• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK PADA MATERI KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK PADA MATERI KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP."

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ……… iv

ABSTRAK ………. v

KATA PENGANTAR……… vi

DAFTAR ISI ……….. ix

DAFTAR TABEL ……….. xi

DAFTAR GAMBAR ………. xii

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xiii BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah………..

B.Rumusan Masalah ………

C.Batasan Masalah………..

D.Tujuan Penelitian……….

E. Manfaat Penelitian………..

1 6 7 7 8

BAB II PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK

UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF PADA MATERI KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP

A.Pembelajaran Kooperatif... B.Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok... C.Pemahaman Konsep...

D.Keterampilan Berpikir Kreatif……….………

E. Pembelajaran Konvensional………

F. Ruang Lingkup Materi Keanekaragaman Makhluk Hidup……….

9 12 15 18 22 24

BAB III METODELOGI PENELITIAN

A.Definisi Operasional………..

B.Metode dan Desain Penelitian………

C.Populasi dan Sampel………..

D.Asumsi Penelitian………..

E. Hipotesis...

F. Prosedur Penelitian………

G.Instrumen Penelitian……….

H.Teknik Analisis Data……….

34 35 36 37 37 38 41 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian

1. Pemahaman konsep Keanekaragaman Makhluk Hidup... a. Pengujian Statistik Peningkatan Pemahaman Konsep……… b. Deskripsi Peningkatan Pemahaman Konsep……….. c. Deskripsi Peningkatan Pemahaman Konsep setiap Tipe

Kemampuan………

d. Deskripsi Peningkatan Pemahaman Konsep Tiap Label

(2)

2. Keterangan berpikir Kreatif………. a. Pengujian Statistik Peningkatan Keterampilan Berpikir

Kreatif……….

b. Deskripsi Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif…….

3. Keterlaksanaan Pembelajaran ……….

4. Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran ………. 5. Tanggapan Guru Terhadap Pembelajaran………..

B.Pembahasan

1. Pemahaman Konsep………

2. Keterampilan Berpikir Kreatif………

3. Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran………. 4. Kelebihan Pembelajaran kooperatif Tipe Investigasi Kelompok

Pada Materi Keanekaragaman Makhluk Hidup

63

63 64

67 72 74

74 78 80

81

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan ………..

B.Saran ………

83 84

DAFTAR PUSTAKA ……… 86

(3)

Halaman

2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif……… 12 2.2

2.3 3.1 3.2

Indikator Aptitude dari Berpikir Kreatif………..

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar……… Desain Penelitian………. Kategori Tingkat Kesukaran Butir Soal………..

20 24 36 44 3.3 3.4 3.5

Kategori Daya Pembeda Butir Soal………

Kategori Validitas Butir Soal………. Kriteria Reliabilitas Tes……….

44 45 46 3.6

3.7

Kriteria Tingkat Gain... Kriteria Pengambilan Keputusan Uji t...

47 49 3.8

3.9 3.10

Kategori Analisis Angket... Distribusi Soal Kemampuan Pemahaman Konsep... Distribusi Hasil Uji Coba Validitas Butir Soal...

50 50 51 3.11 3.12 3.13 3.14

Rekapitulasi Tingkat Kesukaran……….

Rekapitulasi Daya Pembeda………

Distribusi soal keterampilan Berpikir Kreatif………. Distribusi Hasil Uji Coba Validitas Tes………..

52 53 54 55 3.15 3.16

Rekapitulasi Tingkat Kesukaran……….

Rekapitulasi Daya Pembeda………

55 56 3.17 Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran……….. 57 4.1

4.2

Hasil Uji Normalitas, Homogenitas dan Uji t Peningkatan

(N-gain) Tes Pemahaman Konsep……….

Hasil Uji Normalitas, Homogenitas, dan Uji t Peningkatan (N-gain) Tes Keterampilan Berpikir Kreatif………

59

64 4.3

4.4

Rekapitulasi Hasil Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran…

(4)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

3.1 Alur Penelitian……….. 38

4.1 Perbandingan Persentase Skor Rata-Rata Tes awal, Tes akhir dan N-gain Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol... 61 4.2 Perbandingan Nilai N-gain untuk Setiap Tipe Kemampuan

Pemahaman Konsep………. 61

4.3 Perbandingan N-gain Pemahaman Konsep untuk Setiap Label

Konsep Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol………….. 62 4.4 Perbandingan Persentase Skor Rata-Rata Tes awal, Tes akhir

dan N-gain keterampilan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol……… 65

4.5 Perbandingan N-gain Keterampilan Berpikir Kreatif untuk

(5)

Halaman

A: Perangkat Pembelajaran ... 92

B: Instrumen Tes ... 126

C: Data Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kreatif ... 155

D: Uji Statistik ... 170

E: Angket dan Observasi ... 176

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep saja tetapi

juga merupakan suatu proses penemuan (BSNP, 2006). Carin dan Sund

dalam BSNP, 2006 mendefinisikan IPA sebagai “pengetahuan yang sistematis

dan tersusun secara teratur, berlaku umum, dan berupa kumpulan data hasil

observasi dan eksperimen”. Merujuk pada pengertian IPA itu,maka dapat

disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu: (1) sikap:

rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta

hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat

dipecahkan melalui prosedur yang benar; (2) prosedur: prosedur pemecahan

masalah melalui metode ilmiah yang meliputi penyusunan hipotesis,

perancangan eksperimen, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan;

(3) produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum; (4) aplikasi: penerapan

metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.

Sejauh ini pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh pandangan

(7)

Kelas masih terfokus kepada guru sebagai sumber pengetahuan, kemudian

ceramah, tanya jawab, dan diskusi menjadi pilihan utama strategi mengajar

(Depdiknas dalam Rustaman, et al, 2003). Hakekat pendidikan adalah untuk

mengejar pencapaian kualitas hidup yang tinggi para peserta didiknya.

Pendidikan harus mampu membongkar dan mengembangkan keseluruhan

potensi kemanusiaan seorang peserta didik sehingga ia memiliki

kesanggupan untuk hidup di era mendatang yang memiliki kompleksitas

permasalahan yang jauh lebih rumit dari yang ada saat ini (Suhandoyo,

1993).

Pendidikan IPA bagi siswa harus dapat meningkatkan kemampuan berpikir

kritis dan kebiasaan untuk mengembangkan pemikiran, pengertian yang lebih

baik tentang kontribusi IPA terhadap kehidupan pribadi dan masyarakat serta

meningkatkan tanggung jawab siswa terhadap sistem nilai dan etika yang positif

(Hurd dalam Poedjiadi, 1992).

Kualitas pendidikan IPA dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain: faktor

anak didik, faktor guru, faktor sarana dan prasarana yang terakumulasi dalam

penampilan proses pembelajaran. Jadi titik sentral pembenahan pendidikan IPA

terletak pada kualitas proses pembelajaran yang terjadi (Soedjiarto, 1977).

Pembelajaran Biologi sebagai salah satu bagian dari sains memiliki

empat tujuan yaitu mengajarkan fakta-fakta biologi, mengembangkan

kemampuan, mengajarkan keterampilan, dan mendorong sikap yang nyata.

(8)

untuk dapat mengoptimalkan dan membangkitkan potensi siswa,

menumbuhkan aktivitas serta kreativitas, sehingga akan menjamin terjadinya

dinamika di dalam proses pembelajaran. Pembelajaran berbasis masalah

dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan kinerja, memberikan

kesempatan bagi siswa untuk bekerja sebagai tim dan terlibat langsung

dengan alam, serta berpengaruh dalam berperilaku dan peran sosial dalam

kelompok (Sugar, et al (2008), Ekeke (2007) dan Anderson, 2009).

