• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Derajat Stres Kerja pada Perawat di Rumah Sakit Ridogalih Sukabumi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Derajat Stres Kerja pada Perawat di Rumah Sakit Ridogalih Sukabumi."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “ Studi Deskriptif Mengenai Derajat Stres Kerja

Pada Perawat Di Rumah Sakit Ridogalih”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pemahaman mengenai derajat stres kerja pada perawat dan

kecenderungan keterkaitan dengan faktor-faktor yang memengaruhi stres. Sampel

dalam penelitian ini berjumlah 30 responden.

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang disusun peneliti

berdasarkan teori stres Ivancevich (2002). Berdasarkan hasil uji validitas dengan

menggunakan Spearman dan uji realibilitas dengan menggunakan rumus

koefisien reabilitas split half, didapatkan validitas keseluruhan item berkisar

0,304 sampai 0,825 dan reabilitas sebesar 0,948.

Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa mayoritas perawat di rumah sakit

Ridogalih mengalami derajat stres rendah. Perawat yang mengalami derajat stres

rendah sebanyak 16 orang, stres moderat sebanyak 7 orang, dan stres tinggi 7

orang.

Saran bagi penelitian selanjutnya, melakukan penelitian mengenai derajat

(2)

ii

Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

The Following research is entitled “Descriptive Studies of Ridogalih

Hospital’s Nurses Work Stress Level”. The purpose of this research is to learn the

comprehensions about the amount of work stress level developed on the nurses,

and the tendencies that links with some factors that influences the stress. There

are 30 respondents that have been used as samples in this thesis.

Measuring instruments that been used in this thesis are questioners that

had been arranged by the researcher refers to a theory about stress by Ivancevich

(2002). According to the validation tests using Spearman and reliability tests

using split half coefficient reliability formula, revealed the total item validity

ranging from 0.304 to 0.825, and reliability amount of 0.948.

This thesis showing the result that the majority of Ridogalih Hospital’s

nurses are experiencing a low stress level. Nurses that experienced a low stress

level are 16 people, moderate stress are 7 people, and high stress are 7 people.

For the next research, research about social support from work partner,

(3)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan

Abstrak ... i

Abstract ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Bagan ... ix

Daftar Tabel ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 7

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1. Maksud Penelitian ... 7

1.3.2. Tujuan Operasional ... 7

1.4. Kegunaan Penelitian ... 7

1.4.1. Kegunaan Teoretis ... 7

1.4.2. Kegunaan Praktis ... 8

(4)

vi

Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 16

2.1. Stres ... 16

2.1.1. Definisi Stres ... 16

2.1.2. Sumber Stres ... 16

2.1.3. Respon Stres ... 18

2.1.4. Tingkatan Stres ... 19

2.1.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stres ... 19

2.2. Perawat ... 22

2.2.1. Pengertian Perawat ... 22

2.2.2. Peran Perawat ... 23

2.2.3. Fungsi Perawat ... 26

2.2.4. Tugas Perawat ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 28

3.1. Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 28

3.2. Bagan Rancangan Penelitian ... 29

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 29

3.3.1. Variabel Penelitian ... 29

3.3.2. Definisi Operasional ... 29

3.4. Alat Ukur ... 30

3.4.1. Jenis Alat Ukur ... 30

3.4.2. Spesifikasi Alat Ukur ... 30

(5)

3.4.4. Data Pribadi dan Data Penunjang ... 32

3.4.5. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 32

3.4.5.1. Validitas ... 32

3.4.5.2. Reliabilitas ... 34

3.5. Populasi ... 35

3.5.1. Populasi Sasaran ... 35

3.6. Teknik Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

4.1. Gambaran Responden ... 37

4.1.1. Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 37

4.1.2. Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 38

4.2. Hasil Penelitian ... 38

4.2.1. Derajat Stres Kerja ... 38

4.2.2. Gambaran Dukungan Sosial Atasan Responden Terhadap Derajat Stres Kerja ... 39

4.2.3. Gambaran Dukungan Sosial Rekan Kerja Responden Terhadap Derajat Stres Kerja ... 40

(6)

viii

Universitas Kristen Maranatha

Kerja ... 42

4.3. Pembahasan ... 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

5.1. Kesimpulan ... 47

5.2. Saran ... 48

5.2.1. Saran Teoritis ... 48

5.2.2. Saran Praktis ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49

(7)

