperoleh jumlah persentase yang lebih besar dari pada indikator lainnya, sedangkan indikator yang paling rendah adalah indikator bertanya dan menjawab pertanyaan, tetapi indikator ini masih tergolong dalam kategori baik.

(14)

Pembalajaran berbasis praktikum menurut Patmawati (2011) sebagai kegiatan yang membantu siswa untuk menerapkan dan mengkonfirmasikan, atau memperdalam teori, bekerja sama dalam kelompok dan melatih ketrampilan psikomotor denga melakukan kegiatan percobaan. Pembelajaran berbasis praktikum menjadi alternatif pembelajaran yang baik bagi peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis.

(15)

D.Kesimpulan dan Saran

Kemampuan berfikir kritis siswa di SMA Muhammadiyah 2 Surakarta pada pembelajaran biologi dengan metode praktikum tergolong sangat baik (84,6%), dengan indikator kemampuan berfikir kritis yang banyak dikembangkan adalah indikator mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak (93,7%) dan mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi (89,6%). Saran dari penelitian ini adalah Pelaksanaan pembelajaran berbasis praktikum sebaiknya sering dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran disekolah karena dapat melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir kritis siswa. Dalam mengetahui kemampuan berfikir kritis siswa sebaiknya dilakukan pengukuran secara individu.

E.Daftar Pustaka

Aryati, Eka. 2009. Pembelajaran Berbasis Praktikum Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis Mahasiswa. Jurnal Pendidikan.

Hafni. Sarmila. 2013. Penilain Praktikum. Tersedia:

http://sarmilahafni.blogspot.com/2013/02/penilaian-prktikum.html

(diakses pada tanggal 13 November 2013).

Liliasari. 2003. Peningkatan Mutu Guru Dalam Ketrampilan Berfikir Tingkat Tinggi Melalui Model Pembelajaran Kapita Selekta Kimia Sekolah Lanjutan. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains

Patmawati, Herti. 2011. “Analisis Ketrampilan Berfikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit dengan Metode Praktikum” (Sekripsi S-1 Progdi Kimia). Jakarta: FKIP Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Gambar

Tabel 1. Hasil Persentase Kemampuan Berfikir kritis Siswa Secara Keseluruhan

Referensi

Dokumen terkait

When you open a restaurant it becomes part of the community and that community your customers the restaurant public will want to see it become more a part of the community over

Jika serat optik memiliki sisi-sisi yang saling sejajar, dan dibungkus oleh sebuah bahan lainnya (mantel) dengan indeks bias yang lebih kecil, maka cahaya dapat dibuat selalu

Metoda K – Means dapat digunakan untuk menjelaskan algorima dalam penentuan suatu objek ke dalam klaster tertentu berdasarkan rataan terdekat dan mudah

Berdasarkan hasil perhitungan nilai signifikansi sebesar 0,00 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan ada pengaruh kemampuan guru dan

Untuk mengetahui gambaran awal mengenai penelitian Ornamen Masjid Agung Sang Cipta Rasa (Analisis Visual dan Makna Ornamen pada Bangunan Utama Masjid Agung Sang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak kayu manis terhadap ketengikan minyak kelapa sawit selama penyimpanan dan membandingkannya dengan

Efek samping: ekstrak daun ivy telah ditoleransi dengan baik, dengan efek samping umumnya terbatas pada reaksi gastrointestinal; sangat jarang juga reaksi

Hasil penelitian mengindikasikan bahwa seharusnya pemberian DAU dijadikan stimulus untuk pemerintah daerah untuk meningkatkan kapasitas fiskal daerah, sehingga pemerintah