UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA vi
Wayang merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional Indonesia yang sudah ada sejak abad ke 15. Terdapat berbagai jenis wayang yang ada di Indonesia mulai dari wayang klitik, wayang beber, wayang parwa, wayang potehi. Wayang sebagai kesenian Indonesia memiliki nilai moral dan kearifan lokal yang bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat. Namun budaya wayang ini mulai tergerus oleh zaman dan kurang dikenal oleh masyarakatnya sendiri. Generasi muda, sebagai generasi penerus bangsa sudah sepatutnya mengenal dan melestarikan budaya wayang salah satunya dengan membuat wayang yang mengikuti perkembangan zaman dan tetap memiliki nilai-nilai moral. Oleh karena itu wayang motekar yang berasal dari Kota Bandung dibuat sesuai dengan perkembangan zaman, berbeda dengan wayang lainnya.
Tujuan perancangan ini adalah untuk mengenalkan wayang motekar sebagai wayang kontemporer yang memiliki kreatifitas lokal juga nilai moral kepada generasi muda dan masyarakat dewasa muda dengan video dokumenter yang informatif dan sesuai dengan target audiens. Perancangan ini juga memiliki tujuan untuk membuat media informasi dan dokumentasi yang baik untuk Wayang Motekar. Manfaat perancangan ini adalah agar generasi muda dapat mengenal dan melestarikan Wayang Motekar sebagai salah satu budaya kontemporer dan lebih mudah mengakses data yang berhubungan dengan Wayang Motekar.
Metode yang digunakan ialah dengan membuat video dokumenter berdurasi kurang lebih 20 menit berisi pemaparan data dan informasi hasil observasi di lapangan. Video dokumenter sebagai media utama dilengkapi dengan media pendukung berupa web, Facebook, Instagram, poster, T-Shirt, X-Banner. Melalui perancangan video dokumenter ini, diharapkan dapat meningkatkan minat generasi muda untuk mengenal dan melestarikan budaya Indonesia dengan media yang menarik dan sesuai perkembangan zaman.
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA vii
ABSTRACT
THE VIDEO DOCUMENTARY DESIGN OF THE MOTEKAR WAYANG PUPPET
Yonas 1264078
Wayang Puppet is one of the Indonesian traditional art that has ever existed since the 15th century. There are some different kinds of puppets in Indonesia; wayang klitik, wayang beber, wayang purwa and wayang potehi. As Indonesian art, wayang puppet have moral values and local wisdom that are beneficial for the society. However, this puppet culture is getting eroded by the era and less known by their own society in Indonesia.
The young generation, as the successor, should recognize and preserve the culture. One of the idea is making the puppet which goes along with the recent development era but still maintain the moral values. Therefore, the Motekar puppet, originated from Bandung, is made according to the idea which is different from other wayang puppet .
The purpose of this design is to introduce contemporary Motekar puppet which has local creativity and moral values, to the young generation and young adult society with an informative documentary video which is appropriate for the target audience. The design has also a goal to provide information media and proper documentation for the Motekar puppet.
The benefit of this design is that the young generation may know and preserve the Motekar puppet as one of the contemporary culture and may easily access the data related to the Motekar puppet.
The method used for this design is documentary video, which lasted for 20 minutes, containing the data exposure and information as a result of the field observation. The documentary video as the main media is also equipped with some supporting media such as web, Facebook, Instagram, posters, T-shirts and X-banner.
It is expected that through this documentary video, the interest of young generation to know and preserve the Indonesian culture, may be increased as it is presented with interesting media that goes along with the present era.