Beberapa alasan mengenai mengapa pembelajaran kooperatif tipe

investigasi kelompok perlu dikembangkan, menurut Mafune dalam Rusman

(2011) Pertama dipandang sebagai proses pembelajaran yang aktif, sebab

siswa akan lebih banyak belajar melalui proses pembentukan dan

penciptaan, kerja dalam kelompok dan berbagi pengetahuan serta tanggung

jawab individu. Kedua untuk meningkatkan kemampuan kreativitas siswa

dapat di tempuh melalui pengembangan proses kreatif menuju suatu

kesadaran dan pengembangan alat bantu yang secara eksplisit mendukung

kreativitas. Ketiga komponen emosional lebih penting daripada intelektual,

yang tak rasional lebih penting daripada yang rasional.

Keanekaragaman makhluk hidup merupakan materi yang menarik untuk

dijadikan dasar penelitian karena pada keanekaragaman makhluk hidup

terdapat masalah-masalah berupa gangguan usaha pelestarian dan

(9)

spesies endemik. Menurut Wiryono (2010) dan junaidi (2006) dalam Bangka

Pos (2010), mengatakan propinsi Kepulauan Bangka Belitung hanya

memiliki 20 satwa langka seperti pelanduk (kancil), trenggiling, babi hutan

dan aneka jenis ular termasuk ular lokal. Aktivitas perburuan liar disinyalir

ikut menjadi penyebab kelangkaan hewan tersebut. Menurut Ramadoss dan

Moli (2010) dan Randler (2008), bahwa program pendidikan keanekaragaman

makhluk hidup secara aktif dapat meningkatkan pengetahuan siswa tentang

spesies hewan atau tumbuhan, minat dan keterampilan dalam rangka

melindungi dan melestarikan sumber daya alam setempat serta sebagai

aspek fundamental untuk belajar dan memahami keanekaragaman makhluk

hidup.

Menurut Piaget dan Vigotsky dalam Rusman ( 2011), adanya aspek

sosial dari sebuah proses belajar dan juga tentang penggunaan

kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan anggotanya yang beragam, sehingga

terjadi perubahan konseptual. Piaget menekankan bahwa belajar adalah

sebuah proses aktif dan pengetahuan di susun di dalam pikiran siswa. Di

samping aktivitas dan kreativitas yang diharapkan dalam sebuah proses

pembelajaran dituntut interaksi yang seimbang, interaksi yang dimaksudkan

adalah adanya interaksi atau komunikasi banyak arah yang memungkinkan

(10)

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa pembelajaran kooperatif

dapat meningkatkan berpikir sains dan pemahaman konsep (Sopiah dan Adilah,

2008). Pembelajaran kooperatif investigasi kelompok memberikan pengaruh

signifikan terhadap prestasi akademik dan pemahaman konsep termokimia dari

pada pembelajaran kooperatif jigsaw (Kemal dkk, 2009). Model perubahan

konseptual berseting investigasi kelompok meningkatkan pemahaman konsep

dan pemecahan masalah dari pada model perubahan konseptual berseting STAD

ataupun model linear berseting STAD (Santyasa, 2008). Pembelajaran

kooperatif tipe investigasi kelompok yang menggunakan penilaian diri pada

materi kalor dapat meningkatkan keterampilan generik sains dan pemahaman

konsep siswa SMA (Junaedi, 2010). Penerapan model pembelajaran group

investigasi berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan, proses skill, dan

sikap mahasiswa calon guru biologi terhadap konservasi biodiversitas

(Leksono, 2011).

Berdasarkan latar belakang dan kajian yang dikemukakan di atas,

maka akan dilakukan penelitian peningkatan pemahaman konsep dan

keterampilan berpikir kreatif siswa SMP melalui pembelajaran kooperatif tipe

(11)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Bagaimanakah

peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kreatif siswa SMP

melalui pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok pada materi

keanekaragaman makhluk hidup ?

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka dapat diuraikan dalam

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peningkatan pemahaman konsep siswa SMP melalui

pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok pada materi keanekaragaman

makhluk hidup ?

2. Bagaimanakah peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa SMP melalui

pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok pada materi keanekaragaman

makhluk hidup ?

3. Bagaimanakah peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir

kreatif untuk setiap indikator ?

4. Bagaimanakah perbedaan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir

kreatif antara kelas eksperimen dan kelas kontrol ?

5. Bagaimanakah tanggapan siswa dan guru terhadap pembelajaran kooperatif

(12)

C. Batasan Masalah

Supaya permasalahan dalam penelitian ini lebih terarah, maka

permasalahan dibatasi sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran tipe

investigasi kelompok dengan enam tahapan yaitu menyajikan berbagai

masalah, merencanakan investigasi, melakukan investigasi, merencanakan

presentasi, membuat dan melakukan presentasi dan penilaian.

2. Materi keanekaragaman makhluk hidup yang dipelajari meliputi pentingnya

keanekaragaman makhluk hidup, peranan keanekaragaman makhluk hidup

bagi manusia, dan usaha-usaha pelestarian keanekaragaman makhluk hidup.

3. Pemahaman konsep yang diukur mencakup tiga tingkatan yaitu translasi,

interpretasi, dan ekstrapolasi. Pengukurannya menggunakan tes

pemahaman konsep.

4. Keterampilan berpikir kreatif meliputi; (1) kemampuan berpikir lancar, (2)

Kemampuan berpikir luwes, dan (3) kemampuan berpikir orisinal.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep dan

keterampilan berpikir kreatif melalui pembelajaran kooperatif tipe investigasi

kelompok pada materi keanekaragaman makhluk hidup, serta bagaimana

(13)

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan bermanfaat dalam memperbaiki proses

pembelajaran IPA di SMP, khususnya tentang materi keanekaragaman

makhluk hidup. Manfaat yang dapat di ambil antara lain:

1. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi, wawasan dan menjadi

masukan untuk memperkaya alternatif model pembelajaran yang dapat

menggali dan menumbuh-kembangkan kreativitas siswa dan pembelajaran

IPA Terpadu khususnya biologi.

2. Bagi Pembuat Kebijakan

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dalam membuat

kebijakan pendidikan, yaitu dalam pengembangan pembelajaran pada

tingkat nasional, daerah dan tingkat operasional sekolah.

3. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan pengembangan ilmu bagi

peneliti lain yang akan melaksanakan penelitian lebih jauh lagi

mengenai pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok, baik pada

(14)

BAB II

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN

KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF PADA MATERI KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP

A. Pembelajaran Kooperatif

Definisi belajar kooperatif menurut Johnson & Johnson (1994)

adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil, siswa

belajar dan bekerja sama untuk sampai kepada pengalaman belajar yang

optimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok.

Suherman (2001) mengemukakan hal-hal yang harus dipenuhi dalam

kelompok kecil pembelajaran kooperatif adalah mereka harus merasa

bahwa 1) mereka adalah bagian dari tim dan tujuan yang hendak dicapai

adalah tujuan bersama, 2) masalah yang mereka hadapi adalah masalah

kelompok dan berhasil tidaknya kelompok menjadi tanggung jawab

bersama, 3) untuk mencapai hasil maksimal mereka harus berbicara satu

sama lain dalam mendiskusikan masalah yang mereka hadapi, dan 4)

setiap pekerjaan siswa berakibat langsung pada keberhasilan

kelompoknya.

Menurut Slavin (1995) suatu model pembelajaran dimana siswa belajar

dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang

anggotanya terdiri-dari empat sampai enam orang, dengan struktur

(15)

karakter pembelajaran kooperatif antara lain menukar gagasan dan ide,

memberikan karakter pembelajaran kooperatif antara lain menukar gagasan

dan ide, memberikan kesempatan yang sama untuk berhasil, pembagian

kelompok heterogen dengan anggota empat sampai enam orang.

