• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENGANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS XI PADA MATERI ASAM-BASA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENGANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS XI PADA MATERI ASAM-BASA."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE

CHOICE UNTUK MENGANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS XI PADA MATERI ASAM-BASA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kimia

Oleh

Mita Yuli Dwi Lestari

0905549

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Pengembangan Instrumen Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice untuk Menganalisis

Miskonsepsi Siswa SMA Kelas XI pada Materi Asam-Basa

Oleh

Mita Yuli Dwi Lestari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Mita Yuli Dwi Lestari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE

CHOICE UNTUK MENGANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS XI PADA MATERI ASAM-BASA

Oleh:

Mita Yuli Dwi Lestari

0905549

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Dr. Nahadi, M.Pd., M.Si.

NIP: 197102041997021002

Pembimbing II

Dr.Hernani, M.Si.

NIP: 196711091991012001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kimia

Dr.rer.nat.H.Ahmad Mudzakir, M.Si.

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan instrumen tes diagnostik two-tier

multiple choice yang dapat mendeteksi miskonsepsi siswa SMA kelas XI pada

materi asam basa. Tes two-tier dikembangkan melalui beberapa tahapan, yaitu tes

essay yang digunakan untuk melengkapi pilihan jawaban pada tingkat pertama

dan kedua pada soal two-tier dan tes lisan untuk melengkapi jawaban hasil tes

essay dengan mengetahui pendapat dan konsep siswa. Soal two-tier yang berhasil

dikembangkan sebanyak 30 soal yang diujicobakan kepada 40 siswa kelas XI yang telah mendapatkan materi Asam Basa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif untuk memperoleh gambaran atau deskripsi mengenai kualitas soal serta miskonsepsi siswa pada materi asam basa. Kualitas soal ditentukan oleh nilai validitas dan reliabilitas. Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis validitas dengan menggunakan metode CVR terdapat 17 soal two-tier yang valid dan nilai reliabilitas (dengan menggunakan metode KR20) sebesar 0,87 yang termasuk ke dalam kategori sangat tinggi. Dengan menggunakan soal two-tier yang sudah valid dan reliabel, maka miskonsepsi dapat dideteksi dengan cara menganalisis jawaban siswa pada tingkat pertama dan tingkat kedua. Miskonsepsi yang terdeteksi mencakup materi tentang asam basa menurut teori Arrhenius, pengertian asam basa menurut teori Bronsted-Lowry, pengertian asam basa menurut teori Lewis, menentukan suatu senyawa termasuk asam/basa berdasarkan teori asam-basa Bronsted Lowry, menjelaskan tetapan kesetimbangan air, kekuatan asam-basa, sifat-sifat dari senyawa asam dan basa. Miskonsepsi yang ditemukan dapat menjadi acuan bagi guru untuk melakukan tindakan remediasi terhadap miskonsepsi tersebut.

(5)

ABSTRACT

This research aims to develop instrument test diagnostic two-tier multiple choice which is able to detect misconception in acid-bases concept among 11th grade highschool students. Two-tier test was developed in several steps, which are essay test are used to completed the answer on the first and second levels about instrument test diagnostic two tier and student interview to completed the results of the essay test to know the opinions and students concept. 30 questions as diagnostic instrument had been succesfully developed were tested to 40 students in 11th grade highschool on acid-bases concept. The method used in this research is descriptive method to achieve complete description of the problems and student’s misconceptions in acid-base concept. The quality of questions is determined by the value of validity and reliability. Based on the results of validity analysis using CVR (Content Validity Ratio), 17 questions are passed as valid test instrument with reliability (determined test using the KR20) score of 0.87 include to very high category. Using a two-tier questions that are valid and reliable,

misconceptions are detected based from the student’s answers in the first and second levels. Detected misconceptions include acid-base meaning according Arrhenius theory, acid-base meaning according Bronsted - Lowry theory, acid-base meaning according Lewis theory, determining a compound including acid / base on the Bronsted Lowry theory, explaining the equilibrium constant of water, the acid bases strength, characteristic compounds of acid-bases. Detected misconceptions can be used as reference material for teachers to identify and remediate related misconceptions

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Tes Diagnostik ... 7

B. Pengembangan Tes Diagnostik ... 8

C. Two Tier Multiple Choice ... 10

D. Validitas ... 12

E. Reliabilitas ... 13

F. Miskonsepsi ... 15

G. Miskonsepsi pada Materi Asam Basa... 16

H. Deskripsi Materi Asam Basa... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30

A. Lokasi dan Objek Penelitian ... 30

B. Metode Penelitian ... 30

C. Prosedur Penelitian ... 30

D. Instrumen Penelitian ... 33

E. Proses Pengembangan Instrumen ... 34

F. Teknik Pengumpulan Data ... 36

G. Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41 A. Kontribusi Hasil Tes Essay dan Wawancara (tes lisan) untuk

Mengkonstruk Tingkat Pertama dan Tingkat Kedua dalam Soal

Two-Tier...