DAFTAR BAGAN

(8)

x

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Alat Ukur ... 28

Tabel 3.2 Sistem Penilaian ... 30

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 35

Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 36

Tabel 4.2 Stres Kerja Responden ... 36

Tabel 4.4 Dukungan Sosial Atasan Responden Terhadap Derajat Stres Kerja ... 37

Tabel 4.5 Dukungan Sosial Rekan Kerja Responden Terhadap Derajat Stres Kerja ... 38

Tabel 4.6 Dukungan Sosial Keluarga Responden Terhadap Derajat Stres Kerja ... 39

Tabel 4.7 Tipe Kepribadian Responden Terhadap Derajat Stres Kerja ... 39

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner Stress Kerja Lampiran 2 : Kuesioner Data Penunjang

Lampiran 3 : Validitas dan Realibitas Alat Ukur Lampiran 4 : Derajat Stres Kerja

Lampiran 5 : Tabulasi Silang Antara Derajat Stres Kerja Dengan Respon Stres Lampiran 6.1 : Tabulasi Silang Antara Dukungan Sosial Atasan Dengan Derajat

Stres Kerja

Lampiran 6.2 : Tabulasi Silang Antara Dukungan Sosial Rekan Kerja Dengan Derajat Stres Kerja

Lampiran 6.3 : Tabulasi Silang Antara Dukungan Sosial Keluarga Dengan Derajat Stres Kerja

Lampiran 6.4 : Tabulasi Silang Antara Tipe Kepribadian Dengan Derajat Stres Kerja

Lampiran 6.5 : Tabulasi Silang Antara Hardiness Dengan Derajat Stres Kerja Lampiran 7 : Analisis

(10)

1

Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan kesehatannya dengan membuka poliklinik. Pada tahun 1986 rumah sakit Ridogalih berkembang menjadi rumah sakit bersalin dan balai pengobatan. Rumah sakit Ridogalih ini berkeinginan berubah status dari rumah sakit bersalin menjadi rumah sakit umum hanya saja persyaratan dari pemerintah yang tidak terpenuhi untuk menjadi rumah sakit umum membuat rumah sakit ini bertransisi menjadi rumah sakit ibu dan anak pada tahun 1996. Persyaratan yang tidak dapat terpenuhi yaitu luas bangunan yang kurang dari standar rumah sakit umum sekitar 2500 meter persegi dan tempat tidur yang kurang dari 50.

(11)

2

Pada tahun 2009 rumah sakit Ridogalih ini kemudian berubah menjadi rumah sakit umum. Selain pendapatan rumah sakit yang rendah, pihak rumah sakit Ridogalih merasa memerlukan peningkatan pelayanan masyarakat karena mulai banyak didirikan pabrik dan industri di wilayah rumah sakit Ridogalih. Pihak HRD rumah sakit Ridogalih juga mengatakan bahwa perubahan ini mendapat dukungan penuh dari yayasan dengan menunjang sarana dan prasarana agar rumah sakit Ridogalih dapat berubah menjadi rumah sakit umum. Pemerintah juga menyatakan rumah sakit Ridogalih ini layak menjadi rumah sakit umum dengan terpenuhinya standar kriteria klasifikasi rumah sakit dan hasil studi kelayakan menjadi rumah sakit umum. Rumah sakit Ridogalih ini dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan daya saing khususnya di wilayah rumah sakit Ridogalih serta menjalin kerjasama dengan perusahaan-perusahaan.

Perubahan status menjadi rumah sakit umum menimbulkan perubahan secara fisik maupun job description termasuk perawat yang bekerja di rumah sakit tersebut. Secara fisik rumah sakit tersebut menjadi bertambah ruangan, poliklinik, dan alat-alat medis. Perubahan secara fisik ini disesuaikan dengan peraturan pemerintah mengenai syarat kelayakan menjadi rumah sakit umum. Alat medis yang baru setelah berubah menjadi rumah sakit umum yaitu bed monitor

(untuk memonitor tanda-tanda vital seperti tekanan darah, nadi, kadar O2 dalam

(12)

3

Universitas Kristen Maranatha radiologi, laboratorium, gizi, dan farmasi. Poli yang ingin ditambahkan di rumah sakit ini yaitu poli THT.