1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data………...3
1.5 Skema Perancangan………... ...5
BAB II LANDASAN TEORI ... 6
2.1 Kebudayaan Tradisional di Indonesia ... 6
2.1.1 Wayang (Definisi,Pengertian,Sejarah) ... 6
BAB III DATA DAN ANALISIS MASALAH ... 18
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ix
3.1.6 Hasil Wawancara ... 26
3.2 Analisis Masalah Berdasar Data dan Fakta ... 29
3.2.1 Analisa SWOT ... 30
3.2.2 Analisa STP ... 30
3.3 Tinjauan Terhadap Proyek Sejenis ... 31
3.3.1 Anak Naga Beranak Naga ( Gambang Keromong ) ... 31
3.3.2 Film dokumenter budaya PAHARE ... 34
BAB IV PEMECAHAN MASALAH ... 38
4.1 Konsep Komunikasi ... 38
4.2 Konsep Kreatif ... 38
4.3 Konsep Media ... 43
4.4 Hasil Karya ... 49
BAB V KESIMPULAN ... 59
5.1 Kesimpulan ... 59
5.2 Saran…………. ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 61
DATA PENULIS ... xv
UCAPAN TERIMA KASIH ... xvi
Gambar 4.2 Font dalam video Warna Warni Wayang Motekar ... 41
Gambar 4.3 Timeline Warna Warni Wayang Motekar ... 42
Gambar 4.4 Pertunjukkan Wayang Motekar ... 49
Gambar 4.5 Pertunjukkan Wayang Motekar 2 ... 50
Gambar 4.6 Intro Residensi Yogyakarta ... 50
Gambar 4.7 Latihan kolaborasi Wayang Motekar di Yogyakarta ... 51
Gambar 4.8 Residensi Herry Dim dan grup Les Remouleurs ... 51
Gambar 4.9 Residensi Herry Dim dan grup Les Remouleurs 2 ... 52
Gambar 4.10 Footage Kota Bandung ... 52
Gambar 4.11 Wawancara mengenai Wayang Motekar ... 53
Gambar 4.12 Wawancara dengan Herry Dim ... 53
Gambar 4.13 Wawancara dengan dalang Wayang Motekar (Sukmana) ... 54
Gambar 4.14 Pementasan kolaborasi dengan Les Remoulers di Kotabaru Parahyangan .. 54
Gambar 4.15 Pementasan kolaborasi dengan Les Remoulers (Closing) ... 55
Gambar 4.16 Web Warna Warni Wayang Motekar ... 56
Gambar 4.17 Facebook Warna Warni Wayang Motekar ... 57
Gambar 4.18 Instagram Warna Warni Wayang Motekar ... 57
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Budget Shooting Yogyakarta ... 45Tabel 4.2 Budget Shooting Kotabaru Parahyangan ... 46
Tabel 4.3 Budget Shooting Studio Pohaci 1 ... 47
Tabel 4.4 Budget Shooting Studio Pohaci 2 ... 48
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA xii
DAFTAR LAMPIRAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Wayang merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional Indonesia yang sudah ada
sejak abad ke-15. Di Indonesia terdapat beberapa jenis wayang, di antaranya adalah
wayang beber (salah satu wayang tertua di Indonesia), wayang kulit, wayang golek,
wayang wong, dan wayang karucil. Wayang-wayang ini berkembang di Pulau Jawa,
sebagai tempat awal masuknya wayang di Indonesia. Wayang biasanya dimainkan
oleh dalang dan diiringi dengan alat musik gamelan juga sinden sebagai pelengkap
pertunjukkan. Cerita dalam pewayangan sendiri banyak mengambil kisah Ramayana
dan Mahabaratha yang berasal dari agama Hindu di India. Cerita dalam wayang
tradisional biasanya kaku dan mengikuti aturan-aturan baku. (“Animasi Pengetahuan
Dasar Film Animasi Indonesia.2010. “Pratiwimba Adhiluhung Sejarah dan
Perkembangan Wayang”,1988).
Sebagai kesenian tradisional Nusantara, wayang bukan sekadar seni pertunjukan
yang bersifat ritual atau entertainmen saja. Dalam pertunjukan wayang terkandung
nilai-nilai luhur seperti falsafah, sastra, seni musik, seni teater dan seni rupa
Nusantara. Semua ini merupakan kekayaan budaya Nusantara yang dapat menjadi
bahan baku dan inspirasi untuk penciptaan beragam karya seni Indonesia.
Namun hal tersebut di atas tidak tercapai. Generasi muda Indonesia relatif kurang
tertarik dengan wayang. Dewasa ini, manusia hidup berdampingan dengan teknologi.
Seakan manusia dan teknologi tidak terpisahkan, begitu pula dengan anak-anak yang
sejak dini sudah dikenalkan dengan gawai, dan smartphone. Penggunaan gawai yang
berlebihan, terutama anak muda, dan kuatnya pengaruh budaya barat, generasi muda
menjadi kurang mengenal budaya yang ada di daerahnya masing-masing. Menurut
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 2
Indonesia khususnya wayang dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya kehilangan
masyarakat pendukungnya dan semakin terkikis oleh zaman. (2005:89).
Berbagai upaya dilakukan untuk memperkenalkan generasi muda dengan wayang,
salah satu diantaranya adalah dengan cara memodernisasi tampilan dan isi cerita
wayang untuk mempersempit jurang budaya masa lalu dengan masa kini. Dengan
cara ini diharapkan generasi mudah dapat lebih terbuka terhadap wayang untuk
selanjutnya mulai dapat mengapresiasi wayang klasik warisan nenek moyang
Nusantara.
Hal inilah yang terdapat pada Wayang Motekar. Wayang modern ini memiliki
tampilan berbeda dengan wayang tradisional lainnya, penyampaiannya menarik dan ceritanya jenaka. Kata “motekar” berasal dari bahasa sunda yang berarti “kreatif” adalah wayang khas Kota Bandung, wayang ini digagas dan dikembangkan oleh
Herry Dim pada tahun 1993. Wayang Motekar sendiri dibuat dari bahan mika
berwarna, wayang ini merupakan satu-satunya wayang berwarna penuh, berbeda
dengan wayang kulit yang dibuat dari kulit kerbau dengan warna bayangan hitam.
