SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII SMPIT AL-QUDWAH
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan
Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Konsentrasi Perekayasa Pembelajaran
oleh Megandarisari
NIM 1006197
JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
di Kelas VIII SMPIT Al-Qudwah
Oleh Megandarisari
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Megandarisari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
ABSTRAK
Megandarisari (1006197), judul skripsi yaitu “Pengaruh Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences Terhadap Motivasi Berprestasi Siswa pada Mata Pelajaran IPS di Kelas VIII SMPIT Al-Qudwah.”
Penelitian ini berkaitan dengan teori kecerdasan Multiple Intelligences yang digagas oleh Gardner, yang kemudian ditarik ke dunia pendidikan menjadi sebuah strategi pembelajaran, dimana strategi pembelajaran ini dijadikan bahan penelitian
oleh penulis. Rumusan masalah umum dari penelitian ini ialah “bagaimana pengaruh strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences terhadap motivasi
berprestasi siswa?”, sedangkan tujuan umum dilakukannya penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences
terhadap motivasi berprestasi siswa pada mata pelajaran IPS di kelas VIII SMPIT Al-Qudwah. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen, dengan teknik pengumpulan data yang digunakan terdiri dari tes kecerdasan multiple intelligences research dan modalitas belajar, serta angket yang berkaitan dengan motivasi berprestasi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMPIT Al-Qudwah, sedangkan populasinya siswa kelas VIII Putra dan Putri 1 SMPIT Al-Qudwah sebanyak 56 orang. Pengolahan data dilakukan uji hipotesis dengan uji-t dan selanjutnya penarikan simpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di lapangan, simpulan yang pertama, terdapat perbedaan motivasi berprestasi yang signifikan antara siswa yang menggunakan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan siswa yang menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada aspek usaha untuk lebih unggul. Simpulan yang kedua, terdapat perbedaan motivasi berprestasi yang signifikan antara siswa yang menggunakan strategi pembelajaran berbasis
multiple intelligences dengan siswa yang menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada aspek berpikir kreatif dan inisiatif dalam belajar. Simpulan yang ketiga, terdapat perbedaan motivasi berprestasi yang signifikan antara siswa yang menggunakan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan siswa yang menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada aspek penyelesaian tugas. Simpulan yang keempat, terdapat perbedaan motivasi berprestasi yang signifikan antara siswa yang menggunakan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan siswa yang menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada aspek sikap dalam menghadapi tantangan. Simpulan yang kelima, terdapat perbedaan motivasi berprestasi yang signifikan antara siswa yang menggunakan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan siswa yang menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada aspek tanggung jawab untuk sukses dan kepercayaan diri. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis
multiple intelligences ini dapat memberikan pengaruh positif terhadap motivasi berprestasi siswa.
ABSTRACT
Effect of Multiple Intelligences-Based Learning Strategy to The Student’s Achievement Motivation on Social Subjects in 8th Grade SMPIT Al-qudwah. This research is about multiple intelligences theory by Gardner, which is drawn into educational world into learning strategy. The general problem of this
research is “how the effect of multiple intelligences based learning strategy to the
student’sachievement motivation?”, while the general purpose of this research is to determine the effect of multiple intelligences based learning strategy to the student achievement motivation on social studies in 8th class SMPIT Al-Qudwah. The method used in this research is quasi-experimental method, data collection technique used two intelligence test, such as multiple intelligences research and learning modalities, as well as a questionnaire of achievement motivation. The population in this research were students of SMPIT Al-Qudwah, while the sample of this research were eight grade of boy one and eight grade of girl one as many as 56 people. Data processing is done by the hypothesis test with t-test and then making conclusion. Based on the result of this research, the first conclusion, there was significant difference in achievement motivation among students who used multiple intelligences based learning strategy with the students who used the conventional learning strategy on aspect of effort to be superior. The second conclusion, there was significant difference in achievement motivation among students who used multiple intelligences based learning strategy with the students who used the conventional learning strategy on aspect of creative thinking and initiative in learning. The third conclusion, there was significant difference in achievement motivation among students who used multiple intelligences based learning strategy with the students who used the conventional learning strategy on aspect of finishing the task. The fourth conclusion, there was significant difference in achievement motivation among students who used multiple intelligences based learning strategy with the students who used the conventional learning strategy on aspect of attitude to face the challenge. The fifth conclusion, there was significant difference in achievement motivation among students who used multiple intelligences based learning strategy with the students who used the conventional learning strategy on aspect of responsibility to get success and self -confidence. Generally, it could be conclude that multiple intelligences-based learning strategy could give an positive effect to the student’s achievement motivation.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ……… i
ABSTRAK ………. ii
KATA PENGANTAR ………... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ………. iv
DAFTAR ISI ………. vii DAFTAR TABEL ………. ix
DAFTAR GAMBAR ……… xi
DAFTAR LAMPIRAN ………. xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ………. 1
B. Rumusan Masalah Penelitian ……… 8
C. Tujuan Penelitian ……….. 9
D. Manfaat Penelitian ……… 10
BAB II PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran ……… 11
B. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran ……… 12
C. Teori Multiple Intelligences …………... 13
D. Konsep Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences ……… 14
E. Keanekaragaman Kecerdasan dan Indikatornya ………... 18
F. Motivasi Berprestasi ……….. 30
G. Meningkatkan Motivasi Berprestasi ……….. 32
I. Modalitas Belajar ………... 33
J. Hakikat Mata Pelajaran IPS SMP dan MTS ……….. 33
K. Hubungan Antar Variabel ……….. 34
L. Asumsi dan Hipotesis ………. 36
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ……… 38
B. Populasi dan Sampel ……….. 39
C. Definisi Operasional ……….. 40
D. Instrumen Penelitian ……….. 42
E. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ………... 48
F. Prosedur Penelitian ……… 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ………. 52
B. Pengujian Hipotesis ………... 73
C. Pembahasan Hasil Penelitian ………. 76
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ………. 86
B. Saran ………... 89
DAFTAR PUSTAKA ………. 91
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 37
mengemukakan bahwa mata pelajaran IPS merupakan salah satu muatan wajib yang
harus ada dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Lebih lanjut dikemukakan
pada bagian penjelasan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003 Pasal 37 bahwa bahan kajian ilmu pengetahuan sosial antara lain ilmu bumi,
sejarah, ekonomi, kesehatan, dan sebagainya bertujuan untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi
sosial masyarakat. Adanya ketentuan undang-undang sebagai landasan formal yang
mewajibkan IPS menjadi salah satu mata pelajaran dalam sistem pendidikan di
Indonesia menjadikan kedudukan IPS semakin jelas dan kokoh dalam sistem
pendidikan dan pembelajaran yang diterapkan di sekolah.
