i
EFEKTIVITAS PENERAPAN APLIKASI e-FAKTUR BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP) DALAM MENJALANKAN
KEWAJIBAN PAJAKNYA
Oleh:
ADE LESTARI PRADITA DEWI NIM: 1306043034
PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Tugas Akhir Studi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing serta diuji pada tanggal : ………..
Tim Penguji : Tanda Tangan
1. Ketua : Ni Luh Supadmi, SE., M.Si., Ak ……….
2. Sekretaris : Naniek Noviari, SE., M.Si., Ak .………
Mengetahui,
Ketua Program Pembimbing
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa , karena berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Studi yang berjudul “Efektivitas Penerapan Aplikasi E-Faktur Bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP) dalam Menjalankan Kewajiban Pajak”.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir Studi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam penyusunan Tugas Akhir Studi ini. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
2. Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
3. Drs. I Komang Ardana, MM., selaku Ketua Program Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
4. Ni Luh Supadmi, SE., M.Si, Ak., selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir Studi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan sampai dengan selesainya Tugas Akhir Studi ini.
iv
6. Bapak dan Ibu Dosen yang mengajar dan membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan pada Program Studi Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
7. Kedua orang tua, saudara-saudara dan seluruh keluarga penulis yang senantiasa selalu memberikan semangat, motivasi serta doa kepada penulis dalam menjalankan kuliah hingga penyususnan laporan ini.
8. Rekan-rekan mahasiswa Diploma III Perpajakan angkatan 2013 yang selalu setia, berbagi tawa, dorongan dan berbagi informasi dan pengalaman selama perkuliahan hingga terselesainya Laporan Pratik Kerja Lapangan (PKL) ini.
9. Semua pihak yang telah mendukung melalui perhatian, dorongan, semangat dan motivasi serta segala bantuan kepada penulis selama penyusunan Laporan Pratik Kerja Lapangan (PKL) ini.
Penulis menyadari sepenuhya bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir Studi ini, masih belum sempurna disebabkan karena keterbatasan kemampuan serta pengalaman penulis. Namun demikian Tugas Akhir Studi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi yang berkepentingan.
Denpasar, April 2016
v
Judul : Efektivitas Penerapan Aplikasi E-Faktur Bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP) Dalam Menjalankan Kewajiban Pajak.
Nama : Ade Lestari Pradita Dewi Nim : 1306043034
ABSTRAK
Penggunaan aplikasi e-Faktur merupakan kebutuhan pelayanan pajak. Pengusaha kena pajak akan diharuskan menggunakan e-Faktur untuk memenuhi kewajiban pajaknya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana efektivitas penerapan aplikasi e-Faktur bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP) dalam menjalankan kewajiban pajak.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif kualitatif, yaitu teknik analisis data dengan mendeskripsikan data yang diperoleh secara menyeluruh yaitu dimulai dari mekanisme penggunaan aplikasi e-Faktur, cara memasukan lawan transaksi, memasukan barang atau jasa, memasukan no faktur, memasukan faktur keluaran, faktur masukan, dan pembuatan SPT PPN secara elektronik atau e-Faktur dari informasi yang di berikan oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Hasil penelitian ini menunjukkan efektivitas penerapan aplikasi e-Faktur bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP) dalam menjalankan kewajiban pajak yaitu secara sistem pembuatan faktur lebih efektif dan akurat karena tidak perlu lagi mempergunakan tanda tangan basah, cukup dengan tanda tangan elektronik berbentuk seperti QR-code, tidak harus dicetak karena ketika faktur pajak telah di upload maka secara otomatis faktur pajak tersebut telah terlapor dan terlindungi dari penyalahgunaan Faktur Pajak yang tidak sah,
vi DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Tujuan Penelitian ... 4
1.3 Kegunaan Penelitian…………... 4
1.4 Sistematika Penulisan ... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 6
2.1.1 Pengertian Pajak ... 6
2.1.2 Fungsi Pajak ... 8
2.1.3 Pengertian Pajak Penghasilan ... 9
2.1.4 Subjek Pajak ... 9
2.1.5 Sistem Pemungutan Pajak... 12
2.1.6 Pengertian Objek Pajak... 13
2.1.7 Pajak Pertambahan Nilai... 17
2.1.8 Subjek Pajak PPN ... 17
2.1.9 Objek Pajak Pajak Pertambahan Nilai ... 18
2.1.10 Pengusaha Kena Pajak ... 18
2.1.11 Faktur Pajak ... 19
2.1.12 Jenis – jenis Faktur Pajak ... 19
2.1.13 Pengertian e-Faktur ... 20
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian ... 21
3.2 Objek Penelitian ... 21
3.3 Identifikasi Variabel ... 21
3.4 Defisini Operasional Variabel ... 22
vii
3.6 Metode Pengumpulan Data ... 23
3.7 Teknis Analisis Data... 23
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Daerah Hasil Penelitian ... 24
4.1.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan ... 24
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 29
4.2.1 Mekanisme Penggunaan Aplikasi e-Faktur ... 29
4.2.2 Memasukan Lawan Transaksi ... 30
4.2.3 Memasukan Barang dan Jasa ... 31
4.2.4 Memasukan Nomor Faktur ... 32
4.2.5 Membuat e-Faktur Pajak Keluaran. ... 34
4.2.6 Membuat SPT PPN.. ... 39
4.2.7 Efektivitas Sistem Penerapan Aplikasi e-Faktur.. 40
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 42
5.2 Saran ... 43 DAFTAR RUJUKAN
viii
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
4.1 Struktur Organisasi dan Uraian Jabatan ... 26
4.2 Tampilan Aplikasi e-Faktur ... 29
4.3 Tampilan Login e-Tax Invoice ... 29
4.4 Tampilan Menu Administrasi Lawan Transaksi ... 30
4.5 Tampilan Memasukan Lawan Transaksi ... 30
4.6 Tampilan Menu Administrasi Barang/ Jasa ... 31
4.7 Tampilan Memasukan Barang/ Jasa ... 32
4.8 Tampilan Menu Referensi No Faktur ... 33
4.9 Tampilan Menu Range No Faktur ... 33
4.10 Tampilan Menu Administrasi Faktur ... 34
4.11 Tampilan Menu Rekam Faktur ... 34
4.12 Tampilan Referensi No. Faktur ... 36
4.13 Tampilan Memasukan Barang/ Jasa ... 34
4.14 Tampilan Menu Menyimpan Faktur ... 37
4.15 Tampilan Pengganti Faktur ... 38
4.16 Tampilan Menu SPT ... 39
4.17 Tampilan Posting Pajak Keluaran Pajak Masukan ... 39
4.18 Tampilan Menu Membuka SPT ... 40
[image:8.595.130.491.219.530.2]ix
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran
1. Contoh Surat Pengukuhan PKP 2. Faktur Pajak Lama
3. Faktur Pajak Baru
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar besarnya kemakmuran rakyat. Pajak memberikan kontribusi
cukup besar bagi penerimaan negara, salah satunya adalah Pajak Penambahan
Nilai (PPN). Pajak Penambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas
setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen
ke konsumen. PPN termasuk jenis pajak tidak langsung, disebut pajak tidak
langsung karena tidak langsung dibebankan kepada penanggung pajak
(konsumen) tetapi melalui mekanisme pemungutan pajak dan disetor oleh pihak
lain (penjual). Transaksi penyerahannya bisa dalam bentuk jual-beli, pemanfaatan
jasa, dan sewa-menyewa.
Pemungutan, penyetoran dan pelaporan PPN merupakan kewajiban dari
produsen atau pedagang yang disebut Pengusaha Kena Pajak (PKP). Pengusaha
Kena Pajak (PKP) adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena
Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak. Faktur Pajak
merupakan bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak karena
penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa kena Pajak atau bukti
2
Jenderal Bea dan Cukai (Waluyo, 2011:315). Faktur pajak berfungsi sebagai
bukti pungutan pajak dan dapat digunakan sebagai sarana untuk
mengkreditkan Pajak Masukan.
Berkembanganya perdagangan di Indonesia terutama yang berkaitan
dengan ekspor impor meningkatkan penerimaan pajak yang diperoleh dari
faktur pajak, umumnya perusahaan yang berorientasi ekspor tidak perlu
melakukan pemungutan PPN hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan
perdagangan yang lebih kompetitif di luar negeri. Namun kemudahan fasilitas
perpajakan yang diberikan pemerintah justru dimanfaatkan secara tidak benar oleh
wajib pajak nakal untuk membobol kas negara. Modus yang dilakukan oknum
nakal ini beragam mulai dari menaikan nilai pajak agar mendapat restitusi lebih
besar, sampai pemalsuan faktur pajak yang digunakan untuk ekspor fiktif. Faktur
pajak palsu yang digunakan ini, biasa disebut pajak tidak sah/ bermaslah/ fiktif.
Melihat kondisi seperti ini tentu akan sangat merugikan negara..
Faktur pajak fiktif secara sederhana merupakan faktur pajak yang tidak
sah, misalnya karena identitas Pengusaha Kena Pajak (PKP) penerbit tidak sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya (Luiyanto dan Titi Muswati, 2009).
Penyalahgunaan faktur pajak fiktif ini bukan hanya melibatkan PKP semata
melainkan juga oknum petugas pajak, serta pihak-pihak lainya yang berhasil
diungkap oleh aparat hukum yang berwenang. Meskipun oknum yang terkait
dengan penyalahgunaan faktur pajak fiktif tersebut sudah dijatuhi hukuman,
ternyata efek jera yang ditimbulkan tidak berpengaruh. Dengan kata lain
permasalahan ini masih terus saja terjadi. Maka harus dilakukan pembenahan
3
Pembenahan administrasi pajak pada awalnya dimulai pada tahun 2010
dengan mengembangkan aplikasi Surat Pemberitahuan Elektronik (e-SPT). Dalam
pengembangan aplikasi pengisian e-SPT PPN yang dikembangkan untuk
memberikan kemudahan baik kepada PKP maupun fiskus sehingga tidak perlu
lagi menginput daftar faktur pajak yang cukup menyita waktu dan membutuhkan
banyak kertas, fotokopi, dan tempat pemberkasan. Pembenahan administratsi
pajak selanjutnya yaitu kebijakan pengukuhan PKP, peningkatan penggunaan
e-SPT, Registrasi ulang PKP dan membentuk tim kajian komperhensif. Perbaikan
ini berhasil dijalankan di tahun 2013. Maka, selanjutnya pembenahan adminstrasi
PPN memasuki tahap penggunaan e-tax invoice.
Penggunaan Faktur Pajak Elektronik (e-Faktur) diwajibkan bagi seluruh
seluruh PKP tanpa kecuali. Pemberlakuan e-Faktur yang dilandasi oleh Peraturan
Direktur Jendral Pajak Nomor PER-16/PJ/2014 akan diterapkan pada seluruh PKP
di pulai Jawa dan Bali per tanggal 1 Juli 2015 dan kepada PKP di seluruh
Indonesia per tanggal 1 Juli 2016. Melalui aturan tersebut, penomoran dan
pelaporan Faktur Pajak dilakukan secara otomatis menggunakan aplikasi e-Faktur
melalui laman website DJP. Sehingga, DJP mulai memberikan sosialisasi e-Faktur
kepada Wajib pajak yang berPKP. Dalam sosialisasi e-Faktur, pihak DJP
memberikan pelatihan aplikasi e-Faktur kepada para PKP peserta sosialisasi.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka yang menjadi pokok
permasalahan yaitu “ Bagaimana Efektivitas Penerapan Aplikasi e-Faktur bagi
4
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui dan memahami bagaimana efektivitas penerapan
aplikasi e-Faktur bagi PKP dalam menjalankan kewajiban pajak.
1.3 Kegunaan Penelitian
1) Kegunaan Teoretis
Secara teoretis ,penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi
peningkatkan mutu pendidikan di bidang perpajakan khususnya
mengenai efektivitas penerapan aplikasi e-Faktur bagi PKP dalam
menjalankan kewajiban pajak.
2) Kegunaan Praktis
Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi
masukan bagi wajib pajak untuk mengetahui efektivitas penerapan
aplikasi e-Faktur bagi PKP dalam menjalankan kewajiban pajak serta
bagi pihak lain ini juga diharapkan dapat membantu dalam penyajian
informasi jika melakukan penelitian serupa.
1.4 Sistematika Penulisan
Agar lebih mudah dalam pembahasan materi yang ada di dalam
Tugas Akhir Studi ini, maka sistematika penulisan laporan ini dapat
5
Bab I Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah,tujuan,
kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.
Bab II Kajian Pustaka
Bab ini memuat tentang landasan teori yang mendukung
pembahasan penelitian dalam menganalisis masalah
meliputi teori-teori mengenai pengetian pajak, fungsi pajak,
pengertian pajak penghasilan, subjek pajak, sistem
pemungutan pajak, objek pajak, pajak pertambahan nilai,
pengusaha kena pajak, faktur pajak dan pengertian e-Faktur.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini menguraikan lokasi penelitian, objek penelitian,
identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan
sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis
data.
Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian
Bab ini berisikan gambaran umum daerah/deskripsi hasil
penelitian serta pembahasan hasil penelitian.
Bab V Simpulan dan Saran
Bab ini merupakan bagian akhir dari laporan yang berisi
simpulan berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dan
dapat ditarik simpulan yang berguna bagi wajib pajak di
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Pajak
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.
Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan
peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama
melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan
pembangunan nasional. Sesuai falsafah undang-undang perpajakan,
membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi merupakan hak
dari setiap warga Negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta
terhadap pembiayaan negara dan pembangunan nasional.
Menurut Mardiasmo (2011:1), “Pajak adalah iuran rakyat kepada
kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan
tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.
Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
7
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 pada Pasal 1 Ayat 1 menyebutkan
bahwa “Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Menurut Waluyo (2011;2) “Pajak adalah iuran kepada negara (yang
dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayar menurut
peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang
langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaram-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas yang
menyelenggarakan pemerintahan”.
Menurut Soeparman Soemahamidjija. “Pajak adalah iuran wajib
berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan
norma-norma hukum, guna menutupi biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa
kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum”.
Menurut Smeets.” Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang
terhutang melalui norma-norma umum dan yang dapat dipaksakannya, tanpa
adanya kontrapretasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual,
dimaksudkan untuk membiayakan pengeluaran pemerintah.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak, adalah sebagai berikut.
1) Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan
8
2) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya
kontrapretasi individual oleh pemerintah.
3) Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah.
4) Pajak diperuntuhkan bagi pengeluaran – pengeluaran pemerintah,
yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan
untuk membiayai public investment.
5) Pajak dapat pula mempunyai tujuan selai budgeter, yaitu mengatur.
2.1.2 Fungsi Pajak
Pajak memiliki fungsi sebagai sumber pendapatan Negara, namun
fungsi tersebut bukanlah merupakan fungsi utama. Ada dua fungsi pajak,
yaitu:
1) Fungsi Budgetair
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluarannya. yaitu pajak dimanfaatkan sebagai
instrument pengumpul dana guna membiayai
pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Ditujukkan dengan masuknya pajak ke
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
2) Fungsi Mengatur (Regulerend)
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. yaitu
pajak dimanfaatkan sebagai instrumen pengatur melalui
9
masyarakat, misalnya untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi,
redistribusi pendapatan, dan stabilisasi ekonomi.
2.1.3 Pengertian Pajak Penghasilan
Pajak penghasilan sesuai dengan pasal 1 Undang Undang pajak
Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subyek pajak atas
penghasilan yang diterima dalam tahun pajak. Oleh karena itu Pajak
Penghasilan melekat pada subyeknya. Pajak Penghasilan termasuk salah
satu jenis pajak subjektif. Subyek pajak akan dikenai pajak apabila dia
menerima atau memperoleh penghasilan. Dalam Undang-Undang Pajak
Penghasilan, subyek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan
disebut sebagai Wajib Pajak.
Definisi penghasilan menurut UU PPh adalah setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan,
dengan nama dan dalam bentuk apapun adalah objek pajak.
2.1.4 Subjek Pajak Penghasilan
Subjek Pajak Penghasilan diatur pada Pasal 2 Ayat 1 Undang Undang
Pajak Penghassilan N0. 36 tahun 2008, yaitu.:
1) Orang Pribadi yang dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia
10
2) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan
yang berhak, atau ahli waris.
3) Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan
usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, Badan
Usaha Milik Negaraatau Badan Usaha Milik Daerah dengan nama dan
dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi
sosial politik atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan
lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
4) Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan
oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia dan
badan yang tidak didirikan dan tidak berkedudukan di Indonesia untuk
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.
Sedangkan pada Pasal 2 Ayat (2) Undang Undang Pajak Penghasilan,
Subjek Pajak dikelompokkan menjadi dua (2) kelompok, yaitu:
1) Subjek Pajak Dalam Negeri terdiri atas :
Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi
yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga)
hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang
dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat
11
bertempat kedudukan di Indonesia, warisan yang belum terbagi
sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.
2) Subjek Pajak Luar Negeri terdiri atas:
a. Subjek Pajak Orang Pribadi, yaitu orang yang tidak bertempat
tinggal atau berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam
jangka waktu 12 bulan
b. Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk
usaha tetap di Indonesia
c. Dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia
bukan dari menjalankan usaha atau menjalankan kegiatan
melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
3) Subjek Pajak Badan, yaitu badan yang tidak berkedudukan di
Indonesia yang:
a. Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk
usaha tetap di Indonesia.
b. Dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia
bukan dari menjalankan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
Indonesia.
Yang bukan termasuk subjek pajak:
1) Kantor perwakilan Negara Asing.
2) Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari
negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka
yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka,
12
a. Bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima
atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatannya di
Indonesia.
b. Negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.
3) Organisasi Internasional, dengan syarat:
a. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut.
b. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan dari
c. Indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah yang
dananya berasal dari iuran para anggota.
4) Pejabat perwakilan organisasi internasional, dengan syarat:
a. Bukan warga negara Indonesia.
b. Tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk
memperoleh penghasilan di Indonesia
2.1.5 Sistem pemungutan pajak
Menurut Waluyo (2010:17), sistem pemungutan pajak dibagi
menjadi 3, yaitu.
1) Official Assessment System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya
pajak terutang.
13
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada
pada fiskus.
b. Wajib Pajak bersifat pasif.
c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak
oleh fiskus.
2) Self Assessment System
Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang memberi wewenang,
kepercayaan, tanggung jwab kepada Wajib Pajak untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak
yang harus dibayar
3) Withholding System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut
besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
2.1.6 Pengertian Objek Pajak
Objek pajak yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan
dalam bentuk apapun, termasuk:
1) Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
14
komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk
lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini;
2) Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;
3) Laba usaha;
4) Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
5) Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak.
6) Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang.
7) Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen
dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa
hasil usaha koperasi.
8) Royalti atau imbalan atas penggunaan hak.
9) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
10) Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.
11) Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
tetentu yang ditetapkan Peraturan Pemerintah.
12) Keuntungan selisih kurs mata uang asing.
13) Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.
15
15) Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
16) Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak.
17) Penghasilan dari usaha berbasis syariah.
18) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang–Undang yang
mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan.
Sedangkan yang tidak termasuk sebagai Objek Pajak berdasarkan
Pasal 4 ayat (3) Undang-Udang Nomor 36 Tahun 2008 adalah:
1) Bantuan sumbangan dan harta hibahan yang diterima oleh keluarga
sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan
keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha
kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan,
atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.
2) Warisan
3) Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai
pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal.
4) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau
16
5) Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi
jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.
6) Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan
terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha
Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modal
pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di
Indonesia.
7) Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh
pemberi kerja maupun pegawai.
8) Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun, dalam
bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan.
9) Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi.
10) Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana
selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau
pemberian ijin usaha.
11) Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura
berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan
17
2.1.7 Pajak Pertambahan Nilai
Pajak Penambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas
setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari
produsen ke konsumen. PPN termasuk jenis pajak tidak langsung, disebut
pajak tidak langsung karena tidak langsung dibebankan kepada penanggung
pajak (konsumen) tetapi melalui mekanisme pemungutan pajak dan disetor
oleh pihak lain (penjual). Transaksi penyerahannya bisa dalam bentuk
jual-beli, pemanfaatan jasa, dan sewa-menyewa.
2.1.8 Subjek Pajak PPN
Subjek Pajak Pertambahan Nilai tidak harus Pengusaha Kena Pajak
(PKP), tetapi bukan Pengusaha Kena Pajak pun dapat menjadi subjek Pajak
Pertambahan Nilai sebagaimana diatur dalam pasal 4 huruf b, dan huruf e
serta Pasal 16C UU Pajak Pertambahan Nilai. Berdasarkan pasal-pasal ini
dapat diketahui bahwa dapat dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN):
1) Siapa pun yang mengimpor Barang Kena Pajak (BKP) (ada pada Pasal
4 huruf b).
2) Siapa pun yang membangun sendiri tidak dalam lingkungan
perusahaan.
3) Siapa pun yang memanfaatkan Barang Kena Pajak (BKP) tidak
berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP) dari luar Daerah Pabean di
18
2.1.9 Objek Pertambahan Nilai (PPN)
Adapun objek-objek yang dikenai PPN adalah sebagai berikut:
1) Penyerahan Barang Kena Pajak (BPK) dan Jasa Kena Pajak (JKP) di
dalam daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha
2) Impor Barang Kena Pajak
3) Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah
Pabean di dalam Daerah Pabean
4) Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean
5) Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud atau Tidak Berwujud dan Ekspor
Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP)
2.1.10 Pengusaha Kena Pajak
Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha ynag melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak di
dalam Daerah Pabean dan/atau melakukan ekspor Barang Kena Pajak
berwujud, ekspor Jasa Kena Pajak, dan/atau ekspor Barang Kena Pajak tidak
berwujud diwajibkan:
1) Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak;
2) Memungut pajak terutang;
3) Meyetorkan Pajak Pertambahan Nilai yang masih dibayar dalam hal
19
dikteditkan serta menyetorkan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
yang terutang; dan
4) Melaporkan penghitungan pajak.
Kecuali pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri
Keuangan, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak dan wajib memungut, menyetor, dan melaporkan
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak penjualan atas Barang Mewah yang
terutang.
2.1.11 Faktur Pajak
Faktur Pajak merupakan bagian dari Pajak Pertambahan Nilai,
yang dimaksud dengan faktur Pajak itu sendiri adalah bukti pungutan pajak
yang dibuat oleh Pengusaha kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang
Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak. Faktur pajak berfungsi
sebagai kredit pajak masukan yaitu dapat menjadi kredit terhadap faktur
pajak keluaran yang diterbitkan pada periode selanjutnya. Fungsi kedua
yaitu dipergunakan untuk keperluan pemeriksaan pemungutan pajak oleh
otoritas pajak (Luiyanto dan Titi Muswati,2009).
2.1.12 Jenis-jenis Faktur Pajak
Jenis-jenis Faktur Pajak menurut Waluyo (2012 : 317)
1) Faktur pajak standa
Bukti pungutan pajak yang dibuat oleh pengusaha Kena Pajak yang
melakukan penyerahan Barang kena pajak atau penyerahan jasa kena
20
2) Faktur pajak gabungan
Faktur pajak yang meliputi seluruh penyerahan yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak
yang dikenai pajak berdasarkan Undang-uandang Pajak Pertambahan
Nilai.
3) Faktur pajak khusus
Yang dimaksud dengan faktur pajak khusus disini adalah Orang
pribadi pemegang paspor luar negeri dan diterbitkan oleh negara lain
dengan memenuhi syarat:
a. Bukan Warga Negara Indonesia atau bukan Permanent Resident
of Indonesia yang tinggal atau berada di Indonesia tidak lebih dari
2 (dua) bulan sejak tanggal kedatangan; dan/atau
b. Bukan kru dari maskapai penerbangan.
2.1.13 Pengertian e-Faktur
e-Faktur adalah Faktur Pajak yang dibuat melalui aplikasi atau
sistem elektronik yang ditentukan dan/atau disediakan oleh Direktorat
Jenderal Pajak. Bentuk e-Faktur adalah berupa dokumen elektronik Faktur
Pajak, yang merupakan hasil keluaran (output) dari aplikasi atau sistem
elektronik yang ditentukan dan/atau disediakan oleh Direktorat Jenderal
Pajak. e-Faktur tidak diwajibkan untuk dicetak dalam bentuk kertas
(hardcopy).
(PER-16/PJ/2014 tentang Tata Cara Pembuatan Dan Pelaporan Faktur Pajak