(7)

Halaman

B. Validitas dan Reliabilitas Soal Two-tier ... 42

C. Diagnosis Miskonsepsi Siswa pada Materi Asam Basa ... 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 85

A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Nilai CVR Minimum ... 13

2.2 Pedoman Penafsiran Reliabilitas ... 15

2.3 Harga Kw pada Berbagai Suhu ... 24

2.4 Perubahan Warna pada Kertas Lakmus... 29

3.1 Kriteria Penilaian ... 39

3.2 Kriteria reliabitas soal ... 39

3.3 Kemungkinan Pola Jawaban Siswa ... 40

3.4 Klasifikasi Jawaban Siswa ... 40

4.1 Peta Konstribusi hasil tes essay ... 41

4.2 Nilai CVR Setiap Butir Soal yang Dikembangkan ... 43

4.3 Komposisi Setiap Indikator pada Soal Two-tier... 46

4.4 Komposisi indikator pada Soal Two-tier yang Valid ... 47

4.5 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 1.. 49

4.6 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 1 ... 49

4.7 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 2.. 51

4.8 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 2... 51

4.9 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 3.. 53

4.10 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 3... 53

4.11 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 4.. 55

4.12 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 4... 55

4.13 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 5.. 57

4.14 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 5... 57

4.15 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 6.. 58

4.16 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 6... 59

4.17 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 7.. 60

4.18 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 7... 61

(9)

Tabel Halaman

4.20 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 8... 63

4.21 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 9.. 64

4.22 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 9... 65

4.23 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 10.. 67

4.24 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 10... 67

4.25 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 11.. 69

4.26 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 11... 69

4.27 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 12.. 70

4.28 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 12... 71

4.29 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 13.. 72

4.30 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 13 ... 72

4.31 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 14.. 74

4.32 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 14... 74

4.33 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 15.. 76

4.34 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 15... 76

4.35 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 16.. 78

4.36 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 16... 79

4.37 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 17.. 80

4.38 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 17... 81

4.39 Jenis Miskonsepsi yang ditemukan melalui Instrumen yang

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Reaksi asam basa konjugasi ... 22

2.2 Reaksi asam basa menurut Lewis ... 23

3.1 Alur Rencana Penelitian ... 31

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN A INSTRUMEN PENELITIAN

A.1 Miskonsepsi Hasil Kajian Jurnal ... 90

A.2 Matriks Asam Basa ... 91

A.3 Soal Tes Essay ... 97

A.4 Instrumen Two Tier Multiple Choice ... 99

A.5 Hasil Validasi Tes Two-Tier ... 118

A.6 Soal Tes Two-Tier yang Valid ... 136

LAMPIRAN B PENGOLAHAN DATA B.1 Rekapitulasi Jawaban Hasil Tes Essay dan Tes Lisan (wawancara) ... 140 B.2 Pengolahan Data Validasi ... 153

B.3 Perhitungan Reliabilitas Soal ... 154

B.4 Kunci Identifikasi Miskonsepsi ... 157

B.5 Rekapitulasi dan Pola Jawaban Siswa untuk Mendeteksi Miskonsepsi ... 178 LAMPIRAN C DOKUMENTASI PENELITIAN C.1 Foto-foto Penelitian ... 183

C.2 Surat Izin Penelitian ... 184

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

oleh karenanya kimia mempunyai karakteristik sama dengan IPA yaitu berkaitan

dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga bukan

hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Hal ini berarti bahwa pembelajaran menekankan bagaimana caranya siswa agar

dapat menguasai konsep, bukan hanya sekedar meghafal konsep-konsep tersebut.

Pada kenyataannya tidak semua siswa yang mengikuti proses pembelajaran dapat

memahami konsep kimia yang dipelajarinya. Siswa sering mengalami kesulitan

dalam memahami konsep-konsep kimia (Salirawati, 2010). Kesulitan dalam

memahami konsep kimia dapat disebabkan oleh sifat ilmu kimia yang kompleks

dan abstrak (Duit dan Treagust, 2007)

Tuysuz (2009) dalam penelitiannya mengatakan bahwa para siswa membawa

konsep awal mereka ke dalam kelas. Gagasan-gagasan atau ide-ide yang telah

dimiliki oleh siswa sebelumnya ini disebut dengan prakonsepsi atau konsepsi

alternatif. Konsep-konsep awal yang siswa bawa kadang-kadang tidak sesuai atau

bertentangan dengan pengajaran dalam dunia pendidikan dan adanya kesalahan

pada struktur konsep awal yang ada pada siswa. Siswa dapat memahami pelajaran

dalam topik sains tertentu, melakukan cukup baik pada tes untuk topik yang telah

disampaikan, namun tidak mengubah ide-ide asli mereka bahkan materi-materi

yang telah disampaikan bertentangan dengan konsep-konsep ilmiah yang ada pada

mereka. Duit dan Treagust (1995) juga menyatakan bahwa siswa puas dengan

konsepsi mereka sendiri dan oleh karena itu mereka sedikit melihat nilai dalam

konsep-konsep ilmiah berdasarkan konsep yang telah ada pada diri mereka

sehingga tidak mengejutkan bahwa penelitian menunjukkan bahwa siswa dapat

(13)

2

Konsepsi siswa yang berbeda dengan yang disepakati para ahli disebut

sebagai miskonsepsi atau salah konsep. Penyebabnya antara lain dikarenakan

tingkat intelektual siswa, karakteristik ilmu kimia dan proses pembelajaran yang

terjadi di kelas. Beberapa miskonsepsi dapat dihilangkan dengan mudah, tetapi

kebanyakan siswa sangat memegang teguh ide-ide yang telah ada pada mereka

dan biasanya tidak terpengaruh dengan pengajaran di dalam kelas. Jika kesalah

pahaman tidak dikoreksi, konsep-konsep selanjutnya akan sulit untuk dipelajari

atau ketidakmampuan untuk menghubungkan antar konsep. Hal ini

mengakibatkan terjadinya rantai kesalahan konsep yang tidak terputus karena

konsep awal yang telah dimiliki akan dijadikan sebagai dasar belajar konsep

selanjutnya.

Van Den Berg (1991) mengungkapkan bahwa miskonsepsi merupakan suatu

penyimpangan atau kesalahan konsep yang sulit untuk diubah dan akan dibawa

dalam jangka waktu yang lama, artinya jika miskonsepsi telah dialami oleh siswa,

maka miskonsepsi tersebut akan terus berlanjut dan akan berpengaruh terhadap

siswa dalam membentuk konsep baru. Sebelum miskonsepsi dapat diperbaiki,

yang perlu dilakukan adalah identifikasi mengenai miskonsepsi tersebut.

