• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII SMPIT AL-QUDWAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII SMPIT AL-QUDWAH."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII SMPIT AL-QUDWAH

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan

Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

Konsentrasi Perekayasa Pembelajaran

oleh Megandarisari

NIM 1006197

JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

di Kelas VIII SMPIT Al-Qudwah

Oleh Megandarisari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Megandarisari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

ABSTRAK

Megandarisari (1006197), judul skripsi yaitu “Pengaruh Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences Terhadap Motivasi Berprestasi Siswa pada Mata Pelajaran IPS di Kelas VIII SMPIT Al-Qudwah.”

Penelitian ini berkaitan dengan teori kecerdasan Multiple Intelligences yang digagas oleh Gardner, yang kemudian ditarik ke dunia pendidikan menjadi sebuah strategi pembelajaran, dimana strategi pembelajaran ini dijadikan bahan penelitian

oleh penulis. Rumusan masalah umum dari penelitian ini ialah “bagaimana pengaruh strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences terhadap motivasi

berprestasi siswa?”, sedangkan tujuan umum dilakukannya penelitian ini adalah

untuk mengetahui pengaruh strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences

terhadap motivasi berprestasi siswa pada mata pelajaran IPS di kelas VIII SMPIT Al-Qudwah. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen, dengan teknik pengumpulan data yang digunakan terdiri dari tes kecerdasan multiple intelligences research dan modalitas belajar, serta angket yang berkaitan dengan motivasi berprestasi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMPIT Al-Qudwah, sedangkan populasinya siswa kelas VIII Putra dan Putri 1 SMPIT Al-Qudwah sebanyak 56 orang. Pengolahan data dilakukan uji hipotesis dengan uji-t dan selanjutnya penarikan simpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di lapangan, simpulan yang pertama, terdapat perbedaan motivasi berprestasi yang signifikan antara siswa yang menggunakan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan siswa yang menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada aspek usaha untuk lebih unggul. Simpulan yang kedua, terdapat perbedaan motivasi berprestasi yang signifikan antara siswa yang menggunakan strategi pembelajaran berbasis

multiple intelligences dengan siswa yang menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada aspek berpikir kreatif dan inisiatif dalam belajar. Simpulan yang ketiga, terdapat perbedaan motivasi berprestasi yang signifikan antara siswa yang menggunakan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan siswa yang menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada aspek penyelesaian tugas. Simpulan yang keempat, terdapat perbedaan motivasi berprestasi yang signifikan antara siswa yang menggunakan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan siswa yang menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada aspek sikap dalam menghadapi tantangan. Simpulan yang kelima, terdapat perbedaan motivasi berprestasi yang signifikan antara siswa yang menggunakan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan siswa yang menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada aspek tanggung jawab untuk sukses dan kepercayaan diri. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis

multiple intelligences ini dapat memberikan pengaruh positif terhadap motivasi berprestasi siswa.

(5)

ABSTRACT

Effect of Multiple Intelligences-Based Learning Strategy to The Student’s Achievement Motivation on Social Subjects in 8th Grade SMPIT Al-qudwah. This research is about multiple intelligences theory by Gardner, which is drawn into educational world into learning strategy. The general problem of this

research is “how the effect of multiple intelligences based learning strategy to the

student’sachievement motivation?”, while the general purpose of this research is to determine the effect of multiple intelligences based learning strategy to the student achievement motivation on social studies in 8th class SMPIT Al-Qudwah. The method used in this research is quasi-experimental method, data collection technique used two intelligence test, such as multiple intelligences research and learning modalities, as well as a questionnaire of achievement motivation. The population in this research were students of SMPIT Al-Qudwah, while the sample of this research were eight grade of boy one and eight grade of girl one as many as 56 people. Data processing is done by the hypothesis test with t-test and then making conclusion. Based on the result of this research, the first conclusion, there was significant difference in achievement motivation among students who used multiple intelligences based learning strategy with the students who used the conventional learning strategy on aspect of effort to be superior. The second conclusion, there was significant difference in achievement motivation among students who used multiple intelligences based learning strategy with the students who used the conventional learning strategy on aspect of creative thinking and initiative in learning. The third conclusion, there was significant difference in achievement motivation among students who used multiple intelligences based learning strategy with the students who used the conventional learning strategy on aspect of finishing the task. The fourth conclusion, there was significant difference in achievement motivation among students who used multiple intelligences based learning strategy with the students who used the conventional learning strategy on aspect of attitude to face the challenge. The fifth conclusion, there was significant difference in achievement motivation among students who used multiple intelligences based learning strategy with the students who used the conventional learning strategy on aspect of responsibility to get success and self -confidence. Generally, it could be conclude that multiple intelligences-based learning strategy could give an positive effect to the student’s achievement motivation.

(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ……… i

ABSTRAK ………. ii

KATA PENGANTAR ………... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ………. iv

DAFTAR ISI ………. vii DAFTAR TABEL ………. ix

DAFTAR GAMBAR ……… xi

DAFTAR LAMPIRAN ………. xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ………. 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ……… 8

C. Tujuan Penelitian ……….. 9

D. Manfaat Penelitian ……… 10

BAB II PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran ……… 11

B. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran ……… 12

C. Teori Multiple Intelligences …………... 13

D. Konsep Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences ……… 14

E. Keanekaragaman Kecerdasan dan Indikatornya ………... 18

F. Motivasi Berprestasi ……….. 30

G. Meningkatkan Motivasi Berprestasi ……….. 32

(7)

I. Modalitas Belajar ………... 33

J. Hakikat Mata Pelajaran IPS SMP dan MTS ……….. 33

K. Hubungan Antar Variabel ……….. 34

L. Asumsi dan Hipotesis ………. 36

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ……… 38

B. Populasi dan Sampel ……….. 39

C. Definisi Operasional ……….. 40

D. Instrumen Penelitian ……….. 42

E. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ………... 48

F. Prosedur Penelitian ……… 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ………. 52

B. Pengujian Hipotesis ………... 73

C. Pembahasan Hasil Penelitian ………. 76

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ………. 86

B. Saran ………... 89

DAFTAR PUSTAKA ………. 91

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 37

mengemukakan bahwa mata pelajaran IPS merupakan salah satu muatan wajib yang

harus ada dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Lebih lanjut dikemukakan

pada bagian penjelasan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun

2003 Pasal 37 bahwa bahan kajian ilmu pengetahuan sosial antara lain ilmu bumi,

sejarah, ekonomi, kesehatan, dan sebagainya bertujuan untuk mengembangkan

pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi

sosial masyarakat. Adanya ketentuan undang-undang sebagai landasan formal yang

mewajibkan IPS menjadi salah satu mata pelajaran dalam sistem pendidikan di

Indonesia menjadikan kedudukan IPS semakin jelas dan kokoh dalam sistem

pendidikan dan pembelajaran yang diterapkan di sekolah.