Pementasan Wayang Motekar tidak berbeda jauh dengan wayang lainnya,
pementasan wayang oleh dalang dan dalang cilik diiringi dengan alat musik kacapi,
suling, kendang dan dilengkapi oleh sinden. Dalam pementasannya Wayang Motekar
lebih interaktif dan mengajak penonton untuk ikut serta dan berinteraksi. Kisah
dalam Wayang Motekar mengikuti perkembangan zaman, namun tetap memiliki
nilai-nilai moral dan budaya setempat. Salah satu ceritanya yaitu “Si Acung dalam Jelemun” yang menceritakan kisah seorang anak yang sedang berkelana, namun dalam perjalanannya dia diganggu oleh para jelemun yang menawarkan hal-hal yang
bisa membuatnya malas seperti telepon pintar, namun akhirnya ia bisa mengalahkan
para jelemun. Dilihat dari pementasan atraktif dan ceritanya, wayang ini diharapkan
bisa lebih dimengerti oleh generasi muda saat ini. Melihat dari bentuk dan ceritanya,
Wayang Motekar ini adalah wayang modern yang tetap memiliki nilai moral yang
baik bagi generasi muda dan nilai budaya yang tinggi. Melalui Wayang Motekar ini,
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 3
budaya Indonesia. (Wawancara primer dengan Herry Dim); (http://www.scribd.
com/doc/161836083/Indonesia-Wayang-Motekar#scribd dilihat pada 22/02/2016.)
Dari pemaparan di atas tampak bahwa Wayang Motekar sebagai wayang modern
merupakan bagian dari budaya Indonesia. Namun di sisi lain, sebagai salah satu
jenis wayang, Motekar berkembang menjadi pertunjukkan wayang yang memiliki
memiliki nilai-nilai moral dan keunikan yang tidak dimiliki wayang tradisional
lainnya. Amat disayangkan apabila salah satu bentuk kebudayaan daerah ini kurang
dikenal oleh masyarakatnya sendiri karena kurangnya sarana dokumentasi dan
publikasi.
Desain komunikasi visual dapat berperan untuk mensosialisasikan keunikan dan
kekhasan Wayang Motekar kepada masyarakat. Sejauh ini belum ada media
informasi dan dokumentasi yang memadai mengenai Wayang Motekar. Inilah antara
lain yang menjadi alasan penulis untuk mengangkat Wayang Motekar ini sebagai
topik tugas akhir.
1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana cara memperkenalkan wayang motekar di Kota Bandung kepada
generasi muda ?
2. Bagaimana merancang sebuah media informasi dan dokumentasi untuk Wayang
Motekar ?
Perancangan ini akan digunakan untuk mendokumentasikan & menginformasikan
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 4
1.3 Tujuan Perancangan
Merujuk pada perumusan masalah, maka tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Memperkenalkan Wayang Motekar kepada generasi muda dengan cara membuat
video dokumenter yang memuat fakta-fakta dan pementasan Wayang Motekar.
2. Membuat sebuah media informasi dan dokumentasi yang baik untuk Wayang
Motekar dengan memperhatikan tujuan dan target perancangan, sehingga
informasi bisa disampaikan secara efektif.
1.4Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Sumber data untuk memperoleh informasi tentang pembuatan Wayang Motekar di
Kota Bandung diperoleh dari:
1. Observasi langsung
Penulis melakukan observasi dengan terjun langsung ke lapangan, dengan demikian
dapat mengamati dan mengambil beberapa contoh kondisi pementasan,pembuatan,
dan proses kreatif Wayang Motekar. Selain itu observasi langsung juga dibutuhkan
untuk pengambilan gambar video dokumentasi.
2. Wawancara
Wawancara yang dilakukan oleh penulis adalah wawancara secara langsung dengan
Pengagas Wayang Motekar, yakni Bapak Herry Dim dari Studio Pohaci.
3. Studi Pustaka
Selain mendapat data tentang video, wayang secara langsung dari lapangan dan
dari hasil wawancara, penulis juga mengumpulkan data dari buku-buku, surat
kabar, dan media elektronik.
4. Kuesioner
Penulis juga mengumpulkan data dengan menyebar kuisioner berhubungan dengan
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 5
1.5Skema Perancangan
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 59
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Video dokumenter sebagai bagian dari videografi dan film terus berkembang
mengikuti perkembangan zaman dan mendokumentasikan berbagai hal di
masyarakat. Salah satunya yaitu budaya yang dimiliki agar tidak hilang seiring
berjalannya waktu dan mengikuti perkembangan zaman untuk penyebarannya.