Identifikasi miskonsepsi siswa sangat diperlukan untuk menentukan

konsep-konsep apa saja yang dibahas secara mendalam pada siswa. Jika miskonsep-konsepsi

tersebut tidak terdeteksi dan tidak diperbaiki secepatnya, maka akan berakibat

pada pembelajaran berikutnya.

Sampai saat ini, beberapa tes diagnostik telah dikembangkan dan dijelaskan

dalam literatur untuk mengetahui pemahaman konsep dan miskonsepsi. Menurut

White dan Gunstone (Bahar, 2008) ada beberapa metode yang biasa digunakan

untuk mengetahui pemahaman konsep dan miskonsepsi siswa yaitu, two tier

diagnostic test, peta konsep dan wawancara mengenai konsep.

Tes two-tier merupakan salah satu bentuk tes yang dapat digunakan untuk

mengetahui pemahaman siswa terhadap konsep yang telah diberikan. Tes two-tier

merupakan bentuk tes pilihan ganda yang dikombinasikan dengan jawaban

terbuka (Treagust, 2007). Penggunaan tes two-tier dapat mengurangi efek

(14)

3

telah dipilih. Dengan demikian tes two-tier dapat mengetahui pemahaman yang

dimiliki siswa, selain itu juga dapat mengetahui miskonsepsi apa yang dialami

oleh siswa (Kutluay, 2005).

Manfaat dari format instrumen diagnostik two tier adalah memungkinkan

proses mengamati dari fenomena logis pada tingkat pertama dan konseptual pada

tingkat kedua. Pada tingkat pertama, siswa diminta untuk memprediksi hasil dari

jawaban yang ditanyakan, dan tingkat kedua meminta penjelasan. Tes diagnostik

two tier digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa dalam batas dan

konteks yang jelas. Tes ini dapat digunakan secara berulang dan tidak

membutuhkan waktu yang lama. Pemberian skor hasil tes pun lebih mudah,

sehingga identifikasi miskonsepsi lebih mudah dilakukan. Beberapa ahli

miskonsepsi telah menggunakan model tes ini untuk mengidentifikasi

miskonsepsi siswa

Kimia kadang-kadang dipandang sebagai pelajaran yang sulit oleh siswa.

Konsep-konsep kimia itu sendiri benar-benar kompleks dan abstrak. Identifikasi

pemahaman dan miskonsepsi siswa tentang materi kimia telah menjadi tujuan dari

banyak studi. Salah satu daerah konseptual di mana kebanyakan penelitian

mengidentifikasi terjadinya miskonsepsi adalah pada meteri asam-basa (Sheppard,

2006). Hand dan Treagust (dalam Beyond appearances: students’ misconceptions

about basic chemical ideas) juga mengidentifikasi lima kesalahan konsep

pemahaman tentang asam dan basa.

Menurut Muchtar (2012) dalam penelitian Analyzing of Students’

Misconceptions on Acid-Base Chemistry at Senior High Schools in Medan masih

banyak miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Salah satu miskonsepsi yang terjadi

pada siswa yaitu bahwa siswa menganggap setiap senyawa yang mengandung

atom H menunjukkan bahwa senyawa tersebut bersifat asam. Selain itu pada

penelitian Rahayu (2011) dalam penelitian “Analisis Kesalahan Konsep Reaksi

Asam-Basa pada Guru Kimia dan Siswa SMAN RSBI di Kota Malang serta

Upaya Perbaikkannya dengan Strategi Konflik Kognitif”, terdapat salah satu

(15)

4

mengandung OH. Dalam penelitian Schmidt (2005), terdapat miskonsepsi tentang

pengertian asam basa menurut teori Bronsted Lowry, miskonsepsi yang terjadi

tersebut mengenai pengertian asam yaitu zat yang dapat menerima proton (H+) dari zat lain. Dan miskonsepsi tentang pengertian basa adalah zat yang

mendonorkan proton (H+) pada zat lain.

Dalam literatur yang telah ada, sejumlah studi membahas berbagai aspek

pemahaman tentang asam dan basa. Topik asam dan basa yang siswa sering

dapatkan adalah hanya melalui konsep menghafal tanpa memahaminya. Oleh

karena itu, berdasarkan kondisi yang dijelaskan di atas, peneliti memilih untuk

melakukan penelitian dengan mengembangkan tes diagnostik two tier multiple

choice untuk melihat sejauh mana miskonsepsi yang dialami siswa terhadap

materi asam basa.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti

dapat mengidentifikasi permasalahan, diantaranya :

1. Berdasarkan kriteria alat evaluasi yang baik, maka tes diagnostik two-tier

yang dikembangkan harus mempunyai sifat valid dan reliabel.

2. Miskonsepsi yang terjadi pada materi asam-basa harus dapat dideteksi agar

guru dapat segera meremediasi miskonsepsi tersebut.

Adapun rumusan masalah umum dalam penelitian ini adalah “Bagaimana mengembangkan instrumen tes diagnostik two tier multiple choice pada materi

asam-basa yang dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa kelas XI?

Rumusan Masalah Khusus :

1. Bagaimana konstribusi hasil tes essay dan tes lisan terhadap soal tes

diagnostik two-tier yang dikembangkan?

2. Apakah tes diagnostik two-tier yang dikembangkan memenuhi kriteria

yang baik dilihat dari validitas dan reliabilitas?

3. Apakah tes diagnostik two-tier yang dikembangkan mampu mendeteksi

(16)

5

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah maka ruang lingkup masalah dalam

penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut:

1. Validitas yang digunakan yaitu validitas isi dengan metode CVR (Content

Validity Ratio)

2. Reliabilitas yang digunakan yaitu koefisien konsistensi internal dengan

KR20 (Kuder-Richardson)

D. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah tes

diagnostik two tier yang dikembangkan pada materi asam-basa yang memenuhi

kriteria tes yang baik ditinjau dari parameter-parameter pengembangan instrumen

hasil belajar. Dan untuk mengetahui miskonsepsi siswa pada pembelajaran

asam-basa. Adapun secara khusus penelitian ini juga bertujuan untuk:

1. Mengetahui apakah tes diagnostik two-tier multiple choice yang

dikembangkan telah memenuhi kriteria tes yang baik melalui uji validitas

dan uji reliabilitas.

2. Mengetahui jenis miskonsepsi apa yang dapat terdeteksi menggunakan

instrumen tes diagnostik two-tier multiple choice yang dikembangkan.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

a. peserta didik, instrumen yang dikembangkan dapat digunakan untuk

mengetahui dapat tidaknya tes diagnostik two tier multiple choice

dijadikan sebagai alternatif evaluasi untuk mengetahui pemahamansiswa.

b. guru, instrumen yang dikembangkan dapat digunakan untuk perbaikan dan

pengembangan sistem evaluasi terhadap siswa, mengetahui tingkat

pemahaman siswa mengenai materi asam-basa.

c. peneliti, untuk menambah wawasan mengenai pengembangan tes

(17)

6

F. Struktur Organisasi Skripsi

Urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab dalam skripsi dikemas dalam

struktur organisasi skripsi sebagai berikut,

Bab I berisi pendahuluan, yang terdiri atas latar belakang

penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, pembatasan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

Latar belakang penelitian berisi penjelasan tentang pentingnya masalah itu

diteliti dalam penelitin ini. Identifikasi dan perumusan berisi masalah –

masalah yang akan dibahas pada penelitian ini. Pembatasan masalah untuk

membatasi ruang lingkup penelitian. Tujuan penelitian menyatakan tentang

hasil yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Manfaat penelitian dapat

dijadikan sebagai rujukan setelah penelitian ini selesai dilaksanakan. Struktur

organisasi berisi tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab

dalam skripsi.

Bab II berisi kajian pustaka. Kajian pustaka berisi landasan teoritik

dalam penyusunan rumusan masalah dan tujuan penelitian.

Bab III berisi penjelasan yang rinci mengenai metode penelitian.

Komponen dari metode penelitian terdiri dari lokasi dan objek penelitian,

desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional dari tiap variabel,

instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen penelitian, teknik

pengumpulan data, serta analisis data penelitian.

Bab IV berisi hasil penelitian dari pengolahan atau analisis data

untuk menghasilkan temuan berkaitan tentang rumusan masalah

penelitian, serta pembahasan yang dikaitkan dengan kajian pustaka.

Bab V berisi tentang kesimpulan dan saran terhadap hasil

pembahasan dan analisis temuan penelitian.

Daftar pustaka memuat semua sumber yang pernah dikutip dan

digunakan dalam penulisan skripsi. Lampiran berisi semua dokumen yang

(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Objek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di salah satu SMA Negeri di kota Bandung. Objek

yang dijadikan sebagai bahan dalam penelitian ini adalah tes diagnostik two tier

multiple choice yang sebelumnya telah dilakukan uji validasi, dengan hasil

perhitungan hasil validasi menggunakan metode CVR dan diuji reliabilitasnya

berdasarkan perhitungan KR20 yang kemudian diujikan kepada responden. Peserta tes dalam penelitian ini adalah siswa yang telah mengikuti pembelajaran materi

Asam-Basa yang telah diajarkan pada kelas XI di semester genap.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif

ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang

ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Menurut

Best,1982 (Sukardi, 2008) penelitian deskriptif merupakan metode penelitian

yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa

adanya. Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama,

menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang

diteliti secara tepat. Sementara itu menurut Arikunto (2009), metode deskriptif

yaitu suatu metode penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya

pada saat penelitian dilakukan.

C. Prosedur Penelitian

Secara garis besar, alur penelitian yang dilakukan dapat dilihat sebagaimana

(19)

31

Gambar 3.1. Alur Rencana Penelitian Studi kepustakaan yang relevan tentang tes diagnostik, two-tier,

miskonsepsi asam basa, pemahaman konsep

Revisi

Penyusunan Instrumen Penelitian

Tahap Persiapan Pedoman untuk tes

lisan Tes essay

Judgement instrumen

Pelaksanaan tes essay dan wawancara (tes lisan)

Analisis Hasil tes

Tes two-tier multiple choice

Revisi Penyusunan tes two-tier

Judgement instrumen

Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan tes two-tier

Analisis miskonsepsi yang dialami siswa dalam pembelajaran

Analisis data

Kesimpulan Draf awal two-tier test

Uji validitas dan reliabilitas

(20)

32

Alur penelitian pada gambar 3.1 dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

Dalam tahap ini dilakukan beberapa langkah, yaitu:

a. Studi Kepustakaan

Mengkaji tentang tes diagnostik, two-tier multiple choice, miskonsepsi

asam basa, pemahaman konsep

b. Penyusunan Instrumen

Tes essay dirancang agar dapat mengungkap miskonsepsi yang telah

diperoleh dari hasil telaah jurnal dan miskonsepsi lainnya yang akan

muncul pada siswa. Selanjutnya soal tes essay tersebut dapat digunakan

untuk mengembangkan tes diagnostik two-tier.

Pedoman untuk tes lisan dilakukan untuk melengkapi jawaban hasil tes

essay, untuk mengetahui pendapat dan konsep siswa pada materi

asam-basa.

Berdasarkan masukkan dari para ahli, pedoman untuk tes lisan dan tes

essay yang dikembangkan kemudian diperbaiki atau direvisi. Revisi

instrumen secara garis besar meliputi perbaikan terhadap kata-kata yang

salah, kesesuaian butir soal dengan indikator pelajaran, konsep asam basa,

kesesuaian antara jawaban dan alasan jawaban. Instrumen yang telah

direvisi siap untuk diuji cobakan.

c. Hasil Analisis Tes

Hasil Instrumen yang telah diuji cobakan kepada siswa kemudian

dianalisis untuk mengumpulkan data dalam rangka mengembangkan tes

diagnostik two-tier

2. Tahap Pelaksanaan

Dalam tahap ini dilakukan beberapa langkah yaitu:

a. Penyusunan Tes Two Tier

Data yang diperoleh dari hasil tes essay dianalisis dan dikembangkan

(21)

33

mereka. Pengecoh pada pilihan tingkat kedua berasal dari alasan yang

didapatkan dari kajian jurnal, tes essay, dan tes lisan (wawancara).

b. Uji Validitas

Butir soal yang telah disusun, kemudian diuji validitasnya. Pada tahap ini

dilakukan validitas isi. Validitas isi merupakan validitas alat ukur yang

dilihat dari segi isi bahan pelajaran yang dicakup oleh alat ukur tersebut.

Uji validitas ini dilakukan oleh pakar yang ahli dibidangnya.

c. Uji Reliabilitas

Setelah instrumen two-tier multiple choice direvisi yang kemudian

dilakukan uji reliabilitas terhadap 39 orang siswa.

d. Pelaksanaan soal tes diagnostik two tier multiple choice

Jumlah soal tes diagnostik two tier multiple choice yang dikembangkan

adalah sebanyak 17 butir soal dan diujicobakan pada kelas yang berbeda

dari kelas pengambilan data uji reliabilitas.

e. Pengolahan dan analisis data

Pengolahan data hasil uji coba tes diagnostik two tier multiple choice

meliputi perhitungan nilai validitas, reliabilitas dan analisis miskonsepsi

yang terjadi pada materi asam basa. Pemahaman konsep siswa pada

materi asam basa diketahui dengan menafsirkan presentase skor siswa.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu tes tertulis yang terdiri

atas instrumen tes tertulis, pedoman wawancara, dan instrumen tes two-tier

multiple choice.

a. Instrumen Tes Tertulis

Tes tertulis yang dilakukan adalah instrumen tes essay. Instrumen tes essay

ini dilakukan untuk mengetahui konsep siswa mengenai materi asam-basa,

data dari tes essay ini dijadikan untuk melengkapi pilihan jawaban pada

tingkat pertama dan kedua soal two-tier. Jumlah butir soal yang

dikembangkan adalah 30 butir soal dengan 2 tipe soal, yaitu tipe A yang

(22)

34

ini, siswa diminta untuk memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan

yang berupa penjelasan. Jawaban yang tidak tepat dijadikan dasar untuk

mengembangkan tes two tier.

b. Pedoman Wawancara

Adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban

dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak (Arikunto, 1986).

Dilakukan untuk melengkapi jawaban hasil tes essay, untuk mengetahui

pendapat dan konsep siswa pada materi asam-basa dan untuk mengumpulkan

data yang akan dijadikan pilihan dalam soal pilihan tes two tier.

c. Instrumen Tes two-tier multiple choice

Merupakan soal pilihan ganda dengan jumlah pilihan sebanyak lima,

dilengkapi dengan alasan berupa pilihan ganda yang juga memiliki jumlah

pilihan sebanyak lima. Instrumen ini digunakan untuk mengidentifikasi

miskonsepsi siswa pada materi asam-basa. Soal yang dijadikan sebagai

instrumen two tier multiple choice ini sebelumya divalidasi terlebih dahulu,

yaitu meliputi uji validasi yang kemudian dikonsolidasikan kepada ahli.

E. Proses Pengembangan Instrumen

Instrumen tes diagnostik two tier dikembangkan dalam beberapa tahap.

Proses pengembangan instrumen yang dilakukan berdasarkan urutan sebagai

berikut:

Tahap pertama dalam mengembangkan tes two-tier yaitu melakukan studi

kepustakaan tentang tes diagnostik, two-tier, miskonsepsi tentang asam basa,

pemahaman konsep. Hasil dari studi kepustakaan tentang tes diagnostik,

ditemukan bahwa terdapat beberapa jenis tes diagnostik, diantaranya peta konsep

(Novak dalam Tuysuz, 2009), wawancara (Carr dalam Tuysuz, 2009) dan tes

diagnostik pilihan ganda two-tier (Treagust dalam Tuysuz, 2009). Tes two-tier

merupakan bentuk tes pilihan ganda yang dikombinasikan dengan jawaban

terbuka (Treagust, 2007). Penggunaan tes two-tier dapat mengurangi efek

(23)

35

dimiliki siswa, selain itu juga dapat mengetahui miskonsepsi apa yang dialami

oleh siswa (Kutluay, 2005). Ketika tes diagnostik two-tier tersebut digunakan

untuk mendeteksi miskonsepsi, maka secara tidak langsung pengukuran

pemahaman konsep siswa juga dilakukan.

Peneliti menerjemahkan standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam

lingkup kedalaman materi asam basa yang akan menjadi fokus dalam instrumen

tes diagnostik two-tier. Kedalaman materi asam basa berkaitan tentang pengertian

asam basa menurut teori Arrhenius, pengertian asam basa menurut teori

Bronsted-Lowry, pengertian asam basa menurut teori Lewis, menentukan suatu senyawa

termasuk asam/basa berdasarkan teori asam-basa Bronsted Lowry, menjelaskan

tetapan kesetimbangan air, kekuatan asam-basa, sifat-sifat dari senyawa asam dan

basa. Peneliti mencari berbagai jurnal hasil penelitian tentang miskonsepsi pada

materi laju reaksi. Hasil dari kajian jurnal-jurnal tersebut, disajikan dalam

lampiran A.1.

Miskonsepsi yang telah diperoleh dari telaah jurnal kemudian disajikan dalam

bentuk matriks yang merupakan pondasi untuk merancang tes essay. Bentuk

matriks asam basa tersebut disajikan pada lampiran A.2.

Tes essay dirancang agar dapat mengungkap miskonsepsi yang telah

diperoleh dari hasil telaah jurnal dan miskonsepsi lainnya yang akan muncul pada

siswa. Domain yang hendak diukur pada penelitian ini adalah kesesuaian

indikator dengan SK/KD materi yang telah ditentukan untuk dijadikan penelitian

dan kesesuaian butir soal dengan indikator yang didapat setelah merumuskan

indikator berdasarkan SK/KD. Total keseluruhan jumlah soal tes essay yaitu

sebanyak 30 butir soal tes essay yang dibagi menjadi 2 tipe soal, yaitu tipe A yang

terdiri dari 15 butir soal dan tipe B yang terdiri dari 15 butir soal. Selanjutnya soal

tes essay tersebut dapat digunakan untuk mengumpulkan data dalam rangka

mengembangkan tes diagnostik two-tier. Adapun tahap-tahap dalam pengumpulan

data tersebut, yaitu,

Tahap pertama: tes essay dan wawancara

Tes essay dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa tentang konsep

(24)

36

Soal tes essay yang telah dikonsultasikan kepada pembimbing dan diujikan

kepada responden terdapat pada lampiran A.3. Dalam proses ini, peneliti juga

melakukan wawancara terhadap jawaban siswa pada tes essay yang menurut

peneliti perlu dikaji lebih lanjut untuk memperjelas miskonsepsi yang terdapat

pada siswa tersebut. Wawancara dilakukan dengan 8 orang siswa. Wawancara dan

tes essay ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang akan dijadikan sebagai

pilihan alasan untuk melengkapi pilihan pada tingkat kedua soal two-tier.

Tahap kedua: two-tier test

Data yang diperoleh dari hasil tes essay dianalisis dan dikembangkan menjadi

two-tier test, tingkat pertama untuk representasi jawaban yang dipilih oleh siswa

dan tingkat kedua untuk penjelasan dari jawaban mereka. Pengecoh pada pilihan

tingkat kedua berasal dari alasan yang didapatkan dari kajian jurnal, tes essay, dan

wawancara kemudian divalidasi oleh tujuh validator yaitu, dua orang dosen kimia

dan lima orang guru. Instrument two tier multiple choice yang akan di validasi

oleh para ahli terdapat pada lampiran A.4. Hasil instrument two tier multiple

choice setelah dilakukan judgment kepada para ahli terdapat pada lampiran A.5.

Setelah instrumen two-tier multiple choice direvisi yang kemudian dilakukan uji

reliabilitas terhadap 39 orang siswa, dapat dilihat pada lampiran A.6.

Pada tahap ini dilakukan pengolahan dan analisis data. Data yang diperoleh

kemudian dianalisis terhadap miskonsepsi siswa tentang konsep asam basa hingga

didapatkan kesimpulan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

wawancara, tes tertulis yang terdiri dari tes essay, dan yang terakhir adalah tes

two-tier multiple choice.

Tes essay ini dilakukan untuk mengetahui konsep siswa mengenai materi asam basa yang diuji cobakan kepada 40 siswa dari 1 kelas (sampel yang

digunakan adalah secara acak dengan latar belakang yang sama). Para

(25)

pertanyaan-37

untuk dijadikan sebagai pilihan alasan pada tingkat kedua dari pilihan

ganda pada tes diagnostik two-tier multiple choice.

Wawancara dilakukan untuk melengkapi jawaban hasil tes essay dengan mewancarai beberapa siswa secara individual menggunakan pertanyaan

yang sama dengan tes essay.

Pendeteksian miskonsepsi menggunakan tes diagnostik two tier yang dikembangkan pada materi asam basa. Bentuk rancangan tes

diaplikasikan untuk 38 siswa.

G. Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil tes diagnostik, wawancara dan tes tertulis

kemudian dianalisis. Berikut ini adalah teknik pengolahan data terhadap

instrumen-instrumen yang diujikan. Pengolahan data dilakukan untuk

mendapatkan kesimpulan

1. Data Hasil Wawancara dan Tes Essay

Adapun langkah-langkah pengolahan data hasil tes essay cara

pengolahannya hampir sama dengan hasil wawancara, yaitu:

a. Menganalisis hasil tes essay.

b. Menyusun data hasil tes essay untuk dijadikan sebagai pilihan alasan pada

tingkat kedua dari pilihan ganda pada tes diagnostik two-tier multiple

choice

Untuk pengolahan data hasil wawancara dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

a. Mentranskripsikan hasil wawancara.

b. Menganalisis hasil wawancara.

c. Menyusun data hasil wawancara menjadi pilihan untuk soal pilihan

two-tier multiple choice

2. Hasil Penyusunan Soal Two-tier Multiple Choice

Setelah instrumen diagnostik two-tier test disusun kemudian dilakukan uji

(26)

38

a. Validitas

Dalam penelitian ini yaitu menggunakan soal tes diagnostik two tier

multiple choice yang digunakan adalah validitas isi (Content Validity).

Banyak teknik yang dapat digunakan untuk menganilisis hasil pertimbangan

para ahli (validator) yang telah melakukan penilaian terhadap alat ukur yang

diuji, salah satunya yaitu dengan menggunakan Content Validity Ratio (CVR)

yang dikemukakan oleh Lawshe.

Content Validity Ratio (CVR) merupakan perhitungan validasi isi yang

berdasarkan pada rasio kecocokan para ahli, yang menilai penting atau tidak

penting suatu alat ukur tersebut. Untuk mengetahui besarnya nilai CVR, maka

digunakan persamaan sebagai berikut:

ne : jumlah responden yang menyatakan Ya N : total respon

Ketentuan

a) Saat kurang dari ½ total reponden yang menyatakan Ya maka

nilai CVR = -

b) Saat ½ dari total responden yang menyatakan Ya maka nilai

CVR = 0

c) Saat seluruh responden menyatakan Ya maka nilai CVR = 1 (hal

ini diatur menjadi 0.99 disesuaikan dengan jumlah responden).

d) Saat jumlah responden yang menyatakan Ya lebih dari ½ total

reponden maka nilai CVR = 0-0,99.

(Lawshe, 1975)

b. Reliabilitas

Reliabilitas sebagai ukuran sejauh mana suatu alat ukur memberikan

gambaran yang benar-benar dapat dipercaya tentang kemampuan seseorang

(27)

39

tes dapat dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila

diteskan kepada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang

berbeda.

Tes Diagnostik yang digunakan dalam penelitian ini berupa pilihan ganda

beralasan. Kriteria penilaian yang digunakan menggunakan kriteria yang

disajikan dalam tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1. Kriteria Penilaian

Bentuk Soal Nilai Keterangan

Pilihan Ganda

Beralasan

2 Jika siswa memilih jawaban yang benar dan alasannya benar

1 - Jika jawaban benar, alasan salah

- Jika jawaban salah, alasan benar 0 Jika jawaban salah, alasan salah

Untuk mengetahui reliabilitas digunakan rumus KR20 (Kuder-Richardson) sebagai berikut,

Persamaan KR #20

[ ∑

]

Keterangan:

k = jumlah soal

p = proporsi respon betul pada suatu soal

q = proporsi respon salah pada suatu soal

s2 = variansi skor-skor tes

Nilai reliabilitas yang diperoleh dari perhitungan dapat menggunakan

kriteria yang terdapat pada tabel 3.2 berikut ini,

Tabel 3.2. Kriteria reliabitas soal (Arifin, 2009)

Koefisien korelasi Kriteria reliabilitas

0.81 – 1.00 Sangat tinggi

0.61 – 0.80 Tinggi

0.41 – 0.60 Cukup

0.21 – 0.40 Rendah

(28)

40

Setelah dilakukan uji terhadap butir-butir soal two-tier kemudian

dilakukan pengelompokkan jawaban siswa berdasarkan kemungkinan pola

jawaban siswa menggunakan format tabel 3.3 seperti berikut,

Tabel 3.3. Kemungkinan Pola Jawaban Siswa (Bayrak, 2013)

Soal

(%) jawaban siswa untuk

setiap pola respon

A.1 A.2 A.3 A.4 A.5

B.1 B.2 B.3 B.4 B.5

C.1 C.2 C.3 C.4 C.5

D.1 D.2 D.3 D.4 D.5

E.1 E.2 E.3 E.4 E.5

Setiap kemungkinan jawaban siswa tersebut kemudian dihitung dalam

bentuk persentasenya, dengan cara sebagai berikut:

Keterangan:

KNP = % kriteria nilai persen

X = Jumlah siswa dengan kriteria pemahaman yang dicari dari setiap soal

N = Jumlah seluruh siswa

Setelah itu, pemahaman dan miskonsepsi siswa pada setiap kemungkinan

jawaban dianalisis berdasarkan tabel 3.4. sebagai berikut,

Tabel 3.4. Klasifikasi Jawaban Siswa (Tekkaya, 1999)

Kombinasi Jawaban Klasifikasi Jawaban Siswa

Jawaban benar-Alasan benar Pemahaman utuh

(29)

Mita Yuli Dwi Lestari, 2014

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan dan analisis data hasil penelitian yang telah

dikemukakan sebelumnya, terkait soal tes diagnostik two-tier yang layak secara

validitas dan reliabilitas dapat disimpulkan bahwa

1. Tes essay dan tes lisan yang dilakukan sangat berkontribusi terhadap tes

two tier yang dikembangkan. Hal ini, dapat dilihat dari rekapitulasi

jawaban siswa terhadap penyusunan soal-soal two tier.

2. Kualitas soal diagnostik two tier multiple choice yang dikembangkan

bernilai penting sebagai sumber data miskonsepsi siswa. Teknik yang

digunakan untuk menganalisis hasil pertimbangan para ahli (validator)

yang telah melakukan penilaian terhadap alat ukur yang diuji, yaitu

dengan menggunakan Content Validity Ratio (CVR). Dari 26 soal

diagnostik two-tier yang dikembangkan, hanya 17 soal yang valid. Di

samping itu, nilai reliabilitas soal two-tier yang ditentukan dengan

menggunakan KR20 yaitu 0,87. Hal tersebut menunjukkan bahwa soal yang dikembangkan memberikan gambaran yang benar-benar dapat

dipercaya tentang kemampuan seseorang, sehingga soal two-tier yang

diujikan bersifat ajeg.

3. Soal tes diagnotik two-tier yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya

dapat digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi siswa. Jenis miskonsepsi

yang ditemukan melalui instrumen tes yang dikembangkan memiliki

kesamaan dengan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

beberapa jurnal, diantaranya:Basa menurut teori Lewis suatu zat yang

(30)

86

B. Saran

Beberapa rekomendasi yang dapat dikemukakan setelah penelitian ini

dilakukan, yaitu:

1. Sampel yang digunakan untuk penelitian selanjutnya sebaiknya lebih

banyak agar miskonsepsi siswa yang terungkap lebih banyak.

2. Soal setara yang dibuat sebaiknya lebih variatif.

3. Untuk beberapa materi kimia termasuk materi Asam-Basa, guru sebaiknya

menggunakan soal tes diagnostik two-tier multiple choice untuk

mendeteksi miskonsepsi siswa.

4. Peneliti lain dapat mengkaji atau mengembangkan soal-soal serupa pada

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran (Cetakan Pertama). Bandung: Rosda.

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Yogyakarta: Bumi Aksara.

Bahar, M. (2008). ― Science Student Teachers’ Ideas of the Heart‖. Journal of Baltic Science Education. 7, (2), 78-85.

Bayrak, B.K. (2013). ―Using Two-Tier Test to Identify Primary Student’s Conceptual Understanding and Alternative Conceptions in Acid Base‖.

Mevlana International Journal of Education. 3, (2), 19-26.

Demircioğlu, G. (2005). Conceptual change achieved through a new teaching program on acids and bases. Chemistry Education Research and

Practice, 6 (1), 36-51.

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Pedoman Pengembangan Tes

Diagnostik Mata Pelajaran IPA SMP/MTs. Jakarta: Depdiknas.

Duit R, and Treagust D. F. (1995). Students’ conceptions and constructivist

teaching approaches. Chicago: The National Society for the Study of

Education.

Firman, H. (2007). Penelitian Pendidikan Kimia. Diktat Kuliah. UPI: tidak diterbitkan.

Harun, R dan Mansyur. (2007). Penilaian hasil Belajar. Bandung: Wacana Prima.

Kind, V. (2004). Beyond Appearances: Students’ misconceptions about basic

(32)

88

Kutluay, Y. (2005). Diagnosis of Eleventh Grade Students’ Misconceptions

About Geometric Optic By A Three-Tier Test. Middle East Technical

University.

Lawshe, C. H. (1975). A quantitative approach to content validity. Person- nel

Psychology. 28, 563—575.

Muchtar, Z. (2012). Analyzing of Students’ Misconceptions on Acid-Base Chemistry at Senior High Schools in Medan. Journal of Education and

Practice. 3. 65-74.

Rahayu, I. (2011). Analisis Kesalahan Konsep Reaksi Asam-Basa pada Guru

Kimia dan Siswa SMAN RSBI di Kota Malang serta Upaya Perbaikkannya dengan Strategi Konflik Kognitif. Tesis. Malang: PPs

Unversitas Negeri Malang.

Salirawati, D. (2010). Pengembangan Model Instrumen Pendeteksi

Miskonsepsi Kimia Pada Peserta Didik SMA. Disertasi. Yogyakarta:

PPs Universitas Negeri Yogyakarta.

Schmidt, H. J and Michal, D. (2005). Textbooks’ and teachers’ understanding of acid-base models used in chemistry teaching. Chemistry Education

Research and Practice. 6 (1), 19-35.

Sheppard, K. (2006). High School Students’ Understanding of Titrations and Related Acid-Base Phenomena, Chemistry Education Research and

Practice, 7(1), 32-45.

Sudijono, A. (2008). Pengatar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sukardi. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

(33)

89

Sunarya, Y. (2002). Kimia Umum. Bandung: Alkemi Grafisindo Press.

Syah, M. (1999). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu.

Tekkaya, et al. (1999). ―A Cross-Age Study Of High School Student’s Understanding of Diffusion And Osmosis‖. Hacettepe Üniversitesi

Eğitim FakÜltesi Dergisi. 15, 84 – 93.

Treagust, D. F., Chandrasegaran, A. L., and Mouro, M. (2007). ‖The Development Of A Two-Tier Multiple-Choice Diagnostic Instrument For Evaluating Secondary School Students’ Ability To Describe And Explain Chemical Reactions Using Multiple Levels Of Representation‖.

Chemistry Education Research and Practise, 8(3), 293-307.

Türker, F. (2005). Developing A Three-Tier Test to Assess High School Students’ Misconceptions Concerning Force and Motion. A Thesis Submitted to The Graduate School Of Natural And Apllied Sciences Of Middle East Technical University : tidak diterbitkan.

Tuysuz, C. (2009). ―Development of Two-Tier Diagnostic Instrument and Assess Students’ Understanding in Chemistry‖. Scientific Research and Essay, 4(6), 626-631.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Van Den Berg, E. (1991). Miskonsepsi Fisika Dan Remediasi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.

Whitten. (2004). General Chemistry 7th edition. Philadelphia: Saunders College

Gambar

Tabel
Gambar  Halaman
Gambar 3.1. Alur Rencana Penelitian
Tabel 3.2. Kriteria reliabitas soal (Arifin, 2009)
+2

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati   ini   dengan   penempatannya   dalam   Berita   Daerah   Kabupaten   Barito

proses pembinaan nilai-nilai akhlak mulia pada mahasiswa muslim. Berdasarkan uraian di atas, maka muncul pertanyaan bagaimana

Pengaruh Pelatihan Materi Sains Berbasis ICT Terhadap Peningkatan Scientific Literacy Dan ICT Literacy Guru Sekolah Dasar.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Kompetensi Yang Dibutuhkan dalam Pelatihan Berbasis Kinerja..... Proses Pelatihan Berbasis

BUPATI  BARITO  KUALA PROVINSI  KALIMANTAN  SELATAN KEPUTUSAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 188.45/ 116 /KUM/2017

Yang diaplikasikan setengah dari kebutuhan pupuk yaitu 7,22 g/tanaman.. Yang diaplikasikan setengah dari kebutuhan pupuk yaitu

Menyadari akan pentingnya peranan tutor pada PKBM sebagai agen pembelajaran dalam pelaksanaan program paket C, maka peningkatan kompetensinya khususnya