Di dalam pembelajaran kooperatif terdapat lima unsur penting, yaitu:

1) Pertama, Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam

belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk

mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan

sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Siswa akan merasa

bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil

terhadap suksesnya kelompok.

2) Kedua, Interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif

akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini, terjadi dalam hal seorang

siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok.

Saling memberikan bantuan ini akan berlangsung secara alamiah karena

kegagalan seseorang dalam kelompok mempengaruhi suksesnya kelompok.

Untuk mengatasi masalah ini, siswa yang membutuhkan bantuan akan

mendapatkan dari teman sekelompoknya. Interaksi yang terjadi dalam belajar

kooperatif adalah dalam hal tukar-menukar ide mengatasi masalah yang

sedang dipelajari bersama.

3) Ketiga, Tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam

(16)

membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak dapat hanya

sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman jawab siswa dan teman

sekelompoknya.

4) Keempat, Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar

kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan seorang

siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam

kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan

menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut keterampilan khusus.

5)Kelima, Proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa

proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok

mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan

membuat hubungan kerja yang baik. (Johnson dan Sulton dalam

Trianto,2009).

Belajar kooperatif dapat berbeda dalam banyak cara, tetapi dapat

dikategorikan sesuai dengan sifat berikut, (1) tujuan kelompok; (2) tanggung

jawab individual; (3) kesempatan yang sama untuk sukses; (4) kompetisi

kelompok; (5) spesialisasi tugas; dan (6) adaptasi untuk kebutuhan individu

(Slavin dalam Trianto, 2009).

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang

menggunakan pembelajaran kooperatif . Langkah-langkah itu ditunjukkan

(17)

Tabel 2.1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase-1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan

pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Fase-2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

Fase-3 Mengorganisasikan

siswa ke dalam kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar

melakukan transisi secara efisien. Fase-4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Fase-5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase-6 Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dari kelompok

Sumber: Ibrahim dalam Trianto (2009).

B. Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok

Dalam pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok terdapat

tiga konsep utama, yaitu penelitian, pengetahuan dan dinamika kelompok

(Winaputra, 2001). Penelitian merupakan proses dinamika siswa

memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut.

Pengetahuan merupakan pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik

secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok

(18)

berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling

bertukar pengalaman melalui proses saling berargumentasi.

Penerapan pembelajaran kooperatif investigasi kelompok terdiri

atas enam atau fase yang bertindak sebagai petunjuk bagi guru dalam

mengatur pembelajaran ( Tan, et al, 2006), yaitu

Tahap 1: Guru menyajikan berbagai masalah kepada seluruh siswa.

Masalah biasanya disesuaikan dengan kurikulum. Pemberian masalah

yang akan diselidiki dapat didukung dengan tampilan bahan ajar

misalnya gambar, demonstrasi, video dan surat kabar dengan tujuan

untuk membangun rasa ingin tahu dan ketertarikan siswa. Guru

kemudian mengajukan pertanyaan dalam bentuk berbagai permasalahan.

Semua pertanyaan tersebut kemudian dikategorikan menjadi beberapa

topik untuk dapat diselidiki oleh kelompok secara terpisah.

Tahap 2: Kelompok merencanakan investigasi. Dalam kelompok

masing-masing siswa terlibat dalam perencanaan penyelidikan secara

kooperatif. Dari daftar pertanyaan, mereka memilih pertanyaan yang

disesuaikan dengan topik dan menambahkan bahan-bahan yang mereka

perlukan, menentukan seting pelaksanaan investigasi, dan

langkah-langkah investigasi termasuk hasil pengamatan yang akan diperoleh.

Mereka juga merencanakan alokasi waktu untuk bekerja.

Tahap 3: Kelompok melakukan investigasi. Siswa selanjutnya

(19)

informasi dari berbagai sumber, mengorganisir temuan dan mencatat data

hasil penyelidikan. Mereka melaporkan temuan mereka kepada teman

sekelompoknya. Kemudian mereka berdiskusi, menganalisis,

menerjemahkan dan mengintegrasikan temuan mereka untuk

mempersiapkan sebuah hasil yang mencerminkan usaha setiap siswa.

Tahap 4: Kelompok merencanakan presentasi. Kelompok

merencanakan bagaimana melakukan presentasi didepan kelas. Kelompok

menentukan temuan mereka dan bagaimana cara terbaik menyajikan

temuan mereka. Penekanannya pada penyajian ide utama dan kesimpulan

hasil penyelidikan mereka.

Tahap 5: Kelompok membuat dan melakukan presentasi. Setiap

kelompok mempersembahkan satu aspek masalah umum yang telah

mereka selidiki. Setiap kelompok mempelajari topik masalah yang

berbeda dari kelompok lain.

Tahap 6: Penilaian. Siswa dan guru menilai setiap kontribusi

kelompok selama presentasi. Evaluasi mengambil beberapa pertimbangan

sebagai berikut: a) produk akhir kelompok; b) pengetahuan siswa yang

diperoleh selama investigasi; c) seberapa baik proses penyelidikan

dilakukan oleh kelompok; d) pengalaman individu selama proses

(20)

C. Pemahaman Konsep

Belajar merupakan proses memperoleh pengetahuan yang didalamnya

terdapat konsep. Konsep merupakan gabungan mental dari gejala alam

yang memiliki lingkup yang luas mengenai keteraturan kejadian atau obyek

yang dinyatakan dalam suatu label (Novak & Canas, 2006). Konsep adalah

dasar perkembangan mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip

dan generalisasi. Ausubel (Dahar, 1996) mengemukakan bahwa konsep

diperoleh melalui dua cara yaitu ekspansi konsep dan asimilasi konsep.

Ekspansi konsep erat kaitannya dengan perolehan ilmu melalui proses

induktif sedangkan asimilasi konsep erat kaitannya dengan proses deduktif.

Dalam biologi siswa dituntut untuk mampu memahami konsep yang ada.

Pemahaman konsep akan membantu siswa memahami dan menyelesaikan

soal-soal atau menyelesaikan permasalahan yang ada kaitannya dengan

kehidupan sehari-hari.

Menurut kamus Bahasa Indonesia, pengertian pemahaman adalah

mengerti benar atau memahami benar. Menurut Johnson, et al (2000)

pemahaman adalah kemampuan menerangkan sesuatu dengan kata-kata

sendiri. Dalam pengertian ini pemahaman memiliki tiga aspek yaitu

kemampuan menjelaskan, kemampuan mengenai informasi dan kemampuan

menarik kesimpulan. Pengertian yang lain pemahaman adalah kemampuan

menerapkan sesuatu dengan kata-kata sendiri, mengenali sesuatu yang

(21)

buku teks (Baharudin, 1982). Menurut Bloom dalam Sudjana (2005)

pemahaman dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:

a. Translasi, kemampuan ini berkaitan dengan kemampuan siswa dalam

menerjemahkan konsepsi abstrak menjadi suatu model simbolik sehingga

siswa mudah mempelajarinya, contohnya: menerjemahkan kalimat soal

menjadi bentuk lain berupa variabel-variabel, terdapat beberapa kemampuan

dalam proses translasi diantaranya, yaitu:

1. Menerjemahkan suatu abstraksi kepada abstraksi yang lain

2. Menerjemahkan suatu bentuk simbol yang lain atau sebaliknya.

3. Menerjemahkan dari satu bentuk pengertian pada bentuk yang lain

b. Interpretasi, kemampuan ini adalah kemampuan untuk mengenal dan

memahami ide utama suatu komunikasi, misalnya diberikan suatu diagram,

tabel, grafik atau gambar-gambar lainnya dalam pelajaran biologi dan minta

ditafsirkan, terdapat beberapa kemampuan dalam proses interpretasi, yaitu:

1. Kemampuan memahami dan menginterpretasikan berbagai bacaan secara

dalam dan jelas

2. Kemampuan untuk membedakan pembenaran atau penyangkalan suatu

kesimpulan yang digambarkan oleh suatu data

3. Kemampuan untuk menafsirkan berbagai data sosial

4. Kemampuan untuk membuat batasan (qualification) yang tepat ketika

(22)

c. Ekstrapolasi, kemampuan ekstrapolasi menuntut kemampuan intelektual

yang lebih tinggi misalnya membuat telaah tentang kemungkinan apa yang

akan berlaku. Pemahaman ekstrapolasi menuntut kemampuan untuk

meramalkan kecenderungan suatu data dan suatu bentuk data yang lain

namun serupa. Terdapat beberapa kemampuan dalam proses ekstrapolasi

yaitu:

1. Kemampuan menarik kesimpulan dan suatu pernyataan yang eksplisit

2. Kemampuan menggambarkan kesimpulan dan menyatakannya secara

efektif (mengenali batas data, memformulasikan kesimpulan yang akurat

dan mempertahankan hipotesis)

3. Kemampuan menyisipkan satu data dalam sekumpulan data yang

diketahui kecenderungannya

4. Kemampuan untuk memperkirakan konsekuensi dalam suatu bentuk

komunikasi yang digambarkan

5. Kemampuan menjadi peka terhadap fakta-fakta yang dapat membuat

prediksi tidak akurat

6. Kemampuan untuk membedakan konsekuensi yang menjadi peluang

keluaran rendah dan tinggi

7. Kemampuan membedakan nilai pertimbangan dari suatu prediksi

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan abstraksi

dari ciri-ciri karakter atau atribut yang sama dari sekelompok objek dan

(23)

kelompok lain yang dapat diterima secara umum. Dengan demikian

pemahaman konsep diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam

mengungkapkan kembali suatu objek tertentu berdasarkan ciri-ciri yang

dimiliki oleh objek tersebut.

D.Keterampilan Berpikir Kreatif

Santrock (2007) menyatakan bahwa berpikir adalah memanipulasi atau

mengelola dan mentransformasi dalam memori. Ini sering dilakukan untuk

membentuk konsep, bernalar dan berpikir secara kritis, membuat keputusan,

berpikir kreatif dan memecahkan masalah. Berdasarkan prosesnya berpikir dapat

dikelompokkan dalam berpikir dasar dan berpikir kompleks. Proses berpikir

kompleks yang disebut berpikir tingkat tinggi meliputi pemecahan masalah,

pengambilan keputusan, berpikir kritis dan berpikir kreatif.

Menurut Dewey (Filsaisme, 2008) berpikir kreatif sebagai proses

pemecahan masalah. Dia mendeskripsikan proses pemecahan masalah dalam

lima langkah logis: (1) sebuah kesulitan ditinggalkan, (2) kesulitan tersebut

ditemukan dan didefinisikan , (3) mempertimbangkan beberapa solusi yang

mungkin, (4) konsekuensi-konsekuensi dari solusi-solusi tersebut

dipertimbangkan, dan (5) salah satu solusi diterima dan digunakan. Sedangkan

Osbon dalam (Filsaisme, 2008) mendefinisikan berpikir kreatif sebagai proses

penyelesaian masalah yang bisa memunculkan solusi-solusi kreatif untuk

masalah yang ada. Proses ini mencakup tiga tahap: (1) penemuan fakta, (2)

(24)

Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru,

berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada (Munandar, 1999).

Sedangkan Perkin (Marzano, et al, 1988) mendefinisikan berpikir kreatif sebagai

hasil tindakan internal (mengambil keputusan, merumuskan hipotesis, menarik

kesimpulan), dan eksternal (membuat analogi, memiliki gagasan baru untuk

eksperimen), berpikir yang konsisten, bermakna, berbicara hanya dalam garis

besarnya saja, asli dan tepat sesuai kriteria yang dipersyaratkan.

Torrance (Munandar, 2009) mendefinisikan kreativitas dalam dimensi process yang pada dasarnya menyerupai langkah-langkah dalam metode ilmiah,

yaitu: … the process of 1) sensing difficulties, problem, gaps in information, missing elements, something asked; 2) making guesses and formulating hypotheses about these deficiencies; 3) evaluating and testing these guesses and hypothese; 4) possibly revising and retesting them; and finally 5) communicating the results.

Ciri-ciri kreativitas yang berhubungan dengan berpikir kreatif yaitu (1)

keterampilan berpikir lancar (fluency); (2) keterampilan berpikir luwes/fleksibel

(flexibility); (3) keterampilan berpikir orisinal (originality); (4) dan keterampilan

memperinci (elaboration) (munandar, 2009).

Berikut ini merupakan pemaparan ciri-ciri aptitude yang mengacu pada

William (Munandar, 1999), yang meliputi perumusan definisi yang menjelaskan

konsepnya, dan contoh perilaku siswa yang mencerminkan ciri-ciri tersebut

(25)

Tabel 2.2. Indikator Aptitude dari Berpikir Kreatif

No Komponen kreativitas

Definisi Perilaku Siswa

1 Kemampuan

berpikir lancar (Fluency)

a. Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah b. Memberikan banyak

cara atau saran untuk melakukan berbagai hal c. Selalu memikirkan

lebih dari satu jawaban

a. Mengajukan banyak pertanyaan b. Menjawab dengan sejumlah jawaban

jika ada pertanyaan

c. Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah

d. Lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya

b. Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak daripada anak-anak lain. c. Dapat dengan cepat melihat

kesalahan atau kekurangan pada suatu objek atau situasi

2 Kemampuan

berpikir luwes (flexibility)

a. Menghasilkan jawaban, gagasan, atau

pertanyaan yang bervariasi

b. Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda

c. Mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda d. Mampu mengubah cara

pemikiran atau cara pendekatan

a. Memberikan aneka ragam penggunaan yang tidak lazim terhadap suatu objek.

b. Memberikan macam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita atau masalah

c. Menerapkan suatu konsep dengan cara yang berbeda-beda

d. Memberikan pertimbangan terhadap situasi

e. Dalam membahas atau

mendiskusikan suatu situasi selalu mempunyai posisi yang berbeda atau bertentangan dari mayoritas

kelompok

f. Jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam cara yang berbeda untuk menyelesaikannya g. Menggolongkan hal-hal menurut

kategori yang berbeda-beda. h. Mampu mengubah arah berpikir

secara spontan.

3 Kemampuan

berpikir orisinil

a. Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik

(26)

(Originality) b. Memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkap-kan diri c. Mampu membuat

kombinas-ikombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

b. Mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru

c. Memilih asimetri dalam gambar atau membuat desain

d. Memiliki cara berpikir yang lain daripada yang lain

e. Mencari pendekatan yang baru dari yang stereotip

f. Selalu membaca atau mendengar gagasan-gagasan, bekerja untuk menemukan penyelesaian yang baru g. Lebih senang mensintesis daripada

menganalisis sesuatu

4 Kemampuan

Memerinci (Elaboration)

a. Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk

b. Menambahkan atau memerinci detil-detil dari suatu objek, gagasan-gagasan atau situasi sehingga

menjadi lebih menarik.

a. Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci

b. Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain

c. Mencoba atau menguji detil untuk melihat arah yang akan ditempuh d. Mempunyai rasa keindahan yang kuat

sehingga tidak puas dengan penampilan yang kosong atau sederhana

e. Menambahkan garis-garis atau warna-warna, dan detil-detil atau bagian-bagian terhadap gambarnya sendiri atau gambar orang lain.

5 Sensitivitas (Sensitivity)

Kepekaan menangkap dan menghasilkan masalah-masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi

Menangkap masalah-masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi

(27)

Dari beberapa pendapat diatas secara garis besar indikator keterampilan

berpikir kreatif yang dikembangkan pada penelitian ini dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Kelancaran (fluency), banyaknya mengemukakan gagasan.

2. Keluwesan (flexibility), banyaknya argumen jawaban yang berbeda.

3. Orisinalitas (originality), keunikan gagasan yang dikemukakan.

E. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran biasa yang

paling sering digunakan oleh guru. Pada pembelajaran ini guru

memberikan penerangan atau penuturan secara lisan kepada sejumlah

siswa. Siswa mendengarkan dan mencatat seperlunya. Pada umumnya

siswa bersifat pasif yaitu menerima saja apa yang dijelaskan oleh guru.

Dalam melaksanakan tugasnya itu guru sering menggunakan berbagai

alat bantu, seperti papan tulis, spidol, kapur dan gambar.

Menurut Nasution (1982), gambaran ciri-ciri pembelajaran biasa

(konvensional) yaitu:

a. Bahan pelajaran disajikan secara keseluruhan di kelas tanpa

memperhatikan siswa secara individual.

b. Kegiatan pembelajaran umunya berbentuk ceramah, kuliah, tugas

(28)

c. Siswa umumnya bersifat pasif, karena harus mendengarkan uraian

guru.

d. Dalam hal kecepatan belajar, semua siswa belajar menurut kecepatan

yang umumnya ditentukan oleh kecepatan guru mengajar.

e. Keberhasilan belajar umumnya dinilai oleh guru secara subyektif.

f. Diharapkan bahwa hanya sebagian kecil saja akan menguasai bahan

pelajaran secara tuntas, sebagian lagi akan menguasainya sebagian

saja, dan ada lagi yang akan gagal.

g. Guru terutama berfungsi sebagai penyebar atau penyalur pengetahuan

sebagai sumber informasi/pengetahuan.

Metode konvensional (ceramah) memiliki kelemahan dan oleh

berbagai kalangan dianggap telah membosankan. Menurut Djajadisastra

(1994), kelemahan metode ceramah sebagai berikut: a) dapat

menimbulkan verbalisme pada siswa, b) kurang merangsang

pengembangan kreativitas, c) ceramah secara terus menerus untuk waktu

yang lama membosankan bagi siswa, d) siswa hanya sebagai pendengar

dan pencatat saja, e) penerimaan informasi tidak selalu baik sehingga

mudah dilupakan. Wartono (1996), mengatakan keunggulan metode

ceramah ini adalah dapat digunakan untuk siswa dalam jumlah yang

(29)

A. Ruang Lingkup Materi Keanekaragaman Makhluk Hidup

Materi keanekaragaman makhluk hidup dalam Standar Isi 2006

terdapat pada semester 2 kelas VII SMP, dengan standar kompetensi

dan kompetensi dasar sebagai berikut:

Tabel 2.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem

1.1.Mengidentifikasi pentingnya keanekaragaman makhluk hidup dalam pelestarian ekosistem

Berdasarkan kompetensi dasar tersebut, alokasi waktu dalam

pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian ini dilaksanakan selama tiga

kali pertemuan atau sebanyak 6 jam pelajaran (6 x 40 menit). Berikut

adalah deskripsi materi keanekaragaman makhluk hidup.

1. Pentingnya Keanekaragaman Makhluk Hidup

Setiap makhluk hidup mempunyai peranan di dalam lingkungannya,

yaitu untuk menjaga keseimbangan dalam suatu ekosistem. Menurut Irwan,

1992 dan Resosoedarmo, dkk, 1986 dalam Indriyanto, 2008, ekosistem itu

mempunyai keteraturan sebagai perwujudan dari kemampuan ekosistem untuk

memelihara diri sendiri, mengatur diri sendiri, dan dengan sendirinya

(30)

menahan berbagai perubahan dalam sistem secara keseluruhan. Keseimbangan

ekosistem itu di atur oleh berbagai faktor yang sangat kompleks. Faktor-faktor

yang terlibat dalam mekanisme yang mengatur penyimpanan bahan-bahan,

pelepasan hara, pertumbahan organisme dan populasi, proses produksi, serta

dekomposisi bahan-bahan organik.

Odum,1993 dan Resosoedarmo dkk dalam Indriyanto,2008

mengemukakan bahwa ekosistem ditinjau dari segi penyusunnya terdiri atas

empat komponen, yaitu

a. Komponen abiotik, yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri atas

tanah, air, udara, sinar matahari, dan lain sebagainya.

b. Komponen produsen, yaitu organisme autotrofik yang pada umumnya

berupa tumbuhan hijau.

c. Komponen konsumen, yaitu organisme heterotrofik misalnya hewan

dan manusia yang makan organism lain.

d. Komponen pengurai, yaitu mikroorganisme yang hidupnya bergantung

kepada bahan organik dari organisme mati (hewan, tumbuhan, dan

manusia yang telah mati), misalnya bakteri dan jamur.

Selain itu, makhluk hidup, baik mikroorganisme, hewan, maupun

tumbuhan sangat dibutuhkan oleh manusia. Manusia tidak akan bisa hidup

tanpa makhluk hidup yang lainnya. Mikroorganisme, tumbuhan, dan hewan

(31)

sains. Berdasarkan hal tersebut, maka sudah sewajarnyalah manusia harus

melestarikan keberadaannya (Nurhayati, 2010: 265).

Usaha pelestarian harus dilakukan karena telah terjadi kerusakan

tumbuhan dan hewan. Kerusakan makhluk hidup yang berupa tumbuhan dan

hewan disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor bencana alam dan faktor

manusia.

a. Faktor Bencana Alam

Bencana alam banyak sekali jenisnya, seperti banjir, tanah longsor,

gunung meletus, kebakaran hutan, gempa bumi, dan gelombang tsunami.

Bencana alam dapat mengakibatkan kepunahan makhluk hidup karena

makhluk hidup tidak dapat mempertahankan hidupnya di lingkungan yang

sudah terkena bencana alam. Misalnya, akibat dari banjir dan lahar panas dari

letusan gunung berapi, menyebabkan hewan dan tumbuhan di daerah tersebut

akan mati karena tertimbun pasir dan lahar panas.

b. Faktor Manusia

Punahnya tumbuhan dan hewan juga bisa disebabkan karena tindakan

manusia yang tidak bertanggung jawab sehingga mengganggu kelestarian

tumbuhan dan hewan. Tindakan-tindakan yang tidak bertanggung jawab

tersebut, antara lain sebagai berikut.

1) Penggundulan hutan, gunung, dan bukit menyebabkan bancana alam

(32)

2) Perburuan hewan liar di hutan yang lambat laun dapat menyebabkan

kepunahan hewan tersebut.

3) Penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak dan racun,

mengakibatkan organisme lain yang ada di sungai atau laut tersebut akan

ikut mati.

4) Pengikisan plasma nutfah disebabkan oleh tergesernya bibit-bibit tanaman

tradisional oleh bibit unggul hasil penelitian. Misalnya jambu dan durian

lokal jumlahnya semakin sedikit (sudah jarang), karena para petani lebih

senang menanam jambu dan durian dari bibit unggul produk luar negeri.

2. Peranan Keanekaragaman Makhluk Hidup Bagi Manusia

a. Keanekaragaman Tumbuhan dan Hewan

Di SMP Negeri 3 Simpangkatis terdapat tumbuhan antara lain pinang

(Areca catechu), petai (Parkia speciosa), durian (Durio zibethinus),karet

(Hevea brasiliensis), papaya (Carica papaya), jarak (Ricinus communis),

angsana (Pterocarpus indicus), jambu mete (Anacardium occidentale), rukem

(Flacuortia rukam), kelapa (Cocus nucifera), bambu (Bambusa sp), pandan

(Pandanus tectorius Sol), sirsak (Annona muricata),kelor (Moringa oleifera),

cemara (Camara lantana), manggis dan rambutan (Nephelium lappaceum).

Hewan yang terdapat pada SMP Negeri 3 Simpangkatis adalah kucing

(Felis domestica), bunglon (Draco sp), kodok darat (Bufo terrestris), kadal

(Lacerda sp), siput (Achatina fulica), capung (Hetaerina america), lipan

(33)

b. Peranan Keanekaragaman Makhluk hidup Bagi Manusia

Tumbuhan dan hewan mempunyai peranan yang sangat penting bagi

manusia. Mereka menjaga ekosistem di mana manusia hidup dan

melangsungkan kehidupan. Beberapa peranan tersebut adalah

1) Sebagai Sumber Pangan, Perumahan, dan Kesehatan

Beberapa contoh tumbuhan dan hewan yang memiliki peranan penting

untuk memenuhi kebutuhan pangan, perumahan, dan kesehatan misalnya:

pangan berbagai biji-bijian (padi, jagung, kedelai, kacang), berbagai

umbi-umbian (ketela, singkong, suwek, garut, kentang), berbagai buah-buahan

(pisang, durian, nangka, mangga, rambutan), berbagai hewan ternak (ayam,

kambing, sapi); perumahan: kayu jati, sonokeling, meranti, kamfer; dan

kesehatan: tabat barito, pasak bumi, jahe, laos, lempuyang.

2) Sebagai Sumber Pendapatan

Keanekaragaman makhluk hidup merupakan bahan baku industri,

misalnya industri kosmetik, energi, minuman. Industri kosmetik misalnya:

kayu gaharu, cendana. Industri minuman: teh, kopi. Rempah-rempah: lada,

vanili, cabai, empon-empon. Perkebunan: kelapa sawit, karet. Energi: ubi

kayu untuk alkohol dan kayu urip untuk bensin.

3) Sebagai Sumber Plasma Nutfah

Hewan, tumbuhan, dan mikroba yang saat ini belum diketahui tidak

perlu dimusnahkan, karena mungkin saja di masa yang akan datang akan

(34)

(Azadirachta indica). Dahulu tanaman ini hanya merupakan tanaman pagar,

tetapi saat ini diketahui mengandung zat azadirakhtin yang memiliki peranan

sebagai anti hama dan anti bakteri. Buah mengkudu yang semula tidak

dimanfaatkan, sekarang diketahui memiliki khasiat untuk meningkatkan

kebugaran tubuh, mencegah dan mengobati penyakit tekanan darah.

4) Sebagai Keseimbangan Ekosistem

Keanekaragaman makhluk hidup memiliki peranan dalam

mempertahankan keberlanjutan ekosistem. Masing-masing jenis organisme

memiliki peranan di dalam ekosistemnya. Peranan ini tidak dapat digantikan

oleh jenis yang lain. Sebagai contoh, burung hantu dan ular di ekosistem

sawah merupakan pemakan tikus. Jika kedua pemangsa ini dilenyapkan oleh

manusia, maka tidak ada yang mengontrol populasi tikus. Akibatnya

perkembangbiakan tikus meningkat cepat dan di mana-mana terjadi hama

tikus.

Tumbuh-tumbuhan merupakan penghasil zat organik dan oksigen, yang

dibutuhkan oleh organisme lain. Selain itu, tumbuh-tumbuhan dapat

membentuk humus, menyimpan air tanah, dan mencegah erosi.

Keanekaragaman yang tinggi memperkokoh ekosistem. Ekosistem dengan

keanekaragaman yang rendah merupakan ekosistem yang tidak stabil.

Ekosistem dengan keanekaragaman yang tinggi merupakan ekosistem yang

(35)

sifat-sifat unggul (plasma nutfah) untuk dimanfaatkan di kemudian hari (Syamsuri,

dkk, 2002: 80).

5) Sumber Keilmuan

Keberadaan makhluk hidup berperan penting bagi perkembangan ilmu

pengetahuan dan merupakan lahan penelitian dan pengembangan ilmu.

6) Sumber Keindahan

Keindahan alam tidak terletak pada keseragaman tetapi pada

keanekaragaman. Bayangkan bila halaman rumahmu hanya ditanami satu

jenis tanaman saja, apakah indah ? Tentu akan lebih indah bila ditanami

berbagai tanaman seperti mawar, melati, palem, rumput, dan cabai.

3. Usaha-Usaha Pelestarian Keanekaragaman Makhluk Hidup

Perubahan habitat oleh manusia adalah ancaman tunggal terbesar terhadap

keanekaragaman makhluk hidup. Perusakan secara besar-besaran di sebabkan

oleh pertanian, pengembangan perkotaan, kehutanan, pertambangan dan

polusi lingkungan (Campbell, Reece, dan Mitchell, 2004: 414).

Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk pelestarian

keanekaragaman makhluk hidup antara lain sebagai berikut.

a. Pelestarian Secara In Situ

Pelestarian secara in situ adalah pelestarian yang dilakukan di

habitatnya. Misalnya: hutan lindung, taman nasional, perlindungan bunga

bangkai di Bengkulu, perlindungan komodo di Pulau Komodo, dan

(36)

b. Pelestarian Secara Ex Situ

Pelestarian secara ex situ adalah pelestarian hewan maupun tumbuhan

dengan cara dikeluarkan dari habitatnya dan dipelihara di tempat

lain.Pelestarian secara ex situ dapat dilakukan melalui cara-cara sebagai

berikut.

1) Kebun Koleksi

Di kebun koleksi, plasma nutfah tanaman (biasanya dilakukan terhadap

tanaman yang bermutu unggul saja) tetap dipertahankan dalam bentuk koleksi

hidup. Kebun koleksi bermacam-macam, seperti kebun koleksi kelapa di

Bone-Bone, buah-buahan di Paseh, mangga di Cukur Gondang, dan tebu di

Pasuruan.

2) Kebun Plasma Nutfah

Merupakan pengembangan kebun koleksi yang cakupannya lebih luas,

sebab tidak hanya tanaman yang unggul saja yang dipelihara, tapi juga sumber

hayati lainnya. Misalnya, kebun plasma nutfah yang dimiliki oleh LIPI di

Cibinong.

3) Kebun Botani

Kebun Raya Bogor adalah kebun botani pertama yang dikembangkan di

Indonesia, didirikan pada tahun 1817. Koleksi yang dipertahankan lebih

bersifat melestarikan jenis daripada plasma nutfah dalam arti yang sebenarnya

sehingga untuk setiap jenis hanya ditanam 2-5 individu. Dengan cara ini,

(37)

Contoh lainnya adalah kebun botani Puspitek Serpong yang

mengutamakan tumbuhan ekonomi yang belum mendapat prioritas utama

dalam pengembangannya serta yang berasal dari Indonesia sendiri.

4) Pengembangan Kebun Raya

Keindahan tanamannya juga dapat dijadikan sebagai obyek wisata

berupa agrowisata. Banyak daerah di Indonesia yang memiliki kekhususan

dalam kekayaan tanaman pangannya. Tanaman pangan, sebagai bagian dari

daya tarik agrowisata dapat ditata sebagai kekayaan flora daerah. Contohnya,

jika Manokwari akan mendirikan kebun raya, maka matoa dan talas yang

beranekaragam dapat dipamerkan di dalamnya. .

5) Penyimpanan dalam Kamar-kamar Bersuhu Dingin

Plasma nutfah yang disimpan dalam kamar bersuhu dingin ialah yang

berupa biji atau berkulit biji keras (berbiji keras). Biji ini tahan untuk

disimpan sampai puluhan tahun. Biji yang tidak dapat disimpan lama dengan

cara ini adalah biji nangka, alpukat, dan durian, karena bijinya berkulit tipis.

Di samping biji, jaringan, sel, dan organ tanaman pun dapat disimpan dalam

kamar-kamar bersuhu dingin dengan teknik penyimpanan yang membutuhkan

perlakuan secara cermat.

Karena keanekaragaman makhluk hidup sangat penting bagi manusia,

maka diperlukan upaya lain untuk melindunginya. Berbagai cara yang dapat

(38)

a. Membuat aturan perundangan yang dapat melindungi kelestarian makhluk

hidup.

b. Melakukan penyuluhan dan kampanye tentang pelestarian keanekaragaman

makhluk hidup.

c. Membuat taman nasional yang berfungsi sebagai tempat perlindungan

terhadap makhluk hidup dan ekosistemnya. Contoh taman nasional Kerinci

seblat di Jambi, Sumatra Barat, Sumatra Selatan dan Bengkulu.

d. Membuat cagar alam yang berfungsi untuk menjaga kondisi alam suatu

wilayah tetap dalam keadaan alami. Contoh cagar alam Pangandaran di

Jawa Barat.

e. Menetapkan hutan lindung yang berfungsi sebagai daerah resapan air,

mencegah erosi, melindungi habitat berbagai jenis makhluk hidup dan

menjaga tata guna air.

f. Membuat hutan wisata yang berfungsi sebagai hutan produksi guna di

ambil manfaatnya dan dapat digunakan untuk objek wisata.

g. Membuat taman laut, yang berfungsi untuk menjaga wilayah laut yang

memiliki keanekaragaman tinggi dan unik. Contoh taman laut Bunaken di

Sulawesi Utara.

h. Membuat kebun raya, yang berfungsi sebagai tempat koleksi tanaman dari

(39)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini definisi operasionalnya adalah

1. Pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok memiliki

langkah-langkah pembelajaran yaitu 1) Pada awal pembelajaran siswa akan

diberikan permasalahan yang berbeda kemudian setiap kelompok

memilih permasalahan tersebut. 2) Merencanakan penyelidikan untuk

menjawab permasalahan dengan berbagai pendekatan eksperimen dan

alokasi waktu melakukan penyelidikan. 3) Melakukan penyelidikan. 4)

Merencanakan presentasi hasil penyelidikan. 5) Melakukan presentasi

hasil penyelidikan. 6) Penilaian dalam penelitian ini dilakukan penilaian

mengenai pengalaman siswa secara individu dalam proses penyelidikan.

Proses pembelajaran ini dilakukan oleh peneliti.

2. Pemahaman konsep adalah skor hasil tes objektif yang dikembangkan

peneliti dan dijudgement oleh ahli pendidikan. Pemahaman konsep dalam

penelitian ini mencakup tiga tingkatan yaitu: translasi, interpretasi, dan

ekstrapolasi.

3. Keterampilan berpikir kreatif adalah skor hasil tes uraian yang

dikembangkan peneliti dan dijudgement oleh ahli pendidikan yang meliputi:

kemampuan memberikan banyak gagasan, jawaban dalam

menyelesaikan masalah; mencari banyak alternatif yang berbeda; selalu

(40)

yang baru; mampu membuat kombinasi yang tidak lazim dan mampu

memperkaya dan mengembangkan gagasan.

4. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang berpusat pada

guru yang di dominasi metode ceramah, di mana guru cenderung

sebagai sumber informasi bagi siswa dan siswa cenderung pasif dalam

menerima pelajaran. Langkah-langkah pembelajaran konvensional

diawali guru memberi informasi di depan kelas, menerapkan suatu

konsep, siswa mendengarkan penjelasan guru, siswa mencatat dan

sedikitnya bertanya ketika ada penjelasan guru yang kurang dipahami

serta latihan-latihan soal. Diakhiri pembelajaran guru memberikan

soal-soal pekerjaan rumah. Proses pembelajaran ini di lakukan oleh guru SMP

Negeri 3 Simpang katis kabupaten Bangka Tengah.

B. Metode dan Desain Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan peneliti adalah

quasi eksperiment. Menurut Emzir (2008) penelitian eksperimen

(experimental research) merupakan pendekatan penelitian kuantitatif

yang paling penuh dalam arti memenuhi semua persyaratan untuk

menguji hubungan sebab akibat.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain static

group pretes-postes design (Fraenkel & Wallen, 2006) artinya pengambilan

kelompok tidak secara acak, terdapat kelompok pembanding masing-masing

(41)

Siswa yang menjadi subjek penelitian terbagi dalam dua kelas

yaitu kelas eksperimen diberikan materi keanekaragaman makhluk

hidup dengan pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok,

sedangkan untuk kelas kontrol diberikan materi yang sama

menggunakan pembelajaran konvensional. Tabel 3.1 menunjukkan pola

desain yang dilakukan.

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Kelompok Pre-test Perlakuan Pos-test

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O1 Y O2

Keterangan:

O1 = Pemberian tes awal (pre-test).

O2 = Pemberian tes akhir (post-test)

X = Perlakuan dengan pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok

Y = Perlakuan dengan pembelajaran konvensiona.

C. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa-siswi di salah satu SMP

Negeri di kabupaten Bangka Tengah pada semester genap tahun

pelajaran 2011/2012 dengan populasi subjek yang berjumlah 96 orang.

Subjek penelitian ini tersebar pada tiga kelas (Kelas VII A, VII B,

VIIC). Pengambilan sampel ditentukan secara purposive oleh peneliti

dengan memilih dua kelas tertentu. Berdasarkan hal tersebut maka

ditetapkan kelas VII A sebagai kelas eksperimen dengan

menggunakanpembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok dan kelas

VII B sebagai kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran

konvensional.

(42)

D. Asumsi Penelitian

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Pemahaman konsep membantu siswa memahami informasi dan menarik

kesimpulan dengan kata-kata sendiri (Johnson, et al, 2000).

2. Keterampilan berpikir kreatif meliputi kelancaran, fleksibilitas,

orisinalitas dan elaborasi yang akan membantu siswa untuk menciptakan

ide-ide kreatif dan menyelesaikan masalah tertentu (Gilford dan

Torrance dalam Filsaisme, 2008).

3. Pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok melibatkan siswa

dalam penggalian informasi, investigasi, interaksi, interpretasi dan

motivasi intrinsik untuk pembelajaran dan bekerja sama serta

komunikasi dalam kelompoknya dapat ditingkatkan secara optimal

(Sharan dalam Zingaro, 2008).

E. Hipotesis

H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pemahaman konsep

dan keterampilan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen dengan kelas

kontrol pada materi keanekaragaman makhluk hidup melalui pembelajaran

kooperatif tipe investigasi kelompok.

H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara pemahaman konsep dan

keterampilan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol

pada materi keanekaragaman makhluk hidup melalui pembelajaran

(43)

F. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Studi Pendahuluan

Kajian kemampuan berpikir kreatif siswa Kajian tipe investigasi

kelompok Kajian konsep keanekaragaman

makhluk hidup, pemahaman konsep, dan keterampilan berikir kreatif

Ujicoba instrumen Rancangan pembelajaran tipe investigasi

kelompok materi keanekaragaman makhluk hidup

Penyusunan instrumen penelitian

Kelompok eksperimen

Pretes Pretes

Pembelajaran konvensional Pembelajaran kooperatif tipe

investigasi kelompok

Postes Postes

Analisis data

Interpretasi

Kesimpulan

Pelaporan

Kelompok kontrol Proses judgement

[image:43.595.105.564.150.723.2]

Revisi

(44)

Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap yaitu:

1. Tahap persiapan

Langkah pertama pada tahap persiapan adalah a) studi literature

terhadap kurikulum mata pelajaran dan beberapa buku biologi untuk

menganalisis konsep keanekaragaman makhluk hidup yang akan

disampaikan pada proses pembelajaran , kajian pemahaman konsep dan

keterampilan berpikir kreatif, b) membuat analisis konsep untuk

menentukan label konsep, definisi konsep, jenis konsep dan atribut

konsep tipe investigasi kelompok c) membuat peta konsep yang

meliputi konsep-konsep yang relevan dengan menggunakan kata

penghubung, d) studi keterampilan proses sains untuk menentukan

indikator yang akan dikembangkan dalam pembelajaran kooperatif tipe

investigasi kelompok, e) menyusun instrumen meliputi kisi-kisi soal dan

kisi-kisi tes pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kreatif.

Kemudian instrumen di judgement oleh ahli pendidikan. Hasil judgement

ditunjukkan pada Lampiran F-2.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini, dilakukan penerapan pembelajaran kooperatif yang

telah disiapkan . Dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe

investigasi kelompok, pelaksanaan dilapangan di bagi dalam dua

kelompok yaitu:

a) Tahap uji coba soal, diberikan di kelas VII (kelas yang sudah

(45)

dianalisis secara kuantitatif untuk mengukur tingkat kesukaran, daya

pembeda, validitas dan reliabilitas selanjutnya dilakukan revisi soal

sehingga diperoleh soal yang baik yang akan dipakai sebagai soal

pre tes dan pos tes dalam penelitian.

b) Tahap pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif

tipe investigasi kelompok dilakukan pada kelas eksperimen, sedangkan

pada kelas kontrol sebagai kelas pembanding menggunakan pembelajaran

konvensional. Kedua kelas di mulai dengan tes awal, kemudian pada

kelas eksperimen dilakukan pembelajaran dengan pembelajaran

kooperatif tipe investigasi kelompok dan kelas kontrol dengan

pembelajaran konvensional. Pada akhir pembelajaran kedua kelas

diberikan tes akhir. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe

investigasi kelompok memerlukan waktu 8 jam pelajaran yang terdiri

dari satu jam pelajaran (1 x 40 menit ) digunakan untuk tes awal, 6

jam pelajaran (6 x 40 menit) digunakan untuk kegiatan pembelajarn

tipe investigasi kelompok yang terbagi menjadi 3 kali pertemuan

dan satu jam pelajaran (1 x 40 menit) digunakan untuk tes akhir. Tes

awal dan tes akhir meliputi pemahaman konsep dan keterampilan

berpikir kreatif. Selama kegiatan pembelajaran dilakukan observasi

terhadap siswa yang dilakukan oleh guru biologi lainnya.

Selanjutnya siswa diminta untuk mengisi angket untuk memberikan

tanggapan mengenai pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok

(46)

3. Tahap Analisis Data dan Penyusunan Laporan

Data yang terkumpul melalui penelitian ini di bagi menjadi 2

kelompok yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif

disampaikan secara deskriptif sedangkan data kuantitatif diolah secara

statistik kemudian dilakukan penyusunan laporan.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Tes Pemahaman Konsep; Tes ini berbentuk pilihan ganda yang

digunakan untuk mengevaluasi pemahaman konsep keanekaragaman

makhluk hidup yang dimiliki siswa. Tes ini dilakukan sebanyak dua

kali, yaitu sebelum (tes awal) dan setelah perlakuan (tes akhir). Tes

awal digunakan untuk mengetahui pemahaman awal siswa pada

konsep tersebut. Tes akhir digunakan untuk mengetahui dampak dari

perlakuan terhadap kondisi awal yang kemudian dibandingkan dengan

kelas kontrol. Hasil tes ini akan dihitung gain yang dinormalisasi

(N-gain) dan digunakan untuk melihat peningkatan pemahaman

konsep yang dikembangkan melalui pembelajaran penerapan

pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok.

2. Tes Keterampilan Berpikir Kreatif; Tes ini berupa tes uraian

yang digunakan untuk mengevaluasi keterampilan berpikir siswa.

Aspek-aspek keterampilan berpikir kreatif yang akan diukur pada

(47)

jawaban dalam menyelesaikan masalah; mencari banyak alternatif

yang berbeda; selalu memikirkan lebih dari satu jawaban; mampu

melahirkan ungkapan yang baru; mampu membuat kombinasi yang

tidak lazim dan mampu memperkaya dan mengembangkan gagasan.

Tes ini diberikan sebelum dan setelah pembelajaran berlangsung.

3 Angket Skala Likert; Penggunaan angket dalam penjaringan data

pada penelitian ini untuk memperoleh informasi mengenai respon

siswa dan guru terhadap penggunaan pembelajaran kooperatif tipe

investigasi kelompok. Guru dan siswa diminta untuk melakukan

persetujuan terhadap setiap pernyataan yang diberikan sesuai dengan

yang mereka alami, rasakan, dan lakukan dengan cara memberi tanda

ceklist pada setiap pernyataan. Bentuk pertanyaan dan pernyataan

yang terdapat pada angket berupa pilihan jawaban yang berjumlah

sesuai dengan aspek yang akan diukur. Angket yang digunakan

dalam penelitian ini menggunakan skala likert, dengan empat kategori

tanggapan yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS),

dan Sangat Tidak Setuju (STS).

4. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dan Guru; Observasi

dilakukan untuk mengetahui bagaimana keterlaksanaan pembelajaran

melalui observasi aktivitas siswa dan guru selama kegiatan

pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan observasi dilakukan oleh

pengamat dengan cara mengisi lembar observasi yang telah disiapkan

(48)

kontrol untuk mengetahui bagaimana aktivitas siswa dan guru selama

kegiatan pembelajaran. Observer melakukan pengamatan dan memberi

penilaian sesuai rambu-rambu yang telah digariskan dalam lembar

observasi, berupa memberi tanda ceklist pada kolom Ya atau Tidak

yang menandakan kegiatan pada setiap fase pembelajaran dapat

terlaksana atau tidak berdasarkan pengamatan observer.

H. Teknik Analisis Data

1. Analisis Butir Soal

Untuk keperluan pengumpulan data dibutuhkan suatu tes yang

baik. Tes yang baik biasanya memenuhi kriteria tingkat kesukaran

yang layak, daya pembeda yang baik, validitas tinggi, dan reliabilitas

tinggi. Untuk mengetahui karakteristik kualitas tes yang digunakan

tersebut, maka sebelum dipergunakan, tes tersebut diuji coba untuk

mendapatkan gambaran tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas,

dan reliabilitasnya. Langkah-langkah pengujian instrumen adalah

sebagai berikut:

a. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar

atau mudahnya suatu soal, dengan menggunakan rumus:

B

P

JS

(Arikunto, 2002)

dengan:

P : Indeks kesukaran

(49)

JS : Jumlah seluruh siswa peseta tes

[image:49.595.126.503.143.741.2]

Klasifikasi untuk indeks kesukaran adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2. Kategori Tingkat Kesukaran B

Gambar

Tabel 2.1.  Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Tabel 2.2.  Indikator Aptitude dari Berpikir Kreatif
Tabel 2.3  Standar  Kompetensi  dan  Kompetensi  Dasar
Gambar  3.1. Alur Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar dan motivasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada pokok

Professional Education Quality (HPEQ) melalui skema pendanaan PHK-PKPD, dalam bidang keahlian tertentu untuk perencanaan, pengembangan, atau implementasi suatu

[r]

[r]

Data yang disajikan jenis data sekunder dan teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu meneliti bahan pustaka atau yang

World Food Programme (WFP) adalah badan dalam system PBB yang tidak membatasi jumlah anggotanya dan mempunyai tujuan khusus untuk menangani bantuan pangan bagi semua orang didunia

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan kausal faktor-faktor yang diasumsikan dapat mempengaruhi proses pelayanan di terminal kargo.. Model hubungan kausal