Dengan perkembangan zaman, video sendiri menjadi media kolaborasi antara budaya
dan teknologi.
Video sebagai bagian dari dunia Desain Komunikasi Visual menjadi media yang
mencakup audio dan visual secara menyeluruh. Dengan kelebihan yang dimiliki,
dalam hal ini video dokumenter menjadi pemecah masalah, menyampaikan data dan
fakta yang terdapat di lapangan.
Dalam menyelesaikan tugas akhir ini penulis mendapat banyak pengetahuan dan
pengalaman berharga berhubungan dengan Wayang Motekar sendiri dan budaya
Kota Bandung. Dengan melihat data dan fakta di lapangan, dapat disimpulkan bahwa
Wayang Motekar kurang dikenal oleh masyarakatnya sendiri, dan media informasi
yang dimiliki tidak cukup. Oleh karena itu membutuhkan suatu media yang dapat
mengenalkan secara menyeluruh mencakup audio dan visual wayang ini.
Video dokumenter sebagai sebuah media mencakup audio dan visual Wayang
Motekar , dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat terutama target yang dituju
oleh penulis. Dengan video juga menjadi media yang paling tepat mengenalkan lebih
jauh Wayang Motekar, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 60
5.2 Saran
5.2.1 Diri Sendiri
1. Bertindak cepat dan aktif mencari informasi
2. Disiplin terhadap waktu dan pekerjaan
3. Mengasah dan mengembangkan kemampuan videografi dan sinematografi
4. Mengasah kemampuan mendesain
5. Mengasah kemampuan untuk bersosialisasi dan berelasi dengan banyak orang.
6. Tidak mudah puas dengan hasil yang didapat
7. Berusaha menjadi pribadi yang lebih baik dengan terus mengembangkan
pengetahuan dan pengalaman
5.2.2 Civitas Akademika
1. Agar Fakultas Seni Rupa dan Desain memperhatikan fasilitas belajar mengajar.
2. Agar Fakultas Seni Rupa dan Desain lebih mendukung mahasiswa dan mengikuti
perkembangan teknologi dalam dunia seni dan desain grafis.
3. Agar Universitas Kristen Maranatha lebih mendukung perkembangan mahasiswa
lewat sarana dan prasarana yang lebih baik.
5.2.3 Pemerintah dan Masyarakat Umum
1. Agar pemerintah dapat lebih memperhatikan kondisi budaya dan komunitas yang
dimiliki daerah.
2. Agar masyarakat bisa lebih mengenal dan melestarikan budaya yang ada di
daerah masing-masing.
Belajar sebagai sebuah bagian dari hidup harus dijalankan dengan disiplin dan usaha.
Belajar di kampus lewat perkuliahan menjadi salah satu bagian bagi manusia yang
terus belajar dan mendapat pelajaran seumur hidupnya. Dengan belajar kita menjadi
lebih beradab dan dengan belajar kita menjadi manusia yang siap menatap masa
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 61
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Arijon, Danniel. 1991.Grammar of The Film Languange.Silman-James
Press.California.
Elsaesser,Thomas dan Hagener Malte. 2009.Film Theory: an introduction
through the senses.Taylor & Francis.USA.
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Prakosa, Gotot,2010,Animasi Pengetahuan Dasar Animasi Indonesia.Jakarta.
Nugroho, Sarwo.2014.Teknik Dasar Videografi. Penerbit Andi.Yogyakarta.
Tabrani, Primadi. 2005. Bahasa Rupa, Penerbit Kelir.Bandung.
Haryanto,S.1988, Pratiwimba Adhiluhung Sejarah dan Perkembangan Wayang.
Anggota IKAPI. Jakarta.
Internet
www.frame-magz.com ( Diunduh pada 05/02/2016, 18:40)
http://www.sjm.sch.id/p/videografi-adalah-teknologi-pengiriman.html ( Dilihat pada
07/02/2016, 10:00)
http://kbbi.web.id/wayang (diunduh pada 05/02/2016, 19:40)
http://www.britannica.com/art/wayang (dilihat pada 05/02/2016, 18:10)
http://tipsfotografi.net/memahami-teknik-dasar-pencahayaan-atau-lighting-dalam-fotografi.html (Diunduh pada 06/02/2016, 18:50)
http://learnaboutfilm.com/film-language/picture/camera-position/ (Diunduh pada
05/02/2016, 17:50)
http://www.scribd.com/doc/161836083/Indonesia-Wayang-Motekar#scribd (diunduh
pada 07/02/2016, 15:40)
http://www.disparbud.jabarprov.go.id/applications/frontend/index.php (Diunduh
pada 05/02/2016, 19.00)