Sementara itu, pengertian dari pembelajaran itu sendiri yakni paduan yang harmonis
antara belajar dan mengajar, dimana dalam pembelajaran terdapat proses transfer ilmu
pengetahuan dari guru kepada siswa. Seperti tercantum pada Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 1, bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Pembelajaran dipandang sebagai sebuah sistem. Terkait dengan pandangan tersebut, maka, sebagai sebuah
sistem, tentunya pembelajaran terdiri dari beberapa komponen yang saling berkaitan
dan bekerja secara sinergis untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Komponen-komponen
tersebut, diantaranya adalah guru, siswa, materi, metode, media pembelajaran, dan
Tujuan pembelajaran memegang peranan penting dalam pembelajaran, karena
tujuan pembelajaran akan menjadi dasar dalam menentukan pola pembelajaran yang
akan diterapkan. Salah satu tujuan dari mata pelajaran IPS yakni agar siswa memiliki
kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, tapi hal ini terbukti
belum sepenuhnya dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Masih sedikit sekali
siswa yang sadar dan peduli dengan lingkungannya. Contoh kecil adalah bagaimana
siswa menjaga kebersihan lingkungan sebagai bentuk kepedulian, masih banyak siswa
yang tidak sadar bahwa peduli akan kebersihan lingkungan merupakan hal yang sangat
penting. Masih kurangnya kepedulian siswa ini mengindikasikan belum tercapainya
tujuan dari pembelajaran IPS di sekolah.
Kemudian, dilihat dari penggunaan metode pembelajaran dalam mata pelajaran IPS,
mayoritas guru masih kurang kreatif dalam memanfaatkan beragam metode yang
tersedia. Padahal ada banyak metode yang bisa diterapkan dalam mata pelajaran IPS,
terutama dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran yang kebanyakan
mengedepankan kemampuan siswa untuk dapat menjadi warga Negara yang baik dan
peka terhadap isu-isu sosial serta dapat membantu dalam memecahkan
permasalahan-permasalahan yang terjadi di masyarakat. Metode ceramah merupakan metode
pembelajaran tertua yang sampai saat ini masih banyak digunakan oleh guru sebagai
metode untuk menyampaikan materi. Namun, jika metode ini terus-menerus digunakan
tanpa ada perpaduan dengan metode lain, tentu siswa akan merasa jenuh dalam belajar
dan akhirnya pembelajaran menjadi tidak lagi efektif. Terlebih lagi mata pelajaran IPS
memang penuh dengan materi-materi berupa konsep. Tanpa ada upaya untuk
menggunakan metode lain demi membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna, maka
materi yang disampaikan pada siswa hanya sekedar konsep yang akan dihafalkan oleh
siswa untuk mendapatkan nilai tinggi dalam ujian tanpa ada keinginan untuk
mengaplikasikan konsep-konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh konkritnya, guru-guru IPS di salah satu SMP negeri dan juga guru IPS di
salah satu SMP swasta di Kabupaten Lebak, masih menggunakan metode ceramah
secara penuh dalam proses pembelajaran. Misal, ketika guru mengajarkan siswa tentang
materi prinsip ekonomi atau motif ekonomi, hanya disampaikan dalam bentuk lisan atau
tulisan saja. Siswa hanya akan sampai pada tahap mengetahui dan teori atau konsep
sehari-hari. Tentu tetap ada sisi positif dari penggunaan metode tersebut, yakni dapat
memfasilitasi kebutuhan belajar siswa dengan gaya belajar visual maupun auditif.
Namun, dengan pemilihan metode yang beragam, guru dapat mengajak siswa untuk
memahami teori-teori dan konsep dalam mata pelajaran IPS secara lebih nyata, sehingga
siswa juga tidak hanya mengetahui teori tersebut tapi juga dapat memahami dan
mengaplikasikannya saat terjun sebagai bagian dari masyarakat.
Komponen pembelajaran selanjutnya yang dapat disorot berkaitan dengan mata
pelajaran IPS ini yakni siswa. Jika dahulu siswa dianggap sebagai objek dalam
pembelajaran, maka saat ini paradigma tersebut telah bergeser dan terganti dengan
paradigma baru yang menempatkan siswa sebagai subjek dalam pembelajaran.
Paradigma tersebut berkembang menjadi sebuah pendekatan pembelajaran yang disebut
student centered learning, dimana dalam proses pembelajaran siswa dituntut untuk lebih
aktif dan dapat membangun pengetahuannya sendiri, tidak hanya sekedar duduk manis
mendengarkan penjelasan tentang materi pelajaran dari guru. Namun yang terjadi
lagi-lagi tidak sesuai dengan harapan, masih banyak pembelajaran yang menggunakan
model teacher centered learning dimana metode yang digunakan seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, yakni metode ceramah. Siswa menjadi seperti gelas kosong
yang hanya tinggal menunggu untuk diisi oleh guru. Siswa tidak turut berperan aktif
dalam pembelajaran, tugas siswa hanya mendengarkan dan menjawab pertanyaan ketika
diberi pertanyaan oleh guru. Selanjutnya, paradigma yang terbentuk dalam benak siswa
adalah mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang membosankan, sehingga
tentu saja hal tersebut akan memberikan efek domino terhadap motivasi berprestasi
siswa. Siswa menjadi tidak termotivasi untuk belajar IPS, kemudian hasil belajar siswa
menjadi tidak optimal karena siswa kehilangan semangat untuk belajar.
Komponen terakhir yang tentu tak kalah pentingnya dengan komponen-komponen
pembelajaran yang lain yakni, guru. Semua perubahan yang terjadi dalam sektor
pendidikan di Negara manapun, tentu saja tidak akan pernah lepas dari peran guru. Jika
kualitas guru di suatu Negara baik, maka kualitas pendidikannya pun akan baik pula.
Sebagai contoh, di Finlandia, Negara yang menyandang gelar Negara dengan kualitas
pendidikan terbaik, guru-guru di Finlandia merupakan orang-orang terbaik yang
peningkatan kemampuannya ditunjang dengan pelatihan-pelatihan terbaik pula. Tidak
sangatlah ketat. Fakultas pendidikan merupakan fakultas paling bergengsi jika
dibandingkan dengan fakultas lainnya. Rata-rata dari tujug orang peminat, hanya satu
orang yang akan diterima di fakultas pendidikan. Hal itulah yang pada akhirnya
menempatkan guru sebagai profesi terhormat. Guru-guru di Finlandia bebas merancang
kurikulum dan silabus asalkan sejalan dengan visi dan misi sekolah. Mereka
menggunakan beragam strategi mengajar dengan tetap memperhatikan multiple
intelligences semua siswa.