Berdasarkan wawancara dengan kepala perawat didapatkan bahwa penggunaan alat medis yang baru membuat perawat kurang menguasai dan terkadang sulit menggunakan alat medis. Alat medis yang paling sulit digunakan yaitu alat bedah di kamar operasi. Hal tersebut menjadi hambatan bagi perawat dalam menggunakan alat-alat bedah dan tekanan di kamar operasi juga menambah perawat kesulitan dalam menggunakan alat bedah tersebut. Perawat merasakan pelatihan mengenai alat bedah yang pernah diadakan kurang mendalam karena hanya dua kali pelatihan tersebut diadakan dan hanya lima perawat yang mengikuti pelatihan tersebut. Perawat yang belum mendapatkan pelatihan hanya mendapat ilmu pelatihan dari perawat lain yang telah mendapatkan pelatihan. Pelatihan yang tidak rutin dilakukan membuat perawat menjadi kesulitan dalam menggunakan alat-alat medis tersebut. Perawat juga merasakan dampak dari kurangnya kemampuan dalam menggunakan alat-alat tersebut dengan dimarahi dokter dan kepala perawat.

(13)

4

dan mulai bertambahnya pasien yang tidak sesuai dengan jumlah perawat di rumah sakit tersebut.

Perawat terbagi menjadi 3 shift dalam sehari yaitu pagi, siang, dan malam. Setiap shift-nya perawat seharusnya bekerja selama 8 jam tetapi 80% perawat bekerja melebihi jam kerjanya sekitar 2-3 jam. Hal ini dikarenakan pekerjaan yang belum terselesaikan dan membantu perawat lain. Perawat mendapatkan libur satu hari dalam seminggu dan 80% mengatakan tidak dapat menggunakan waktu liburnya karena kurangnya jumlah tenaga perawat walaupun setiap mereka bekerja saat libur mendapatkan uang lembur. Biasanya perawat hanya dapat menggunakan waktu liburnya bila ada keperluan mendesak.

Berdasarkan hasil wawancara pada 10 orang perawat yang berada di rumah sakit Ridogalih diperoleh data fasilitas rawat inap yang beragam (keperawatan anak, penyakit dalam ,dan bedah ) sedangkan perawat yang bekerja 6-8 orang per shift. Jumlah pasien rawat inap yang datang perhari 5-10 orang perhari sehingga perbandingan perawat dan pasien adalah 1:3. Hal ini membuat jumlah perawat yang bekerja menjadi tidak sesuai dikarenakan seharusnya 1:3 untuk minimal care (keperawatan anak dan pasien tidak memerlukan perhatian khusus), 2:3 untuk partial care (pasien penyakit dalam,bedah), dan 1:1 untuk

(14)

5

Universitas Kristen Maranatha tahun 2010 menyatakan perbandingan perawat dan pasien adalah 2:3. Hal ini juga belum sesuai dengan perbandingan perawat dan pasien di rumah sakit Ridogalih.

(15)

6

Keluhan-keluhan tersebut menunjukkan kinerja perawat masih belum optimal, hal itu terjadi karena perawat mengalami stres. Stres adalah hasil dari interaksi yang unik antara kondisi stimulus lingkungan dan kecenderungan individu untuk merespon dengan cara tertentu.(Ivancevich dan Matteson, 2002). Potensi sumber dapat dari berasal dari luar organisasi, dalam organisasi, individu, dan kelompok (Ivancevich dan Matteson, 2002). Pada perawat dirumah sakit ini sumber stress sumber stres berasal dari perubahan status rumah sakit, tuntutan dan aturan yang berlaku. Sumber stres itu memicu perawat yang berkerja di rumah sakit tersebut bekerja menjadi kurang maksimal dan mendapatkan tekanan dari dalam diri maupun dari luar diri perawat tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 perawat maka diperoleh persentase sebanyak 30% perawat secara fisiologis mengalami gangguan secara fisik seperti mudah sakit kepala dan mengalami gangguan asam lambung. Sebanyak 60 % perawat secara kognitif merasa jenuh dalam bekerja, cemas tertular penyakit dari pasien,cemas menggunakan alat-alat baru karena kurangnya pemahaman dan keahlian dalam menggunakan alat-alat baru tersebut, konsentrasi yang menurun dalam bekerja. Sebanyak 40 % perawat secara perilaku mengalami semangat kerja menurun, lambat dalam bekerja, terkadang mengalami sulit tidur, dan kurangnya sikap ramah dan cekatan dalam menangani pasien.

(16)

7

Universitas Kristen Maranatha 1.2 Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini, ingin diketahui mengenai derajat stres kerja pada perawat di rumah sakit Ridogalih

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai derajat stres kerja pada perawat.

1.3.2 Tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui pemahaman mengenai derajat stres kerja pada perawat dan adanya kecenderungan kerterkaitan dengan faktor-faktor yang memengaruhi stres kerja pada perawat di rumah sakit Ridogalih.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis

1. Dapat mengkaji stres kerja pada perawat di rumah sakit Ridogalih, sehingga dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu psikologi khususnya dalam bidang psikologi industri dan organisasi.

(17)

8

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi kepada pihak manajemen rumah sakit dalam hal ini manajemen rumah sakit Ridogalih mengenai derajat stres kerja pada perawat di rumah sakit tersebut sebagai bahan pertimbangan dalam mengenali dan mengatasi stres pada perawat. 2. Memberikan informasi bagi perawat untuk kemudian mendapatkan

gambaran mengenai stres kerja agar mereka dapat lebih mengenali dan mengatasi stres kerja.

1.5 Kerangka Pemikiran

Stres adalah hasil dari interaksi yang unik antara kondisi stimulus lingkungan dan kecenderungan individu untuk merespon dengan cara tertentu. Berdasarkan definisi respon, stres didefinisikan sebagai respon adaptif dari perbedaan individu yang merupakan konsekuensi dari setiap tindakan, situasi, atau peristiwa yang menempatkan tuntutan khusus pada seseorang. Sumber-sumber stres yaitu stres individual, kelompok, organisasi, dan di luar pekerjaan. Respon stress adalah fisiologis, kognitif, dan perilaku (Ivancevich dan Matteson, 2002).

(18)

9

Universitas Kristen Maranatha digunakan secara positif dapat mengatasi masalah dan dapat membuat individu berkinerja pada atau mendekati maksimum.

Sumber-sumber stres terdiri dari sumber stres individual, kelompok, organisasi, dan di luar organisasi(Ivancevich dan Matteson, 2002).Sumber-sumber stres dapat membuat perawat bekerja dengan tidak maksimal dan akan menimbulkan respon-respon stres dalam bekerja. Sumber stres secara individual dapat menimbulkan stres konflik-konflik dalam diri perawat seperti konflik antara tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan. Sumber stres secara kelompok dapat memicu perawat stres disebabkan hubungan diantara kelompok-kelompok perawat tersebut dan kesenjangan komunikasi juga memicu timbulnya stres. Sumber stres secara organisasi disebabkan ketidakmampuan dalam menyuarakan keluhan, dan kurang adanya uraian tugas dan tanggung jawab yang jelas. Sumber stres di luar pekerjaan juga terkadang memicu timbulnya stress pada perawat dengan permasalahan keluarga, ekonomi keluarga, dan kondisi keuangan keluarga.

(19)

10

bekerja. Semakin stres perawat maka akan semakin kuat ciri-ciri pada respon fisiologis ini timbul.

Respon yang kedua adalah kognitif. Pada perawat yang mengalami stress akan berdampak pada konsentrasi perawat yang buruk dalam bekerja, perawat menjadi kesulitan dalam membuat suatu keputusan, dan berkurangnya daya perhatian perawat saat bekerja. Semakin stres perawat maka akan semakin kuat ciri-ciri pada respon kogntif ini timbul.

Respon yang ketiga adalah perilaku. Perilaku yang ditimbulkan akan mempengaruhi kinerja perawat dalam bekerja. Perawat yang mengalami stres akan berperilaku gelisah, menurunnya produktivitas dalam bekerja, berperilaku impulsif, meningkatnya jumlah absen, dan gangguan tidur yang berdampak pada

burnout perawat dalam bekerja. Semakin stres perawat maka akan semakin kuat ciri-ciri pada respon perilaku ini timbul.

Tiga tingkatan stres yaitu rendah, moderat, dan tinggi. Perawat yang mengalami stres yang rendah merupakan perawat yang hampir tidak pernah mengalami stres. Secara fisiologis, perawat tidak mengalami detak jantung yang meningkat dan tidak mengalami pusing atau mual. Secara kognitif, perawat dapat berkonsentrasi dalam bekerja dan memiliki memiliki kemampuan yang baik dalam pengambilan keputusan. Secara perilaku, perawat dalam meminimalisir kesalahan dalam bekerja dan dapat meningkatkan kinerja dalam bekerja.

(20)

11

Universitas Kristen Maranatha mual atau pusing, dan penurunan kinerja dalam bekerja. Secara kognitif, perawat terkadang mengalami gangguan dalam memusatkan perhatian dan konsentrasi dalam bekerja. Secara perilaku, perawat terkadang cepat bosan dalam bekerja perubahan produktivitas dalam bekerja, gelisah, ceroboh dalam bekerja dan terlambat datang untuk bekerja.

Perawat pada stres tinggi merupakan perawat yang hampir selalu mengalami stres. Secara fisiologis, perawat akan mengalami penurunan kesehatan fisik yang berdampak pada kinerja perawat. Secara kognitif dapat meningkatkan kesalahan dalam bekerja. Secara perilaku, perawat dapat menunjukkan perilaku yang kurang / tidak baik selama berkerja.

(21)

12

Dukungan sosial merupakan faktor yang mempengaruhi perawat dalam bekerja. Dukungan sosial perawat merupakan dukungan atau kenyamanan dari berbagai pihak seperti manajemen rumah sakit yang memberikan dukungan berupa pelatihan yang berkaitan dengan keahlian perawat, bimbingan dan perhatian dari atasan. Dukungan berikutnya didapatkan dari rekan kerja berupa saling membantu ketika ada kesulitan, memberikan kenyaman dalam bekerja, dan membina relasi yang baik. Dukungan yang lainnya didapatkan dari keluarga perawat berupa semangat dan pengertian pada perawat mengingat jam kerja perawat tidak menentu.Dukungan tersebut dapat melalui kontak secara formal dan informal dengan individu atau kelompok. Ketika seorang perawat tidak memiliki dukungan sosial tersebut ini akan mempengaruhi kinerja perawat tersebut yang dapat menimbulkan stres perawat dalam bekerja.

Kepribadian tipe A juga merupakan faktor yang mempengaruhi perawat dalam bekerja. Perawat dengan kepribadian tipe A memiliki ciri agresif, ambisius, suka unjuk diri, berorientasi kerja, dan terobsesi untuk mengukur keberhasilan dari hal yang bisa mereka peroleh. Pada perawat dapat menyalurkan tipe kepribadian tipe A dengan merawat pasien dengan sebaik mungkin sehingga mendapatkan penghargaan atas prestasi tersebut.

(22)

13

Universitas Kristen Maranatha dalam bekerja dan tidak berorientasi pada penghargaan sehingga dapat bekerja dengan optimal dalam merawat pasien.

Hardiness merupakan faktor yang mempengaruhi stres. Orang yang memiliki hardiness mampu bekerja dalam keadaan stres, sementara orang yang

hardiness rendah akan menjadi kewalahan dan tidak mampu mengatasi. Orang yang memiliki hardiness yang tinggi, saat dihadapkan pada sumber stres akan merespon dengan mengatasi, mencoba untuk mengendalikan, dan melihat kesulitan sebagai tantangan. Perawat kemudian akan mencoba mengatasi dan menyelesaikan permasalahan tersebut sehingga stres yang dialaminya akan berkurang. Sebaliknya, perawat yang ketika mengalami permasalahan dalam bekerja kemudian tidak berusaha mengatasi permasalahan tersebut maka stress yang dialami akan semakin tinggi.

