PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE
CHOICE UNTUK MENGANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS XI PADA MATERI ASAM-BASA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kimia
Oleh
Mita Yuli Dwi Lestari
0905549
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Pengembangan Instrumen Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice untuk Menganalisis
Miskonsepsi Siswa SMA Kelas XI pada Materi Asam-Basa
Oleh
Mita Yuli Dwi Lestari
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Mita Yuli Dwi Lestari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE
CHOICE UNTUK MENGANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMA KELAS XI PADA MATERI ASAM-BASA
Oleh:
Mita Yuli Dwi Lestari
0905549
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Pembimbing I
Dr. Nahadi, M.Pd., M.Si.
NIP: 197102041997021002
Pembimbing II
Dr.Hernani, M.Si.
NIP: 196711091991012001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Kimia
Dr.rer.nat.H.Ahmad Mudzakir, M.Si.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan instrumen tes diagnostik two-tier
multiple choice yang dapat mendeteksi miskonsepsi siswa SMA kelas XI pada
materi asam basa. Tes two-tier dikembangkan melalui beberapa tahapan, yaitu tes
essay yang digunakan untuk melengkapi pilihan jawaban pada tingkat pertama
dan kedua pada soal two-tier dan tes lisan untuk melengkapi jawaban hasil tes
essay dengan mengetahui pendapat dan konsep siswa. Soal two-tier yang berhasil
dikembangkan sebanyak 30 soal yang diujicobakan kepada 40 siswa kelas XI yang telah mendapatkan materi Asam Basa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif untuk memperoleh gambaran atau deskripsi mengenai kualitas soal serta miskonsepsi siswa pada materi asam basa. Kualitas soal ditentukan oleh nilai validitas dan reliabilitas. Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis validitas dengan menggunakan metode CVR terdapat 17 soal two-tier yang valid dan nilai reliabilitas (dengan menggunakan metode KR20) sebesar 0,87 yang termasuk ke dalam kategori sangat tinggi. Dengan menggunakan soal two-tier yang sudah valid dan reliabel, maka miskonsepsi dapat dideteksi dengan cara menganalisis jawaban siswa pada tingkat pertama dan tingkat kedua. Miskonsepsi yang terdeteksi mencakup materi tentang asam basa menurut teori Arrhenius, pengertian asam basa menurut teori Bronsted-Lowry, pengertian asam basa menurut teori Lewis, menentukan suatu senyawa termasuk asam/basa berdasarkan teori asam-basa Bronsted Lowry, menjelaskan tetapan kesetimbangan air, kekuatan asam-basa, sifat-sifat dari senyawa asam dan basa. Miskonsepsi yang ditemukan dapat menjadi acuan bagi guru untuk melakukan tindakan remediasi terhadap miskonsepsi tersebut.
ABSTRACT
This research aims to develop instrument test diagnostic two-tier multiple choice which is able to detect misconception in acid-bases concept among 11th grade highschool students. Two-tier test was developed in several steps, which are essay test are used to completed the answer on the first and second levels about instrument test diagnostic two tier and student interview to completed the results of the essay test to know the opinions and students concept. 30 questions as diagnostic instrument had been succesfully developed were tested to 40 students in 11th grade highschool on acid-bases concept. The method used in this research is descriptive method to achieve complete description of the problems and student’s misconceptions in acid-base concept. The quality of questions is determined by the value of validity and reliability. Based on the results of validity analysis using CVR (Content Validity Ratio), 17 questions are passed as valid test instrument with reliability (determined test using the KR20) score of 0.87 include to very high category. Using a two-tier questions that are valid and reliable,
misconceptions are detected based from the student’s answers in the first and second levels. Detected misconceptions include acid-base meaning according Arrhenius theory, acid-base meaning according Bronsted - Lowry theory, acid-base meaning according Lewis theory, determining a compound including acid / base on the Bronsted Lowry theory, explaining the equilibrium constant of water, the acid bases strength, characteristic compounds of acid-bases. Detected misconceptions can be used as reference material for teachers to identify and remediate related misconceptions
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 5
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7
A. Tes Diagnostik ... 7
B. Pengembangan Tes Diagnostik ... 8
C. Two Tier Multiple Choice ... 10
D. Validitas ... 12
E. Reliabilitas ... 13
F. Miskonsepsi ... 15
G. Miskonsepsi pada Materi Asam Basa... 16
H. Deskripsi Materi Asam Basa... 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30
A. Lokasi dan Objek Penelitian ... 30
B. Metode Penelitian ... 30
C. Prosedur Penelitian ... 30
D. Instrumen Penelitian ... 33
E. Proses Pengembangan Instrumen ... 34
F. Teknik Pengumpulan Data ... 36
G. Analisis Data ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41 A. Kontribusi Hasil Tes Essay dan Wawancara (tes lisan) untuk
Mengkonstruk Tingkat Pertama dan Tingkat Kedua dalam Soal
Two-Tier...
Halaman
B. Validitas dan Reliabilitas Soal Two-tier ... 42
C. Diagnosis Miskonsepsi Siswa pada Materi Asam Basa ... 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 85
A. Kesimpulan ... 85
B. Saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA ... 87
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Nilai CVR Minimum ... 13
2.2 Pedoman Penafsiran Reliabilitas ... 15
2.3 Harga Kw pada Berbagai Suhu ... 24
2.4 Perubahan Warna pada Kertas Lakmus... 29
3.1 Kriteria Penilaian ... 39
3.2 Kriteria reliabitas soal ... 39
3.3 Kemungkinan Pola Jawaban Siswa ... 40
3.4 Klasifikasi Jawaban Siswa ... 40
4.1 Peta Konstribusi hasil tes essay ... 41
4.2 Nilai CVR Setiap Butir Soal yang Dikembangkan ... 43
4.3 Komposisi Setiap Indikator pada Soal Two-tier... 46
4.4 Komposisi indikator pada Soal Two-tier yang Valid ... 47
4.5 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 1.. 49
4.6 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 1 ... 49
4.7 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 2.. 51
4.8 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 2... 51
4.9 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 3.. 53
4.10 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 3... 53
4.11 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 4.. 55
4.12 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 4... 55
4.13 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 5.. 57
4.14 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 5... 57
4.15 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 6.. 58
4.16 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 6... 59
4.17 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 7.. 60
4.18 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 7... 61
Tabel Halaman
4.20 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 8... 63
4.21 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 9.. 64
4.22 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 9... 65
4.23 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 10.. 67
4.24 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 10... 67
4.25 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 11.. 69
4.26 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 11... 69
4.27 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 12.. 70
4.28 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 12... 71
4.29 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 13.. 72
4.30 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 13 ... 72
4.31 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 14.. 74
4.32 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 14... 74
4.33 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 15.. 76
4.34 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 15... 76
4.35 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 16.. 78
4.36 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 16... 79
4.37 Sebaran Pilihan Jawaban dan Alasan Siswa Soal Nomor 17.. 80
4.38 Klasifikasi Jawaban Siswa Soal Nomor 17... 81
4.39 Jenis Miskonsepsi yang ditemukan melalui Instrumen yang
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Reaksi asam basa konjugasi ... 22
2.2 Reaksi asam basa menurut Lewis ... 23
3.1 Alur Rencana Penelitian ... 31
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN A INSTRUMEN PENELITIAN
A.1 Miskonsepsi Hasil Kajian Jurnal ... 90
A.2 Matriks Asam Basa ... 91
A.3 Soal Tes Essay ... 97
A.4 Instrumen Two Tier Multiple Choice ... 99
A.5 Hasil Validasi Tes Two-Tier ... 118
A.6 Soal Tes Two-Tier yang Valid ... 136
LAMPIRAN B PENGOLAHAN DATA B.1 Rekapitulasi Jawaban Hasil Tes Essay dan Tes Lisan (wawancara) ... 140 B.2 Pengolahan Data Validasi ... 153
B.3 Perhitungan Reliabilitas Soal ... 154
B.4 Kunci Identifikasi Miskonsepsi ... 157
B.5 Rekapitulasi dan Pola Jawaban Siswa untuk Mendeteksi Miskonsepsi ... 178 LAMPIRAN C DOKUMENTASI PENELITIAN C.1 Foto-foto Penelitian ... 183
C.2 Surat Izin Penelitian ... 184
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
oleh karenanya kimia mempunyai karakteristik sama dengan IPA yaitu berkaitan
dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga bukan
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Hal ini berarti bahwa pembelajaran menekankan bagaimana caranya siswa agar
dapat menguasai konsep, bukan hanya sekedar meghafal konsep-konsep tersebut.
Pada kenyataannya tidak semua siswa yang mengikuti proses pembelajaran dapat
memahami konsep kimia yang dipelajarinya. Siswa sering mengalami kesulitan
dalam memahami konsep-konsep kimia (Salirawati, 2010). Kesulitan dalam
memahami konsep kimia dapat disebabkan oleh sifat ilmu kimia yang kompleks
dan abstrak (Duit dan Treagust, 2007)
Tuysuz (2009) dalam penelitiannya mengatakan bahwa para siswa membawa
konsep awal mereka ke dalam kelas. Gagasan-gagasan atau ide-ide yang telah
dimiliki oleh siswa sebelumnya ini disebut dengan prakonsepsi atau konsepsi
alternatif. Konsep-konsep awal yang siswa bawa kadang-kadang tidak sesuai atau
bertentangan dengan pengajaran dalam dunia pendidikan dan adanya kesalahan
pada struktur konsep awal yang ada pada siswa. Siswa dapat memahami pelajaran
dalam topik sains tertentu, melakukan cukup baik pada tes untuk topik yang telah
disampaikan, namun tidak mengubah ide-ide asli mereka bahkan materi-materi
yang telah disampaikan bertentangan dengan konsep-konsep ilmiah yang ada pada
mereka. Duit dan Treagust (1995) juga menyatakan bahwa siswa puas dengan
konsepsi mereka sendiri dan oleh karena itu mereka sedikit melihat nilai dalam
konsep-konsep ilmiah berdasarkan konsep yang telah ada pada diri mereka
sehingga tidak mengejutkan bahwa penelitian menunjukkan bahwa siswa dapat
2
Konsepsi siswa yang berbeda dengan yang disepakati para ahli disebut
sebagai miskonsepsi atau salah konsep. Penyebabnya antara lain dikarenakan
tingkat intelektual siswa, karakteristik ilmu kimia dan proses pembelajaran yang
terjadi di kelas. Beberapa miskonsepsi dapat dihilangkan dengan mudah, tetapi
kebanyakan siswa sangat memegang teguh ide-ide yang telah ada pada mereka
dan biasanya tidak terpengaruh dengan pengajaran di dalam kelas. Jika kesalah
pahaman tidak dikoreksi, konsep-konsep selanjutnya akan sulit untuk dipelajari
atau ketidakmampuan untuk menghubungkan antar konsep. Hal ini
mengakibatkan terjadinya rantai kesalahan konsep yang tidak terputus karena
konsep awal yang telah dimiliki akan dijadikan sebagai dasar belajar konsep
selanjutnya.
Van Den Berg (1991) mengungkapkan bahwa miskonsepsi merupakan suatu
penyimpangan atau kesalahan konsep yang sulit untuk diubah dan akan dibawa
dalam jangka waktu yang lama, artinya jika miskonsepsi telah dialami oleh siswa,
maka miskonsepsi tersebut akan terus berlanjut dan akan berpengaruh terhadap
siswa dalam membentuk konsep baru. Sebelum miskonsepsi dapat diperbaiki,
yang perlu dilakukan adalah identifikasi mengenai miskonsepsi tersebut.
Identifikasi miskonsepsi siswa sangat diperlukan untuk menentukan
konsep-konsep apa saja yang dibahas secara mendalam pada siswa. Jika miskonsep-konsepsi
tersebut tidak terdeteksi dan tidak diperbaiki secepatnya, maka akan berakibat
pada pembelajaran berikutnya.
Sampai saat ini, beberapa tes diagnostik telah dikembangkan dan dijelaskan
dalam literatur untuk mengetahui pemahaman konsep dan miskonsepsi. Menurut
White dan Gunstone (Bahar, 2008) ada beberapa metode yang biasa digunakan
untuk mengetahui pemahaman konsep dan miskonsepsi siswa yaitu, two tier
diagnostic test, peta konsep dan wawancara mengenai konsep.
Tes two-tier merupakan salah satu bentuk tes yang dapat digunakan untuk
mengetahui pemahaman siswa terhadap konsep yang telah diberikan. Tes two-tier
merupakan bentuk tes pilihan ganda yang dikombinasikan dengan jawaban
terbuka (Treagust, 2007). Penggunaan tes two-tier dapat mengurangi efek
3
telah dipilih. Dengan demikian tes two-tier dapat mengetahui pemahaman yang
dimiliki siswa, selain itu juga dapat mengetahui miskonsepsi apa yang dialami
oleh siswa (Kutluay, 2005).
Manfaat dari format instrumen diagnostik two tier adalah memungkinkan
proses mengamati dari fenomena logis pada tingkat pertama dan konseptual pada
tingkat kedua. Pada tingkat pertama, siswa diminta untuk memprediksi hasil dari
jawaban yang ditanyakan, dan tingkat kedua meminta penjelasan. Tes diagnostik
two tier digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa dalam batas dan
konteks yang jelas. Tes ini dapat digunakan secara berulang dan tidak
membutuhkan waktu yang lama. Pemberian skor hasil tes pun lebih mudah,
sehingga identifikasi miskonsepsi lebih mudah dilakukan. Beberapa ahli
miskonsepsi telah menggunakan model tes ini untuk mengidentifikasi
miskonsepsi siswa
Kimia kadang-kadang dipandang sebagai pelajaran yang sulit oleh siswa.
Konsep-konsep kimia itu sendiri benar-benar kompleks dan abstrak. Identifikasi
pemahaman dan miskonsepsi siswa tentang materi kimia telah menjadi tujuan dari
banyak studi. Salah satu daerah konseptual di mana kebanyakan penelitian
mengidentifikasi terjadinya miskonsepsi adalah pada meteri asam-basa (Sheppard,
2006). Hand dan Treagust (dalam Beyond appearances: students’ misconceptions
about basic chemical ideas) juga mengidentifikasi lima kesalahan konsep
pemahaman tentang asam dan basa.
Menurut Muchtar (2012) dalam penelitian Analyzing of Students’
Misconceptions on Acid-Base Chemistry at Senior High Schools in Medan masih
banyak miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Salah satu miskonsepsi yang terjadi
pada siswa yaitu bahwa siswa menganggap setiap senyawa yang mengandung
atom H menunjukkan bahwa senyawa tersebut bersifat asam. Selain itu pada
penelitian Rahayu (2011) dalam penelitian “Analisis Kesalahan Konsep Reaksi
Asam-Basa pada Guru Kimia dan Siswa SMAN RSBI di Kota Malang serta
Upaya Perbaikkannya dengan Strategi Konflik Kognitif”, terdapat salah satu
4
mengandung OH. Dalam penelitian Schmidt (2005), terdapat miskonsepsi tentang
pengertian asam basa menurut teori Bronsted Lowry, miskonsepsi yang terjadi
tersebut mengenai pengertian asam yaitu zat yang dapat menerima proton (H+) dari zat lain. Dan miskonsepsi tentang pengertian basa adalah zat yang
mendonorkan proton (H+) pada zat lain.
Dalam literatur yang telah ada, sejumlah studi membahas berbagai aspek
pemahaman tentang asam dan basa. Topik asam dan basa yang siswa sering
dapatkan adalah hanya melalui konsep menghafal tanpa memahaminya. Oleh
karena itu, berdasarkan kondisi yang dijelaskan di atas, peneliti memilih untuk
melakukan penelitian dengan mengembangkan tes diagnostik two tier multiple
choice untuk melihat sejauh mana miskonsepsi yang dialami siswa terhadap
materi asam basa.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti
dapat mengidentifikasi permasalahan, diantaranya :
1. Berdasarkan kriteria alat evaluasi yang baik, maka tes diagnostik two-tier
yang dikembangkan harus mempunyai sifat valid dan reliabel.
2. Miskonsepsi yang terjadi pada materi asam-basa harus dapat dideteksi agar
guru dapat segera meremediasi miskonsepsi tersebut.
Adapun rumusan masalah umum dalam penelitian ini adalah “Bagaimana mengembangkan instrumen tes diagnostik two tier multiple choice pada materi
asam-basa yang dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa kelas XI? ”
Rumusan Masalah Khusus :
1. Bagaimana konstribusi hasil tes essay dan tes lisan terhadap soal tes
diagnostik two-tier yang dikembangkan?
2. Apakah tes diagnostik two-tier yang dikembangkan memenuhi kriteria
yang baik dilihat dari validitas dan reliabilitas?
3. Apakah tes diagnostik two-tier yang dikembangkan mampu mendeteksi
5
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah maka ruang lingkup masalah dalam
penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut:
1. Validitas yang digunakan yaitu validitas isi dengan metode CVR (Content
Validity Ratio)
2. Reliabilitas yang digunakan yaitu koefisien konsistensi internal dengan
KR20 (Kuder-Richardson)
D. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah tes
diagnostik two tier yang dikembangkan pada materi asam-basa yang memenuhi
kriteria tes yang baik ditinjau dari parameter-parameter pengembangan instrumen
hasil belajar. Dan untuk mengetahui miskonsepsi siswa pada pembelajaran
asam-basa. Adapun secara khusus penelitian ini juga bertujuan untuk:
1. Mengetahui apakah tes diagnostik two-tier multiple choice yang
dikembangkan telah memenuhi kriteria tes yang baik melalui uji validitas
dan uji reliabilitas.
2. Mengetahui jenis miskonsepsi apa yang dapat terdeteksi menggunakan
instrumen tes diagnostik two-tier multiple choice yang dikembangkan.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
a. peserta didik, instrumen yang dikembangkan dapat digunakan untuk
mengetahui dapat tidaknya tes diagnostik two tier multiple choice
dijadikan sebagai alternatif evaluasi untuk mengetahui pemahamansiswa.
b. guru, instrumen yang dikembangkan dapat digunakan untuk perbaikan dan
pengembangan sistem evaluasi terhadap siswa, mengetahui tingkat
pemahaman siswa mengenai materi asam-basa.
c. peneliti, untuk menambah wawasan mengenai pengembangan tes
6
F. Struktur Organisasi Skripsi
Urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab dalam skripsi dikemas dalam
struktur organisasi skripsi sebagai berikut,
Bab I berisi pendahuluan, yang terdiri atas latar belakang
penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, pembatasan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.
Latar belakang penelitian berisi penjelasan tentang pentingnya masalah itu
diteliti dalam penelitin ini. Identifikasi dan perumusan berisi masalah –
masalah yang akan dibahas pada penelitian ini. Pembatasan masalah untuk
membatasi ruang lingkup penelitian. Tujuan penelitian menyatakan tentang
hasil yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Manfaat penelitian dapat
dijadikan sebagai rujukan setelah penelitian ini selesai dilaksanakan. Struktur
organisasi berisi tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab
dalam skripsi.
Bab II berisi kajian pustaka. Kajian pustaka berisi landasan teoritik
dalam penyusunan rumusan masalah dan tujuan penelitian.
Bab III berisi penjelasan yang rinci mengenai metode penelitian.
Komponen dari metode penelitian terdiri dari lokasi dan objek penelitian,
desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional dari tiap variabel,
instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, serta analisis data penelitian.
Bab IV berisi hasil penelitian dari pengolahan atau analisis data
untuk menghasilkan temuan berkaitan tentang rumusan masalah
penelitian, serta pembahasan yang dikaitkan dengan kajian pustaka.
Bab V berisi tentang kesimpulan dan saran terhadap hasil
pembahasan dan analisis temuan penelitian.
Daftar pustaka memuat semua sumber yang pernah dikutip dan
digunakan dalam penulisan skripsi. Lampiran berisi semua dokumen yang
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Objek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di salah satu SMA Negeri di kota Bandung. Objek
yang dijadikan sebagai bahan dalam penelitian ini adalah tes diagnostik two tier
multiple choice yang sebelumnya telah dilakukan uji validasi, dengan hasil
perhitungan hasil validasi menggunakan metode CVR dan diuji reliabilitasnya
berdasarkan perhitungan KR20 yang kemudian diujikan kepada responden. Peserta tes dalam penelitian ini adalah siswa yang telah mengikuti pembelajaran materi
Asam-Basa yang telah diajarkan pada kelas XI di semester genap.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif
ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang
ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Menurut
Best,1982 (Sukardi, 2008) penelitian deskriptif merupakan metode penelitian
yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa
adanya. Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama,
menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang
diteliti secara tepat. Sementara itu menurut Arikunto (2009), metode deskriptif
yaitu suatu metode penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi
mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya
pada saat penelitian dilakukan.
C. Prosedur Penelitian
Secara garis besar, alur penelitian yang dilakukan dapat dilihat sebagaimana
31
Gambar 3.1. Alur Rencana Penelitian Studi kepustakaan yang relevan tentang tes diagnostik, two-tier,
miskonsepsi asam basa, pemahaman konsep
Revisi
Penyusunan Instrumen Penelitian
Tahap Persiapan Pedoman untuk tes
lisan Tes essay
Judgement instrumen
Pelaksanaan tes essay dan wawancara (tes lisan)
Analisis Hasil tes
Tes two-tier multiple choice
Revisi Penyusunan tes two-tier
Judgement instrumen
Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan tes two-tier
Analisis miskonsepsi yang dialami siswa dalam pembelajaran
Analisis data
Kesimpulan Draf awal two-tier test
Uji validitas dan reliabilitas
32
Alur penelitian pada gambar 3.1 dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
Dalam tahap ini dilakukan beberapa langkah, yaitu:
a. Studi Kepustakaan
Mengkaji tentang tes diagnostik, two-tier multiple choice, miskonsepsi
asam basa, pemahaman konsep
b. Penyusunan Instrumen
Tes essay dirancang agar dapat mengungkap miskonsepsi yang telah
diperoleh dari hasil telaah jurnal dan miskonsepsi lainnya yang akan
muncul pada siswa. Selanjutnya soal tes essay tersebut dapat digunakan
untuk mengembangkan tes diagnostik two-tier.
Pedoman untuk tes lisan dilakukan untuk melengkapi jawaban hasil tes
essay, untuk mengetahui pendapat dan konsep siswa pada materi
asam-basa.
Berdasarkan masukkan dari para ahli, pedoman untuk tes lisan dan tes
essay yang dikembangkan kemudian diperbaiki atau direvisi. Revisi
instrumen secara garis besar meliputi perbaikan terhadap kata-kata yang
salah, kesesuaian butir soal dengan indikator pelajaran, konsep asam basa,
kesesuaian antara jawaban dan alasan jawaban. Instrumen yang telah
direvisi siap untuk diuji cobakan.
c. Hasil Analisis Tes
Hasil Instrumen yang telah diuji cobakan kepada siswa kemudian
dianalisis untuk mengumpulkan data dalam rangka mengembangkan tes
diagnostik two-tier
2. Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap ini dilakukan beberapa langkah yaitu:
a. Penyusunan Tes Two Tier
Data yang diperoleh dari hasil tes essay dianalisis dan dikembangkan
33
mereka. Pengecoh pada pilihan tingkat kedua berasal dari alasan yang
didapatkan dari kajian jurnal, tes essay, dan tes lisan (wawancara).
b. Uji Validitas
Butir soal yang telah disusun, kemudian diuji validitasnya. Pada tahap ini
dilakukan validitas isi. Validitas isi merupakan validitas alat ukur yang
dilihat dari segi isi bahan pelajaran yang dicakup oleh alat ukur tersebut.
Uji validitas ini dilakukan oleh pakar yang ahli dibidangnya.
c. Uji Reliabilitas
Setelah instrumen two-tier multiple choice direvisi yang kemudian
dilakukan uji reliabilitas terhadap 39 orang siswa.
d. Pelaksanaan soal tes diagnostik two tier multiple choice
Jumlah soal tes diagnostik two tier multiple choice yang dikembangkan
adalah sebanyak 17 butir soal dan diujicobakan pada kelas yang berbeda
dari kelas pengambilan data uji reliabilitas.
e. Pengolahan dan analisis data
Pengolahan data hasil uji coba tes diagnostik two tier multiple choice
meliputi perhitungan nilai validitas, reliabilitas dan analisis miskonsepsi
yang terjadi pada materi asam basa. Pemahaman konsep siswa pada
materi asam basa diketahui dengan menafsirkan presentase skor siswa.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu tes tertulis yang terdiri
atas instrumen tes tertulis, pedoman wawancara, dan instrumen tes two-tier
multiple choice.
a. Instrumen Tes Tertulis
Tes tertulis yang dilakukan adalah instrumen tes essay. Instrumen tes essay
ini dilakukan untuk mengetahui konsep siswa mengenai materi asam-basa,
data dari tes essay ini dijadikan untuk melengkapi pilihan jawaban pada
tingkat pertama dan kedua soal two-tier. Jumlah butir soal yang
dikembangkan adalah 30 butir soal dengan 2 tipe soal, yaitu tipe A yang
34
ini, siswa diminta untuk memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
yang berupa penjelasan. Jawaban yang tidak tepat dijadikan dasar untuk
mengembangkan tes two tier.
b. Pedoman Wawancara
Adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban
dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak (Arikunto, 1986).
Dilakukan untuk melengkapi jawaban hasil tes essay, untuk mengetahui
pendapat dan konsep siswa pada materi asam-basa dan untuk mengumpulkan
data yang akan dijadikan pilihan dalam soal pilihan tes two tier.
c. Instrumen Tes two-tier multiple choice
Merupakan soal pilihan ganda dengan jumlah pilihan sebanyak lima,
dilengkapi dengan alasan berupa pilihan ganda yang juga memiliki jumlah
pilihan sebanyak lima. Instrumen ini digunakan untuk mengidentifikasi
miskonsepsi siswa pada materi asam-basa. Soal yang dijadikan sebagai
instrumen two tier multiple choice ini sebelumya divalidasi terlebih dahulu,
yaitu meliputi uji validasi yang kemudian dikonsolidasikan kepada ahli.
E. Proses Pengembangan Instrumen
Instrumen tes diagnostik two tier dikembangkan dalam beberapa tahap.
Proses pengembangan instrumen yang dilakukan berdasarkan urutan sebagai
berikut:
Tahap pertama dalam mengembangkan tes two-tier yaitu melakukan studi
kepustakaan tentang tes diagnostik, two-tier, miskonsepsi tentang asam basa,
pemahaman konsep. Hasil dari studi kepustakaan tentang tes diagnostik,
ditemukan bahwa terdapat beberapa jenis tes diagnostik, diantaranya peta konsep
(Novak dalam Tuysuz, 2009), wawancara (Carr dalam Tuysuz, 2009) dan tes
diagnostik pilihan ganda two-tier (Treagust dalam Tuysuz, 2009). Tes two-tier
merupakan bentuk tes pilihan ganda yang dikombinasikan dengan jawaban
terbuka (Treagust, 2007). Penggunaan tes two-tier dapat mengurangi efek
35
dimiliki siswa, selain itu juga dapat mengetahui miskonsepsi apa yang dialami
oleh siswa (Kutluay, 2005). Ketika tes diagnostik two-tier tersebut digunakan
untuk mendeteksi miskonsepsi, maka secara tidak langsung pengukuran
pemahaman konsep siswa juga dilakukan.
Peneliti menerjemahkan standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam
lingkup kedalaman materi asam basa yang akan menjadi fokus dalam instrumen
tes diagnostik two-tier. Kedalaman materi asam basa berkaitan tentang pengertian
asam basa menurut teori Arrhenius, pengertian asam basa menurut teori
Bronsted-Lowry, pengertian asam basa menurut teori Lewis, menentukan suatu senyawa
termasuk asam/basa berdasarkan teori asam-basa Bronsted Lowry, menjelaskan
tetapan kesetimbangan air, kekuatan asam-basa, sifat-sifat dari senyawa asam dan
basa. Peneliti mencari berbagai jurnal hasil penelitian tentang miskonsepsi pada
materi laju reaksi. Hasil dari kajian jurnal-jurnal tersebut, disajikan dalam
lampiran A.1.
Miskonsepsi yang telah diperoleh dari telaah jurnal kemudian disajikan dalam
bentuk matriks yang merupakan pondasi untuk merancang tes essay. Bentuk
matriks asam basa tersebut disajikan pada lampiran A.2.
Tes essay dirancang agar dapat mengungkap miskonsepsi yang telah
diperoleh dari hasil telaah jurnal dan miskonsepsi lainnya yang akan muncul pada
siswa. Domain yang hendak diukur pada penelitian ini adalah kesesuaian
indikator dengan SK/KD materi yang telah ditentukan untuk dijadikan penelitian
dan kesesuaian butir soal dengan indikator yang didapat setelah merumuskan
indikator berdasarkan SK/KD. Total keseluruhan jumlah soal tes essay yaitu
sebanyak 30 butir soal tes essay yang dibagi menjadi 2 tipe soal, yaitu tipe A yang
terdiri dari 15 butir soal dan tipe B yang terdiri dari 15 butir soal. Selanjutnya soal
tes essay tersebut dapat digunakan untuk mengumpulkan data dalam rangka
mengembangkan tes diagnostik two-tier. Adapun tahap-tahap dalam pengumpulan
data tersebut, yaitu,
Tahap pertama: tes essay dan wawancara
Tes essay dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa tentang konsep
36
Soal tes essay yang telah dikonsultasikan kepada pembimbing dan diujikan
kepada responden terdapat pada lampiran A.3. Dalam proses ini, peneliti juga
melakukan wawancara terhadap jawaban siswa pada tes essay yang menurut
peneliti perlu dikaji lebih lanjut untuk memperjelas miskonsepsi yang terdapat
pada siswa tersebut. Wawancara dilakukan dengan 8 orang siswa. Wawancara dan
tes essay ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang akan dijadikan sebagai
pilihan alasan untuk melengkapi pilihan pada tingkat kedua soal two-tier.
Tahap kedua: two-tier test
Data yang diperoleh dari hasil tes essay dianalisis dan dikembangkan menjadi
two-tier test, tingkat pertama untuk representasi jawaban yang dipilih oleh siswa
dan tingkat kedua untuk penjelasan dari jawaban mereka. Pengecoh pada pilihan
tingkat kedua berasal dari alasan yang didapatkan dari kajian jurnal, tes essay, dan
wawancara kemudian divalidasi oleh tujuh validator yaitu, dua orang dosen kimia
dan lima orang guru. Instrument two tier multiple choice yang akan di validasi
oleh para ahli terdapat pada lampiran A.4. Hasil instrument two tier multiple
choice setelah dilakukan judgment kepada para ahli terdapat pada lampiran A.5.
Setelah instrumen two-tier multiple choice direvisi yang kemudian dilakukan uji
reliabilitas terhadap 39 orang siswa, dapat dilihat pada lampiran A.6.
Pada tahap ini dilakukan pengolahan dan analisis data. Data yang diperoleh
kemudian dianalisis terhadap miskonsepsi siswa tentang konsep asam basa hingga
didapatkan kesimpulan.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
wawancara, tes tertulis yang terdiri dari tes essay, dan yang terakhir adalah tes
two-tier multiple choice.
Tes essay ini dilakukan untuk mengetahui konsep siswa mengenai materi asam basa yang diuji cobakan kepada 40 siswa dari 1 kelas (sampel yang
digunakan adalah secara acak dengan latar belakang yang sama). Para
pertanyaan-37
untuk dijadikan sebagai pilihan alasan pada tingkat kedua dari pilihan
ganda pada tes diagnostik two-tier multiple choice.
Wawancara dilakukan untuk melengkapi jawaban hasil tes essay dengan mewancarai beberapa siswa secara individual menggunakan pertanyaan
yang sama dengan tes essay.
Pendeteksian miskonsepsi menggunakan tes diagnostik two tier yang dikembangkan pada materi asam basa. Bentuk rancangan tes
diaplikasikan untuk 38 siswa.
G. Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil tes diagnostik, wawancara dan tes tertulis
kemudian dianalisis. Berikut ini adalah teknik pengolahan data terhadap
instrumen-instrumen yang diujikan. Pengolahan data dilakukan untuk
mendapatkan kesimpulan
1. Data Hasil Wawancara dan Tes Essay
Adapun langkah-langkah pengolahan data hasil tes essay cara
pengolahannya hampir sama dengan hasil wawancara, yaitu:
a. Menganalisis hasil tes essay.
b. Menyusun data hasil tes essay untuk dijadikan sebagai pilihan alasan pada
tingkat kedua dari pilihan ganda pada tes diagnostik two-tier multiple
choice
Untuk pengolahan data hasil wawancara dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Mentranskripsikan hasil wawancara.
b. Menganalisis hasil wawancara.
c. Menyusun data hasil wawancara menjadi pilihan untuk soal pilihan
two-tier multiple choice
2. Hasil Penyusunan Soal Two-tier Multiple Choice
Setelah instrumen diagnostik two-tier test disusun kemudian dilakukan uji
38
a. Validitas
Dalam penelitian ini yaitu menggunakan soal tes diagnostik two tier
multiple choice yang digunakan adalah validitas isi (Content Validity).
Banyak teknik yang dapat digunakan untuk menganilisis hasil pertimbangan
para ahli (validator) yang telah melakukan penilaian terhadap alat ukur yang
diuji, salah satunya yaitu dengan menggunakan Content Validity Ratio (CVR)
yang dikemukakan oleh Lawshe.
Content Validity Ratio (CVR) merupakan perhitungan validasi isi yang
berdasarkan pada rasio kecocokan para ahli, yang menilai penting atau tidak
penting suatu alat ukur tersebut. Untuk mengetahui besarnya nilai CVR, maka
digunakan persamaan sebagai berikut:
ne : jumlah responden yang menyatakan Ya N : total respon
Ketentuan
a) Saat kurang dari ½ total reponden yang menyatakan Ya maka
nilai CVR = -
b) Saat ½ dari total responden yang menyatakan Ya maka nilai
CVR = 0
c) Saat seluruh responden menyatakan Ya maka nilai CVR = 1 (hal
ini diatur menjadi 0.99 disesuaikan dengan jumlah responden).
d) Saat jumlah responden yang menyatakan Ya lebih dari ½ total
reponden maka nilai CVR = 0-0,99.
(Lawshe, 1975)
b. Reliabilitas
Reliabilitas sebagai ukuran sejauh mana suatu alat ukur memberikan
gambaran yang benar-benar dapat dipercaya tentang kemampuan seseorang
39
tes dapat dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila
diteskan kepada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang
berbeda.
Tes Diagnostik yang digunakan dalam penelitian ini berupa pilihan ganda
beralasan. Kriteria penilaian yang digunakan menggunakan kriteria yang
disajikan dalam tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1. Kriteria Penilaian
Bentuk Soal Nilai Keterangan
Pilihan Ganda
Beralasan
2 Jika siswa memilih jawaban yang benar dan alasannya benar
1 - Jika jawaban benar, alasan salah
- Jika jawaban salah, alasan benar 0 Jika jawaban salah, alasan salah
Untuk mengetahui reliabilitas digunakan rumus KR20 (Kuder-Richardson) sebagai berikut,
Persamaan KR #20
[ ∑
]
Keterangan:
k = jumlah soal
p = proporsi respon betul pada suatu soal
q = proporsi respon salah pada suatu soal
s2 = variansi skor-skor tes
Nilai reliabilitas yang diperoleh dari perhitungan dapat menggunakan
kriteria yang terdapat pada tabel 3.2 berikut ini,
Tabel 3.2. Kriteria reliabitas soal (Arifin, 2009)
Koefisien korelasi Kriteria reliabilitas
0.81 – 1.00 Sangat tinggi
0.61 – 0.80 Tinggi
0.41 – 0.60 Cukup
0.21 – 0.40 Rendah
40
Setelah dilakukan uji terhadap butir-butir soal two-tier kemudian
dilakukan pengelompokkan jawaban siswa berdasarkan kemungkinan pola
jawaban siswa menggunakan format tabel 3.3 seperti berikut,
Tabel 3.3. Kemungkinan Pola Jawaban Siswa (Bayrak, 2013)
Soal
(%) jawaban siswa untuk
setiap pola respon
A.1 A.2 A.3 A.4 A.5
B.1 B.2 B.3 B.4 B.5
C.1 C.2 C.3 C.4 C.5
D.1 D.2 D.3 D.4 D.5
E.1 E.2 E.3 E.4 E.5
Setiap kemungkinan jawaban siswa tersebut kemudian dihitung dalam
bentuk persentasenya, dengan cara sebagai berikut:
Keterangan:
KNP = % kriteria nilai persen
X = Jumlah siswa dengan kriteria pemahaman yang dicari dari setiap soal
N = Jumlah seluruh siswa
Setelah itu, pemahaman dan miskonsepsi siswa pada setiap kemungkinan
jawaban dianalisis berdasarkan tabel 3.4. sebagai berikut,
Tabel 3.4. Klasifikasi Jawaban Siswa (Tekkaya, 1999)
Kombinasi Jawaban Klasifikasi Jawaban Siswa
Jawaban benar-Alasan benar Pemahaman utuh
Mita Yuli Dwi Lestari, 2014
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan dan analisis data hasil penelitian yang telah
dikemukakan sebelumnya, terkait soal tes diagnostik two-tier yang layak secara
validitas dan reliabilitas dapat disimpulkan bahwa
1. Tes essay dan tes lisan yang dilakukan sangat berkontribusi terhadap tes
two tier yang dikembangkan. Hal ini, dapat dilihat dari rekapitulasi
jawaban siswa terhadap penyusunan soal-soal two tier.
2. Kualitas soal diagnostik two tier multiple choice yang dikembangkan
bernilai penting sebagai sumber data miskonsepsi siswa. Teknik yang
digunakan untuk menganalisis hasil pertimbangan para ahli (validator)
yang telah melakukan penilaian terhadap alat ukur yang diuji, yaitu
dengan menggunakan Content Validity Ratio (CVR). Dari 26 soal
diagnostik two-tier yang dikembangkan, hanya 17 soal yang valid. Di
samping itu, nilai reliabilitas soal two-tier yang ditentukan dengan
menggunakan KR20 yaitu 0,87. Hal tersebut menunjukkan bahwa soal yang dikembangkan memberikan gambaran yang benar-benar dapat
dipercaya tentang kemampuan seseorang, sehingga soal two-tier yang
diujikan bersifat ajeg.
3. Soal tes diagnotik two-tier yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya
dapat digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi siswa. Jenis miskonsepsi
yang ditemukan melalui instrumen tes yang dikembangkan memiliki
kesamaan dengan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
beberapa jurnal, diantaranya:Basa menurut teori Lewis suatu zat yang
86
B. Saran
Beberapa rekomendasi yang dapat dikemukakan setelah penelitian ini
dilakukan, yaitu:
1. Sampel yang digunakan untuk penelitian selanjutnya sebaiknya lebih
banyak agar miskonsepsi siswa yang terungkap lebih banyak.
2. Soal setara yang dibuat sebaiknya lebih variatif.
3. Untuk beberapa materi kimia termasuk materi Asam-Basa, guru sebaiknya
menggunakan soal tes diagnostik two-tier multiple choice untuk
mendeteksi miskonsepsi siswa.
4. Peneliti lain dapat mengkaji atau mengembangkan soal-soal serupa pada
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran (Cetakan Pertama). Bandung: Rosda.
Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Yogyakarta: Bumi Aksara.
Bahar, M. (2008). ― Science Student Teachers’ Ideas of the Heart‖. Journal of Baltic Science Education. 7, (2), 78-85.
Bayrak, B.K. (2013). ―Using Two-Tier Test to Identify Primary Student’s Conceptual Understanding and Alternative Conceptions in Acid Base‖.
Mevlana International Journal of Education. 3, (2), 19-26.
Demircioğlu, G. (2005). Conceptual change achieved through a new teaching program on acids and bases. Chemistry Education Research and
Practice, 6 (1), 36-51.
Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Pedoman Pengembangan Tes
Diagnostik Mata Pelajaran IPA SMP/MTs. Jakarta: Depdiknas.
Duit R, and Treagust D. F. (1995). Students’ conceptions and constructivist
teaching approaches. Chicago: The National Society for the Study of
Education.
Firman, H. (2007). Penelitian Pendidikan Kimia. Diktat Kuliah. UPI: tidak diterbitkan.
Harun, R dan Mansyur. (2007). Penilaian hasil Belajar. Bandung: Wacana Prima.
Kind, V. (2004). Beyond Appearances: Students’ misconceptions about basic
88
Kutluay, Y. (2005). Diagnosis of Eleventh Grade Students’ Misconceptions
About Geometric Optic By A Three-Tier Test. Middle East Technical
University.
Lawshe, C. H. (1975). A quantitative approach to content validity. Person- nel
Psychology. 28, 563—575.
Muchtar, Z. (2012). Analyzing of Students’ Misconceptions on Acid-Base Chemistry at Senior High Schools in Medan. Journal of Education and
Practice. 3. 65-74.
Rahayu, I. (2011). Analisis Kesalahan Konsep Reaksi Asam-Basa pada Guru
Kimia dan Siswa SMAN RSBI di Kota Malang serta Upaya Perbaikkannya dengan Strategi Konflik Kognitif. Tesis. Malang: PPs
Unversitas Negeri Malang.
Salirawati, D. (2010). Pengembangan Model Instrumen Pendeteksi
Miskonsepsi Kimia Pada Peserta Didik SMA. Disertasi. Yogyakarta:
PPs Universitas Negeri Yogyakarta.
Schmidt, H. J and Michal, D. (2005). Textbooks’ and teachers’ understanding of acid-base models used in chemistry teaching. Chemistry Education
Research and Practice. 6 (1), 19-35.
Sheppard, K. (2006). High School Students’ Understanding of Titrations and Related Acid-Base Phenomena, Chemistry Education Research and
Practice, 7(1), 32-45.
Sudijono, A. (2008). Pengatar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sukardi. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
89
Sunarya, Y. (2002). Kimia Umum. Bandung: Alkemi Grafisindo Press.
Syah, M. (1999). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu.
Tekkaya, et al. (1999). ―A Cross-Age Study Of High School Student’s Understanding of Diffusion And Osmosis‖. Hacettepe Üniversitesi
Eğitim FakÜltesi Dergisi. 15, 84 – 93.
Treagust, D. F., Chandrasegaran, A. L., and Mouro, M. (2007). ‖The Development Of A Two-Tier Multiple-Choice Diagnostic Instrument For Evaluating Secondary School Students’ Ability To Describe And Explain Chemical Reactions Using Multiple Levels Of Representation‖.
Chemistry Education Research and Practise, 8(3), 293-307.
Türker, F. (2005). Developing A Three-Tier Test to Assess High School Students’ Misconceptions Concerning Force and Motion. A Thesis Submitted to The Graduate School Of Natural And Apllied Sciences Of Middle East Technical University : tidak diterbitkan.
Tuysuz, C. (2009). ―Development of Two-Tier Diagnostic Instrument and Assess Students’ Understanding in Chemistry‖. Scientific Research and Essay, 4(6), 626-631.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.
Van Den Berg, E. (1991). Miskonsepsi Fisika Dan Remediasi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.
Whitten. (2004). General Chemistry 7th edition. Philadelphia: Saunders College