Namun hal tersebut sangat kontras jika dibandingkan dengan kondisi guru di
Indonesia. Di Indonesia sendiri, berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru, disebutkan bahwa kualifikasi akademik guru pada satuan pendidikan
jalur formal mencakup kualifikasi akademik guru pendidikan Anak Usia Dini/Taman
Kanak-kanak/RaudatuI Atfal (PAUD/TK/RA), guru sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah
(SD/MI), guru sekolah menengah pertama/madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), guru
sekolah menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA), guru sekolah dasar luar
biasa/sekolah menengah luar biasa/sekolah menengah atas luar biasa
(SDLB/SMPLB/SMALB), dan guru sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah
kejuruan (SMK/MAK*), kesemuanya mempersyaratkan guru harus berlatarbelakang
pendidikan minimal Diploma VI atau S1. Namun, pada kenyataannya, dari data statistik
Human Development Index (HDI) terdapat 60% guru SD, 40%, SLTP, 43% SMA, 34%
SMK dinilai belum layak mengajar di jenjang masing-masing. Selain itu, 17,2% guru
atau setara dengan 69.477 guru, mengajar bidang studinya yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Dikutip dari edukasi.kompas.com edisi 3 Mei 2013, “The United Nations Development Programme ( UNDP ) tahun 2011 telah melaporkan
Human Development Index (HDI) Indonesia mengalami penurunan dari peringkat 108 pada 2010 menjadi peringkat 124 pada tahun 2012 dari 180 negara.” Data ini meliputi aspek tenaga pendidikan, disamping tenaga kerja dan kesehatan.
Berdasarkan data tersebut, dapat kita lihat, kualitas guru di Indonesia sangat berbeda
dengan kualitas guru di Negara maju seperti Finlandia. Di Indonesia, guru-guru masih
saja bergantung pada panduan dari pemerintah dalam penyusunan silabus untuk
pembelajaran. Padahal saat ini pemerintah sudah memberikan keleluasaan kepada para
belajar siswa, namun sayangnya, banyak guru masih saja kesulitan dalam merumuskan
silabus tersebut. Ini disebabkan karena kurang memadainya kompetensi yang dimiliki
oleh para guru sehingga mereka mengalami kesulitan dalam menjalankan
tugas-tugasnya. Salah seorang guru di SMP 1 Rangkasbitung pun mengaku kesulitan dalam
membuat silabus atau rencana pembelajaran karena tidak memiliki pengetahuan yang
memadai tentang bagaimana merancang silabus dan rencana pembelajaran yang baik
dan benar sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Kesulitan tersebut juga tidak
lepas dari kualifikasi pendidikan yang belum memenuhi syarat seperti yang telah
ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007.
Tidaklah mudah menjadi guru yang baik. Guru yang baik adalah guru yang tidak
pernah bosan untuk terus belajar, guru yang mampu membuat rencana pembelajaran
dengan kreatif sesuai kebutuhan siswa, guru yang bisa membuat siswa senang belajar
dan tidak menganggap belajar sebagai sesuatu yang menakutkan, serta guru yang
melakukan penilaian secara autentik. Pada tingkatan yang lebih tinggi lagi, guru yang
hebat adalah guru yang mampu menginspirasi siswanya. Sebaliknya, guru yang tidak
berkualitas sering melakukan malpraktik yang salah satunya disebut dengan penyakit disteachia. Penyakit disteachia ini merupakan istilah yang berarti “salah mengajar”.
Disteachia atau malpraktik guru ini mengandung tiga virus T, diantaranya teacher
talking time, task analysis, dan tracking.
Sering kita temui di kelas, guru yang menggunakan metode ceramah secara penuh
selama pembelajaran berlangsung, terutama pada mata pelajaran IPS yang memang
banyak menyajikan materi-materi berupa konsep. Inilah yang disebut virus teacher
talking time. Proses pembelajaran yang merupakan suatu proses transfer informasi
hanya berjalan satu arah dari guru ke siswa. Padahal pembelajaran akan lebih efektif
ketika siswa bisa melakukan aktivitas lebih banyak daripada hanya duduk diam
mendengarkan guru menjelaskan materi. Virus kedua yaitu task analysis, pada banyak
praktek pembelajaran di kelas, guru hanya menjelaskan materi sesuai dengan apa yang
tertulis di dalam bahan ajar, tanpa mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari
sehingga sering kali siswa tidak mengerti apa makna materi-materi yang mereka pelajari
dan apa implikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Imbasnya, siswa cepat merasa jenuh
ketika belajar, karena mereka merasa kurang paham dan tidak merasa perlu untuk
untuk dapat menjelaskan materi dengan cara sesederhana mungkin, dengan mengaitkan
materi-materi tersebut ke dalam kegiatan keseharian siswa, sehingga siswa akan lebih
mudah untuk memahami materi yang disampaikan. Terakhir, virus tracking, ini adalah
virus yang membuat guru senang mengelompokkan siswa dengan label-label tertentu seperti label “pintar” dan “bodoh”. Tentunya, ini akan berdampak buruk pada kondisi psikologis siswa.
Salah satu penyebab munculnya penyakit disteachia tersebut, karena guru belum
memahami sepenuhnya bahwa siswa bukanlah gelas kosong yang bisa diisi begitu saja.
Siswa harus diberi stimulus agar dapat membangun pengetahuannya sendiri. Sementara
stimulus yang bisa diterima oleh siswa jenisnya beragam, tergantung kepada modalitas
belajar dan tipe kecerdasan dominan yang dimilikinya. Modalitas belajar berhubungan
dengan gaya belajar siswa, baik itu visual, auditif maupun kinestetik. Sementara,
berkaitan dengan tipe kecerdasan, dirangkum oleh Gardner dalam multiple intelligences
theory, teori kecerdasan yang dewasa ini sudah mulai ditarik ke dunia pendidikan dan
diklaim sebagai salah satu strategi pembelajaran yang kemudian dikenal dengan nama
yang sama, strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences.
Dengan adanya kebijakan baru yang mengharuskan guru berlatarbelakang
pendidikan S1 dan mengikuti program PLPG untuk memperoleh sertifikasi,
pengetahuan dan pemahaman guru tentang bagaimana seharusnya menjadi guru yang
baik menjadi bertambah. Begitu pula pengetahuan dan kemampuannya dalam
memahami peserta didik sehingga dapat melakukan proses pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan siswa. Namun sayangnya, masih banyak juga guru yang tidak tahu bahwa
setiap siswa memiliki kecerdasan dominan masing-masing yang mempengaruhi gaya
belajarnya di kelas, sehingga membutuhkan perlakuan yang berbeda-beda pula.
Ketidaktahuan ini menyebabkan timbulnya penyakit disteachia yang telah penulis
jelaskan sebelumnya. Jika saja guru dapat mengetahui kecerdasan dominan apa yang
dimiliki setiap siswanya, dan sanggup untuk menyiapkan beragam metode mengajar
yang sesuai dengan tipe kecerdasan siswa, tentu saja masalah-masalah pembelajaran
yang terjadi di dalam kelas akan dapat terpecahkan. Siswa tidak akan lagi merasa bosan
hanya mendengarkan guru berceramah tentang materi yang tidak sepenuhnya mereka
mengerti karena guru tidak menjelaskan materi secara deduktif, atau dari umum ke
materi-materi yang diajarkan dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa akan lebih mudah
untuk mendapatkan gambaran.