Sementara itu, pengertian dari pembelajaran itu sendiri yakni paduan yang harmonis

antara belajar dan mengajar, dimana dalam pembelajaran terdapat proses transfer ilmu

pengetahuan dari guru kepada siswa. Seperti tercantum pada Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 1, bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Pembelajaran dipandang sebagai sebuah sistem. Terkait dengan pandangan tersebut, maka, sebagai sebuah

sistem, tentunya pembelajaran terdiri dari beberapa komponen yang saling berkaitan

dan bekerja secara sinergis untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Komponen-komponen

tersebut, diantaranya adalah guru, siswa, materi, metode, media pembelajaran, dan

(9)

Tujuan pembelajaran memegang peranan penting dalam pembelajaran, karena

tujuan pembelajaran akan menjadi dasar dalam menentukan pola pembelajaran yang

akan diterapkan. Salah satu tujuan dari mata pelajaran IPS yakni agar siswa memiliki

kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, tapi hal ini terbukti

belum sepenuhnya dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Masih sedikit sekali

siswa yang sadar dan peduli dengan lingkungannya. Contoh kecil adalah bagaimana

siswa menjaga kebersihan lingkungan sebagai bentuk kepedulian, masih banyak siswa

yang tidak sadar bahwa peduli akan kebersihan lingkungan merupakan hal yang sangat

penting. Masih kurangnya kepedulian siswa ini mengindikasikan belum tercapainya

tujuan dari pembelajaran IPS di sekolah.

Kemudian, dilihat dari penggunaan metode pembelajaran dalam mata pelajaran IPS,

mayoritas guru masih kurang kreatif dalam memanfaatkan beragam metode yang

tersedia. Padahal ada banyak metode yang bisa diterapkan dalam mata pelajaran IPS,

terutama dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran yang kebanyakan

mengedepankan kemampuan siswa untuk dapat menjadi warga Negara yang baik dan

peka terhadap isu-isu sosial serta dapat membantu dalam memecahkan

permasalahan-permasalahan yang terjadi di masyarakat. Metode ceramah merupakan metode

pembelajaran tertua yang sampai saat ini masih banyak digunakan oleh guru sebagai

metode untuk menyampaikan materi. Namun, jika metode ini terus-menerus digunakan

tanpa ada perpaduan dengan metode lain, tentu siswa akan merasa jenuh dalam belajar

dan akhirnya pembelajaran menjadi tidak lagi efektif. Terlebih lagi mata pelajaran IPS

memang penuh dengan materi-materi berupa konsep. Tanpa ada upaya untuk

menggunakan metode lain demi membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna, maka

materi yang disampaikan pada siswa hanya sekedar konsep yang akan dihafalkan oleh

siswa untuk mendapatkan nilai tinggi dalam ujian tanpa ada keinginan untuk

mengaplikasikan konsep-konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh konkritnya, guru-guru IPS di salah satu SMP negeri dan juga guru IPS di

salah satu SMP swasta di Kabupaten Lebak, masih menggunakan metode ceramah

secara penuh dalam proses pembelajaran. Misal, ketika guru mengajarkan siswa tentang

materi prinsip ekonomi atau motif ekonomi, hanya disampaikan dalam bentuk lisan atau

tulisan saja. Siswa hanya akan sampai pada tahap mengetahui dan teori atau konsep

(10)

sehari-hari. Tentu tetap ada sisi positif dari penggunaan metode tersebut, yakni dapat

memfasilitasi kebutuhan belajar siswa dengan gaya belajar visual maupun auditif.

Namun, dengan pemilihan metode yang beragam, guru dapat mengajak siswa untuk

memahami teori-teori dan konsep dalam mata pelajaran IPS secara lebih nyata, sehingga

siswa juga tidak hanya mengetahui teori tersebut tapi juga dapat memahami dan

mengaplikasikannya saat terjun sebagai bagian dari masyarakat.

Komponen pembelajaran selanjutnya yang dapat disorot berkaitan dengan mata

pelajaran IPS ini yakni siswa. Jika dahulu siswa dianggap sebagai objek dalam

pembelajaran, maka saat ini paradigma tersebut telah bergeser dan terganti dengan

paradigma baru yang menempatkan siswa sebagai subjek dalam pembelajaran.

Paradigma tersebut berkembang menjadi sebuah pendekatan pembelajaran yang disebut

student centered learning, dimana dalam proses pembelajaran siswa dituntut untuk lebih

aktif dan dapat membangun pengetahuannya sendiri, tidak hanya sekedar duduk manis

mendengarkan penjelasan tentang materi pelajaran dari guru. Namun yang terjadi

lagi-lagi tidak sesuai dengan harapan, masih banyak pembelajaran yang menggunakan

model teacher centered learning dimana metode yang digunakan seperti yang telah

dijelaskan sebelumnya, yakni metode ceramah. Siswa menjadi seperti gelas kosong

yang hanya tinggal menunggu untuk diisi oleh guru. Siswa tidak turut berperan aktif

dalam pembelajaran, tugas siswa hanya mendengarkan dan menjawab pertanyaan ketika

diberi pertanyaan oleh guru. Selanjutnya, paradigma yang terbentuk dalam benak siswa

adalah mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang membosankan, sehingga

tentu saja hal tersebut akan memberikan efek domino terhadap motivasi berprestasi

siswa. Siswa menjadi tidak termotivasi untuk belajar IPS, kemudian hasil belajar siswa

menjadi tidak optimal karena siswa kehilangan semangat untuk belajar.

Komponen terakhir yang tentu tak kalah pentingnya dengan komponen-komponen

pembelajaran yang lain yakni, guru. Semua perubahan yang terjadi dalam sektor

pendidikan di Negara manapun, tentu saja tidak akan pernah lepas dari peran guru. Jika

kualitas guru di suatu Negara baik, maka kualitas pendidikannya pun akan baik pula.

Sebagai contoh, di Finlandia, Negara yang menyandang gelar Negara dengan kualitas

pendidikan terbaik, guru-guru di Finlandia merupakan orang-orang terbaik yang

peningkatan kemampuannya ditunjang dengan pelatihan-pelatihan terbaik pula. Tidak

(11)

sangatlah ketat. Fakultas pendidikan merupakan fakultas paling bergengsi jika

dibandingkan dengan fakultas lainnya. Rata-rata dari tujug orang peminat, hanya satu

orang yang akan diterima di fakultas pendidikan. Hal itulah yang pada akhirnya

menempatkan guru sebagai profesi terhormat. Guru-guru di Finlandia bebas merancang

kurikulum dan silabus asalkan sejalan dengan visi dan misi sekolah. Mereka

menggunakan beragam strategi mengajar dengan tetap memperhatikan multiple

intelligences semua siswa.

Namun hal tersebut sangat kontras jika dibandingkan dengan kondisi guru di

Indonesia. Di Indonesia sendiri, berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan

Kompetensi Guru, disebutkan bahwa kualifikasi akademik guru pada satuan pendidikan

jalur formal mencakup kualifikasi akademik guru pendidikan Anak Usia Dini/Taman

Kanak-kanak/RaudatuI Atfal (PAUD/TK/RA), guru sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah

(SD/MI), guru sekolah menengah pertama/madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), guru

sekolah menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA), guru sekolah dasar luar

biasa/sekolah menengah luar biasa/sekolah menengah atas luar biasa

(SDLB/SMPLB/SMALB), dan guru sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah

kejuruan (SMK/MAK*), kesemuanya mempersyaratkan guru harus berlatarbelakang

pendidikan minimal Diploma VI atau S1. Namun, pada kenyataannya, dari data statistik

Human Development Index (HDI) terdapat 60% guru SD, 40%, SLTP, 43% SMA, 34%

SMK dinilai belum layak mengajar di jenjang masing-masing. Selain itu, 17,2% guru

atau setara dengan 69.477 guru, mengajar bidang studinya yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Dikutip dari edukasi.kompas.com edisi 3 Mei 2013, “The United Nations Development Programme ( UNDP ) tahun 2011 telah melaporkan

Human Development Index (HDI) Indonesia mengalami penurunan dari peringkat 108 pada 2010 menjadi peringkat 124 pada tahun 2012 dari 180 negara.” Data ini meliputi aspek tenaga pendidikan, disamping tenaga kerja dan kesehatan.

Berdasarkan data tersebut, dapat kita lihat, kualitas guru di Indonesia sangat berbeda

dengan kualitas guru di Negara maju seperti Finlandia. Di Indonesia, guru-guru masih

saja bergantung pada panduan dari pemerintah dalam penyusunan silabus untuk

pembelajaran. Padahal saat ini pemerintah sudah memberikan keleluasaan kepada para

(12)

belajar siswa, namun sayangnya, banyak guru masih saja kesulitan dalam merumuskan

silabus tersebut. Ini disebabkan karena kurang memadainya kompetensi yang dimiliki

oleh para guru sehingga mereka mengalami kesulitan dalam menjalankan

tugas-tugasnya. Salah seorang guru di SMP 1 Rangkasbitung pun mengaku kesulitan dalam

membuat silabus atau rencana pembelajaran karena tidak memiliki pengetahuan yang

memadai tentang bagaimana merancang silabus dan rencana pembelajaran yang baik

dan benar sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Kesulitan tersebut juga tidak

lepas dari kualifikasi pendidikan yang belum memenuhi syarat seperti yang telah

ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007.

Tidaklah mudah menjadi guru yang baik. Guru yang baik adalah guru yang tidak

pernah bosan untuk terus belajar, guru yang mampu membuat rencana pembelajaran

dengan kreatif sesuai kebutuhan siswa, guru yang bisa membuat siswa senang belajar

dan tidak menganggap belajar sebagai sesuatu yang menakutkan, serta guru yang

melakukan penilaian secara autentik. Pada tingkatan yang lebih tinggi lagi, guru yang

hebat adalah guru yang mampu menginspirasi siswanya. Sebaliknya, guru yang tidak

berkualitas sering melakukan malpraktik yang salah satunya disebut dengan penyakit disteachia. Penyakit disteachia ini merupakan istilah yang berarti “salah mengajar”.

Disteachia atau malpraktik guru ini mengandung tiga virus T, diantaranya teacher

talking time, task analysis, dan tracking.

Sering kita temui di kelas, guru yang menggunakan metode ceramah secara penuh

selama pembelajaran berlangsung, terutama pada mata pelajaran IPS yang memang

banyak menyajikan materi-materi berupa konsep. Inilah yang disebut virus teacher

talking time. Proses pembelajaran yang merupakan suatu proses transfer informasi

hanya berjalan satu arah dari guru ke siswa. Padahal pembelajaran akan lebih efektif

ketika siswa bisa melakukan aktivitas lebih banyak daripada hanya duduk diam

mendengarkan guru menjelaskan materi. Virus kedua yaitu task analysis, pada banyak

praktek pembelajaran di kelas, guru hanya menjelaskan materi sesuai dengan apa yang

tertulis di dalam bahan ajar, tanpa mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari

sehingga sering kali siswa tidak mengerti apa makna materi-materi yang mereka pelajari

dan apa implikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Imbasnya, siswa cepat merasa jenuh

ketika belajar, karena mereka merasa kurang paham dan tidak merasa perlu untuk

(13)

untuk dapat menjelaskan materi dengan cara sesederhana mungkin, dengan mengaitkan

materi-materi tersebut ke dalam kegiatan keseharian siswa, sehingga siswa akan lebih

mudah untuk memahami materi yang disampaikan. Terakhir, virus tracking, ini adalah

virus yang membuat guru senang mengelompokkan siswa dengan label-label tertentu seperti label “pintar” dan “bodoh”. Tentunya, ini akan berdampak buruk pada kondisi psikologis siswa.

Salah satu penyebab munculnya penyakit disteachia tersebut, karena guru belum

memahami sepenuhnya bahwa siswa bukanlah gelas kosong yang bisa diisi begitu saja.

Siswa harus diberi stimulus agar dapat membangun pengetahuannya sendiri. Sementara

stimulus yang bisa diterima oleh siswa jenisnya beragam, tergantung kepada modalitas

belajar dan tipe kecerdasan dominan yang dimilikinya. Modalitas belajar berhubungan

dengan gaya belajar siswa, baik itu visual, auditif maupun kinestetik. Sementara,

berkaitan dengan tipe kecerdasan, dirangkum oleh Gardner dalam multiple intelligences

theory, teori kecerdasan yang dewasa ini sudah mulai ditarik ke dunia pendidikan dan

diklaim sebagai salah satu strategi pembelajaran yang kemudian dikenal dengan nama

yang sama, strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences.

Dengan adanya kebijakan baru yang mengharuskan guru berlatarbelakang

pendidikan S1 dan mengikuti program PLPG untuk memperoleh sertifikasi,

pengetahuan dan pemahaman guru tentang bagaimana seharusnya menjadi guru yang

baik menjadi bertambah. Begitu pula pengetahuan dan kemampuannya dalam

memahami peserta didik sehingga dapat melakukan proses pembelajaran sesuai dengan

kebutuhan siswa. Namun sayangnya, masih banyak juga guru yang tidak tahu bahwa

setiap siswa memiliki kecerdasan dominan masing-masing yang mempengaruhi gaya

belajarnya di kelas, sehingga membutuhkan perlakuan yang berbeda-beda pula.

Ketidaktahuan ini menyebabkan timbulnya penyakit disteachia yang telah penulis

jelaskan sebelumnya. Jika saja guru dapat mengetahui kecerdasan dominan apa yang

dimiliki setiap siswanya, dan sanggup untuk menyiapkan beragam metode mengajar

yang sesuai dengan tipe kecerdasan siswa, tentu saja masalah-masalah pembelajaran

yang terjadi di dalam kelas akan dapat terpecahkan. Siswa tidak akan lagi merasa bosan

hanya mendengarkan guru berceramah tentang materi yang tidak sepenuhnya mereka

mengerti karena guru tidak menjelaskan materi secara deduktif, atau dari umum ke

(14)

materi-materi yang diajarkan dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa akan lebih mudah

untuk mendapatkan gambaran.

Berdasarkan masalah-masalah tersebut, penulis berkeyakinan bahwa strategi

pembelajaran berbasis multiple intelligences dapat menjadi jawaban atas beragam

masalah pembelajaran yang terjadi di dunia pendidikan, khususnya dalam kaitannya

dengan mata pelajaran IPS.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah penulis paparkan di atas, maka rumusan masalah umum dalam penelitian ini adalah “bagaimana pengaruh strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences terhadap motivasi berprestasi siswa pada

mata pelajaran IPS di Kelas VIII SMPIT Al-Qudwah?”

Secara khusus, penelitian ini dibatasi pada sub masalah yang diantaranya adalah

sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan motivasi berprestasi siswa yang menggunakan

strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan siswa yang

menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada aspek usaha untuk lebih

unggul?

2. Apakah terdapat perbedaan motivasi berprestasi siswa yang menggunakan

strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan siswa yang

menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada aspek berpikir kreatif

dan inisiatif dalam belajar?

3. Apakah terdapat perbedaan motivasi berprestasi siswa yang menggunakan

strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan siswa yang

menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada aspek penyelesaian

tugas?

4. Apakah terdapat perbedaan motivasi berprestasi siswa yang menggunakan

strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan siswa yang

menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada aspek sikap dalam

menghadapi tantangan?

5. Apakah terdapat perbedaan motivasi berprestasi siswa yang menggunakan

(15)

menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada aspek tanggung jawab

untuk sukses dan kepercayaan diri?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

pengaruh strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences terhadap motivasi

berprestasi siswa pada mata pelajaran IPS di kelas VIII SMPIT Al-Qudwah.

Sedangkan secara khusus, tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mengidentifikasi perbedaan motivasi berprestasi siswa yang menggunakan

strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan siswa yang

menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada aspek usaha untuk lebih

unggul.

2. Mengidentifikasi perbedaan motivasi berprestasi siswa yang menggunakan

strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan siswa yang

menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada aspek inisiatif dalam

belajar.

3. Mengidentifikasi perbedaan motivasi berprestasi siswa yang menggunakan

strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan siswa yang

menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada aspek penyelesaian

tugas.

4. Mengidentifikasi perbedaan motivasi berprestasi siswa yang menggunakan

strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan siswa yang

menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada aspek sikap dalam

menghadapi tantangan.

5. Mengidentifikasi perbedaan motivasi berprestasi siswa yang menggunakan

strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan siswa yang

menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada aspek tanggung jawab

untuk sukses dan kepercayaan diri.

(16)

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak

yang terlibat dalam lingkup pendidikan, baik secara formal, maupun nonformal.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang

jelas tentang dampak positif dari penerapan metode pembelajaran yang beragam

melalui strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif kepada

lembaga. Peneliti berharap agar hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan

untuk memperbaiki praktik-praktik pembelajaran guru demi peningkatan

kualitas pembelajaran ke depannya.

b. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan strategi mengajar yang

efektif untuk pembelajaran, serta memotivasi guru untuk lebih meningkatkan

kemampuan serta kreativitasnya dalam mengelola proses pembelajaran.

c. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa meningkatkan pengetahuan,

pemahaman, dan kemampuan menganalisis masalah dengan pembelajaran

yang inovatif.

d. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana belajar untuk

mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan, serta memberikan

pemahaman yang lebih dalam lagi tentang strategi pembelajaran berbasis

(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan yakni pendekatan kuantitatif, mengingat data-data

yang diperoleh peneliti merupakan data-data dalam bentuk angka dan pengolahan

datanya pun dilakukan melalui perhitungan statistik.

Sedangkan metode penelitian yang digunakan peneliti yakni metode kuasi

eksperimen. Dalam penelitian ini, sesuai dengan rumusan masalah yang telah

ditetapkan, peneliti ingin mengetahui pengaruh dari penerapan strategi

pembelajaran berbasis multiple intelligences terhadap motivasi berprestasi siswa.

Penggunaan metode kuasi eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

dari pemberian perlakuan terhadap kelompok eksperimen dengan kelompok

kontrol yang tidak diberi perlakuan. Metode penelitian ini juga menggunakan

seluruh subjek dalam kelompok belajar untuk diberi perlakuan, seperti kelompok

peserta didik di dalam suatu kelas. Dengan berbagai pertimbangan untuk

memperoleh kemudahan, maka peneliti menggunakan metode penelitian ini.

Sementara, desain penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini

yakni The Matching Only Post-test Control Group Design. Peneliti menggunakan

desain ini karena dimungkinkan untuk membandingkan hasil intervensi sebuah

perlakuan tanpa harus melakukan pretest dan hanya tinggal membandingkan hasil

posttestnya saja.

Dalam desain ini, dibuat perbandingan antara kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen. Dua kelompok yang ada diberikan perlakuan, dan terakhir diberikan

posttest. Setelah kelompok eksperimen mendapat perlakuan, kedua kelompok

(18)

Setelah hasil posttes diperoleh, hasil posttest antara kedua kelompok

dibandingkan dan diuji perbedaannya. Jika terdapat perbedaan hasil posttest dari

kelompok kontrol dan eksperimen, maka terdapat pengaruh dari perlakuan yang

diberikan.

X1 : Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences

(19)

Sekolah ini dipilih karena SMPIT Al-Qudwah sedang dalam proses untuk

merintis sekolah multiple intelligences, guru-guru di sekolah ini sudah

mengenal strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences melalui

pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak sekolah. Hal ini akan

memberikan kemudahan bagi peneliti dalam penyusunan lesson plan.

Selain itu, jumlah siswa dalam setiap kelas tidak terlalu banyak, hanya

sekitar 25-30. Jumlah siswa yang tidak terlalu banyak akan lebih

memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian.

2. Sampel

Menurut Arifin (2011, hlm. 215), “Sampel adalah sebagian dari populasi

yang akan diselidiki atau dapat juga dikatakan bahwa sampel adalah

populasi dalam bentuk mini (miniature population).”

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster

random sampling. Cluster random sampling merupakan perpaduan dalam

pengambilan sampel secara acak dan klaster. Menurut Arifin (2011, hlm.

222) “Cara ini dianggap efisien, karena penelitian dilakukan terhadap cluster-cluster atau kelompok sampel dan bukan terhadap

individu-individu yang sama.” Peneliti menggunakan teknik sampel ini dikarenakan

dalam penelitian ini populasi cukup besar, sehingga perlu diklasifikasikan

ke dalam beberapa kelas. Maka dari itu, dalam sampel ini unit analisisnya

adalah kelompok atau kelas yang terdiri dari individu-individu. Acak tidak

dilakukan pada pemilihan individu dalam kelas tetapi acak atau

randomisasi dilakukan untuk memilih kelompok yang akan dijadikan

sampel. Dalam penelitian ini kelas yang dijadikan sampel adalah Kelas

VIII SMPIT Al-Qudwah.

C. Definisi Operasional

(20)

Strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences adalah salah satu

strategi pembelajaran yang dapat mewadahi berbagai metode pembelajaran

berbasis active learning dengan memerhatikan tipe-tipe kecerdasan siswa

yang beragam agar dapat memenuhi kebutuhan belajarnya sehingga

pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien serta menghasilkan

hasil belajar yang optimal. Dalam penelitian ini strategi pembelajaran

berbasis multiple intelligences akan diaplikasikan dalam mata pelajaran

IPS Kelas VIII di SMPIT Al-Qudwah dimana siswa akan dibimbing untuk

dapat turut aktif dalam pembelajaran dengan penerapan berbagai metode

active learning.

2. Strategi Pembelajaran Konvensional

Strategi pembelajaran konvensional adalah strategi pembelajaran dimana

guru lebih mendominasi dalam proses pembelajaran. Pembelajaran

konvensional lebih mentitikberatkan pada proses mentransfer pengetahuan

yang dimiliki guru kepada siswa yang cenderung membuat siswa pasif

dalam proses pembelajaran.

Untuk lebih lengkapnya, dikutip dari www.psychologymania.com, strategi

pembelajaran konvensional diatur sebagai berikut:

a. Guru memberikan informasi tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kemudian menjelaskan konsep dari materi pokok pembelajaran. b. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mencatat materi yang

telah diterangkan dan bertanya hal-hal yang dirasakan belum jelas. Kemudian memeriksa apakah siswa sudah mengerti atau belum dengan cara memberikan pertanyaan lanjutan.

c. Guru memberi contoh aplikasi konsep dan latihan soal-soal.

d. Guru meminta siswa untuk mengerjakan latihan secara individual atau mempersilahkan siswa untuk bekerja sama dengan teman sebangku. e. Guru meminta satu siswa atau lebih untuk menuliskan jawaban dari

latihan yang diberikan di papan tulis.

f. Guru memberikan sejumlah soal untuk pekerjaan rumah.

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan strategi pembelajaran

konvensional adalah penerapan metode ceramah dengan dukungan

media-media sederhana seperti whiteboard dan buku pelajaran IPS yang

(21)

3. Motivasi Berprestasi

Menurut Agustin (2011, hlm. 22), “motivasi berprestasi adalah suatu usaha

yang disadari untuk menggerakkan dan mengarahkan seseorang untuk

mencapai prestasi.” Sedangkan menurut Royanto (dalam Agustin, 2011, hlm. 22), “motivasi berprestasi adalah keinginan mencapai prestasi sebaik -baiknya, biasanya yang menjadi ukuran adalah diri sendiri (internal)

ataupun orang lain (eksternal).” Dalam penelitian ini, yang menjadi fokus

penelitian adalah motivasi internal dan eksternal dalam motivasi

berprestasi siswa sebagai pengaruh dari penerapan strategi pembelajaran

berbasis multiple intelligences dalam mata pelajaran IPS di kelas.

4. Hakikat Mata Pelajaran IPS

Pada hakikatnya mata pelajaran IPS untuk tingkat SMP dan MTs adalah

perpaduan dan penyederhanaan berbagai displin ilmu-ilmu sosial yang

disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu. Dalam penelitian

ini, mata pelajaran IPS yang dijadikan objek dalam penelitian adalah mata

pelajaran IPS Kelas VIII tingkat Sekolah Menengah Pertama.

D. Instrumen Penelitian

1. Instrumen yang Digunakan

Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel

yang diteliti. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Multiple Intelligences Research, instrumen Modalitas Belajar dan angket

motivasi berprestasi.

a. Multiple Intelligences Research

Multiple Intelligences Research adalah instrumen riset yang dapat

memberikan deskripsi tentang kecenderungan kecerdasan seseorang.

Dari analisis terhadap kecenderungan kecerdasan tersebut, dapat

(22)

penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen multiple intelligences

research yang telah teruji validitasnya dan telah dibakukan.

b. Instrumen Modalitas Belajar

Selain menggunakan Multiple Intelligences Research, peneliti juga

menggunakan instrumen modalitas belajar untuk mengetahui modalitas

belajar siswa. Instrumen ini berisi pernyataan-pernyataan yang harus

dipilih oleh siswa, dimana pernyataan yang dipilih hanya pernyataan

yang sesuai dengan kebiasaan belajar siswa.

c. Angket Motivasi Berprestasi Siswa

Instrumen yang diujicobakan meliputi angket motivasi berprestasi.

Angket atau kuesioner adalah instrumen penelitian yang berupa daftar

pertanyaan untuk memperoleh keterangan dari sejumlah responden

(sumber yang diambil datanya melalui angket). Dalam penelitian ini

angket meliputi soal pilihan ganda yang terbagi menjadi dua bagian

besar yaitu soal pernyataan positif dan soal dengan pernyataan negatif.

Penilaian sesuai dengan skala Likert dengan pernyataan SS (Sangat

Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju).

Skor yang digunakan yaitu 1, 2, 3, 4 disesuaikan dengan jenis

pernyataan.

2. Teknik Uji Instrumen

a. Uji Validitas Instrumen Angket Motivasi Berprestasi Siswa

Analisis uji validitas angket motivasi berprestasi siswa menggunakan

rumus korelasi product moment.

(23)

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y

N = jumlah responden

ΣX = jumlah skor butir soal ΣY = jumlah skor total soal

ΣX2 = jumlah skor kuadrat butir soal

ΣY2 = jumlah skor total kuadrat butir soal

Nilai r hitung dicocokkan dengan r tabel product moment pada taraf

signifikan 5%. Jika r hitung lebih besar dari r tabel 5%. Maka butir

soal tersebut valid.

Peneliti melakukan uji coba instrumen saat instrumen penelitian

tersedia dan siap digunakan. Uji coba instrumen ini dilakukan dengan

memberikan angket yang berisi 20 pernyataan kepada 30 orang siswa

kelas VIII SMPIT Ad-Da’wah yang bukan merupakan bagian dari

sampel penelitian, tapi memiliki karakter yang hampir sama dengan

sampel penelitian. Berikut ini peneliti sajikan hasil pengolahan data uji

coba instrumen dengan menggunakan program aplikasi Microsoft

Excel 2010.

Untuk mengetahui validitas dari instrumen motivasi berprestasi, maka

dilakukan uji validitas dengan rumus Pearson’s Product Moment,

yaitu:

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y

N = jumlah responden

(24)

ΣX2 = jumlah skor kuadrat butir soal ΣY2 = jumlah skor total kuadrat butir soal

Nilai r hitung dicocokkan dengan r tabel product moment pada taraf

signifikan 5%. Jika r hitung lebih besar dari rtabel 5%. Maka butir soal

tersebut valid.

Hasil perhitungan uji validitas melalui perhitungan excel dapat dilihat

pada tabel berikut ini:

Tabel 3.1 Data Hasil Uji Validitas Motivasi Berprestasi Siswa

No. Soal r Hitung r Tabel Keterangan

1 0.516 0.361 VALID

2 0.148 0.361 TIDAK VALID

3 0.682 0.361 VALID

4 0.279 0.361 TIDAK VALID

5 0.117 0.361 TIDAK VALID

6 0.365 0.361 VALID

7 0.377 0.361 VALID

8 0.416 0.361 VALID

9 0.531 0.361 VALID

10 0.485 0.361 VALID

11 0.163 0.361 TIDAK VALID

12 0.213 0.361 TIDAK VALID

13 0.22 0.361 TIDAK VALID

14 0.491 0.361 VALID

15 0.58 0.361 VALID

16 0.577 0.361 VALID

(25)

18 0.523 0.361 VALID

19 0.547 0.361 VALID

20 0.629 0.361 VALID

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 20 soal pada

instrumen motivasi berprestasi, terdapat 6 soal yang tidak valid,

sedangkan 14 soal lainnya valid. Untuk keseimbangan data penelitian,

6 buah soal yang tidak valid tidak dihilangkan, namun diperbaiki

redaksi kalimatnya sehingga yang digunakan untuk keperluan

penelitian jumlah soalnya tetap sebanyak 20 soal.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi instrumen,

apakah instrumen yang digunakan dapat diandalkan dan tetap

konsisten jika pengukuran instrumen tersebut diulang. Untuk

mengukur reliabilitas instrumen angket motivasi berprestasi siswa,

menggunakan rumus Alpha Cronbach, sebagai berikut:

(Sumber: Arifin, 2011)

Keterangan :

r 11 = koefisisien reliabilitas instrument (total tes)

k = banyaknya butir pertanyaan yang sahih

Σδ2b = jumlah varian butir

Σδ2t = varian skor total

Perhitungan uji reliabilitas skala diterima, jika hasil perhitungan

r hitung > r tabel 5%.

(26)

reliabilitas dilakukan secara manual dengan menggunakan rumus

Cronbach’s Alpha, sebagai berikut:

Langkah pertama, menghitung varians skor total:

Σσ

t2 = ΣY2– (ΣY) 2

N

N

Σσ

t2 = 141911 – (2051) 2

30

30

Σσ

t2 = 141911 – 140220,033

30

Σσ

t2 = 56,365

Langkah selanjutnya yaitu menghitung jumlah varians setiap butir soal

dengan menggunakan aplikasi Microsoft excel, sehingga diperoleh

nilai bahwa jumlah varians setiap butir soal (

Σσ

b2) adalah sebesar

15,605.

Kemudian, barulah nilai varians skor total dan jumlah varians setiap

butir dimasukkan kedalam rumus Cronbach Alpha:

r11 = ( )

r11 = ( )

r11 = (1,077)(0,723)

(27)

Berdasarkan perhitung tersebut, maka dapat diketahui bahwa nilai

reliabilitas dari variable y adalah 0,78 sedangkan nilai r tabel dari n = 30 pada alfa = 5% adalah 0,361.

Dengan demikian nilai r hitung > dari r tabel, sesuai dengan ketentuan

apabila r hitung > r tabel maka instrumen yang digunakan dinyatakan

reliable dan dapat dipergunakan sebagai alat pengumpul data.

Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas

instrumen yang diperoleh sesuai dengan tabel berikut.

Tabel 3.2 Interpretasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas

0,81 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi

0,61 < r ≤ 0,80 Tinggi

0,41 < r ≤ 0,60 Cukup

0,21 < r ≤ 0,40 Rendah

0,00 < r ≤ 0,21 Sangat rendah

(Arikunto, 2006:75)

Mengacu pada interpretasi reliabilitas pada tabel diatas, dapat

diketahui pula bahwa derajat reliabilitas instrumen angket motivasi

berprestasi yang digunakan peneliti adalah tinggi.

E. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data 1. Teknik Pengumpulan Data

a. Tes

Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

Dalam penelitian ini bentuk tes yang digunakan merupakan tes

(28)

yang berfungsi untuk mengetahui tipe kecerdasan siswa dan modalitas

belajar siswa.

b. Angket

Angket atau kuesioner adalah instrumen penelitian yang berupa daftar

pertanyaan untuk memperoleh keterangan dari sejumlah responden.

Dalam penelitian ini angket meliputi soal pilihan ganda yang terbagi

menjadi dua bagian besar yaitu soal pernyataan positif dan soal dengan

pernyataan negatif. Penilaian sesuai dengan skala Likert dengan

pernyataan SS (Sangat Setuju), S (Setuju), R (Ragu-ragu), TS (Tidak

Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju). Skor yang digunakan yaitu 1, 2, 3,

4, 5, disesuaikan dengan jenis pernyataan.

2. Teknik Analisis Data

a. Perhitungan MSI (Metode Suksesif Interval)

Metode suksesif interval merupakan proses mengubah data ordinal

menjadi interval. Dalam penelitian ini, MSI dilakukan dengan bantuan

aplikasi Microsoft excel.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

homogenitas dari kedua data sampel. Menurut Sugiyono (2002),

“Varians kedua sampel homogen atau tidak, perlu diuji homogenitas

variansnya dengan Uji-F.” Pengujian homogenitas dilakukan dengan

menggunakan rumus Uji-F seperti berikut ini :

F = varians terbesar

varians terkecil

(Sumber: Arifin, 2011, hlm. 281)

(29)

Uji hipotesis dilakukan dengan perhitungan uji-t. Uji-t merupakan

teknik analisis data yang bertujuan untuk menguji perbedaan dua

rata-rata dari dua sampel tentang suatu variable yang diteliti. Pada

penelitian ini rumus yang digunakan adalah:

t = X1 – X2

( )

(Sumber: Sugiyono, 2009, hlm. 265)

Keterangan:

t = nilai t-test yang dicari

X1 = rata-rata kelompok sample 1

X2 = rata-rata kelompok sample 2

S12 = simpangan baku sample 1 yang dikuadratkan (varians 1)

S22 = simpangan baku sample 2 yang dikuadratkan (varians 2)

n1 = jumlah sample 1

n2 = jumlah sample 2

Untuk melakukan pengujian hipotesis, dilakukan dengan cara

membandingkan nilai thitung dengan ttabel, dimana :

1) Apabila thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima (terdapat

perbedaan antara motivasi berprestasi siswa yang menggunakan

strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan siswa

yang menggunakan strategi pembelajaran konvensional)

2) Apabila thitung < ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak (tidak

terdapat perbedaan antara motivasi berprestasi siswa yang

menggunakan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences

dengan siswa yang menggunakan strategi pembelajaran

konvensional)

2. Prosedur Penelitian

(30)

Prosedur penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdiri dari tiga tahap, yaitu:

1. Mendesain Penelitian

a. Menentukan masalah

Penentuan masalah dilakukan berdasarkan observasi dan studi literatur

yang dilakukan oleh peneliti.

b. Studi pendahuluan

Studi pendahuluan dilakukan dengan berkunjung ke instansi terkait.

c. Merumuskan masalah

Rumusan masalah dibuat berdasarkan latar belakang masalah yang

telah ditentukan sebelumnya.

d. Merumuskan asumsi dan hipotesis

Setelah menentukan masalah yang akan diteliti, peneliti merumuskan

asumsi dasar yang berlandaskan pada teori-teori terkait. Selanjutnya,

barulah dirumuskan hipotesisnya.

e. Memilih metode dan pendekatan penelitian

Pemilihan metode dan pendekatan penelitian disesuaikan dengan

kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.

f. Menentukan variabel dan sumber data

Penentuan variabel dan sumber data penelitian disesuaikan dengan

kebutuhan peneliti dalam penelitian yang akan dilakukan.

g. Menentukan dan menyusun instrumen yang akan digunakan

Penentuan dan penyusunan instrumen disesuaikan dengan data-data

yang dibutuhkan oleh peneliti dalam penelitian yang akan dilakukan.

2. Pelaksanaan Penelitian

a. Mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dari lapangan dengan

instrumen yang telah ditetapkan.

b. Melakukan analisis data dengan menggunakan teknik analisis data

yang telah ditetapkan sesuai dengan jenis data yang diperoleh.

c. Menarik kesimpulan dengan melakukan pengolahan data.

(31)

Laporan penelitian dibuat dalam bentuk tertulis dengan tetap

memerhatikan kaidah-kaidah penelitian laporan penelitian yang sudah

(32)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya,

peneliti membuat beberapa simpulan yang juga dapat menjawab pertanyaan penelitian

atau rumusan masalah.

Simpulan yang pertama berkaitan dengan perbedaan motivasi berprestasi siswa yang

menggunakan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan siswa yang

menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada aspek usaha untuk lebih unggul.

Dari data-data yang diperoleh dan telah diolah, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

pada aspek usaha untuk lebih unggul, terdapat perbedaan motivasi berprestasi yang

signifikan antara siswa yang menggunakan strategi pembelajaran berbasis multiple

intelligences dengan siswa yang menggunakan strategi pembelajaran konvensional.

Simpulan yang kedua berkaitan dengan perbedaan motivasi berprestasi siswa yang

menggunakan strategi pembelajaran multiple intelligences dengan siswa yang

menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada aspek berpikir kreatif dan

inisiatif dalam belajar. Simpulan yang diperoleh peneliti dari hasil olah data yang telah

dilakukan, pada aspek berpikir kreatif dan inisiatif dalam belajar, terdapat perbedaan

motivasi berprestasi yang signifikan antara siswa yang menggunakan strategi

pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan siswa yang menggunakan strategi

(33)

Simpulan yang ketiga berkaitan dengan perbedaan motivasi berprestasi siswa yang

menggunakan strategi pembelajaran multiple intelligences dengan siswa yang

menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada aspek penyelesaian tugas.

Peneliti dapat menyimpulkan bahwa, pada aspek penyelesaian tugas, terdapat perbedaan

motivasi berprestasi yang signifikan antara siswa yang menggunakan strategi

pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan siswa yang menggunakan strategi

pembelajaran konvensional. Untuk aspek penyelesaian tugas, dari data yang telah

disajikan sebelumnya dapat dilihat bahwa pada kelas eksperimen sebagian besar siswa

berusaha menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya, mengerjakan tugas sebelum

ditegur oleh guru, maupun menyelesaikan tugas lebih awal. Pada aspek ini, motivasi

berprestasi siswa, pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas

kontrol.

Simpulan yang keempat berkaitan dengan perbedaan motivasi berprestasi siswa

yang menggunakan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan siswa

yang menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada aspek sikap dalam

menghadapi tantangan. Dari data-data yang diperoleh dan telah diolah sehingga dapat

ditelaah, peneliti dapat menyimpulkan bahwa, pada aspek sikap dalam menghadapi

tantangan, terdapat perbedaan motivasi berprestasi yang signifikan antara siswa yang

menggunakan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan siswa yang

menggunakan strategi pembelajaran konvensional. Untuk aspek sikap dalam

menghadapi tantangan, dari data yang telah disajikan sebelumnya dapat dilihat bahwa

sebagian besar siswa di kelas eksperimen terlihat bersemangat dalam menghadapi

tantangan, sementara di kelas kontrol terjadi sebaliknya. Hal ini dibuktikan dengan

banyak siswa di kelas kontrol yang menyatakan setuju bahwa mereka merasa kesulitan

mempelajari materi-materi IPS dan hal tersebut membuat mereka malas belajar, selain

itu pada pernyataan “saya hanya akan belajar IPS pada materi yang mudah saja” banyak

disetujui oleh siswa di kelas kontrol. Pada aspek ini, motivasi berprestasi siswa pada

kelas eksperimen terlihat lebih menonjol dibandingkan dengan motivasi berprestasi

(34)

Simpulan yang kelima berkaitan dengan perbedaan motivasi berprestasi siswa yang

menggunakan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan siswa yang

menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada aspek tanggung jawab untuk

sukses dan kepercayaan diri. Berdasarkan perolehan data-data di lapangan yang

kemudian diolah oleh peneliti, peneliti dapat menyimpulkan bahwa, pada aspek

tanggung jawab untuk sukses dan kepercayaan diri, terdapat perbedaan motivasi

berprestasi yang signifikan antara siswa yang menggunakan strategi pembelajaran

berbasis multiple intelligences dengan siswa yang menggunakan strategi pembelajaran

konvensional. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya siswa pada kelas eksperimen yang

memberikan jawaban sangat setuju maupun setuju pada pernyataan positif, dan tidak

setuju atau sangat tidak setuju pada pernyataan negatif, sedangkan hal sebaliknya terjadi

pada kelas kontrol dimana jawaban sangat setuju dan setuju lebih banyak diarahkan

pada pernyataan negatif, sementara jawaban tidak setuju dan sangat tidak setuju lebih

banyak diarahkan pada pernyataan yang positif.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMPIT Al-Qudwah Kabupaten Lebak,

ditemukan bahwa strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences ini memberikan

pengaruh terhadap motivasi berprestasi siswa. Hasil positif dari strategi pembelajaran

berbasis multiple intelligences ini dapat dilihat dari hasil perbandingan skor motivasi

berprestasi siswa pada kelas eksperimen, dimana siswa yang mendapat perlakuan atau

belajar sesuai dengan tipe kecerdasan dominannya, cenderung memperoleh skor

motivasi berprestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa pada kelas kontrol

yang tidak mendapatkan perlakuan atau belajar sesuai dengan tipe kecerdasan

dominannya.

Penerapan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dapat meningkatkan

motivasi berprestasi siswa. Dengan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences

ini siswa dapat belajar atau menerima berbagai informasi dengan baik, karena

penyampaian informasi dilakukan sesuai dengan tipe kecerdasan siswa. Dengan

terserapnya informasi dengan baik, prestasi siswa akan dapat meningkat sehingga

motivasi berprestasinya pun akan turut meningkat, oleh karena konsep diri positif yang

akhirnya tertanam di dalam diri siswa sebagai hasil dari penerapan strategi

(35)

B. Saran

Berdasarkan data-data dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan dan juga

simpulan yang telah dijelaskan sebelumnya, penulis mengajukan beberapa saran yang

dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak terkait, diantaranya:

1. Bagi Guru

Berdasarkan hasil temuan peneliti dalam penelitian ini, maka saran yang ingin

disampaikan oleh peneliti kepada guru adalah untuk dapat menerapkan

metode-metode pembelajaran yang lebih kreatif lagi untuk dapat meningkatkan motivasi

berprestasi siswa. Peneliti menemukan bahwa siswa terlihat sangat antusias

dalam pembelajaran saat diterapkan permainan-permainan edukasi seperti cerdas

cermat atau jeopardy. Apabila metode-metode semacam itu dapat diterapkan

secara berkala pada setiap pembelajaran di kelas, tentu motivasi berprestasi

siswa akan dapat ditingkatkan.

2. Bagi Sekolah

Peneliti sangat mengapresiasi niat baik sekolah untuk mengembangkan SMPIT

Al-Qudwah menjadi sekolah multiple intelligences, namun perlu usaha ekstra

untuk dapat mewujudkan hal tersebut. Pihak sekolah harus memperhatikan

kemampuan guru-guru untuk dapat menerapkan sistem pembelajaran berbasis

multiple intelligences. Selain itu, sarana dan prasarana juga tentunya harus

dilengkapi untuk menunjang kebutuhan media pembelajaran.

3. Bagi Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

Peneliti berharap bahwa penelitian ini juga dapat memberikan kontribusi positif

bagi jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, sebagai salah satu jurusan

yang mempelajari metode-metode pembelajaran secara spesifik dan disiapkan

untuk dapat merancang metode-metode pembelajaran inovatif guna

meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Saran dari peneliti berkaitan dengan penelitian tentang strategi pembelajaran

berbasis multiple intelligences ini, peneliti berharap agar penelitian ini bisa

dijadikan sebagai salah satu referensi untuk dapat dikembangkan lebih lanjut

(36)

penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti saat ini belum maksimal dan belum

menampakkan hasil yang maksimal.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Saran bagi peneliti selanjutnya agar penelitian ini dapat dikembangkan lebih

lanjut dan mempertimbangkan waktu penelitian yang akan digunakan, agar

penelitian dapat menampakkan hasil yang lebih akurat. Selain itu, diharapkan

juga agar peneliti selanjutnya dapat menggali lebih dalam lagi hal-hal yang

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, M. (2011). Permasalahan Belajar & Inovasi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.

Arifin, Z. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arifin, Z. (2011). Penelitian Pendidikan: Metode & Paradigma Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Armstrong, T. (2003). Sekolah Para Juara. Bandung: Penerbit Kaifa.

Armstrong, T. (2003). Setiap Anak Cerdas!: Panduan Membantu Anak Belajar dengan Memanfaatkan Multiple Intelligencesnya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Barrera, M.X. & Patricia, L.A. (2009). Personal Intelligences and A Colombian Experience. Dalam H. Gardner, S. Moran, dkk (Penyunting), Multiple Intelligences Around The World . (hlm. 268). San Fransisco: Jossey Bass.

Budiartati, E. (2007). “Pembelajaran Melalui Bermain Berbasis Kecerdasan Jamak Pada Usia Dini”. Lembaran Ilmu Kependidikan. Jilid 36, No. 2, Desember 2007.

Chatib, M. & Fatimah, I.N. (2013). Kelasnya Manusia: Memaksimalkan Fungsi Otak Belajar dengan Manajemen Display Kelas. Bandung: Penerbit Kaifa.

Chatib, M. & Said, A. (2012). Sekolah Anak-anak Juara. Bandung: Penerbit Kaifa.

Chatib, M. (2012). Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia. Bandung: Penerbit Kaifa.

Chatib, M. (2013). Gurunya Manusia: Menjadikan Semua Anak Istimewa & Semua Anak Juara. Bandung: Penerbit Kaifa.

Delaserra, Q. (2013). Kualitas Pendidikan Indonesia (Refleksi 2 Mei). [online]. Tersedia di: http://edukasi.kompasiana.com/2013/05/03/kualitas-pendidikan-indonesia-refleksi-2-mei-552591.html. Diakses pada 4 April 2013.

Gunawan, A. W. (2003). Born to be A Genius. Jakarta: Gramedia.

Gunawan, A. W. (2004). Genius Learning Strategy. Jakarta: Gramedia.

(38)

M. Battro, A. (2009). Multiple Intelligences & Constructionism in The Digital Era.

Dalam H. Gardner, S. Moran, dkk (Penyunting), Multiple Intelligences Around The World. (hlm. 297). San Fransisco: Jossey Bass.

Mardalis. (2009). Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara.

Maryati, K & Suryawati, J. (2007). Sosiologi untuk SMA & MA Kelas XII. Jakarta: Erlangga. [online] Tersedia di: http://books.google.co.id/books?id=-VPNS5CbDhYC&lpg=PA1&hl=id&pg=PA1#v=onepage&q&f=false. Diakses pada 4 April 2014

Mudjiono & Dimyati. (2002). Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Mulyasa, E. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. (2003). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.

Nurseto, T. (2010). “Pembelajaran Motivasi Berprestasi dalam Mata Kuliah Kewirausahaan dengan Game Tournament.” Jurnal Ekonomi & Pendidikan. Vol. 7 Nomor 1, April 2010.

Prasetyo, J.J.R. (2009). Multiply Your Multiple Intelligences. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan & Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Rola, F. (2006). “Hubungan Konsep Diri dengan Motivasi berprestasi Berprestasi pada Remaja.” Makalah Ilmiah. Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.

Ronis, D. (2007). Asesmen Sesuai Cara Kerja Otak. California: Corwin Press.

Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru.

Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Sagala, S. (2003). Konsep & Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Siregar, E. & Nara, H. (2010). Teori Belajar & Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sudjana, N. & Ibrahim. (2012). Penelitian & Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

(39)

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Suhana, C. & Hanafiah, N. (2012). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.

Susilana, R. & Riyana, C. (2008). Media Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurtekpend FIP UPI.

Sukmadinata, N.S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tanpa Nama. (2012). “Strategi Pembelajaran Konvensional.” [online]. Tersedia di:

http://www.psychologymania.com/2012/12/strategi-pembelajaran-konvensional.html. Diakses pada 4 April 2014.

Tim Pengembang MKDP Kurikulum & Pembelajaran. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurtekpend FIP UPI.

Uno, H. B. (2010). Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan.

Jakarta: Bumi Aksara.

Widhiarso, W. Skala Likert (Summated Ratings). [pdf]. Tersedia di: http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/files/3_-_summated_ratings.pdf. Diakses pada 23 April 2014.

Yasa, P. Raditya Mahendra. (2012, 7 Maret). Kualitas Guru Masih Rendah. Kompas

[Online], halaman 1. Tersedia:

Gambar

Tabel 3.1 Data Hasil Uji Validitas Motivasi Berprestasi Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Ada pengaruh yang signifikan pengaruh modifikasi permainan bolavoli terhadap kerjasama siswa dalam pembelajaran pendidikan, jasmani, olahraga dan kesehatan siswa kelas X Boga 1

Nandiroh, Siti, dkk (2009), Penentuan Rute Terpendek Jalan dan Lokasi Pariwisata di Kota Surakarta Menggunakan Algoritma dijkstra dan WAP Pada Handphone, Metode yang

Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Bogor Badan Litbang Departemen Pertanian.. Aplikasi Analisis Multivariate dengan

PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Secara teknis kontribusi yang diharapkan adalah dibangunnya suatu program komputer yang dapat menentukan jadwal operasi komponen tersakelar secara tepat, sedemikian sehingga

Hasil uji korelasi product moment yang menguji hubungan antara konformitas teman sebaya dengan gaya hidup hedonis menghasilkan nilai korelasi sebesar 0,519 dengan p&lt;0,01,

Kegiatan periklanan merupakan media utama bagi perusahaan untuk menunjang kegiatan promosi di mana promosi memiliki tujuan utama untuk menarik konsumen agar mau

Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk karangan sederhana, kosakata yang bervariasi dan kalimat efektif dalam kehidupan sehari-hari, petunjuk