(23)
(24)

15

Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi

1. Perawat rumah sakit Ridogalih memiliki derajat stres kerja yang berbeda-beda.

2. Stres kerja pada perawat di rumah sakit Ridogalih terukur melalui aspek fisiologis (detak jantung, sakit kepala, asam lambung meningkat), kognitif (konsentrasi, pengambilan keputusan, penurunan atensi), dan perilaku (absensi,gangguan tidur, burnout, perubahan produktivitas).

(25)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan hasil, dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai derajat stres pada perawat di Rumah Sakit Ridogalih, yaitu:

1. Sebanyak 16 orang dari populasi perawat sebesar 53,33% perawat mengalami stres rendah di rumah sakit Ridogalih . Faktor yang memiliki kaitan yaitu dukungan sosial rekan kerja, keluarga, dan hardiness.

2. Sebanyak 7 orang dari populasi perawat sebesar 23,33% perawat mengalami stres moderat di rumah sakit Ridogalih. Faktor yang memiliki kaitan yaitu dukungan sosial keluarga..

3. Sebanyak 7 orang dari populasi perawat sebesar 23,33% perawat mengalami stres tinggi di rumah sakit Ridogalih. Faktor yang memiliki kaitan yaitu hardiness.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoretis

(26)

48

Universitas Kristen Maranatha 3.2.2 Saran Praktis

1. Pihak manajemen rumah sakit dapat mengenali ciri-ciri stres kerja yang dialami oleh perawat di rumah sakit Ridogalih sehingga dapat mengelola stres kerja pada perawat.

2. Pihak manajemen dapat memberikan pembinaan atau pelatihan yang menunjang pengetahuan dan keterampilan perawat yang bertujuan untuk mengelola stres kerja pada perawat.

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Hasyim, Masruroh dan Joko Prasetyo. 2012. Etika Keperawatan.Yogyakarta: Bangkit

Ivancevich,John & Matteson, Michael T.. 2002. Organizational Behavior Management, 6th ed. New York : McGraw-Hill

Luthans, F. 2002. Organizational Behavior. McGraw-Hill International Book Comp. Inc. New York.

Robbins, P Stephen. 1996. Perilaku Organisasi Jilid I. Yogyakarta: Percetakan Aditya Media

Siegel, Sidney. 1997. Statistik Nonparametik untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

(28)

50

DAFTAR RUJUKAN

2009. Panduan Penulisan Skripsi Sarjana. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Echols, John. 1983. Pengertian Gender. (http://www.gudangmateri.com /2011/01/pengertian-gender.html, (diakses pada tanggal 10 November 2012)

Mosby & Segen.2008. Type B Personality. (http://medicadictionary.

thefreedictionary.com/Type+B+Personality (diakses tanggal 20 Oktober 2012)

Ridogalih Family. 2012 http://ridogalihfamily.blogspot.com (diakses tanggal 20 Oktober 2012)

Scoot, Elizabeth.2012. Job Stress. (http://stress.about.com, (diakses tanggal 10 November 2012)

Referensi

Dokumen terkait

Shihab, et al, “ RSM Based Study of Cutting Temperature during Hard Turning with Multilayer Coated Carbide Insert”, International Conference on Materials Processing

Aplikasi ini dibuat dengan menggunakan Borland Delphi versi 5.0, dengan memadukan suatu gambar dengan teks, suara, ataupun gambar lain dalam perangkat komputer, animasi ini

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka Pemerintah Kota Solok dalam rangka memberikan perlindungan hukum dan pengakuan terhadap Pedagang Kaki Lima dan untuk

Rehabilitasi dalam Islam hanya dilakukan pada tindak pidana pembunuhan (korban) walaupun saksi tidak tercantumkan, akan tetapi saksi disini termasuk bagian dari korban karena

Alat pemasaran ini terdiri dari (1) Produk (product) , yakni sesuatu yang ditawarkan dalam pasar untuk mendapatkan perhatian sehingga produk yang dijual akan

 Informasi tujuan pembelajaran yaitu: dengan menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah yang logis dan sesuai dengan algoritma pemecahan masalah peserta didik

BATASAN PERMINTAAN DARI PIHAK KETIGA UNTUK MENDAPATKAN GRATIFIKASI/HADIAH DAN HIBURAN (ENTERTAINMENT) YANG TIDAK SESUAI DENGAN KETENTUAN PERUSAHAAN. Insan Perusahaan