Berdasarkan masalah-masalah tersebut, penulis berkeyakinan bahwa strategi
pembelajaran berbasis multiple intelligences dapat menjadi jawaban atas beragam
masalah pembelajaran yang terjadi di dunia pendidikan, khususnya dalam kaitannya
dengan mata pelajaran IPS.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah penulis paparkan di atas, maka rumusan masalah umum dalam penelitian ini adalah “bagaimana pengaruh strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences terhadap motivasi berprestasi siswa pada
mata pelajaran IPS di Kelas VIII SMPIT Al-Qudwah?”
Secara khusus, penelitian ini dibatasi pada sub masalah yang diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan motivasi berprestasi siswa yang menggunakan
strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan siswa yang
menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada aspek usaha untuk lebih
unggul?
2. Apakah terdapat perbedaan motivasi berprestasi siswa yang menggunakan
strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan siswa yang
menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada aspek berpikir kreatif
dan inisiatif dalam belajar?
3. Apakah terdapat perbedaan motivasi berprestasi siswa yang menggunakan
strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan siswa yang
menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada aspek penyelesaian
tugas?
4. Apakah terdapat perbedaan motivasi berprestasi siswa yang menggunakan
strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan siswa yang
menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada aspek sikap dalam
menghadapi tantangan?
5. Apakah terdapat perbedaan motivasi berprestasi siswa yang menggunakan
menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada aspek tanggung jawab
untuk sukses dan kepercayaan diri?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pengaruh strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences terhadap motivasi
berprestasi siswa pada mata pelajaran IPS di kelas VIII SMPIT Al-Qudwah.
Sedangkan secara khusus, tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Mengidentifikasi perbedaan motivasi berprestasi siswa yang menggunakan
strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan siswa yang
menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada aspek usaha untuk lebih
unggul.
2. Mengidentifikasi perbedaan motivasi berprestasi siswa yang menggunakan
strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan siswa yang
menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada aspek inisiatif dalam
belajar.
3. Mengidentifikasi perbedaan motivasi berprestasi siswa yang menggunakan
strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan siswa yang
menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada aspek penyelesaian
tugas.
4. Mengidentifikasi perbedaan motivasi berprestasi siswa yang menggunakan
strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan siswa yang
menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada aspek sikap dalam
menghadapi tantangan.
5. Mengidentifikasi perbedaan motivasi berprestasi siswa yang menggunakan
strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan siswa yang
menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada aspek tanggung jawab
untuk sukses dan kepercayaan diri.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak
yang terlibat dalam lingkup pendidikan, baik secara formal, maupun nonformal.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang
jelas tentang dampak positif dari penerapan metode pembelajaran yang beragam
melalui strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif kepada
lembaga. Peneliti berharap agar hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan
untuk memperbaiki praktik-praktik pembelajaran guru demi peningkatan
kualitas pembelajaran ke depannya.
b. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan strategi mengajar yang
efektif untuk pembelajaran, serta memotivasi guru untuk lebih meningkatkan
kemampuan serta kreativitasnya dalam mengelola proses pembelajaran.
c. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa meningkatkan pengetahuan,
pemahaman, dan kemampuan menganalisis masalah dengan pembelajaran
yang inovatif.
d. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana belajar untuk
mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan, serta memberikan
pemahaman yang lebih dalam lagi tentang strategi pembelajaran berbasis
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Pendekatan yang digunakan yakni pendekatan kuantitatif, mengingat data-data
yang diperoleh peneliti merupakan data-data dalam bentuk angka dan pengolahan
datanya pun dilakukan melalui perhitungan statistik.
Sedangkan metode penelitian yang digunakan peneliti yakni metode kuasi
eksperimen. Dalam penelitian ini, sesuai dengan rumusan masalah yang telah
ditetapkan, peneliti ingin mengetahui pengaruh dari penerapan strategi
pembelajaran berbasis multiple intelligences terhadap motivasi berprestasi siswa.
Penggunaan metode kuasi eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
dari pemberian perlakuan terhadap kelompok eksperimen dengan kelompok
kontrol yang tidak diberi perlakuan. Metode penelitian ini juga menggunakan
seluruh subjek dalam kelompok belajar untuk diberi perlakuan, seperti kelompok
peserta didik di dalam suatu kelas. Dengan berbagai pertimbangan untuk
memperoleh kemudahan, maka peneliti menggunakan metode penelitian ini.
Sementara, desain penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini
yakni The Matching Only Post-test Control Group Design. Peneliti menggunakan
desain ini karena dimungkinkan untuk membandingkan hasil intervensi sebuah
perlakuan tanpa harus melakukan pretest dan hanya tinggal membandingkan hasil
posttestnya saja.
Dalam desain ini, dibuat perbandingan antara kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen. Dua kelompok yang ada diberikan perlakuan, dan terakhir diberikan
posttest. Setelah kelompok eksperimen mendapat perlakuan, kedua kelompok
Setelah hasil posttes diperoleh, hasil posttest antara kedua kelompok
dibandingkan dan diuji perbedaannya. Jika terdapat perbedaan hasil posttest dari
kelompok kontrol dan eksperimen, maka terdapat pengaruh dari perlakuan yang
diberikan.
X1 : Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences
Sekolah ini dipilih karena SMPIT Al-Qudwah sedang dalam proses untuk
merintis sekolah multiple intelligences, guru-guru di sekolah ini sudah
mengenal strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences melalui
pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak sekolah. Hal ini akan
memberikan kemudahan bagi peneliti dalam penyusunan lesson plan.
Selain itu, jumlah siswa dalam setiap kelas tidak terlalu banyak, hanya
sekitar 25-30. Jumlah siswa yang tidak terlalu banyak akan lebih
memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian.
2. Sampel
Menurut Arifin (2011, hlm. 215), “Sampel adalah sebagian dari populasi
yang akan diselidiki atau dapat juga dikatakan bahwa sampel adalah
populasi dalam bentuk mini (miniature population).”
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster
random sampling. Cluster random sampling merupakan perpaduan dalam
pengambilan sampel secara acak dan klaster. Menurut Arifin (2011, hlm.
222) “Cara ini dianggap efisien, karena penelitian dilakukan terhadap cluster-cluster atau kelompok sampel dan bukan terhadap
individu-individu yang sama.” Peneliti menggunakan teknik sampel ini dikarenakan
dalam penelitian ini populasi cukup besar, sehingga perlu diklasifikasikan
ke dalam beberapa kelas. Maka dari itu, dalam sampel ini unit analisisnya
adalah kelompok atau kelas yang terdiri dari individu-individu. Acak tidak
dilakukan pada pemilihan individu dalam kelas tetapi acak atau
randomisasi dilakukan untuk memilih kelompok yang akan dijadikan
sampel. Dalam penelitian ini kelas yang dijadikan sampel adalah Kelas
VIII SMPIT Al-Qudwah.
