DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ……… iv
ABSTRAK ………. v
KATA PENGANTAR……… vi
DAFTAR ISI ……….. ix
DAFTAR TABEL ……….. xi
DAFTAR GAMBAR ………. xii
DAFTAR LAMPIRAN ……….. xiii BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah………..
B.Rumusan Masalah ………
C.Batasan Masalah………..
D.Tujuan Penelitian……….
E. Manfaat Penelitian………..
1 6 7 7 8
BAB II PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK
UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF PADA MATERI KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP
A.Pembelajaran Kooperatif... B.Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok... C.Pemahaman Konsep...
D.Keterampilan Berpikir Kreatif……….………
E. Pembelajaran Konvensional………
F. Ruang Lingkup Materi Keanekaragaman Makhluk Hidup……….
9 12 15 18 22 24
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A.Definisi Operasional………..
B.Metode dan Desain Penelitian………
C.Populasi dan Sampel………..
D.Asumsi Penelitian………..
E. Hipotesis...
F. Prosedur Penelitian………
G.Instrumen Penelitian……….
H.Teknik Analisis Data……….
34 35 36 37 37 38 41 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian
1. Pemahaman konsep Keanekaragaman Makhluk Hidup... a. Pengujian Statistik Peningkatan Pemahaman Konsep……… b. Deskripsi Peningkatan Pemahaman Konsep……….. c. Deskripsi Peningkatan Pemahaman Konsep setiap Tipe
Kemampuan………
d. Deskripsi Peningkatan Pemahaman Konsep Tiap Label
2. Keterangan berpikir Kreatif………. a. Pengujian Statistik Peningkatan Keterampilan Berpikir
Kreatif……….
b. Deskripsi Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif…….
3. Keterlaksanaan Pembelajaran ……….
4. Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran ………. 5. Tanggapan Guru Terhadap Pembelajaran………..
B.Pembahasan
1. Pemahaman Konsep………
2. Keterampilan Berpikir Kreatif………
3. Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran………. 4. Kelebihan Pembelajaran kooperatif Tipe Investigasi Kelompok
Pada Materi Keanekaragaman Makhluk Hidup
63
63 64
67 72 74
74 78 80
81
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan ………..
B.Saran ………
83 84
DAFTAR PUSTAKA ……… 86
Halaman
2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif……… 12 2.2
2.3 3.1 3.2
Indikator Aptitude dari Berpikir Kreatif………..
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar……… Desain Penelitian………. Kategori Tingkat Kesukaran Butir Soal………..
20 24 36 44 3.3 3.4 3.5
Kategori Daya Pembeda Butir Soal………
Kategori Validitas Butir Soal………. Kriteria Reliabilitas Tes……….
44 45 46 3.6
3.7
Kriteria Tingkat Gain... Kriteria Pengambilan Keputusan Uji t...
47 49 3.8
3.9 3.10
Kategori Analisis Angket... Distribusi Soal Kemampuan Pemahaman Konsep... Distribusi Hasil Uji Coba Validitas Butir Soal...
50 50 51 3.11 3.12 3.13 3.14
Rekapitulasi Tingkat Kesukaran……….
Rekapitulasi Daya Pembeda………
Distribusi soal keterampilan Berpikir Kreatif………. Distribusi Hasil Uji Coba Validitas Tes………..
52 53 54 55 3.15 3.16
Rekapitulasi Tingkat Kesukaran……….
Rekapitulasi Daya Pembeda………
55 56 3.17 Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran……….. 57 4.1
4.2
Hasil Uji Normalitas, Homogenitas dan Uji t Peningkatan
(N-gain) Tes Pemahaman Konsep……….
Hasil Uji Normalitas, Homogenitas, dan Uji t Peningkatan (N-gain) Tes Keterampilan Berpikir Kreatif………
59
64 4.3
4.4
Rekapitulasi Hasil Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran…
DAFTAR GAMBAR
Halaman
3.1 Alur Penelitian……….. 38
4.1 Perbandingan Persentase Skor Rata-Rata Tes awal, Tes akhir dan N-gain Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol... 61 4.2 Perbandingan Nilai N-gain untuk Setiap Tipe Kemampuan
Pemahaman Konsep………. 61
4.3 Perbandingan N-gain Pemahaman Konsep untuk Setiap Label
Konsep Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol………….. 62 4.4 Perbandingan Persentase Skor Rata-Rata Tes awal, Tes akhir
dan N-gain keterampilan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol……… 65
4.5 Perbandingan N-gain Keterampilan Berpikir Kreatif untuk
Halaman
A: Perangkat Pembelajaran ... 92
B: Instrumen Tes ... 126
C: Data Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kreatif ... 155
D: Uji Statistik ... 170
E: Angket dan Observasi ... 176
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep saja tetapi
juga merupakan suatu proses penemuan (BSNP, 2006). Carin dan Sund
dalam BSNP, 2006 mendefinisikan IPA sebagai “pengetahuan yang sistematis
dan tersusun secara teratur, berlaku umum, dan berupa kumpulan data hasil
observasi dan eksperimen”. Merujuk pada pengertian IPA itu,maka dapat
disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu: (1) sikap:
rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta
hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat
dipecahkan melalui prosedur yang benar; (2) prosedur: prosedur pemecahan
masalah melalui metode ilmiah yang meliputi penyusunan hipotesis,
perancangan eksperimen, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan;
(3) produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum; (4) aplikasi: penerapan
metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
Sejauh ini pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh pandangan
Kelas masih terfokus kepada guru sebagai sumber pengetahuan, kemudian
ceramah, tanya jawab, dan diskusi menjadi pilihan utama strategi mengajar
(Depdiknas dalam Rustaman, et al, 2003). Hakekat pendidikan adalah untuk
mengejar pencapaian kualitas hidup yang tinggi para peserta didiknya.
Pendidikan harus mampu membongkar dan mengembangkan keseluruhan
potensi kemanusiaan seorang peserta didik sehingga ia memiliki
kesanggupan untuk hidup di era mendatang yang memiliki kompleksitas
permasalahan yang jauh lebih rumit dari yang ada saat ini (Suhandoyo,
1993).
Pendidikan IPA bagi siswa harus dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kritis dan kebiasaan untuk mengembangkan pemikiran, pengertian yang lebih
baik tentang kontribusi IPA terhadap kehidupan pribadi dan masyarakat serta
meningkatkan tanggung jawab siswa terhadap sistem nilai dan etika yang positif
(Hurd dalam Poedjiadi, 1992).
Kualitas pendidikan IPA dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain: faktor
anak didik, faktor guru, faktor sarana dan prasarana yang terakumulasi dalam
penampilan proses pembelajaran. Jadi titik sentral pembenahan pendidikan IPA
terletak pada kualitas proses pembelajaran yang terjadi (Soedjiarto, 1977).
Pembelajaran Biologi sebagai salah satu bagian dari sains memiliki
empat tujuan yaitu mengajarkan fakta-fakta biologi, mengembangkan
kemampuan, mengajarkan keterampilan, dan mendorong sikap yang nyata.
untuk dapat mengoptimalkan dan membangkitkan potensi siswa,
menumbuhkan aktivitas serta kreativitas, sehingga akan menjamin terjadinya
dinamika di dalam proses pembelajaran. Pembelajaran berbasis masalah
dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan kinerja, memberikan
kesempatan bagi siswa untuk bekerja sebagai tim dan terlibat langsung
dengan alam, serta berpengaruh dalam berperilaku dan peran sosial dalam
kelompok (Sugar, et al (2008), Ekeke (2007) dan Anderson, 2009).
Beberapa alasan mengenai mengapa pembelajaran kooperatif tipe
investigasi kelompok perlu dikembangkan, menurut Mafune dalam Rusman
(2011) Pertama dipandang sebagai proses pembelajaran yang aktif, sebab
siswa akan lebih banyak belajar melalui proses pembentukan dan
penciptaan, kerja dalam kelompok dan berbagi pengetahuan serta tanggung
jawab individu. Kedua untuk meningkatkan kemampuan kreativitas siswa
dapat di tempuh melalui pengembangan proses kreatif menuju suatu
kesadaran dan pengembangan alat bantu yang secara eksplisit mendukung
kreativitas. Ketiga komponen emosional lebih penting daripada intelektual,
yang tak rasional lebih penting daripada yang rasional.
Keanekaragaman makhluk hidup merupakan materi yang menarik untuk
dijadikan dasar penelitian karena pada keanekaragaman makhluk hidup
terdapat masalah-masalah berupa gangguan usaha pelestarian dan
spesies endemik. Menurut Wiryono (2010) dan junaidi (2006) dalam Bangka
Pos (2010), mengatakan propinsi Kepulauan Bangka Belitung hanya
memiliki 20 satwa langka seperti pelanduk (kancil), trenggiling, babi hutan
dan aneka jenis ular termasuk ular lokal. Aktivitas perburuan liar disinyalir
ikut menjadi penyebab kelangkaan hewan tersebut. Menurut Ramadoss dan
Moli (2010) dan Randler (2008), bahwa program pendidikan keanekaragaman
makhluk hidup secara aktif dapat meningkatkan pengetahuan siswa tentang
spesies hewan atau tumbuhan, minat dan keterampilan dalam rangka
melindungi dan melestarikan sumber daya alam setempat serta sebagai
aspek fundamental untuk belajar dan memahami keanekaragaman makhluk
hidup.
Menurut Piaget dan Vigotsky dalam Rusman ( 2011), adanya aspek
sosial dari sebuah proses belajar dan juga tentang penggunaan
kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan anggotanya yang beragam, sehingga
terjadi perubahan konseptual. Piaget menekankan bahwa belajar adalah
sebuah proses aktif dan pengetahuan di susun di dalam pikiran siswa. Di
samping aktivitas dan kreativitas yang diharapkan dalam sebuah proses
pembelajaran dituntut interaksi yang seimbang, interaksi yang dimaksudkan
adalah adanya interaksi atau komunikasi banyak arah yang memungkinkan
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa pembelajaran kooperatif
dapat meningkatkan berpikir sains dan pemahaman konsep (Sopiah dan Adilah,
2008). Pembelajaran kooperatif investigasi kelompok memberikan pengaruh
signifikan terhadap prestasi akademik dan pemahaman konsep termokimia dari
pada pembelajaran kooperatif jigsaw (Kemal dkk, 2009). Model perubahan
konseptual berseting investigasi kelompok meningkatkan pemahaman konsep
dan pemecahan masalah dari pada model perubahan konseptual berseting STAD
ataupun model linear berseting STAD (Santyasa, 2008). Pembelajaran
kooperatif tipe investigasi kelompok yang menggunakan penilaian diri pada
materi kalor dapat meningkatkan keterampilan generik sains dan pemahaman
konsep siswa SMA (Junaedi, 2010). Penerapan model pembelajaran group
investigasi berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan, proses skill, dan
sikap mahasiswa calon guru biologi terhadap konservasi biodiversitas
(Leksono, 2011).
Berdasarkan latar belakang dan kajian yang dikemukakan di atas,
maka akan dilakukan penelitian peningkatan pemahaman konsep dan
keterampilan berpikir kreatif siswa SMP melalui pembelajaran kooperatif tipe
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Bagaimanakah
peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kreatif siswa SMP
melalui pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok pada materi
keanekaragaman makhluk hidup ?
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka dapat diuraikan dalam
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peningkatan pemahaman konsep siswa SMP melalui
pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok pada materi keanekaragaman
makhluk hidup ?
2. Bagaimanakah peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa SMP melalui
pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok pada materi keanekaragaman
makhluk hidup ?
3. Bagaimanakah peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir
kreatif untuk setiap indikator ?
4. Bagaimanakah perbedaan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir
kreatif antara kelas eksperimen dan kelas kontrol ?
5. Bagaimanakah tanggapan siswa dan guru terhadap pembelajaran kooperatif
C. Batasan Masalah
Supaya permasalahan dalam penelitian ini lebih terarah, maka
permasalahan dibatasi sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran tipe
investigasi kelompok dengan enam tahapan yaitu menyajikan berbagai
masalah, merencanakan investigasi, melakukan investigasi, merencanakan
presentasi, membuat dan melakukan presentasi dan penilaian.
2. Materi keanekaragaman makhluk hidup yang dipelajari meliputi pentingnya
keanekaragaman makhluk hidup, peranan keanekaragaman makhluk hidup
bagi manusia, dan usaha-usaha pelestarian keanekaragaman makhluk hidup.
3. Pemahaman konsep yang diukur mencakup tiga tingkatan yaitu translasi,
interpretasi, dan ekstrapolasi. Pengukurannya menggunakan tes
pemahaman konsep.
4. Keterampilan berpikir kreatif meliputi; (1) kemampuan berpikir lancar, (2)
Kemampuan berpikir luwes, dan (3) kemampuan berpikir orisinal.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep dan
keterampilan berpikir kreatif melalui pembelajaran kooperatif tipe investigasi
kelompok pada materi keanekaragaman makhluk hidup, serta bagaimana
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan bermanfaat dalam memperbaiki proses
pembelajaran IPA di SMP, khususnya tentang materi keanekaragaman
makhluk hidup. Manfaat yang dapat di ambil antara lain:
1. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi, wawasan dan menjadi
masukan untuk memperkaya alternatif model pembelajaran yang dapat
menggali dan menumbuh-kembangkan kreativitas siswa dan pembelajaran
IPA Terpadu khususnya biologi.
2. Bagi Pembuat Kebijakan
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dalam membuat
kebijakan pendidikan, yaitu dalam pengembangan pembelajaran pada
tingkat nasional, daerah dan tingkat operasional sekolah.
3. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan pengembangan ilmu bagi
peneliti lain yang akan melaksanakan penelitian lebih jauh lagi
mengenai pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok, baik pada
BAB II
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN
KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF PADA MATERI KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP
A. Pembelajaran Kooperatif
Definisi belajar kooperatif menurut Johnson & Johnson (1994)
adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil, siswa
belajar dan bekerja sama untuk sampai kepada pengalaman belajar yang
optimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok.
Suherman (2001) mengemukakan hal-hal yang harus dipenuhi dalam
kelompok kecil pembelajaran kooperatif adalah mereka harus merasa
bahwa 1) mereka adalah bagian dari tim dan tujuan yang hendak dicapai
adalah tujuan bersama, 2) masalah yang mereka hadapi adalah masalah
kelompok dan berhasil tidaknya kelompok menjadi tanggung jawab
bersama, 3) untuk mencapai hasil maksimal mereka harus berbicara satu
sama lain dalam mendiskusikan masalah yang mereka hadapi, dan 4)
setiap pekerjaan siswa berakibat langsung pada keberhasilan
kelompoknya.
Menurut Slavin (1995) suatu model pembelajaran dimana siswa belajar
dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya terdiri-dari empat sampai enam orang, dengan struktur
karakter pembelajaran kooperatif antara lain menukar gagasan dan ide,
memberikan karakter pembelajaran kooperatif antara lain menukar gagasan
dan ide, memberikan kesempatan yang sama untuk berhasil, pembagian
kelompok heterogen dengan anggota empat sampai enam orang.
Di dalam pembelajaran kooperatif terdapat lima unsur penting, yaitu:
1) Pertama, Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam
belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk
mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan
sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Siswa akan merasa
bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil
terhadap suksesnya kelompok.
2) Kedua, Interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif
akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini, terjadi dalam hal seorang
siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok.
Saling memberikan bantuan ini akan berlangsung secara alamiah karena
kegagalan seseorang dalam kelompok mempengaruhi suksesnya kelompok.
Untuk mengatasi masalah ini, siswa yang membutuhkan bantuan akan
mendapatkan dari teman sekelompoknya. Interaksi yang terjadi dalam belajar
kooperatif adalah dalam hal tukar-menukar ide mengatasi masalah yang
sedang dipelajari bersama.
3) Ketiga, Tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam
membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan (b) siswa tidak dapat hanya
sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman jawab siswa dan teman
sekelompoknya.
4) Keempat, Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar
kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan seorang
siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam
kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan
menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut keterampilan khusus.
5)Kelima, Proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa
proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok
mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan
membuat hubungan kerja yang baik. (Johnson dan Sulton dalam
Trianto,2009).
Belajar kooperatif dapat berbeda dalam banyak cara, tetapi dapat
dikategorikan sesuai dengan sifat berikut, (1) tujuan kelompok; (2) tanggung
jawab individual; (3) kesempatan yang sama untuk sukses; (4) kompetisi
kelompok; (5) spesialisasi tugas; dan (6) adaptasi untuk kebutuhan individu
(Slavin dalam Trianto, 2009).
Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang
menggunakan pembelajaran kooperatif . Langkah-langkah itu ditunjukkan
Tabel 2.1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
Fase-1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Fase-2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Fase-3 Mengorganisasikan
siswa ke dalam kelompok kooperatif
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar
melakukan transisi secara efisien. Fase-4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Fase-5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase-6 Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dari kelompok
Sumber: Ibrahim dalam Trianto (2009).
B. Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok
Dalam pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok terdapat
tiga konsep utama, yaitu penelitian, pengetahuan dan dinamika kelompok
(Winaputra, 2001). Penelitian merupakan proses dinamika siswa
memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut.
Pengetahuan merupakan pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik
secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok
berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling
bertukar pengalaman melalui proses saling berargumentasi.
Penerapan pembelajaran kooperatif investigasi kelompok terdiri
atas enam atau fase yang bertindak sebagai petunjuk bagi guru dalam
mengatur pembelajaran ( Tan, et al, 2006), yaitu
Tahap 1: Guru menyajikan berbagai masalah kepada seluruh siswa.
Masalah biasanya disesuaikan dengan kurikulum. Pemberian masalah
yang akan diselidiki dapat didukung dengan tampilan bahan ajar
misalnya gambar, demonstrasi, video dan surat kabar dengan tujuan
untuk membangun rasa ingin tahu dan ketertarikan siswa. Guru
kemudian mengajukan pertanyaan dalam bentuk berbagai permasalahan.
Semua pertanyaan tersebut kemudian dikategorikan menjadi beberapa
topik untuk dapat diselidiki oleh kelompok secara terpisah.
Tahap 2: Kelompok merencanakan investigasi. Dalam kelompok
masing-masing siswa terlibat dalam perencanaan penyelidikan secara
kooperatif. Dari daftar pertanyaan, mereka memilih pertanyaan yang
disesuaikan dengan topik dan menambahkan bahan-bahan yang mereka
perlukan, menentukan seting pelaksanaan investigasi, dan
langkah-langkah investigasi termasuk hasil pengamatan yang akan diperoleh.
Mereka juga merencanakan alokasi waktu untuk bekerja.
Tahap 3: Kelompok melakukan investigasi. Siswa selanjutnya
informasi dari berbagai sumber, mengorganisir temuan dan mencatat data
hasil penyelidikan. Mereka melaporkan temuan mereka kepada teman
sekelompoknya. Kemudian mereka berdiskusi, menganalisis,
menerjemahkan dan mengintegrasikan temuan mereka untuk
mempersiapkan sebuah hasil yang mencerminkan usaha setiap siswa.
Tahap 4: Kelompok merencanakan presentasi. Kelompok
merencanakan bagaimana melakukan presentasi didepan kelas. Kelompok
menentukan temuan mereka dan bagaimana cara terbaik menyajikan
temuan mereka. Penekanannya pada penyajian ide utama dan kesimpulan
hasil penyelidikan mereka.
Tahap 5: Kelompok membuat dan melakukan presentasi. Setiap
kelompok mempersembahkan satu aspek masalah umum yang telah
mereka selidiki. Setiap kelompok mempelajari topik masalah yang
berbeda dari kelompok lain.
Tahap 6: Penilaian. Siswa dan guru menilai setiap kontribusi
kelompok selama presentasi. Evaluasi mengambil beberapa pertimbangan
sebagai berikut: a) produk akhir kelompok; b) pengetahuan siswa yang
diperoleh selama investigasi; c) seberapa baik proses penyelidikan
dilakukan oleh kelompok; d) pengalaman individu selama proses
C. Pemahaman Konsep
Belajar merupakan proses memperoleh pengetahuan yang didalamnya
terdapat konsep. Konsep merupakan gabungan mental dari gejala alam
yang memiliki lingkup yang luas mengenai keteraturan kejadian atau obyek
yang dinyatakan dalam suatu label (Novak & Canas, 2006). Konsep adalah
dasar perkembangan mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip
dan generalisasi. Ausubel (Dahar, 1996) mengemukakan bahwa konsep
diperoleh melalui dua cara yaitu ekspansi konsep dan asimilasi konsep.
Ekspansi konsep erat kaitannya dengan perolehan ilmu melalui proses
induktif sedangkan asimilasi konsep erat kaitannya dengan proses deduktif.
Dalam biologi siswa dituntut untuk mampu memahami konsep yang ada.
Pemahaman konsep akan membantu siswa memahami dan menyelesaikan
soal-soal atau menyelesaikan permasalahan yang ada kaitannya dengan
kehidupan sehari-hari.
Menurut kamus Bahasa Indonesia, pengertian pemahaman adalah
mengerti benar atau memahami benar. Menurut Johnson, et al (2000)
pemahaman adalah kemampuan menerangkan sesuatu dengan kata-kata
sendiri. Dalam pengertian ini pemahaman memiliki tiga aspek yaitu
kemampuan menjelaskan, kemampuan mengenai informasi dan kemampuan
menarik kesimpulan. Pengertian yang lain pemahaman adalah kemampuan
menerapkan sesuatu dengan kata-kata sendiri, mengenali sesuatu yang
buku teks (Baharudin, 1982). Menurut Bloom dalam Sudjana (2005)
pemahaman dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:
a. Translasi, kemampuan ini berkaitan dengan kemampuan siswa dalam
menerjemahkan konsepsi abstrak menjadi suatu model simbolik sehingga
siswa mudah mempelajarinya, contohnya: menerjemahkan kalimat soal
menjadi bentuk lain berupa variabel-variabel, terdapat beberapa kemampuan
dalam proses translasi diantaranya, yaitu:
1. Menerjemahkan suatu abstraksi kepada abstraksi yang lain
2. Menerjemahkan suatu bentuk simbol yang lain atau sebaliknya.
3. Menerjemahkan dari satu bentuk pengertian pada bentuk yang lain
b. Interpretasi, kemampuan ini adalah kemampuan untuk mengenal dan
memahami ide utama suatu komunikasi, misalnya diberikan suatu diagram,
tabel, grafik atau gambar-gambar lainnya dalam pelajaran biologi dan minta
ditafsirkan, terdapat beberapa kemampuan dalam proses interpretasi, yaitu:
1. Kemampuan memahami dan menginterpretasikan berbagai bacaan secara
dalam dan jelas
2. Kemampuan untuk membedakan pembenaran atau penyangkalan suatu
kesimpulan yang digambarkan oleh suatu data
3. Kemampuan untuk menafsirkan berbagai data sosial
4. Kemampuan untuk membuat batasan (qualification) yang tepat ketika
c. Ekstrapolasi, kemampuan ekstrapolasi menuntut kemampuan intelektual
yang lebih tinggi misalnya membuat telaah tentang kemungkinan apa yang
akan berlaku. Pemahaman ekstrapolasi menuntut kemampuan untuk
meramalkan kecenderungan suatu data dan suatu bentuk data yang lain
namun serupa. Terdapat beberapa kemampuan dalam proses ekstrapolasi
yaitu:
1. Kemampuan menarik kesimpulan dan suatu pernyataan yang eksplisit
2. Kemampuan menggambarkan kesimpulan dan menyatakannya secara
efektif (mengenali batas data, memformulasikan kesimpulan yang akurat
dan mempertahankan hipotesis)
3. Kemampuan menyisipkan satu data dalam sekumpulan data yang
diketahui kecenderungannya
4. Kemampuan untuk memperkirakan konsekuensi dalam suatu bentuk
komunikasi yang digambarkan
5. Kemampuan menjadi peka terhadap fakta-fakta yang dapat membuat
prediksi tidak akurat
6. Kemampuan untuk membedakan konsekuensi yang menjadi peluang
keluaran rendah dan tinggi
7. Kemampuan membedakan nilai pertimbangan dari suatu prediksi
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan abstraksi
dari ciri-ciri karakter atau atribut yang sama dari sekelompok objek dan
kelompok lain yang dapat diterima secara umum. Dengan demikian
pemahaman konsep diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam
mengungkapkan kembali suatu objek tertentu berdasarkan ciri-ciri yang
dimiliki oleh objek tersebut.
D.Keterampilan Berpikir Kreatif
Santrock (2007) menyatakan bahwa berpikir adalah memanipulasi atau
mengelola dan mentransformasi dalam memori. Ini sering dilakukan untuk
membentuk konsep, bernalar dan berpikir secara kritis, membuat keputusan,
berpikir kreatif dan memecahkan masalah. Berdasarkan prosesnya berpikir dapat
dikelompokkan dalam berpikir dasar dan berpikir kompleks. Proses berpikir
kompleks yang disebut berpikir tingkat tinggi meliputi pemecahan masalah,
pengambilan keputusan, berpikir kritis dan berpikir kreatif.
Menurut Dewey (Filsaisme, 2008) berpikir kreatif sebagai proses
pemecahan masalah. Dia mendeskripsikan proses pemecahan masalah dalam
lima langkah logis: (1) sebuah kesulitan ditinggalkan, (2) kesulitan tersebut
ditemukan dan didefinisikan , (3) mempertimbangkan beberapa solusi yang
mungkin, (4) konsekuensi-konsekuensi dari solusi-solusi tersebut
dipertimbangkan, dan (5) salah satu solusi diterima dan digunakan. Sedangkan
Osbon dalam (Filsaisme, 2008) mendefinisikan berpikir kreatif sebagai proses
penyelesaian masalah yang bisa memunculkan solusi-solusi kreatif untuk
masalah yang ada. Proses ini mencakup tiga tahap: (1) penemuan fakta, (2)
Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru,
berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada (Munandar, 1999).
Sedangkan Perkin (Marzano, et al, 1988) mendefinisikan berpikir kreatif sebagai
hasil tindakan internal (mengambil keputusan, merumuskan hipotesis, menarik
kesimpulan), dan eksternal (membuat analogi, memiliki gagasan baru untuk
eksperimen), berpikir yang konsisten, bermakna, berbicara hanya dalam garis
besarnya saja, asli dan tepat sesuai kriteria yang dipersyaratkan.
Torrance (Munandar, 2009) mendefinisikan kreativitas dalam dimensi process yang pada dasarnya menyerupai langkah-langkah dalam metode ilmiah,
yaitu: … the process of 1) sensing difficulties, problem, gaps in information, missing elements, something asked; 2) making guesses and formulating hypotheses about these deficiencies; 3) evaluating and testing these guesses and hypothese; 4) possibly revising and retesting them; and finally 5) communicating the results.
Ciri-ciri kreativitas yang berhubungan dengan berpikir kreatif yaitu (1)
keterampilan berpikir lancar (fluency); (2) keterampilan berpikir luwes/fleksibel
(flexibility); (3) keterampilan berpikir orisinal (originality); (4) dan keterampilan
memperinci (elaboration) (munandar, 2009).
Berikut ini merupakan pemaparan ciri-ciri aptitude yang mengacu pada
William (Munandar, 1999), yang meliputi perumusan definisi yang menjelaskan
konsepnya, dan contoh perilaku siswa yang mencerminkan ciri-ciri tersebut
Tabel 2.2. Indikator Aptitude dari Berpikir Kreatif
No Komponen kreativitas
Definisi Perilaku Siswa
1 Kemampuan
berpikir lancar (Fluency)
a. Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah b. Memberikan banyak
cara atau saran untuk melakukan berbagai hal c. Selalu memikirkan
lebih dari satu jawaban
a. Mengajukan banyak pertanyaan b. Menjawab dengan sejumlah jawaban
jika ada pertanyaan
c. Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah
d. Lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya
b. Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak daripada anak-anak lain. c. Dapat dengan cepat melihat
kesalahan atau kekurangan pada suatu objek atau situasi
2 Kemampuan
berpikir luwes (flexibility)
a. Menghasilkan jawaban, gagasan, atau
pertanyaan yang bervariasi
b. Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda
c. Mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda d. Mampu mengubah cara
pemikiran atau cara pendekatan
a. Memberikan aneka ragam penggunaan yang tidak lazim terhadap suatu objek.
b. Memberikan macam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita atau masalah
c. Menerapkan suatu konsep dengan cara yang berbeda-beda
d. Memberikan pertimbangan terhadap situasi
e. Dalam membahas atau
mendiskusikan suatu situasi selalu mempunyai posisi yang berbeda atau bertentangan dari mayoritas
kelompok
f. Jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam cara yang berbeda untuk menyelesaikannya g. Menggolongkan hal-hal menurut
kategori yang berbeda-beda. h. Mampu mengubah arah berpikir
secara spontan.
3 Kemampuan
berpikir orisinil
a. Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik
(Originality) b. Memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkap-kan diri c. Mampu membuat
kombinas-ikombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.
b. Mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru
c. Memilih asimetri dalam gambar atau membuat desain
d. Memiliki cara berpikir yang lain daripada yang lain
e. Mencari pendekatan yang baru dari yang stereotip
f. Selalu membaca atau mendengar gagasan-gagasan, bekerja untuk menemukan penyelesaian yang baru g. Lebih senang mensintesis daripada
menganalisis sesuatu
4 Kemampuan
Memerinci (Elaboration)
a. Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk
b. Menambahkan atau memerinci detil-detil dari suatu objek, gagasan-gagasan atau situasi sehingga
menjadi lebih menarik.
a. Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci
b. Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain
c. Mencoba atau menguji detil untuk melihat arah yang akan ditempuh d. Mempunyai rasa keindahan yang kuat
sehingga tidak puas dengan penampilan yang kosong atau sederhana
e. Menambahkan garis-garis atau warna-warna, dan detil-detil atau bagian-bagian terhadap gambarnya sendiri atau gambar orang lain.
5 Sensitivitas (Sensitivity)
Kepekaan menangkap dan menghasilkan masalah-masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi
Menangkap masalah-masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi
Dari beberapa pendapat diatas secara garis besar indikator keterampilan
berpikir kreatif yang dikembangkan pada penelitian ini dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Kelancaran (fluency), banyaknya mengemukakan gagasan.
2. Keluwesan (flexibility), banyaknya argumen jawaban yang berbeda.
3. Orisinalitas (originality), keunikan gagasan yang dikemukakan.
E. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran biasa yang
paling sering digunakan oleh guru. Pada pembelajaran ini guru
memberikan penerangan atau penuturan secara lisan kepada sejumlah
siswa. Siswa mendengarkan dan mencatat seperlunya. Pada umumnya
siswa bersifat pasif yaitu menerima saja apa yang dijelaskan oleh guru.
Dalam melaksanakan tugasnya itu guru sering menggunakan berbagai
alat bantu, seperti papan tulis, spidol, kapur dan gambar.
Menurut Nasution (1982), gambaran ciri-ciri pembelajaran biasa
(konvensional) yaitu:
a. Bahan pelajaran disajikan secara keseluruhan di kelas tanpa
memperhatikan siswa secara individual.
b. Kegiatan pembelajaran umunya berbentuk ceramah, kuliah, tugas
c. Siswa umumnya bersifat pasif, karena harus mendengarkan uraian
guru.
d. Dalam hal kecepatan belajar, semua siswa belajar menurut kecepatan
yang umumnya ditentukan oleh kecepatan guru mengajar.
e. Keberhasilan belajar umumnya dinilai oleh guru secara subyektif.
f. Diharapkan bahwa hanya sebagian kecil saja akan menguasai bahan
pelajaran secara tuntas, sebagian lagi akan menguasainya sebagian
saja, dan ada lagi yang akan gagal.
g. Guru terutama berfungsi sebagai penyebar atau penyalur pengetahuan
sebagai sumber informasi/pengetahuan.
Metode konvensional (ceramah) memiliki kelemahan dan oleh
berbagai kalangan dianggap telah membosankan. Menurut Djajadisastra
(1994), kelemahan metode ceramah sebagai berikut: a) dapat
menimbulkan verbalisme pada siswa, b) kurang merangsang
pengembangan kreativitas, c) ceramah secara terus menerus untuk waktu
yang lama membosankan bagi siswa, d) siswa hanya sebagai pendengar
dan pencatat saja, e) penerimaan informasi tidak selalu baik sehingga
mudah dilupakan. Wartono (1996), mengatakan keunggulan metode
ceramah ini adalah dapat digunakan untuk siswa dalam jumlah yang
A. Ruang Lingkup Materi Keanekaragaman Makhluk Hidup
Materi keanekaragaman makhluk hidup dalam Standar Isi 2006
terdapat pada semester 2 kelas VII SMP, dengan standar kompetensi
dan kompetensi dasar sebagai berikut:
Tabel 2.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem
1.1.Mengidentifikasi pentingnya keanekaragaman makhluk hidup dalam pelestarian ekosistem
Berdasarkan kompetensi dasar tersebut, alokasi waktu dalam
pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian ini dilaksanakan selama tiga
kali pertemuan atau sebanyak 6 jam pelajaran (6 x 40 menit). Berikut
adalah deskripsi materi keanekaragaman makhluk hidup.
1. Pentingnya Keanekaragaman Makhluk Hidup
Setiap makhluk hidup mempunyai peranan di dalam lingkungannya,
yaitu untuk menjaga keseimbangan dalam suatu ekosistem. Menurut Irwan,
1992 dan Resosoedarmo, dkk, 1986 dalam Indriyanto, 2008, ekosistem itu
mempunyai keteraturan sebagai perwujudan dari kemampuan ekosistem untuk
memelihara diri sendiri, mengatur diri sendiri, dan dengan sendirinya
menahan berbagai perubahan dalam sistem secara keseluruhan. Keseimbangan
ekosistem itu di atur oleh berbagai faktor yang sangat kompleks. Faktor-faktor
yang terlibat dalam mekanisme yang mengatur penyimpanan bahan-bahan,
pelepasan hara, pertumbahan organisme dan populasi, proses produksi, serta
dekomposisi bahan-bahan organik.
Odum,1993 dan Resosoedarmo dkk dalam Indriyanto,2008
mengemukakan bahwa ekosistem ditinjau dari segi penyusunnya terdiri atas
empat komponen, yaitu
a. Komponen abiotik, yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri atas
tanah, air, udara, sinar matahari, dan lain sebagainya.
b. Komponen produsen, yaitu organisme autotrofik yang pada umumnya
berupa tumbuhan hijau.
c. Komponen konsumen, yaitu organisme heterotrofik misalnya hewan
dan manusia yang makan organism lain.
d. Komponen pengurai, yaitu mikroorganisme yang hidupnya bergantung
kepada bahan organik dari organisme mati (hewan, tumbuhan, dan
manusia yang telah mati), misalnya bakteri dan jamur.
Selain itu, makhluk hidup, baik mikroorganisme, hewan, maupun
tumbuhan sangat dibutuhkan oleh manusia. Manusia tidak akan bisa hidup
tanpa makhluk hidup yang lainnya. Mikroorganisme, tumbuhan, dan hewan
sains. Berdasarkan hal tersebut, maka sudah sewajarnyalah manusia harus
melestarikan keberadaannya (Nurhayati, 2010: 265).
Usaha pelestarian harus dilakukan karena telah terjadi kerusakan
tumbuhan dan hewan. Kerusakan makhluk hidup yang berupa tumbuhan dan
hewan disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor bencana alam dan faktor
manusia.
a. Faktor Bencana Alam
Bencana alam banyak sekali jenisnya, seperti banjir, tanah longsor,
gunung meletus, kebakaran hutan, gempa bumi, dan gelombang tsunami.
Bencana alam dapat mengakibatkan kepunahan makhluk hidup karena
makhluk hidup tidak dapat mempertahankan hidupnya di lingkungan yang
sudah terkena bencana alam. Misalnya, akibat dari banjir dan lahar panas dari
letusan gunung berapi, menyebabkan hewan dan tumbuhan di daerah tersebut
akan mati karena tertimbun pasir dan lahar panas.
b. Faktor Manusia
Punahnya tumbuhan dan hewan juga bisa disebabkan karena tindakan
manusia yang tidak bertanggung jawab sehingga mengganggu kelestarian
tumbuhan dan hewan. Tindakan-tindakan yang tidak bertanggung jawab
tersebut, antara lain sebagai berikut.
1) Penggundulan hutan, gunung, dan bukit menyebabkan bancana alam
2) Perburuan hewan liar di hutan yang lambat laun dapat menyebabkan
kepunahan hewan tersebut.
3) Penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak dan racun,
mengakibatkan organisme lain yang ada di sungai atau laut tersebut akan
ikut mati.
4) Pengikisan plasma nutfah disebabkan oleh tergesernya bibit-bibit tanaman
tradisional oleh bibit unggul hasil penelitian. Misalnya jambu dan durian
lokal jumlahnya semakin sedikit (sudah jarang), karena para petani lebih
senang menanam jambu dan durian dari bibit unggul produk luar negeri.
2. Peranan Keanekaragaman Makhluk Hidup Bagi Manusia
a. Keanekaragaman Tumbuhan dan Hewan
Di SMP Negeri 3 Simpangkatis terdapat tumbuhan antara lain pinang
(Areca catechu), petai (Parkia speciosa), durian (Durio zibethinus),karet
(Hevea brasiliensis), papaya (Carica papaya), jarak (Ricinus communis),
angsana (Pterocarpus indicus), jambu mete (Anacardium occidentale), rukem
(Flacuortia rukam), kelapa (Cocus nucifera), bambu (Bambusa sp), pandan
(Pandanus tectorius Sol), sirsak (Annona muricata),kelor (Moringa oleifera),
cemara (Camara lantana), manggis dan rambutan (Nephelium lappaceum).
Hewan yang terdapat pada SMP Negeri 3 Simpangkatis adalah kucing
(Felis domestica), bunglon (Draco sp), kodok darat (Bufo terrestris), kadal
(Lacerda sp), siput (Achatina fulica), capung (Hetaerina america), lipan
b. Peranan Keanekaragaman Makhluk hidup Bagi Manusia
Tumbuhan dan hewan mempunyai peranan yang sangat penting bagi
manusia. Mereka menjaga ekosistem di mana manusia hidup dan
melangsungkan kehidupan. Beberapa peranan tersebut adalah
1) Sebagai Sumber Pangan, Perumahan, dan Kesehatan
Beberapa contoh tumbuhan dan hewan yang memiliki peranan penting
untuk memenuhi kebutuhan pangan, perumahan, dan kesehatan misalnya:
pangan berbagai biji-bijian (padi, jagung, kedelai, kacang), berbagai
umbi-umbian (ketela, singkong, suwek, garut, kentang), berbagai buah-buahan
(pisang, durian, nangka, mangga, rambutan), berbagai hewan ternak (ayam,
kambing, sapi); perumahan: kayu jati, sonokeling, meranti, kamfer; dan
kesehatan: tabat barito, pasak bumi, jahe, laos, lempuyang.
2) Sebagai Sumber Pendapatan
Keanekaragaman makhluk hidup merupakan bahan baku industri,
misalnya industri kosmetik, energi, minuman. Industri kosmetik misalnya:
kayu gaharu, cendana. Industri minuman: teh, kopi. Rempah-rempah: lada,
vanili, cabai, empon-empon. Perkebunan: kelapa sawit, karet. Energi: ubi
kayu untuk alkohol dan kayu urip untuk bensin.
3) Sebagai Sumber Plasma Nutfah
Hewan, tumbuhan, dan mikroba yang saat ini belum diketahui tidak
perlu dimusnahkan, karena mungkin saja di masa yang akan datang akan
(Azadirachta indica). Dahulu tanaman ini hanya merupakan tanaman pagar,
tetapi saat ini diketahui mengandung zat azadirakhtin yang memiliki peranan
sebagai anti hama dan anti bakteri. Buah mengkudu yang semula tidak
dimanfaatkan, sekarang diketahui memiliki khasiat untuk meningkatkan
kebugaran tubuh, mencegah dan mengobati penyakit tekanan darah.
4) Sebagai Keseimbangan Ekosistem
Keanekaragaman makhluk hidup memiliki peranan dalam
mempertahankan keberlanjutan ekosistem. Masing-masing jenis organisme
memiliki peranan di dalam ekosistemnya. Peranan ini tidak dapat digantikan
oleh jenis yang lain. Sebagai contoh, burung hantu dan ular di ekosistem
sawah merupakan pemakan tikus. Jika kedua pemangsa ini dilenyapkan oleh
manusia, maka tidak ada yang mengontrol populasi tikus. Akibatnya
perkembangbiakan tikus meningkat cepat dan di mana-mana terjadi hama
tikus.
Tumbuh-tumbuhan merupakan penghasil zat organik dan oksigen, yang
dibutuhkan oleh organisme lain. Selain itu, tumbuh-tumbuhan dapat
membentuk humus, menyimpan air tanah, dan mencegah erosi.
Keanekaragaman yang tinggi memperkokoh ekosistem. Ekosistem dengan
keanekaragaman yang rendah merupakan ekosistem yang tidak stabil.
Ekosistem dengan keanekaragaman yang tinggi merupakan ekosistem yang
sifat-sifat unggul (plasma nutfah) untuk dimanfaatkan di kemudian hari (Syamsuri,
dkk, 2002: 80).
5) Sumber Keilmuan
Keberadaan makhluk hidup berperan penting bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan merupakan lahan penelitian dan pengembangan ilmu.
6) Sumber Keindahan
Keindahan alam tidak terletak pada keseragaman tetapi pada
keanekaragaman. Bayangkan bila halaman rumahmu hanya ditanami satu
jenis tanaman saja, apakah indah ? Tentu akan lebih indah bila ditanami
berbagai tanaman seperti mawar, melati, palem, rumput, dan cabai.
3. Usaha-Usaha Pelestarian Keanekaragaman Makhluk Hidup
Perubahan habitat oleh manusia adalah ancaman tunggal terbesar terhadap
keanekaragaman makhluk hidup. Perusakan secara besar-besaran di sebabkan
oleh pertanian, pengembangan perkotaan, kehutanan, pertambangan dan
polusi lingkungan (Campbell, Reece, dan Mitchell, 2004: 414).
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk pelestarian
keanekaragaman makhluk hidup antara lain sebagai berikut.
a. Pelestarian Secara In Situ
Pelestarian secara in situ adalah pelestarian yang dilakukan di
habitatnya. Misalnya: hutan lindung, taman nasional, perlindungan bunga
bangkai di Bengkulu, perlindungan komodo di Pulau Komodo, dan
b. Pelestarian Secara Ex Situ
Pelestarian secara ex situ adalah pelestarian hewan maupun tumbuhan
dengan cara dikeluarkan dari habitatnya dan dipelihara di tempat
lain.Pelestarian secara ex situ dapat dilakukan melalui cara-cara sebagai
berikut.
1) Kebun Koleksi
Di kebun koleksi, plasma nutfah tanaman (biasanya dilakukan terhadap
tanaman yang bermutu unggul saja) tetap dipertahankan dalam bentuk koleksi
hidup. Kebun koleksi bermacam-macam, seperti kebun koleksi kelapa di
Bone-Bone, buah-buahan di Paseh, mangga di Cukur Gondang, dan tebu di
Pasuruan.
2) Kebun Plasma Nutfah
Merupakan pengembangan kebun koleksi yang cakupannya lebih luas,
sebab tidak hanya tanaman yang unggul saja yang dipelihara, tapi juga sumber
hayati lainnya. Misalnya, kebun plasma nutfah yang dimiliki oleh LIPI di
Cibinong.
3) Kebun Botani
Kebun Raya Bogor adalah kebun botani pertama yang dikembangkan di
Indonesia, didirikan pada tahun 1817. Koleksi yang dipertahankan lebih
bersifat melestarikan jenis daripada plasma nutfah dalam arti yang sebenarnya
sehingga untuk setiap jenis hanya ditanam 2-5 individu. Dengan cara ini,
Contoh lainnya adalah kebun botani Puspitek Serpong yang
mengutamakan tumbuhan ekonomi yang belum mendapat prioritas utama
dalam pengembangannya serta yang berasal dari Indonesia sendiri.
4) Pengembangan Kebun Raya
Keindahan tanamannya juga dapat dijadikan sebagai obyek wisata
berupa agrowisata. Banyak daerah di Indonesia yang memiliki kekhususan
dalam kekayaan tanaman pangannya. Tanaman pangan, sebagai bagian dari
daya tarik agrowisata dapat ditata sebagai kekayaan flora daerah. Contohnya,
jika Manokwari akan mendirikan kebun raya, maka matoa dan talas yang
beranekaragam dapat dipamerkan di dalamnya. .
5) Penyimpanan dalam Kamar-kamar Bersuhu Dingin
Plasma nutfah yang disimpan dalam kamar bersuhu dingin ialah yang
berupa biji atau berkulit biji keras (berbiji keras). Biji ini tahan untuk
disimpan sampai puluhan tahun. Biji yang tidak dapat disimpan lama dengan
cara ini adalah biji nangka, alpukat, dan durian, karena bijinya berkulit tipis.
Di samping biji, jaringan, sel, dan organ tanaman pun dapat disimpan dalam
kamar-kamar bersuhu dingin dengan teknik penyimpanan yang membutuhkan
perlakuan secara cermat.
Karena keanekaragaman makhluk hidup sangat penting bagi manusia,
maka diperlukan upaya lain untuk melindunginya. Berbagai cara yang dapat
a. Membuat aturan perundangan yang dapat melindungi kelestarian makhluk
hidup.
b. Melakukan penyuluhan dan kampanye tentang pelestarian keanekaragaman
makhluk hidup.
c. Membuat taman nasional yang berfungsi sebagai tempat perlindungan
terhadap makhluk hidup dan ekosistemnya. Contoh taman nasional Kerinci
seblat di Jambi, Sumatra Barat, Sumatra Selatan dan Bengkulu.
d. Membuat cagar alam yang berfungsi untuk menjaga kondisi alam suatu
wilayah tetap dalam keadaan alami. Contoh cagar alam Pangandaran di
Jawa Barat.
e. Menetapkan hutan lindung yang berfungsi sebagai daerah resapan air,
mencegah erosi, melindungi habitat berbagai jenis makhluk hidup dan
menjaga tata guna air.
f. Membuat hutan wisata yang berfungsi sebagai hutan produksi guna di
ambil manfaatnya dan dapat digunakan untuk objek wisata.
g. Membuat taman laut, yang berfungsi untuk menjaga wilayah laut yang
memiliki keanekaragaman tinggi dan unik. Contoh taman laut Bunaken di
Sulawesi Utara.
h. Membuat kebun raya, yang berfungsi sebagai tempat koleksi tanaman dari
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini definisi operasionalnya adalah
1. Pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok memiliki
langkah-langkah pembelajaran yaitu 1) Pada awal pembelajaran siswa akan
diberikan permasalahan yang berbeda kemudian setiap kelompok
memilih permasalahan tersebut. 2) Merencanakan penyelidikan untuk
menjawab permasalahan dengan berbagai pendekatan eksperimen dan
alokasi waktu melakukan penyelidikan. 3) Melakukan penyelidikan. 4)
Merencanakan presentasi hasil penyelidikan. 5) Melakukan presentasi
hasil penyelidikan. 6) Penilaian dalam penelitian ini dilakukan penilaian
mengenai pengalaman siswa secara individu dalam proses penyelidikan.
Proses pembelajaran ini dilakukan oleh peneliti.
2. Pemahaman konsep adalah skor hasil tes objektif yang dikembangkan
peneliti dan dijudgement oleh ahli pendidikan. Pemahaman konsep dalam
penelitian ini mencakup tiga tingkatan yaitu: translasi, interpretasi, dan
ekstrapolasi.
3. Keterampilan berpikir kreatif adalah skor hasil tes uraian yang
dikembangkan peneliti dan dijudgement oleh ahli pendidikan yang meliputi:
kemampuan memberikan banyak gagasan, jawaban dalam
menyelesaikan masalah; mencari banyak alternatif yang berbeda; selalu
yang baru; mampu membuat kombinasi yang tidak lazim dan mampu
memperkaya dan mengembangkan gagasan.
4. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang berpusat pada
guru yang di dominasi metode ceramah, di mana guru cenderung
sebagai sumber informasi bagi siswa dan siswa cenderung pasif dalam
menerima pelajaran. Langkah-langkah pembelajaran konvensional
diawali guru memberi informasi di depan kelas, menerapkan suatu
konsep, siswa mendengarkan penjelasan guru, siswa mencatat dan
sedikitnya bertanya ketika ada penjelasan guru yang kurang dipahami
serta latihan-latihan soal. Diakhiri pembelajaran guru memberikan
soal-soal pekerjaan rumah. Proses pembelajaran ini di lakukan oleh guru SMP
Negeri 3 Simpang katis kabupaten Bangka Tengah.
B. Metode dan Desain Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan peneliti adalah
quasi eksperiment. Menurut Emzir (2008) penelitian eksperimen
(experimental research) merupakan pendekatan penelitian kuantitatif
yang paling penuh dalam arti memenuhi semua persyaratan untuk
menguji hubungan sebab akibat.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain static
group pretes-postes design (Fraenkel & Wallen, 2006) artinya pengambilan
kelompok tidak secara acak, terdapat kelompok pembanding masing-masing
Siswa yang menjadi subjek penelitian terbagi dalam dua kelas
yaitu kelas eksperimen diberikan materi keanekaragaman makhluk
hidup dengan pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok,
sedangkan untuk kelas kontrol diberikan materi yang sama
menggunakan pembelajaran konvensional. Tabel 3.1 menunjukkan pola
desain yang dilakukan.
Tabel 3.1. Desain Penelitian
Kelompok Pre-test Perlakuan Pos-test
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O1 Y O2
Keterangan:
O1 = Pemberian tes awal (pre-test).
O2 = Pemberian tes akhir (post-test)
X = Perlakuan dengan pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok
Y = Perlakuan dengan pembelajaran konvensiona.
C. Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa-siswi di salah satu SMP
Negeri di kabupaten Bangka Tengah pada semester genap tahun
pelajaran 2011/2012 dengan populasi subjek yang berjumlah 96 orang.
Subjek penelitian ini tersebar pada tiga kelas (Kelas VII A, VII B,
VIIC). Pengambilan sampel ditentukan secara purposive oleh peneliti
dengan memilih dua kelas tertentu. Berdasarkan hal tersebut maka
ditetapkan kelas VII A sebagai kelas eksperimen dengan
menggunakanpembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok dan kelas
VII B sebagai kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran
konvensional.
D. Asumsi Penelitian
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Pemahaman konsep membantu siswa memahami informasi dan menarik
kesimpulan dengan kata-kata sendiri (Johnson, et al, 2000).
2. Keterampilan berpikir kreatif meliputi kelancaran, fleksibilitas,
orisinalitas dan elaborasi yang akan membantu siswa untuk menciptakan
ide-ide kreatif dan menyelesaikan masalah tertentu (Gilford dan
Torrance dalam Filsaisme, 2008).
3. Pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok melibatkan siswa
dalam penggalian informasi, investigasi, interaksi, interpretasi dan
motivasi intrinsik untuk pembelajaran dan bekerja sama serta
komunikasi dalam kelompoknya dapat ditingkatkan secara optimal
(Sharan dalam Zingaro, 2008).
E. Hipotesis
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pemahaman konsep
dan keterampilan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen dengan kelas
kontrol pada materi keanekaragaman makhluk hidup melalui pembelajaran
kooperatif tipe investigasi kelompok.
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara pemahaman konsep dan
keterampilan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol
pada materi keanekaragaman makhluk hidup melalui pembelajaran
F. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Studi Pendahuluan
Kajian kemampuan berpikir kreatif siswa Kajian tipe investigasi
kelompok Kajian konsep keanekaragaman
makhluk hidup, pemahaman konsep, dan keterampilan berikir kreatif
Ujicoba instrumen Rancangan pembelajaran tipe investigasi
kelompok materi keanekaragaman makhluk hidup
Penyusunan instrumen penelitian
Kelompok eksperimen
Pretes Pretes
Pembelajaran konvensional Pembelajaran kooperatif tipe
investigasi kelompok
Postes Postes
Analisis data
Interpretasi
Kesimpulan
Pelaporan
Kelompok kontrol Proses judgement
[image:43.595.105.564.150.723.2]Revisi
Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap yaitu:
1. Tahap persiapan
Langkah pertama pada tahap persiapan adalah a) studi literature
terhadap kurikulum mata pelajaran dan beberapa buku biologi untuk
menganalisis konsep keanekaragaman makhluk hidup yang akan
disampaikan pada proses pembelajaran , kajian pemahaman konsep dan
keterampilan berpikir kreatif, b) membuat analisis konsep untuk
menentukan label konsep, definisi konsep, jenis konsep dan atribut
konsep tipe investigasi kelompok c) membuat peta konsep yang
meliputi konsep-konsep yang relevan dengan menggunakan kata
penghubung, d) studi keterampilan proses sains untuk menentukan
indikator yang akan dikembangkan dalam pembelajaran kooperatif tipe
investigasi kelompok, e) menyusun instrumen meliputi kisi-kisi soal dan
kisi-kisi tes pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kreatif.
Kemudian instrumen di judgement oleh ahli pendidikan. Hasil judgement
ditunjukkan pada Lampiran F-2.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini, dilakukan penerapan pembelajaran kooperatif yang
telah disiapkan . Dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe
investigasi kelompok, pelaksanaan dilapangan di bagi dalam dua
kelompok yaitu:
a) Tahap uji coba soal, diberikan di kelas VII (kelas yang sudah
dianalisis secara kuantitatif untuk mengukur tingkat kesukaran, daya
pembeda, validitas dan reliabilitas selanjutnya dilakukan revisi soal
sehingga diperoleh soal yang baik yang akan dipakai sebagai soal
pre tes dan pos tes dalam penelitian.
b) Tahap pelaksanaan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif
tipe investigasi kelompok dilakukan pada kelas eksperimen, sedangkan
pada kelas kontrol sebagai kelas pembanding menggunakan pembelajaran
konvensional. Kedua kelas di mulai dengan tes awal, kemudian pada
kelas eksperimen dilakukan pembelajaran dengan pembelajaran
kooperatif tipe investigasi kelompok dan kelas kontrol dengan
pembelajaran konvensional. Pada akhir pembelajaran kedua kelas
diberikan tes akhir. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe
investigasi kelompok memerlukan waktu 8 jam pelajaran yang terdiri
dari satu jam pelajaran (1 x 40 menit ) digunakan untuk tes awal, 6
jam pelajaran (6 x 40 menit) digunakan untuk kegiatan pembelajarn
tipe investigasi kelompok yang terbagi menjadi 3 kali pertemuan
dan satu jam pelajaran (1 x 40 menit) digunakan untuk tes akhir. Tes
awal dan tes akhir meliputi pemahaman konsep dan keterampilan
berpikir kreatif. Selama kegiatan pembelajaran dilakukan observasi
terhadap siswa yang dilakukan oleh guru biologi lainnya.
Selanjutnya siswa diminta untuk mengisi angket untuk memberikan
tanggapan mengenai pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok
3. Tahap Analisis Data dan Penyusunan Laporan
Data yang terkumpul melalui penelitian ini di bagi menjadi 2
kelompok yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif
disampaikan secara deskriptif sedangkan data kuantitatif diolah secara
statistik kemudian dilakukan penyusunan laporan.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Tes Pemahaman Konsep; Tes ini berbentuk pilihan ganda yang
digunakan untuk mengevaluasi pemahaman konsep keanekaragaman
makhluk hidup yang dimiliki siswa. Tes ini dilakukan sebanyak dua
kali, yaitu sebelum (tes awal) dan setelah perlakuan (tes akhir). Tes
awal digunakan untuk mengetahui pemahaman awal siswa pada
konsep tersebut. Tes akhir digunakan untuk mengetahui dampak dari
perlakuan terhadap kondisi awal yang kemudian dibandingkan dengan
kelas kontrol. Hasil tes ini akan dihitung gain yang dinormalisasi
(N-gain) dan digunakan untuk melihat peningkatan pemahaman
konsep yang dikembangkan melalui pembelajaran penerapan
pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok.
2. Tes Keterampilan Berpikir Kreatif; Tes ini berupa tes uraian
yang digunakan untuk mengevaluasi keterampilan berpikir siswa.
Aspek-aspek keterampilan berpikir kreatif yang akan diukur pada
jawaban dalam menyelesaikan masalah; mencari banyak alternatif
yang berbeda; selalu memikirkan lebih dari satu jawaban; mampu
melahirkan ungkapan yang baru; mampu membuat kombinasi yang
tidak lazim dan mampu memperkaya dan mengembangkan gagasan.
Tes ini diberikan sebelum dan setelah pembelajaran berlangsung.
3 Angket Skala Likert; Penggunaan angket dalam penjaringan data
pada penelitian ini untuk memperoleh informasi mengenai respon
siswa dan guru terhadap penggunaan pembelajaran kooperatif tipe
investigasi kelompok. Guru dan siswa diminta untuk melakukan
persetujuan terhadap setiap pernyataan yang diberikan sesuai dengan
yang mereka alami, rasakan, dan lakukan dengan cara memberi tanda
ceklist pada setiap pernyataan. Bentuk pertanyaan dan pernyataan
yang terdapat pada angket berupa pilihan jawaban yang berjumlah
sesuai dengan aspek yang akan diukur. Angket yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan skala likert, dengan empat kategori
tanggapan yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS),
dan Sangat Tidak Setuju (STS).
4. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dan Guru; Observasi
dilakukan untuk mengetahui bagaimana keterlaksanaan pembelajaran
melalui observasi aktivitas siswa dan guru selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan observasi dilakukan oleh
pengamat dengan cara mengisi lembar observasi yang telah disiapkan
kontrol untuk mengetahui bagaimana aktivitas siswa dan guru selama
kegiatan pembelajaran. Observer melakukan pengamatan dan memberi
penilaian sesuai rambu-rambu yang telah digariskan dalam lembar
observasi, berupa memberi tanda ceklist pada kolom Ya atau Tidak
yang menandakan kegiatan pada setiap fase pembelajaran dapat
terlaksana atau tidak berdasarkan pengamatan observer.
H. Teknik Analisis Data
1. Analisis Butir Soal
Untuk keperluan pengumpulan data dibutuhkan suatu tes yang
baik. Tes yang baik biasanya memenuhi kriteria tingkat kesukaran
yang layak, daya pembeda yang baik, validitas tinggi, dan reliabilitas
tinggi. Untuk mengetahui karakteristik kualitas tes yang digunakan
tersebut, maka sebelum dipergunakan, tes tersebut diuji coba untuk
mendapatkan gambaran tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas,
dan reliabilitasnya. Langkah-langkah pengujian instrumen adalah
sebagai berikut:
a. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar
atau mudahnya suatu soal, dengan menggunakan rumus:
B
P
JS
(Arikunto, 2002)dengan:
P : Indeks kesukaran
JS : Jumlah seluruh siswa peseta tes
[image:49.595.126.503.143.741.2]Klasifikasi untuk indeks kesukaran adalah sebagai berikut: