• Tidak ada hasil yang ditemukan

The Role Investment Of Agricultural Sector In Economic Growth Jambi Provinces: " The Input-Output Approach And Analitycal Hierarchy Process (Ahp)”

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "The Role Investment Of Agricultural Sector In Economic Growth Jambi Provinces: " The Input-Output Approach And Analitycal Hierarchy Process (Ahp)”"

Copied!
255
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DALAM

PERTUMBUHAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI:

“PENDEKATAN INPUT-OUTPUT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP)”

MARLINA S.

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis yang berjudul:

PERANAN INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DALAM

PERTUMBUHAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI:

“PENDEKATAN INPUT-OUTPUT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP)”

Merupakan gagasan atau hasil penelitian saya dengan bimbingan dari Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan sumbernya dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Agustus 2012

Marlina S.

(3)

ABSTRACT

MARLINA S. The Role Investment of Agricultural Sector in Economic Growth Jambi Provinces: " The Input-Output Approach and Analitycal Hierarchy Process (AHP)”. Under The Direction of MUHAMMAD FIRDAUS and RATNA WINANDI.

This research used the input-output analysis and Analitycal Hierarchy Process (AHP) to know the role investment of agricultural sector in economic growth Jambi provinces. The research aimed: (1) analyze the level of backward and forward linkages of agricultural sector with other economic sectors; (2) analyzing the impact of the agricultural sector investment towards the establishment of output, income, and labor; (3) analyze the factors that drive the policies and decisions of investors to invest in agriculture. The analysis showed that the role of agricultural sector in the province of Jambi is a huge. It can be seen from its contribution to the formation of the structure of final demand, output and value added in the economic structure of Jambi Province in 2010. The role played by the agricultural sector is a key sector of agricultural commodities (the leading sectors) Jambi Province. In addition, the role of the agricultural sector can also be seen from the backward linkages and forward linkage on the economy of Jambi Province. Based on linkage analysis, linkage sectors have direct and indirect output to the rear is dominated by the agricultural sector both on-farm and off-farm, the sector is the sector of rubber; Industry CPO; Sawmills and Wood Processing Industry; Pinang; and Plywood Industry likes; Industrial Building Materials and Furniture of Wood; Eggs; Palm oil; Industrial Rubber, Rubber and Plastic Goods, while the agricultural sector has a direct and indirect linkages to the highest front rubber sector; other food industry sectors; rice sector, and forest products. The changes value with the highest percentage due to the impact of agricultural sector investment to the formation of the value of output, income and labor that largest is the plantation sub-sector. That has the highest level of importance in influencing the policy of investment is a infrastructure factor with the actor of the most decisive is BAPEDDA Province of Jambi.

(4)

RINGKASAN

MARLINA S. Peranan Investasi Sektor Pertanian dalam Pertumbuhan Perekonomian Provinsi Jambi: “Pendekatan Input-Output dan Analitycal Hierarchy Process (AHP)”. Dibawah Bimbingan MUHAMMAD FIRDAUS dan RATNA WINANDI.

Investasi disektor pertanian selama ini dianggap belum memberikan keuntungan baik bagi target pendapatan pemerintah maupun swasta domestik dan asing, sehingga investasi untuk sektor pertanian setiap tahun mengalami flutuasi, disisi lain investasi sektor pertanian sangat diperlukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi, memacu pertumbuhan sektor pertanian dalam meningkatkan pendapatan masyarakat yang sebagian besar hidup dari sektor ini, menyediakan lapangan kerja dan bahan baku bagi industri. Dengan demikian, investasi dapat mengakibatkan penggunaan sumber daya alam secara tepat, pendirian berbagai macam jenis industri sehingga meningkatkan kesempatan kerja, dan peningkatan standar hidup yang akhirnya berdampak pada kesejahteraan ekonomi. Peran sektor pertanian masih sangat dominan sumbangannya terhadap PDRB Provinsi Jambi yang dari tahun ke tahun nilainya terus meningkat sekaligus penyerap tenaga kerja yang besar. Di sisi lain, jumlah PMDN dan PMA masih sangat rendah atau selalu berfluktuasi dari tahun ketahun. Hal ini perlu menjadi perhatian, sehingga nilai investasi di sektor pertanian dapat ditingkatkan. Peningkatan investasi dan konsumsi pada sektor pertanian merupakan pendorong penting peningkatan pertumbuhan ekonomi tersebut.

Penelitian ini bertujuan (1) menganalisis tingkat keterkaitan kebelakang dan ke depan sektor pertanian dengan sektor ekonomi lainnya di Provinsi Jambi; (2) menganalisis dampak investasi sektor pertanian terhadap pembentukan output, pendapatan, dan tenaga kerja; (3) menganalisis faktor-faktor yang mendorong kebijakan dan keputusan investor untuk melakukan investasi di sektor pertanian di Provinsi Jambi.

(5)

Berdasarkan analisis keterkaitan, Sektor yang memiliki keterkaitan output langsung dan tidak langsung ke belakang didominasi oleh sektor pertanian baik on-farm maupun off-farmnya, sektor tersebut adalah sektor karet; Industri CPO; Industri Penggergajian dan Pengolahan Kayu; Pinang; Industri Kayu Lapis dan Sejenisnya; Industri Bahan Bangunan dan Perabot dari Kayu; Telur; Kelapa sawit; Industri Karet, Barang dari Karet dan Barang Plastik, sedangkan sektor pertanian yang memiliki keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan tertinggi adalah sektor karet; sektor industri makanan lainnya; sektor padi; dan hasil hutan.

Analisis dampak penyebaran menunjukkan bahwa sektor pertanian lebih mampu untuk mendorong pertumbuhan sektor hilirnya dibandingkan menarik pertumbuhan sektor hulunya, sedangkan nilai derajat kepekaan merupakan kemampuan yang kuat suatu sektor untuk mendorong perkembangan sektor perekonomian lainnya. Sektor yang memiliki indeks daya penyebaran (IDP) paling tinggi dan indeks derajat kepekaan IDK) paling tinggi adalah sektor karet; industri CPO; industri makan lainnya; perdagangan; listrik dan air minum; dan kelapa sawit. Empat dari sektor yang memiliki IDP dan IDK yang paling tinggi tersebut adalah sektor pertanian. Ini menunjukkan bahwa sektor tersebut merupaka sektor kunci atau sektor andalan dalam pertumbuhan perekonomian Provinsi Jambi. Dampak investasi sub sektor pertanian sebesar Rp 150 milyar pada Tahun 2013 terhadap pembentukan nilai output, pendapatan dan penyerapan tenaga kerja terbesar adalah sub sektor perkebunan, dan dampak investasi ini memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pembentukan tenaga kerja sub sektor perkebunan.

Lima faktor yang mempengaruhi kebijakan investasi sektor pertanian di Provinsi Jambi yaitu faktor infrastruktur, ekonomi, teknologi, ketenagakerjaan dan kapasitas produksi yang mempunyai prioritas atau tingkat kepentingan yang paling tinggi dalam mempengaruhi kebijakan investasi adalah faktor infrastruktur dengan nilai 0,361 dengan prioritas pelaku yang paling menentukan faktor infrastuktur adalah BAPEDDA Provinsi jambi dengan nilai 0,618.

Hal yang dapat disarankan penulis berdasarkan hasil penelitian ini adalah Sektor Pertanian untuk komoditi Karet, dan kelapa sawit perlu mendapat perhatian serius terhadap keterkaitan sektor lainnya mengingat sektor ini memiliki keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan yang tinggi, sehingga jika sektor ini ditingkatkan maka akan meningkatkan output di sektor hilirnya. Kebijakan bidang pertanian di Provinsi Jambi diharapkan memfokuskan terhadap pembangunan di Sektor Pertanian yang harus bersinergi dengan industri pengolahan hasil pertanian sehingga mampu menciptakan keterkaitan yang lebih baik. Keterbatasan pada penelitian ini adalah metode yang lebih lengkap dengan membandingkan investasi perusahaan besar dengan investasi yang dilakukan oleh unit-unit usaha kecil dan menengah guna meningkatkan perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat.

(6)

© Hak cipta milik IPB, tahun 2012

Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisa karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau

(7)

PERANAN INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DALAM

PERTUMBUHAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI:

“PENDEKATAN INPUT-OUTPUT DAN

ANALITYCAL

HIERARCHY PROCESS

(AHP)”

MARLINA S.

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Ana Fariyanti, MS

Staf Pengajar Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Wakil PS. EPN:

Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA

(9)
(10)

PRAKATA

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Peranan Investasi Sektor Pertanian dalam Pertumbuhan Perekonomian Provinsi Jambi “Pendekatan Input-Output dan Analitycal Hierarchy Process (AHP)” dengan baik.

Temuan dalam tesis ini bukanlah merupakan hal yang baru dalam studi mengenai pertumbuhan ekonomi, tetapi merupakan yang pertama secara ilmiah diteliti untuk daerah Provinsi Jambi. Berbagai pendekatan yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya memberi inspirasi bagi penulis untuk melakukan penelitian lanjutan. Semoga tulisan ini dapat menambah hasil studi sebelumnya. Penulis juga menyadari bahwa walaupun telah berusaha semaksimal mungkin namun hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna, karenanya sangat diharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang mendalam kepada Bapak M. Firdaus, SP, Msi, Ph.D dan Ibu Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku dosen pembimbing yang telah berkenan dengan kesabaran dan kasih sayangnya meluangkan waktu dalam memberi bimbingan, pengarahan petunjuk serta dorongan semangat dalam penulisan tesis hingga selesai. Rasa hormat dan terimakasih sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada :

(11)

2. Ayahanda M. Saman R., Ibunda Nadia (Almarhumah), My grandmother Rogaya (Almarhumah) dan Saudara-saudaraku (Sofyan Akmal, M. Nurhelwan, Azhari, Hamdani dan Yuliana), beserta suami tercinta (H. Ali Hamdan, Ph.D) yang tak pernah putus memberikan doa dan semangat di tiap langkah.

3. Staff administrasi pada Magister Ilmu Ekonomi Pertanian (mbak Yani, mbak Ruby, Ibu Kokom dan Bapak Husein) yang telah banyak memberikan kemudahan dalam pelayanan.

4. Rekan-rekan mahasiswa Program Magister Ilmu ekonomi Pertanian Angkatan 2009 (Elfiana, Rizki Gemala Busyra, Ibu Mutmainnah, Hastuti, Khoirul Aziz, Nining, Santi, Fitri, Aditya, Nia, Yudi Sapta P, Indra, Ibu Ahya Kamila, Tatoe, Dian, Bismar, Jhony, Micha, dan Andrew), beserta teman-teman Mega Kos Bogor atas kerjasama dan bantuannya selama proses pembelajaran maupun dalam proses penyusunan tesis.

5. Teman-teman Kosan Putri Lr. Tegalan Matraman (mbak Risma, kak Chrismy, Rahma, Sarah, Dewika, kak Novi, dan Indah) yang telah banyak memberikan support dan bantuan kepada penulis. Terimakasih atas kasih sayang kalian selama ini. Love you sister’s.

6. Ibu Rahni Diansari, dan keponakan-keponakanku Rizkia Arifani, Yulia Arifina, dan Novia Arifini. Terimakasih atas bantuan dan perhatiannya.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan semoga tesis ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2012

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Marlina S. lahir pada Tanggal 4 Juni 1984 di Muaro Kumpeh, Provinsi Jambi. Penulis anak ketiga dari enam bersaudara, dari pasangan Bapak M. Saman R. dan Ibu Nadia (Almarhumah). Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah SD Negeri 155/I Muaro Kumpeh Tahun 1996.

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL... ii

DAFTAR GAMBAR... iii

DAFTAR LAMPIRAN... iv

I. PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah... 9

1.3 Tujuan Penelitian... 13

1.4 Manfaat Penelitian... 13

1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 14

II. TINJAUAN PUSTAKA... 15

2.1 Peranan Sektor Pertanian dalam Produk Domestik Regional Bruto... 15

2.2 Pengaruh Investasi Terhadap Kurva Permintaan Agregat... 17

2.2.1 IS-LM Sebagai Teori Permintaan Agregat... 21

2.3 Konsep Produksi... 23

2.4 Konsep Tenaga Kerja... 24

2.5 Konsep Kapital... 26

2.6 Konsep Investasi... 27

2.7 Peranan Investasi dalam Pembangunan... 32

2.8 Defenisi Pertumbuhan Ekonomi... 33

2.9 Pembangunan Pertanian dan Keterkaitan Pembangunan Ekonomi... 34

2.10 Investasi di Sektor Pertanian... 37

2.11 Analisis Input-Output... 39

2.11.1 Manfaat/Kegunaan Analisis Input-Output... 41

2.11.2. Tabel Dasar Transaksi dalam Metode Input-Output... 41

(14)

2.13 Penelitian Terdahulu... 44

III. KERANGKA PEMIKIRAN... 48

3.1 Kerangka Teoritis... 48

3.1.1 Konsep Analisis Input-Output... 48

3.1.1.1. Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah... 48

3.1.1.2. Konsep Pembentukan Modal Tetap Bruto dan Perubahan Stok (Investasi)... 49

3.1.1.3. Konsep Ekspor Bersih... 52

3.1.2 Pengertian Investasi Pertanian... 52

3.1.3 Konsep Analitycal Hierarchy Process (AHP)... 53

3.1.3.1. Kelebihan AHP... 54

3.1.3.2. Kelemahan AHP... 55

3.1.3.3. Tahapan AHP... 55

3.1.3.4. Prinsip Dasar dan Aksioma AHP... 58

3.2 Kerangka Konsepsional... 60

3.3 Hipotesis Penelitian... 63

1. Indeks Total Keterkaitan ke Belakang... 74

2. Indeks Total Keterkaitan ke Depan... 74

4.3.4 Analisis Penentuan Sektor/ Subsektor Kunci (Prioritas)... 75

1. Indeks Daya Penyebaran (Pd)... 75

2. Indeks Derajat Kepekaan (Ds)... 76

4.3.5 Analisis Multiplier... 77

4.3.6 Dampak Investasi... 78

(15)

4.3.7 Analisis Simulasi... 79

4.4 Langkah Kerja Analitycal Hierarchy Process (AHP)... 80

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI... 84

5.1 Kondisi Geografis dan Administrasi... 84

5.2 Kependudukan dan Sumbrdaya Manusia... 85

5.3 Pendidikan... 88

5.4 Profil Sektor Ekonomi Provinsi Jambi... 88

5.4.1Pertanian... 88

5.4.2 Perindustrian, Pertambangan dan Energi... 90

5.5.2.1 Perindustrian... 90

5.4.4 Transportasi, Komunikasi dan Pariwisata... 91

(16)

5.9 Pembentukan Modal dan Perubahan Stok... 97

5.10 Perkembangan Ekspor dan Impor... 97

5.11 Pertumbuhan dan Peranan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektoral... 98

5.11.1 Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan... 98

5.11.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian... 99

5.11.3 Sektor Industri Pengolahan... 99

5.11.4 Sektor Listrik, gas Air Bersih... 99

5.11.5 Sektor Bangunan... 100

5.11.6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran... 100

5.11.7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi... 101

5.11.8 Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan... 101

5.11.9 Sektor Jasa-jasa... 101

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN... 103

6.1 Peranan Sektor Pertanian Terhadap Struktur Perekonomian Provinsi Jambi 103 6.1.1 Permintaan dan Penawaran Output... 103

6.1.2 Struktur Permintaan Akhir Munurut Komponen... 107

6.1.3 Struktur Nilai Tambah Bruto Menurut Komponen... 110

6.1.4 Struktur Output Sektoral... 112

6.4 Penentuan Sektor Kunci (key sector) pada Perekonomian Provinsi Jambi... 129

6.5 Analisis Multiplier... 132

(17)

6.6 Dampak Investasi Sektor Pertanian Terhadap Pertumbuhan Perekonomian

Provinsi jambi... 136

6.6.1. Analisis Simulasi Investasi Pertanian... 137

6.6.2 Dampak Simulasi Investasi Sub Sektor Tanaman Pangan dan Makanan Sebesar Rp 150 Milyar Proyeksi Tahun 2012... 139

6.6.3 Dampak Simulasi Investasi Sub Sektor Perkebunan Sebesar Rp 150 Milyar Proyeksi Tahun 2012... 141

6.6.4 Dampak Simulasi Investasi Sub Sektor Peternakan Sebesar Rp 150 Milyar Proyeksi Tahun 2012... 143

6.6.5 Dampak Simulasi Investasi Sub Sektor Kehutanan Sebesar Rp 150 Milyar Proyeksi Tahun 2012... 145

6.6.6 Dampak Simulasi Investasi Sub Sektor Perikanan Sebesar Rp 150 Milyar Proyeksi Tahun 2012... 147

6.7 Potensi, Kebijakan dan Perkembangan Invetasi Provinsi Jambi... 150

6.7.1 Struktur Hirarki Pemilihan Kebijakan Investasi Sektor Pertanian... 151

6.7.2 Faktor Investasi Sektor Pertanian... 152

6.7.3 Pelaku Investasi Sektor Pertanian... 153

6.7.4 Kendala Investasi Sektor Pertanian... 160

6.7.5 Alternatif Kebijakan... 169

6.7.6 Sensitivitas... 170

6.7.7 Implikasi Kebijakan... 171

VII. SIMPULAN DAN SARAN... 174

7.1 Simpulan... 174

7.2 Saran... 175

7.2.1 Saran Kebijakan... 175

7.2.2 Saran Penelitian Selanjutnya... 177

DAFTAR PUSTAKA... 179

LAMPIRAN... 184

(18)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian Terhadap PDRB Provinsi

JambiTahun 2001 – 2010 (Persen)... 3

2. Penduduk Pekerja Menurut Sektor Lapangan Usaha Provinsi Jambi Tahun 2009–2010 (Jiwa)... 5

3. Format Dasar Tabel Transaksi Input-Output... 42

4. Agregasi 32 Sektor Ekonomi Berdasarkan Tabel Input-Output Tahun 2007 Provinsi Jambi... 68

5. Struktur Tabel Input-Output Tahun 2007... 71

6. Kriteria Penentuan Peringkat Sektor Kunci/Prioritas... 75

7. Nilai Skala banding Bepasangan... 81

8. Beberapa Indikator Ketenagakerjaan provinsi jambi... 87

9. Penduduk 10 Tahun ke atas menurut tingkat pendidikan Tahun 2010... 88

10. Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Klasifikasi 42 Sektor (Milyar Rupiah)... 105

11. Struktur Permintaan Akhir Menurut Komponen (Juta Rupiah) terhadap Sektor Perekonomian di Provinsi Jambi Tahun 2010 Klasifikasi 42 Sektor (Milyar Rupiah)... 108

12. Struktur Nilai Tambah Bruto Menurut Komponen Perekonomian Provinsi Jambi Tahun 2010 ( Milyar Rupiah)... 110

13. Komposisi Permintaan Akhir Menurut Komponen Terhadap Distribusi Permintaan Akhir dan Nilai Tambah Bruto (Milyar rupiah)... 111

14. Distribusi Output Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Tahun 2010, Klasifikasi 10 besar output (Milyar Rupiah)... 113

15. Distribusi Konsumsi Rumah Tangga Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Tahun 2010, Klasifikasi 10 besar Konsumsi Rumah Tangga (Milyar Rupiah).. 114

(19)

17. Distribusi Ekspor Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Tahun 2010, Klasifikasi 10 besar Ekspor (Milyar Rupiah)... 117 18. Distribusi Impor Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Tahun 2010,

Klasifikasi 10 Besar Impor (Milyar Rupiah)... 119 19. Distribusi Investasi Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Tahun 2010,

Klasifikasi 42 Sektor Ekonomi (Milyar Rupiah)... 120 20. Distribusi Nilai Tambah Bruto Sektor Perekonomian Provinsi Jambi Tahun

2010 Klasifikasi 10 Besar Nilai Tambah Bruto (Milyar Rupiah)... 123 21. Klasifikasi 10 Besar Sektor Ekonomi Keterkaitan Langsung ke

Belakang... 124 22. Klasifikasi 10 Besar Sektor Ekonomi Keterkaitan Langsung dan Tidak

Langsung ke Belakang... 125 23. Klasifikasi 10 Besar Sektor Ekonomi Keterkaitan Langsung Ke Depan... 126 24. Klasifikasi 10 Besar Sektor Ekonomi Keterkaitan Langsung dan Tidak

Langsung ke Depan... 127 25. Klasifikasi 10 Besar Sektor Ekonomi Indeks Daya

Penyebaran... 128 26. Klasifikasi 10 Besar Sektor Ekonomi Indeks Derajat Kepekaan... 129 27. Plot Indeks Daya Penyebaran dan Indeks Derajat Kepekaan... 132 28. Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja Sektor-sektor Perekonomian

Di Provinsi Jambi Tahun 2010 Klasifikasi 9 Sektor... 133 29. Multiplier Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Sektor-sektor

Perekonomian Di Provinsi Jambi Tahun 2010 Klasifikasi 42 Sektor... 135 30. Proyeksi Permintaan Akhir 9 Sektor Ekonomi Tahun 2012 (Milyar Rupiah) 138 31. Dampak Investasi Sub Sektor Tanaman Pangan dan Bahan Makanan Sebesar

Rp 150 milyar Terhadap Pembentukan Output (Milyar Rupiah), Pendapatan (Milyar Rupiah), dan Tenaga Kerja (Orang) Proyeksi Tahun

2012... 140 32. Dampak Investasi Sub Sektor Perkebunan Sebesar Rp 150 milyar Terhadap

Pembentukan Output (Milyar Rupiah), Pendapatan (Milyar Rupiah), dan Tenaga Kerja (Orang) Proyeksi Tahun 2012... 142

(20)

33. Dampak Investasi Sub Sektor Perkebunan Sebesar Rp 150 milyar Terhadap Pembentukan Output (Milyar Rupiah), Pendapatan (Milyar Rupiah), dan

Tenaga Kerja (Orang) Proyeksi Tahun 2012... 144

34. Dampak Investasi Sub Sektor Kehutanan Sebesar Rp 150 milyar Terhadap Pembentukan Output (Milyar Rupiah), Pendapatan (Milyar Rupiah), dan Tenaga Kerja (Orang) Proyeksi Tahun 2012... 146

35. Dampak Investasi Sub Sektor Perikanan Sebesar Rp 150 milyar Terhadap Pembentukan Output (Milyar Rupiah), Pendapatan (Milyar Rupiah), dan Tenaga Kerja (Orang) Proyeksi Tahun 2012... 148

36. Urutan Nilai Prioritas Faktor yang Mempengaruhi Investasi Sektor Pertanian Provinsi Jambi... 152

37. Urutan Nilai Prioritas Pelaku Investasi Sektor Pertanian Provinsi Jambi... 159

38. Urutan Nilai Proiritas Kendala Untuk Faktor Infrastruktur... 161

39. Urutan Nilai Proiritas Kendala Untuk Faktor Ekonomi... 163

40. Urutan Nilai Proiritas Kendala Untuk Faktor Teknologi... 165

41. Urutan Nilai Proiritas Kendala Untuk Faktor Ketenagakerjaan... 167

42. Urutan Nilai Proiritas Kendala Untuk Faktor Kapasitas Produksi... 168

43. Susunan Nilai Prioritas untuk Alternatif Kebijakan dari Faktor yang Mempengaruhi Investasi Sektor Pertanian di Provinsi Jambi... 170

44. Hasil Analisis Sensitivitas dengan faktor inrfastruktur dikurangi 10 persen... 171

(21)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Hubungan Pendapatan, Investasi dan Konsumsi... 18

2. Model IS-LM ke Kurva Permintaan Agregat... 22

3. Hubungan Tingkat Bunga dan Investasi... 29

4. Kerangka Pemikiran... 63

5. Peta Administratif Provinsi Jambi... 84

6. Plot Indeks Daya Penyebaran dan Indeks Derajat Kepekaan... 130

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi atas Harga Berlaku

(Juta Rupiah) Tahun 2000 – 2009... 184 2. Distribusi PMDN dan PMA Provinsi Jambi Tahun 2006 – 2010... 185 3. Tabel Input-Output (Updating) Transaksi Total Atas Dasar Harga Pembeli

Provinsi Jambi Tahun 2010... 186 4. Tabel Input-Output (Updating) Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen

Provinsi Jambi Tahun 2010... 193 5. Tabel Input-Output (Updating) Transaksi Domestik Atas Dasar Harga

Produsen Provinsi Jambi Tahun 2010... 200 6. Matriks Margin Perdagangan dan Pengangkutan Provinsi Jambi Tahun

2010... 207 7. Matriks Impor Provinsi Jambi Tahun 2010... 214 8. Matriks Koefisien Input Transaksi Domestik Atas Harga Produsen Provinsi

Jambi Tahun 2010... 221 9. Matriks Kebalikan Leontif ( I-A)-1 Transaksi Domestik Atas Harga Produsen

(23)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan secara lebih luas dapat diartikan sebagai usaha untuk lebih meningkatkan produktivitas sumber daya potensial yang dimiliki oleh suatu negara, baik sumber daya alam berupa teknologi, dengan tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat (Todaro dalam Novita, 2007). Dewasa ini pembangunan dilakukan dan dikembangkan melalui pendekatan yang terintegrasi dan diaplikasikan diberbagai negara sehingga pelaksanaan pembangunan ekonomi tersebut diharapkan dapat berhasil. Keberhasilan pembangunan bisa diidentifikasikan dari meningkatnya kesejahteraan masyarakat, untuk mengukur keberhasilan pembangunan suatu daerah ada beberapa indikator hasil pembangunan yang bisa kita lihat seperti PDRB, laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita suatu daerah. Saktyanu dan Noekman (2007) menyebutkan salah satu indikator yang dipakai selama ini untuk mengevaluasi kinerja sektor pembangunan antara lain adalah Produk Domestik Bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja, penyedia devisa dan peranannya dalam menurunkan jumlah penduduk miskin.

Sektor pertanian di Indonesia merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi besar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto, selain itu dalam hal penyerapan tenaga kerja sektor ini juga termasuk yang paling banyak dibandingkan penyerapan tenaga kerja di sektor lain terutama di daerah-daerah perdesaan yang terdapat di seluruh Indonesia.

(24)

terhadap PDB, penyerapan tenaga kerja dan penciptaan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat bahkan perolehan devisa. Pertanian juga dipandang sebagai suatu sektor yang memiliki kemampuan khusus dalam memadukan pertumbuhan dan pemerataan (growth with equity). Semakin besar perhatian terhadap melebarnya perbedaan pendapatan memberikan stimulan yang lebih besar untuk memanfaatkan kekuatan pertanian bagi pembangunan yang lebih baik lagi. Kontribusi besar yang dimiliki sektor pertanian tersebut memberikan sinyal bahwa sudah saatnya Indonesia sebagai negara agraris untuk memprioritaskan sektor pertanian demi terciptanya pembangunan perekonomian secara merata sehingga bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia (Daryanto, 2001).

(25)

Sektor pertanian di Provinsi Jambi merupakan leading sector dimana pertumbuhannya dalam PRDB Provinsi Jambi selalu dominan dibandingkan dengan sektor lain. Lampiran 1 menunjukkan nilai Produk Regional Domestik Bruto (PDRB) atas harga berlaku Provinsi Jambi pada Tahun 2001 – 2010, dimana sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar mulai dari tahun 2001sampai pada Tahun 2010, diikuti dengan sektor petambangan dan penggalian, serta sektor industri pengolahan. Kontribusi sektor pertanian terus mengalami peningkatan dibandingkan dengan sektor lain. Rata-rata pertumbuhan sektor pertanian setiap tahunnya mencapai Rp 6 122 499,48 juta, ini lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan nilai total PDRB yaitu sebesar Rp 2 256 977,38juta. Laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jambi berfluktuasi dari tahun ketahun.

Tabel 1. Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian Terhadap PDRB Provinsi JambiTahun 2001 – 2010 (Persen)

Tahun Total (Juta Rupiah) Laju Pertumbuhan (Persen)

2001 3 522 932,18 -

Sumber: BPS Provinsi Jambi 2011 (diolah)

(26)

kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB selalu meningkat, tetapi tidak diimbangi dengan laju pertumbuhan yang selalu naik turun. Peningkatan yang sangat terlihat mulai tahun 2007 yaitu sebesar Rp 8 366 857,97 juta dengan laju pertumbuhan 16,63 persen, di tahun 2008 sebesar Rp 9 791 984,59 juta dengan laju pertumbuhan 17,03 persen, pada tahun 2009 dengan jumlah Rp 12 113 078,49 juta atau laju pertumbuhannya naik mencapai 23,70 persen dan memuncak pada tahun 2010 dengan jumlah Rp 15 905 977,21 juta dengan laju pertumbuhan sebesar 31,31 persen.

Menurut Dermoredjo (2007), bahwa variabel pertumbuhan PDRB nonpertanian dan PDRB pertanian saling berkorelasi positif artinya dalam penciptaan nilai tambah kedua jenis PDRB ini tidak menghilang satu sama lain karena keduanya saling berkomplementer, begitu pula dengan pertumbuhan ekspor pertanian olahan dan impor pertanian olahan menunjukkan korelasi positif. Hal ini menunjukkan bahwa dalam memacu pembangunan pertanian melalui kombinasi substitusi impor dan promosi ekspor akan membentuk arah yang sama dalam berbagai program pembangunan.

Sektor pertanian memegang peran yang sangat penting dalam pembangunan

ekonomi. Seperti yang dikemukakan oleh Jhingan (2004), peran pertanian sangat

penting dalam hal menyediakan surplus pangan yang semakin besar kepada penduduk

yang kian meningkat, meningkatkan permintaan akan produk industri dan dengan

demikian mendorong keharusan diperluasnya sektor sekunder dan tersier,

menyediakan tambahan penghasilan devisa untuk impor barang-barang modal bagi

pembangunan melalui ekspor hasil pertanian secara terus-menerus, meningkatkan

penghasilan desa untuk dimobilisasi oleh pemerintah, dan memperbaiki kesejahteraan

(27)

Dalam hal penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja karena penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi sektor pertanian. Semakin banyak penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian maka akan berdampak kepada pertumbuhan ekonomi Negara. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan sektor pertanian maka akan semakin tinggi tingkat pembangunan di daerah tersebut (Husaini, 2009). Tabel 2 akan menunjukkan penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian.

Tabel 2. Penduduk Pekerja Menurut Sektor Lapangan Usaha Provinsi Jambi Tahun 2009–2010 (Jiwa)

Kesempatan Kerja Per Sektor 2009 Persentase 2010 Persentase

Pertanian 700 340 55,04 670 841 51,97

Pertambangan 21 713 1,71 22 727 1,76

Industri 45 176 3,55 34 821 2,70

Listrik, Gas, & Air Bersih 3 225 0,25 5 268 0,41

Bangunan 56 385 4,43 46 063 3,57

Perdagangan, Hotel, Restoran 201 979 15,87 211 946 16,42 Pengangkutan dan Komunikasi 61 584 4,84 63 675 4,93

Keuangan, Persewaan 6 778 0,53 13 526 1,05

Jasa-jasa dan lainnya 175 340 13,78 221 839 17,19

Jumlah 1 272 520 100,00 1 290 706 100,00

Sumber: BPS Provinsi Jambi, 2011.

(28)

perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 211 946 juta jiwa atau sekitar 16,42

persen meningkat sedikit dari tahun sebelumnya, dan terakhir sektor jasa-jasa dan lainnya sebesar 221 839 juta jiwa atau sekitar 17,19 persen .

Priyarsono, dkk (2008) menyatakan bahwa sektor pertanian hanya akan mampu mengangkat kesejahteraan petani kalau produktivitas pertanian ditingkatkan. Produktivitas bukan semata pada output fisik/ satuan input, akan tetapi pada nilai tambah. Untuk itu diperlukan beberapa hal, yaitu: peningkatan kepadatan investasi per satuan luas atau unit usaha pertanian, mengadakan restrukturisasi usaha pertanian menuju skala yang kompetitif dan mendukung kemandirian ekonomi dan dapat dijalankan dalam skala individual dan kelompok/ koperasi/ perusahaan, kembalikan pola pertanian dengan model kesatuan yang terkait dengan industri pengolahan dan ekspor, dan perlu adanya reorientasi kebijakan bahwa tujuan pembangunan pertanian adalah kesejahteraan petani.

(29)

yang pada gilirannya akan meningkatkan sektor produksi untuk menghasilkan output atau melakukan kegiatan-kegiatan produksi (Bappenas, 2007).

Guna menarik minat investor untuk berivestasi diperlukan upaya memperbaiki iklim investasi yang selaras dengan pembangunan sektoral, hal ini merupakan tugas penting yang harus dilakukan oleh pemerintahan suatu daerah. Dengan terciptanya iklim investasi yang kondusif, akan memungkinkan suatu dearah untuk memacu daya tumbuh perekonomiannya.

Investasi adalah kata kunci penentu laju pertumbuhan ekonomi, sehingga

investasi diperlukan untuk memacu pertumbuhan sektor-sektor perekonomian,

khususnya sektor pertanian, karena secara signifikan investasi akan mendorong

kenaikan output, meningkatkan permintaan input, yang pada gilirannya akan

meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat (BKPM, 2005). Akan

tetapi pada kenyataannya investasi disektor pertanian selama ini masih dianggap

(30)

didukung oleh adanya peningkatan besaran keterkaitan yang menyeluruh (pure total linkage) sektor perdagangan dan sektor pertanian. Selain itu, sektor-sektor pertanian dan perdagangan merupakan sektor-sektor-sektor-sektor yang menyerap tenaga kerja yang sangat besar.

Lampiran 2 menunjukkan nilai investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) di Provinsi Jambi. Nilai PMDN di Provinsi Jambi terbesar diberikan pada sektor sekunder atau sektor industri pengolahan dengan jumlah persentase setiap tahunnya mulai tahun 2006 – 2010 yaitu senilai 53,59 persen, diikuti dengan sektor tersier senilai 16, 35 persen dan terakhir pada sektor primer senilai 10,06 persen. Sektor pertanian tergabung dalam sekktor primer yang hanya mendapatkan kontribusi PMDN sejumlah 8, 18 persen. PMA di Provinsi Jambi terbesar diberikan pada sektor tersier yaitu senilai 41,43 persen dan terfokus pada sektor transportasi, gudang, dan komunikasi dengan jumlah PMA senilai 27,73 persen, diikuti dengan sektor sekunder yang merupakan sektor industri pengolahan mendapatkan nilai kontribusi PMA rata per tahun dengan jumlah 34,32 persen, dan yang terakhir sektor primer senilai 4,24 persen dan masuk pada sektor pertanian hanya sejumlah 2,46 persen. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan antar sektor di Provinsi Jambi dimana kontribusi PMDN dan PMA tidak melihat keterkaitan akan pentingnya sektor-sektor dominan yang memberikan kontribusi terhadap PDRB Provinsi Jambi yang sangat menentukan pertumbuhan perekonomian Provinsi Jambi seperti sektor pertanian.

(31)

Jambi. Semakin meningkatnya tingkat pertumbuhan investasi total (stok kapital total) investasi dalam R dan D (Riset and Development) dan tenaga kerja maka akan tinggi pula pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Begitu pula semakin tingginya tingkat pertumbuhan investasi sektor pertanian (stok kapital pertanian) investasi dalam R dan D sektor pertanian dan tenaga kerja sektor pertanian maka semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap pertumbuhan sektor pertanian (Sakka, 2004).

Masalah yang bertolak belakang dengan teori pertumbuhan ekonomi menurut teori Dornbush dimana pengeluaran PDB didistribusikan untuk konsumsi masyarakat, pengeluaran pemerintah, pengeluaran investasi dan ekspor bersih. Perekonomian di Provinsi Jambi dari sisi penerimaan PDRB sebagian besar disumbangkan oleh sektor pertanian, namun pengeluaran PDRB untuk investasi sektor pertanian masih sangat rendah.

Latar belakang di atas menunjukkan bahwa peran sektor pertanian masih sangat dominan sumbangannya terhadap PDRB Provinsi Jambi yang dari tahun ke tahun nilainya terus meningkat sekaligus penyerap tenaga kerja yang besar. Di sisi lain, jumlah PMDN dan PMA masih sangat rendah atau selalu berfluktuasi dari tahun ketahun. Hal ini perlu menjadi perhatian, sehingga nilai investasi di sektor pertanian ditingkatkan.

1.2. Perumusan Masalah

(32)

datang dengan diikuti oleh sektor-sektor lain yang laju pertumbuhannya juga semakin meningkat dengan adanya perluasan kesempatan kerja, sehingga sektor ekonomi Provinsi Jambi pada masa akan datang akan lebih baik lagi sehingga akan mempercepat peningkatan kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat. Ada beberapa kendala yang dihadapi sektor pertanian sehingga menyebabkan sektor ini sedikit lambat dalam meningkatkan laju pertumbuhannya yaitu: tenaga kerja dengan upah yang rendah, prasarana dan sarana yang kurang, koordinasi antar lembaga masih kurang, kemiskinan petani di pedesaan, dan penggunaan teknologi masih kurang (BPS Prov. Jambi, 2009).

(33)

investasi asing dan domestik. Investasi yang terjadi di daerah terdiri dari investasi pemerintah dan investasi swasta, baik berasal dari investasi pemerintah maupun investasi swasta. Investasi dari sektor swasta dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri (asing). Investasi pemerintah dilakukan guna menyediakan barang publik. Besarnya investasi pemerintah dapat dihitung dari selisih antara total anggaran pemerintah dengan belanja rutinnya.

Menurut Sadono Sukirno (2000), kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat. Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi, yakni: investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat sehingga kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat, pendapatan nasional serta kesempatan kerja; pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah kapasitas produksi; investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi. Investasi baik yang berasal dari dalam negeri maupun asing sangat diperlukan untuk meningkatkan kegiatan proses produksi termasuk produktivitasnya maupun distribusi input dan output sektor tertentu. Melalui investasi kapasitas produksi dapat ditingkatkan dan pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Pembangunan daerah memerlukan investasi yang terus meningkat dan harus dicukupi dengan memperhatikan kemampuan daerah sendiri dan kemampuan nasional. Untuk itu diperlukan pengerahan dana, tabungan masyarakat, tabungan pemerintah dan dana dari luar.

(34)

tepat guna, peningkatan kemampuan berorganisasi dan manajemen sehingga membawa manfaat bagi daerah serta dapat menjamin kelangsungan pembangunan. Investasi merupakan salah satu mesin penggerak pertumbuhan ekonomi. Dalam rangka meningkatkan laju investasi, pemerintah pertamakali harus menerapkan kebijaksanaan investasi di sektor-sektor publik sehingga dapat mendorong investasi di sektor swasta.

Sasaran investasi sektor swasta pada dasarnya dipisahkan menjadi dua, yakni melalui PMA/PMDN serta investasi tanpa fasilitas PMA/PMDN (non PMA/PMDN). Investasi yang dilakukan oleh swasta tersebut merupakan wujud tanggung jawab masyarakat dalam pembangunan secara umum dan pembangunan ekonomi secara khusus. Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi yang diperlukan untuk evaluasi dan perencanaan ekonomi makro, biasanya dilihat dari pertumbuhan angka Produk Domestik Bruto (PDRB), baik atas harga berlaku maupun berdasarkan atas harga konstan. Investasi Provinsi Jambi dari tahun ketahun selalu menunjukkan angka yang berfluktuasi dan cenderung menurun, secara tidak langsung juga mengurangi jumlah investasi pada sektor pertanian. Sebagian besar dari total keseluruhan dari jumlah PDRB Provinsi Jambi disumbangkan oleh sektor pertanian, maka dari itu penting bagi pemerintah untuk memprioritaskan investasi disektor pertanian. Peningkatan investasi dan konsumsi pada sektor pertanian merupakan pendorong penting peningkatan pertumbuhan ekonomi.

(35)

output, pendapatan dan tenaga kerja dan bagaimana pembentukan struktur permintaan dan penawaran, konsumsi, ekspor, investasi, nilai tambah dan output sektoral dalam perekonomian provinsi Jambi? dan faktor apakah yang mempengaruhi investor dalam menentukan prioritas untuk menanamkan modalnya di sektor pertanian di Provinsi Jambi?. Pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan masalah penting yang akan dijawab melalui kegiatan penelitan ini.

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan penelitian adalah

1. Menganalisis tingkat keterkaitan kebelakang dan ke depan sektor pertanian dengan sektor ekonomi lainnya di Provinsi Jambi.

2. Menganalisis dampak investasi sub-sektor pertanian terhadap pembentukan output, pendapatan, dan tenaga kerja.

3. Menganalisis faktor-faktor yang menjadi prioritas kebijakan dan keputusan investor untuk melakukan investasi di sektor pertanian di Provinsi Jambi.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah

1. Sebagai bahan masukan bagi para pembuat kebijakan dan pengambil keputusan dalam merumuskan dan merencanakan arah kegiatan pembangunan daerah umumnya dan pertanian khususnya di Provinsi Jambi serta sebagai bahan pertimbangan untuk kegiatan penanaman modal di sektor pertanian.

(36)

menentukan program pembangunan di sektor pertanian. Bagi pihak swasta, penelitian ini berguna sebagai panduan dan bahan pertimbangan untuk menanamkan modalnya di sektor pertanian di Provinsi Jambi.

3. Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan dengan latar belakang, perumusan masalah dan tujuan penelitian maka dibutuhkan ruang lingkup untuk mengetahui batasan-batasan penelitian. Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis peranan investasi sektor pertanian terhadap pertumbuhan perekonomian Provinsi Jambi dengan menggunakan pendekatan analisis input-output, yang kemudian dilanjutkan dengan pendekatan analisis AHP (Analitycal Hierarchy Process) guna melengkapi informasi yang tidak dapat dihasilkan dari analisa Input-Output seperti penentuan prioritas faktor-faktor investasi, pelaku investasi, kendala investasi, serta kebijakan atau keputusan yang diambil dalam berinvestasi.

Tabel dasar input output Provinsi Jambi yang digunakan, yaitu Tabel Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen (ADHP) Provinsi Jambi tahun 2007 yang

telah dipublikasikan kemudian di update ke Tahun 2010 dengan data agregasi dari Tabel dasar Input-Output Tahun 2007 sebanyak 42 sektor ekonomi dengan menggunakan metode RAS. Peranan investasi sektor pertanian yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi sub sektor tanaman pangan dan bahan makanan,

(37)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Peranan Sektor Pertanian dalam Produk Domestik Regional Bruto

Tidak dipungkiri bahwa sektor pertanian adalah sektor utama dalam perekonomian nasional Indonesia, baik dilihat dari sumbangannya dalam pendapatan nasional, maupun jumlah penduduk yang hidupnya tergantung padanya. Bahkan beberapa kali terbukti sektor pertanian menjadi semacam penyangga perekonomian pada saat-saat resesi dunia memberikan pengaruh buruknya dan melemahkan sendi-sendinya.

Usaha sektor pertanian yang menggunakan kandungan lokal dalam hal ini menguntungkan sehingga dijadikan sebagai pemicu peningkatan ekspor. Selain itu umumnya banyak menyerap tenaga kerja yang bersifat padat karya. Kondisi di atas menunjukkan bahwa pertanian merupakan alternatif upaya yang terus didorong pengembangannya dalam rangka perolehan devisa sekaligus penyerapan tenaga kerja (Nainggolan, 1998).

(38)

produksi pertanian relatif stabil, karena memiliki keterkaitan antar sektoral yang luas dan sangat penting untuk pemantapan ketahanan pangan.

Krisis keuangan yang melanda Indonesia mempunyai dampak terhadap pertanian rakyat tetapi intensitas dampaknya tergantung pada sumber perolehan bahan baku dari dalam dan luar negeri, dan struktur permodalan usaha agribisnis pertanian tersebut. Diperkirakan penyerapan tenaga kerja akan mengalami kenaikan jika krisis keuangan menyebabkan harga output dan keuntungan komoditas pertanian meningkat, sebaliknya akan negatif terhadap pertanian rakyat (Tambunan, 2001).

Bagi kaum klasik, pembentukan modal adalah pengeluaran yang akan mempertinggi jumlah barang-barang modal dalam masyarakat. jika hal ini dapat ditingkatkan, maka dengan sendirinya produksi dan pendapatan nasional akan bertambah tinggi dan pembangunan ekonomi akan tercipta (Sukirno, 2007). Persamaan dasar ekonomi makro yang dapat dijelaskan adalah:

Y = C + I + G + (X-M)

Secara sederhana bisa dilihat bahwa output daerah (PDRB) akan meningkat ketika terjadi peningkatan pada konsumsi (C), investasi (I), pengeluaran pemerintah (G), dan ekspor bersih (X-M).

(39)

tingkat harga sepanjang waktu. Peranan sektor pertanian terhadap produk domestik bruto ialah sektor pertanian menghasilkan sejumlah barang atau output sebagai kontribusi terhadap pendapatan suatu negara.

Oleh karena itu, pembangunan ekonomi kerakyatan yang berbasis kepada kegiatan pertanian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari strategi pembangunan wilayah secara menyeluruh yang tidak saja mengalokasikan secara khusus kegiatan bisnis pertanian dengan wilayah pemasok sarana produksi pertanian, pengolahan produksi pertanian dan meningkatkan nilai tambah lainnya dengan wilayah pasar yang luas, baik secara nasional, regional maupun internasional.

2.2. Pengaruh Investasi Terhadap Kurva Permintaan Agregat

(40)

peningkatan pendapatan merupakan investasi secara langsung melalui lembaga keuangan. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

Y = C + S

dimana : Y = Pendapatan Masyarakat S = Tabungan

C = Konsumsi I = Investasi

dengan asumsi keseimbangan : S = I maka : Y = C + I

Adapun asumsi teori Keynesian adalah sebagai berikut :

1. Dalam masyarakat bersangkutan masih terdapat sumberdaya yang belum dimanfaatkan sehingga output dapat ditingkatkan tanpa menekan harga-harga itu ke atas,

2. Harga-harga itu relatif kaku untuk bergerak ke bawah sehingga harga-harga itu tidak jatuh, walaupun terdapat kelebihan penawaran (excess supply) dalam pasar tenaga kerja dan pasar komoditas.

Gambaran mengenai peningkatan pendapatan masyarakat yang disebabkan oleh kenaikan investasi dan tingkat konsumsi dapat dilihat pada gambar 1 berikut :

AD2

AD1

0 Y1 Y2

Gambar 1. Hubungan Pendapatan, Investasi dan Konsumsi (Mankiw,2000)

Pendapatan (Y) Tingkat

(41)

Keterangan :

Y1 = Pendapatan awal

Y2 = Pendapatan setelah kenaikan konsumsi dan investasi AD1 = Permintaan agregat / agregat demand awal

AD2 = Permintaam agregat setelah kenaikan konsumsi dan investasi

Gambar diatas dapat menjelaskan bahwa adanya investasi mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita di suatu wilayah (Mankiw, 2000).

(42)

∆Y = K. ∆I dan 1 − mewakili kecenderungan marginal konsumsi.

Jadi K = = C =

BPS (2000) menyebutkan dalam model ekonomi makro dikenal suatu terminologi yang disebut sebagai pengganda (multiplier) yang menjelaskan dampak yang terjadi terhadap variabel endogen (endogenous variable) akibat perubahan pada variabel eksogen (exogenous variable). Pengganda dimaksud, misalnya, pengganda pendapatan nasional yang dirumuskan seperti diatas dimana MPC adalah marginal propensity to consume atau kecenderunganmarginal mengkonsumsi. Pengganda tersebut menjelaskan bahwa perubahan pendapatan nasional ditentukan oleh perubahan MPC; semakin besar MPC, maka semakin besar pendapatan nasional.

Dalam tabel I-O, pengganda tersebut juga dapat dapat diperoleh, tidak hanya merupakan satu besaran pengganda tetapi bahkan merupakan beberapa (sekelompok) besaran pengganda yang dinyatakan dalam bentuk matriks pengganda (mulitiplier matrix). Sama dengan pengganda pada model ekonomi makro yang telah dijelaskan di atas, matriks pengganda pada tabel I-O juga menjelaskan perubahan yang terjadi pada berbagai peubah endogen sebagai akibat perubahan pada suatu atau beberapa peubah eksogen. Matriks pengganda dalam tabel I-O digunakan untuk melakukan analisis dampak (impact analysis), seperti analisis dampak output, analisis dampak pendapatan, analisis dampak tenaga kerja, dan analisis keterkaitan (daya penyebaran dan derajat kepekaan). (BPS, 2000).

(43)

tetapi juga terhadap penawaran agregat (AS) melalui pengaruhnya terhadap kapasitas produksi. Dalam prespektif waktu yang lebih panjang ini. I menambah stok kapital (misalnya, pabrik-pabrik, jalan-jalan dan sebagainya). Jadi I= K, dimana K adalah stok kapital dalam masyarakat. Ini berarti pula peningkatan kapasitas produksi masyarakat dan selanjutnya berarti bergesernya kurva S ke kanan.

2.2.1. IS-LM Sebagai Teori Permintaan Agregat

Mankiw (2006) menyatakan, IS-LM dapat digunakan untuk menjelaskan pendapatan nasional dalam jangka pendek ketika tingkat harga adalah tetap. Untuk melihat bagaimana model IS-LM sesuai dengan model penawaran agregat dan permintaan agregat yang telah di telaah dalam model IS-LM jika tingkat harga dibiarkan berubah. Dengan mengkaji efek dari perubahan tingkat harga untuk menjelaskan posisi dan kemiringan dari kurva permintaan agregat.

Determinan permintaan agregat dapat dipahami secara lebih lengkap, dengan menggunakan model IS-LM. Model IS-LM untuk dapat menunjukkan mengapa pendapatan nasional turun ketika tingkat harga naik yaitu dan mengapa kurva permintaan agregat miring ke bawah, dan juga dapat melihat kurva permintaan agregat bergeser.

(44)

mengdongkrak tingkat bunga ekuilibrium dan mengurangi tingkat pendapatan ekuilibrium, sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 2(a).

(a) Model IS-LM (b) Kurva Permintaan Agregat

Tingkat Bunga, r LM(P2)

LM(P1)

IS AD

Gambar 2. Model IS-LM ke Kurva Permintaan Agregat

Disini tingkat harga naik dari P1 ke P2, dan pendapatan turun dari Y1 ke Y2. Kurva permintaan agregat dalam bagian (b) menunjukkan hubungan negatif antara pendapatan nasional dan tingkat harga. Dengan kata lain, kurva permintaan agrerat menunjukkan sekumpulan titik ekuilibrium yang muncul dalam model IS-LM ketika mengubah tingkat harga dan melihat apa yang terjadi dengan pendapatan.

Menderivasi kurva permintaan agregat dan model IS-LM bagian (a) menunjukkan model IS-LM; kenaikan tingkat harga dari P1 ke P2 menurunkan keseimbangan uang riil dan menggeser kurva LM ke atas. Pergeseran dalam kurva LM menurunkan pendapatan dari Y1 ke Y2. Bagian (b) menunjukkan kurva permintaan agregat yang meringkas hubungan antara tingkat harga dan pendapatan yaitu semakin tinggi tingkat harga, semakin rendah tingkat pendapatan. Perubahan pendapatan dalam IS-LM yang disebabkan oleh

(45)

perubahan tingkat harga menunjukkan pergerakkan di sepanjang kurva permintaan agregat. Perubahan pendapatan dalam model IS-LM untuk tingkat harga tetap menunjukkan pergeseran dalam kurva permintaan agregat.

2.3. Konsep Produksi

Pengertian produksi ditinjau dari segi ekonomi merupakan suatu proses pendayagunaan sumber-sumber yang telah tersedia sehingga memperoleh suatu hasil yang baik kualitas dan kuantitasnya dapat diperdagangkan. Menurut Soekartawi (1994), produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Berdasarkan pengertian ini, dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output. Hubungan teknis antara input produksi dengan output dapat dijelaskan dengan suatu fungsi produksi. Dengan demikian, fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan jumlah maksimum output yang dihasilkan dengan kombinasi input tertentu.

Masing-masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama lain. Jika salah satu faktor tidak tersedia, maka proses produksi tidak akan berjalan, terutama tiga faktor utama, yaitu tanah, modal, dan tenaga kerja. Hubungan antara jumlah output (Y) dengan jumlah input dalam proses produksi (X1, X2, X3,....Xn), secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

Y = f(X1, X2, X3,....Xn)

(46)

BPS (2000) menyebutkan Pendapatan Nasional atau PDB yaitu total output (produksi) yang dihasilkan oleh masyarakat dalam perekonomian suatu negara. Cara perhitungan pendapatan nasional menurut pendekatan produksi dalam praktiknya yaitu dengan membagi perekonomian menjadi beberapa sektor produksi. Jumlah output setiap sektor merupakan jumlah output seluruh perekonomian. Hanya saja, ada kemungkinan bahwa output yang dihasilkan suatu sektor perekonomian berasal dari output sektor lain, atau merupakan input bagi sektor ekonomi yang lainnya. Dengan kata lain, jika tidak berhati-hati akan terjadi perhitungan ganda (double accounting) atau bahkan multiple accounting. Akibatnya angka PDB bisa menggelembung beberapa kali lipat dari angka yang sebenarnya. Untuk menghindarkan hal tersebut, maka dalam perhitungan PDB dengan metode produksi, yang dijumlahkan yaitu nilai tambah (value added) setiap sektor. Nilai tambah yaitu selisih antara nilai output dan nilai input antara. Untuk mengetahui besarnya nilai tambah, digunakan rumus sebagai berikut.

NT = NO - NI Keterangan:

NT = Nilai Tambah NO = Nilai output NI = Nilai Input Antara

2.4. Konsep Tenaga Kerja

(47)

maka apabila salah satu masukan ditambah satu unit tambahan dan masukan lainnya dianggap tetap akan menyebabkan tambahan keluaran yang dapat diproduksi. Tambahan keluaran yang diproduksi inilah yang disebut dengan produk fisik marjinal (Marginal Physcal Product). Selanjutnya dikatakan bahwa apabila jumlah tenaga kerja ditambah terus menerus sedang faktor produksi lain dipertahankan konstan, maka pada awalnya akan menunjukkan peningkatan produktivitas namun pada suatu tingkat tertentu akan memperlihatkan penurunan produktivitasnya serta setelah mencapai tingkat keluaran maksimal setiap penambahan tenaga kerja akan mengurangi pengeluaran. Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang sangat penting dalam pembentukan nilai tambah suatu kegiatan ekonomi. Sumber daya manusia adalah komponen utama dari pembangunan karena pelaku utama pembangunan ialah manusia. Gambaran ini dapat melihat berapa besar nilai tambah suatu kegiatan ekonomi yang diberikan oleh setiap tenaga kerja pada suatu kegiatan ekonomi dengan menghitung produktivitas tenaga kerja. Beberapa hal yang berhubungan dengan ketenagakerjaan yang dapat mempengaruhi daya tarik terhadap investasi diantaranya ketersediaan tenaga kerja.

(48)

sektor-sektor ekonomi agregatif, bukan besarnya produksi barang dan jasa tetapi besarnya pertumbuhan ekonomi (PDRB). Produktifitas di ukur berdasarkan besarnya PDRB di sektor tertentu dibagi dengan jumlah tenaga kerja disektor tersebut.

2.5. Konsep Kapital

Nanga, M (2005) menjelaskan teori akselerator memusatkan perhatiannya pada hubungan antara permintaan akan barang modal ( capital goods) dan permintaan akan produk akhir (final product), dimana permintaan akan barang modal dilihat sebagai permintaan turunan (derived demand) dari permintaan akan barang atau produk akhir. Teori ini mulai dengan mengasumsikan adanya capital output ratio (COR) tertentu, yang ditentukan oleh kondisi teknis produksi. Hubungan antara kapital dan output ( COR) tersebut secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

K = k Y

Dimana K adalah jumlah kapital yang digunakan, Y adalah tingkat output agregat, k adalah rasio kapital output yang tetap (fixed capital output ratio). Ini menjelaskan bahwa untuk menghasilkan tingkat output Yt pada periode waktu t, membutuhkan jumlah kapital sebesar Kt yang besarnya sama dengan k.Yt. Dari hal diatas, persamaan tersebut dapat ditulis kembali menjadi :

Kt = k . Yt

Kt-1 = k . Yt-1, Karena investasi bersih (net investment ) pada kurun waktu t, It : It = Kt - Kt-1

(49)

Persamaan diatas menunjukkan bahwa investasi netto (It) adalah sama dengan koefisien akselerator (k) dikali dengan perubahan dalam output agregat selama kurun waktu t (Yt). Oleh karena k diasumsikan konstan, maka investasi netto dengan sendirinya menjadi fungsi dari perubahan di dalam output agregat. Kalau output agregat meningkat, maka investasi netto akan positif. Jika output agregat meningkat dengan jumlah yang semakin besar, maka investasi netto akan meningkat dengan jumlah yang lebih besar lagi.

2.6. Konsep Investasi

Investasi adalah pengeluaran untuk membeli barang modal dan peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti atau menambah barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa di masa depan, dengan perkataan lain investasi adalah kegiatan perbelanjaan untuk meningkatkan kapasitas produksi dalam perekonomian (Sukirno, 2000).

(50)

formation” untuk mencapai tingkat produksi yang lebih besar. Investasi di bidang pengembangan sumberdaya manusia akan meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia,sehingga menjadi tenaga ahli yang terampil yang dapat memperlancar kegiatan produktif.

Sukirno (2000) juga menjelaskan kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat. Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi, yakni (1) investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat, sehingga kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat , pendapatan nasional serta kesempatan kerja; (2) pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah kapasitas produksi; (3) investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi.

Menurut Mankiw (2006), salah satu alasan yang bisa meningkatkan permintaan investasi adalah inovasi teknologi, misalnya, seseorang menemukan teknologi baru, seperti jalan tol atau komputer. Sebelum menikmati manfaat inovasi ini, perusahaan dan rumah tangga harus membayar barang-barang investasi. Penemuan jalan tol tidak bernilai sampai mobil-mobil diproduksi dan jalur jalan dibuat. Gagasan tentang komputer tidak tidak prokduktif sampai komputer diproduksi. Jadi, inovasi teknologi akan meningkatkan permintaan investasi.

(51)

ditunjukkan oleh pergeseran kurva investasi ke kanan. Perekonomian bergerak dari ekuilibrium yang lama, titik A, ke ekuilibrium baru, titik B. Jumlah investasi ekuilibrium tidak berubah, maka tingkat tabungan yang tetap akan tetap menentukan jumlah investasi. Peningkatan dalam investasi hanya akan meningkatkan tingkat bunga ekuilibrium. Kenaikan permintaan terhadap investasi merupakan kenaikan permintaan terhadap barang-barang investasi menggeser kurva investasi ke kanan. Pada tingkat bunga berapapun, jumlah investasi lebih besar. Ekuilibrium bergerak dari titik A ke titik B karena jumlah tabungan adalah tetap, maka kenaikan permintaan investasi kenaikkan tingkat bunga sedangkan jumlah investasi ekuilibrium tidak berubah.

(52)

Gambar 3(b). menunjukkan kenaikan permintaan investasi ketika tabungan bergantung pada tingkat bunga, ketika tabungan bergantung pada tingkat bunga, pergeseran ke kanan dalam kurva investasi menaikkan tingkat bunga dan jumlah investasi. Tingkat bunga yang lebih tinggi mendorong orang-orang meningkatkan tabungan, yang pada gilirannya membuat investasi meningkat. Dengan tabungan yang miring ke atas, kenaikan permintaan investasi akan meningkat tingkat bunga ekuilibrium maupun jumlah investasi ekuilibrium. Kenaikan tingkat bunga menyebabkan rumah tangga mengkonsumsi lebih sedikit dan menabung lebih banyak. Penurunan konsumsi membuat sumber daya bisa diinvestasikan.

Namun, kesimpulannya akan berbeda jika fungsi konsumsi sederhana dimodifikasi dan memungkinkan konsumsi (dan sisi dibaliknya, tabungan) bergantung pada tingkat bunga. Karena tingkat bunga merupakan hasil tabungan (seperti biaya pinjaman), maka tingkat bunga yang semakin tinggi mengurangi konsumsi dan meningkatkan tabungan. Kenaikan tingkat bunga menyebabkan rumah tangga mengkonsumsi lebih sedikit dan menabung lebih banyak. Penurunan konsumsi membuat sumber daya bisa diinvestasikan.

(53)

output mereka ke dalam investasi (Dornbush, 2004). Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik mengartikan investasi sebagai suatu kegiatan penanaman modal pada berbagai kegiatan ekonomi dengan harapan untuk memperoleh keuntungan (benefit) pada masa-masa yang akan datang.

Investasi merupakan unsur PDB yang paling sering berubah. Ada tiga bentuk pengeluaran investasi, yaitu investasi tetap bisnis, investasi tetap residensial, dan investasi persediaan. Investasi tetap bisnis adalah pembelian pabrik dan peralatan baru oleh perusahaan, investasi residensial adalah pembelian rumah baru oleh rumah tangga dan tuan tanah. Investasi persediaan adalah peningkatan dalam persediaan barang perusahaan (Mankiw, 2006). Selain ini, investasi dapat dibedakan atas investasi finansial dan investasi non-finansial. Investasi finansial lebih ditujukan kepada investasi dalam bentuk pemilikan instrumen finansial seperti penyertaan, pemilikan saham, obligasi, dan sejenisnya. Sedangkan investasi non-finansial dalam bentuk investasi fisik (kapital dan barang modal), termasuk pula inventori (persediaan).

(54)

Nanga (2005), investasi (investment) dapat didefenisikan sebagai tambahan bersih terhadap stok kapital yang ada (net addition to existing capital stock). Istilah lain dari investasi adalah pemupukan modal (capital formation) atau akumulasi modal (capital accumulation). Dengan demikian, didalam makroekonomi pengertian investasi tidak sama dengan modal (capital). Dalam Makroekonomi, investasi memiliki arti yang lebih sempit, yang secara teknis berarti arus pengeluaran yang menambah stok modal fisik. Investasi merupakan jumlah yang dibelanjakan sektor bisnis untuk menambah stok modal dalam periode tertentu.

2.7. Peranan Investasi dalam Pembangunan

Kesejahteraan masyarakat tidak terlepas dari kegiatan ekonomi. Aktvitas ekonomi akan menghasilkan nilai tambah ekonomi maupun nilai tambah masyarakat. nilai tambah tersebut antara lain berupa timbulnya barang dan jasa, kesempatan kerja, dan pemanfaatan aset/faktor produksi yang menganggur. Kesejahteraan masyarakat suatu bangsa secara umum tergambar oleh Produk Domestik Bruto (PDB) yang dihasilkan oleh negara tersebut. Semakin tinggi PDB, semakin sejahtera masyarakatnya. Dengan demikian maka tingkat kesejahteraan masyarakat berkaitan erat dengan perkembangan investasi, yaitu berupa penciptaan nilai tambah oleh kegiatan investasi tersebut.

(55)

kesejahteraan masyarakat sebagai konsekuensi dan meningkatnya pendapatan yang diterima masyarakat.

Investasi penting bagi upaya pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Provinsi Jambi sebagai salah satu Provinsi yang sedang membangun, sangat membutuhkan investasi. Baik investasi dari luar negeri (PMA) maupun investasi yang berasal dari dalam negeri (PMDN). Adanya arus investasi akan mempercepat pertumbuhan ekonomi melaui transfer modal, teknologi, manajemen dan kewirausahaan. Untuk dapat secara terus menerus menarik minat investor berinvestasi maka upaya-upaya perbaikan daya saing investasi harus ditingkatkan.

2.8. Defenisi Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Mankiw (2008), dalam terminologi fungsi produksi pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan total output dalam proses produksi akibat peningkatan faktor produksi dan kemajuan teknologi pada periode tertentu. Sedangkan menurut Hess dan Ross (2000), pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan total barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara pada periode tertentu yang dipresentasikan oleh peningkatan output per kapita.

(56)

Menurut Miller dan Blair dalam Hadianto (2010), output suatu negara dalam model input output merupakan penjumlahan antara input antara (intermediate input) dan permintaan akhir (final demand). Permintaan akhir terdiri atas permintaan domestik dan permintaan luar negeri atau disebut ekspor. Selain itu dalam proses perdagangan internasional, produksi barang dan jasa membutuhkan faktor input yang berasal dari impor.

2.9. Pembangunan Pertanian dan Keterkaitan Pembangunan Ekonomi

Kemampuan sektor pertanian sebagai lokomotif penarik pertumbuhan output di sektor-sektor ekonomi lainnya tidak hanya melalui keterkaitan produksi seperti dalam pandangan Hirschman, tetapi juga melalui keterkaitan konsumsi atau pendapatan dan pada banyak kasus juga melalui keterkaitan investasi. Dalam bentuk-bentuk keterkaitan ekonomi tersebut, sektor pertanian mempunyai tiga fungsi utama. Pertama, sebagai sumber investasi di sektor -sektor non-pertanian : surplus uang (Money Suplay) di sektor pertanian menjadi sumber dana investasi di sektor -sektor lain, kedua, sebagai sumber bahan baku atau input bagi sektor-sektor lainnya, khususnya agroindustri dan sektor-sektor perdagangan, ketiga, melalui peningkatan permintaan di pasar output, sebagai sumber diversifikasi produksi di sektor-sektor ekonomi lainnya. (Tambunan. T, 2003).

(57)

penduduk yang semakin cepat serta terus melonjaknya tingkat pengangguran pada awalnya tercipta dari stagnasi serta terlalu seringnya kemunduran kehidupan perekonomian di sektor pertanian.

Todaro (2003), menyatakan suatu strategi pembangunan ekonomi yang dilandaskan pada prioritas pertanian dan ketenagakerjaan paling tidak memerlukan tiga unsur pelengkap dasar, yaitu: percepatan pertumbuhan output melalui serangkaian penyesuaian teknologi, institusional, dan insentif harga yang khusus dirancang untuk meningkatkan produktivitas para petani kecil, peningkatan permintaan domestik terhadap output pertanian yang dihasilkan dari strategi pembangunan perkotaan yang beroirentasi pada upaya pembinaan ketenagakerjaan, diversifikasi kegiatan pembangunan daerah yang bersifat padat karya, yaitu nonpertanian, yang secara langsung dan tidak langsung akan menunjang dan ditunjang oleh masyarakat pertanian. Karena itu, pada skala yang lebih luas, pembangunan sektor pertanian kini diyakini sebagai intisari pembangunan nasional secara keseluruhan oleh banyak pihak. Harus diingat bahwa tanpa pembangunan daerah pedesaan/pertanian yang integratif, pertumbuhan industri tidak akan berjalan dengan lancar, dan kalaupun bisa berjalan, pertumbuhan industri tersebut akan menciptakan berbagai ketimpangan internal yang sangat parah dalam perekonomian yang bersangkutan Pada gilirannya, segenap ketimpangan tersebut akan memperparah masalah-masalah kemiskinan, ketimpangan pendapatan, dan pengangguran.

(58)

ekonomi yang sangat potensial dalam empat bentuk kontribusinya terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional, yaitu sebagai berikut :

1. Ekspansi dari sektor-sektor ekonomi nonpertanian sangat bergantung pada produk-produk dari sektor pertanian, bukan saja untuk kelangsungan pertumbuhan suplai makanan, tetapi juga untuk penyediaan bahan-bahan baku untuk keperluan kegiatan produksi di sektor-sektor nonpertanian tersebut, terutama industri pengolahan, seperti industri-industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi, barang-barang dari kulit, dan farmasi. Hal ini kemudian disebut sebagai kontribusi produk.

2. Karena kuatnya bias agraris dari ekonomi selama bertahap-tahap awal pembangunan maka populasi di sektor pertanian (daerah pedesaan) membentuk suatu bagian yang sangat besar dari pasar (permintaan) domestik terhadap produk-produk dari industri dan sektor lain di dalam negeri, baik untuk barang-barang produsen maupun barang-barang-barang-barang konsumen yang kemudian disebut sebagai kontribusi Pasar.

3. Karena relatif pentingnya pertanian (dilihat dari sumbangan output-nya terhadap pembentukan PDB dan andilnya terhadap penyerapan tenaga kerja) tanpa bisa dihindari menurun dengan pertumbuhan atau semakin tingginya tingkat pembangunan ekonomi, sektor ini dilihat sebagai suatu sumber modal untuk investasi di dalam ekonomi. Jadi pembangunan ekonomi melibatkan transfer surplus modal dari sektor pertanian ke sektor-sektor nonpertanian.Hal ini disebut sebagai kontribusi faktor-faktor produksi.

Gambar

Tabel 2. Penduduk Pekerja Menurut Sektor Lapangan Usaha Provinsi Jambi
Gambar 2. Model IS-LM  ke Kurva Permintaan Agregat
Gambar 3. Hubungan Tingkat Bunga dan Investasi (Mankiw, 2006)
Tabel 4. Lanjutan
+7

Referensi

Dokumen terkait