C. Definisi Operasional
Strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences adalah salah satu
strategi pembelajaran yang dapat mewadahi berbagai metode pembelajaran
berbasis active learning dengan memerhatikan tipe-tipe kecerdasan siswa
yang beragam agar dapat memenuhi kebutuhan belajarnya sehingga
pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien serta menghasilkan
hasil belajar yang optimal. Dalam penelitian ini strategi pembelajaran
berbasis multiple intelligences akan diaplikasikan dalam mata pelajaran
IPS Kelas VIII di SMPIT Al-Qudwah dimana siswa akan dibimbing untuk
dapat turut aktif dalam pembelajaran dengan penerapan berbagai metode
active learning.
2. Strategi Pembelajaran Konvensional
Strategi pembelajaran konvensional adalah strategi pembelajaran dimana
guru lebih mendominasi dalam proses pembelajaran. Pembelajaran
konvensional lebih mentitikberatkan pada proses mentransfer pengetahuan
yang dimiliki guru kepada siswa yang cenderung membuat siswa pasif
dalam proses pembelajaran.
Untuk lebih lengkapnya, dikutip dari www.psychologymania.com, strategi
pembelajaran konvensional diatur sebagai berikut:
a. Guru memberikan informasi tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kemudian menjelaskan konsep dari materi pokok pembelajaran. b. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mencatat materi yang
telah diterangkan dan bertanya hal-hal yang dirasakan belum jelas. Kemudian memeriksa apakah siswa sudah mengerti atau belum dengan cara memberikan pertanyaan lanjutan.
c. Guru memberi contoh aplikasi konsep dan latihan soal-soal.
d. Guru meminta siswa untuk mengerjakan latihan secara individual atau mempersilahkan siswa untuk bekerja sama dengan teman sebangku. e. Guru meminta satu siswa atau lebih untuk menuliskan jawaban dari
latihan yang diberikan di papan tulis.
f. Guru memberikan sejumlah soal untuk pekerjaan rumah.
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan strategi pembelajaran
konvensional adalah penerapan metode ceramah dengan dukungan
media-media sederhana seperti whiteboard dan buku pelajaran IPS yang
3. Motivasi Berprestasi
Menurut Agustin (2011, hlm. 22), “motivasi berprestasi adalah suatu usaha
yang disadari untuk menggerakkan dan mengarahkan seseorang untuk
mencapai prestasi.” Sedangkan menurut Royanto (dalam Agustin, 2011, hlm. 22), “motivasi berprestasi adalah keinginan mencapai prestasi sebaik -baiknya, biasanya yang menjadi ukuran adalah diri sendiri (internal)
ataupun orang lain (eksternal).” Dalam penelitian ini, yang menjadi fokus
penelitian adalah motivasi internal dan eksternal dalam motivasi
berprestasi siswa sebagai pengaruh dari penerapan strategi pembelajaran
berbasis multiple intelligences dalam mata pelajaran IPS di kelas.
4. Hakikat Mata Pelajaran IPS
Pada hakikatnya mata pelajaran IPS untuk tingkat SMP dan MTs adalah
perpaduan dan penyederhanaan berbagai displin ilmu-ilmu sosial yang
disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu. Dalam penelitian
ini, mata pelajaran IPS yang dijadikan objek dalam penelitian adalah mata
pelajaran IPS Kelas VIII tingkat Sekolah Menengah Pertama.
D. Instrumen Penelitian
1. Instrumen yang Digunakan
Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel
yang diteliti. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Multiple Intelligences Research, instrumen Modalitas Belajar dan angket
motivasi berprestasi.
a. Multiple Intelligences Research
Multiple Intelligences Research adalah instrumen riset yang dapat
memberikan deskripsi tentang kecenderungan kecerdasan seseorang.
Dari analisis terhadap kecenderungan kecerdasan tersebut, dapat
penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen multiple intelligences
research yang telah teruji validitasnya dan telah dibakukan.
b. Instrumen Modalitas Belajar
Selain menggunakan Multiple Intelligences Research, peneliti juga
menggunakan instrumen modalitas belajar untuk mengetahui modalitas
belajar siswa. Instrumen ini berisi pernyataan-pernyataan yang harus
dipilih oleh siswa, dimana pernyataan yang dipilih hanya pernyataan
yang sesuai dengan kebiasaan belajar siswa.
c. Angket Motivasi Berprestasi Siswa
Instrumen yang diujicobakan meliputi angket motivasi berprestasi.
Angket atau kuesioner adalah instrumen penelitian yang berupa daftar
pertanyaan untuk memperoleh keterangan dari sejumlah responden
(sumber yang diambil datanya melalui angket). Dalam penelitian ini
angket meliputi soal pilihan ganda yang terbagi menjadi dua bagian
besar yaitu soal pernyataan positif dan soal dengan pernyataan negatif.
Penilaian sesuai dengan skala Likert dengan pernyataan SS (Sangat
Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju).
Skor yang digunakan yaitu 1, 2, 3, 4 disesuaikan dengan jenis
pernyataan.
2. Teknik Uji Instrumen
a. Uji Validitas Instrumen Angket Motivasi Berprestasi Siswa
Analisis uji validitas angket motivasi berprestasi siswa menggunakan
rumus korelasi product moment.
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y
N = jumlah responden
ΣX = jumlah skor butir soal ΣY = jumlah skor total soal
ΣX2 = jumlah skor kuadrat butir soal
ΣY2 = jumlah skor total kuadrat butir soal
Nilai r hitung dicocokkan dengan r tabel product moment pada taraf
signifikan 5%. Jika r hitung lebih besar dari r tabel 5%. Maka butir
soal tersebut valid.
Peneliti melakukan uji coba instrumen saat instrumen penelitian
tersedia dan siap digunakan. Uji coba instrumen ini dilakukan dengan
memberikan angket yang berisi 20 pernyataan kepada 30 orang siswa
kelas VIII SMPIT Ad-Da’wah yang bukan merupakan bagian dari
sampel penelitian, tapi memiliki karakter yang hampir sama dengan
sampel penelitian. Berikut ini peneliti sajikan hasil pengolahan data uji
coba instrumen dengan menggunakan program aplikasi Microsoft
Excel 2010.
Untuk mengetahui validitas dari instrumen motivasi berprestasi, maka
dilakukan uji validitas dengan rumus Pearson’s Product Moment,
yaitu:
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y
N = jumlah responden
ΣX2 = jumlah skor kuadrat butir soal ΣY2 = jumlah skor total kuadrat butir soal
Nilai r hitung dicocokkan dengan r tabel product moment pada taraf
signifikan 5%. Jika r hitung lebih besar dari rtabel 5%. Maka butir soal
tersebut valid.
Hasil perhitungan uji validitas melalui perhitungan excel dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 3.1 Data Hasil Uji Validitas Motivasi Berprestasi Siswa
No. Soal r Hitung r Tabel Keterangan
1 0.516 0.361 VALID
2 0.148 0.361 TIDAK VALID
3 0.682 0.361 VALID
4 0.279 0.361 TIDAK VALID
5 0.117 0.361 TIDAK VALID
6 0.365 0.361 VALID
7 0.377 0.361 VALID
8 0.416 0.361 VALID
9 0.531 0.361 VALID
10 0.485 0.361 VALID
11 0.163 0.361 TIDAK VALID
12 0.213 0.361 TIDAK VALID
13 0.22 0.361 TIDAK VALID
14 0.491 0.361 VALID
15 0.58 0.361 VALID
16 0.577 0.361 VALID
18 0.523 0.361 VALID
19 0.547 0.361 VALID
20 0.629 0.361 VALID
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 20 soal pada
instrumen motivasi berprestasi, terdapat 6 soal yang tidak valid,
sedangkan 14 soal lainnya valid. Untuk keseimbangan data penelitian,
6 buah soal yang tidak valid tidak dihilangkan, namun diperbaiki
redaksi kalimatnya sehingga yang digunakan untuk keperluan
penelitian jumlah soalnya tetap sebanyak 20 soal.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi instrumen,
apakah instrumen yang digunakan dapat diandalkan dan tetap
konsisten jika pengukuran instrumen tersebut diulang. Untuk
mengukur reliabilitas instrumen angket motivasi berprestasi siswa,
menggunakan rumus Alpha Cronbach, sebagai berikut:
(Sumber: Arifin, 2011)
Keterangan :
r 11 = koefisisien reliabilitas instrument (total tes)
k = banyaknya butir pertanyaan yang sahih
Σδ2b = jumlah varian butir
Σδ2t = varian skor total
Perhitungan uji reliabilitas skala diterima, jika hasil perhitungan
r hitung > r tabel 5%.
reliabilitas dilakukan secara manual dengan menggunakan rumus
Cronbach’s Alpha, sebagai berikut:
Langkah pertama, menghitung varians skor total:
Σσ
t2 = ΣY2– (ΣY) 2N
N
Σσ
t2 = 141911 – (2051) 230
30
Σσ
t2 = 141911 – 140220,03330
Σσ
t2 = 56,365Langkah selanjutnya yaitu menghitung jumlah varians setiap butir soal
dengan menggunakan aplikasi Microsoft excel, sehingga diperoleh
nilai bahwa jumlah varians setiap butir soal (
Σσ
b2) adalah sebesar15,605.
Kemudian, barulah nilai varians skor total dan jumlah varians setiap
butir dimasukkan kedalam rumus Cronbach Alpha:
r11 = ( )
r11 = ( )
r11 = (1,077)(0,723)
Berdasarkan perhitung tersebut, maka dapat diketahui bahwa nilai
reliabilitas dari variable y adalah 0,78 sedangkan nilai r tabel dari n = 30 pada alfa = 5% adalah 0,361.
Dengan demikian nilai r hitung > dari r tabel, sesuai dengan ketentuan
apabila r hitung > r tabel maka instrumen yang digunakan dinyatakan
reliable dan dapat dipergunakan sebagai alat pengumpul data.
Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas
instrumen yang diperoleh sesuai dengan tabel berikut.
Tabel 3.2 Interpretasi Reliabilitas
Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas
0,81 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi
0,61 < r ≤ 0,80 Tinggi
0,41 < r ≤ 0,60 Cukup
0,21 < r ≤ 0,40 Rendah
0,00 < r ≤ 0,21 Sangat rendah
(Arikunto, 2006:75)
Mengacu pada interpretasi reliabilitas pada tabel diatas, dapat
diketahui pula bahwa derajat reliabilitas instrumen angket motivasi
berprestasi yang digunakan peneliti adalah tinggi.
E. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data 1. Teknik Pengumpulan Data
a. Tes
Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Dalam penelitian ini bentuk tes yang digunakan merupakan tes
yang berfungsi untuk mengetahui tipe kecerdasan siswa dan modalitas
belajar siswa.
b. Angket
Angket atau kuesioner adalah instrumen penelitian yang berupa daftar
pertanyaan untuk memperoleh keterangan dari sejumlah responden.
Dalam penelitian ini angket meliputi soal pilihan ganda yang terbagi
menjadi dua bagian besar yaitu soal pernyataan positif dan soal dengan
pernyataan negatif. Penilaian sesuai dengan skala Likert dengan
pernyataan SS (Sangat Setuju), S (Setuju), R (Ragu-ragu), TS (Tidak
Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju). Skor yang digunakan yaitu 1, 2, 3,
4, 5, disesuaikan dengan jenis pernyataan.
2. Teknik Analisis Data
a. Perhitungan MSI (Metode Suksesif Interval)
Metode suksesif interval merupakan proses mengubah data ordinal
menjadi interval. Dalam penelitian ini, MSI dilakukan dengan bantuan
aplikasi Microsoft excel.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
homogenitas dari kedua data sampel. Menurut Sugiyono (2002),
“Varians kedua sampel homogen atau tidak, perlu diuji homogenitas
variansnya dengan Uji-F.” Pengujian homogenitas dilakukan dengan
menggunakan rumus Uji-F seperti berikut ini :
F = varians terbesar
varians terkecil
(Sumber: Arifin, 2011, hlm. 281)
Uji hipotesis dilakukan dengan perhitungan uji-t. Uji-t merupakan
teknik analisis data yang bertujuan untuk menguji perbedaan dua
rata-rata dari dua sampel tentang suatu variable yang diteliti. Pada
penelitian ini rumus yang digunakan adalah:
t = X1 – X2
√ ( )
(Sumber: Sugiyono, 2009, hlm. 265)
Keterangan:
t = nilai t-test yang dicari
X1 = rata-rata kelompok sample 1
X2 = rata-rata kelompok sample 2
S12 = simpangan baku sample 1 yang dikuadratkan (varians 1)
S22 = simpangan baku sample 2 yang dikuadratkan (varians 2)
n1 = jumlah sample 1
n2 = jumlah sample 2
Untuk melakukan pengujian hipotesis, dilakukan dengan cara
membandingkan nilai thitung dengan ttabel, dimana :
1) Apabila thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima (terdapat
perbedaan antara motivasi berprestasi siswa yang menggunakan
strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan siswa
yang menggunakan strategi pembelajaran konvensional)
2) Apabila thitung < ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak (tidak
terdapat perbedaan antara motivasi berprestasi siswa yang
menggunakan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences
dengan siswa yang menggunakan strategi pembelajaran
konvensional)
2. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdiri dari tiga tahap, yaitu:
1. Mendesain Penelitian
a. Menentukan masalah
Penentuan masalah dilakukan berdasarkan observasi dan studi literatur
yang dilakukan oleh peneliti.
b. Studi pendahuluan
Studi pendahuluan dilakukan dengan berkunjung ke instansi terkait.
c. Merumuskan masalah
Rumusan masalah dibuat berdasarkan latar belakang masalah yang
telah ditentukan sebelumnya.
d. Merumuskan asumsi dan hipotesis
Setelah menentukan masalah yang akan diteliti, peneliti merumuskan
asumsi dasar yang berlandaskan pada teori-teori terkait. Selanjutnya,
barulah dirumuskan hipotesisnya.
e. Memilih metode dan pendekatan penelitian
Pemilihan metode dan pendekatan penelitian disesuaikan dengan
kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.
f. Menentukan variabel dan sumber data
Penentuan variabel dan sumber data penelitian disesuaikan dengan
kebutuhan peneliti dalam penelitian yang akan dilakukan.
g. Menentukan dan menyusun instrumen yang akan digunakan
Penentuan dan penyusunan instrumen disesuaikan dengan data-data
yang dibutuhkan oleh peneliti dalam penelitian yang akan dilakukan.
2. Pelaksanaan Penelitian
a. Mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dari lapangan dengan
instrumen yang telah ditetapkan.
b. Melakukan analisis data dengan menggunakan teknik analisis data
yang telah ditetapkan sesuai dengan jenis data yang diperoleh.
c. Menarik kesimpulan dengan melakukan pengolahan data.
Laporan penelitian dibuat dalam bentuk tertulis dengan tetap
memerhatikan kaidah-kaidah penelitian laporan penelitian yang sudah
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya,
peneliti membuat beberapa simpulan yang juga dapat menjawab pertanyaan penelitian
atau rumusan masalah.
Simpulan yang pertama berkaitan dengan perbedaan motivasi berprestasi siswa yang
menggunakan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan siswa yang
menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada aspek usaha untuk lebih unggul.
Dari data-data yang diperoleh dan telah diolah, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
pada aspek usaha untuk lebih unggul, terdapat perbedaan motivasi berprestasi yang
signifikan antara siswa yang menggunakan strategi pembelajaran berbasis multiple
intelligences dengan siswa yang menggunakan strategi pembelajaran konvensional.
Simpulan yang kedua berkaitan dengan perbedaan motivasi berprestasi siswa yang
menggunakan strategi pembelajaran multiple intelligences dengan siswa yang
menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada aspek berpikir kreatif dan
inisiatif dalam belajar. Simpulan yang diperoleh peneliti dari hasil olah data yang telah
dilakukan, pada aspek berpikir kreatif dan inisiatif dalam belajar, terdapat perbedaan
motivasi berprestasi yang signifikan antara siswa yang menggunakan strategi
pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan siswa yang menggunakan strategi
Simpulan yang ketiga berkaitan dengan perbedaan motivasi berprestasi siswa yang
menggunakan strategi pembelajaran multiple intelligences dengan siswa yang
menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada aspek penyelesaian tugas.
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa, pada aspek penyelesaian tugas, terdapat perbedaan
motivasi berprestasi yang signifikan antara siswa yang menggunakan strategi
pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan siswa yang menggunakan strategi
pembelajaran konvensional. Untuk aspek penyelesaian tugas, dari data yang telah
disajikan sebelumnya dapat dilihat bahwa pada kelas eksperimen sebagian besar siswa
berusaha menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya, mengerjakan tugas sebelum
ditegur oleh guru, maupun menyelesaikan tugas lebih awal. Pada aspek ini, motivasi
berprestasi siswa, pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas
kontrol.
Simpulan yang keempat berkaitan dengan perbedaan motivasi berprestasi siswa
yang menggunakan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan siswa
yang menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada aspek sikap dalam
menghadapi tantangan. Dari data-data yang diperoleh dan telah diolah sehingga dapat
ditelaah, peneliti dapat menyimpulkan bahwa, pada aspek sikap dalam menghadapi
tantangan, terdapat perbedaan motivasi berprestasi yang signifikan antara siswa yang
menggunakan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan siswa yang
menggunakan strategi pembelajaran konvensional. Untuk aspek sikap dalam
menghadapi tantangan, dari data yang telah disajikan sebelumnya dapat dilihat bahwa
sebagian besar siswa di kelas eksperimen terlihat bersemangat dalam menghadapi
tantangan, sementara di kelas kontrol terjadi sebaliknya. Hal ini dibuktikan dengan
banyak siswa di kelas kontrol yang menyatakan setuju bahwa mereka merasa kesulitan
mempelajari materi-materi IPS dan hal tersebut membuat mereka malas belajar, selain
itu pada pernyataan “saya hanya akan belajar IPS pada materi yang mudah saja” banyak
disetujui oleh siswa di kelas kontrol. Pada aspek ini, motivasi berprestasi siswa pada
kelas eksperimen terlihat lebih menonjol dibandingkan dengan motivasi berprestasi
Simpulan yang kelima berkaitan dengan perbedaan motivasi berprestasi siswa yang
menggunakan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan siswa yang
menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada aspek tanggung jawab untuk
sukses dan kepercayaan diri. Berdasarkan perolehan data-data di lapangan yang
kemudian diolah oleh peneliti, peneliti dapat menyimpulkan bahwa, pada aspek
tanggung jawab untuk sukses dan kepercayaan diri, terdapat perbedaan motivasi
berprestasi yang signifikan antara siswa yang menggunakan strategi pembelajaran
berbasis multiple intelligences dengan siswa yang menggunakan strategi pembelajaran
konvensional. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya siswa pada kelas eksperimen yang
memberikan jawaban sangat setuju maupun setuju pada pernyataan positif, dan tidak
setuju atau sangat tidak setuju pada pernyataan negatif, sedangkan hal sebaliknya terjadi
pada kelas kontrol dimana jawaban sangat setuju dan setuju lebih banyak diarahkan
pada pernyataan negatif, sementara jawaban tidak setuju dan sangat tidak setuju lebih
banyak diarahkan pada pernyataan yang positif.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMPIT Al-Qudwah Kabupaten Lebak,
ditemukan bahwa strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences ini memberikan
pengaruh terhadap motivasi berprestasi siswa. Hasil positif dari strategi pembelajaran
berbasis multiple intelligences ini dapat dilihat dari hasil perbandingan skor motivasi
berprestasi siswa pada kelas eksperimen, dimana siswa yang mendapat perlakuan atau
belajar sesuai dengan tipe kecerdasan dominannya, cenderung memperoleh skor
motivasi berprestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa pada kelas kontrol
yang tidak mendapatkan perlakuan atau belajar sesuai dengan tipe kecerdasan
dominannya.
Penerapan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dapat meningkatkan
motivasi berprestasi siswa. Dengan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences
ini siswa dapat belajar atau menerima berbagai informasi dengan baik, karena
penyampaian informasi dilakukan sesuai dengan tipe kecerdasan siswa. Dengan
terserapnya informasi dengan baik, prestasi siswa akan dapat meningkat sehingga
motivasi berprestasinya pun akan turut meningkat, oleh karena konsep diri positif yang
akhirnya tertanam di dalam diri siswa sebagai hasil dari penerapan strategi
B. Saran
Berdasarkan data-data dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan dan juga
simpulan yang telah dijelaskan sebelumnya, penulis mengajukan beberapa saran yang
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak terkait, diantaranya:
1. Bagi Guru
Berdasarkan hasil temuan peneliti dalam penelitian ini, maka saran yang ingin
disampaikan oleh peneliti kepada guru adalah untuk dapat menerapkan
metode-metode pembelajaran yang lebih kreatif lagi untuk dapat meningkatkan motivasi
berprestasi siswa. Peneliti menemukan bahwa siswa terlihat sangat antusias
dalam pembelajaran saat diterapkan permainan-permainan edukasi seperti cerdas
cermat atau jeopardy. Apabila metode-metode semacam itu dapat diterapkan
secara berkala pada setiap pembelajaran di kelas, tentu motivasi berprestasi
siswa akan dapat ditingkatkan.
2. Bagi Sekolah
Peneliti sangat mengapresiasi niat baik sekolah untuk mengembangkan SMPIT
Al-Qudwah menjadi sekolah multiple intelligences, namun perlu usaha ekstra
untuk dapat mewujudkan hal tersebut. Pihak sekolah harus memperhatikan
kemampuan guru-guru untuk dapat menerapkan sistem pembelajaran berbasis
multiple intelligences. Selain itu, sarana dan prasarana juga tentunya harus
dilengkapi untuk menunjang kebutuhan media pembelajaran.
3. Bagi Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Peneliti berharap bahwa penelitian ini juga dapat memberikan kontribusi positif
bagi jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, sebagai salah satu jurusan
yang mempelajari metode-metode pembelajaran secara spesifik dan disiapkan
untuk dapat merancang metode-metode pembelajaran inovatif guna
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Saran dari peneliti berkaitan dengan penelitian tentang strategi pembelajaran
berbasis multiple intelligences ini, peneliti berharap agar penelitian ini bisa
dijadikan sebagai salah satu referensi untuk dapat dikembangkan lebih lanjut
penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti saat ini belum maksimal dan belum
menampakkan hasil yang maksimal.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Saran bagi peneliti selanjutnya agar penelitian ini dapat dikembangkan lebih
lanjut dan mempertimbangkan waktu penelitian yang akan digunakan, agar
penelitian dapat menampakkan hasil yang lebih akurat. Selain itu, diharapkan
juga agar peneliti selanjutnya dapat menggali lebih dalam lagi hal-hal yang
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, M. (2011). Permasalahan Belajar & Inovasi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.
Arifin, Z. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arifin, Z. (2011). Penelitian Pendidikan: Metode & Paradigma Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Armstrong, T. (2003). Sekolah Para Juara. Bandung: Penerbit Kaifa.
Armstrong, T. (2003). Setiap Anak Cerdas!: Panduan Membantu Anak Belajar dengan Memanfaatkan Multiple Intelligencesnya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Barrera, M.X. & Patricia, L.A. (2009). Personal Intelligences and A Colombian Experience. Dalam H. Gardner, S. Moran, dkk (Penyunting), Multiple Intelligences Around The World . (hlm. 268). San Fransisco: Jossey Bass.
Budiartati, E. (2007). “Pembelajaran Melalui Bermain Berbasis Kecerdasan Jamak Pada Usia Dini”. Lembaran Ilmu Kependidikan. Jilid 36, No. 2, Desember 2007.
Chatib, M. & Fatimah, I.N. (2013). Kelasnya Manusia: Memaksimalkan Fungsi Otak Belajar dengan Manajemen Display Kelas. Bandung: Penerbit Kaifa.
Chatib, M. & Said, A. (2012). Sekolah Anak-anak Juara. Bandung: Penerbit Kaifa.
Chatib, M. (2012). Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia. Bandung: Penerbit Kaifa.
Chatib, M. (2013). Gurunya Manusia: Menjadikan Semua Anak Istimewa & Semua Anak Juara. Bandung: Penerbit Kaifa.
Delaserra, Q. (2013). Kualitas Pendidikan Indonesia (Refleksi 2 Mei). [online]. Tersedia di: http://edukasi.kompasiana.com/2013/05/03/kualitas-pendidikan-indonesia-refleksi-2-mei-552591.html. Diakses pada 4 April 2013.
Gunawan, A. W. (2003). Born to be A Genius. Jakarta: Gramedia.
Gunawan, A. W. (2004). Genius Learning Strategy. Jakarta: Gramedia.
M. Battro, A. (2009). Multiple Intelligences & Constructionism in The Digital Era.
Dalam H. Gardner, S. Moran, dkk (Penyunting), Multiple Intelligences Around The World. (hlm. 297). San Fransisco: Jossey Bass.
Mardalis. (2009). Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara.
Maryati, K & Suryawati, J. (2007). Sosiologi untuk SMA & MA Kelas XII. Jakarta: Erlangga. [online] Tersedia di: http://books.google.co.id/books?id=-VPNS5CbDhYC&lpg=PA1&hl=id&pg=PA1#v=onepage&q&f=false. Diakses pada 4 April 2014
Mudjiono & Dimyati. (2002). Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Mulyasa, E. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nasution, S. (2003). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.
Nurseto, T. (2010). “Pembelajaran Motivasi Berprestasi dalam Mata Kuliah Kewirausahaan dengan Game Tournament.” Jurnal Ekonomi & Pendidikan. Vol. 7 Nomor 1, April 2010.
Prasetyo, J.J.R. (2009). Multiply Your Multiple Intelligences. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan & Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.
Rola, F. (2006). “Hubungan Konsep Diri dengan Motivasi berprestasi Berprestasi pada Remaja.” Makalah Ilmiah. Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.
Ronis, D. (2007). Asesmen Sesuai Cara Kerja Otak. California: Corwin Press.
Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Sagala, S. (2003). Konsep & Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Siregar, E. & Nara, H. (2010). Teori Belajar & Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.
Sudjana, N. & Ibrahim. (2012). Penelitian & Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Suhana, C. & Hanafiah, N. (2012). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.
Susilana, R. & Riyana, C. (2008). Media Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurtekpend FIP UPI.
Sukmadinata, N.S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tanpa Nama. (2012). “Strategi Pembelajaran Konvensional.” [online]. Tersedia di:
http://www.psychologymania.com/2012/12/strategi-pembelajaran-konvensional.html. Diakses pada 4 April 2014.
Tim Pengembang MKDP Kurikulum & Pembelajaran. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurtekpend FIP UPI.
Uno, H. B. (2010). Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Widhiarso, W. Skala Likert (Summated Ratings). [pdf]. Tersedia di: http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/files/3_-_summated_ratings.pdf. Diakses pada 23 April 2014.
Yasa, P. Raditya Mahendra. (2012, 7 Maret). Kualitas Guru Masih Rendah. Kompas
[Online], halaman 1. Tersedia: